KEEFEKTIFAN INFUSA DAUN TALAS (Colocasia esculenta [L]) TERHADAP KADAR ASAM URAT TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR HIPERURISEMIA ARTIKEL Oleh MD NOVA HENDRA KUSUMA NIM. 050112A053 PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2017 HALAMAN PENGESAHAN Artikel berjudul : Keefektifan Infusa Daun Talas (Colocasia esculenta [L]) Terhadap Kadar Asam Urat Tikus Putih Jantan Galur Wistar Hiperurisemia Disusun oleh: MD Nova Hendra Kusuma NIM. 050112A053 PROGRAM STUDI FARMASI UNIVERSITAS NGUDI WALUYO telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah diperkenankan untuk diujikan. Ungaran, Februari 2017 Pembimbing Utama Richa Yuswantina, S. Farm.,Apt.,M.Si NIDN. 0630038702 KEEFEKTIVAN INFUSA DAUN TALAS (Colocasia esculenta [L]) TERHADAP KADAR ASAM URAT TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR HIPERURISEMIA MD Nova Hendra Kusuma11, Richa Yuswantina 1, Jatmiko Susilo 1. Program Studi Farmasi, Universitas Ngudi Waluyo Email : [email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin pada manusia. Pengobatan asam urat bisa dengan menggunakan obat herbal dan non herbal. Daun talas (Colocasia esculenta (L.) mengandung flavonoid yang diduga mempunyai efek anti hiperurisemia. Tujuan: Untuk mengetahui efek infusa daun talas (Colocasia esculenta (L.) terhadap penurunan kadar asam urat tikus putih jantan galur wistar. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni pre and post test control group design yang terdiri dari 5 kelompok perlakuan meliputi kontrol negatif (aquadest + CMC-Na 1%), kontrol positif (allopurinol + CMC-Na 1%), infusa daun talas dosis 0,625 g/kgbb, 1,25 g/kgbb, 2,5 g/kgbb. Data dianalisis menggunakan SPSS 23,0 for windows. Kesimpulan: Berdasarkan hasil uji ANOVA infusa daun talas dosis 2,5 g/kgbb memiliki efek anti hiperurisemia yang sebanding dengan Allopurinol dosis 12,6 mg/kgbb dengan nilai signifikan 0,564. Kata Kunci: Infusa Daun Talas (Colocasia esculenta (L.), Flavonoid, Asam Urat, Allopurinol Kepustakaan: 32 (1954-2015) ABSTRACT Background: Uric acid is the end product of purine metabolism in humans. Treatment of gout can use herbal and non herbal medicine. The leaves of taro (Colocasia esculenta [L]) contain flavonoids thought to have anti hyperuricemia. Objective: To determine the effect of taro leaves infusion (Colocasia esculenta [L]) to decrease uric acid levels in male rats of wistar strain. Method: This study was pure experimental using pre and posttest control group design consisted of 5 groups including negative control (distilled water + CMCNa 1%), positive control (allopurinol + CMC-Na 1%), infusion of taro leaf in the doses of 0,625 g / kg, 1,25 g/kg, 2,5 g/kg. Data were analyzed by using SPSS 23.0 for windows. Conclusions: Based on the ANOVA test, taro leaves infusion with the dose of 2,5 g/kg has anti hyperuricemia comparable to Allopurinol with the dose of 12.6 mg / kg with a significant value of 0.564. Keywords: Taro leaves infusions (Colocasia esculenta [L]), Flavonoid, Uric Acid, Allopurinol Bibliographies: 32 (1954-2015) A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin pada manusia. Asam urat dihasilkan oleh semua makhluk hidup sebagai hasil dari proses metabolisme sel yang berfungsi untuk memelihara kelangsungan hidup. Purin ditemukan pada semua makanan yang mengandung protein. Purin dapat berasal dari metabolisme dalam tubuh disebut faktor endogen (genetik) dan berasal dari luar tubuh disebut faktor eksogen (makanan). Pada mamalia asam urat dibentuk menjadi allantoin dan karbondioksida oleh enzim urikase. Allantoin adalah komponen yang sangat mudah larut dan sangat mudah di ekskresi melalui urin. Bila dalam jumlah berlebihan asam urat dalam darah akan mengalami pengkristalan. Asam urat mempunyai peran sebagai antioksidan bila kadarnya tidak berlebihan dalam darah, namun bila kadarnya berlebih asam urat akan berperan sebagai prooksidan (Cipriani dkk, 2010). Pengobatan asam urat bisa dengan menggunakan obat herbal dan non herbal. Pengobatan non herbal biasanya dengan obat dengan kandungan kimia, sedangkan pengobatan herbal menggunakan tanaman yang berkhasiat menurunkan kadar asam urat dalam darah. Indonesia merupakan negara tropis yang dikenal kaya dengan keanekaragaman hayatinya, antara lain berbagai jenis tumbuhan yang disebut sebagai tanaman tradisional. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Depkes, 2007). Kandungan pada daun talas salah satunya adalah flavonoid yang, bersifat sebagai antioksidan yang bekerja dengan menghambat kerja enzim xanthin oksidase sehingga produksi asam urat berkurang (Dalimartha, 2006). 2. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Untuk mengetahui efek infusa daun talas (Colocasia esculenta [L]) terhadap penurunan kadar asam urat darah b. Tujuan Khusus 1) Untuk mengetahui efek infusa daun talas (Colocasia esculenta [L]) terhadap penurunan kadar asam urat darah tikus putih jantan galur wistar 2) Untuk mengetahui dosis infusa daun talas (Colocasia esculenta [L]) yang sebanding dengan allopurinol dalam menurunkan kadar asam urat darah tikus putih jantan galur wistar B. PENELITIAN YANG RELEVAN a. Penelitian yang dilakukan Lovira Hamzah dkk. 2014 (Fakultas Farmasi, Universitas Andalas) yang berjudul “pengaruh ekstrak etanol rambut jagung (Zea Mays L.) terhadap kadar asam urat darah mencit putih jantan hiperurisemia”, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rambut jagung membuktikan bahwa flavonoid memiliki efek hipourisemia terutama pada dosis 125 mg/kgBB, 250 mg/kg BB, dan 500 mg/kgBB dapat menurunkan kadar asam urat pada keadaan hiperurisemia. b. Penelitian yang dilakukan Agnes Filadelvia Sinaga dkk. 2014 (Program Studi Farmasi FMIPA UNSRAT) yang berjudul “uji efek ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp) terhadap penurunan kadar asam urat tikus putih jantan galur wistar (Rattus novergicus L.) yang diinduksi potasium oksonat” dapat disimpulkan bahwa kadungan flavonoid pada daun salam memiliki efek hipourisemia pada dosis 6,413 g/BB dan 12,826 g/BB lebih memberikan efek menurunkan kadar asam urat darah pada tikus. c. Penelitian yang dilakukan Annisa Salsabila dkk. 2015 (Program Studi Farmasi, Fakultas MIPA,Universitas Islam Bandung) yang berjudul “uji aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol kulit buah salak (Salacca Zalacca)(Gaertner)Voss) terhadap mencit swiss webster jantan yang diinduksi kalium oksonat” dapat disimpulkan bahwa kandungan senyawa flavonoid pada kulit buah salak (Salacca zalacca (Gaertner) Voss) berfungsi untuk menurunkan kadar asam urat dengan dosis 210 mg/kg BB dan 420 mg/kg BB pada hewan percobaan yang diinduksi kalium oksonat,tetapi tidak signifikan secara statistik dibandingkan dengan kadar sebelumnya. Dosis yang memberikan persentase penurunan kadar asam urat yang paling besar (26,63%) adalah dosis 210 mg/kg BB. C. METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni pre test dan post test control group design menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari satu kelompok kontrol negatif (Kalium Bromat (KBrO3), satu kelompok kontrol positif (Allopurinol), dan tiga kelompok perlakuan (infusa daun talas (Colocasia esculenta (L.) Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Federer. Rumus Federer (Federer, 1991) : (n-1) (t-1) 15 (n-1) (t-1) 15 (n-1) (5-1) 15 (n-1) (4) n4 – 4 15 15 n4 15 + 4 n4 19 n n 4,75 5 keterangan: n = banyaknya hewan uji tiap kelompok t = banyaknya kelompok Didapatkan jumlah sampel masing-masing kelompok sebanyak minimal 5 ekor. Pada penelitian digunakan hewan uji masing-masing kelompok sebanyak 5 ekor, sehingga jumlah hewan uji yang digunakan sebanyak 25 ekor. Sampel yang digunakan adalah tikus putih galur Wistar yang diambil secara simple random sampling dari populasi. Syarat yang harus dipenuhi adalah kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut: 1. Kriteria inklusi a. Tikus putih jantan galur Wistar. b. Umur tikus 2-3 bulan. c. Sehat, terlihat dari penampilan luar. d. Barat badan antara 180-200 gram. 2. Kriteria eksklusi Tikus mati atau sakit selama penelitian. D. Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain Kandang tikus, panci infusa, timbangan (Ohaus) dengan ketelitian 0,01 g, ayakan no. 30 mesh, blender, gelas beker, gelas ukur, labu takar, corong kaca, kain flanel, batang pengaduk, oven, spuit oral, Uric acid meter. Hewan uji yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan galur wistar sebanyak 25 ekor dengan berat badan 180-200 gram dan berumur 2-3 bulan. Tikus ini dipelihara dengan kondisi yang sama selama 1 minggu agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya, baru kemudian digunakan untuk penelitian. E. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data selisih penurunan kadar asam urat dari data pretest dan postest yaitu data pretest kenaikan kadar asam urat setelah diberi kalium bromat dan data postest yaitu penurunan kadar asam urat setelah dilakukan perlakuan pada masing masing kelompok. Data yang diperoleh diolah dengan program komputer SPSS 23.0 for Windows meliputi data kenaikan dan penurunan kadar asam urat.Untuk mengetahui normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-wilk karena jumlah sampel kecil (< 50). Data dikatakan terdistribusi normal jika p < 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji Levene’s test (untuk mengetahui homogenitas data). Jika nilai p > 0,05 maka data yang diuji adalah homogen dan jika p < 0,05 maka data dikatakan tidak homogen. Kemudian jika data homogen dan terdistribusi normal, maka data dianalisa dengan statistik parametrik ANOVA satu jalan kemudian dilanjutkan dengan uji LSD. Apabila tidak homogen dan tidak terdistribusi normal, data analisa dengan statistik nonparametrik menggunakan Kruskal-Wallis kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2011). F. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Identifikasi Senyawa Flavonoid Identifikasi senyawa flavonoid dalam daun talas (Colocasia esculenta (L.) yang ditunjukan dengan perubahan warna dari hitam menjadi warna kuning kecoklatan, terbentuknya warna kuning kecoklatan karena penambahan asam sulfat (H2SO4) pada tabung reaksi. Penelitian yang dilakukan menggunakan 25 ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor tikus. Kemudian tikus diadaptasikan terlebih dahulu selama 1 minggu sebelum penelitian. Sebelum dilakukan penelitian, tikus dipuasakan selama 18 jam dan tetap diberi minum, setelah itu diambil darah, lalu diberikan kalium bromat sebagai penginduksi asam urat setelah 3 hari diukur kadar asam urat sebagai data pretest, setelah itu masing-masing tikus diberi perlakuan selanjutnya diukur lagi kadar asam urat sebagai data posttest. Dari tabel 1 didapatkan hasil bahwa pada kelompok kontrol negatif kadar asam urat setelah diberi induksi KBrO3 sebesar 2,76±0,42 mg/dl dan kadar asam urat setelah diberi perlakuan sebesar 0,54±0,11 mg/dl. Kelompok kontrol positif kadar asam urat setelah diberi induksi KBrO3 sebesar 4,24±0,36 mg/dl dan kadar asam urat setelah diberi perlakuan sebesar 1,04±0,21 mg/dl. Infusa daun talas konsentrasi 5% kadar asam urat setelah diberi induksi KBrO3 sebesar 3,06±0,13 mg/dl dan kadar asam urat setelah diberi perlakuan sebesar 0,54±0,21 mg/dl. Infusa daun talas konsentrasi 10% kadar asam urat setelah diberi induksi KBrO3 sebesar 3,36±0,23 mg/dl dan kadar asam urat setelah diberi perlakuan sebesar 0,74±0,23 mg/dl. Infusa daun talas konsentrasi 20% kadar asam urat setelah diberi induksi KBrO3 sebesar 4,08±0,40 mg/dl dan kadar asam urat setelah diberi perlakuan sebesar 1,0±0,2 mg/dl. Tabel 4.1. Uji Efek Antihiperuriseia Perlakuan /Dosis Ulangan Kontrol Negatif (Aquadest + CMC-Na 1%) mean±SD Kontrol Positif (Allopurinol + CMC-Na 1%) mean±SD Infusa Daun Talas dosis 0,625 g/kgbb 1 2 3 4 5 mean±SD Infusa Daun Talas dosis 1,25 g/kgbb mean±SD Infusa Daun Talas dosis 2,5 g/kgbb mean±SD 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Kadar Asam Urat (mg/dl) Awal Terinduksi (pretes) 1,2 2,6 0,9 2,9 0,6 2,1 0,8 3,2 0,7 3,0 0,84±0,23 2,76±0,42 1,0 4,0 0,8 3,8 1,1 4,7 0,9 4,2 0,7 4,5 0,90±0,16 4,24±0,36 0,7 3,0 0,5 3,0 1,1 3,2 0,6 2,9 0,8 3,2 0,74±0,23 3,06±0,13 0,9 3,4 1,0 3,6 0,4 3,5 0,5 3,0 1,1 3,3 0,78±0,31 3,36±0,23 1,0 3,8 1,3 3,6 0,8 4,3 1,1 4,6 0,9 4,1 1,02±0,19 4,08±0,40 Kadar Setelah 3 Jam (postest) 0,5 0,7 0,4 0,6 0,5 0,54±0,11 1,3 1,0 1,2 0,9 0,8 1,04±0,21 0,5 0,3 0,7 0,8 0,4 0,54±0,21 0,7 1,1 0,5 0,6 0,8 0,74±0,23 0,8 0,9 0,9 1,3 1,1 1,0±0,2 Selisih 2,1 2,2 1,7 2,6 2,5 2,22±0,35 2,7 2,8 3,5 3,3 3,7 3,2±0,43 2,5 2,7 2,5 2,1 2,8 2,52±0,26 2,7 2,5 3,0 2,4 2,5 2,62±0,23 3,0 2,7 3,4 3,3 3,0 3,08±0,27 Tabel 5.1. Data Perubahan Kadar Asam Urat Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diberi perlakuan Dengan Infusa Daun Talas (Colocasia esculenta (L.) Perlakuan/Dosis Selisih (mg/dl) (mean±SD) Kontrol Negatif (CMC-Na 1%+Aquadest) 2,22±0,35 Kontrol Positif (Allopurinol) 3,2±0,43 Infusa 0,625 g/kgbb+CMCNa 1% 2,52±0,26 Infusa 1,25 g/kgbb+CMCNa 1% (maen±SD) 2,62±0,23 Infusa 2,5 g/kgbb+CMC-Na 1% 3,08±0,27 Berdasarkan data tersebut, kadar asam urat rata-rata 0,74-1,02 mg/dl (normal 0,5-1,9 mg/dl) setelah pemberian kalium bromat selama 3 hari rata-rata kadar asam urat hiperurisemia pada hewan uji 2,76-4,24 mg/dl (hiperurisemia 3 mg/dl atau lebih). Terlihat nilai induksi kalium bromat (tabel 2) pada kelompok kontrol negatif dengan rata-rata 2,76±0,42 mg/dl (data pretest) mengalami peningkatan kadar asam urat. Kelompok 1 kontrol negatif digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh terhadap kadar asam urat pada hewan uji yang hanya diberi aquadest + CMC-Na 1% sebanyak 2,5 ml/200gBB, setelah pemberian bahan tinggi purin (kalium bromat) secara oral selama 3 hari (dibiarkan selama 72 jam). Tabel 4.1 menunjukkan kelompok 1 kadar asam urat pretest rata-rata sebesar 2,76±0,42 mg/dl dan setelah perlakuan kadar asam urat postest rata-rata menjadi 0,54 ± 0,11 mg/dl. Terdapat penurunan kadar asam urat rata-rata sebesar 2,22± 0,35 mg/dl. Penurunan kadar asam urat pada kontrol negatif hanya sedikit, ini disebabkan karena kontrol negatif hanya berisi aquadest dimana didalamnya tidak ada kandungan yang dapat menurunkan kadar asam urat. Penurunan ini juga terjadi karena proses metabolisme didalam tubuh. Kelompok II kontrol positif digunakan sebagai pembanding dengan kelompok perlakuan yaitu diberi Allopurinol 2,52 mg + CMC-Na 1% sebanyak 2,5 ml/200gBB, setelah pemberian kalium bromat secara oral selama 3 hari. Terlihat pada tabel 4.1 tersebut adanya pengaruh Allopurinol dalam menurunkan kadar asam urat dari 4,24±0,36 mg/dl menjadi 1,04±0,21 mg/dl berarti ada selisih sebesar 3,2±0,43 mg/dl. Hal ini karena mekanisme dari Allopurinol yaitu menghambat kerja enzim xantin oksidase, sehingga produksi asam urat dapat ditekan. Allopurinol sudah terbukti keamanan dan khasiatnya sehingga dapat dijadikan variabel tergantung yang mendukung hipotesis. Pada kelompok III diberi perlakuan dengan infusa daun talas dosis 0,625 g/kgBB sebanyak 2,5 ml/200gBB setelah pemberian kalium bromat secara oral selama 3 hari. Kadar rata-rata asam urat terinduksi sebesar 3,06±0,13 mg/dl. Kadar asam urat setelah pemberian infusa daun talas sebesar 0,54±0,21 mg/dl lebih kecil dari pada kadar normal asam urat. Selisih kadar asam urat rata-rata sebesar 2,52±0,26mg/dl. Pada kelompok IV, kadar setelah pemberian kalium bromat selama 3 hari adalah 3,36±0,23 mg/dl dan setelah perlakuan dengan infusa daun talas dosis 1,25 g/kgBB sebanyak 2,5 ml/200gBB adalah 0,74±0,23 mg/dl. Berarti ada selisih sebesar 2,62±0,23 mg/dl yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok III. Pada kelompok V, kadar asam urat rata-rata setelah pemberian kalium bromat selama 3 hari sebesar 4,08±0,40 mg/dl dan setelah diberi infusa daun talas dosis 2,5 g/kgBB sebanyak 2,5 ml/200gBB sebesar 1,0±0,2 mg/dl. Selisih sebesar 3,08±0,27 mg/dl yang paling tinggi dari kelompok I, kelompok III, kelompok IV, dan kelompok V. Tabel 5.2. Hasil Uji LSD Selisih Asam Urat Kelompok Perlakuan Sig Keterangan I vs II 0,000 Berbeda bermakna I vs III 0,158 Berbeda tidak bermakna I vs IV 0,065 Berbeda tidak bermakna I vs V 0,000 Berbeda bermakna II vs III 0,003 Berbeda bermakna II vs IV 0,010 Berbeda bermakna II vs V 0,564 Berbeda tidak bermakna III vs IV 0,630 Berbeda tidak bermakna III vs V 0,013 Berbeda bermakna IV vs V 0,036 Berbeda bermakna Berdasarkan hasil uji LSD pada tabel 3 menunjukan bahwa kelompok I kontrol negatif (aquadest + CMC-Na 1%) dengan kelompok III (infusa daun talas dosis 0,625 g/kgBB) menunjukan nilai signifikansi 0,158 (P>0,05) berbeda tidak bermakna artinya infusa dosis 0,625 g/kgBB tidak memiliki efek menurunkan asam urat. Kelompok II (Allopurinol + CMC-Na 1%) dengan kelompok IV (infusa daun talas dosis 1,25 g/kgBB) menunjukkan nilai signifikan 0,010 (P<0,05) berbeda bermakna artinya infusa dosis 1,25 g/kgBB tidak memiliki efek menurunkan asam urat. Kelompok II (Allopurinol + CMC-Na 1%) dengan kelompok V (Infusa dosis 2,5 g/kgBB) menunjukan nilai signifikansi 0,564 (P>0,05) ada perbedaan tidak bermakna artinya kelompok V memiliki efek menurunkan asam urat yang sebanding dengan kelompok II (Allopurinol + CMC-Na 1%). Hasil analisa tersebut menunjukan bahwa kelompok V (infusa daun talas dosis 2,5 g/kgBB) mempunyai efek terhadap penurunan kadar asam urat sebanding dengan Allopurinol dosis 12,6 mg/kgBB. Sehingga dapat disimpulkan bahwa infusa daun talas dapat menurunkan kadar asam urat karena adanya kandungan flavonoid yang dapat menurunkan kadar asam urat, dengan mekanisme menghambat kerja enzim xantin oksidase sehingga tidak terjadi perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat. G. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Infusa daun talas (Colocasia esculenta (L.) mempunyai efek menurunkan kadar asam urat dengan pemberiaan secara peroral pada tikus putih jantan galur wistar. 2. Infusa daun talas (Colocasia esculenta (L.) dengan dosis 2,5 g/kgbb dapat menurunkan kadar asam urat yang sebanding dengan Allopurinol dosis 12,6 mg/kgbb. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada daun talas maupun bagian tanaman talas yang lain dengan menggunakan sediaan yang lain. 2. Perlu dilakukan uji toksisitas dan efek samping yang mungkin terjadi pada penggunaan jangka panjang. H. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu dosen prodi Farmasi dan staf karyawan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini Tim peneliti yang telah banyak membantu dalam kelancaran penelitian ini. I. DAFTAR PUSTAKA 1. Cipriani, S., Chen, X., dan Schwarzchild, M.A., 2010, Urate: a novel biomarker of Uric Acid disease risk, diagnosis and prognosis, Biomark Med; 4(5): 701-712. 2. Dalimartha, S., 2011, Resep Tumbuhan Obat untuk Asam Urat, 5, 7, 12, 58, Penebar Swadaya, Jakarta. 3. Depkes RI, 2007. Kotranas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1-8. 4. Dahlan, S., 2011, Statistik Untuk Kedokteran Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta. 5. Lovira, H, dkk. 2014 Pengaruh ekstrak etanol rambut jagung (Zea Mays L.) terhadap kadar asam urat darah mencit putih jantan hiperurisemia, Universitas Andalas, Padang. 6. Agnes, F, dkk. 2014 uji efek ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum (Wight) Walp) terhadap penurunan kadar asam urat tikus putih jantan galur wistar (Rattus novergicus L.) yang diinduksi potasium oksonat,UNSRAT, Manado 7. Annisa, S, dkk. 2015 Uji aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol kulit buah salak (sallaca zalacca(Gaertner)voss) mencit swiss webster jantan yang diinduksi kalium oksonat, UNISBA, Bandung.