KONSTRUKSI KINERJA GURU AGAMA HINDU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI DI KOTA MATARAM Ni Komang Wiasti Dosen Tetap Jurusan Dharma Acarya Prodi Pendidikan Agama Hindu STAH Negeri Gde Pudja Mataram Abstract Teachers are professional educators with the primary task of educating, teaching, guiding, directing, training, assessing and evaluating students in early childhood education, formal education, elementary education, and secondary education. Therefore, teachers are required to have particular Hindu competencies in order to achieve quality performance Hinduism educational purposes. To realize these goals need to be balanced with efforts to construct a teacher's performance by providing training, supervision programs, certification, Assembly Subject Teacher, teacher meetings and provide adequate supporting infrastructure. But the phenomenon that occurs in the Public High Schools in Mataram are as follows: 1) the number of students is not proportional to the number of Hindu religious teacher; 2) Hindu teacher education level is uneven; 3) lack of a dedicated space for learning; 4) means of supporting very limited so there should be research titled Construction of Teacher Performance Hinduism Public High Schools in Mataram. By looking at the problems that occurred in the Public High Schools in Mataram then formulated the following issues: 1) how is the performance of Hindu religious teacher Public High Schools in Mataram? 2) Efforts are being made to construct the Teacher Performance Hinduism Public High Schools in Mataram?The purpose of this study was to obtain a clear picture and information about the construction of a Hindu religious teacher performance Public High Schools in Mataram that will be used as a reference, a guide to add insight and more importantly can be used as a reference for further relevant research. The theory is used to study these problems can be used theory as follows: 1) the theory of constructivism; 2) the theory of profesionality; 3) educational theory. The method used in this research is descriptive qualitative research with data collection techniques are observation, interviews, document study, whereas the data analysis in the form of reduction, classification, interpretation and conclusion. From the research and discussion of the performance of Hindu religious teacher at Government Secondary School City of Mataram are good. This was evidenced by Hindu teachers have personal competence as having sradha devotion, patience, and discipline; pedagogic competence as the ability of religious practices such as conducting routine tri Sandya, get used to pray, Medana Punia, discourse dharma, dharma yatra; social competence such as mutual respect among the school community, living in harmony with the principal, vice principal, students and peers, build team work, carry out written and oral communication; professional competence as mastering the field of science, understand and can apply the applicable curriculum, able to analyze problems and learning outcomes, master of science and technology, and efforts are being made to construct a Hindu religious teacher performance Public High Schools in Mataram through the following activities: a) certification, b) training; c) Subject Teacher Council (MGMPs) d) Training; e) teacher meetings. Key Word: Constructivism Teacher Performance Hinduism A. PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 menyatakan bahwa Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, mengarahkan, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, guru memiliki kedudukan sebagai tenaga profesional yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadan Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (UU Guru dan Dosen, 2008:5) Oleh karena itu untuk menjadi guru tidaklah mudah karena tugas dan tanggung jawabnya begitu berat, banyak orang menilai dengan orang yang di gugu dan ditiru, tindakannya menjadi panutan, teladan, dan pahlawan tanpa tanda jasa terlebih lagi dengan sebutan profesional dituntut untuk memiliki keahlian serta hasil kerja yang memuaskan. Dengan demikian hal yang harus dilakukan baik terkait masalah kedinasan maupun di luar dinas misalnya mengajar dengan metode yang bervariasi, memberikan penilaian hasil belajar, mempersiapkan administrasi pembelajaran, mendidik dengan mengembangkan karakter keagamaan, membimbing mengembangkan bakat dan minat siswanya, menjadi orang tua kedua, membantu penyelesaian masalah yang dihadapi oleh siswanya serta selalu berupaya berusaha meningkatkan pengetahuan keilmuan yang menjadi bidang pelajarannya agar tidak ketinggalan jaman, serta mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi demi terwujud tujuan pendidikan khususnya agama Hindu. Adapun tujuan pendidikan agama Hindu di sekolah merupakan suatu upaya untuk membina pertumbuhan jiwa raga anak didik sesuai dengan ajaran agama Hindu yaitu membentuk manusia yang pancasilais yang astiti bhakti atau bertakwa kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, membentuk moral, etika dan spiritual anak didik yang sesuai dengan ajaran agama Hindu, di sekolah hendaknya materi pelajaran disesuaikan dengan tingkat perkembangan jiwa anak didik, dikorelasikan dengan bidang ilmu yang lainnya, dan guru hendaknya memberikan contoh kehidupan beragama yang baik. Disamping itu juga dituntut mutu kinerja guru yang memadai. Menurut Sagala (2009:29) menyatakan ada empat kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru dalam menentukan keberhasilan kinerjanya diantaranya yaitu: 1) Kompetensi Kepribadian; 2) Kompetensi Paedagogik; 3) Kompetensi Profesional; 4) Kompetensi Sosial. Oleh sebab itu demi tercapainya tujuan dari pendidikan agama Hindu pemerintah sangat perlu mengupayakan peningkatan kinerja guru tersebut dengan berbagai cara yakni meliputi peningkatan secara akademis dan non akademis yaitu melanjutkan studi, workshop, penataran, peningkatan kinerja (supervisi pendidikan), Musyawarah Guru Mata Pelajaran, studi banding dan lain-lain. Disamping itu juga guru harus selalu mengembangkan kapasitas dirinya selaku guru sebagai tempat untuk bertanya, cerdas, terampil serta mampu mendesain pembelajaran agar menjadi guru profesional karena akan melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis, inovatif, demokratis berakhlak mulia serta selalu untuk terus berupaya meningkatkan pengetahuan dengan konsep belajar sepanjang hayat (long live education), serta melakukan inovasi baru untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan jaman di era globalisasi ini. Sementara itu, dilema yang terjadi pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram tentang keberadaan tenaga pendidik agama Hindu, adalah sebagai berikut : 1) jumlah tenaga pendidik agama Hindu tidak sebanding dengan jumlah peserta didik beragama Hindu; 2) keberadaan tenaga pendidik agama Hindu penyebarannya tidak merata pada setiap sekolah; dan 3) tingkat pendidikan tenaga pendidik masih ada yang belum berkualifikasi strata satu (S1), sehingga kemampuannya beragam; 4) tidak tersedianya ruang kelas khusus untuk belajar; 5) masih terdapat guru honor berimplikasi terhadap penguasaan ilmu, metode dalam pembelajaran terkadang terganggu. Begitu juga yang disampaikan oleh Surya dalam bukunya yang berjudul psikologi guru menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh guru dewasa ini adalah diantaranya; a) terisolasi; b) hubungan antar manusia; c) rutinitas; d) karier tidak berjenjang; e) kurang dialog mengenai pengajaran; serta f) kurang keterlibatan pengambilan keputusan pendidikan. A. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada : Guru agama Hindu di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram memiliki kemampuan mengajar yang beragam, masih memerlukan sistem kerja yang profesional dalam mempersiapkan diri sebagai guru yang memiliki kompetensi dalam bidang agama Hindu, belum menjalankan manajemen pendidikan secara optimal, sebagai sekolah percontohan sehingga diperlukan pengkajian serta penelitian lebih lanjut tentang Konstruksi Kinerja Guru Agama Hindu SMA Negeri di Kota Mataram. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data bersumber pada: Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari informan dengan menggunakan teknik wawancara dan Data Sekunder yakni sumber yang diperoleh dari hasil penelitian perpustakaan (library research) berupa dokumen-dokumen, buku- buku (literarture), foto- foto, laporan hasil penelitian, makalah, dan artikel serta lembaga tertentu yang terkait dengan penelitian ini. Alat pengumpul data utama dalam penelitian kualitatif sesungguhnya peneliti itu sendiri, karena pemahamannya secara mendalam tentang objek yang diteliti. Peneliti sebagai alat dapat berhubungan dengan masalah yang diteliti secara intensif (Mantra, 2004: 27). Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa penentuan informan berdasarkan prinsip snowball sampling. Penentuan informan ini diawali oleh informan kunci (key informan) yang berperan untuk memberikan suatu informasi utama dan paling awal. (Endraswara, 2006: 115-116). Strategi penyajian data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penyajian deskriftif kualitatif. Penyajian data secara deskriftif kualitatif adalah perpaduan antara teknik induktif dan deduktif secara argumentasi. B. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil observasi peneliti pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Mataram pada tanggal 2 Nopember 2013 bahwa guru agama Hindu ketika mengajar menggunakan ruang Laboraturium mengawali dengan kegiatan berdoa, mengucapkan salam, menggunakan LCD, menyiapkan administrasi dengan lengkap, mengadakan evaluasi akhir. Para siswa Nampak adanya kemandirian dalam belajar, kemudian setiap hari pukul 12.00 siang hari siswa diajak sembahyang Tri Sandya. Jika ada siswa yang tidak menggunakan selendang pada saat di catat dalam buku harian siswa. Kembali peneliti mengunjungi Sekolah Menengah Negeri 2 Mataram pada tanggal 6 Nopember 2014 melihat guru agama Hindu sedang mengajar. Peneliti mengamati guru mengajar dengan metode ceramah, nampak siswa mengantuk karena mata pelajaran agama Hindu diberikan pada jam terakhir, ruang kelas sempit bersebelahan dengan ruang perpustakaan, sarana pembelajaran masih manual belum menggunakan laptof, tidak adanya media pembelajaran, persiapan mengajar lengkap, melaksanakan evaluasi pembelajaran. Pada hari berikutnya peneliti juga mengunjungi Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Mataram, pada tanggal 10 Nopember 2013, menemukan guru sedang mengajar yakni mencatat, membimbing siswa yang tidak jelas materinya, tidak menggunakan media, ruang kelas yang sempit sehingga siswa kurang nyaman untuk belajar agama Hindu. Mengadakan test dengan menggunakan Lembar kerja siswa sebagai panduan belajar dan evaluasi siswa. Program Pengajaran yang dibuat cukup lengkap, Nampak siswa dengan guru menjalin hubungan kerjasama yang baik. Hal itu terlihat guru menyuruh siswa membersihkan lingkungan kelasnya. Kemudian pada tanggal 15 Nopember peneliti melakukan observasi di Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Mataram, bertemu dengan sejumlah guru yang sudah di sertifikasi, melihat papan mading, dan menemukan foto kegiatan guru-guru yang sedang MGMP, Seminar, Pelatihan di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan Mataram. Kinerja merupakan kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sesuai dengan sikap, pengetahuan dan keterampilan kerja. Kinerja merupakan perpaduan antara kemampuan, motivasi dan kondisi eksternal yang merupakan kemampuan sekaligus usaha maksimal yang dimiliki oleh seorang pekerja dalam melaksanakan tugasnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara mengetahui dan memahami kemampuan serta motivasi yang dimiliki oleh seseorang. Untuk menunjukkan kinerja guru yang baik dalam proses pembelajaran seorang guru diharapkan untuk memiliki empat kompetensi guru sesuai dengan Undang-Undang No. 20 tahun 2003. ’’Lebih lanjut menurut Suarni (wawancara tanggal 27 Desember 2013) kinerja guru agama Hindu Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram cukup baik, dimana dalam keseharian pada saat melaksanakan tugas tidak pernah terlambat dan jika tidak masuk sekolah menitipkan tugas pada guru piket sehingga siswa selalu mendapat pembelajaran agama Hindu. Pembelajaran yang dilaksanakan tidak hanya di dalam kelas melainkan di luar kelas apabila materi yang diajarkan memerlukan praktek. Sedangkan menurut Anom (wawancara tanggal 28 Desember 2013) menyatakan bahwa yang dimaksudkan dengan kinerja guru agama Hindu adalah kemampuan seorang guru di dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pendidik. Dimana guru mengajak siswa Tri Sandya, belajar berdoa, melatih medana punia, dharma wacana’’. Terkait dengan kinerja guru agama Hindu Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram sudah baik dari kehadiran guru, kedisiplinan, cara mengajarnya, memberikan tugas kepada siswa serta melakukan pembinaan siswa seperti mengajak Tri sandya, berdoa, medana punia, latihan dharma wacana untuk menumbuhkan motivasi, dan keberanian siswa, sehingga terbentuk kepribadian Hindu yang kuat. ’’Kariasa juga menyatakan tentang kinerja guru profesional adalah guru yang memiliki kualifikasi akademik S1 Jurusan Pendidikan agama Hindu, menguasai bidang keilmuannya serta memiliki kecakapan dan keterampilan mengajar yang benar karena sudah sertifikasi serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, membuat persiapan sebelum mengajar, serta mempersiapkan program seperti dharma wacana, tirta yatra. Menurut Ahmadiansah, guru profesional adalah guru yang memiliki keterampilan dan kemampuan dalam mengajar, menguasai metode dan pendekatan dalam pembelajaran yang inovatif sehingga dapat menghasilkan kualitas yang baik (wawancara 26 Desember 2013)’’. Dari hasil penelitian yang berkaitan tentang kompetensi (kinerja) profesionalisme guru Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram menunjukkan bahwa guru agama Hindu sudah sebagian besar memiliki kualifikasi pendidikan S1, dan sanggup untuk melanjutkan pendidikan S2 jika biayanya dibantu oleh pemerintah, berarti menunjukkan usaha kerja keras yang tinggi karena sudah mendapatkan tunjangan profesi, menguasai teknologi terbukti dengan adanya kepemilikan laptop, semua program terkait dengan pengajaran diketik rapi, menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi diantaranya dengan melaksanakan dharma tula, dharma wacana dan dharma yatra, akan tetapi tergantung dengan materi yang disampaikan, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan siswa sehingga keakraban dan kedekatan antara guru dengan siswa nampak sangat baik. Dengan demikian permasalahan yang dimiliki oleh siswa berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan nilai maupun keterampilan hidupnya dapat dicari jalan keluarnya seperti disebutkan dalam kitab Sarasamusccaya sloka 77 sebagai berikut : Apang ikang kinatahwan ikang wwang kolahannya, kangenangenanya, Kocapannya, ya juga bwat umalap ikang wwang, jenek katahwan irika wih, Matangnya ikang hayu atika ngabyas an, ring kaya, wak, manah. Artinya :’’Sebab yang menyebabkan orang itu dikenal adalah tingkah lakunya, buah pikirannya ucapan-ucapannya, itu jugalah yang diperhatikan oleh seseorang; karena itu, yang baik juga supaya dibiasakan dalam laksana, perkataan (dan) pikiran (Pudja, 1986 : 48). Makna yang terkandung dalam untaian sloka di atas bahwa seorang guru memiliki pengaruh besar dalam pengembangan intelektual serta moral dan budhi pekerti siswa disamping guru memiliki pengetahuan, standar moral yang memadai sehingga guru seharusnya dihormati, dihargai karena posisinya sebagai tauladan panutan dalam berbagai aspek kehidupan. ’’Penuturan Hamid dan Mertayasa (wawancara 2 Januari 2014) tentang kinerja profesionalisme guru agama Hindu meliputi kedisiplinan, cerdas dalam mengkaji materi yang diajarkan, bisa menyesuaikan diri dengan teman sejawat, siswa,mengadakan persembahyangan bersama (dharma santi), terampil dan benar dalam membuat program pengajaran, menguasai keterampilan mengajar, kemampuan mengelola program pembelajaran, kemampuan menilai siswa secara terus menerus, kemampuan membimbing siswa yang bermasalah menguasai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti laptop, internet dan pembinaan guru meliputi sertifikasi, MGMP, Diklat. Sesuai dengan penjelasan di atas yang berhubungan dengan kinerja profesionalisme guru di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram meliputi kedisiplinan, mengkaji materi, melatih keberanian, menguasai materi, melaksanakan penilaian post test dan pree test dalam bentuk menjawab soal-soal, mengadakan persembahyangan bersama, serta menguasai iptek. Sedangkan untuk pembinaan guru diberikan sertifikasi, diklat-diklat dan kegiatan MGMP, mengadakan dharma santi untuk menumbuhkan sikap saling menghargai, agar tercipta kerukunan, kedamaian hidup bersama dengan orang lain. ’’Lebih lanjut Suparta (wawancara, tanggal 5 Januari 2014) menjelaskan tugas dan tanggungjawab guru agama Hindu yaitu : seorang guru mempunyai tugas melaksanakan pengajaran penilaian dan pembinaan budi pekerti melakukan kegiatan ekstrakurikuler untuk lomba utsawa (dharmagita, menari, yoga). Dalam melaksanakan pengajaran menyiapkan perangkat pembelajaran serta penilaian pada akhir proses pembelajaran. Untuk pembinaan kepada guru dengan mengadakan supervisi, MGMP, pelatihan kurikulum, Diklat-diklat. Nasrudin menyatakan tugas dan tanggungjawab guru agama Hindu meliputi mentransfer ilmu pengetahuan agama, seperti praktek agar bakat dan minatnya berkembang juga membuat administrasi pengajaran (Wawancara, 6 Januari 2014)’’. Dari uraian di atas sesuai dengan penelitian yang ditemukan di lapangan bahwa tugas dan tanggungjawab guru agama Hindu di Sekolah Menengah Atas negeri di Kota Mataram sebagian besar guru sudah melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik dimana dari hasil observasi peneliti bahwa guru agama Hindu Sekolah Menengah Atas Negeri sudah membuat persiapan mengajar, melaksanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan walaupun belum secara penuh. Memberikan teguran pada siswa yang terlambat dan memberikan saran, nasehat siswa yang melanggar tata tertib seperti membolos. Pada beberapa sekolah melakukan pembinaan di bidang ekstrakulikuler Dharma Gita untuk persiapan di dalam mengikuti lomba-lomba seperti Utsawa Darma Gita, menari dan latihan yoga. Untuk pembinaan guru diadakan kegiatan supervisi, pelatihan, MGMP, dan Diklat-diklat dari LPMP. Di setiap Sekolah Menengah negeri di Kota Mataram ada 4 orang guru yang sudah disertifikasi dan telah mendapatkan sertifikat pendidik. Foto-foto kegiatan siswa dan guru telah banyak dipajang di majalah dinding selain banyak juga piala, fayet, piagam yang disimpan di lemari. Dengan demikian kinerja guru dan upaya peningkatan guru dapat dilihat, diamati secara jelas. Hasil observasi, wawancara dan studi dokumentasi bahwa kinerja guru agama Hindu Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram bahwa kegiatan untuk menjadi guru yang baik hendaknya memiliki 4 kompetensi yaitu; 1) kompetensi kepribadian yakni mantap dan stabil, sabar, konsisten, bertindak sesuai dengan norma yang berlaku, dewasa, memiliki etos kerja yang tinggi, bersikap terbuka, disegani, memiliki sradha bhakti, disiplin, jujur, suka menolong; 2) Kompetensi Paedagogik yakni kemampuan menguasai bahan pelajaran, kemampuan menyusun program pengajaran, kemampuan mengevaluasi siswa, kemampuan melaksanakan kegiatan praktek keagamaan seperti rutin tri sandya, membiasakan untuk berdoa, medana punia, dharma wacana, dharma yatra; 3) kompetensi sosial yang dilakukan misalnya saling hormat-menghormati antar warga sekolah, hidup rukun membangun team work, melaksanakan komunikasi tertulis dan lisan secara efektif; 4) kompetensi profesional yakni menguasai bidang ilmunya, memahami dan bisa menerapkan kurikulum yang berlaku, mampu menganalisis soal dan hasil belajar, menguasai iptek. Pada kenyataannya keberadaan guru agama Hindu Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram memiliki tanggungjawab dan motivasi kerja karena para guru agama Hindu nampak menyadari bahwa sekolah tempatnya mengajar sebagai sekolah percontohan, perubahan yang terkait dengan bidang pendidikan seperti kegiatan pembinaan guru-guru, perubahan kurikulum cendrung di Kota Mataram akan diprioritaskan pelaksanaannya terlebih dahulu karena alamat kantor, dinas kemenag lebih dekat dengan Kota Mataram.Adapun upaya yang dilakukan untuk mengkonstruksi kinerja guru agama Hindu di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram melalui kegiatan sebagai berikut: a) sertifikasi guru, dimana diantara 8 sekolah 4 orang guru agama Hindu sudah tersertifikasi. Dengan demikian akan memberikan kesejahteraan, masukan yang fositif, membuat guru lebih fokus untuk menekuni bidang pekerjaannya; b) pelatihan, dimana bentuk-bentuk pelatihannya seperti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), Diklat Kurikulum yang bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang penerapan kurikulum serta model pembelajaran yang digunakan; c) Supervisi oleh atasan, adapun dari beberapa kepala sekolah dan pengawas Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram kegiatan supervisi yang dilakukan seringkali observasi di luar kelas, melalui rapat. C. SIMPULAN Berdasarkan pemaparan dari latar belakang dan hasil penelitian dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kinerja guru agama Hindu Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram sudah baik dimana hal itu dapat dilihat dari kompetensi yang dimiliki oleh guru agama Hindu sudah sesuai menurut peraturan perundang-undangan yaitu diantaranya kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Hal itu nampak pada kedisiplinan guru pada saat mengajar, menyiapkan administrasi pengajaran, membimbing siswa dan menerapkan praktek keagamaan. Akan tetapi dengan terbatasnya sarana dan prasarana seperti tidak adanya ruang kelas khusus untuk belajar, kurangnya media yang tersedia di Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram sehingga para guru tidak memungkinkan secara optimal mengajar. 2. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengkonstruksi kinerja guru agama Hindu Sekolah Menengah Atas Negeri di Kota Mataram antara lain dengan mengikuti pelatihan (diklat), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), program sertifikasi guru, rapat guru namun kegiatan-kegiatan tersebut tidak sepenuhnya terprogram dengan baik karena pemerintah kurang memberikan perhatian terhadap guru agama Hindu yang jumlahnya minoritas. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi Abu dan Uhbiyati Nur. 1991. Ilmu Pendidikan. Semarang : Rinneka Cipta. Badudu dan Zain. 2001. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Buchori, Mochtar. 1995. Transformasi Pendidikan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial Format-Format Kulaitatif dan Kuantitatif. Surabaya : Airlangga Universitas Press. Citrawan, I Wayan, 2006. Bahan Ajar Profesi Pendidikan. Denpasar : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Persatuan Guru Republik Indonesia Bali. Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rinneka Cipta. Djamarah, Bahri Syaiful. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rinneka Cipta. Gulo, W. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Hamalik, Umar. 1993. Praktek Keguruan. Bandung : Tarsito. Hhttp/www Ihsan Fuad, 2003. Dasar-Dasar Kependidikan, Jakarta : Rinneka Cipta. Isjoni. 2007. Dilema Guru Ketika Pengabdian Menuai Kritikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2005. Tim Redaksi. Kristina Dewi, Ni Putu. 2009. ”Pengaruh Supervisi Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Di SMP 1 Kuripan Kabupaten Lombok Barat”. Skripsi. STAHN Gde Pudja Mataram. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tentang Pendidikan, 2007, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia. Mantra, I. B. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Moleong, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Nasution. 2009. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Aksara. Mengajar. Bandung : Bumi Nurdini, Luh Ida. 2010. ”Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Dan Kesejahteraan Guru Agama Hindu Di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung”. Tesis. Program Pascasarjana IHDN Denpasar. Padet, I Wayan. 2010. ”Peranan Pengawas Pendidikan Agama Hindu Dalam Meningkatkan Prestasi Kerja Guru Agama Hindu Di SMA Negeri 1 Belahbatuh Kabupaten Gianyar”. Tesis. Program Pascasarjana IHDN Denpasar. Pidarta, I Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta : Rinneka Cipta. Patni, L Nyoman Rai. 2009. ”Peranan Guru Agama Hindu Dalam Mengatasi Penyimpangan Prilaku (Studi Kasus di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Susut Bangli)”. Tesis. Program Pascasarjana IHDN Denpasar. Saondi, Ondi. 2009. Etika Profesi Keguruan. Bandung : PT Repika Aditama Suhardana, K. M. 2009. Panca Sradha Lima Keyakinan Umat Hindu: PT Paramita Surabaya Saudagar Fachruddin dan Idrus Ali. 2009. Pengembangan Profesionalitas Guru. Jambi : GP. Press. Sudrawan, Danim, 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : Pustaka Setia. Sugiyono, 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Alfabeta : Bandung. Suparno, Paul. 1996. Filsafat Konstruktivisme dalam pendidikan. Jakarta: Kanisius. Suprayogo dan Tobroni. 2001. Metode Penelitian Sosial Agama. Rosdakarya. Surya, Mohammad. 2013. Psikologi Bandung. Guru Konsep dan Bandung : PT. Remaja Aplikasinya : Penerbit Alfabeta Syah Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Titib, I Made. 2003. Menumbuhkembangkan Pendidikanh Budhi Pekerti pada Anak (Persefektif Agama Hindu). Jakarta : Ganeca Exsact. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Surabaya: Prestasi Pustaka. Uno Hamzah. 2009. Profesi Kependidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005. Jakarta : Sinar Grafika. Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rinneka Cipta. Yamin Martinis dan Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Jakarta : GP. Press.