5514 - UPT Perpustakaan Universitas Ngudi Waluyo

advertisement
KEEFEKTIFAN INFUSA DAUN TALAS (Colocasia esculenta
[L]) TERHADAP KADAR ASAM URAT TIKUS PUTIH
JANTAN GALUR WISTAR HIPERURISEMIA
ARTIKEL
Oleh
MD NOVA HENDRA KUSUMA
NIM. 050112A053
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
UNGARAN
2017
HALAMAN PENGESAHAN
Artikel berjudul :
Keefektifan Infusa Daun Talas (Colocasia esculenta [L]) Terhadap Kadar
Asam Urat Tikus Putih Jantan Galur Wistar Hiperurisemia
Disusun oleh:
MD Nova Hendra Kusuma
NIM. 050112A053
PROGRAM STUDI FARMASI
UNIVERSITAS NGUDI WALUYO
telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dan telah diperkenankan untuk
diujikan.
Ungaran, Februari 2017
Pembimbing Utama
Richa Yuswantina, S. Farm.,Apt.,M.Si
NIDN. 0630038702
KEEFEKTIVAN INFUSA DAUN TALAS (Colocasia esculenta [L])
TERHADAP KADAR ASAM URAT TIKUS PUTIH JANTAN GALUR
WISTAR HIPERURISEMIA
MD Nova Hendra Kusuma11, Richa Yuswantina 1, Jatmiko Susilo 1.
Program Studi Farmasi, Universitas Ngudi Waluyo
Email : [email protected]
ABSTRAK
Latar Belakang: Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin pada
manusia. Pengobatan asam urat bisa dengan menggunakan obat herbal dan non
herbal. Daun talas (Colocasia esculenta (L.) mengandung flavonoid yang diduga
mempunyai efek anti hiperurisemia.
Tujuan: Untuk mengetahui efek infusa daun talas (Colocasia esculenta (L.)
terhadap penurunan kadar asam urat tikus putih jantan galur wistar.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni pre and post
test control group design yang terdiri dari 5 kelompok perlakuan meliputi kontrol
negatif (aquadest + CMC-Na 1%), kontrol positif (allopurinol + CMC-Na 1%),
infusa daun talas dosis 0,625 g/kgbb, 1,25 g/kgbb, 2,5 g/kgbb. Data dianalisis
menggunakan SPSS 23,0 for windows.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil uji ANOVA infusa daun talas dosis 2,5 g/kgbb
memiliki efek anti hiperurisemia yang sebanding dengan Allopurinol dosis 12,6
mg/kgbb dengan nilai signifikan 0,564.
Kata Kunci: Infusa Daun Talas (Colocasia esculenta (L.), Flavonoid, Asam Urat,
Allopurinol
Kepustakaan: 32 (1954-2015)
ABSTRACT
Background: Uric acid is the end product of purine metabolism in humans.
Treatment of gout can use herbal and non herbal medicine. The leaves of taro
(Colocasia esculenta [L]) contain flavonoids thought to have anti hyperuricemia.
Objective: To determine the effect of taro leaves infusion (Colocasia esculenta
[L]) to decrease uric acid levels in male rats of wistar strain.
Method: This study was pure experimental using pre and posttest control group
design consisted of 5 groups including negative control (distilled water + CMCNa 1%), positive control (allopurinol + CMC-Na 1%), infusion of taro leaf in the
doses of 0,625 g / kg, 1,25 g/kg, 2,5 g/kg. Data were analyzed by using SPSS 23.0
for windows.
Conclusions: Based on the ANOVA test, taro leaves infusion with the dose of 2,5
g/kg has anti hyperuricemia comparable to Allopurinol with the dose of 12.6 mg /
kg with a significant value of 0.564.
Keywords: Taro leaves infusions (Colocasia esculenta [L]), Flavonoid, Uric
Acid, Allopurinol
Bibliographies: 32 (1954-2015)
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Asam urat adalah produk akhir dari metabolisme purin pada
manusia. Asam urat dihasilkan oleh semua makhluk hidup sebagai hasil
dari proses metabolisme sel yang berfungsi untuk memelihara
kelangsungan hidup. Purin ditemukan pada semua makanan yang
mengandung protein. Purin dapat berasal dari metabolisme dalam tubuh
disebut faktor endogen (genetik) dan berasal dari luar tubuh disebut faktor
eksogen (makanan). Pada mamalia asam urat dibentuk menjadi allantoin
dan karbondioksida oleh enzim urikase. Allantoin adalah komponen yang
sangat mudah larut dan sangat mudah di ekskresi melalui urin. Bila dalam
jumlah berlebihan asam urat dalam darah akan mengalami pengkristalan.
Asam urat mempunyai peran sebagai antioksidan bila kadarnya tidak
berlebihan dalam darah, namun bila kadarnya berlebih asam urat akan
berperan sebagai prooksidan (Cipriani dkk, 2010).
Pengobatan asam urat bisa dengan menggunakan obat herbal
dan non herbal. Pengobatan non herbal biasanya dengan obat dengan
kandungan kimia, sedangkan pengobatan herbal menggunakan tanaman
yang berkhasiat menurunkan kadar asam urat dalam darah. Indonesia
merupakan negara tropis yang dikenal kaya dengan keanekaragaman
hayatinya, antara lain berbagai jenis tumbuhan yang disebut sebagai
tanaman tradisional. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan
yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau
campuran bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman (Depkes, 2007). Kandungan
pada daun talas salah satunya adalah flavonoid yang, bersifat sebagai
antioksidan yang bekerja dengan menghambat kerja enzim xanthin
oksidase sehingga produksi asam urat berkurang (Dalimartha, 2006).
2. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui efek infusa daun talas (Colocasia esculenta [L])
terhadap penurunan kadar asam urat darah
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui efek infusa daun talas (Colocasia esculenta [L])
terhadap penurunan kadar asam urat darah tikus putih jantan galur
wistar
2) Untuk mengetahui dosis infusa daun talas (Colocasia esculenta [L])
yang sebanding dengan allopurinol dalam menurunkan kadar asam
urat darah tikus putih jantan galur wistar
B. PENELITIAN YANG RELEVAN
a. Penelitian yang dilakukan Lovira Hamzah dkk. 2014 (Fakultas Farmasi,
Universitas Andalas) yang berjudul “pengaruh ekstrak etanol rambut
jagung (Zea Mays L.) terhadap kadar asam urat darah mencit putih jantan
hiperurisemia”, dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol rambut jagung
membuktikan bahwa flavonoid memiliki efek hipourisemia terutama pada
dosis 125 mg/kgBB, 250 mg/kg BB, dan 500 mg/kgBB dapat menurunkan
kadar asam urat pada keadaan hiperurisemia.
b. Penelitian yang dilakukan Agnes Filadelvia Sinaga dkk. 2014 (Program
Studi Farmasi FMIPA UNSRAT) yang berjudul “uji efek ekstrak etanol
daun salam (Syzygium polyanthum (Wight.) Walp) terhadap penurunan
kadar asam urat tikus putih jantan galur wistar (Rattus novergicus L.)
yang diinduksi potasium oksonat” dapat disimpulkan bahwa kadungan
flavonoid pada daun salam memiliki efek hipourisemia pada dosis 6,413
g/BB dan 12,826 g/BB lebih memberikan efek menurunkan kadar asam
urat darah pada tikus.
c. Penelitian yang dilakukan Annisa Salsabila dkk. 2015 (Program Studi
Farmasi, Fakultas MIPA,Universitas Islam Bandung) yang berjudul “uji
aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol kulit buah salak (Salacca
Zalacca)(Gaertner)Voss) terhadap mencit swiss webster jantan yang
diinduksi kalium oksonat” dapat disimpulkan bahwa kandungan senyawa
flavonoid pada kulit buah salak (Salacca zalacca (Gaertner) Voss)
berfungsi untuk menurunkan kadar asam urat dengan dosis 210 mg/kg BB
dan 420 mg/kg BB pada hewan percobaan yang diinduksi kalium
oksonat,tetapi tidak signifikan secara statistik dibandingkan dengan kadar
sebelumnya. Dosis yang memberikan persentase penurunan kadar asam
urat yang paling besar (26,63%) adalah dosis 210 mg/kg BB.
C. METODE PENELITIAN
1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni pre test
dan post test control group design menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) yang terdiri dari satu kelompok kontrol negatif (Kalium
Bromat (KBrO3), satu kelompok kontrol positif (Allopurinol), dan tiga
kelompok perlakuan (infusa daun talas (Colocasia esculenta (L.)
Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus Federer.
Rumus Federer (Federer, 1991) :
(n-1) (t-1)
15
(n-1) (t-1)
15
(n-1) (5-1)
15
(n-1)
(4)
n4 – 4
15
15
n4
15 + 4
n4
19
n
n
4,75
5
keterangan:
n = banyaknya hewan uji tiap kelompok
t = banyaknya kelompok
Didapatkan jumlah sampel masing-masing kelompok sebanyak
minimal 5 ekor. Pada penelitian digunakan hewan uji masing-masing
kelompok sebanyak 5 ekor, sehingga jumlah hewan uji yang digunakan
sebanyak 25 ekor.
Sampel yang digunakan adalah tikus putih galur Wistar yang
diambil secara simple random sampling dari populasi. Syarat yang harus
dipenuhi adalah kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
1. Kriteria inklusi
a. Tikus putih jantan galur Wistar.
b. Umur tikus 2-3 bulan.
c. Sehat, terlihat dari penampilan luar.
d. Barat badan antara 180-200 gram.
2. Kriteria eksklusi
Tikus mati atau sakit selama penelitian.
D. Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain
Kandang tikus, panci infusa, timbangan (Ohaus) dengan ketelitian 0,01 g,
ayakan no. 30 mesh, blender, gelas beker, gelas ukur, labu takar, corong kaca,
kain flanel, batang pengaduk, oven, spuit oral, Uric acid meter.
Hewan uji yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tikus
putih jantan galur wistar sebanyak 25 ekor dengan berat badan 180-200 gram
dan berumur 2-3 bulan. Tikus ini dipelihara dengan kondisi yang sama
selama 1 minggu agar dapat beradaptasi dengan lingkungannya, baru
kemudian digunakan untuk penelitian.
E. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data selisih
penurunan kadar asam urat dari data pretest dan postest yaitu data pretest
kenaikan kadar asam urat setelah diberi kalium bromat dan data postest yaitu
penurunan kadar asam urat setelah dilakukan perlakuan pada masing masing
kelompok. Data yang diperoleh diolah dengan program komputer SPSS 23.0
for Windows meliputi data kenaikan dan penurunan kadar asam urat.Untuk
mengetahui normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-wilk karena
jumlah sampel kecil (< 50). Data dikatakan terdistribusi normal jika p < 0,05.
Kemudian dilanjutkan dengan uji Levene’s test (untuk mengetahui
homogenitas data). Jika nilai p > 0,05 maka data yang diuji adalah homogen
dan jika p < 0,05 maka data dikatakan tidak homogen. Kemudian jika data
homogen dan terdistribusi normal, maka data dianalisa dengan statistik
parametrik ANOVA satu jalan kemudian dilanjutkan dengan uji LSD.
Apabila tidak homogen dan tidak terdistribusi normal, data analisa dengan
statistik nonparametrik menggunakan Kruskal-Wallis kemudian dilanjutkan
dengan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2011).
F. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Identifikasi Senyawa Flavonoid
Identifikasi senyawa flavonoid dalam daun talas (Colocasia esculenta (L.)
yang ditunjukan dengan perubahan warna dari hitam menjadi warna
kuning kecoklatan, terbentuknya warna kuning kecoklatan karena
penambahan asam sulfat (H2SO4) pada tabung reaksi.
Penelitian yang dilakukan menggunakan 25 ekor tikus yang dibagi
menjadi 5 kelompok, dan masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor
tikus. Kemudian tikus diadaptasikan terlebih dahulu selama 1 minggu
sebelum penelitian. Sebelum dilakukan penelitian, tikus dipuasakan
selama 18 jam dan tetap diberi minum, setelah itu diambil darah, lalu
diberikan kalium bromat sebagai penginduksi asam urat setelah 3 hari
diukur kadar asam urat sebagai data pretest, setelah itu masing-masing
tikus diberi perlakuan selanjutnya diukur lagi kadar asam urat sebagai data
posttest.
Dari tabel 1 didapatkan hasil bahwa pada kelompok kontrol negatif
kadar asam urat setelah diberi induksi KBrO3 sebesar 2,76±0,42 mg/dl dan
kadar asam urat setelah diberi perlakuan sebesar 0,54±0,11 mg/dl.
Kelompok kontrol positif kadar asam urat setelah diberi induksi KBrO3
sebesar 4,24±0,36 mg/dl dan kadar asam urat setelah diberi perlakuan
sebesar 1,04±0,21 mg/dl. Infusa daun talas konsentrasi 5% kadar asam urat
setelah diberi induksi KBrO3 sebesar 3,06±0,13 mg/dl dan kadar asam urat
setelah diberi perlakuan sebesar 0,54±0,21 mg/dl. Infusa daun talas
konsentrasi 10% kadar asam urat setelah diberi induksi KBrO3 sebesar
3,36±0,23 mg/dl dan kadar asam urat setelah diberi perlakuan sebesar
0,74±0,23 mg/dl. Infusa daun talas konsentrasi 20% kadar asam urat
setelah diberi induksi KBrO3 sebesar 4,08±0,40 mg/dl dan kadar asam urat
setelah diberi perlakuan sebesar 1,0±0,2 mg/dl.
Tabel 4.1. Uji Efek Antihiperuriseia
Perlakuan
/Dosis
Ulangan
Kontrol
Negatif
(Aquadest +
CMC-Na
1%)
mean±SD
Kontrol
Positif
(Allopurinol
+ CMC-Na
1%)
mean±SD
Infusa
Daun Talas
dosis 0,625
g/kgbb
1
2
3
4
5
mean±SD
Infusa
Daun Talas
dosis 1,25
g/kgbb
mean±SD
Infusa
Daun Talas
dosis 2,5
g/kgbb
mean±SD
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
Kadar Asam Urat
(mg/dl)
Awal
Terinduksi
(pretes)
1,2
2,6
0,9
2,9
0,6
2,1
0,8
3,2
0,7
3,0
0,84±0,23 2,76±0,42
1,0
4,0
0,8
3,8
1,1
4,7
0,9
4,2
0,7
4,5
0,90±0,16 4,24±0,36
0,7
3,0
0,5
3,0
1,1
3,2
0,6
2,9
0,8
3,2
0,74±0,23 3,06±0,13
0,9
3,4
1,0
3,6
0,4
3,5
0,5
3,0
1,1
3,3
0,78±0,31 3,36±0,23
1,0
3,8
1,3
3,6
0,8
4,3
1,1
4,6
0,9
4,1
1,02±0,19 4,08±0,40
Kadar
Setelah 3
Jam
(postest)
0,5
0,7
0,4
0,6
0,5
0,54±0,11
1,3
1,0
1,2
0,9
0,8
1,04±0,21
0,5
0,3
0,7
0,8
0,4
0,54±0,21
0,7
1,1
0,5
0,6
0,8
0,74±0,23
0,8
0,9
0,9
1,3
1,1
1,0±0,2
Selisih
2,1
2,2
1,7
2,6
2,5
2,22±0,35
2,7
2,8
3,5
3,3
3,7
3,2±0,43
2,5
2,7
2,5
2,1
2,8
2,52±0,26
2,7
2,5
3,0
2,4
2,5
2,62±0,23
3,0
2,7
3,4
3,3
3,0
3,08±0,27
Tabel 5.1. Data Perubahan Kadar Asam Urat Pada Tikus Putih
Jantan Galur Wistar Yang Diberi perlakuan Dengan Infusa Daun
Talas (Colocasia esculenta (L.)
Perlakuan/Dosis
Selisih (mg/dl) (mean±SD)
Kontrol Negatif (CMC-Na
1%+Aquadest)
2,22±0,35
Kontrol Positif (Allopurinol)
3,2±0,43
Infusa 0,625 g/kgbb+CMCNa 1%
2,52±0,26
Infusa 1,25 g/kgbb+CMCNa 1% (maen±SD)
2,62±0,23
Infusa 2,5 g/kgbb+CMC-Na
1%
3,08±0,27
Berdasarkan data tersebut, kadar asam urat rata-rata 0,74-1,02
mg/dl (normal 0,5-1,9 mg/dl) setelah pemberian kalium bromat selama 3
hari rata-rata kadar asam urat hiperurisemia pada hewan uji 2,76-4,24
mg/dl (hiperurisemia 3 mg/dl atau lebih). Terlihat nilai induksi kalium
bromat (tabel 2) pada kelompok kontrol negatif dengan rata-rata 2,76±0,42
mg/dl (data pretest) mengalami peningkatan kadar asam urat. Kelompok 1
kontrol negatif digunakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh
terhadap kadar asam urat pada hewan uji yang hanya diberi aquadest +
CMC-Na 1% sebanyak 2,5 ml/200gBB, setelah pemberian bahan tinggi
purin (kalium bromat) secara oral selama 3 hari (dibiarkan selama 72 jam).
Tabel 4.1 menunjukkan kelompok 1 kadar asam urat pretest rata-rata
sebesar 2,76±0,42 mg/dl dan setelah perlakuan kadar asam urat postest
rata-rata menjadi 0,54 ± 0,11 mg/dl. Terdapat penurunan kadar asam urat
rata-rata sebesar 2,22± 0,35 mg/dl. Penurunan kadar asam urat pada
kontrol negatif hanya sedikit, ini disebabkan karena kontrol negatif hanya
berisi aquadest dimana didalamnya tidak ada kandungan yang dapat
menurunkan kadar asam urat. Penurunan ini juga terjadi karena proses
metabolisme didalam tubuh.
Kelompok II kontrol positif digunakan sebagai pembanding
dengan kelompok perlakuan yaitu diberi Allopurinol 2,52 mg + CMC-Na
1% sebanyak 2,5 ml/200gBB, setelah pemberian kalium bromat secara
oral selama 3 hari. Terlihat pada tabel 4.1 tersebut adanya pengaruh
Allopurinol dalam menurunkan kadar asam urat dari 4,24±0,36 mg/dl
menjadi 1,04±0,21 mg/dl berarti ada selisih sebesar 3,2±0,43 mg/dl. Hal
ini karena mekanisme dari Allopurinol yaitu menghambat kerja enzim
xantin oksidase, sehingga produksi asam urat dapat ditekan. Allopurinol
sudah terbukti keamanan dan khasiatnya sehingga dapat dijadikan variabel
tergantung yang mendukung hipotesis.
Pada kelompok III diberi perlakuan dengan infusa daun talas dosis
0,625 g/kgBB sebanyak 2,5 ml/200gBB setelah pemberian kalium bromat
secara oral selama 3 hari. Kadar rata-rata asam urat terinduksi sebesar
3,06±0,13 mg/dl. Kadar asam urat setelah pemberian infusa daun talas
sebesar 0,54±0,21 mg/dl lebih kecil dari pada kadar normal asam urat.
Selisih kadar asam urat rata-rata sebesar 2,52±0,26mg/dl.
Pada kelompok IV, kadar setelah pemberian kalium bromat selama
3 hari adalah 3,36±0,23 mg/dl dan setelah perlakuan dengan infusa daun
talas dosis 1,25 g/kgBB sebanyak 2,5 ml/200gBB adalah 0,74±0,23
mg/dl. Berarti ada selisih sebesar 2,62±0,23 mg/dl yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok III.
Pada kelompok V, kadar asam urat rata-rata setelah pemberian
kalium bromat selama 3 hari sebesar 4,08±0,40 mg/dl dan setelah diberi
infusa daun talas dosis 2,5 g/kgBB sebanyak 2,5 ml/200gBB sebesar
1,0±0,2 mg/dl. Selisih sebesar 3,08±0,27 mg/dl yang paling tinggi dari
kelompok I, kelompok III, kelompok IV, dan kelompok V.
Tabel 5.2. Hasil Uji LSD Selisih Asam Urat
Kelompok Perlakuan
Sig
Keterangan
I vs II
0,000
Berbeda bermakna
I vs III
0,158
Berbeda tidak bermakna
I vs IV
0,065
Berbeda tidak bermakna
I vs V
0,000
Berbeda bermakna
II vs III
0,003
Berbeda bermakna
II vs IV
0,010
Berbeda bermakna
II vs V
0,564
Berbeda tidak bermakna
III vs IV
0,630
Berbeda tidak bermakna
III vs V
0,013
Berbeda bermakna
IV vs V
0,036
Berbeda bermakna
Berdasarkan hasil uji LSD pada tabel 3 menunjukan bahwa
kelompok I kontrol negatif (aquadest + CMC-Na 1%) dengan kelompok
III (infusa daun talas dosis 0,625 g/kgBB) menunjukan nilai signifikansi
0,158 (P>0,05) berbeda tidak bermakna artinya infusa dosis 0,625 g/kgBB
tidak memiliki efek menurunkan asam urat. Kelompok II (Allopurinol +
CMC-Na 1%) dengan kelompok IV (infusa daun talas dosis 1,25 g/kgBB)
menunjukkan nilai signifikan 0,010 (P<0,05) berbeda bermakna artinya
infusa dosis 1,25 g/kgBB tidak memiliki efek menurunkan asam urat.
Kelompok II (Allopurinol + CMC-Na 1%) dengan kelompok V (Infusa
dosis 2,5 g/kgBB) menunjukan nilai signifikansi 0,564 (P>0,05) ada
perbedaan tidak bermakna artinya kelompok V memiliki efek menurunkan
asam urat yang sebanding dengan kelompok II (Allopurinol + CMC-Na
1%).
Hasil analisa tersebut menunjukan bahwa kelompok V (infusa daun
talas dosis 2,5 g/kgBB) mempunyai efek terhadap penurunan kadar asam
urat sebanding dengan Allopurinol dosis 12,6 mg/kgBB. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa infusa daun talas dapat menurunkan kadar asam urat
karena adanya kandungan flavonoid yang dapat menurunkan kadar asam
urat, dengan mekanisme menghambat kerja enzim xantin oksidase
sehingga tidak terjadi perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin
menjadi asam urat.
G. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Infusa daun talas (Colocasia esculenta (L.) mempunyai efek menurunkan
kadar asam urat dengan pemberiaan secara peroral pada tikus putih jantan
galur wistar.
2. Infusa daun talas (Colocasia esculenta (L.) dengan dosis 2,5 g/kgbb dapat
menurunkan kadar asam urat yang sebanding dengan Allopurinol dosis
12,6 mg/kgbb.
Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada daun talas maupun bagian
tanaman talas yang lain dengan menggunakan sediaan yang lain.
2. Perlu dilakukan uji toksisitas dan efek samping yang mungkin terjadi
pada penggunaan jangka panjang.
H. UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu dosen
prodi Farmasi dan staf karyawan Universitas Ngudi Waluyo Ungaran yang
telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan skripsi ini Tim peneliti
yang telah banyak membantu dalam kelancaran penelitian ini.
I. DAFTAR PUSTAKA
1. Cipriani, S., Chen, X., dan Schwarzchild, M.A., 2010, Urate: a novel
biomarker of Uric Acid disease risk, diagnosis and prognosis, Biomark
Med; 4(5): 701-712.
2. Dalimartha, S., 2011, Resep Tumbuhan Obat untuk Asam Urat, 5, 7, 12,
58, Penebar Swadaya, Jakarta.
3. Depkes RI, 2007. Kotranas. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman
1-8.
4. Dahlan, S., 2011, Statistik Untuk Kedokteran Kesehatan, Salemba Medika,
Jakarta.
5. Lovira, H, dkk. 2014 Pengaruh ekstrak etanol rambut jagung (Zea Mays
L.) terhadap kadar asam urat darah mencit putih jantan hiperurisemia,
Universitas Andalas, Padang.
6. Agnes, F, dkk. 2014 uji efek ekstrak etanol daun salam (Syzygium
polyanthum (Wight) Walp) terhadap penurunan kadar asam urat tikus
putih jantan galur wistar (Rattus novergicus L.) yang diinduksi potasium
oksonat,UNSRAT, Manado
7. Annisa, S, dkk. 2015 Uji aktivitas antihiperurisemia ekstrak etanol kulit
buah salak (sallaca zalacca(Gaertner)voss) mencit swiss webster jantan
yang diinduksi kalium oksonat, UNISBA, Bandung.
Download