kebijakan dan implementasi penggunaan obat rasional di indonesia

advertisement
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
(POR)
DI INDONESIA
Dra. Nasirah Bahaudin, Apt, MM
Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional
Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan RI
PENGERTIAN :
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (POR)
Apabila pasien menerima pengobatan
sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dalam
dosis yang sesuai dengan kebutuhan,
dalam periode waktu yang adequate dan
dengan biaya yang terjangkau oleh
masyarakat banyak.
LATAR BELAKANG
• Lebih dari 50% obat-obatan di dunia diresepkan
•
dan diberikan secara tidak tepat, tidak efektif,
dan tidak efisien
Terbalik dengan kondisi tersebut diatas, 1/3
penduduk dunia kesulitan mendapatkan akses
memperoleh obat esensial harus dilakukan
upaya untuk tercapainya “cost effective medical
intervention”
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL, WHY?
• Untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
belanja obat sebagai salah satu upaya cost
effective medical interventions
• Mempermudah akses masyarakat untuk
•
•
memperoleh obat dengan harga terjangkau
Mencegah dampak penggunaan obat yang tidak
tepat yang dapat membahayakan pasien
Meningkatkan kepercayaan masyarakat (pasien)
terhadap mutu pelayanan kesehatan
POR MEMENUHI PRINSIP
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
TEPAT DIAGNOSIS DAN TEPAT INDIKASI
SESUAI DENGAN INDIKASI PENYAKIT
TEPAT PEMILIHAN OBAT
MEMBUTUHKAN
TEPAT DOSIS
INFORMASI OBAT
TEPAT CARA PEMBERIAN
YANG BENAR DAN
TEPAT INTERVAL WAKTU PEMBERIAN
LENGKAP
TEPAT LAMA PEMBERIAN
WASPADA TERHADAP EFEK SAMPING OBAT
TEPAT INFORMASI
TEPAT PENILAIAN KONDISI PASIEN
OBAT YANG DIBERIKAN HARUS EFEKTIF DAN AMAN DENGAN MUTU
TERJAMIN SERTA TERSEDIA SETIAP SAAT DENGAN HARGA TERJANGKAU
TEPAT TINDAK LANJUT (FOLLOW UP)
TEPAT PENYERAHAN OBAT (DISPENSING)
PASIEN PATUH TERHADAP PERINTAH PENGOBATAN YANG DIBUTUHKAN
5
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL
PENILAIAN
KONDISI
PASIEN
DIAGNOSIS
INDIKASI
TEPAT
INFORMASI
HARGA
TERJANGKAU
WASPADA
ESO
JENIS OBAT
DOSIS, CARA &
LAMA PEMBERIAN
KEPATUHAN
PASIEN
PENGGUNAAN OBAT DIKATAKAN TIDAK
RASIONAL, APABILA :
• Polypharmacy
• Penggunaan antibiotik secara tidak tepat
dosis dan indikasinya
• Penggunaan injeksi yang berlebihan
• Pemberian resep yang tidak sesuai dengan
indikasi klinis dan diagnosis
• Swamedikasi yang tidak tepat
STRATEGI PENINGKATAN
POR
EDUKASI
REGULASI/KEBIJAKAN
MANAJERIAL
FINANSIAL
8
UPAYA UNTUK MENDORONG POR
1. STRATEGI REGULASI
• Menyusun pedoman/standar klinis
• Menyusun Daftar Obat Esensial
Nasional (DOEN)
• Menyusun peraturan/legislasi yang
tepat dan dilaksanakan secara
konsisten
UPAYA UNTUK MENDORONG POR
2. STRATEGI EDUKASI
• Informasi tentang obat yang diberikan
secara independen dan transparan.
• Pelatihan farmakoterapi berbasis
penyelesaian masalah (problem-based) bagi
mahasiswa FK dan Farmasi
• Pelatihan berkelanjutan sebagai persyaratan
kredit profesi.
Lanjutan strategi edukasi
• Pemberdayaan kepada Tenaga Kesehatan dan
Masyarakat tentang peningkatan pengetahuan
dan keterampilan dalam penggunaan obat
dengan metode CBIA (Cara Belajar Ibu Aktif).
Program ini telah dilakukan di 9 propinsi sejak tahun 2008 –
2009 yaitu di propinsi Jawa Timur, Sulawesi Selatan,
Sumatera Barat, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi
Utara, Banten, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.
Perkembangan Kader dan Nakes
1600
1592
1400
1200
1000
1022
2008
800
505
600
400
834
404
200
0
0
Nakes
Kader
Masyarakat
2009
KEGIATAN METODE CBIA
UPAYA UNTUK MENDORONG POR
3. STRATEGI MANAJERIAL
• Membangun sistem : lintas program
dan lintas sektoral untuk
mengkoordinasikan kebijakan POR
• Membentuk komite farmasi dan terapi
di rumah sakit dan tingkat kabupaten
• Supervisi, audit dan umpan balik
• Mengurangi praktik pemberian insentif
berlebihan kepada petugas kesehatan
UPAYA UNTUK MENDORONG POR
4. STRATEGI FINANSIAL
• Analisis Biaya POR di Puskesmas
• Cost Effectivienes obat di Rumah Sakit
PENGGUNAAN AB YANG TIDAK RASIONAL
NASIONAL
SARANA YANKES
Jenis AB tidak
dibatasi
Pengaruh ind
farm (promosi)
Pengawasan dist
obat lemah
<< pengetahuan
ilmiah ttg AB
(-) law enforcement
thd pedoman
pengobatan yg EBM
<< komitmen
dr manajemen
Standar
pengobatan yg ada
(-) dikenal
Belum ada standar
pengbtn khusus AB
Lemahnya
monitoring thd
indikator
(-) kerjasama
lintas sektor
Perilaku nakes utk
diakui pasien
Nakes mengikuti
senior
Pelatihan POR #
mengubah perilaku
Biaya kes
relatif tinggi
MASYARAKAT
INDIVIDU
Kemudahan
mendapat AB
<< pengetahuan
masyarakat
<< info pd
masyarakat
<< info AB dari
nakes
CORE
PROBLEM
PENGGUNAAN
AB YG TIDAK
RASIONAL
Pengalaman
empirik
Lemah
pengawasan &
sangsi hkm
Faktor
ekonomi masy
PENGGUNAAN OBAT ESENSIAL
NASIONAL
SARANA YANKES
MASYARAKAT
Konsepsi
KONAS
terbatas
pd birokrat
OE jarang
diresepkan nakes
OE tidak lengkap
di IFRS & Aptk
Sosialisasi & implementasi
SPM belum optimal
Sosialisasi &
implementasi
SPM belum
optimal
CORE PROBLEM :
OBAT ESENSIAL
(OE) KURANG
DIMANFAATKAN
(UNDER USED)
Komiitmen Pemda tdk
berpihak pd pelayanan
(health care) tetapi pd
sumber PAD (revenue)
INDIVIDU
Kepercayaan (beliefs) :
1. Obat murah = tdk
bermutu
2. Manfaat ONE lbh
baik
Obat NE dipromosi
dg gencar (detailing)
Bentuk dan kontribusi Informasi
Obat terhadap POR
1. Komunikasi/informasi ke media  cakupan luas,
meningkatkan pddkan, kesadaran thdp resiko
Penggunaan obat yg irrasional , resistensi obat, efek
samping obat masyarakat dsb.
2. Informasi melalui pedoman/standar
mis: standar pengobatan, formularium, dsb. Sebagai
acuan untuk memberikan resep bagi nakes kepada
pasien sesuai dgn kondisi klinisnya  Mencegah
terjadinya malpraktek
3. Pusat informasi obat dan buletin  sebagai counter
informasi bagi dokter thdp informasi dr pabrik obat.
Dapat dilakukan pemerintah atau Universitas atau
lembaga independen lainnya.
MANFAAT INFORMASI OBAT
TENAGA
KESEHATAN
INFORMASI
OBAT
PASIEN/
MASYARAKAT
PENGAMBIL
KEPUTUSAN
REKAPITULASI PROFIL PENGGUNAAN
OBAT GENERIK DI 10 PROPINSI (2006)
80%
73%
65%
70%
60%
50%
73%
74%
72%
65%
60%
56%
44%
40%
35%
40%
30%
69%
27%
31%
35%
27%
26%
28%
20%
10%
0%
Persentase Obat Generik
Persentase Obat Non-Generik
2500
2288
JUMLAH ITEM OBAT DALAM FORMULARIUM
2000
1500
1026
813
1000
500
483
626
405
884
701
1058
847
550
656
813
935
552
0
JUMLAH ITEM OBAT DLM FORMULARIUM
PERSENTASE OE DALAM FORMULARIUM RS TERHADAP DOEN
100.0%
100.0%
87.0%
90.0%
83.3%
80.0%
70.0%
60.0%
50.0%
60.7%
52.3%
51.4%
40.6% 43.3% 40.9%
41.2%
40.0%
30.0%
20.0%
51.4%
18.3%
22.6%
48.6%
27.6%
10.0%
0.0%
% OE dalam Formularium
terhadap DOEN
K
Pa ab
da . A
n g ga
m
P
Ka aria
Ka
m
b.
b.
Pa an
Pa
s
sa am
Ka ma an
n
b.
Ta B a
na ra t
h
Ka Da
ta
b.
50 r
K
Ka Ka ot a
b.
b.
Ka So So
lo
lo
b.
k
Sa k S
e
w
Ka
ah lata
n
lu
b.
nt
D
o/
S
Ka har
jjg
m
b.
Pe as
s i Ra
si
ya
r
Ka Se
la
b.
M tan
e
Ko nt
Ko
t a aw
ta
Bu ai
Pa
ki
ti
da
n g ngg
i
Ko Pan
ja
t
n
Ko a P
ar g
ta
Pa iam
an
ya
ku
m
bu
K
Ko ot
h
a
ta
So
Sa
l
w ok
ah
Ko l un
to
ta
Pa
da
ng
Ka
b.
DATA MONITORING POR DI SUMATERA BARAT
PERSENTASE PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PER KAB/KOTA
TAHUN 2008
%
50
A
N
T
I
B
I
O
T
I
K
A
45
5
46.42
25
20
17.69
20.09
15.89
17.65
15
22.6
10
9.33
BULAN
46.42
40
38.49
35
30
22.08
23.29
16
19.89
12.29
10.07
5.77
Realisasi
6.65
8.7
0
5.97
Target
K
Pa ab
da . A
n g ga
Pa m
K
Ka ab ria
. P ma
b.
Pa as n
a
s
Ka am ma
b . an n
Ta B a
na ra
t
Ka h D
b . ata
50 r
Ka K Ko
ab t a
b
Ka . S . S
b . ol o ol
ok
Sa k
S
Ka wa ela
b . hl u ta
nt n
D
h
Ka
a o/S
b . rm
jjg
Pe as
s i Ra
s
Ka ir S ya
b . el a
t
M
en an
K
Ko
o
t
t a t a awa
Pa Bu
i
da kiti
n g ng
g
Ko Pa i
n
Ko t a P j an
g
ta
a
Pa riam
ya
a
ku n
m
Ko Ko bu
h
ta ta
S
Sa o
w l ok
a
Ko hl u
t a nto
Pa
da
ng
Ka
b.
PERSENTASE INJEKSI
DATA MONITORING POR DI SUMATERA BARAT
PERSENTASE PENGGUNAAN INJEKSI PER KAB/KOTA
TAHUN 2008
0.7
0.1 0.06
0.65
0.6
0.59
0.5
0.45
0.47
0.05
KAB/KOTA
Realisasi
Target
0.4
0.3
0.3
0.2
0.1
0
0
Pa Ka
da b .
n g Ag
P a
Ka Ka ar m
b . b . iam
Pa Pa an
s
s
Ka am am
b . an an
Ta B
na ara
Ka h D t
b . at
50 ar
Ka
K Ko
Ka b . S ab . t a
b . ol So
S ok l o
Ka awa S e k
b . hl lat
a
u
Ka Dha nto n
b . rm /S
Pe as jjg
si
s R
Ka ir S a ya
b . el
M a
Ko Ko en tan
t a t a taw
Pa Bu a
da ki i
n g ti n
g
Ko Pa gi
Ko t a nj a
t a Pa ng
Pa ria
ya m a
ku n
Ko Ko m b
t a t a uh
Sa So
w lo
Ko ahl k
t a unt
Pa o
da
ng
Ka
b.
JUMLAH R/ PERLEMBAR
DATA MONITORING POR DI SUMATERA BARAT
RATA2 R/ PERLEMBAR RESEP PER KAB/KOTA
TAHUN 2008
3.33
3.05
3.22
3.26 3.17
3.51 3.5
3.7
2.99
3.27
2.82.78
2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8 2.8
2.68
2.42
2.26
2.16
2.3
2.15
2.26
2.18
KAB/KOTA
Realisasi
Target
DATA PERESEPAN DI KABUPATEN OKU
– SUMSEL (2009)
80
70
60
50
Antibiotika (%)
Injeksi (%)
40
30
20
10
0
Januari
Februari
Maret
25
PROFIL POR DI PUSKESMAS
(2009)
100
100
99.47
100.00
90.00
84.96
81.56
80.00
70.00
58.11
PERSENTASE
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
% ANTIBIOTIK %
% INJEKSI %
% OBAT GENERIK %
SUKADIRI (KAB.
TANGERANG)
SETU (KAB.
TANGERANG)
KARANG ASAM
(KOTA
BALIKPAPAN)
62.26
SINGGANI
(KOTA PALU)
MOKAU (KOTA
KENDARI)
69.47
BALIKPAPAN
(KOTA
BALIKPAPAN)
52.45
32.63
19.92
16.31
0
0
0
0
0.00
0.00
100
100
58.11
81.56
84.96
99.47
PROFIL POR DI PUSKESMAS
(2009)
JML RATA-RATA ITEM OBAT
4.50
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
JML RATA-RATA ITEM OBAT @
KESIMPULAN
• Informasi obat yang tepat sangat
diperlukan karena merupakan salah satu
bentuk kontribusi terwujudnya POR
• Adalah menjadi kewajiban bagi tenaga
kesehatan untuk menyediakan informasi
obat
• Informasi obat perlu ditingkatkan terus
secara lebih luas dan berkesinambungan
Download