Keragaman Spesies Ikan di Danau Cilodong (The Species Diversity of Fish in Cilodong Lake) Laode Kiki Murdiansyah,Wahyu Prihatini, S.Y.Srie Rahayu. Program Studi Biologi FMIPA, Universitas Pakuan ABSTRAK Ikan memberikan banyak manfaat bagi manusia, antara lain sebagai bahan pangan dan ikan hias. Ikan danau di Jawa Barat semakin terancam akibat penurunan kualitas lingkungan. Penelitian ini bertujuan mendata keragaman spesies dan potensi ikan di Danau Cilodong, Depok. Parameter penelitian adalah keragaman spesies ikan, dan kimia fisika perairan meliputi pH, DO, BOD, COD, TOM, suhu, kecerahan, dan kedalaman. Penelitian ini mendapatkan 12 spesies ikan konsumsi, dan 5 spesies ikan hias, dengan tingkat keragaman spesies tergolong sedang, berdasarkan indeks keragaman Shannon Wienner. Spesies ikan yang paling banyak ditemukan, yaitu Oreochromis mossambica (mujair), Oreochromis sp. (nila merah), Hypostomus sp. (sapu-sapu), dan Dermogenys pussil (julung-julung). Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan seluruh parameter kimia fisika air berkorelasi terbalik dengan keragaman spesies ikan. Parameter yang memiliki korelasi sangat kuat dengan keragaman spesies ikan di Danau Cilodong, yaitu suhu, COD, dan kedalaman. Kata kunci : keragaman spesies, ikan, Danau Cilodong. Pendahuluan Ikan merupakan sumber protein hewani yang murah dan mudah didapat (Omar, 2012). Keragaman spesies ikan di suatu ekosistem sangat ditentukan oleh daya dukung habitat, dan kondisi perairan. Keragaman spesies ikan pada 11 danau di Indonesia Barat dan Sulawesi, diketahui sebanyak 69 spesies dari 22 famili (Wargasasmita, 2000). Karakterisasi morfologi merupakan salah satu cara mudah untuk identifikasi spesies ikan, karena diferensiasi karakter morfologi yang terjadi pada suatu spesies akibat adaptasi terhadap lingkungannya, dapat mengarah pada perubahan morfologi dan ketahanan hidup (Bhagawati dkk. 2012). Selain metode morfometrik yang menekankan pada pengukuran bagian-bagian tertentu tubuh ikan, dapat pula dilakukan metode meristik dengan menghitung jumlah bagian-bagian tertentu tubuh ikan (Omar, 2012). Perubahan kondisi daerah aliran sungai, dan pemanfaatan intensif wilayah sekitar danau dapat merubah keseimbangan ekologis danau, termasuk keragaman spesies ikan di dalamnya. Sampai saat ini belum tersedia informasi tentang keragaman spesies ikan di Danau Cilodong, sementara penangkapan ikan dan pencemaran danau terus berlangsung. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui keragaman spesies ikan dan potensinya, serta kelangsungan Danau Cilodong, Depok. Bahan dan Metode Penelitian berlangsung pada bulan Agustus–September 2014, di Danau Cilodong, Depok. Pengambilan sampel ikan, dan pengukuran kimia fisika air dilakukan pada tiga stasiun, yaitu inlet, outlet, dan area danau yang bervegetasi, 1 masing-masing pada tiga titik berukuran 2x2m2. Pengambilan sampel dilakukan sekali seminggu, selama empat minggu. 1 3 Inlet outlet bervegetasi 2 Lokasi penelitian di Danau Cilodong (Sumber: Google maps 2014) Penangkapan ikan menggunakan jaring 1-2 mm. Ikan yang tertangkap disimpan di aquarium, untuk pengukuran meristik dan identifikasi. Identifikasi spesies ikan dilakukan di Laboratorium Biologi FMIPA Universitas Pakuan, menggunakan buku Kottelat dkk. (1993). Usai pengukuran dan identifikasi, sampel ikan dimatikan, direndam dalam formalin 4% selama 24 jam. Spesimen lalu dicuci pada air mengalir, dipindahkan ke dalam alkohol 70%, dan diberi label nama spesies, lokasi, dan tanggal sampling. Pengukuran DO, pH, kecerahan, kedalaman, dan suhu air dilakukan langsung di lokasi penelitian. Parameter kimia air lainnya (BOD, COD, TOM) dianalisis di Laboratorium Produktivitas Lingkungan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Selain data primer tersebut di atas, dikumpulkan pula data sekunder berupa informasi pendukung melalui kuesioner, meliputi data spesies ikan yang sering ditangkap warga, pemanfaatan ikan hasil tangkapan, alat tangkap, dan jenis umpan yang dipakai warga. Keragaman spesies ikan dianalisis menggunakan indeks Shannon-Wienner (Latupapua, 2011), sebagai berikut: H’ = − ∑𝑠𝑖=1 𝑝𝑖. In 𝑝𝑖 dengan: 𝑛 Pi = ∑ 𝑁𝑖 H’= indeks keragaman Shannon-Wienner Pi = rasio jumlah individu suatu spesies terhadap jumlah total spesies. ni = jumlah individu spesies ke-i N = jumlah total individu Nilai indeks yang diperoleh (H’) kemudian diinterpretasikan sebagai berikut : H’>3 berarti tingkat keragaman tinggi. 1<H’<3 berarti tingkat keragaman sedang H’<1 berarti tingkat keragaman rendah. Analisis korelasi Pearson dipakai untuk menentukan korelasi antara keragaman spesies ikan dengan kondisi kimia fisika air Danau Cilodong. Rumus penghitungan koefisien korelasi (r) yaitu (Usmant, 2013) : r= ∑𝒙𝒚 √(∑ x2 )(∑y2 ) dengan : ∑xy = jumlah hasil kali x dan y 2 Hasil dan Pembahasan ∑𝑥 2 = jumlah dari x (nilai parameter kimia fisika air) dikuadratkan Keragaman spesies ikan ∑𝑦 2 = jumlah dari y (keragaman spesies Berdasarkan hasil identifikasi ikan) dikuadratkan sampel ikan yang tertangkap, diperoleh Hasil analisis korelasi Pearson 17 spesies dari 11 famili ikan (Tabel 1). diinterprestasikan sebagai berikut : Jumlah spesies ikan terbanyak dijumpai ▪ nilai (+) menunjukkan korelasi searah di area danau yang bervegetasi (stasiun (berbanding lurus) antara parameter II), yaitu sebanyak 12 spesies dengan kimia fisika air dengan keragaman jumlah 105 ekor, atau 53% dari junlah spesies ikan. total ikan yang diperoleh. Jumlah spesies ▪ nilai (-) menunjukkan korelasi ikan terendah dijumpai di area outlet berlawanan (berbanding terbalik) antara danau, yaitu tujuh spesies dengan jumlah parameter kimia fisika air dengan ikan 30 ekor, atau 15% dari total ikan keragaman spesies ikan. yang diperoleh. Dari inlet danau Nilai r mendekati +1 atau -1 diperoleh 10 spesies, dengan jumlah 62 berarti ada korelasi sangat kuat di antara ekor atau 32% dari total ikan yang kedua parameter tersebut. Jika nilai r diperoleh. mendekati 0, berarti hubungan antara kedua parameter sangat lemah, dengan kata lain tidak ada korelasi antar keduanya (Usmant, 2013). Tabel 1. Ragam spesies ikan yang dijumpai di Danau Cilodong, Depok. No Famili 1 Belontiidae 2 Channidae 3 Cichlidae 4 Clariidae 5 Cyprinidae 6 7 8 9 10 11 Eleotridae Gobiidae Hemiramphidae Loricariidae Pangasiidae Poeciliidae ∑ 11 famili Spesies Trichogaster tricopterus Trichopsis vittata Channa striata Oreochromis mossambica Oreochromis niloticus Oreochromis sp. Clarias gariepinus Cyprinus carpio Osteochilus haselti Rasbora lateristriata Rasbora argyrotaenia Oxyeleotris marmoratus Brachygobius xanthomelas Dermogenys pussila Hypostomus sp. Pangasius humeralis Poecilia reticulata 17 spesies I Jumlah ikan (ekor) II 3 1 1 8 11 14 11 16 1 III 3 3 5 1 1 2 1 8 14 9 7 62 10 spesies 1 4 12 19 22 1 105 12 spesies 10 5 3 30 7 spesies Total (ekor) 3 1 1 25 14 32 1 1 1 2 2 4 20 43 36 1 10 197 Keterangan : I = area inlet, II = area bervegetasi, III = area outlet danau Terdapat empat spesies ikan yang dijumpai di semua stasiun pengamatan, dan jumlahnya relatif banyak, yaitu Oreochromis mossambica (mujair), Oreochromis sp (nila merah), Dermogenys pussila (julung-julung), Hypostomus sp. (sapu-sapu). 3 Kimia fisika perairan Danau Cilodong Secara keseluruhan kondisi kimia fisika perairan Danau Cilodong masih cukup sesuai untuk mendukung kehidupan ikan, mengacu pada PP No. 82 Tahun 2001 tentang persyaratan kualitas air untuk perikanan. Suhu air danau berkisar 29,2–29,8oC; kedalaman berkisar 40,4-114,8 cm; kecerahan 37,2-79,2 cm; pH air 7,4-7,7; DO 4,3–6,6 mg/l; BOD 2,9-3,3 mg/l; COD 35,8–36,5 mg/l; dan TOM berkisar 14,8–21,7 mg/l. Tingkat keragaman spesies ikan Secara keseluruhan, hasil analisis tingkat keragaman spesies ikan Danau Cilodong menggunakan indeks ShannonWiener, mendapati indeks keragaman spesies ikan tergolong sedang (H’= 2,16). Nilai indeks ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa kondisi Danau Cilodong secara ekologi mengalami sedikit gangguan (Prianto & Husnah, 2013). Hasil pengukuran DO air yang terendah yaitu 4,26 mg/l; nilai ini mendekati batas bawah baku mutu air golongan III untuk perikanan, yaitu 3 mg/l (PP No. 82 Tahun 2001). Peningkatan populasi dan kegiatan warga sekitar danau, pesatnya laju pertumbuhan kota, dan konversi lahan di sekitar danau, dapat menyebabkan penurunan kualitas air danau, terutama DO, akibat pendangkalan air danau. Penurunan kadar DO di bawah batas minimal, akan mengurangi ketersediaan oksigen bagi ikan, yang menghambat proses respirasi. Ketersediaan oksigen bagi ikan untuk tumbuh dan berkembang, minimal 3 mg/l, namun lebih baik bila di atas 5 mg/l (Rahardjo dkk. 2003). Korelasi kimia fisika perairan dengan keragaman spesies ikan Hasil analisis korelasi Pearson mendapati seluruh parameter kimia fisika perairan memiliki korelasi terbalik dengan tingkat keragaman spesies ikan. Dari delapan parameter yang diukur, terdapat tiga parameter yang memiliki korelasi sangat kuat dengan keragaman spesies ikan, yaitu suhu, COD, dan kedalaman air. Suhu perairan merupakan faktor penting bagi ikan, karena sebagai hewan poikilothermal suhu tubuh ikan sangat mudah terpengaruh oleh perubahan suhu lingkungan. Kenaikan suhu lingkungan akan meningkatkan laju pertumbuhan ikan, namun hanya sampai batas tertentu (Sastrawijaya, 2009). Kenaikan suhu air akan meningkatkan laju metabolisme tubuh ikan, sehingga meningkatkan kebutuhan akan oksigen dari lingkungan. Akibatnya jika suhu air naik, kandungan oksigen dalam air (DO) akan menurun. Jika kebutuhan akan oksigen melebihi dari ketersediaan oksigen di perairan, ikan akan mengalami gangguan fisiologis, bahkan dapat menyebabkan kematian (Sastrawijaya, 2009). COD merupakan parameter perairan yang umum digunakan untuk mengetahui kandungan bahan organik, baik yang berasal dari alam maupun dari aktivitas manusia. Berdasarkan kesempurnaan proses oksidasi bahan organik, nilai COD dianggap paling baik menggambarkan keberadaan bahan organik, baik yang mudah maupun yang sulit didekomposisi secara biologis. Oksigen terlarut di air dibutuhkan untuk mengoksidasi secara kimiawi bahan organik di perairan (Effendi 2013). Mencari makan merupakan kegiatan hewan untuk mendapatkan nutrien, yang dibutuhkan untuk mendukung seluruh aktivitas hidupnya. Beberapa bahan organik di perairan merupakan sumber pakan bagi ikan. Apabila di suatu lingkungan tersedia cukup pakan, dan kondisi lingkungan juga mendukung, banyak ikan akan menyukai lingkungan tersebut, dan dapat tumbuh baik (Rahardjo dkk. 2011). 4 Perairan yang memiliki nilai COD tinggi, tidak sesuai untuk kepentingan perikanan (Effendi, 2003). Keragaman spesies ikan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya kedalaman perairan. Semakin dalam suatu perairan, ketersediaan oksigen terlarut semakin berkurang akibat tekanan air yang makin besar di dasar, sehingga difusi oksigen sulit mencapai dasar perairan. Fenomena ini memberikan efek terhadap distribusi ikan, semakin dalam perairan danau, keberadaan ikan semakin jarang, baik dalam spesies maupun jumlahnya (Rahardjo dkk. 2011). Potensi ikan di Danau Cilodong Danau Cilodong memiliki luas 10 hektar dan posisinya dekat dengan jalan raya. Jalanan di sekeliling danau sudah bermutu baik karena terbuat dari beton. Perairan Danau Cilodong tampak berwarna kehijauan diduga karena banyaknya plankton, sesuai pernyataan Walukow (2011) yang menyebutkan keberadaan fitoplankton membuat warna hijau perairan danau. Sebanyak 12 spesies ikan, atau 70% dari total jumlah spesies ikan yang tertangkap pada penelitian ini, merupakan jenis ikan konsumsi, dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Ikan-ikan tersebut, yaitu Channa striata (gabus), Oreochromis mossambica (mujair), Oreochromis niloticus (nila), Oreochromis sp., Cyprinus carpio (mas), Trichogaster tricopterus (sepat), Clarias gariepinus (lele), Pangasius humeralis (patin), Oxyeleotris marmoratus (betutu), Osteochilus haselti (nilem), Rasbora argyrotaenia (lunjar padi bintik dua), Rasbora lateristriata (wader pari). Di antara 12 spesies ikan konsumsi tersebut, terdapat 10 spesies yang memiliki potensi besar dan mudah untuk dibudidayakan, yaitu ikan mas, sepat, gabus, nila, nila merah, mujair, lele, patin, gabus melas, dan nilem. Diperoleh lima spesies ikan yang berpotensi dimanfaatkan sebagai ikan hias, yaitu Brachygobius xanthomelas (manga), Poecilia reticulata (bungkreng), Dermogenys pussilam (julung-julung), Trichopsis vittata (cupang sawah), Hypostomus sp. (sapu-sapu). Terdapat tiga spesies ikan yang berpotensi sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias, yaitu Trichogaster tricopterus (sepat), Oreochromis sp. (nila merah), Rasbora lateristriata (wader pari). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keragaman ikan di Danau Cilodong memiliki potensi besar untuk dikembangkan, namun dengan tetap mempertahankan kelestariannya secara keberlanjutan. Kegiatan masyarakat sekitar Danau Cilodong Pengumpulan data sekunder melalui kuesioner, mendapati informasi bahwa jenis-jenis ikan dari Danau Cilodong yang tertangkap warga, umumnya adalah ikan mujair, nila, nila merah, gabus, dan nilem. Hasil tangkapan sebagian besar dimanfaatkan warga untuk dipelihara, maupun dikonsumsi. Untuk menangkap ikan, sebagian besar warga menggunakan alat pancing. Umpan yang digunakan untuk memancing ikan kebanyakan merupakan umpan hidup, yaitu anak semut rangrang untuk ikan wader pari, umpan cacing untuk memancing ikan gabus, dan udang untuk ikan mujair, nila, nila merah. Septiyaningsih dkk. (2013) menyebutkan jenis umpan merupakan salah satu faktor penting keberhasilan penangkapan ikan. Umpan yang berbeda memberikan pengaruh terhadap hasil tangkapan ikan (Takapaha dkk. 2010). 5 Kesimpulan Penelitian ini mendapati 17 spesies ikan dari 11 famili, yang ditemukan di Danau Cilodong. Sebanyak 12 spesies merupakan jenis ikan konsumsi, dan lima spesies ikan hias. Tingkat keragaman spesies ikan di Danau Cilodong tergolong sedang (H’= 2,1657), berdasarkan indeks keragaman ShannonWienner. Kualitas kimia fisika perairan Danau Cilodong secara umum masih sesuai untuk mendukung kehidupan ikan. Tingkat keragaman spesies ikan berkorelasi erat dan berbanding terbalik dengan faktor suhu, COD, dan kedalaman perairan. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut, tentang keragaman spesies ikan di Danau Cilodong, karena diduga masih banyak spesies ikan yang belum teridentifikasi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi dasar bagi pengelolaan potensi Danau Cilodong di masa depan. Daftar Pustaka Bhagawati, D., Abulias, M. N., Amuranto, A. 2012. Karakter Mulut dan Variasi Struktur Gigi pada Familia Bagridae yang Tertangkap di Sungai Serayu Kabupaten Banyumas. Jurnal Depik 1(3): 144148. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 120-128. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, S. Wirjoatmodjo. 1993. Fresh Water Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hongkong. 1-291 Latupapua, M. J. J. 2011. Keanekaragaman Jenis Nekton di Mangrove Kawasan Segoro Anak Taman Nasional Alas Purwo. Jurnal Agroforestri 6 (2): 81-91 Omar, S. B. A. 2012. Dunia Ikan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 22, 49, 104, 140-159 Peraturan Pemerintah Nomor 82. 2001. Pengolahan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Prianto, E. Husnah. 2013. Komposisi Jenis dan Keragaman Ikan di Sungai Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan. Prosiding Pertemuan Ilmiah Tahunan MLI I, Cibinong 3 Desember 2013. 192-203 Rahardjo, M. F., D. S. Sjafei, R. Affandi, Sulistiono. 2011. Iktiologi. CV. Lubuk Agung. Bandung. 338 Sastrawijaya, A.T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Reka Cipta. Jakarta. 117-118 Septiyaningsih, R. Irnawati, A. Susanto. 2013. Application of Different types and Bait’s Weights on Mud Crab Trap. Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan 2 (1) : 55-61 Takapaha, S. A., H. J. Kumajas, E. M. Katiandagho. 2010. Pengaruh Jenis Umpan Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Pancing Layang-Layang di Selat Bangka Minahasa Utara. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 4 (1) : 22– 30 Utsman, F. R. 2013. Panduan Statistika Pendidikan. Diva Press. Jogjakarta. 124-129 Walukow, A. F. 2011. Kondisi Parameter Biologi Plankton dan Ikan di Perairan Danau Sentani. Jurnal Biologi Indonesia 7 (1): 187-193 Wargasasmita, S. 2000. Keanekaragaman Jenis Ikan Dalam Ekosistem Danau dan Situ di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Keanekaragaman Hayati Ikan, Bogor. 39-47 6