Kepada - Staff Universitas Kuningan

advertisement
1
BAB VII
UMKM DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
A. Pengertian Usaha Mikro
Membangun kemandirian UKM merupakan suatu bentuk upaya kita dalam
mengembangkan perekonomian masyarakat khususnya bagi kesejahteraan di lingkungan
sekitar. Salah satu upaya konstruktif dalam menyelaraskan dan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi yang berkeadilan adalah dengan memberikan kesempatan kepada setiap individu
dalam masyarakat untuk mengoptimalkan segala kemampuan dan produktivitasnya dalam
mengelola berbagai sumber daya yang ada. Upaya ini tidak akan terealisasikan jika tingkat
pengangguran dan tenaga kerja yang memiliki skill yang rendah masih berada pada level
yang tinggi.
Instrumen kebijakan
yang biasanya
diadopsi
untuk
mengurangi
tingkat
pengangguran adalah ekspansi permintaan agregat dan kebijakan industrialisasi, baik
dalam skala modal besar maupun skala menengah. Bagaimanapun juga, kebijakan ini akan
menjadi lebih efektif bila perspektif yang digunakan adalah dalam konteks pemenuhan
kebutuhan masyarakat dan pengembangan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).
Aktivitas perekonomian hendaknya melibatkan partisipasi aktif dari kelompok
masyarakat kelas menengah ke bawah, yang notabene mereka adalah mayoritas di suatu
negara. Tentu saja pengembangan UKM sebagai institusi yang mampu mengaktifkan
partisipasi masyarakat harus mendapat perhatian kita semua. Khususnya negara
berkembang, dimana mereka memiliki surplus jumlah tenaga kerja, kekurangan modal dan
alat tukar perdagangan luar negeri, serta minimnya infrastuktur pendidikan dalam
pengembangan teknologi. Dengan kondisi tersebut, maka pilihan untuk mengembangkan
usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan pilihan yang sangat tepat dalam rangka
mereduksi pengangguran dan menyerap angkatan kerja yang ada dengan membuka
lapangan pekerjaan baru.
UKM juga telah menjadi alat yang efektif dalam meningkatkan kontribusi sektor
privat baik dalam pertumbuhan maupun pemerataan yang objektif di negara-negara
berkembang.
2

Usaha Mikro
Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan
No.40/KMK.06/2003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau
perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak
Rp.100.000.000,00 (seratus juta rupiah) per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit
kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,-.
Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(Menegkop dan UKM) Usaha Kecil adalah entitas usaha yang memiliki kekayaan bersih
paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan
memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha
Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki
kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk
tanah dan bangunan.
Ciri-ciri usaha mikro :

Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;

Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;

Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak
memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;

Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha yang
memadai;

Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah
akses ke lembaga keuangan non bank;

Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk
NPWP.
3
Contoh usaha mikro :

Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya;

Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan
rotan,industri pandai besi pembuat alat-alat;

Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.;

Peternakan ayam, itik dan perikanan;

Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit
(konveksi).
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang
cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi-nya karena
usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha
non mikro, antara lain :

Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang
mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan
terus berkembang;

Tidak sensitive terhadap suku bunga;

Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;

Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal
dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit
memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha
mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.
I.4.2 Pengertian Usaha Kecil
4
 Usaha Kecil
Pengertian usaha kecil
Usaha Kecil sebagaimana dimaksud Undang-undang No.9 Tahun 1995 adalah usaha
produktif yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) per
tahun serta dapat menerima kredit dari bank maksimal di atas Rp50.000.000,- (lima puluh
juta rupiah) sampai dengan Rp.500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
Ciri-ciri usaha kecil

Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang
berubah;

Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana,
keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah
membuat neraca usaha;

Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;

Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;

Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;

Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti
business planning.
Contoh usaha kecil :

Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;
5

Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;

Pengrajin industri makanan dan minuman, industri meubelair, kayu dan rotan,
industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan tangan;

Peternakan ayam, itik dan perikanan;

Koperasi berskala kecil.
I.4.3 Pengertian Usaha Menengah
 Usaha Menengah
Usaha Menengah sebagaimana dimaksud Inpres No.10 tahun 1998 adalah usaha
bersifat produktif yang memenuhi kriteria kekayaan usaha bersih lebih besar dari
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak sebesar
Rp10.000.000.000,00, (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat
usaha serta dapat menerima kredit dari bank sebesar Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) s/d Rp.5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
Ciri-ciri usaha menengah :

Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih
teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian
keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;

Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi
dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau
pemeriksaan termasuk oleh perbankan;

Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada
Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;
6

Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha,
izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;

Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;Pada umumnya telah
memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.
Contoh usaha menengah :
Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir
seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:

Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;

Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;

Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa transportasi
taxi dan bus antar proponsi;

Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;

Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan
Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke
jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut
Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan
ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas
merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan
usaha yang tidak sehat.”
Kriteria usaha kecil menurut UU No. 9 tahun 1995 adalah sebagai berikut:
7
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (Dua Ratus Juta
Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,3. Milik Warga Negara Indonesia
4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang
tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar.
5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum,
atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.
Di Indonesia, jumlah UKM hingga 2005 mencapai 42,4 juta unit lebih.Pemerintah
Indonesia, membina UKM melalui Dinas Koperasi dan UKM, dimasing-masing Propinsi
atau Kabupaten/Kta. Kriteria Jenis Usaha Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Kriteria
jumlah karyawan berdasarkan jumlah tenaga kerja atau jumlah karyawan merupakan suatu
tolak ukur yang digunakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) untuk menilai usaha kecil atau
besar, sebagai berikut :
Usaha Mikro
Jumlah
<>
Usaha Kecil
5-19 Orang
Tenaga Kerja
Usaha
Usaha
Menengah
Besar
20-99 Orang
Kurang
Lebih
orang
Perkembangan Usaha Kecil dan Menengah
100
8
UKM di negara berkembang, seperti di Indonesia, sering dikaitkan dengan
masalah-masalah ekonomi dan sosial dalam negeri seperti tingginya tingkat kemiskinan,
besarnya jumlah pengangguran, ketimpangan distribusi pendapatan, proses pembangunan
yang tidak merata antara daerah perkotaan dan perdesaan, serta masalah urbanisasi.
Perkembangan UKM diharapkan dapat memberikan kontribusi positif yang signifikan
terhadap upaya-upaya penanggulangan masalah-masalah tersebut di atas.
Perkembangan UKM yang meningkat dari segi kuantitas tersebut belum diimbangi
oleh meratanya peningkatan kualitas UKM. Permasalahan klasik yang dihadapi yaitu
rendahnya produktivitas. Keadaan ini disebabkan oleh masalah internal yang dihadapi
UKM yaitu: rendahnya kualitas SDM UKM dalam manajemen, organisasi, penguasaan
teknologi, dan pemasaran, lemahnya kewirausahaan dari para pelaku UKM, dan
terbatasnya akses UKM terhadap permodalan, informasi, teknologi dan pasar, serta faktor
produksi lainnya. Sedangkan masalah eksternal yang dihadapi oleh UKM diantaranya
adalah besarnya biaya transaksi akibat iklim usaha yang kurang mendukung dan
kelangkaan bahan baku. Juga yang menyangkut perolehan legalitas formal yang hingga
saat ini masih merupakan persoalan mendasar bagi UKM di Indonesia, menyusul tingginya
biaya yang harus dikeluarkan dalam pengurusan perizinan.. Bersamaan dengan masalah
tersebut, UKM juga menghadapi tantangan terutama yang ditimbulkan oleh pesatnya
perkembangan globalisasi ekonomi dan liberalisasi perdagangan bersamaan dengan
cepatnya tingkat kemajuan teknologi.
Secara umum, perkembangan UKM diperkirakan masih akan menghadapi masalah
mendasar dan tantangan, yaitu rendahnya produktivitas, terbatasnya akses kepada sumber
daya produktif, dan rendahnya kualitas suatu kelembagaan.
Pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan langkah yang
strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari
sebagian terbesar rakyat indonesia, khususnya melalui penyediaan lapangan kerja dan
mengurangi kesenjangan dan tingkat kemiskinan. Dengan demikian upaya untuk
memberdayakan UKM harus terencana, sistematis dan menyeluruh baik pada tataran
makro, meso dan mikro yang meliputi ;
1. Penciptaan iklim usaha dalam rangka membuka kesempatan berusaha seluas- luasnya,
serta menjamin kepastian usaha disertai adanya efisiensi ekonomi;
9
2. Pengembangan sistem pendukung usaha bagi UKM untuk meningkatkan akses kepada
sumber daya produktif sehingga dapat memanfaatkan kesempatan yang terbuka dan
potensi sumber daya, terutama sumber daya lokal yang tersedia;
3. Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif usaha kecil dan menengah
(UKM); dan
4. Pemberdayaan usaha skala mikro untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang
bergerak dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro,
terutama yang masih berstatus keluarga miskin.
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang
cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi-nya karena
usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha
non mikro, antara lain :
1. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal
dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus
berkembang;
2. Tidak sensitive terhadap suku bunga;
3. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;
4. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima bimbingan asal
dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit
memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro
maupun pada sisi perbankan sendiri.
Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari
perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di indonesia. Sebagai
gambaran, kendati sumbangannya dalam output nasional (PDRB) hanya 56,7 persen dan
dalam ekspor nonmigas hanya 15 persen, namun UKM memberi kontribusi sekitar 99
persen dalam jumlah badan usaha di indonesia serta mempunyai andil 99,6 persen dalam
penyerapan tenaga kerja. Namun, dalam kenyataannya selama ini UKM
kurang
mendapatkan perhatian. Dapat dikatakan bahwa kesadaran akan pentingnya UKM dapat
dikatakan barulah muncul belakangan ini saja.
I.4.4 Permasalahan Bagi Usaha Kecil dan Menengah ( UKM )
10
Pada umunya permasalahan yang di hadapi Usaha Kecil dan Menengah ( UKM ), antara
lain meliputi :
A. Faktor Internal
Kurangnya Permodalan, Permodalan merupakan faktor utama yang diperlukan
untuk mengembangkan suatu unit usaha, oleh karena pada umumnya usaha kecil dan
menengah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, yang
mengandalkan pada modal dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sedangkan
modal pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lainnya sulit diperoleh, karena
persyaratan secara administratif dan teknis yang diminta oleh bank tidak dapat dipenuhi.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang Terbatas Sebagian besar usaha kecil tumbuh
secara tradisional dan merupakan usaha keluarga yang turun temurun. Keterbatasan SDM
usaha kecil baik dari segi pendidikan formal maupun pengetahuan dan keterampilannya
sangat berpengaruh terhadap manajemen pengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut
sulit untuk berkembang dengan optimal. Disamping itu dengan keterbatasan SDM-nya,
unit usaha tersebut relatif sulit untuk mengadopsi perkembangan teknologi baru untuk
meningkatkan daya saing produk yang dihasilkannya.
Lemahnya Jaringan Penetrasi Pasar Usaha kecil yang pada umumnya merupakan
unit usaha keluarga, mempunyai jaringan usaha sangat terbatas dan kemampuan penetrasi
pasar yang rendah, oleh karena produk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan
mempunyai kualitas yang kurang kompetitif. Berbeda dengan usaha besar yang dapat
menjangkau internasional dan promosi yang baik.
B. Faktor Eksternal
Iklim Usaha Belum Sepenuhnya Kondusif Kebijaksanaan Pemerintah untuk
menumbuhkembangkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM), meskipun dari tahun ke tahun
11
terus disempurnakan, namun dirasakan belum sepenuhnya kondusif. Hal ini terlihat antara
lain masih terjadinya persaingan yang kurang sehat antara pengusaha-pengusaha kecil
dengan pengusaha-pengusaha besar.
Terbatasnya Sarana dan Prasarana Usaha Kurangnya informasi yang
berhubungan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan sarana dan
prasarana yang mereka miliki juga tidak cepat berkembang dan kurang mendukung
kemajuan usahanya sebagaimana yang diharapkan.
Implikasi Otonomi Daerah Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun
1999 tentang Otonomi Daerah, kewenangan daerah mempunyai otonomi untuk mengatur
dan mengurus masyarakat setempat. Perubahan sistem ini akan mengalami implikasi
terhadap pelaku bisnis kecil dan menengah berupa pungutan-pungutan baru yang
dikenakan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Jika kondisi ini tidak segera dibenahi
maka akan menurunkan daya saing Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Disamping itu
semangat kedaerahan yang berlebihan, kadang menciptakan kondisi yang kurang menarik
bagi pengusaha luar daerah untuk mengembangkan usahanya di daerah tersebut.
Implikasi Perdagangan Bebas Sebagaimana diketahui bahwa AFTA yang mulai
berlaku Tahun 2003 dan APEC Tahun 2020 yang berimplikasi luas terhadap usaha kecil
dan menengah untuk bersaing dalam perdagangan bebas.Dalam hal ini, mau tidak mau
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dituntut untuk melakukan proses produksi dengan
produktif dan efisien, serta dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan frekuensi pasar
global dengan standar kualitas seperti isu kualitas (ISO 9000), isu lingkungan (ISO 14.000)
dan isu Hak Asasi Manusia (HAM) serta isu ketenagakerjaan. Isu ini sering digunakan
secara tidak fair oleh negara maju sebagai hambatan (Non Tariff Barrier for Trade). Untuk
itu maka diharapkan UKM perlu mempersiapkan agar mampu bersaing baik secara
keunggulan komparatif maupun keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
12
Sifat Produk Dengan Lifetime Pendek Sebagian besar produk industri kecil
memiliki ciri atau karakteristik sebagai produk-produk fasion dan kerajinan dengan
lifetime yang pendek.
Terbatasnya Akses Pasar Terbatasnya akses pasar akan menyebabkan produk yang
dihasilkan tidak dapat dipasarkan secara kompetitif baik di pasar nasional maupun
internasional. Upaya untuk Pengembangan UKM
Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pada hakekatnya merupakan
tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan mencermati
permasalahan yang dihadapi oleh UKM, maka kedepan perlu diupayakan hal-hal sebagai
berikut :
Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif dan keamanan berusaha serta penyederhanaan
prosedur perijinan usaha, keringanan pajak dan sebagainya.
Bantuan Permodalan Pemerintah perlu memperluas skim kredit khusus dengan
syarat-syarat yang tidak memberatkan bagi UKM, untuk membantu peningkatan
permodalannya, baik itu melalui sektor jasa finansial formal, sektor jasa finansial informal,
skema penjaminan, leasing dan dana modal ventura. Pembiayaan untuk Usaha Kecil dan
Menengah(UKM) sebaiknya menggunakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang ada,
maupun non bank.
Perkembangan kinerja UKM yang meningkat dari segi kuantitas belum diimbangi
dengan peningkatan kualitas UKM yang memadai, khususnya skala usaha mikro. Masalah
yang masih dihadapi adalah rendahnya produktivitas, sehingga menimbulkan kesenjangan
yang sangat lebar antara pelaku usaha kecil, menengah, dan besar. Demikian pula dengan
perkembangan produktivitas per tenaga kerja usaha mikro dan kecil yang belum
menunjukkan perkembangan yang berarti. Kinerja seperti ini berkaitan dengan :

Rendahnya kualitas sumberdaya manusia UKM, khususnya dalam bidang manajemen,
organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran; dan
13

Rendahnya kompetensi kewirausahaan UKM, sehingga peningkatan produktivitas
UKM sangat diperlukan untuk mengatasi ketimpangan antarpelaku, antargolongan
pendapatan, dan antardaerah, termasuk penanggulangan kemiskinan, sekaligus
mendorong peningkatan daya saing nasional.
2. Terbatasnya akses UKM kepada Sumberdaya Produktif
UKM memiliki akses yang terbatas kepada sumberdaya produktif, terutama
permodalan, teknologi, informasi, dan pasar. Dalam hal pendanaan, produk jasa lembaga
keuangan sebagian besar masih berupa kredit modal kerja, sedangkan untuk kredit
investasi sangat terbatas. Bagi UKM keadaan ini sulit untuk meningkatkan kapasitas usaha
ataupun mengembangkan produk-produk yang bersaing.
Perbankan menerapkan
persyaratan pinjaman yang tidak mudah dipenuhi, seperti jumlah jaminan meskipun
usahanya layak. Di samping itu, perbankan yang merupakan sumber pendanaan terbesar,
masih memandang UKM sebagai kegiatan yang berisiko tinggi. Pada tahun lalu, untuk
skala jumlah pinjaman dari perbankan sampai dengan Rp 50 juta, terserap hanya sekitar 24
persen ke sektor produktif, selebihnya terserap ke sektor konsumtif. Bersamaan dengan
itu, penguasaan teknologi, manajemen, informasi, dan pasar masih jauh dari memadai serta
memerlukan biaya yang relatif besar untuk dikelola secara mandiri oleh UKM. Sementara
itu, ketersediaan lembaga yang menyediakan jasa di bidang tersebut juga sangat terbatas
dan tidak merata ke seluruh daerah. Peran masyarakat dan dunia usaha dalam pelayanan
kepada UKM juga belum berkembang, karena pelayanan kepada UKM masih dipandang
kurang menguntungkan.
3. Kurang Kondusifnya Iklim Usaha
UKM pada umumnya juga masih menghadapi berbagai masalah yang terkait
dengan iklim usaha yang kurang kondusif, di antaranya adalah:

Ketidakpastian dan ketidakjelasan prosedur perizinan yang mengakibatkan besarnya
biaya transaksi, panjangnya proses perizinan, dan timbulnya berbagai pungutan tidak
resmi;

Proses bisnis dan persaingan usaha yang tidak sehat; dan

Lemahnya koordinasi lintas instansi dalan pemberdayaan koperasi dan UKM.
Di samping itu, otonomi daerah yang diharapkan mampu mempercepat tumbuhnya
iklim usaha yang kondusif bagi UKM, tenyata belum menunjukkan kemajuan yang merata.
14
Sejumlah daerah telah mengidentifikasi peraturan-peraturan yang menghambat, sekaligus
berusaha mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan, bahkan telah meningkatkan
pelayanan kepada UKM dengan mengembangkan pelayanan satu atap. Namun, masih
terdapat daerah lain yang memandang UKM sebagai sumber pendapatan asli daerah
dengan mengenakan pungutan-pungutan baru yang tidak perlu, sehingga biaya UKM
meningkat. Di samping itu, kesadaran tentang hak atas kekayaan intelektual (HaKI) dan
pengelolaan lingkungan masih belum berkembang. Oleh karena itu, aspek kelembagaan
perlu menjadi perhatian yang sungguh-sungguh, dalam rangka memperoleh daya jangkau
hasil dan manfaat (outreach impact) yang semaksimal mungkin, mengingat besarnya
jumlah, keanekaragaman usaha, dan tersebarnya UKM.
BAB III
POLA KONSUMSI MASYARAKAT
PRODUKSI DAN KONSUMSI PRODUKSI-PRODUKSI PERTANIAN
PRODUKSI PRODUK-PRODUK PERTANIAN
1. Fungsi Produksi
Seperti telah dijelaskan dalam inodul satu1 yang dimakswi usaha tani adalah suatu
tempat atau bagian dan permukaan &zrni di mana pertanian diselenggarakan ol.eh seorang
petani tertentu apakah ia seorang pemilik, ataupun seorang manajer yang digaji. Dengan
perkataan lain dapat dinyatakan bahwa usaha tani adalah himpunan dan sumber-sumber
alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh
tanah, air, sinar tuatahari, bangunan-bangunAn yang didirikan di atas tanah tersebut,
tenaga kerja, modal, dan manajemen usaha tani. Yang ditnaksud usaha tani di sini tidak
hanya usaha bercocok tanam melainkan termasuk di dalannya usaha memelihara ternak.
Usaha tani di Indonesia sangat berbeda dengan usaha tani di negara yang sudah
maju. [)i Amerika Serikat misalnya, pada umumnya usaha pertanian dijalankan secara
besar-besaran dan basil produksinya semua dijual di pasar. Pertanian semacam mi disebut
pertanian komersial. Dalam mengelola pertanian komersial pninsip-prinsip ilmu ekonomi
mikro dapat diterapkan dengan baik. Keadaan yang sangat berlawanan merupakan ciri dan
usaha tani di lndonesia. lisaha tani di Indonesia pada umuinnya mengerjakan tanah yang
sempit dan dikerjakan secara tradisional. Selain itu perbedaan yang sangat pentrng terdapat
pada tujuan usaha tani, di Indonesia tuj uan pe tani ruernr ksi bar ang
adalahuntukmencukuRi kebutuhansendiribersama keluarganya. Pertanian semacam mi
biasa disebutpertanian subsisten.
15
Dalam menyenggarakan usaha tani setiap petani berusaha agar hasil panenannya
banyak. Kalau hasil panenan berupa padi maka petani menginginkan agar panenan tersebut
cukup untuk inemberi makan seluruh keluarganya sanipai dengan masa panen yang akan
datang. Ia akan lebih senang apabila hasil panen cukup besar sehingga ada sisa padi yang
dapat dijual ke pasar. 1-lasil penjualan padi tersebut digunakan untuk membeli pakaian,
biaya pendidikan anak-anak, membeli alat-alat ruuiah tangga, atau mernbeii alat-alat
pertanian. Dalam usaha tani yang rneinproduksi barang lain seperti kopi, lateks, jagung,
kedelai, kacang, dan sebagainya, tujuan petani tidak jauh berbeda yaitu mereka berusaha
memperbesar has ii prodiiksi supaya pendapatan meningkat dan selarijutnya kehidupan
seinruh keluarganya menjadi lebih baik..
Apabi.La kita ainati secara cermat akan dapat kita lihat bahwa para petani juga
mengadakan perhitungan-perhitungan ekonorni dan keuangan, walaupun mereka tidak
meinbuat catatan secara tertulis. Misalnya saja petani inenghadapi dua pilihan yaitu
rneosnam padi lokal yang sudah biasa ditanam atau menanam bibit unggul yang belum
pernah mereka tanain, malca mereka rnelakukan perhitungan-perhitungan untung rugiriya,
sebeluni mereka memutuskan bibit mana yang akan ditariain. Begitu juga dalam
menggunakan pupuk, mereka mengadakan perhitungan, pupuk mana yang akan dipilih,
pupuk kimia, pupuk kandang, atau pupuk hijau. Jacli dalam membat suatu keputusan,
petani selalu rnembandingkan basil yang diharapkan akan diterima pada waktu panen dan
biaya yang harus dikeluarkannya. Has ii. yang akan diterima petani pada saat panen
disebut produksi dan biaya yang dikeluarkan disebut biaya produksi.
Setiap proses produksi mempunyai landasan tel<nis, yang dalam ilmu ekonorni
teori disebut Fungsi Produksi. Fungsi produlcsi adalah suatu fungsi atau persamaan yang
menunjukkan hu&iigan antara basil produksi (output) d&igan faktor produksi (input).
Fungsi produksi dapat ditulis dalain bentuk persamaan umum sebagai berikut:
Y = t (X1, X2 ......... X,)
di maria Y = basil produksi fisik
X1, X2, ...... = iaktor-iaktor produksi
Sebagai contob: dalarn proses produksi padi, otItputriya adalah tuk iernproduksi
padi digunakan taktor-faktor produksi caga (kerja, bibit, pupuk, air dan obat-obat) Tinggi
rendahnya prdrdtpenga yaknya faktor-iaktor produksi. yang digunakan serta kombinasi dan
iaktor-faktor produksi terseb.it.
Untuk dapat melibat dengan lebih jeias hubungan aritara suatu faktor produksi dgan
basil produksi biasanya digunakan anggapan bahwa hanya
satu faktor produksi yang berubah-ubah (variabel), sedang faktor produksi yang lain
dianggap tetap. Apabila ditulis dalam bentuk persamaan adalah sebagai berikut:
Y f (X1, 2’ 3 ••••••• / di maria X1 adalah taktor produksi yang berubah-ubah (variabel)
X2, X3, ..... adalah faktor-faktor produksi yang tetap.
Dan contoh di ata1, misalnya kita hanya ingin inelihat hubungan antara produksi
padiJdengan jumlah pupuk yang digunakan, maka kita harus menggunakan anggãpan
bahwa tanah, tenaga kerja, bibit, air dan obat-obatan yang digunakari tetap. i
Dalam ilmu ekonomi digunakan arggapan dasar .mengenai sitat fungsi produksi,
yaitu fungsi produksi dan semua proclusen dianggap turiduk pada suacu hukum yang
disebut: The Law of Diminishing Returns. Hukum tersebut mengatakan bahwa apäbila satu
macam input ditambah penggunaannya sedang input-input yang lain tetap, maka tambahan
16
output yang diha8ilkan dari4setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mulamula naik, kemudian seterusnya menurun apabila input tersebat dicambab terus.
FiTjoduksi dapat digambarkan dalam bentuk grafik, dengan meletakkan skala
produksi pada sumbu tegak dan skala faktor produksi pada sumbu mendatar. Dalam bentuk
grafik, fungsi produksi merupakan ve yang iueiengkung dart kin bawah ke kanan atas,
setelah mencapai titik tertentu berubah arah sampai mencapai titik maksimum dan
kemudian turun ke kanan bawah.
Total Physical Product (TPP) adalah kurve yang menunjukkan tingkat produksi
total (Q) padaberhagai tingkat penggunaan input variabel sedang input-input -yang lain
diariggap tetap.
Apabila di tulis dalain persainaan adalah sebagai berikut:
TPP = f (x) atau Q = f (x)
di maria TPP dan Q adalah produksi total
X adalah input variabel.
Tambahan output yag dihasilkan sebagai aki bat adanya tambahan satu unit input
variabel sering disebut Marginal Physical Product (MPP) atau produk marginal dan input
tersebut. Jadi kurve Marginal Physical Product ada lab kurve yang menunjukkan tambahan
dan Total Physical Product yang disebabkan oieh t.ambahan penggunaan input variabel
sebanyak satu unit.
Dengan demikian MPI’ merupakan turunan pertama (iirst derivative) dart tungsi produksi.
ApabiLa tungsi produksinya Q = f(x) maka
Dalarn pernbicaraan sehari-hari kita sering mendengar atau mengatakan bahwa
usaha tani yang baik adalah usaha taft yang produktif dan efisien, yang dirnaksud usaha
tani yang produktif adalah usaha taft yang produktivitasnya tinggi. Pengertian
17
produktivitas tnt merupakan penggabungan antara konsep efisiensi usaha (fisik) dan
kapasitas tanah. Kapasitas dan sebidang tanah tertentu rnenggambarkan ketnampuan tanah
tersebut untuk menyerap tenaga kerja dan modal sehingga memberikan hasil produksi
bruto yang sebesar-besarnya pada tingkat teknologi tertentu. Sedang etisiensi fisik
niengukur banyaknya hasti produksi (output) yang dapat diperoieh dart satu satuan input,
yang.sering disebut Average Physical ProdAPP) atau produk rata-rata. Jadi kurve Ave
ysical Product adalah kurve yang meniinjukkan hasH produksi rata-raca per unit input pada
berbagai tingkat penggunaan input tersebut.
TPP Qf(x)
xx
kurve TPP, MPP dan APP mempunyai hubungan yang sangat erat yang dapat dijelaskan
dengan menggunakan gambar berikut:
a. Pada penggunaan input X antara no]. sampai X1, TPP naik dan cekung dilihat dan atas,
APP naik demikian pula MPP. MPP tertinggi terjadi pada titik A yang disebut juga titik
belok; sebab pada saat itu garis singgung pacta TPP membentuk sudut yang terbesar
deigan sumbu horiscxital.
b. Pada penggunaan input X antara X1 dan X2, TPP naik dan cembung dilihat dan atas,
MPP
sudah mulai menurun sedang APP niasih naik terus ‘sampai penggunaan input X
sebanyak
X2. Pada saat itu APP t2rtingi sebab garis yang dihulxingkan antara titik origin dangsn
titik pada TPP (B) membentuk sudut yang terbesar dengan sumbu mendatar.
c Pada penggunaan input X antara X2 dan X3, TPP mas ih terus naik dan rnericapai titik
tertinggi pada titik C yaitu pada penggunaan input X sebanyak X3. Pada saat itu kórve
MPP memotong sumbu mendatar atau MPP = (3 sebab pada saat itu garis singgung TPP
sejajar sumbu mendatar. Sedang APP menurun terus.
d. Pada penggunaan input X sebanyak X3 atau lebih TPP menurun, MPP negatif dan APP
juga menurun terus sampai mendekati no]. apabila penggiriaan input X dir.ambah terus.
4.1 • 1 • 2 Fungsi Produksi dan fungsi biaya
18
Di atas telah dijelaskan pengertian efisiensi produksi yaitu banyakya basil produksi
fisik yang dapat diperoleh dan satu eatuan faktor produksi. KELau efisiensi fisik mi dinilai
dengan uang maka akan diperoléliêfisiënsi ekonomi. Dalam perhiturigan efisiensi ekonoini
kita harus membicarakan dahulu has ii dan biaya produksi.
Pacia setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil produksi bruto yaitu
luas panen dikalikan basil produksi per satuan luas. Apabiia dikalikan harga produk
tersebut; basil perkalian tadi merupakan penerimaan bruto petani. Junilab mi tidak semua
diterima oleh petani karena harus dikurangi dengan txtaya-biaya yang telah dikeluarkan
oieh petani untuk membayar IPEDA, mern pupuk, bibit, biaya pengolahan tanah, upah
menanain, upah rnembersihkan rurnput dan biaya panen yang biasanya berupa bagi hasil
(daiam bentuk barang). Bagi. petani pyewa mereka juga harus menyewa tanah sedangkan
bagi petani penyakap, mereka harus rnenyerahkan sebagian basil produksinya kepada
pemilik tanah. Bagian yang harus diserahkan kepada pemilik tanah bervariasi sesuai
dengan kebiasaan setempat yaitu +50% dan basil produksi.
Penerimaan bruto setelah dikurangi biaya-biaya terselut diperoleh penerimaan
bersih petani. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya-biaya yang berupa uang
tunai misalnya upah tenaga kerja termasuk tenaga ternak, pengeluaran untuk ruembeli
pupuk, bibit (seandainya harus membeLi), pestisida, sewa tanah, dan lain-lain. Biaya yang
lain-lain seperti upah panen, bagi has ii, mungkin pajak (i1?EDA) dibayarkan dalani
bencuk barang (in natura). Besar keciLnya bjaya yang dibayarkari dalam berituk uarig
tunai sangat mempengaruhi perkembangan usaha tani. Besar kecilnya jumlah uang tunai
yang dimiliki petani sangac inempengaruhi berhasil tidaknya pembangunan pertanian
sebab penggunaan bibit unggul meuieriukan uang tunai yang jauh iebih banyak dan pada
penggunaan bi.bit Lokal karena bibit unggul mi hanya akan tinggi hasilnya apabila dibeni
pupuk buatan yang lebih banyak.
Selain penggolongan di atas, biaya produksi dapat pula dibedakan menjadi dua
goiongan yaitu hLaya tetap dan biaya variabel. Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah
biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi besar kecilnya produksi. Misalnya: sewa
tanah. Sedang biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnyadipengaruhi oleh besar
keciinya produksi. Misalnya: pengeluaran untuk bibit, pupuk, upah tenaga kerja. Baya total
merupakan penjumlahan dan biaya tetap dan baya vaniabel.
TC = TFC + IVC
di mana:
TC = adalah Total Cost (bjaya total)
TF’C = adaiah Total Fixed Cost (aya retap)
TVC = adaLah Total Variable Cost (biaya vaniabel)
besarnya biaya produksi bervariasi tergantung pada banyaknya basil jiroduksi.
atbungan antara hasil. produksi dengan biaya produksi serEg disebut tungsi biaya produksi
total (Total Cost) dan apabila digainbar menjadi sebuah gratik yang disebut kurve biaya.
Jadi pengertian kurve baya adalah kurve yang menutijukkan hubungan antara jumtah biaya
produksi yang dikeluarkan produsen dan tingkat output. Cara inenggambamya, skala hlaya
produksi diletakkan pada sumbu tegak sedarig output atau hasil produksi diletakkan pada
sumbu mendatar, sehingga fungsi biaya dapat ditulis da.Lam persarnaan ulnum: TC = t
(Q).
19
Kurve biaya tocal (Total Cost) dapat diperoleh apabila diketahui kurve Total
Physical Product dan harga per unit input yang dipergunakan. t4isalnya seorang petani
hienggunakan satu macam input variabel (X1) dan dua macam input tetap (X2 dan X3)
dalam proses produksinya. F’ungsi produksi dapat ditulis sebagai berikut:
Q = t(X II x2, X3)
I’iisalkan X2 yang dipergunakan sebanyak 10 unit dan X3 yang dipergunakan sebanyak 30
unit, iungsi produksinya adaiah:
Q = f(X1 X1 = 10, X3 = 3(J)
Selanjucnya apabila tungsi produksi tersebut digambar diperoleh kurve Total Physical
Product (TIP) seperti dalani gambar berikut:
Di muka sudah dijetaskan bahwa kurve biaya digatnbar dengan meletakkan skala
biaya yang dikeluarkan perusahaan pada sumbu tegak dan skata output pada suTilbu
menclatar. Apabila salib suinbi kurve TPP di atas kita batik yaitu sumbu vertikal yang
menunjukkan skala output dijadikan sumbi mendatar. En pada suinbu vertikal kita letakkan
skala nilai input X1 yang digunakan, bukan jumlah fisik X1, yaitu dengan mengalikan
jumlah input X1 yang digunakan dengan harganya, akan diperoleh kurve sebagai berikut:
20
Kurve di alas adalah kurve ‘Iolzai Variable Cost (‘IVC) karena nienunjukkan
pengeluaran perusahaan untuk rnput variabel pada berbagai tingkat output. Sedang Total
Fixed Cost (TFC) dapat dicari dengan mengalikan jumlah input tetap yang digunakan
dengan harga maSing-masing input.
TFC = Xz.Px2 + X3.Px3
Apabila digambar kurve TF’C merupakan suatu garis sumbu mendatar. Dan kurve ‘total
Cost dapat menjumlahkan TVC dan TFC secara vertikal.
lurus yang sejajar aiperoleh dengan
Selain biaya total sering juga dipertanyakan berapa .aya rata-rata suau produk
pertanlan. Per Lanvaan semacam mi terutama harus dapat dLjawab oleb para perencana
ekonomi yang bertugas untuk merumuskan kebijaksanaafl ekonoiTli, misalnyt (i1 lam
inenentukan harga minimum yang harus dijamin untuk melindungi petani. Tetapi sayang
biaya rata-rata yang berlaku untuk semua ciaerah sangat sukar disusun sebab biaya ratarata
untuk suatu produk di daerah yang satu berbeda dengan di daerah lain. Bahkan dapat
terjadi biaya rata-rata disuatu daerah yang sama berbeda jauh. Karena variasi yang besar
maka laya produksi rat-.a-rata sukar dipergunakan sebagai dasar penentuan kebijaksanaan
ekixionii yang benar dan cocok bagi seluruh daerah.
Yang lebih penting bagi petani adalah biya marginal yaitu r.ambahan biaya yang
harus dikeluarkan petani untuk menghasilkan tambahan satu unit output. Pengertian
marginal selalu mengandung arti tambahan. Tainbahan biaya produksi tidak meliputi
semua iaktor produksi tetapi hanya salah satu faktor produksi saja. Sebab hanya ada satu
faktor produksi yang di ubah-ubah penggunaannya sedarig faktor produksi yang lain tetap.
Dalam grafik yang sederhana berikut nanipak empat bush kurve yaitu kurve biaya
marginal, kurve biaya rata-rata, kurve biya variabel ratarata dan kurve biaya tetap rata-rata.
21
4.1 .1.3 ingsi Produksi dan informasi pasar sebagai alat ekoncwni
Dalarn suatu prtanian yang masih bersitat subsisten, setiap keluarga petani
memenuhi semua keperluan dan da]am usaha taninya. Jadi tujuan utama mereka
meiaksanakan usaha tani adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya beserta keiuarganya
dan bukan urituk dijual. Dengan detinisi semacam itu tidak berartibáhwa petani subsisten
cidak bertikir tentang biaya dan penerirnaan. Mereka juga bertikir tentang penerimaan dan
usaha tani yaitu berupa sesuatu yang dapat dinikmatinya bersama keluarga. Sedangkan
biaya yang dikeluarkan tidak dalarn bentuk pengeluaran uang, tetapi berupa sesuatu yang
tidak dapat mereka nikmati seperti misalnya: apabila mereka bekerja di sawah berarti
mereka kehi.Langan kesempatan untuk beristirahat atau untuk berpartisipasi dalam
kegiatan-kegiatan upacara adat dan sebagainya. Di samping itu tidak ada barang-barang
konsumsi. yang dibeli dan luar usaha tani tersebut. Jadi dalarn pertanian subsistem yang
murni ditandai oleh tidak adanya aspek-aspek komersial dan penggunaan uang.
Tanda-tanda yang menarik pada pertanian subsist€n yang murni adalah sarigat
eratnya hubungan antara usah tani dan rumah tangga petani atau antara produksi dan
konsumsi. Dalam analisis ekonomi pertanian pada umumnya digunakan teoriekonomi
sebagai alat utama. Teori ekonomi pertanian pertania-tama dikembangkan berdasarkan
pada pertanian yang sudah maju, di mana pertanian sebagai suatu perusahaan sama sekaH
terpisah dengan kegiatan konsumsi rumah tangga. Sehingga sekarang timbul pertanyaan:
Apakah teori-ceori tersebut dapat diterapkan pada pertanian yang subsisten di mana usaha
tani sama sekali ticlak terpisah dengan kegiatan konsumsi rumah tangga. Dalam pertanian
subsisten seandainya pemerintah metaksanakan kebijaksanaan harga dengan maksud untuk
merangsang produksi seperti yang sudah biasa dilaksanakan di negara maju, tidak akan
mendatangkan hasil seperti yang diharapkan sebab para petani tidak terangsang oleh
tingkat harga yang menggiurkan.
22
Dengan semakin berkembangnya usaha tani dan rumah tangga petani, maka
keperluan petani akan semakin beraneka ragam. Untuk dapat memenuhi kebutuhan
tersebut harus dibeli dan luar usaha tani; dan untuk clapat wiembeli barang diperiukan
uang yang hanya dapat diperoleh dengan jalan menjuat sebagian dan hasii produksinya.
Sementara itu keperluan petani sernakin beraneka ragam sehingga tidak dapat dipenuhi dan
usaha tani sendiri. Dengan demikian mereka periu menjuai sebagian dan hasil produksinya
untuk rnembeii keperiuan keluarga yang tidak dapat diproduksi sendini dan akhirnya
tirnbuiiah spesialisasi. Ada petani yang mengadakan spesiaiisasi datam menanam padi, ada
yang menanam jagung, ada yang menanam tembakau, sayur-sayuran dan ada yang
menanam bushbuahan. Petani-petani tersebut kemudian mengadakan tukar menukar
barang-barang yang dihasiikan.
Apabila spestdlisasi kemudian dijalarikan terlalu jauh, maka suacu daerah tertencu
dapat menjadi sangat tergantung pada satu jenis produk pertanian tertentu. Misa.Lnya
Kalimantan Selatan tergantung pada karet Kalimantan Timur tergantung pada kayu dan
Sutawesi tergantung pada padi. Sehingga keadaan perekononiian di daerah tersebuc sangat
tergantung pada tingkat harga produk-produk tersebut. Selain itu apabita terjadi
gesuatu,sehiflga perdagrian antar derih tidak munpkin di.Laksanakan, akan terjadi bencana
bagi daerah-daerah tersebuc. Maka dan itu timbui usaha-usaha yang berteritangan dengan
spesialisasi yaicu diversitikasi produk atau penganekaraganian produk.
4.1 .1 .4 Fungsi Penaran Pasar
Dalam bagian-bagian di muka Lelah diuraikan mengenai pertanian di Indonesia dan
teori serta penerapan ekonomi produksi, maka daiam bagian berikut akan diuraikan dasardasar teori ekononit mengenai penawaran. Yaitu suatu bagian dan teori ekonomi yang
sangat penting untuk menerangkan gejala-gejala harga, ti.ngkat harga dan tLuktuasi harga.
Uraian tentang teoni-teori mi tidak akan diberikan secara mendalam, tetapi hanya
mengambil.. bagian-bagian teori yang dianggap paling relevan dan mempunyai penerapan
iangsung pada persoalanpersoalan ekonomi perteinian di Indonesia. Uraian-uraian teoretis
yang lebih mendalam dapat dipelajani dalam modul ekonomi teori, baik yang sifatnya
pengantar maupun lanjutan.
Suatu teori pada dasarnya hanya merupakan model abstrak yang disederhariakan
untuk menggambarkan keadaan perekonomian yang sangat kornpleks. Teoni mi diperlukan
supaya kita dapat iebih mudah menerangkan gejala-gejala ekonomi yang mengandung
bariyak sekali variabel. Teoni-teori yang baik harus didasarkan pada
pengamatanpengamatan praktis dan harus selalu dicocokkan dengan keadaan yang nyata
yang kita temukan sehari-hari.
Salah satu gejala ekonorni yang sangat penting yang berhubungan dengan
peri.Laku petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga. I)aiam
modul pengantar ekonomi sudah diberikan detinisi harga yaitu tkuran nilai dan barangbarang dan jasa-jasa. Dalam masyarakat yang masih primitit yang belum inempergunakan
uang sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai, harga suatu barang dinyatakan dalam
barang lain yang akan dipertukarkan. Perdagangan semacam mi disebut barter.
Perdagangan semacam mi kadang-kadang masih dilakukan oleh ariggota masyarakat yang
sudah agak maju. Misalnya pada musim paneri padi banyak pedagang rnenjajakan barang
dagangannya di sawah maupun di rumahrumah petani yang sedang panen. barang-barang
tersebut hanya botch dibe.Li dèngan padi dan tidak boteh dibeli denqayrang
Ada beberapa sebab mengapa suiit.u harang mernpunyai harga yaitu:
a. barang itu berguna dan
23
b. barang tersebut jurnlahnya terbatas
Barang—barang yang berguna tetapi jumlahnya terbatas disebut barang ekononli.
Sedang barang—barang Lain yang jurnlahnya tidak terbatas meskipun barang tersebut
sangat. berguna bagi rnanusia seperti misalnya udara tidak mempunyai harga. Barang—
barang tersebut disebut barang bebas. Dalani ilmu ekonomi suatu barang merupakan
barang ekonorni apabija barang tersebut, mempunyai perrnintaan dan penawaran. Suatu
barang mempunyai permintaan karena barang tersebut berguna sedang suatu barang
mempunyai penawaran karena jumlahnya terbatas.
Penawaran adalah jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual/produsen ke pasar
pada berbagai tingkat harga. Selain harga, jumlah barang yang ditawarkan produsen
dipengaruhi oleh banyak sekali faktor ant.ara lain faktor—faktor teknis, alam, sosial,
kebiasaan, dan lain—lain. Karena faktor—faktor yang bersifat sosial sulit diteliti dan
memerlukan lebih banyak waktu untuk menyelidikinya, maka biasanya Iebih dikenal
faktor ikiirn, banyaknya pupuk yang digunakan, hama dan penyakit, teknik berproduksi
sebagai faktor yang mempengaruhi banyaknya output. Maka mudah dipahami hahwa
petani. hasil—hasil pertanian mempertimbangkan faktor—faktor ekonomi tersebut dalam
membuat keputusan—keputusan. Cara yang sederhana untuk menaksir respons petani
terhadap perubahan hara adalah dengan melihat naik turunnya hasil produksi sebagaimana
yang dicatat oleh dinas pertanian.
Hubungan antara harga dan ,jumlah barang yang ditawarkan dapat dinyatakan
dalam suatu fungsi yang disebut füngsi penawaran yang dapat dirumuskan menjadi
persamaan:
Q = f(P) di mana Q adalah jumlah barang yang ditawarkan dan P adalah harga.
Hubungan antara harga dan jumlah harang yang ditawarkan searah, seperti dinyatakan
dalam hukum penawarnn. Li kum penawaran_jiengatakan bahwa apabila harga naik
jurnlah barang .yang ditawarkan1 di pasar naik. Seh7aadalahiThrganaik member ikan
keuntungan ekstra kepada para petani dan mereka cenderung untuk memproduksi lehth
banyak. Kenaikan produksi dapat disebabkan oleh salah satu atau :edua faktor berikut
yaitu:
a. hagi daerah yang masih dapat diperluas tanah pertaniannya, peningkatan produksi dapat
dilakukan dengan memperluas lahan pertanian atau sering disebut ekstensifikasi
pertaniari.
b. bagi daerah yang tanahnya terbatas, petani dapat. produksinya dengan memperbear
produksi per satuan luas tanahatau sering disebut intensifiVasf pertanian. Caranya
4engan
memperbaiki teknik bercocok tanam, memperbanyak penggunaan pupuk, menggunakan
bibit unggul, memperbaiki pengairan, memberantas hama dan masi.h banyak lagi cara
yang dapat dilakukan ol.eh petani.
Dalam kenyataan, hukum penawaran tidak selalu berlaku, tergantung pada jangka
waktu yang kita maksudkan dan tergantung juga pada jenis barang yang diproduksilcan.
Dalam jangka sangat pendek petani tidak inungkin meningkatkan produksinya sebab tidak
ada waktu yang cukup untuk menambah faktor produksi. Selain itu ada hal yang penting
untuk diingat yaitu proses produksi pertanian memerlukan waktu satu musim (beberapa
bulan) sehingga suatu kenaikan harga di pasar tidak dapat segera diikuti oleh naiknya
jumlah barang yang ditawarkan kalau memang waktu panen belum tiba.
Dalam jangka pendek apabila terjadi kenaikan harga, petani mempunyai waktu
yang cukup untuk menambah faktor produksi variabel sehingga produksi dapat
24
ditingkatkan. Dan dalam jangka panjang petani mempunyai waktu yang cukup banyak
untuk menambah semua faktor produksi baik faktorproduksi variabel maupun faktor
produksi tetap. Sehingga peningkatan produksi sebagai reaksi terhadap kenaikan harga
cukup besar.
Apabila digambar ketiga macam kurve penawaran tersebut yaitu kurve penawaran
jangka sangat pendek, kurve penawaran jangka pendek dan kurve penawaran jangka
panjang mempunyai kemiringan yang berbeda. Hal mi menunjukkan reaksi terhadap
peningkatan harga tidak sama untuk jangka sangat pendek, jahgka pendek dan .jangka
panjang.
Misalkan ada kenaikan harga dan P1 sampai P2. Apabila kenaikan harga tersebut
terjadi dalam jangka sangat pendek, petani tidak mampu menambah produksinya sehingga
jumlah barang yang ditawarkan tetap. Kurve penawaran (supply) barang dalam jangka
sangat pendek sejajar sumbu tegak. Apabila kenaikan harga dan P1 ke P2 terjadi
dalam,jangka pendek petani dapat rneningkatkan produksinya dengan menambah faktor
produksi yang variabel sehingga jumlah yang dit.awarkan naik dan OX2 menjadi OX3.
Dan apabila kenaikan harga terjadi dalam jangka panjang petani dapat menaikkan
produksinya dalam ,jumlah yang lebih banyak yaitu dengan nenarnbah faktor produksi
tet.ap maupun variabel. Hal mi tampak pada perubahan jumlah barang yang ditawárkan
dan OX4 ke OX5, di mana X4 X5 Lebih panjang dan pada X3 X4.
KONSUMSI PRODUK-PRODUK PERTANIAN
1. Jumlah penduduk dan tingkat pendapatan sebagai basis untuk Konsumsi
Dilihat dan kacamata seorang ahli ekonomi, kegiatan—kegiatan manusia dalam
suatu masyarakat dapat diperas menjadi tiga macam kegiatan ekonomi yang pokok yaitu:
kegiatan produksi, kegiatan konsumsi, dan kegiatan pertukaran.
Dalam masyarakat yang masih primitif setiap keluarga menghasilkan sendiri makanan,
pakaian serta barang—barang yang lain. Masyärakat semacam mi sering disebut
masyarakat subsisten. Dalammasyarakat subsistenhanya ada dua kegiatan ekonomi yaitu
kegiatan produksidan kegiatan konsumsi. Apa yang diproduksi, dikonsumsi sendiri.
25
Semakin maju suatu masyarakat semakin banyak macam barang yang dibutuhkan
dan banyak pula barang—barang yang dibutuhkan tetapi tidak mampu Di lain pihak
semakin efisienproses produksi semakin banyak barang yang dihasilkan sehingga terdapat
kelebihan barang yang dapat diproduksi sendiri. Maka timbullah kegiatan ke tiga
yaitupertukaran. Mula—mula pertukaran antar keluarga, berkembang menjadi antar desa
dan seterusnya sampai saat mi dikenal perdagangan antar negara.
Setiap anggota masyarakat melakukan kegiatan ekonomi paling tidak kegiatan
korisumsi. Seseorang melakukan kegiatan konsumsi disebabkan adanya dorongan yaitu
yang disebutkan kebutuhan. Kebutuhan manusia timbul dan d3ongan untuk bertahan
suptetap hidup. Kebutuhan mi biasa disebut kebutuhan biologis misalnya makari, rninum
dan perumahan. Selain itu kebutuhan dapatThIthbulkrena tingkãt freràdaban dan
kebudayaan masyarakat. Misalnya keinginan untuk memperoleh pendiciikan yang semakih
tinggf keingi.nn untuk rnempunyai rumah yang baik dan sehagainya. Karena banyaknya
macam barang yang dibutuhkan dan banyaknya jumlah barang, maka dapat dikatakan
bahwa kebutuhan manusia tidak terbatas dalam arti apabila satu kebutuhan dipenuhi akan
timbul kebuthan lain, dan apabila kebutuhan tersebut juga sudah dipenuhi akan timbul
kebutuhan yang in..Jagi.
Masalah pemenuhan kebutuhan manusia dan persoalan—persoalan penduduk
sudah dibahas oleh Matithus dengan panjang lebar. Maithus mengatakan bahwa penduduk
bertambah menurut denet ukur sedangkan produksi bahan makanan hanya berkembang
menurut deret hitung. Jadi penduduk bentambah lebih cepat danipada pertambahan
produksi bahan rnakanan.
Persoalan tekanan pendud’il< di Indonesia JUJ sudah lana inenjadi objek penelitian
para ahli. Pada tahun 1975 Indonesia adalah negara nomer 5 terbesar penduduknya dengan
jumlah pend’ictuk 132 juta Jiwa. Dengan semakin banyaknya penduduk semakin banyak
pdia kebutuhan akan barang.-barang konsumsi. VIal mi tidak dapaL diimbangi oleh
kenaikan produksi terutama procluic—produk pertariian sebab produk pertanian memang
tidak mudah untuk ditingkatkan karena proses produksinya memerlukari waktu yang cukup
lama. Maka dan itu Indonesia terpaksa mengimpor bahan makanan utama yaitu beras. Pada
tahun 1975 Indonesia mengimpor beras
-‘-10% dan nilai impor total. Selain beras Indonesia juga mengimpor bulgur dan gandurn
karena cadan:in heras di duni:- akan habis ap;ibil: semua diimpor Indonesia.
Persoalan pencluduk di Indonesia sebenarnya lebih kotnple, tiuak hanya penduduk
yang padat tetapi tingkat pertambahan penduduk tiap tahun yang tinggi dan penyebaran
penduduk antar daerah ttdak seimbang. Sebagai akibat adanya pertunibuhan penduduk
yang sangat cepat. maka komposisi penduduk menunjukkan bahwa penduduk berusia
muda merupakan bagian yang sangat besar. Penduduk berusia muda mi pada umumnya
merupakan pencluduk yang tidak produktif tetapi bersifat konsumtif. Yang termasuk di
dalamnya adalah anak—anak, pelajar dan mahasiswa.
Selain itu penduduk yang berusia muda tersebut apahil.a suiah niasuk usia kerja,
mereka membutuhkan pekerjaan. Lapangan pekerjaan dapat mereka ciptakan sendiri atau
yang lebih sering terjadi harus diciptakan oleh masyarakat termasuk pemerintah. Apabila
penciptaan kesempatan kerja tidak sebanding dengan penduduk yang mencari pekerjaan
akan dapat. menambah penganggur yang sudah ada.
Pemecahan persoalan pengangguran dapat dikaitkan dengan pemecahan rnasalah
penyebaran penuduk. Penduduk yang menganggur dapat dipindahkan ke daerah—daerah
yang kurang padat penduduknya untuk tnernbantu pembangunan di daerah tersebut.
Dengan cara mi ada beberapa masa.lah yang dapat dipecahkan yaitu masalah
pengangguran, rnasalah penyebaran penduduk, dan masalah penyebaran pembangunan.
26
Dan pengalaman tampak bahwa program transmigrasi kuran’ herhasiJ dan
beayanya cukup mahal. Maka dan itu disadari bahwa cara ersebut bukan lah satu—satunya
cara yang baik untuk memecahkan masalah pcniu]uk di Indonesia. Cara lain dapat
ditempuh dengan intensifikasi pertanian, industrialisasi, dan pembatasan jumlah penduduk.
Dengan pembatasari jumlah penduduk berarti pula pembatasan perkernhangan konsumsi
baringbarang terutama barang—barang kebutuhan pokok.
Program lain yang pernah dilaksanakan di Indonesia adalah program padat karya.
Program mi bertujuan untuk mempercepat jalannyi pembangunan, selain itu ada tujuan
yang lebih utama yaitu untuk memeratakan lapangan pekerjaan. Dengan meinberi lapangan
pekerjain berart.i secara tilak langsung memberi pendapatan kepada tenaga kerja yang
bersangkutan. Pendapatan mi nantinya akan digunakan untuk membeb barang—barang
uriLuk mencukupi kebutuhan inereka. Sebab tanpa pendapatan berarti penduduk tersebut
tidak dapat rnembefl harang—harang yang dibutuhkan. Padahal kita semua tahu bahwa ada
kebutuhin yang rnutlak harus dipenuhi balk kita mempunyai pendapatan atau pun tidak
berpenghasiJan yaitu kebutuhan untuk mempertahankan hidup atau kebutuhan biologis.
Maka dan it.u apabila mereka tidak (lapat mencari uang secara halal, cara yang tidak halal
pun akan dilaksanakan untuk mempertahankan hidupnya.
[lubungan antara tingkt I)endapJLan dan pengeluaran konsums 1 hiarn teori
ekonomi dinyat.akan dalam fungsi konsums. Hubungan kedud variabel tersebut searah,
arLinya apabila tinkat pendapatan naik, pengeluaran konsumsi juga naik. Sel.ain itu
pengeluaran konsunisi selalu posit if yang berarti walaupun seseorang tidak mernpunyai
pendapatan, inereka tetap mengadakan pengeluaran untuk konsumsi. Hubungan tersebut
dapat dinyatakan dalarn hentuk persamaan yang sederhana sehgai berikut:
C=a+by
di mana:
C adalah pengeluaran konsumsi
Y adalah tingkat pendapatan
a adalah pengeluaran konsumsi pada saat tingkat pendapatan sama dengan fbi
b adalah Marginal Propensity to Consume disingkat MPG yaltu tam— bahan
pengeluaran konsumsi sebagai akibat adanya tambahan pendapatan sebanyik 1t
yang ditulis denigan rurnus:
Fungsi konsumsi di atas apabila digainbar dalam bentuk grafik adalah seperti
terlihat dalani gambar berikut.
27
Pada tingkat pendapatan sama dengan 0Y1, pengeluararj konsumsi sama. dengan
ingkat pendapatan. Pada tingkat pendapatan lebih kecil dan
0Y1, pengeluaran konsumsi lebih tinggi. dan tingkat pendapatan; kekurangan uang tersebut
ditutup dengan dissaving yaitu dengan mengambil tabungan atau Ineminjarn kepada pihak
lain. Pada tingkat pendapatan lebih besar dan 0Y1, pengeluaran konsumsi lebih kecil dan
tingkat pendapatan, maka sisa tersebut ditabung.
4.2.1.2 Konsep Permintaan
Sepertisudahdijeiaskan dimuka, suatu barang mempunyai permintaan
apabilabar.ang.ter3ebutberguna. Permintaan akan suatu barang dipengaruhi oleh banyák
faktor, antara lain oleh harga barang yang bersangkutan, oleh harga barang lain yang ada
hubungannya dengan barang tersebut, pendapatan konsumen, selera dan masih banyak lagi
faktor yang mempengaruhinyatermasuk di dalamnya adalah faktor sosial budaya. Sebagai
contoh permintaan akan beras dipengaruhi oleh harga beras, harga barang lain; seperti
jagung, gandum, gaplek dan sebagainya, pendapatan konsumen, selera konsumen, dan adat
kebiasaan bangsa setempat dalam hal makan.
Teori permintaan sebagaimana teori—teoni yang lain, adalah merupakan suatu
model sederhana dengan menggunakan anggapan—anggapan tertentu. Dalam hal
permintaan kita hanya melihat hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan harga
barang yang bersangkutan dengan menganggap bahwa pendapatan konsumen, harga
barang lain, selera konsumen dan faktor—faktor yang lain tetap tidak ada perubahan.
Asumsi— asumsi/anggapan—anggapan ini-lah yang disebut ceteris paribus.
Huburigan antara harga dan jutnlah barang yang diminta dalam keadaan normal,
berlawanan arah seperti yang dijelaskan dalam hukum permintaan, yang mengatakan
bahwa apabila harga suatu barang naik, dengan anggapan ceteris paribus, màka jumlah
barang yang dimirita konsumen turun. Dan sebaliknya apabila harga turun, dengari
anggapan ceteris paribus, maka jumlah barang yang diminta konsumen akan naik.
Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam suatu persaman yang disebut fungsi permintaan
seperti persarnaan berikut.
P a— bQ
Atau dapat dinyatakan sebagai kuantitas merupakan fungsi dan harga.
28
Q c — dP
Fungsi perrnintaan dapat digambar dalam bentuk grafik dan disebut kurve
permintaan. Cara menggambarnya dengan meletakkan skala harga pada sumbu tegak dan
skala kuantitas pada sumbu mendatar.
Kurve permintaan berbentuk garis yang miring dan kin atas ke kanan bawah. Hal
mi dapat diterangkan secara teoretis dan juga dapat dirasakan secara logis dengan
mencocokkan dengan keadaan yang nyata. Ada dua sebab mengapa kalau harga naik
jumlah barang yang diminta turun sebaliknya kalau harga turun ,jumlah barang
yang__dimintanaik. Penyebab pertama adalah perubahan harga mengakibatkan terjadinya
penggantian (efek substitusi). Misalnya harga gula pasir naik maka para ibu rumah tangga
mengganti sebagian gula pasir yang dikonsumsi dengan gula merah yang lebih murah
harganya. Kalau harga beras naik, sebagian konsumsi beras diganti dengan Jagung atau
gaplek sehingga jumlah beras yang dirninta turun. Penyebab kedua adalah perubahan harga
yang tidak diikuti oleh perubahan pendapatan yang sebanding akan mengakibatkari
perubahan pendapatàn nil yang selanjutnya akan mempengaruhi jumlah barang yang
diminta. Misalnya harga suatu barang pada suatu saat naik, bila pendapatan konsumen
tidak berubah maka berarti pendapatan nil konsumen turun, sehingga konsumen merasa
lebih miskin dan selanjutnya mengurangi jumlah barang yang diminta. lnilah yang disebut
efek pendapatan dan perubahan harga yang akan mempengaruhi jumlah barang yang
dirninta. Efek pendapatan mi akan sangat kuat apabila barang yang bersangkutan
memegang peranan penting dan mengambil bagiari yang besar dalam anggaran belanja
keluarga.
Untuk barañg inferior yaitu barang yang dianggap lebih rendah mutunya dibanding
dengan barang lain, seperti misalnya gaplek rnerupakan bahan makanan yang lebih inferior
dibanding dengan beras, mempunyai efek pendapatan yang berlawanan dengan efek
pendapatan pada barang normal. Apabila harga gaplek turun, bila konsumen tetap,
pendapatanriilnya naik, maka konsumen merasa menjadi lebih kaya dan mulai
meriggantikan gaplek dengan beras.
4.2.1.3 Fungsi Permintaan ?asar
29
PermintaanPasar akan suatu barang adalah penjum1ahi emua kurve perrnintaan
konsumen yang ada dalam pasar tersebut.
Seandainya di paar hanya ada 2 orang konsumen maka kurve permintaan pasar
dapat. diperoleh dengan rnelakukan penjumlahan secara horisont.al dan kurve—kurve
perm i ntaan konsumen—korisumen tersebut untuk setiap tingkat harga.
Salah satu karakteristik yang penting dalam fungsi perrnintaan ,jumlah barang yang
diminta terhadap perubaha salah satu faktor yang mempengaruhinya. Ukuran derajat
kepekaan mi disebul elastisitas. Ada beberapa macam konsep elastisitas yang berhubungan
dengan permintaan.
a. Elastisitas Harga
Untuk mengukur besar kecilnya perubahan jumlah barang yang diminta konsumen
sebagai akibat perubahan harga. Suatu konsep yang sangat berguna dan banyak sekali
dipakai dalam il.mu ekonomi. Kqnsep ini menyatakan perbandingan antara persentase
perubahari jumlah barang yang diminta dengan persentase perubahan harga.
30
Dengan cara yang ke dua mi koefisien elastisitas yang dihitung dengan
menggunakan anggapan harga turun dan P1 ke P2 tidak sama dengan perhitungan yang
dilakukan dengan anggapan harga naik dan 2 ke P1 karena perbedaan tinglat harga dan
jumlalL yang diminta yang digunakan dalam perhitungan. Untuk menghindarkan dan
perbedaan tadi kita gunakan P1 dan P2 serta Q1 dan Q2, sehingga rumusannya berubah
menjadi:
b. Elastisitas Silang
Dalam kenyataan, suatu barang yang dikonsumsi tidak berdiri sendiri tetapi
mempunyai hubungan yang erat dengan barang lain dalam fungsinya untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Baik karena sifatnya yang dapat dipertukarkan maupun karena barang
tersebut harus digunakan secara bersama—sama. Untuk mengukur kepekaan jumlah
barang yang dirninta terhadap perubahan harga barang lain digunaan elastisitas silang
(cross elasticity) yang mérupakan perbandingan antara persentase perubahan jumlah
barang yang diminta dibagi dengan persentase perubahan harga barang lain.
Elastisitas silang yang positif menunjukkan bahwa barang X d Y acialah dua barang yang
saling menggantikan. Sedang elastisitas si ng yang negatif rnenunjukkan bahwa barang X
dan barang Y adalah ba ng komplementer.
c. tListisitas Pendapatan
Elastisitas pendapat.an mengukur kepekaan jumlah barang yang diminta terhadap
peruhahan pendapatan yang dapat dihitung dengan membandi an antara persentase
perubahan jumlah barang yang diminta de an persentae perubahan pendapatan.
31
Untuk indonesia elastisitas pendapatan ditaksir melalui elasti. tas pengeluaran.
Sebab lebih mudah mengumpulkan data pengeluaran dar ada mengumpuikan data
pendapatan.
BAB IV
PASAR PRODUK-PRODUK PERTANIAN
1. Permintaan Produk-produk Pertanian
Pemintaan konsumen didefinisikan sebagai berbagai kuantitas suatu. barang
tertentu dimana seorang konsumen ingin dan mampu membelinya pada berbagai tingkat
harga, ceteris paribus. hubungan permintaan tersebut hanya menunjukkan hubungan secara
teoritis antara harga dan kuantitas yang dibelinya per unit waktu, ceteris paribus.
Harga dan kuantitas berbanding terbalik, oleh karena itu kurve permintaan bers
lope negatif. Hubungan terbalik ini kadang-kadang disebut hukum permintaan, dan hal ini
bisa dijelaskan pada efek subsitusi dan pendapatan dan suatu perubahan harga.
Efek substitusi timbul karena konsunen mengalihkan pembeliannya ke produk yang secara
relatif lebih murah karena perubahan harga. Misalnya kalau harga daging sapi naik maka
mungkin sekali konsumen mengganti daging sapi dengan dagin kambing yang harganya
lebih nurah. Atau jika harga gula pasir naik, maka konsumen Mungkin akan mengganti
gula pasir menjadi gula merah yang harganya lebih murah. Jadi dalam hal ini terjadi proses
penggantian (substitusi).
Efek pendapacan timbul karena suatu perubahan harga dan satu produk, ceteris
paribus, merubah pendapatan rill konsumen. Suatu penurunan harga menaikkan daya beli
dan sejumlah uang tertentu, dimikian sebaliknya. Misalnya pada harga Rp.100 per unit
maka 300 unit produk membutuhkan uang sebesar Rp. 30.000,-. Suatu penurunan harga
sebesar Rpl00, (menjadi Rp. 90/unit) berarti bahwa seorang konsumen bisa membeli 300
unit yang sama dengan uang sebesar Rp.27.000U0 berarti penghematan sebesar Rp3.00..
Efek substitusi dan suatu peruba.han harga untuk suatu produk tertentu selalu
negtii. Dengan suatu kenaikan harga, ef ek substitusi menurunkan kuantitas yang dibeli,
dnikian sebaliknya. Efek pendapatan dan suacu perubahan harga juga biasanya negatil.
Suatu kenaikan harga menurunkan pendapatan nil, dan bahkan dengan suacu huixingan
positif yang biasa antara kuantitas dan pendapacan yang benlaku, kuantitas dan harga akan
bergerak dalam arab yang benlawanan. Deinikian pula sebaliknya jika terjadi penurunan
harga.
Ada beberapa produk yang inenpunyai hubungan yang cerbalik antara pendapatan
dan kuantitas produk yang terjadi. tlam kasus-kasus mi, suatu penurunan pendapatan nil,
sebagai akibat dan suatu kenaikan harga, akan berhuhungan dengan suatu kenaikan
kuantitas yang dibeli. Karena itu, efek pendapatan dan suatu perubahan harga akan
menggeser kuantitas pada arab yang sama dengan perubahan harga tersebut. Jika ef ek
pendapacan mi lebih besar dan efek substitusi, maka kuantitas yang diminta akan naik
dengan suatu kenaikan harga, deinikian sebaliknya. mi adalab kasus yang jarang dan Gift
en’s Paradox atau hubungan intaan beriope ppsitif.
Permincaan pasar adalah suatu penyamarataan konsep perniintaan koasimen. Hal
mi didefinisikan sebagai pilihan berbagai kuarititas dan suatu produk dimana semua
32
konsuiTen cli dalam suatu pasar certencu ingin dan manu menbeli pada berbagi tingkat
harga, cetenis panibus. Suatu hubungan permirztaan pasar bisa dianggap sebagai suatu
penjumlahan permintaan individual. Suatu perubahan harga menyebabkan perubahan
jumlah yank dibeli konsumen sama halnya dengan perubahan kuantitas yang dibeli setiap
orang.
Kita akan memperhatikan hubungan-Fubuogan permintaan pasar. HutAlnganhutungan mi bisa berarti permintaan dalam suatu kota, desa, atau negara, atau daerah pasar
lainnya. I-lubungan permintaan digambarkan dalain Gambar 4.1. Kuantitas adalah i igs i
harga, tetapi hárga secara konvensional diIetakkan pada sumbu vertikal dan kuantitas pada
sumbu horisontal dan diagram fungsi permintaan (dan penawaran).
b. Perubahan perinintaan
Adalah penting untuk membedakan antara suatu perubahan kuantitas yang diminta
dari suatu perubahan permintaan (antara pergeseran sepanjang suatu kurve permintaan dan
pergeseran kurve permintaan). Faktor-faktor utama yang mempengaruhi tingkat
permintaan bisa dikelompokkan roenjadi 4 kelompok yakni:
1) jumlah penduduk dan distribusinya menurut unsur, daerah geografis, jenis kelamin dan
lain-lain;
2) pendapatan konsumen dan distribusinya;
3) harga dan ketersediaan produk-produk lain dan jasa;
4) selera dan preferensi konsumen.
Faktor-faktor tersebut di atas kadang-kadang disebut faktor-faktor penentu permintaan.
Seperti ditekankan sebelumnya, faktor-faktor ini, dianggap tetap untuk suatu tingkat yang
tertentu dan suatu fungsi penmintaan, tetapi dengan perjalanan waktu, perubahan
permintaan adalah suatu aspek penting dan penubahan harga.
Suatu pergeseran permintaan yang sederhana ditunjukkan pada Gambar 4.2. Suatu
kenaikan permintaan berarti bahwa kurve permintaan bergerak ke kanan. 1<.onsumen akan
menibeli Lebib banyak lagi produk tertentu pada tingkat harga yang sama, atau nereka
akan weTIbeii kuarititas yang sama pada tingkat harga yang iebih tiriggi. Suatu penurunan
perrnitaan (bergeser ke kin) niempunyai pengaruh yang bertawanan.
33
lJntuk hampir senna produk-produk pertanian, penctapatan dn permintaan
berhuhungan secara pos itit, karena itu suatu kenaikan pendapatan nienggeser permintaan
ke kanan. Tetapi untuk beberapa produk adaiah sebaiiknya. Produ OdUE terse[xzt disebut
barang interior lxikan karena kurang bergizi, tetapi hanya karena konsuiien niembeli lebib
sedikit j ika pendapatannya naik. Misalnya ga1ek.
c. Permintaan Spekulasi
Mungkin Anda bert ikir bahwa konsep permintaan hanya dalam artian perniincaan
konsunien untuk pemakaian saat sekarang saja. Permintaan spekuiasi merupakan suatu
macam permintaan yang dikaitkan dengan penggunaan dan harga yang diharapkan pada
masa yang akan datang. Karena sejumlah produk pertanian dihasilkan secara musiman
tetapi dikonsixrisi sepanjang tahun, maka konsep permintaan spekulasi secara khusus
mendapat perhatian para ekonoi pertanian.
Suatu fungsi permincaan bisa di interpretasikan sebagai permintaan untuk
penggunaan sekarang dan untuk tujuan-tujuan spekulasi. Pengasinnsian perrnintaan
spekulas i tergaixing dalam t ungs i permintaan, faktor-f aktor tambahan bisa
menambah/mernperbesar pergeseran permintaan (bahkan merubah harga-harga). Misainya,
prospek yang baik suatu produk pertanian pada tahun yang akan datang, akan
uieningkatkan permintaan spekulasi untuk cadangan-cadangan sekarang. Prospek produk,
pembatasan ekspor/impor terhadap produk tersebat, nusim kering, adalah beberapa contoh
I aktor yang bisa merthah permintaan spekulasi.
Singkatnya, suatu tungsi permintaan bisa bergeser dengan adanya perubahan
permincaan spekuiasi. Spekutasi yang tidak tepat dalant mengantisipasi. kejadian-kejadian
pada nasa yang akan datang bisa meningkatkan variabiiitas harga, tecapi spekulasi yang
mengantisipast mesa depari dengan cepat menunmkan variabi Litas harga.
d. Permintaan Turunan (derived demand)
Konsumen akhir adalah orang yang menentukan bentuk dan posisi fungsi
permintaan. Analisisnya adalah bahwa hubungan permintaan konsumen batasanya
mengenai permintaan dasar (primary demand). Dalam analisis empiris, data harga eceran
34
dan kuantitas biasanya digunakan untuk menentukan hubungan permintaan dasar (primary
demand).
Istilah permincaan turunan (derived demand) digunakan untuk munjukkan skedul
pemintaan akan input yang digunakan untuk memproduksi produk-produk akhir. Jagung
misalnya, adalah suatu input penting untuk industri peternakan, sementara kedele
digunakan untuk membuat kecap. Analisis , permintaan akan jagung dan kedele diturunkan
dari permintaan akari produk-produk akhir.
Suatu kurve permintaari turunan bisa berubah juga karena kurve permintaan dasar
(primary demand) bergeser atau karena perubahan margin pemasaran. Secara empiris,
hubungan-hubungan permintaan turunan bisa diestimasi, juga secara tidak langsung
dengan pengurangan margin yang tepat dan skedut peraiintaan dasar, atau secara langsung
dengan penggunaan data harga dan kuantitas dimana. diterapkan pada tahap (stage) yang
tepat dari pemasaran. misalnya harga-harga dan kuantitas pedagang besar bisa digunakan
untuk memperkirakan permintaan turunan pada suatu tingkat menengah, semencara itu
data harga-hargá dan kuantitas perusahaan pertanian bisa digunakan untuk mengestimasi
kurve permintaan yang dihadapi produsen.
4.1.1.2 Elastisitas Pennintaan
Dalam seksi mi kita membahas elastisitas harga, elascisitas harga silang, eiastisitas
pendapatan dan ileksibilitas harga. Konsep-konsep tersebut di atas akan ditinjau dart sisi
penmmntaan.
a. Elastisicas liarga
Elastisitas harga adaiah perbandingan ancara persencase perubahan junlah produk
yang diminca dengan persentase perubahan harga.
Hesr atau kecilnya elastisitas pada suatu persentase harga tertentu, tergantiing kepada besar
kecilnya persentase peruhahan jumlah hara yang dLmlnta. Semakin besar e berarti
permintaan maktn elastts, demikian sebaliknya tidak atau kurang elastis hila e kecfl. Jika e
> 1, maka permintaan elastis, dan permintaan tidak elastis (in elastis)
ilka e <1.
ICoefisien elastisitas sering dttultskan negattf. Hal tnt menuniukkan hahwa j ika
harga naik, maka jurniab produk yang dirninta turun, demiktan pula sebaliknya jika
hargaturun maka jumlah produk yang dirninta naik.
Perukuran koefisien elastisitas hisa dilakukan dergan 2 cara.
1) Etacctsttas tkik (point elasticity) yattu menggunakan elastisitas pada satu titik pada
kurve
permintaan.
2) Elasttsitas busur (arc elasticity) yattu elastisitas antara 2 ttttk pMa kurve perrntntaan.
35
Pada ganbar di atas; ditunjukkan. hahwa t it 1k A merupakan perstnggungan antara suatii
garis derari kurve permintaan (0), maka elasttsttas harga atas permlntaan pada titik A
adalah:
Dimana Q arial.ah jumlab produk yang diininta, dan P adalah harga.
Cara perhirungan koeftsien elastisitas dengan cara elastisitas 1is’ir (arc last1citv)
paling sering dtpakat. Dart Gambar 4.3 ktta hisa menhtriing koefisten elastisitas antara 2
tltik yaitu B dan C pada kurve perni1.rtaan dengan rumus:
Koefisien elastisitas sama dengan satu (unitary elasticity) merzmlukkan bahwa
setiap perubahan harga membawa perubahan propors tonal dalam jumlab produk yang
diminta. Bagi penjual, kurve permintaan seperti tnt memberikan penerintaan yang kOnstan
apakah hargarwa tinggi atau rendab.
Di dalam teori ada koefisien elastisitas sama dengan nol dan tak berhingga (c-).
Koefisien elastisitas sama dengan nol menunjukkan bahwa kurve permintaannya
inerupakan garis vertikal yang berarti bahwa berapapun harga produk, jumlah yang diminta
tidak akari terpengaruh. Sebaliknva path koef is ten elastisitas tak berhing,ga, perubahan
harga produk mempunyai dua akibat yattu juinlah yang diminta tak beriiingga atau sania
dengan nol, dan.kurve permintaannya berbentuk garts horisontal.
36
Has ii. penelit tan C Peter Tinnier di Indonesia menurijukkan hahwa elasttsitas
harga atas perniintaan tepung gandum adalah sebesar -1,4, yang berarti bahwa setiap
kenaikan harga tepung gandum’ sebesar 107 diikuti oleh penirunan konsumsi (lutul.ah
gandum yang diminta) sebesar 14% atau sebaliknya penurunan harga tepung ganduin
sebesar 10% akan diikuti oleh kenaikan konsuinsi gandum sebesar 14%.
b. Elastisitag Silang (cross elasticity) atas permtntaan
Elastisitas silang atas permintaan adalah perbandingan antara persentase perubahan
junilab yang diniinta atas produk X dengan persentase perubahan harga produk Y (yang
berhuIungan).
Di dalam arti ekononii, selain besar kectlnya koefisien elastisitas silang maka
tandanya (positif atau negatif) adalab lebth pent ing, karena tandanva tersebut
menunjukkan sifat hubungan antara kedua produk tersehut. Tanda yang positif herarti
produk X dan Y adalab substitutif, sedankan hiLa tandanva negatif maka produk X dan Y
adalah koniplementer. Semakin besar koeftsien elastisftas ku maka semakin erat iIxingan
kedua produk yang bersangkutan.
Sebagat contob, dan has it penelittan C. Peter Ttnimer diteniukan hahwa koefisien
elastisitas silang antara beras dan tepung gandurn dl Indonesia sebesar + 1,2 herarti
kenaikan hara heras 10% akan dilkuti oleh kenaikan gandum yang diminta sehesar 12%.
Jadi tepung gandum merupakan hahan makanan penggant i (subs titut) heras yar cukup
balk.
c. Elastisitas pendapatan atas permiritaan
F.lastisitas pendapatan atas permlrtaan adatah perbandiran antara persentase
peruhahan jumlah produk yang diminta Iengan persentase perubahan pendapatan. Di
Indones La, kita sudah niempunyai taksirantaksiran koefisien elasttsitas pendapatan yang
lehlh balk ketimbang koef is ten elastis itas harga dan s hang atas perminta.an. Elatis itas
peridapatan hisa dirumuskan sebagai herikut:
Elactisitas pendaratan atas permintaan tandanva hampir selalu positif. Konsunien yang
pendapatannya naik, maka dava helinva naik dan La akan membeti barang-barang
konsumsi lehib hanyak.
Konsep elastisitas atas permintaan mi sangat penting di dalain ekonon karena
mampu menerargkan perhedaan perilaku ekor’omt dan berbagai gotongan pendapatan
masyarakat dalam pembetian produkproduk. IJntuk permintaan hahan makanan tenitanla
beras di Indonesia, elastjsftasriya rendah. Menurut Mubyarto, eLastisltasriya sebesar
0,65,jadi makin tinggi pendapatannya maka semakin rendab elastlsltasnya.
Indonesia, sepertt kebanyakan negara-negara sedang berkembang tainnva, koefisien
elastisitas pendapatan atas permiritaan untuk heherapa hahan makanan dltaksir dengan
elastisitas pengeluaran (expenditure elasticity). Yang dirnaksud dengan elastisitas
pengeluaran tnt adatab perbandingan ant ara persentase perubahan lurnlah produk yang
climinta dengan persentase perubahan pengeluaran korisumen.
37
d. Koeftsten flekstbilitas harga
Narga dianggap sebagai faktor perwebab perubahan dan umlth produk yang diminta
bertihah naik atau turun tergantung pada peruhahan harM jika kita menghttrng eLastisitas
harga. Jadi harga merupakari variabel independen sedangkari jumlab produk yang diminta
merupakan ,variahel dependen. Penetapan tingkat harga tertentu akan menentukan junilab
produk yang dapat diserap atau akan ditampung pasar.
Tetapt di samping penerapan pengetahuan tetang elastisitas harga untuk
menentukan jumlah produk yang dapat diserap pasar, maka kita dapat pula menerapkan
teort tnt dart segi Lain yaitu melihat pengaruh petubahan jumlah produk yang ditawarkan
di pasar dengar. harga yang terladi. Iriilah yang dtse1ut fleksi.bilitas harga dimana harga
menjadi variabel dependeri yang tergantung pada jumlah produk sebagai variabel.
independen. Fleksihilttas harga tnt disebut juga elastisitas jumlah yang merupakan
kebalikan dart elastisitas harga. Fleksihilitas harga tnt dirumuskan sebagai berikut:
Hubungan antara elastisitas harga dan fl.eksihilitas harga dapat dituliskan sebagai
berikut:
Elastisita.s harga 0 0,5 1 2,0
Flekaibilitas harga c- 2,0 1 0,5
Tinggi rendahrwa flekstbilitas harga mi sangat petting hagi petani karena hasil-hasil
pertanian yang hers if at muslman dapat mengakihatkan .fluktiiast harga yang hesar. Suatu
hasH penel.itian terhadap petani temhakau di daerah Besuki (1972) nerunjukkan hahwa
peruhahan produksi diikuti oleh peruhahan harga dengan persentase yang lehih hesar.
Kenyataan demikian sangat mempengaruhi tingkat pendapatan dan tingkat hidup petani
temhakau di daerah tersebut yang pada umumnya tetap miskin walaupin menghasilkan
komoditi ekspor yang penting. Rawang merab dan cahe merupakan contoh lain dart hash
pertanian yang mernpunyai fleksibilitasharga yang tinggi.
4.1 .1 .3 Hal-hal yang berkaitan dergan penawaran di dalam pertanian
Di hawah tnt kita akan menthahas jSengertian heberapa konsep yang berkaitan dengan
penawaran di dalam pertanian.
a. Kurve penawaran dan elastisitas penawaran
farga keimbangan terjadi pada perpotongan antara kurve permintaan dan penawaran.
Kurve permintaan heserta sifat-shfatnya telah kita hahas di muka, sekarang ktta akan
membicarakan kurve dan elastisitas penawaran.
Elastisitas harga atas penawaran sama dengan nol jika kurve penawaran merupakan garis
vertikal (harga tidak rnempengaruhi jumlah yang ditawarkan), sedangkan jika kurve
penawarannya merupakan garis horisorital maka etastisitas harga atas penawaran adalah
tak herhtngga
().
4.9
Perbedaan pent trig antara kurve permintaan dan pIwaran dalam menakstr koef is ten
elastisitas adalah: pertama, pentingnya faktor waktu di dalarn penawaran, dan yang kedua
adalah bahwa peraruh harga terhadap umlah yang ditawarkan hiasanva tak dapat
dibalikkan (irreversible).
38
DI. sini faktor waktu dalam penawaran angat pentingkarena produkproduk pertaraan hers if
at musiman, vaitu tulanan at*t F$e4atn atau tahunan sehingga suatu kenaikan harga di
pasar tidakE , at. segera dilkuti dengan naiknya penawaran kalau panen helürn tiba. flal tnt
menunjukkan hahwa elastis itas harga atas penawaran adalah inelastis dalam jangka
pendek. Di sarnping itu pergaruh harga tidak dapat dibalikkan karena kenaikan harga
setelah beberapa waktu terteritu inendorong kenaikari lumlah yang ditawarkan, maka
pemrunan harga tidak akan mengembalikan jumlah yang ditawarkan ke ttngkat semula.
b. Penawaran dan peranan lembaga pemasaran
Persoalan lain yang sangat perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan penawaran adalah
peranan lembaga pemasaran (pedagang). Harga yang terladi di pasar merupakan
perpotongan antara kurve permintaan dan penawaran. Tetapi di dalam kenyataan terdapat
harga pada tingkat petani /produsen (producers price) dan harga pada tingkat eceran (retail
price) dl samping harga pedagang.
Pembentukan harga yang rnurni terladi pada tingkat harga perdagangan besar, (whole sale
price) karena hanya pada tingkat tnt terdapat persaingan yang agak sempurna. Harga
konsumen dan harga t ingkat pet ant hiasanya tinggal inemperhttungkan dart harga
perdagangan besar yaitu dengan menambah dan mengurangi margin pemasaran.
Tintuk menielaskan proses pembentukan harga di atas, kita ambil antoh dan bukuriva Prof
esor Mabyarto (Pengantar Ekonomi Pertanian,
1979).
Dan gambar di atas bisa dilihat perbedaan besarra elastisitas harga pada kedua tirigkat
pasar yaitu elastisitas harga lehih rendah (dan
4.10
fleksibtlitas harRa Iehih tinggi) path tirkjt produsen hila dthandingkan dengan ttngkat
eceran. Jika jumiah produk yang dihawa ke pacar turun dart 40 meniadi 30 maka haa pada
kedtia pasar r.alk RplO,00. Nannn demikian kenaikan RplO,00 pada tlngkat harga eceran
berarti. dart Rp40,00 ke Rp50,00 at-au 25, sedarigkan pada tingkat produsen berarti dart
Rp20,00 ke Rp30,00 at-au 507. Berarti elastisitac barga pada t tngkat eceran adalah:
39
Yang herarti elastisftas harga pada ttngkat produsen hanva sekttsx separuh dart elastisitas
harga pada tingkat konsumen. Tni mernniukkan 1hwa petani (produseri) herada dalam
kedudukan yang lernab bila dihandingkar. dertgan pedagang dan konsumer’.
c. Elastisitas harga atas penawaran
Riirrus elact is it-as harga atas penawaran adalah sebagai herikur’
Makin besar koefisien elastisitas tnt nkin el.astis kurve penawaran, artinya peruhahan
harga yang relatif kecil mengakthatkan peruhahan lumlah yang ditawarkan retatif besar.
Elastisitas harga atas penawaran uga mngandung efek suhst ibis i dart efek pendapatan.
F.fek substitusl da].am penawaran misainva jika terjadi peruninan harga beras maka petani
akan menggant i tanaman pad! nya dengan kedele yang relatif tehih rnengiinttingkan,
begitu pula sebalikrtya. Sementara itu efek pendapatan dart suatu penibahan harga prod’ik
pertaniar. dapat bersiFat posfttf atari negatif. Kalau rnisalnva suatu kenaikan harga beras
yang menyebabkan naikrtya pendapatan pet-ant mendorortg petani untuk rnenggiinakan
pupuk lehih banvak untuk tanarnan padt berikutriva, maka efek pendapranr!va ada[ah
po.cttif. SebaHkrwa efek pendapatan dapat bersifat oeg iF j ika pet-an! jiistru mengitrangi
kegiatannya, karena dengari pendapatan vng sama kini dapat diperoleh dengan jumlah
produk yang Lehih sed 1k it. TM data9 teori ekonorni, jika efek pendapatan dapat
mengkompenstr nHai posiriF dan efek substitusi maka terjadilah kurve pçrawaran yng
herhalik (backward bending suppLy curve) dimana kenaikan hat-ga pro’ltik perttnian justni
menuninkan jumlah yang dirawarkan.
4.11
Pada tinunrwa elastis itas harga atas penawaran produk-prodnk pertanian Iehih rendah
daripada elastisitas harga atas penawarar. produk-produk industri. Hal ml disehahkan oieh
stniktur pertanian lebih tear (rigid) daripada struktur inhistri. Menaikkan dan merjrurkan
produk pert anian adal.ah 1ekiih sukar daüpada proc\uk irstr yang sennanva dibuk di pabrik
dan tidak tergantung langsung pada faktor-faktor alam.
d. Elastisiras silang dan penawarari
Flastisitas silang dan penawaran adalah perbandingan. antara persentase peruhahan um1ah
produk X yang ditawarkan dengar. persetae perubahan harga produk Y, yang hisa
dirunuskan sehagai berikut:
Jika elastisitac mi posi.tif maka barang X dan harang Y menipakan barang yang dthasilkan
hersama (loint product). Misalnva heras dan dedak yang dihactikan bersama dalam
penggtlingan padi. edargkan ika elastisitas silang ml negatif mernnlukkan haa kenaikan
harga harang Y mengakibatkan pernrunan lumThh barang X yang ditawarkan, rnnka
barang X dan Y adalah barang yang bersaing. Misalnya padi dan cengkeh.
Besar keciinva koefisin elastisitas mergukur ttngkat keeratan )ubungan kedna prodiik
pertanian itu. Jtka hanva satu jenis ran,arnan yang dapat di tanam pada tanah pertanian,
rnaka e1atisitas stIangnva adalah nol.
4.1 .1 .4 Penentuan harga
IiLtm seksi mi i’[ta akan niembahas proses penentilan Harga prodiikprodiik pertanian
secara garis hesar. IJrtiik pemahaman yang ichih rnendaiam tetang proses penent:uan harga
mi telah Anda dapatkan di daarn kuIiah Pengantar Fkonomi dan Teori Ekonomi. 1akro I.
a, Persaingan seipurna
40
Seheltini kita memhahas masaah penenruan arga, kita rnemhntiihkw herapa pergetahuan
totar.g pasar di ira harga di? ntukan din perilaku ndivtdua di dalam paar terselnt. Vita hisa
menerar4’kan sifat dan eara hekerja beberapa paar, sep’rti mia1rwa, pasar hiiih— biahan di
Ben ngharo (Yogyakarra). Nannm lernlktan, kita tidak akin rnenpiknr I itu. <ita akan
mengahsrraksikan pergtahnar din per’aan kir;i retan, cam hckerjanva p’,:m-.pisnr lie
r vi rat —5\R at yang muki ip di ma ‘a i, parf.v iirtijk men eli
€‘ p1 . ii i1ah pnn” -i’:*’’i dil;irT) ‘uitii r’r
1, )
persaingar. sempurna yang akan kita hahac lehih dulu.
Konsep pacar persaingan semirna adalah suatu kon.sep yang kakia thu teutunya halTpir saa
pasar tidak memernhi svarat-syarat yang
tepat yang dihutuhkan konsep mi. Tetapi ktta menggiiriakannva, karem proses penentuan
harga hisa hampir serrua hisa dielaskan dengan pasar huatan’ semacam itu. Kenndian kita
hisa mengurangi beberapa syarat yang dU-utuhkan oleh konsep suatu pacar persaingan
sempurna.
Sifat dart stiatu pacar persaingan semima hisa diletaskan dengan tiga keadaan berikut:
1. lumlah prodiasen banyak dan volume produksi set lap produsen hanva ruerupakan
bagian yang kecil dan volume transakst total di daThm pasar.
2. produk yang dihasilkan adalah hogen sehingga hash produksi satu prodwen menapakan
pengganti yang seriparna bagi haci 1 produkst produsen lain.
3. set tap produsen hisa mendapatkan informasi pasar (harga yang berlaku) dengan
semirna.
Ker iga s if at utama dart pas ar persat ngari s empu ma tnt meptinvai iiaplikasi hahia:
(a) setiap produsen (secara individual) tidak bisa mempengaruhi harga pacar yang herlaku;
harga ditentukara pasar untuknya.
(b) kurve pamintaan yang dihadapi oteh seorang produsen adatah gari s lurus horisontal,
yang berarti hahwa dia bisa menual produk berapapun pada t tngkat harga yang herlaku
tanpa mengakibatkan perutunan harga lual,
(c) macam keputusari. yang hams diambil oleh seorang produsen (untuk mencapai
kepuasan makstrrnm atan postsi ke.cetmhangannva) adalah berapa volume produk yang
hams Ia lual, sedang harga lualnya sudah ditetentukan oleh pasar.
b. Penentuan harga di pasar perdagangan besar
Jika skedul permintaan dan penawaran untuk suatu produk tertentu, sepertl dalam flambar
4.5, penentuan harga secara teoret is nudah diselesaikan, nanun prose.c yang aktual terladi
di pacar nnngkin ruwet dan agak suift ditentukan. Dalam (‘,amhar 4.5 kurve permintaan
turunan (derive demand curve), DD, memotong kurve penawaran tururBr. (derived supply
curve), DS, pada t ingkat harga (perdagangan hesar) Rp400 ,00. Harga tnt kita sebut harga
keseimbangan. Tnt satu-satunya harga yang stahl 1, menin lukkan t idak ada t endens I
untuk bergerak. Pada t tngkat harga Rp400,00 umlah yang diminta sama dengan lumlab
yang dItiarkan. Pada harga sama dengan Rp400,00 para pembeli di pasar akan mengambil
10 kilogram heras dan penual akan menawarkan 10 kilogram heras. 1-larga
4.13
41
[patkah kit a menunukkan hahwa dengari harga Rp350,00 dan ktmnt ttas 10kg harga
tersebut stabil, dan pasar dalam keseimbar,gan?. Kits pikir kita bisa. Pada harga Rp450,00
misalnya, tidak stabil. Pada tingkat harga Rp450,00 j’im1ah yang ditawarkan melehihi
jumlah yang diminta:
10,5 kg yang ditawarkan dan 8,5 kg yang dimir,ta. Di dalam suatu pasar behas, dirnana
marusia dimotivasi oleh profit (maksimtsasi pendapatan) dan I nf orrnas I yang berkenaan
dengan s Ituas I pas ar cukup memadal dan terdistribusi cecara meluas, harga Rp450,CX)
tidak hisa hertahan. Para pembeli tidak akan ineinbell, merunggu harga turun. Para penjual
akan dipaksa untuk menirunkan harga yang ditawarkan, agar produknya laku. Dus, harga
akan meni lii harga kes el mbangan Rpl 00,00. Pada t ingkat harga Rp200,00 uga tidak
stahi1. Permintaan rnelehlht penawaran pada tingkat harga tersebut. Dalam keadaan seperti
ml pars penjual akan menghent ikan pen jital.ah dan para pernbeli than menaikkan harga
dalam upayanya untuk menperoieh penawaran. Karena itu, harga akan meniju ke harga
keseimbarigan, Rp400 ,00. T<ekuatan-kekuatan persairgan secara ten’s menenis hekerja
dalarn suatu pasar bebas untuk menggerakkan )-iarga yang aktual merulu k.e harga
keseimhangan.
Terrpat harga Rp400 ,00 ditenrukan oleb kekuatan-kekuatan penawaran dan permi ntaan.
Dan penentuan ti ngkat harga tersebut terjadi dl pasar perdagangan hesar dan beras, dimana
kekuatan-kekuatan permlntaan konsurnen dan penawaran produsen me rupakan ungkapanungkapan tent entu dalam keputusan-keputusan para pedagang di pasar. Harga di pasar
eceran sekarang menjadi Pp400,00 dttamhah margin pemasaran yang kita perklraan
menjadi sebesar Rp75,00. Dus harga beras untuk konsumep! adalali Rp475,00 per kg dan
pada harga mi, senna konsumn membeli 10 kg. Untuk rnendapatkan hangs yang diterima
oleh produsen pads tingkat usaha tani kita menirangkan Rp30,00 dan hangs kesetinbangan
4.14
perdagangan besar yaitu Rp400,00 sdingga harga menladi Rp37O,00.
Harga-harga terselut, pada tingkat produsen dan konsumen, akan tetap sarrpai harga
perdagangan besar berubah lagi, penibahan-perubahan karena pada tirigkat harga produsen
Rp370,00 dan harga konsumen Rp475,00 para produsen dan kcsumen menibuat keputusan
dirnana menyebabkan jumlah yang diminta dan lumlab yang dttawarkan pada perdagangan
hesar beruhah, sehingga merubah harga kesetrnbangan pula. Kekuatan-kekuatan yang
menguhab keseimbangan dirrulat pada tingkat produsen dan konsumen, tetapt ketika s is
42
tern pemasaran carrpur tangan, proses penentuan harga terjadi pada tingkat perdagangan
hesar, dan peruhahan-perubahan harga yang ada akan berlangsung secara alamiab metu’ju
ke kxsumen dan kembali ke produsen.
c. Persaingan tak sespurna
Peithicaraan rnengenai proses perlentuan harga yang telah kita bahas yattu di dalam proses
persaingan sempurna. Tetapi syarat-syarat yang ketat (asurnsinya) di dalam persaingan
seripurna sering tidak sesuai dengan kenvataan bisnis yang terladi. - Di dalam kenyatas.n,
selalu ada ketidak serrpurnaan pengetahuan, informasi, dan lain-lain pada hampir serrua
pasar di mana hal-hal tersebat menyebahkan pasar men jadi tidak serrpurna. Tetapi suatu
hal yang sangat mendasar adalah mengenai umlah pen lual dan pembeli di dalam pacar.
Jtka lumlah pembeli dan penlual di dalam pasar hanya sedikit, maka suatu ci.ndakan dart
salab seorang pembeli atan penjual akan berakihat pada harga. Dalarn hal tnt, seorang
pedagang tidak bisa lehih lame menganggap hahia suatu tindakan pernhelian dan pen
jualan olehriva tidak akar’. berpengaruh terhadap harga pasar; sebaliknya, dia harus
rnempertimbangkari pengaruh ttndakannya terhadap harga dan tindakanttndakan balasan
yang niingkin di lakukan oleh saingannya. Keadaankeadaan sepertt tnt tidak terjadt pada
pasar persaingan sempirna.
Persatngan tak sernpurna atau persaingan nonopolistik terletak antara persatngan sempurna
dan monopoli. Di dalam persaingan tidak seurna juga terjadi sedikit persaingan, dan juga
pasar tidak dikuasat sepenihrwa oleh seorang pembelt atau penjual.
Dalam proses penentuan harga, pada pasar persaingan tidak sernurna tentu saja berheda
dengan proses di dalam pasar persaingan serrpurna atai pasar perdagangan besar. Dalam
pasar ml, jika ada se uniah kecil pedagang (produsen) di dalarn pasar, maka kita bisa
melihat bahwa harga pasar akan ditentukan oleh pedagang yang terbesar (price leader) dan
pedagang yang lain hanya mendapat bagian pasar yang sesuai dengan “kekuatan”nya dan
volume yang dttawarkan seiua produsen terse1-it.
4.15
DI. da1arn pasar produk pertanian, kadang-kadar ada “cairpur tangar.” pemerintah di
dalam proses penentuan harga produk pertaniar’. penting. Carrpur tangan irii berupa
“hantuan harga” (support prices) sebtngga mengakibatkan harga yang terladi tidak sama
dengan harga keseirnhangar!. Tindakan mi dilakukan pemerintah hiasanya untuk rnenaga
stahl litac harga produk pertanian yang s ifatnva nuirnan i.tu. Sehagal contoh penetapan
harga dasar (floor price) gabah atau harga tertinggi (ceiling price) untuk produk-produk
Iainriya.
1
4.2 Kegiatan Belajar 2
PERANAN HA1 PASAR
4.2.1 liraian dan Contoh
Kita telah beranggapan bahwa harga memainkan peran penting di dalam pengaturan
fungsi-fungsi suatu perusahaan (usaha tani). Pengaturan tersebut dilakukan dengan
berbagai cara, tetapi ada 5 fungsi yang secara spesifik ditunjukkan oleh sistem harga.
Kelima tungsi harga tersebut adalah untuk ; 1) penetapan standar-standar nilai ; 2)
pengaturan produksi ; 3) pendistribusian produksi ; 4) pendistribusian produk-produk
dalam jangka pendek ; 5) pengaturan pemeliharaan dan pertumbuhan perekonomian.
43
Dalam proses memaksimumkan kepuasannya, konsumen akan mengeluarkan uangnya
dalam jumlah yang diinginkannya untuk dibelanjakan di pasar. Hal ini menunjukkan
bahwa ‘harga’ ditentukan oleh nilai-nilai relatif (atau standar-standar nilai yang ditetapkan)
dan produk-produk tertencu. Pilihan-pilihan ini diperhitungkan oleh produsen yang
berusaha untuk mernaksimumkan keuntungan (atau penerimaan) dan sumberdayasumberdaya yang dikuasainya.
Berdasarkan pada keinginan-keinginan konsumen yang nampak, produsen mengatur
(mengalokasikan) sumberdaya-sumberdaya tersebut dengan cara yang sama jika mereka
rnemproduksi produk-.produk yang memaksimumk.an keuntungan. Dengan kata lain,
standar-standar nilai seperti yang ditetapkan oleh sistem harga memiberikan informasi
yang diperlukan untuk keputusan-keputusan manajerial yang dibuat produsen.
Setelah sumberdaya dialokasikan dan proses produksi diselesaikan, produk harus
didistribusikan kepada para konsurnen produk tersebut. Karena permintaan membutuhkan
daya beli seperci halnya keinginan akan produk-produk tersebut, keputusan-keputusan
seperti siapa yang mendapatkan apa yang telah dibuat, berdasarkan pada siapa yang
mempu untuk membeli pada tingkat harga yang ditentukan. Hal ini berarti bahwa tingkat
pendapatan konsumen akan menentukan berapa banyak produk yang mereka beli.
Pada tingkat harga yang sangat tinggi, hanya ada sejuinlah kecil orang dengan tingkat
pendapatan yang tinggi yang akan meinbeli produkproduk tersebut. Meskipun demikian,
jika produksi suatu produk tneningkat, harga akan turun dan konsumsi akan produk
tersebut rneningkat pula. Jika harga-harga turun sarnpai tingkat yang bisa dicapai oleh
konsuinen yang berpendapatan rendah, maka lebih banyak lagiorang yang ikut
mengkonsumsi produk-procluk tersebut, dan hampir semua orang bisa nieningkackan
cingkat konsumsi yang rnereka kehendaki. Jadi jelas tampak di sini adanya tungsi
pendistribusian produk. Juga pada tingkat harga yang sangat tinggi, hanya sejumlah kecil
dan orang tersebut yang memperoleh tingkat kepuasan yang tinggi dan mengkonsumsi
produk yang dibeli tersebut. Jika harga turun rnaka jumlah orang di pasar akán bertambah
banyak.
Pendistribusian procluk dalam jangka pendek seperti yang ditunjukkan oleh sistem harga
yang sederhana berarti bahwa penggunaan produk tersebut digunakan melampaui suatu
periode waktu. angsi.. harga mi secara khüsus penting dalarn kasus produk-produk
percanian, karena produksi dan sebagian besar produk—produk rnini bersitat musiinan.
Perbedaanharga pada musim panen dan harga yang berlaku di pasar setelah musim panen
berlalu, rnengakibatkan penghasiian bagi para pemilik fasilitas penyimpanan (gudang
misalnya) dan orang—orang yang berspekulasi akan terjadi perubahan-.perubahan harga
pada masa yang akan datang. Sehingga para produsen tersebut akan menghentikan
penjualan di pasar dengan harapan akan ada kenaikan harga pada masa yang akan datang.
Fungsi yang kelima yang ditunjukkan harga adalah bahwa pengaturan pemeliharaan dan
pertumbuhan ekonomi. Jika harga tidak terlalu tinggi untuk menutupi penggantian biaya
peralatan modal, maka produk-produk yang dihasilkan oleh peralatan kapital tersebut
44
secara perlahan akan hilang. Jika biaya hampir tidak bisa ditutup, maka tidak akan ada
dana untuk investasi untuk ekspansi.
Dan hal-hal yang telah dikeniukakan di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa peranant
harga adalah pertama, harga adalah kekuatan yang mengatur perekonomian kita, dan kedua
adalah bahwa harga rnengatur dengan penyampaian keinginan-keinginan kDnsumen ke
produsen. Mekanisme pengaturan dn pengendalian ada lab cadangan dan harga-harga. Jika
cadangan bertambah, harga akan turun, dus menyampaikan pesan kepada produsen bahwa
mereka berlebihan rnenghasilkan suatu produk. Harga yang turun i:nempunyai efek ganda,
tidak hanya menutup aliran suberdaya ke proses produksi., tetapi juga membuka pintu
untuk meningkatkan konsumsi. Jika konsumsi meningkat dan produksi dikurangi,
cadangan akan inenurun. Akibatnya harga naik dan aliran suinberdaya ke dalain proses
produksi meningkat. Tetapi harga yang lebih tinggi menipei:kecil konsumsi dan cadanan
menjadi bertainbah dan harga akan tlirun akhinnya. Proses mi berulang sampai titik yang
dicapai dimaria harga tnenyebabkan aliran produksi menjadi sama dengan
aliran ksnsuxnsi. Pada titik mi, harga adalah stabmi dan cadangan di pelihara pada tingkat
yang stabil. mi adalah titik kestabilan di inana
lçeseimbangan ekonomi tercapai.
4.20
Bagaimana proses menuju pembentukan harga keseimbangan di dalam pertanian bisa juga
dijelaskan dengan analisis Cobweb Theorem. Di da].am pertanian, harga beberapa produk
pertanian dan peternakan menunjukkan tluktuasi tertentu dart musim ke mu.sim. Lihat
Gambar 46.
Seandainya pada musim 1 jumiah panen dan yang ditawarkan ke pasar adalah Q1. Karena
hasil panen tnt dianggap tidak bisa disimpan terlaiu lama, maka juinlah tersebut harus
terjual habis pada musim tersebut. Dengan kurve permintaan D, maka harga yang terjadi
dipasar pada musim 1 adalah P1. Selanjutnya atas harga yang beriaku mi produsen
merencanakan produksinya untuk rnusim 2 (harga P1 dianggap oleh produsen akan tetap
beriaku pada musim 2). Atas dasar kurve penawaran S, pada harga setinggi P1 ,jumiah
produksi yang ingin ditawarkan ada]ah
Oieh sebab itu produsen merencanakan untuk rnengbasiikan output
sebesar Q2. Anggap bahwa setiap output yang direncanakan seialu bisa dicapai dengan
tepat. Maka dalam musim 2 .akan tersedia output sebesar
Q2 dan jumiah mi akan ditawarkan di harga pasar yang terjadi.daiam musim 2 ada.Lah P2
(yai tu perpotongan antara kurve permintaan D dan garis vertikal dan Q2. Dengan harga P2
keimxlian produsen merencanakan produksinya untuk musim 3, dan tnt berarti
merencanakan output sebanyak Q3. Daläm musim 3 output sebesar Q3 dipanen dan
semuanya dijual ke pasar. mi akan menimbuikan harga P3 (perpotongan antara kurve
45
permintaan D dan dijadikan dasar bagi rencana produksi musim 4 yang menghasilkan Q4
dan harga setinggi P4) dalam musim mi. Tingkac harga P4 kernudian dijadikan dasar
rencana produksi musim ke 5, detnikian seterusnya.
Sementara itu untuk beberapa produk pertanian diadakan “program harga batas” (price
support programs). Program harga batas tnt menciptakan beberapa masaiah yang berkaitan.
Karena harga ditetapkan di atas tingkat keseimbangan normaL, produsen mempunyai suatu
insentif untuk memproduksi iebih dan yrig hisa dijual pada tingkat harga batas. Agen yang
bertanggungjawab untuk mengelola setiap program harga batas, dihadapkan dengan
masalah ap yang harus dtlakukan dengan adanya
/. 21
surplus. Secara mendasar 4 alternatif tersedia:
1) Produk tersebut bisa dijual pada pasar cerbuka dan perbedaan aricara harga pasar
dengan harga batas bisa dibayar dalam bentuk subsidi langsung. Subsidi yang diperlukan
ditunjukkan oleh tanda kurung besar A dalam Gambar 4.7
Z) Produksi atau penjualan produk tersebut bisa dibatasi pada tingkat dimana harga pasar
dan harga batas bertepatan (titik B pada Gambar
4.7)
3) Surplus bisa dibeli dan juga disimpan, di lernpar ke pasar ekspor atau dihancurkan
(surplus ditunjukkan oleh tanda kurung besar C dalam Ganibar 4.7)
4) harga batas bisa dibayar pada volume produksi tersebut yang akan ‘membersihkan’
pasar pada harga-harga pasar, sisa produk dimungkinkan untuk dijual pada setiap nilai
yang memungkinkan).
Lawan, dan harga batas aclalah jika untuk beberapa alasan mensyarakat memutuskan.
bahwa harga untuk beberapa produk lebih tinggi dan yang bisa diterima oleh masyarakat.
Masalah-maaalah yang tenjadi karena tindakan seperti itu digambarkan dalarn Ganibar 4.8
Pada tingkat harga yang dilakukan konsumen mau ruembeli produk lebib dan yang mereka
inginkan pada tingkac harga keseimbangan. Tetapi kuantitas yang akan diproduksi dan
dijual produsen lebih kecil•clari pada yang biasa mereka tawarkan. Akibatnya, ada
kekurangan produk (ditunjukkan oieh tanda kurung besar A dalarn Gambaar 4.8). Karena
itu, jika harga-.harga ditetapkan pada tingkat di bawah harga keseimbangan, sistem harga
tidak dapat menunjukkan untuk mendistnibusikan produk ke pada konsumen. Bahkan lebih
buruk lagi, konsurnen akan membayar suatu harga di atas tingkat keseimbangan dalani
Gambar 4.8) untuk kuantitas yang tersedia. Dus, ada suatu insentif yang sangat besar
(tanda kurung besar B dalam Gainbar 4.8) untuk para pedagang dan kDnsunlen untuk
menghindari harga yang diberlakukan melalui kegiatan pasar gelap.
4.22
46
‘
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi harga, khususnya di dalam pertanian
kita akan membahas beberapa kenyataan dan masalah di bawah ini.
a) Kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi harga produk-produk pertanian Kekuatankekuatan yang mempengaruhi harga produk-produk pertanian bisa dikelompokkan ke
dalam 4 kategori pokok. Pertama, keadaan-keadaan penawaran yang mempengaruhi harga
produk pertanian termasuk keputusan-keputusan produksi, cuaca, penyakit, luas tanah yang
dipanen, dan impor produk-produk pertanian. Kedua, keadaan-keadaan permintaan
termasuk pendapatan, selera dan preferensi, penduduk dan ekspor produk-produk
pertanian. Ketiga, sektor pemasaran juga mempengaruhi harga-harga produk pertanian
lewat kegiatan-kegaitan penambahan nilai tambah, perilaku biaya, dan strategi-strategi
pernasaran yang terakhir, pemerintah bisa mempengaruhi harga-harga produk pertanian
melalui
harga
batas,
pengedalian
penawaran,
kebijaksanaan
perdagangan
atau
kebijaksanaan-.kebijaksanaan yang mem pengaruhi pemintaan domestik akan produk
pertanian.
Kadang-kadang ada perdebatan tentang apakah harga produk-produk pertanian ditentukan
pada tingkat usaha tani (produsen), dalam sistem pemasaran, atau oleh konsumen pada
tingkat eceran. Kenyatannya, hanya ditentukan secara bersama-sarna oleh permintaan
47
konsumen, penawaran produsen (usaha tani), dan sistem pernasaran produk-produk
tersebut. Dan tidak ada satupun dan ketiga hal. tersebut yang lebih penting daripada
lainnya dalam penentuan harga produk-produk tersebut.
b) Fluktuasi harga pertanian
Ada berbagai keadaan yang mempengaruhi ketidak stabilan harga pertanian. Dan
sisi penawaran, variasi dan keputusan-keputusan produsen akan output, cuaca, penyakit,
dan kejadian-kejadian yang tak bisa diduga yang mempengaruhi antara lain : luas tanah
yang diolah, yields, output dan harga. Beberapa faktor penawaran bisa dikendalikan oleh
petani dan beberapa tidak, tetapi bahkan usaha-usaha petani untuk menyesuaikan
penawaran dengan permintaan bisa gagal oleh kejadian-kejadian. yang tak bisa diduga. Dia
bisa tanggap terhadap harapan-harapan akan harga dengan menambah luas tanah yang
ditanami, tetapi yields akan menjadi lebih rendah dan rata-rata. Dalam banyak kasus,
respons petani terhadap perubahan-perubahan harga akan mengurangi fluktuasi harga,
hanya jika harga-harga yang tinggi mendorong kenaikan penawaran, dimana akhirnya
menurunkan harga.
Faktor-faktor permintaan juga mempengaruhi variasi-variasi harga dalam
pertanian. pendapatan konsumen, tingkat pengerjaan (employment), dan keadaan dunia
bisnis mempengaruhi permintaan akan produk pertanian dan harganya. Seperti pergeseran
penawaran, dalam jangka pendek kurve permintaan akan menggeser suatu kurve
penawaran yang secara relatit elastis, membuat penyesuaian harga yang terjadi.
Sikius bisnis mempengaruhi harga-harga pertanian termasuk pergeseranpergeseran secara periodik dalam penawaran dan permintaan fungsi agregat dan produkproduk pertanian. Sikius harga pertanian akan produk-produk pertarnian. Variasi-variasi
harga ini berdasarkan pada penawaran, variasi-variasi tersebut mencerminkan keputusankeputusan output produsen. Jika penawaran naik, harga turun, dan jika penawaran turun,
harga naik.
Siklus harga pertanian disebabkan oleh kecenderungan para petani untuk
mendasarkan perencanaan produksi yang akan datang pada harga sekarang dan
keuntungan, tidak pada harga yang akan datang. Sebagai contoh misalnya, produksi ayam
potong secara relatif rendah dan harga kopi tinggi. Orang-orang dalam bisnis ayam potong
melihat pada penerimaan yang sangat menggembirakan pada tahun yang lalu dan
memutuskan untuk memperluas usahanya. Bahkan yang sebeluminya meninggalkan bisnis
memutuskan untuk berusaha lagi. Tetapi untuk memperluas produksi ayam potong herarti
48
hahwa, kita harus tnulai memelihara dari kecil, memberi makan, dan sebagainya, hingga
kita bisa menjualnya ke pasar. Semuanya itu membutuhkan waktu paling tidak 3 bulan.
Tetapi sepanjang waktu tersebut penawaran yang meningkat, saingan kita akan
menurunkan harga. Produsen akan melihat keadaan tersebut dan memutuskan untuk
mngurangi penawaran ayam potongnya. Siklus akan kembali lagi dengan sendirinya,
produksi akan turun dan harga akan naik.
d) Variasi harga musiman
Variasi-variasi harga musiman adalah akibat dan pertnintaan musi man, pro(iuks i, dan po
Ja-j o La pemasaran. ftirunnya harga ayam kaikun mer ‘pakan suatu contoh kits i k dart
variasi harga yang dipengaruhi oleh per iiitaan inusimnan. Kenaikan musiinan harga—
harga produk pertanian dan panen ke panen melukikan perubahan harga yang dipengartihi
oleh permawaran musiman.
4.2]
Harga eceran pnd ik pertariian mengikuti suatu pola musiinan dengan deviasi yang relatif
kecil. dan tahun—ke tahun. Kecenditig mi terutama sekali dicerininkan oleh harga produk
pertana pe Waktu musim panen (misalnya durian) dan inusiw tidak panen.
Perubahan..perubahan di daLam kegiatan-kegiatan produksi musiman, pola—pola
peilritaan, kapàsitas penyimpanan, atau biaya penyimpanan akan diharapkan untuk
rnerubah variasi harga musiman dan produkproduk pertanian. Misa.Lnya penyimpanan
produk-produk dan teknologiteknotogi dalam peinrosesan bisa merubah pola-pola harga
musiman dan produk-produk pertanian yang sangat gainpang rusak.
49
50
ARTI DAN DEFINISI PEMASARAN
4.1 .1 . 1 Arti pemasaran
Pemasaran inempünyai arti yang berbeda bagi setiap orang. Bagi konsumen misalnya
seorang ibu rumah tangga , pemasaran bisa berarti belanja untuk rnakanan. Para petani
terutama sekali rnelakukan transaksi dengan para peinbeli lokal, dan bisa mengkaitkan
pemasaran dengan peinuatan hasil. pertaniannya ke atas mobil dan diangkut ke pasar.
Sebaliknya, pedagang perantara seperti pengecer, pedagang besar, dan pengusaha
pengolahan (processor) bisa memandang pemasaran sebagai suatu proses untuk
mendapatkan keuntunçan dan persaingan yang ada dalam pasar, peningkatan penjualan dan
keuritungan, dan pemuasan konsumen. Set iap kelompok di atas merupakan konsep yang
terpecah-pecah dan suatu proses marketing secara keseluruhan. Tetapi seperti yang dipakai
para ekonom, istilah pemasaran adalah lebih luas dan melibatkan semua kegiatan yang ada
di dalam proses penyampaian produk dan produsen yang pertaina sekali ke konsumen
akhir.
Istilah pemasaran (distribusi) sering juga disebut dengan istilah tataniaga karena niaga
berarti dagang sehingga tataniaga (pemasaran) berarti segala sesuatu yang menyangkut
aturan main dalam hal perdagangan produk-produk. Di negara kit a, masalah pemasaran
produkproduk pertanian merupakan bagian yang paling lemah dalam mata rantai
perekonomian atau dalam aliran produk-produk. Dengan kata lain, efisiensi di bidang
pemasaran mi masih rendah, sehingga masih sangat perlu i.ntuk diperbaiki.
Bagaimanakah ukuran dan sistem pemasaran dan suatu produkagr bikatakn baikdan
efisien? Sistem pemasan dianggap efisien
bila memenuhi dua syarat: 1) mampu menyamaikan hasil produk petani produsen kepada konsumen dengan biaya
semurah-murahnya,
2) mampu mengadakan pembagian yang adil dan keseluruhan harga yang dibayar
konsumen terakhir kepada semua pihák yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan
pemasaran produk tersebut.
Pengertian iil di sini adalah pemberian balas Jasa fungsi-fungsi pemasaran sesuai
sumbangannya masing-masing. I)us, dengan rnelihat kedua ukuran mi tampak jelas bahwa
kemungkinan peningkatan efisiënsi pemasaran di negara kita masih besar. Biaya
51
pemasaran di negara kita termasuk tinggi dan pembagian hasil pendapatan dan, harga
produk masih kurang adil. Jika misalnya hanya syarat pertama yang dipenuhi tetapi
pembeli dan penjual hasilpertanian hanya ada satu perusahaan atau satu orang saja
(monopsoni dan monopoli) maka perusahaan itu mungkin bisa rnenekan harga pembelian
dan petani sehingga petani hanya menenima harga yang relatif rendah. Dalam kasus mi
jelas bahwa biaya pemasaran rendah tetapi pembagian pendapatan tidak adil.
Jika di negara kita biaya pernasaran relatif lebih cinggi dibandingkan dengan keadaan di
negara-negara lain untuk produk yang sama, sehingga menyebabkan penekanan harga pada
tingkat petani produsen. Hal tersebut disebabkan oleh, misalnya transportasi yang belum
lancar, kelemahan modal petani, industri pengolahan yang belum maju, dan sebagainya. mi
berarti bahwa ada peluang bagi perbaikan
5.2
pemasaran pada banyak fihak terrnasuk pemerintah yang rnungkin harus menyediakan
anggaran yang besar untuk perbaikan prasarana, pengaturan standar barang-barang
komunikasi, telepon, teleks, telegram, dan sebagainya.
Bukan hanya di dalam hal-hal teknis saja peranan pemerintah diperlukan
dalatnpenembangan pemasaran, tetapi juga di dalam soal-soal jaminan hukum dan
pengawasannya, dalam rnengusahakan kescabilan nilai uang dan lain-lain, demikian
menurut AT Mosher. Karena itu pemasaran pertanian tidak hanya mencakup barangbarang yang dihasilkan oieh petani tetapi juga sarana-sarana produksi (saprodi) yang
diperlukan oleh petani seperti: pupuk, pestisida, dan juga alat-alat pertanian. Khusus untuk
pupuk dan pestisida mi banyak dipergunakan istilah distribusi, karena pupuk yang di impor
atau di odiiksi oleh suatu pabrik pada tempat tertentu harus didistribusikan Ice pelosokpei5sok desa yang tersebar. Perdagangan distribusi mi dilawankan dengan perdagangan
pengumpulan yang menunjuk pada kegiatan mengumpulkan basil-basil yang juinlahnya
sedikit dan petani produsen yang tersebar.
4.1 .1 .2 Fungsi pnasaran
Setiap barang ekonomi mernpunyai kegunaan atau rnantaat bagi ruanusia. Manusia
memerlukan suatu barang tertentu pada tempat, waktu, bentuk dan harga tertentu. Jika
antara penjual dan pembeli tidak ada kecocokan dalarn salah satu syarac tersebut di atas,
rnak transaksi jual. beli cidak akan terjadi. Disinilah terletak fungsi dan peratian pemasaran
yaitu mengusahakan agar pembeli memperoleh barang yang diinginkan pada tempat,.
waktu, bentuk, dan harga yang
Salah satu fun si yang harus dijalankan oleh sistem pemasaran adalah pengangkutan.
Berbagai produk pertanian harus diangkut, sering kali ratusan ataii bahkan ribuan
kilometer jarak dan usaha taft dimana produk pertanian itu dihasilkan ke kota-kota dimana
produkproduk tersebut di konsumsi, atau ke pelabuhan-pelabuhan untuk diekspor.
Misalnya hasH produksi rambutan, harganya sangat murah pada tempat di mana rainbutan
cersebut di hasilkan dalam jurnlah yang beriimpah-limpah , padahal di kota perrnintaan
akan rarnbutan itu cukup besar. Karena itu rambutan di angkut ke kota untuk di pasarkan.
Pemasaran yang berfungsi untuk membawa rambutan tersebut dan tempat prsi (desa) ke
tètnpat konsumsi (kota) bisa dikatakan teLah berlungsi menaikkan kegunaan tempat (place
utility) bagi rambutan tersebut.
Fungsi lainnya adalah penyiinpanan (storage). Basil produk pertanian di petik pada musim
panen, akan tetapi konsumen perlu maniakainya sepanjang tahun. J1 dalam suatu
perekonornian pertanian yang bersifa-t subsisten, petani menyimpan sendiri produk
5.3
pertaniannya. Sedangkan di daLam sistem perekonomiari yang sodah maju, proses
penyimpanan mi dapat dikerjakan secara lebih efisien oleh lembaga- lem baga pemasaran
52
dengan mfleinpekerj akan pegawai .-pegawai yang terlatih secara teknis dan dengan
rnenggunakan peralacan dan fasilitas yang diatur dengan baik untuk mel.indungi produkproduk itu dan gangguan tikus dan serangga, serta lain-lain sebab yang menimbulkan
kerusakan dan kebusukan. Sebagai contoh, proses penyimpanan padi yang berjumlah
banyak dan saat panen (pada waktu harga rendah) sampai saat paceklik. Walaupun
penyimpanan mi mungkin hanya beberapa bulan saja, tergantung pada macam barangnya,
tetapi proses mi telah rneningkackan kegunaan waktu (time utility) dan pernasaran.
Produk pertanian yang gampang rusak tidak dapat disinipan lania canpa pengolahan
(processing). Karena itu, pabrik-pabrik uncuk pengolahan surplus musiman dan produk
pertanian yang garnpang rusak sangat penting seperti: proses pengeringan, pengalengan
buahbuahan, sayur-sayuran dan daging dan lain-lain. Namun demikian, pengolahan
produk-produk pertanian tidak terbatas hanya pada hasil pertanian yang gampang rusak
saja. Kebanyakan hasil pertanian tidak dimakan dalam bentuk seperti ketika dipanen. Padi
harus dijadikan beras, gandum digiling menjadi tepung, atau kelapa sawit diolah dulu
untuk jadi mmnyak goreng, dan lain-lain. 1eknologi makanan yang modern
rnemungkinkan pernbuatan produk-produk baru yang pasarannya bisa dikembangkan
seperti tepung bayi, minuman-minuman, manisan dalam kaleng, dan banyak lagi yang lain.
Dengan perkacaan lain, industrm pengolahan (processing) mi berfungsi mengo!ah dan
rnengubah produk-produk pertanian sedemikian rupa sehingga bentuk dan mutunya sesuai
dengan keinginan konsumen yang berarti meningkatkan bentik (form utility). Standar mutu
mi dapat dibagi dalarn beberapa golongan dengan harga yang berbedabeda. Makin maju
pertanian (dan perekonomian) inakin banyak macam ragani mutu barang.-barang untuk
memenuhi selera konsumen yang berbeda-beda.
Perkembangan fasilitas-fasilitas pengangkutan, penyirnpanan (storage), dan pengolahan
(processing) memper!uas pasaran produkproduk pertanian. Tanpa fasiLitas-tasilitas mi,
pasaran yang ada hanya untuk produk-produk, pertanian. Tanpa fasilitas-fasilitas mi,
pasaran. yang ada hanya untuk produk-produk yang dpat di konsumsi segera sete1ah
produk-produk tersebut di panen dan terbatas pada daerah yang dekat pada tempat dimana
produk-pnoduk tersebut dihasilkan. Dengan adanya tasilitas-tasilitas tersebut di atas, maka
para petani akan mempunyai saluran-saluran untuk produksiriya yang lebih besar dan
untuk produk-produk yang mungkmn sesuai dengan usaha tani rnereka, akan tetapi tidak
rnenguntungkan- karena pasarannya terlalu kec ii.
5.4
Jadi jelaslah di sini bahwa pengangkutan, penyimpanan, djj pengoi.ahan merupakan tiga
tungsi utama perriasaran. Pengembangan iehih lanjut dan ketiga fungsi pemasaran mi akan
memajukan dan memperluas pasaran basil-hasH usaha tani. l3ahkan Mosher rnemasukkan
pemasaran mi ke dalam syarat mutlak peinbangunan pertanian. Tanpa adanya pemasaran
procuk-produk pertaniarl, maka percanian akan bersifat statis dan usaha tani hanya
ditujukan untuk inernenuhi kebutuhan petani saja.
Fungsi pembiayaan (financing) merupakan tungsi lainnya yang perlu juga bagi sistem
pemasarari. Di sini hanya perlu ditegaskan bahwa pembiayaan pemasaran mi sangat perlu
karena adanya perbeciaan waktu (kadang-kadang sangat lama) antara pembefian (dan
pernbayaran harga) oleh konsurnen dan kebutuhan uang dan produsen setelab komoditi
tertentu selesai diproduksikan.
Sesuai dengan perkembangan dan kompleksnya sistem pemasaran maka sxiah sepantasnya
jika ada perusahaan khusus yang nienjalankannya. Di sini diper.Lukan manajernen
perusahaan pemasaran yang betul-betul haik. Sebagai perusahaan, pemasaran sama
pentingnya dengan produksi oieh petani. Tanpa bantuan sistem pemasaran, petani akan
rugi karena
53
procluk-produknya tidak dapat dijual. [ngan demikian kurang tepatlab pendapat bahwa
para pedagang perantara produk-produk pertanian itu hanya memperpanjang mata rantai
produk-produk saja. Para pedagang tersebut adaiah bagian yang mutlak dalani keseluruhan
mata rantai
perekonomian. Ia merupakan kegiatan yang produktif dan memerlukan keahlian dan
kecrampilan tertentu.
4.2 Kegiatan Belajar
EAIW(1’ERISTIK P1Xi1K PERTMIIAN
4.2.1 Uraiari dan Contoh
4.2.1.1 Bahan Mentah(bahan baku)
Sebagian besar output pertanian merupakan bahan mentah yang masih akan cligunakan
untuk pengolahan lebih lanjut. Proses pengolahan mi bisa terbatas, seperti perubahan dan
ternak nienjadi daging, dan padi inenjadi beras, dan pohon jati menjadi papan jati, dan lainlain. Tetapi juga bisa menjadi sangat kompleks, seperti perubahan dan ganduni sampai
inenjadi kue-kue, dan kacang hijau menjadi rninuman sari kacang hijau, dan pohon ,jati
ruenjadi peralatan ineubelair, dan sebagainya.
Tanpa meinperdulikan masaiah kompleksitasnya, bagaimanapun prociuk pertanian yang
dijual petani, dengan segera akan kehilangan identitasnya sebagai produk pertanian dan
menjadi produk yang lebih ‘sederhana’.
4.2.1 .2 Banyak meniakai tempat (bulky)
Produk-produk pertanian lebih banyak menggunakan/memalcai tempat (bulky) jika
dibandingkan dengan produk-produk lain. Sifat yang deniikian mempunyai pengaruh
fungsi-tungsi pernasaran yang berhubungan dengan masalah pemeliharaan fisik. Produk.produk yang memakai tempat yang banyak, jika dihubungkan dengari nhlainya, maka
hampir secara otornatis menaikkan biaya pengangkutan dan penyimpanan. Sebuah truk
yang mengangkut obat-obatan akan sangat lebih berharga dan pada sebuah truk yang
mengangkut padi. Art inya buah-buahan, sayur-.sayuran, jagung, dagirzg, semuanya
bersifat membutuhkan teinpac yang banyak (bulky).
Cmi mi niempunyai pengaruh terhadap fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk pasar
produk—produk pertanian. Sifat rnemakai tempat yang banyak (bulky) mi, ditambah
dengan keaneka ragaman produksi,
rnenyebabkan kebutuhan akan kapasitas penyimpanan yang lebih besar.
4.2.1 .3 Gampang Rusak (perishable)
Derajat gampang rusak (perishability) dan produk-produk pertanian
juga bisa dibandingkan dengan produk-produk lain. Sernua produk
pertanian akhirnya akan rusak (busuk). Beberapa produk pertanian
seperti tomat atau bayam, hanus dikonsurnsi segera setelah dipetik;
4 jika tidak maka produk-produk tersebut akan busuk dan layu (tidak segar
5.8
lagi) dan akan berkurang nilainya. Produk-produk seperti daging sapi atau kambing akan
cepat rusak jika penyirnpanannya tidak baik.
Sernentara itu, gandum pada sisi lain, bisa disitnpan untuk jangka waktu yang relatif lebih
larna tanpa banyak mengalami kerusakan. 1alaupun hainpir sernua produk pertanian bisa
disirnpan, tetapi selalu lebih cepat rusak dibanding produk-produk industri.
Produk-produk yang gampang rusak (perishable) rnernbutuhkan perne liharaan
(penanganan) yang cepat dan rnernbutuhkan s is tern pengataii.
4.2.1.4 Variasi kualita.s
Kualitas proctuk-produk pertanian bervariasi dan tahun ke tahun dan dan musirn ke
musirn. Pada beberapa tahun tertentu rnungkin kualitas produk sangat tinggi. Sementara
54
pada saat yang lain, keadaan-keadaan yang tidak rnenguntungkan mengakibatkan produkproduk pertanian berkua’ itas rendah.
Variasi kualitas produksi seperti itu mempersulit proses penerapan standar kualitas produk
yang seragam dan tahun ke cahun. Jika apel Malang berkualitas yang seragarn tingginya,
standar kualitas apel yang tinggi bisa ditetapkan dengan ketat. Tetapi jika kualitasnya
rendah, standar grading bisa sedikit diperlunak untuk rnernungkinkan apel tersebit
dipasarkan sebagai kual.itas tertinggi.
Meskipun produk-produk pertanian bervariasi dalarn kualitas, tetapi produk pertanian
secara umum bisa ciikatakan hornogen. mi berarti bahwa secara keseluruhan, para pernbeli
tidak mernpunyai alasan yang kuat tntuk lebih memilih produk seorang petani daripada
yang lain. Oleh karena itu setiap petani menerirna harga yang sarna untuk kualitas produk
yang sama iula.
4.3 Kegiatan Belajar 3
BIAYA PIASARAN
4.3.1 Liraian dan Contoh
Siapapun yang menja.Lankan fungsi-fungsi pemasaran atau bagaimanapun bentuk lembaga
pemasaran, selalu memerlukan biaya. Pengangkutan memerlukan biaya, demikian pula
penyimpanan dan pengolahan. Waktu dan usaha yang digunakan untuk rnenganalisa
penawaran dan permintaan, mengadakan hubungan dagang, memilih barang dagangan,
membeli dan menjualnya serta pengaturan distribusinya; kesenrna kegiatan di atas
membutuhkan biaya yang banyak.
Akit selanjutnya adalah harus ada modal yang ditanamkan (investasi) pada procluk-produk
pertanian yang diperdagangkan dalam sistem pemasaran tersebut. Padahal perdagangan itu
mengandung banyak risiko-risiko rugi karena produk rusak atau karena perubahan harga.
Oleh karena itu penanaman modal (investasi) mestinya tnenghasilkan suatu keuntungan,
seperti halnya dengan bunga yang harus dibayar untuk uang yang dipinjamkan kepada
petani untuk membeli sarana produksi (saprodi) seperti pupuk, bibit, pestisida, dan lainlain.
Semakin berkembang pertanian dan semakin kompleksnya sistem pemasaran akan
menyebabkan biaya pemasaran makin besar. Konsumen yang rnakin tinggi tingkat
pendapatannya menginginkan produk-produk
[. pertanian yang makin banyak macam ragamnya dan mi berarti proses pengolahan yang
makin kompleks dan jasa-jasa sistem pemasaran yang
rnakin banyak. Engan demikian maka nilai produk pertanian yang sainpai pada konsumen
sixiah rnemperoleh nilai tambah yang relatif makin besar dan persentase nilai rupiah yang
diterima petani produsen menjadi makin kecil. Sebagai ccwitoh adalah permintaan akan
beras. Konsumén di kota yang pendapatannya makin tinggi mulai membeli beras yang
kualitasnya Lebih baik yang persentase pecahnya macin sedikit atau menginginkan beras
yang dikemas dengan plastik yang baik dan lain-lain. Jumlah (kuantias) beras yang diminta
mungkin tetap tetapi dengan kualitas yang lebih baik.
Jadi apa yang dirnaksud dengan biaya pemasaran (marketing margin) dalam
ekonomipertanian bukanlah biaya yang kita kenal sehari-hari yang dianggap selalu harus
dan bisa ditekan.
Rita tidak bisa membandingkan efisiensi peruasaran untuk beberapa produk—produk
hanya dengan inembandingkan besarnya persentase biaya pemasaran mi. Suacu produk
bisa memiliki sistem pemasaran yang sangat efisien tetapi persentase biaya pemasarannya
tinggi. Makanan dalam kaleng misalnya, biaya pemasarannya jauh lebih tinggi daripada
5.12
55
biaya pemasaran untuk padi atau daging. Produk yang gampang rusak (perishable) atau
yang memakai teTnpatang besar (bulky) untuk
— menangkut dan menylmpannya juga akan memakan biaya pemasaran
yang relatif tinggi dibariingkan dengan produk yang tahan lama atau yang stiupel (ringkas)
. Juga faktor risiko memegang peranan yang sangat penting. Kalaurisiko rusak atau
penurunan kualitas produk besar,
— Biaya pemasaran bervariasi cukup besar tidak ha untuk berbagai produk tetapi bahkan
tuk produk yang sama untuk daerazi yang berbeda. Variasi yang kadang kala sangat besar
itu menuri,jukkan bahwa biaya pernasaran itu dipengaruhi oleh banyak if t inT iitiksayur
r5ur misainyamemang mungi dis oleiantai’à la in kondisi j alan yang kurangIk g tu pua
dengan prasarana perhubungan lainnya.
—Terpencar-pencarnya tempat-tempat produksi yang jauh serta jalan
yang buruk berarti akan memperpanjang waktu pengangkutan dan memperbesar risiko
kerusakan. Tidak hanya itu saja, kadang-kadang tingginya biaya pemasaran juga
disebabkan oleh banyaknya pungutanpungutan baLk yang bersifat restni (retribusi)
maupun yang tidak resmi disepan,jang jalan antara produsen dan konsumen. Untuk
produkproduk yang diekspor biaya pemasaran mi dihitung dan harga fob (free on board)
atau dan harga jual para eksportir.
Kita tidak bisa begitu saja niembandingkan biaya pemasaran untuk mengukur efisiensi
karena adanya faktor-faktor tersebut di atas. Perbandingan untuk inengukur efisiensi
pemasaran tidak mixlah karena fungsi-fungsi pemasaran seperti pengerinan dan
pengolahan yang dikerjakan oleh pebgolah-pengolah khusus, tetapi ada pula yang
dikerjakan oleh petani. Hal mi tampak penting sekali pada produk ekspor seperti karet,
dimana pengoiahan sampai tahun-tahun terakhir mi masih banyak dilakukan di luar negeri
(di Singapura misalnya) yang berarti bahwa karet yang diekspor rnasih dalam keadaan
belum diolah atau dalam grade yang rendah (unsmoked sheets misainya).
Oleh karena itu proses baru pengolahan crumb rubber berarti inemperbesar penerimaan
biaya pemasaran di dalam negeri. Dalam istilah pendapatan nasional berarti nilai tambah
(value added) dan perusahaan-perusahaan pengolahan dan pemasaran menjadi lebih besar
bila pekerjaan pengolahan mi iebih banyak dilakukan di dalam negeri. Pengetahuan
(iniormasi) tentang biaya pemasaran mi penting sekali, tidak saja bagi pedagang dan
petani, tetapi juga bagi pemerintah. Satu contoh yang baik sekali actalah dalarn hal
petnasaran beras. Dalam ruenentukan kebmj aksanaan harga beras minimum dan
maksimuin, pemerintah menganggap bahwa biaya pemasaran adalah kira-kira 31 persen
yang merupakan perbedaan antara harga beras minimum yang
5.13
dijamin dengan harga beras eceran pemerintah. Hasil penelitian Ace Partadiredja di Jawa
Tengah (1I70) memperlihatkan bahw petani pda umumnya menerima harga jual path
keringnya tidak sebesar Rpl 3,20 per kg (atau Rp26,40 per kg untuk kering giling) tetapi
lebih menclekati Rp20,00 per kg path kering atau Rp40,00 per kg beras bila konversi beras
padi dianggap 50 persen. Suatu biaya pemasaran yang ternyata lebih kecil dart asuinsi mi
mernpunyai irnplikasi penting bagi kebijaksanaan harga pupuk yang disubsidi pemerintah.
Suatti contoh basil penelitian lain mengenai pemasaran ternak hidup felah dilaporkan oleh
Mubyarto (1974). Dan hasil penelitián tersebuc ditemukan bahwa nampaknya ada
hubungan langsung ancara harga yang diterima petani peternak dan biaya ekspor. Makin
tinggi blaya yang harus dibayar o.Leh eksportir makin rendah harga yang cfiterima petani.
Dengan kata lain biaya tanibahan yang dibebankan pada eksportir rupanya diteruskan
sepanjang mata rantai pemasaran sampai pada petani peternak.
56
Mungkin ha! tersebut menunjukkan bahwa segala biaya yang harus dibayar oleh eksportir
(baik yang resmi maupun yang tidak resmi) mempengaruhi penerimaan bersih dan petani.
Jika hal tersebut benar maka rnungkin benar untuk mengatakan bahwa sebenarnyalah
penerimaan eksportir lebih stabil dan pada penerimaan petani. Bila eksportir mengatakan
bahwa perdagangan ternak mengandung risiko besar maka bagi peternak risikonya akan
lebih besar lagi.
Akhirnya dalam hal biaya pemasaran mi harus disebutkan perpajakan atas produk-produk
yang diekspor. Karet yang secara tradisional rnerupakan komoditi ekspor yang sangat
penting di Indonesia banyak dibebani pajak (yang merupakan pendapatan negara) dan
berarti mengurangi penerirnaan petani, oleh karena itu bisa juga dimasukkan ke dalam
biaya pemasaran.
1. Grading dan Staixlardisasi
Grading adalah klaikasi produk-produk percanian ke dalam beberapa golongan tertentu
yang berbeda-beda, niasing-masing dengan näTiiãitiket tertentu. Perbedaan mi bisa
ditentukan oleh perbédñ bentuk dan besar barang, rasa, tingkat kematangan, dan
sebagainya.
Kemajuan sistem grading berhubungan erat dengan luasnya pasar. Dalain pasar bersifat
lokal dimana produsen dan konsunien dapat bertemu secara pribadi, inaka grading belum
tentu menonjol peranannya. Tetapi jika proses jual beli menjadi berkembang dimana
produsen clan konsumen terpisah jauh antara daerah yang satu dengan daerah yang lain,
maka grading mulai diperlukan. Hal mi diperlukan karena sudah timbul pedagang
perantara yang mernbawa pesan keinginan konsumen atas mutu produk-produk, dan mi
dinyatakan dalam grade-grade tertentu dengan harga yang berbeda-beda.
Keuntungan grading yang baik, adil, dan teliti atas produk-produk pertanian memberi
manfaat bagi konsumen inaupun produsen. Konsumen untung karena mendapat produk
yang paling sesuai dengan keingmnan dan tingkat pendapatannya. Sedangkan produsen
juga mendapat jaminan rnemperoleh harga yang sesüai dengan kualitas produk yang
dihasilkannya.
Jadi dengan sistem grading yang baik, maka konsumen dan produsen akan terhinclar dart
praktek—praktek yang kurang baik. Tetapi perlu pula diketahui bahwa dengan adanya
grading berarti ada penambahan biaya produksi (pemasaran) karena produk-produk
tersebut harus dikelompok-kelornpokkan dan dibuat sdemikian rupa.
Sedangkan standardisasi adaláh penentuan mutu produk Inenurut ukuran, atau patokan
tertentu. Penentuan standar sedapat mungkin dibuat sesuai dengan ukuran-ukuran yang
umum dipakai dalanh praktek pernasaran baik nasional maupun intemasional.
Hasil-hasil produksi harus dikelompokkan menurut kualitaskualitas tertentu oleh produsen,
konsumen, pasar atau organisasiorganisasi pemasaran. Begitu pula, beberapa produsen
harus mengganti/mengubah grade dart waktu ke waktu, disesuaikan dengan
5.17
perubahan permintaan pasar dan harga-harga dan masing-masing grade. (intuk suatu grade
tertentu, rnungkin disuatu pasar termasuk grade No.1, teCapi di lain pasar grade No.2.
Konsunien bisa juga kehilangan kepercayaan pada grade-grade tertentu. ‘-‘
Ada dua niasalah utarna dalam mengeinbangkan standardisasi:
1) pengembangan metode-metode baru untuk pengukuran kualitas
produk secara lebih obyektit.
2) pengembangan berat/timbangan dasar yang obyektif pada harga
pasar.
57
Grading untuk berbagai produk pertanian dalam berbagai segi dalam sistem pemasaran
biasanya dilakukan oleh produsen. Seringkali dilakukan di bawah pangawasan pemerintah.
Pada peristiwa itu, pemerintah berwenang untuk mengesahkan grade dan produk-produk
terse but
Kadarg kala grade yang berlaku dan rnetode-metode pengawasan yang dijalankan tidak
bisa memenuhi kebutuhan konsumen atau tidak bisa menjangkau apa maunya konsumen.
Hal mi bisa disebabkan oleh:
a) uinurnnya grade diciptakan secara spesifik untuk digunakan oleh pedagang besar, dan
tentunya untuk kemampuan agar bisa dikapaikan untuk jarak yang jauh.
b) terlalu kompleks untuk digunakan konsumen biasa, dan
c) grade tidak ditunjukkan kepada konsiinen akhir.
4.4.1 .2 Informasi psar
Informasi pasar merupakan suatu istilah yang sangat luas yang digunakan untuk
meriunjukkan seinua fakta dan interpretasinya yang berkaitan nilai pasar produk-produk
pada saat sekarang dan prospeknya di rnasa datang.
Fakta-fakta dan interpretasi-interpretasi •tersebut meliputi:
1) jumlah produk, karakteristik produk, lokasi, dan perubahan penawaran aktual maupun
potensial suatu procluk, pengapalan, penerirnaan, dan cadangan;
2) hal-hal yang berhubungan dengan permintaan dan konsumsi konsunien dan dengan
permintaan dan pembelian pedagang pada setiap tahap peTnasaran;
3) harga-harga pada setiap tahap pemasaran;
4) ‘naia’ pasar, perasaan pedagang, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi pasar
seperti cuaca yang buruk;
5) analisis dan prakiraan dalam artian trend, pergerakan tahunan variasi musinian , dan
fluktuasi jangka pendek dantidak teratur.
5.18
I
Walaupun tidak ada garis pembagi yang tepat, ada 2 kategori uimxn dan informas i pasar:
1) informasi yang berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi harga pada inasa
yang akan datang dan trend jangka panjang
nilai pasar, biasanya disebut intormasi harapan (outlook information);
2) intormasi yang berkenaan dengan situasi harga sekarang dan penawaran pasar jangka
pendek disebut berita pasar (market news).
Kedua jenis inforniasi mi sangat penting dalam pemasaran karena bisa diterapkan untuk
kepentingan manajemen usaha tani.
Kebutuhan petani akan informasi sebenarnya dimulai sebelum dia inembeli atau menyewa
tanah pertanian serta merencanakan bentuk usaha tani dan produk yang dihasilkannya.
Suatu tindakan yang sangat bodoh, misalnya, untuk membeli atau menanam kubis tanpa
mempertimbangkan secara seksama keadaan-keadaan yang berhubungan dengan
permintaan pada masa yang akan datang serta penawaran dan harga kubis, meskipun
demikian banyak petani yang rnelakukan itu tanpa meniperhatikan apapun kecuali harga
sekarang dan keuntungankeunturcgan yang diharapkan.
Para petani seharusnya memperhatikan, sebelum perencanaan luas lahan yang akan
ditanaminya atau ternak yang akan diproduksinya, situasi pasar yang mungkin terjadi dan
akan dihadapi pada saat produkproduknya siap untuk di pasarkan. Pada saat produkproduknya siap untuk dipasarkan, petani harus inemutuskan kapan, dimana dan untuk siapa
produk-produknya akan dijuaL
Manfaat informasi pasar mi bagi petani secara keseluruhan antara lain membantu agenagen pemasaran dalani pemanfaatan secara penuh permintaan konsurnen dalam pasar-pasar
58
individual untuk produk tersebut. Tanpa informasi pasar, sejuiniah permintaan potensial
tidak bisa terisi karena kurangnya pengetahuan akan adanya produk tersebut, sementara
permintaan.-permintaan ditempat iain secara relatif ada kelebihan penawaran.
Selain itu, informasi pasar juga dapat mengurangi biaya pemasaran (mdrketing margin).
Pengeksploitasian terhadap para pernbeli dan para penjual yang tidak sadar akan keadaankeadaan pasar bisa dikurangi. Penurunan risiko mengurangi biaya-biaya pemasaran.
Persaingan yang tidak sempurna yang timbul karena berbagai keadaan di dalam
diferensiasi produk dan pemasarannya, diterensiasi jasa, berkurang. Misainya, seorang
pedagang besar bisa meyakinkan perusahaan angkutan (ekspedisi) bahwa ia menawarkan
suatu pekerjaan pengangkutan dan menjaga volume produknya walaupun secara aktuai
mendapatkan penerimaan yang .Lebih sedikit daripada para pesaingnya. Tetapi jika
perusahaan angkutan bisa memhandingkan penerimaannya dengan aporan
5.19
laporaLl dan pasar, perusahaan segera akan mengetahui bahwa jasa pedagang besar
tersebut ticiaklah terlalu inenguntungkan, seperti yang ciikatakan oieh pedagang tersebut.
Pada umümnya, biaya operasi agen—agen pemasaran akan naik cukup berarti dan
persaingan yang mempengaruhi biaya pemasaran akan berkurang jika informasi pasar tidak
tersedja.
4.4.1 .3 Pengangkutan (transportasi)
Pengangkutan nierupakan faktor yang sangat penting di dalam pemasaran pertanian,
terutaina sekali untuk produk yang gampang rusak (perishable). Pertama sekali dan paling
penting, para petani harus mampu menjangkau pasar mereka. Sebagian besar usaha tani
tersebar luas di desa dan pedalaman, oleb karena itu dibütuhkan jaringan pengangkutan
yang bercabang luas baik untuk rnernbawa peralatan produksi maupun untuk mernasarkan
produk-produk pertanian mereka ke konsumen di perkotaan.
Pengangkutan mi haruslah diusahakan sernurah mungkin. Bagi petani, harga suatu input
seperci upuk adalah harga pupuk tersebut ditanibah ongkos angkut ke usaha taninya.
Sementara itu penerirnaannya dan penjualan padi atau produk-produk lainnya adalah harga
pasar dikurangi dengan ongkos angkut produk-produk tersebut dan usaha taninya ke pasar.
Jika biaya pengangkutan telalu tinggi Iliaka harga pupuk itu akan terlalu mahal bagi petani,
dilain pihak pendapatannya dan penjualan padi atau produk lainnya tenlalu sedikit. Tetapi
bila ongkos pengangkutn bisa ditekan, maka harga pupuk di usaha taninya menjadi rendah
dan pendapatannya akan lebih cinggi.
Dan uraian ongkos di atas, jelaslah fungsi pengangkutan di dalam pemasaran.
Pengangkutan yang murah akan menyebabkan biaya produksi yang rendah pula, dan
penerimaan petani clan has ii penjualan produk-produknya meningkat. Jika biaya
pengangkutan tinggi, maka harga jual akan naik dan hal mi bisa saja .niempengaruhi
juinlah permintaan akan produk tersebut oleh konsumen.
4.4.1 .4 Struktur pnasaran prdduk pertanian
Dalani seksi mi kita rnelihat beberapa contoh struktur dan saluran pemasaran beberapa
produk pertanian. Di sini kita akan menganalisa struktur pernasaran produk pertanian yang
dikonsumsi di dalam negeri saja seperti padi, dan produk pertanian yang diekspor seperti
kopi.
5.20
Padi
Struktur pemasaran padi/beras dan segala persoalan ekonominya telah disusun oleh Leon
A. Mears dalain bukunya yang berjudul “Rice Marketing in the Republic of Indonesia”
path tahun 1961. Di bawah mi akan digambarkan secara ringkas dan garis besarnya saja
permasalahan tersebut.
59
Ada sekitar 30 persen produksi beras dalam negeri dijual oleh petani produsen dan sisanya
untuk keperluan petani sendiri. Bagian yang inasuk pasar mi sekitar 80% cii perdagangkan
oleh usaha-usaha pemasaran swasta dan sisanya oleh Badan Iirusan Logistik (Bulog),
lembaga pemasaran peinerintah yang mernpunyai cabang-cabang Depot Logistik (IXlog)
sampai ke tingkat kabupaten.
Pada salüran swasta petani menjual padi/gabah kepada para tengkulak atau pedagang kecil
yang ada di desa-desa atau khusus datang dan kota. Para pedagang kecil itu kemudian
menggilingkan padi/gabahnya pada pabrik penggilingan padi kecil-kecil di desa setempat
atau menjualnya langsung pada penggilingan padi besar. Jika padi/gabah digilingkan
sendiri maka beras hasilnya di bawanya ke kota untuk dijual kepada para pedagang beras
besar dan kemudian para pedagang besar mi menjualnya kepada pedagang pengecer. Para
pedagang beras besar biasanya memiliki penggilingan sendiri.
Betas yang diperdagangkan me!alui saluran pemerintah (Buiog) maka pada tingkat
terbawah (desa, kecamatan, atau kabupaten) sebenarnya masih juga melalui pedagangpedagang swasta. Bulog hanya mengaclakan
5.21
kontraic pembelian minimum 5 ton dengan pedagang beras kecU atau penggilinganpenggilingan path di ibukota kabupaten atau propinsi.
Setelah beras di setor pada gudang Bu!og/I)log maka beras itu di sirnpan sebagai stok
pemerintah untuk keperluan anggota-anggota AI3Rt, pegawai negeri, dan perusahaan perusahaan negara dan sebagian lagi sebagai cadangan penyangga (buffer stock) nasional.
baik untuk keper].uan injeksi maupun untuk keperluan lainnya. Dalam injeksi mi Bulog
menggunakan pedagang besar tertentu untuk rnenjual beras dengan harga yang celah
ditentukan oleh Bulog dan pedagang besar mi menggunakan para pengecernya yang
tersebar di se lurufr bag ian kDta.
60
Dan gambar di atas, secara garis besar bisa dilihat pasar beras
saluran ssta melalui tiga tingkat pasar utama yaitu:
I Pasar pengumpu.L lokal
II Pasar penguinpuL regional/pasar transito
III Pasar penjualan/distribusi terakhir
Pada saluran pemerintah juga pasar pengumpul lokal dan regional digunakan, tetapi setelah
itu dikenal lernbaga Dolog sebagai lembaga pemasaran transito yang besar dengan cabangcabangiya sampai di kota-. køta kabupaten. Dari Dolog beras dikirim melalui pasar terakhir
yang dapat berupa:
5.22
1) Kantor-kantor pereritah termasuk anggota ABIU;
- 2) Pedagang besar dan [cecil untuk beras injekst; dan
3) Pengiriman antar daerah yaitu dan. daerah surplus Ice daerah
defisit.
Pada kantor lXlog yang terakhir beras didistribusikan melalui salab satu dan dua
kemungkinan di atas yaitu melalui kantor-kantor pemerintah atau melal.ui pedagang besar
dan pedagang pengecer.
Kopi
Kopi dihasi].kan oleh usaha tani rakyat (smallho.Lder) dan perkebunan besar (estate). Pada
mulanya kopi hanya di tanam oleh perkeburian saja, tetapi karena cara buctidayanya yang
sederhana dan karena pasaran yang baik maka kopi rakyat sudah cukup dominan. Daerahdaerah kopi yang terpenting adalah Sumatra Selatan, Lampung, Jawa Timur, Bali. dan
Aceh.
Sebagian besar hasii kopi kita di ekspor. Negara pengekspor kopi mi dibagi menjadi dua
yaitu negara-negara kuota yaitu negara-negara yang menjadi anggota International Coffee
Organization (ICO) dan negara-negara bukan anggota (non kuota)
61
Sunber:
Moelyono Partosoedarso & Amris Makmur, “Tata Produksi dan Niaga Kopi di
Indonesia”, SAE 1968, dalam Mubyarto, “Pengantar Ekonomi Pertanian”
LP3ES, Jakarta, 1979.
A. Petani produsen pengolah kopi beras kualitas asalan
B. Tengkulak desa merupakan tengkulak penguinpul yang mendatangi desa-desa
merupakan tangan kanan dan pedagang lokal C yang inenyediakan modal dan alat
pengangkutan bagi B.
C. Pedagang lokal (di kecamatan) disebut cengkan, pengumpul Icopi dan tengkulaktengkulak dan petani-.petani yang menjual langsung.
D. Peciagang has ii bumi (di ibukota Teluk betung) kedodukannya sama dengari C tapi
lebih besar.
E. Eksportir membeli kopi dan 1), C dan kadang-kadang juga dart B dan A. Eksportir mi
menyortir untuk kualitas ekspor.
F. Pedagang luar negeri.
Saluran pemasaran kopi mi padaumumnya sama pada semua daerah yaitu dart petani kopi
clijual pada pedagàng pengumpul (tengkulak) yang datang ke desa-desa. Pedagang
pengumpu]. mi kemodian menjua]nya kepacta pedagang lokal yang seterusnya
mengirimkannya ke pada eksportir di kota-kota pelabuhan. Ekspörtir yang menerima kopi
dan pedagang lokal dapat clibagi dua yaitu eksportir pródusen dan eksportir biasa.
Eksportir produsen memiliki mesin pengolahan dan berspesialisasi dalam kopi, sedangkan
eksportir biasa adalah eksportir basil-hasH pertanian pada uinumnya yang di samping
basilbasil lain juga mengekspor kopt. Eksportir yang terakhir mi tidak memiliki fasilitasfasilitas pengolahan.
62
BAB VII
PROSES SOSIALISAI
Dalam uraian-uraian terdahulu kita telah mendengar orang sebagai mahluk
sosial, kebudayaan sebagai orang-orang itu dalam aksi dan masyarakat sebagai tempat atau
lingkungan hidup daripada orang-orang tersebut. Jelaslah bahwa ketiga-tiganya tak dapat
dipisahkan, dan kita perlu menyebutkannya dalam satu nafas. Tanpa orang tak akan ada
masyarakat dan tak pula ada kebudayaan ; tanpa kebudayaan kita tidak dapat
membayangkan bagaimana suatu masyarakat bisa berlangsung terus hidupnya; dan tanpa
masyarakat atau tanpa membentuk masyarakat, secara hidup bersendiri-sendiri lama-lama
orang akan musnah dari muka bumi ini. Sekarang marilah kita tinjau ketiga unsur itu
dalam proses saling bentuk membentuknya, dan dalam saling pengaruh-mempengaruhinya.
4.1. Proses Sosialisasi
Manusia bukanlah manusia bila dia itu tidak merupakan mahluk sosial. Keadaannya
akan lain sekali dari pada kita sekarang, mungkin seperti bayi dipelihara kawanan serigala,
atau mungkin seperti “Tarzan” yang bergentayangan diatas pohon. Tetapi para leluhur kita,
sejak zaman purbakala, telah menciptakan unsur-unsur kebudayaan, kebudayaan tadi terus
diperkaya dari satu generasi ke lain generasi, sehingga pada waktu ini kita telah banyak
sekali mewarisi unsur-unsur kebudayaan itu, yang secara keseluruhannya kita sebut
“kebudayaan kita”. Warisan yang berharga itu tidak kita sia-siakan, akan tetapi kita
pelihara, perkaya dan kita akan teruskan kepada generasi yang akan datang.
Proses meneruskan atau melangsungkan kebudayaan kepada generasi yang lebih
muda itu merupakan hal yang penting sekali dalam kehidupan kita, karena pertama ; kita
akan meninggalkan dunia yang fana ini, maka perlulah tenaga-tenaga kita ini diganti oleh
tenaga yang muda untuk melangsungkan kehidupan masyarakat ; kedua tenaga-tenaga
yang muda itu diberikan pelajaran dahulu supaya dapat hidup bermasyarakat dan memikul
tugas kemasyarakatan.
Orang-orang yang baru dilahirkan ke dunia ini (yang kita sebut bayi) tiada otomatis
dapat hidup bermasyarakat dalam taraf seperti yang telah kita capai sekarang. Sebabnya
bukan karena bayi itu merupakan mahluk yang lemah, akan tetapi yang terpenting, untuk
dapat hidup bermasyarakat dalam taraf sekarang, bayi itu harus dipersiapkan dahulu, dan
proses untuk mempersiapkan bayi supaya dapat hidup dalam masyarakat disebut “proses
63
sosialisasi”. Dengan lain perkataan proses sosialisasi itu adalah mempersiapkan bayi
menjadi mahluk sosial. Dari pihak kita si pengajar, proses itu berupa proses menterapkan
kebudayaan, sedangkan dari pihak si bayi, proses itu berupa proses belajar atau menirukan,
sedangkan dari pihak si bayi, proses itu berupa proses belajar atau meniru.
Proses sosialisasi berlangsung bertahun-tahun dan melalui berbagai tahapan. Dapat
pula kita katakan bahwa proses sosialisasi tidak berehnti-hentinya selama orang hidup.
Dari satu tahapan hidup ke tahapan hidup yang lainnya orang selalu disosialisasikan agar
supaya orang itu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat dalam tahapantahapan hidup yang bersangkutan. Untuk jelasnya marilah kita ikuti proses sosialisasi sejak
seorang bayi lahir.
Setiap bayi sejak diciptakan dalam kandungan ibu, telah memiliki kapasitas biologis
untuk menjadi mahluk sosial, dimana salah satu sifat dari kapasitas itu merupakan
kemampuan yang tinggi sekali untuk belajar dan meniru. Dikatakan bahwa selama dalam
kandungan itu, bayi telah menerima perangsang-perangsang dari luar dan memberikan
reaksi terhadapnya. Masa belajar yang benar-benar dimulai sejak bayi itu dilahirkan.
Melalui panca indranya bayi menerima perangsang-perangsang dan membentuk gambaran
dari dunia luar dalam dirinya secara berangsur-angsur. Obyek yang pertama yang dia kenal
adalah tetek atau dot, kemudian ibu atau peranan ibu, dan menyusul obyek-obyek yang
lainnya.
Bayi merasa bila ia ingin makan dan bila popoknya basah ia memberikan tanda
dengan menangis, ialah kepandapinnya yang pertama untuk menyatakan hasratnya atau
keinginanya . Ibupun datanglah, dan dengan perasaan kasih sayang ibu memberi makan
atau mengganti popok. Demikianlah terjadi berkali-kali sehingga bayipun mengenal
peranan ibu, yang melimpahkan
kasih sayang memberi perawatan dan mengabulkan
keinginannya. Dalam tahapan hidup yang pertama ini, fungsi sosialisasi dilakukan oleh
keluarga , ialah ibu, ayah, nenek, kakak dan lain-lain. Semuanya terhadap bayi melakukan
“peranan ibu”.
Setelah berumur satu setengah tahun, bayi telah dapat berjalan, dapat mengucapkan
beberapa patah kata seperti ibu, bapak, kakak dan sebagainya, dan ia mulai nakal. Ibu
mulai pusing-pusing, dan mulai memarahinya. Bayi mulai belajar disiplin, ia boleh itu
tetapi tidak boleh ini, itu baik ini jijik, bahkan dimasyarakat kita mulai “ ditakut-takuti”.
Pengalaman bayi bertambah banyak. Dia sudah mengetahui siapa ibunya, siapa ayahnya,
yang mana kakak, nenek, dan lain-lain. Dan dalam umur 2 atau 3 tahun bayi telah dapat
64
membeda-bedakan peranan-peranan yang lain, misalnya ibu mengurus rumah, sedangkan
ayah pergi ke sawah.
Ayah lebih galak dari pada ibu, dan ibu lebih sayang kepadanya. Dalam fase ini dan
selanjutnya bayi mengalami dua peranan yang penting, ialah peranan ibu yang berfungsi
kasih sayang atau “exprensive”, dan peranan ayah yang berfungsi penegak disiplin atau
“instrumental”, sedangkan si bayi sendiri dia belajar norma-norma bagaimana ia harus
bertingkah laku sebagai seorang anak yang baik, dan ia telah juga diberi pelajaran tentang
nilai-nilai masyarakat ; hormat kepada orang tua, kepada tamu dan lain-lain. Dalam umur
tiga, empat sampai lima tahun adalah fase bermain dalam permainan itu meniru berbagai
berbagai peranan, misalnya meniru ibu masak didapur, meniru ayah dengan menjinjing tas
seakan-akan mau pergi ke kantor, meniru kakak menghafalkan buku, menggambar dan
lain-lain. Juga di samping menirukan peranan-peranan itu bayi (sekarang telah menjadi
anak) pun telah belajar tentang norma-norma permainan dan macam-macam permainan
menurut jenis kelamin. Perempuan bermain boneka dan dagang-dagangan, sedangkan
anak laki-laki bermain sepak bola atau layang-layang.
Mempelajari norma-norma permainan merupakan gemblengan pertama bagi si bayi
untuk hidup teratur di dalam masyarakat. Karena sekarang bayi atau anak itu telah
mempunyai lingkungan hidup lain, ialah teman-teman sebaya. Bila dulu, dalam
lingkungan orang tua, anak selalu mendapat perhatian istimewa itu tidak begitu saja, secara
cuma-cuma, tetapi harus dicapai dengan susah payah. Di alam mencapainya itu anak harus
tunduk kepada norma-norma harus menunjukan prestasi supaya disenangi oleh kawankawannya.
Umur lima atau enam tahun akan mulai menginjak masa sekolah. Ditambah lagi
pengalaman. Kini ia mengetahui peranan guru di samping peranan-peranan yang sudah
diketahuinya. Pengalaman hidup bermain dengan teman-teman sebayapun makin banyak.
Macam-macam permainan dan macam-macam norma makin banyak yang dikenal dan
dipelajarinya. Juga sifat “conformity” atau disiplin pada peraturan-peraturan, makin tebal.
Jadi tegasnya dalam proses sosialisasi itu yang kita lihat adalah bahwa persiapan
untuk hidup di dalam masyarakat itu ialah dengan cara mempelajari bermacam-macam
peranan, meniru untuk sesuai dengan peranan yang digariskan serta tunduk kepada normanorma permainannya. Memang begitulah hidup kita sehari-hari didalam masyarakat. Kita
memainkan bermacam-macam peranan, mengetahui norma-normanya dan tunduk kepada
norma-norma tadi.
65
Apakah yang terjadi di dalam diri si bayi atau anak yang disosialisasikan itu ? Tentu
jawabannya ialah menjadi mahluk sosisal. Akan tetapi pernyataan ini saja itu tidaklah
cukup. Didalam setiap mahluk sosial di situ terdapat suatu pribadi atau ‘”self”. Bila kita
katakan bahwa untuk setiap mahluk sosial masyarakat itu merupakan lingkungan luar,
maka pribadi atau “self”
itu merupakan lingkungan dalam. Seseorang yang tidak
mempunyai self atau lingkungan dalam tentu tidak bisa mengatakan sampai di mana
batasnya lingkungan luar itu. Atau trgasnya begini : Di dalam diri kita ada self. Kita
mengatakan itu kursi, itu meja, itu kawan, itu guru dan itu semuanya bukanlah aku. Kita
mengetahui diri kita, karen akita mempunyai self. Seseorang, bila ada yang tidak
mempunyai self tentu tidak bisa membedakan antara dirinya dengan kursi yang dia duduki.
Di dalam proses sosialisasi itu tumbuh pribadi, aku atau self itu. Pertumbuhan itu
terjadi bersama-sama dengan dipelajarinya atau diketahuinya peranan-peranan, jadi di satu
pihak peranan-peranan itu dipelajari dan dilain pihak peranan itu menimbulkan self. Self
merupakan pencerminan daripada peranan –peranan yang dipelajari atau ditanggapi oleh
seseorang. Orang bisan melihat selfnya itu. Umpamanya bila dia itu seorang guru, dia
melihat bagaimana selfnya itu melakukan peranannya sebagai guru; baik atau buruk, tepat
atau tidak. Selain itu orang bisa berdiskusi dengan selfnya itu, seakan-akan itu orang lain.
Pembenukan pribadi itu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pertama faktor genetis,
selanjutnya faktor-faktor lingkungan; lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat di
luar keluarga. Masa kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam menumbuhkan
pribadi. Ada anak-anak yang jiwanya tertekan, ada yang terlalu dimanjakan, semuanya itu
berpengaruh kepadanya sewaktu ia dewasa. Anak-anak yang jiwanya tertekan mudah putus
asa, gelap penglihatan, pesimis dan sukar memberikan respons terhadap puji-pujian yang
diberikan kepadanya. Anak yang terlalu dimanjakan tidak bisa mengekang diri, sombong,
takabur. Dan karena pada masa kanak-kanak itu keluargalah yang paling penting
menjalankan fungsi sosialisasi, maka lingkungan keluargalah yang memberikan cap pada
pribadi seseorang.
4.2. Individu dan Kebudayaan
Di dalam proses sosialisasi bahwa kepada individu itu diterapkan kebudayaan. Maka
bila individu itu dilahirkan dalam masyarakat Indonesia, kepadanya akan diterapkan
kebudayaan Indonesia, dan dia akan menjadi orang Indonesia (dalam pengertian kulturil).
66
Bila dia dilahirkan dalam masyarakat Cina, diterapkan kebudayaan Cina, orang tersebut
akan menjadi orang Cina.
Kebudayaan besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan kepribadian seseorang yang
hidup di dalamnya atau katakan bahwa kepribadian itu dicetak oleh kebudayaan, dan setiap
pribadi yang dicetak itu akan memiliki baik overt maupun covert culturenya.
Yang dihasilkan oleh kebudayaan itu adalah kepribadian “umum” atau “model
personality”. Maksudnya adalah bahwa kebudayaan Indonesia menghasilkan kepribadian
umumnya orang Indonesia itum, sedangkan bagaimana kita ketahui dari proses sosialisasi,
kepribadian masing-masing orang itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor
lingkungan keluarga. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan Indonesia tidak bisa
menghasilkan satu kepribadian Indonesia, akan tetapi macam-macam variasi kepribadian
Indonesia.
Sebagaiamana telah diterangkan dalam proses sosialisasi, mempelajari kebudayaan
itu berlangsung bertahun-tahun dan intensif sekali. Segala sesuatu yang dipelajari masa
kanak-kanak menjadi meresap sampai dewasa. Peranan-peranan, norma-norma dan nilainilai yang dipelajari diresapkan dan”internalized” kedalam kalbu seseorang, dan menjadi
sebagian daripada kepribadiannya itu. Karena hal inilah terjadinya “conformity”, dan
penjujungan tinggi terhadap nilai yang telah diresapkannya itu. Orang mau berkorban
untuk mempertahankan nilai-nilai yang telah menjadi sebagian daripada kepribadiannya
itu.
Di dalam perhubungan kita dengan orang-orang asing atau keturunan asing,
khususnya orang-orang Cina, sering kita dengar perkataan “assimilasi”. Arti singkatnya
ialah menyesuaikan diri dengan suat kebudayaan yang asing baik segi overtnya maupun
covertnya. Yang penting dalam proses assimilasi itu adalah penerimaan psikologis bahwa
kebudayaan yang asing itu telah menjadi kebudayaannya dan bahwasannya orang yang
bersangkutan telah menyatakan diri sebagai pendukung/penegak kebudayaan tadi. Jadi
dalam proses bassimilasi itu yang terpenting adalah segi psikologisnya, sedangkan segi
praktek melakukan kebudayaan itu adalah nomor dua.
Sebegitu jauh kita hanya membahas pengaruh kebudayaan terhadap individu.
Adapun kebalikannya adam yaitu pengaruh individu terhadap kebudayaan. Di dalam fatsal
“kebudayaan” kita menunjukan bahwa individu-individu itu mempunyai sifat-sifat khas,
sedangkan dalam kepribadian, kita melihat adanya variasi kepribadian. Ditinjau dari sudut
ini, kebudayaan itu tidak merata dipraktekan oleh pendukung-pendukungnya.
67
Bila suatu sifat khas seseorang ditiru oleh orang-orang lain dan menjadi “umum”
maka bertambahlah unsur kebudayaan masyarakat itu. Ini merupakan pengaruh individu
terhadap kebudayaan. Cara lain adalah dengan penemuan-penemuan baru, atau dengan
model-model baru. Suatu penemuan, dilapangan apa saja, selalu didapatkan oleh seseorang
individu. Dari waktu ke waktu, dari tahun ke tahun, banyaklah penemuan-penemuan yang
diciptakan. Bila penemuan – penemuan itu tersebar dan dilakukan atau ditiru oleh umum,
maka betambahlah kebudayaan masyarakat. Demikianlah pengaruh-pengaruh individu
terhadap kebudayaan.
4.3. Individu dan Masyarakat
Masyarakat dibentuk atau terdiri dari individu-individu. Individu – individu tersebut
terjalin dalam jala-jala hubungan interaksi satu sama lain. Tentu jalinan hubungan itu tidak
sama intensifnya. Masyarakat, sebagaimana telah disebut dalam halaman yang sudahsudah, juga “hidup” dan harus mempertahankan kelangsungan hidupnya. Dalam keadaan
baik, masyarakat bejalan atau berfungsi sebagaimana suatu angan biologis atau satu mesin.
Akan tetapi jalannya masyarakat tidak serapih dan seteratur seperti anagn biologis atau
mesin. Di dalamnya terdapat kepincangan-kepincangan, namun demikian masyarakat tetap
berjalan atau berfungsi.
Hidup suatu masyarakat lebih panjang daripada hidup individu –individu yang
membentuknya atau mendukungnya itu. Karena itu, untuk kelangsungan hidupnya
anggota-anggota masyarakat perlu diganti dengan kelahiran-kelahiran baru atau dengan
imigrasi, dimana anggota-anggota baru itu perlu mengalami proses sosialisasi terlebih
dahulu agar supaya mereka bisa menghadapkan dirinya dengan keadaan yang baru itu. Hal
ini semua telah kita ketahui yaitu dengan proses sosialisasi dari bayi sampai dewasa dan
untuk para imigrasi mereka mengalami proses assimilasi.
Jalannya atau befungsinya masyarakat itu hanya bisa berjalan baik bila para individu
yang menjadi anggota masyarakat tersebut mentaati segala peraturan-peraturan yang
disajikan oleh masyarakat. Di dalam setiap kalbu para individu itu harus sudah disajikan
kesadaran, keinginan dan rasa perlu untuk mentaati peraturan-peraturan dan menjunjung
tinggi nilai-nilai masyarakat sedangkan dilain fihak peraturan-peraturan masyarakat itu
harus jelas; tidak bertentangan satu sama lain, pun juga nilai atau standar-standar yang
harus dijunjung tinggi itu harus konsisten. Di dalam keadaan ini individu-individu dan
masyarakat saling “bekerja sama” dan mengakibatkan keserasian hidup bermasyarakat.
68
Dengan demikian individu-individu mendapat pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedangkan
masyarakat berjalan atau befungsi dengan rapi dan dapat mempertahankan kelangsungan
hidupnya.
Masyarakat dapat pula berantakan, dengan lain perkataan dalam kondisi tertentu
masyarakat bisa kacau, atau tidak berfungsi dengan baik. Dalam keadaan revolusi
misalnya, kita berhadapan dengan serba ketidakaturan. Apa yang terjadi adalah lapuknya
norma-norma dan nilai-nilai lama, sedangkan norma-norma dan nilai-nilai baru belum
menjelma dalam kalbunya masyarakat, karena soal pertumbuhan norma-norma dan nilainilai itu mkemerlukan waktu yang lama. Di dalam hal demikian sukarlah bagi orang-orang
untuk menunjukkan ketaatan kepada peraturan-peraturan yang disajikan oleh masyarakat.
Baiklah kita tinggalkan dahulu masyarakat yang sedang berantakan dan marilah
kembali kepada tinjauan masyarakat dalam keadaan berfungsi baik. Seperti telah
dikatakan, individu-individu sudah dipersiapkan untuk hidup dalam masyarakat. Mereka
mengetahui peranan-perananya, cakap menjalankan peranan tersebut, mengindahkan
norma-norma, mengetahui mana yang diperbolehkan, tegasnya mereka adalah orang-orang
yang sopan, tahu tempatnya dan menghargai sesama orang. Mereka telah meresapkan
jalan-jalannya itu sampai kebatin-batinnya tatkala mereka hidup dalam lingkungan
sekolah, lingkungan batin-batinnyatatkala mereka hidup dalam lingkungan sekolah,
lingkungan pekerjaan dan lain-lain. Segala tindak tanduk mereka dilakukan berdasarkan
dan direstui masyarakat. Di samping itu masyarakat menjadikan “wadah-wadah” sebagai
alat atau tempat mengatur untuk memuaskan berbagai kebutuhan individu-individu yaitu
yang disebut lembaga-lembaga sosial. Demikianlah rapinya peralatan masyarakat itu.
Hal ini semua tidak menjamin bahwa penyimpangan-penyimpangan akan menjadi
lenyap sama sekali. Meskipun pada dasarnya orang-orang itu telah disosialisasikan, telah
meresapkan segala norma dan tata nilai masyarakat, tetapi karena manusia itu adalah
manusia (bukan “malaikat”), penyimpangan-penyimpangan dari ketentuan-ketentuan itu
tidak dapat selalu dicegah. Karena itu masyarakatpun mempunyai alat-alat “social control”
yang berupa hukuman ringan dan hukuman-hukuman berat. Hukuman ringan berupa
“gosip” dan “cela-celaan” yang dijalankan oleh semua anggota masyarakat, sedangkan
hukuman-hukuman berat berupa keputusan-keputusan yang dijalankan oleh hakim.
Benih-benih penyimpangan tertanam dalam setiap individu dan juga terdapat dalam
tubuh masyarakat sendiri. Setiap orang mempunyai hasrat dan sudah menjadi sifat manusia
bahwa hasrat ini melebihi dari pada apa yang dapat dicapai oleh manusia. Di samping itu
69
masyarakat tidak pernah dapat menghasilkan cukup bahanp-bahan pemuas kebutuhan
anggota-anggotanya, baik material maupun rohaniah.
Benih penyimpangan yang terdapat didalam tubuh masyarakat antara lain berupa
tekanan-tekanan yang diberikan oleh masyarakat kepada para anggotanya. Umpamanya
masyarakat yang menekankan supaya para anggotanya memperoleh sukses dalam
kehidupan di satu pihak, dilain pihak masyarakat tidak memberikan cukup jalan-jalan legal
supaya sukses itu tercapai oleh semua anggota-anggotanya. Hal ini menyebabkan bahwa
anggota-anggota masyarakat yang tidak memperoleh kesempatan untuk menjalankan jalan
yang legal itu, berusaha mencapainya secara illegal (gelap-gelapan).
Sekarang perlu dipertanyakan adalah pengaruh individu terhadap masyarakat?
Pengaruhnya memang ada meskipun mungkin tidak besar. Dari uraian terdahulu kita telah
melihat bahwa penemu-penemu dan ahli-ahli mode merupakan pelopor-pelopordalam
perubahan masyarakat. Seperti juga halnya dalam kebudayaan, perubahan masyarakatpun
dimulai oleh individu atau beberapa individu. Di dalam hal ini kita teringat kepada orangorang yang dikatakan memiliki “kepribadian besar”. Mereka adalah sumber-sumber
perubahan masyarakat atau benten untuk mengekang perkembangan masyarakat. Akan
tetapi meskipun demikian besar kepribadiannya itu, apakah ini sampai kepada batinnya
masyarakat? Mungkin benar, tetapi mungkin juga tidak benar. Ingat saja bahwa
masyarakat itu lebih besar dari pada individu. Masyarakat juga hidup, se-proses yang maha
dasyat, begitu dasyat sehingga tidak dapat dibelokkan atau dihentikan oleh individu
manapun. Dalam hal ini individu, atau individu – individu yang berkepribadian besar itu,
paling banyak hanya bisa mempercepat atau memperlambat jalannya prose itu.
Ada baiknya kita pelajari perjalanan sejarah dari masyarakat berbagai bangsa di
dunia ini, beserta orang-orang atau individu-individu yang berkepribadian besar itu.
Dengan demikian kita akan memperoleh gambaran tentang proses dan perubahan sosial
dari masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini.
70
5. MASYARAKAT DESA SEBAGAI SATU KESATUAN
Masyarakat desa yang mempunyai persamaan arti dengan Rural Community ialah
masyarakat yang hidup atau berada di desa, yang karena kekhususannya merupakan obyek
dari Sosiologi Pedesaan. Demikianlah intisari pembahasan terdahulu sepanjang berkenaan
dengannya, yang dengan sendirinya masih memerlukan penjelasan lebih lanjut.
Dalam usaha kita memahami secara lebih mendalam tentang segala aspek yang
berkenaan dengan masyarakat desa, Pertama-tama patut dicamkan dulu bahwa masyarakat
desa dan desanya merupakan suatu lingkungan hidup yang sebenarnya sulit untuk diadakan
pemisahan. Dengan lain perkataan masyarakat desa ini merupakan suatu kesatuan.
Sejarah bentuk pertumbuhan atau lahirnya masyarakat desa, adalah suatu segi yang
patut diketahui terlebih dahulu oleh siapapun yang bermaksud mempelajari masyarakat
desa. Dalam kaitan ini para ahli telah berusaha dan mencoba membedakannya menurut
prinsip-prinsip yang mengikat warga atau anggota masyarakat desa sehingga mewujudkan
suatu persekutuan sosial yang bulat.
KOENTJARANINGRAT dalam usahanya menelusuri masyarakat desa, mengajukan
suatu penggolongan dari sekian banyak bentuk masyarakat desa di Indonesia dengan
menonjolkan aspek hubungan
yang mengikat dan mendasari
pertumbuhannya.
Diketengahkan olehnya empat macam prinsip hubungan yang mendasari kelahiran dan
pertumbuhan masyarakat desa, sebagai berikut :
1) Prinsip hubungan kekerabatan (persekutuan hukum geneologis) ;
2) Prinsip hubungan tinggal dekat (persekutuan hukum teritorial) ;
3) Prinsip tujuan khusus seperti kebutuhan yang ditentukan oleh faktor-faktor
ekologis ;
4) Prinsip hubungan yang bukan berasal dari
dalam masyarakat desa sendiri
melainkan datang dari “atas” seperti aturan, undang-undang yang dibuat
pemerintah kerajaan-kerajaan pribumi, atau oleh pemerintah penjajahan yang
pernah berkuasa di berbagai tempat di Indonesia.
Senada dengan pemaparan mengenai prinsip-prinsip hubungan dalam warga
masyarakat desa tersebut diatas, SOETARJO KARTOHADI-KOESOEMO menyebutkan
adanya tiga prinsip hubungan yang diberi istilah “jenis ikatan” yaitu masing-masing :
71
1) Ikatan desa atas dasar kepentingan hidup melahirkan bentuk yang dinamakan
“geneologis” yaitu masyarakat hukum yang terjadi dari orang-orang yang berasal
dari turunan orangsejodo 9orang berlaki-istri).
2) Ikatan desa atas dasar kepentingan hidup batun (kepercayaan, religi) yang
melahirkan bentuk “territorial” berasal dari istilah asing territoir, artinya daerah
wilayah, wengkon.
3) Ikatan desa yang merupakan campuran dari dua ikatan tersebut terdahulu, yang
membentuk desa-desa yang disusun atas dua macam faktor yaitu keturunan dan
territorial (daerah).
Dari kedua gugus pendapat tadi dapatlah ditarik kesimpulan, bahwa lahirnya bentuk
desa di Indonesia pada azasnya ditentukan oleh tiga hal pokok. Pertama karena adanya
hubungan/ikatan daerah atau keturunan (geneologis). Kedua karena adanya hubungan
/ikatan tempat tinggal (territorial), dan yang Ketiga disebabkan oleh adanya beberapa
faktor campuran.
Atas dasar tersebut tadi, nampaklah kepada kita bahwa hubungan seseorang warga
desa denagn lainnya dipengaruhi oleh sifat naluriahnya sebagai mahluk sosial sekaligus
juga dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan ikatan geneologis maupun tempat tinggal atau
trritorial. Demikianlah kejadiannya sehingga pada akhirnya pertumbuhan masyarakat desa
di Indonesia ini dipengaruhi pula oleh hubungan timbal balik atara masyarakat desa dan
desanya hingga mewujudkan corak dan sifat-sifatnya yang khas.
Corak dan sifat-sifat masyarakat desa di Indonesia dalam perkembangannya hingga
dewasa
ini
bukan
saja
disebabkan
oleh
kekhususannya
berdasarkan
sejarah
pertumbuhannya tetapi juga karena adanya pengaruh hukum dinamika. Dari sekian banyak
aspek yang melekat pada masyarakat desa yang mencerminkan corak dan sifatnya, yang
terutama patut kita pahami ialah :
1) Basis ekonomi sebagai salah satu unsur strukturnya yaitu pertanian:
2) Aktivitas terutama mata pencaharian warga atau masyarakatnya dan
3) Kebudayaan termasuk adat istiadat dan kepercayannya atau dengan kata singkat
kita sebut saja tradisinya ;
Pertanian adalah merupakan basis ekonomi desa atau masyarakat desa yang
terpenting. Hal ini dapat kita pahami lebih-lebih di Indonesia yang merupakan negara
agraris. Penjelasan lain dapat kita ungkapkan dari latar belakang jadinya suatu desa yang
bertumpu pada pemanfaatan sumber daya alam , terutama tanah. Ada tiga alasan utama
72
yang melatarbelakangi pertumbuhan suatu masyarakat desa seperti dikemukakan terdahulu
yaitu :
1) Untuk melangsungkan kehidupan dari anggota-anggotanya, yang mencari makan,
pakaian dan perumahan ;
2) Mempertahankan hidupnya terhadap setiap ancaman yang datang dari dalam
maupun luar lingkungan hidupnya ; dan
3) Mencapai serta menciptakan kemajuan dalam hidupnya.
Atas dorongan tersebut, mulailah sekumpulan manusia membuka dan memanfaatkan
potensi sumber daya alam yang ada disekitarnya yaitu hutan. Sebagai suatu kesatuan
hukum, masyarakat desa mulai mengatur dan menanam tanah-tanah yang telah dibuka tadi,
mula-mula dengan tanaman-tanaman yang mudah menghasilkan bahan makanan. Makin
erat
hubungan mereka dengan tanah yang dibuka dan diolahnya, makin erat pula
pengakuan mereka tanag yang dikelolanya sehingga akhirnya melahirkan hak pemilikan
tanah perorangan. Demikian seterusnya sehingga makin banyak pula orang yang
mengelola tanah bagi kepentingan dan kelangsungan hidupnya.
Makin banyak orang yang menggabungkan diri dengan kelompok orang-orang
sebelumnya sehibgga terwujudkan suatu masyarakat, potensi sumber daya alam yang
dikelolapun pada akhirnya tidak terbatas pada hutan dan sumber daya alam tanah saja.
Potensi perairan mulai pula mereka mulai pula mereka kuasai bagi kepentingan dan
kelangsungan hidupnya.
Demikianlah ekosistem pertanian mulai terwujudkan secara lebih nyata, baik itu pertanian
yang dikembangkan pada basis ekosistem teristik yang bertumpu pada tanah, maupun
ekosistem akuatik berupa laut, danau dan rawa.
Usaha pertanian hakekatnya merupakan kegiatan campur tangan manusia untuk
mengatur dan mempercepat proses pertumbuh-tumbuhan dan hewan, agar hasilnya dapat
lebih bermanfaat bagi manusia. Dengan lain perkataan, usaha pertanian merupakan
kegiatan manusia untuk mendayagunakan sumber daya alam fisik (yaitu lahan, tanah,
perairan dan iar) dan sumber daya hayati (flora dan fauna). Dalam hubungan ini sumber
daya alam beserta lingkungannya merupakan kesatuan sistem ekologik atau lebih dikenal
dengan sebutan ekosistem.
Pendaya gunaan sesuatu sumber daya alam oleh manusia seperti halnya hutan dibuka
oleh manusia seperti digambarkan terdahulu, dengan sedirinya menimbulkan perubahanperubahan dalam ekosistem sehingga mempengaruhi pula sumber daya alam lainnya
73
beserta lingkungannya, yang akibatnya diharapkan manusia akan memberikan manfaat
yang sebesar-besarnya. Atas dasar inilah maka tiap-tiap masyarakat desa akan menunjukan
corak dan sifat-sifatnya yang berbeda satu sama lain, betapapun kesemuanya oleh
ekosistem yang sam ayaitu pertanian.
Masyarakat desa di Indonesia yang pada umumnya bercorak pertanian sebagai basis
ekonomi utamanya, dari satu ke lain tempat sedikit banyak telah menunjukkan perbedaan
dalam usaha mengembangkan usaha pertaniannya. Pada basis ekosistem teristik,
masyarakat desa ada yang berhasil mengembangkan pertanian sawah, sepanjang sumber
daya alam berupa air memungkinkan. Masih erat kaitannya dengan dengan dukungan air
ini, ada pula yang berhasil mengembangkan perikanan atau tegasnya budidaya perikanan.
Masih berkisar sekitas pengembangan pertanian sebagai hasil usaha masyarakat desa
memenfaatkan ekosistem teristik, sepanjang air kurang memungkinkan untuk dijadikan
sawah mereka mencoba mewujudkan nya menjadi pertanian tegalan yang terutama
ditanami oleh tanaman-tanaman setahun. Wujud lainnya yaitu kebun (tanaman tahunan
lebih dominan diusahakan), perkebunan, kehutanan dan peternakan.
Masyarakat desa yang basis ekosistem utamanya berupa ekosistem akuatik, dalam
upayanya melangsungkan kehidupan mereka telah berhasil mengembangkan pertanian
sebagai berikut :
1)
Di desa-desa yang dominan potensi lautnya atau katakanlah berada di pinggir
pantai, mereka mengembangkan usaha perikanan, baik penangkapan maupun
budi daya perikanan berupa tambak.
2)
Masyarakat desa yang memiliki potensi danau, mengembangkan perikanan
(penangkapan dan budidaya) dan peternakan itik.
3)
Masyarakat desa yang memiliki potensi rawa, mencoba mengembangkan usaha
pertanian sawah, perikanan (penagkapan) peternakan itik, perkebunan (terutama
ditanami sagu) dan kehutanan.
Demikianlah gambaran singkat mengenai usaha pertanian yang biasa dikembangkan
masyarakat desa sebagai basis ekonomi utamanya. Atas dasar itulah kita dapat
membedakan corak dan sifat masyarakat desa yang ada di Indonesia ini. Atas dasar itu
pula kita lebih sering mendengar sebutan petani sebagai pengganti kata warga desa atau
anggota masyarakat desa.
Mata pencaharian utama anggota masyarakat desa ialah berusaha tani, demikianlah
kesimpulan tersebut diatas. Oleh sebab itulah mari kita lanjtkan pembicaraan ini dengan
74
menyoroti kegiatan usahatani pada khususnya, mata pencaharian lain pada umumnya dari
anggota masyarakat desa.
Apakah usaha tani itu ?
Usaha tani secara singkat dapat diartikan sebagai bentuk dan tempat dimana usaha
pertanian dilakukan. Sebagai tambahan penjelasan patut dipahami bahwa usaha tani ini
merupakan salah satu unsur pertanian, yang bertalian erat dengan dua unsur pertanian
lainnya yaitu proses produksi dan petaninya sendiri.
Usaha tani yang dikembangkan anggota masyarakat desa dari satu ke lain tempat
coraknya akan berbeda, karena dibentuk berdasarkan atas kombinasi dari berbagai faktor
yang dimiliki masyarakat desanya masing-masing. Faktor-faktor yang dimaksud lazim
dikenal sebagai faktor produksi, terdiri dari alam, tenaga, modal dan keterampilan atau
skill.
Atas dasar kombinasi faktor-faktor produksi tadi, bila kita menengok ke masa lalu,
kita akan menemukan istilah pertanian ladang (shifting cultivation) yang berpindah-pindah
sebagai suatu bentuk usaha tani yang dikembangkan oleh anggota masyarakat desa, atau
tepatnya anggota persekutuan hukum. Hal ini mudah dipahami mengingat dua hal pokok
berikut ini, yaitu :
1)
Penduduk yang tergabung dalam pengertian persekutuan hukum jumlahnya
masih sedikit. Dalam pada itu sumber daya alam tanah potensinya masih
banyak dan belum dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.
2)
Keterampilan atau skill petani masih belum berkembang. Dengan lain perkataan
teknologi yang dikembangkan petanipada saat itu belum semaju seperti
sekarang ini.
Sejalan dengan perkembangan penduduk dan teknologi yang dikembangkannya,
pertanian ladang ini dewasa ini sudah semakin langka pemunculannya, dan kemudian
bergeser ke pertanian menetap (setteld agriculture). Cara pertanian menetap inilah yang
dewasa ini kita kenal sebagai bentuk usaha tani.
Kembali kepada pengertian usaha tani sebagai bentuk dan tempat proses produksi
pertanian berlangsung, dewasa ini kita dapat mengenalinya di masyarakat desa dengan
mencoba mebagi-baginya menjadi beberapa cabang usaha tani sebagai berikut :
1)
Cabang usahatani tanaman.
Dalam percaturan sehari-hari, penamaan atau sebutan cabang usaha tani ini
sering ditemukan dengan menonjolkan dua aspek baik secara sendiri-sendiri
75
maupun secara terpadu. Aspek yang dimaksud berkisar sekitar penamaan jenis
tanamannya dan tempat pengusahaan tanaman itu sendiri.
Sepanjang berkaitan dengan penonjolan aspek jenis tanamannya, kita biasa
mengenal sebutan usahatani padi sebagai pengganti sebutan cabang usathatani
padi, usahatani jagung, usahatani palawija, usahatani sayuran dan sebagainya.
Sebutan inilah biasanya yang lazim muncul dalam percakapan sehari-hari
diantara sesama anggota masyarakat desa. Lebih lanjut, bertalian dengan tempat
pengusahaan jenis-jenis tanaman tadi, kita bisa pula mendengar sebutansebutan : usahatani sawah dan usahatani lahan kering atau darat. Kedalam
sebutan usahatani tersebut terakhir itu, termasuk diantaranya usahatani
pekarangan, melengkapi deretan nama-nama usahatani
tegalan, usahatani
kebun campuran dan perkebunan, sebagaimana telah dibahas pada uraian
terdahulu tentang pertanian.
2)
Cabang usahatani ternak.
Dalam peraturan sehari-hari diantara sesama anggota masyarakat desa,
cabang usahatani ternak ini lebih populer dengan sebutan usaha ternak atau usaha
pemeliharaan ternak. Kadang-kadang biasa pula dikenal dengan istilah atau sebutan
peternakan.
Selanjutnya bila nama jenis ternak turut dilibatkan dalam sebutan cabang
usahatani ternak ini, anggota masyarakat desa lebih sering dan terbiasa menyebutkannya
dengan diawali kata memelihara. Bila bergerak dalam cabang usahatani ternak kerbau
misalnya lebih terbiasa disebut dengan sebutan singkat “memelihara kerbau”. Demikian
seterusnya dengan sebutan cabang usahatani ternak lainnya seperti sapi, kuda, kambing,
domba dan sebagainya.
3)
Cabang usahatani ikan.
Penamaan atau sebutan ini dikalangan anggota masyarakat desa biasanya hanya
dihubungkan dengan pengusahaan/budidaya ikan di kolam dan tambak saja.
Untuk itu harus dibedakan dengan istilah penangkapan ikan yang melekat pada
sebuatn nelayan.
76
Setelah kita memahami istilah atau sebutan usahatani tadi sebagai mata pencaharian
utama anggota masyarakat desa, baiklah kita teruskan uraian ini dengan memahami
secara sepintas bagaimana hal itu berlangsung di pedesaan. Dalam uraian berikut ini
sekaligus pula bahasan tentang mata pencaharian petani di luar pertanian serta bahasan
tentang tradisi masyarakat desa dapat dipenuhi.
Berangkat dari aspek hubungan petani dengan lahan usahataninya, yang penting
untuk diketahui gambarannya di pedesaan ialah hal-hal berikut ini :
1)
Lahan pertanian sebagai salah satu unsur pokok usahatani, peranannya sangat
menentukan kelangsungan hidup petani sebagai anggota masyarakat desa.
Terkait erat dengan pemanfaatan potensinya yang terbatas pada lapisan tanah
bagian atas, maka yang terpenting dari padanya adalah segi luas dari lahan yang
dimanfaatkan.
Atas dasar inilah maka unsur luas lahan usaha tani selalu menjadi pusat
perhatian utama petani. Lebih jauh lagi unsur luas lahan usahatani ini pada
gilirannya telah menyebabkan adanya sebutan petanilapisan atas, lapisan
menengah dan lapisan bawah yang berkolerasi dengan luas lahan usaha tani
yang dimanfaatkanya.
2)
Masih berkisar sekitar pelapisan petani, diketahui dewasa ini lewat beberapa
penelitian skala perbandingan yang melambangkan jumlahnya masing-masing
lapisan. Petani lapisan bawah jumlahnya meliputi dua pertiga bagian, dengan
sifat-sifatnya yang berbeda jauh dari petani lapisan menengah dan terutama
lapisan atas. Adanya sebutan petani tradisional , sulit menerima unsur-unsur
pembaharuan, kurang terampil,
kurang berorientasi
ke masa depan,
pendidikannya rendah, dan lain-lain sebutan yang nadanya negatif,
adalah
merupakan lambang dari terbelakangnya petani lapisan bawah.
Dalam pada itu adanya sebutan yang bernada pujian seperti petani maju, petani
teladan, petani yang telah berorientasi ke pemasaran hasil, tidaklah serta ingin
dapat diletakan kepada golongan petani lainnya yang jumlahnya mencapai satu
pertiga bagian dari seluruh populasi petani.
3)
Terkait erat dengan relatif sempitnya rata-rata luas garapan petani, melekat pula
kepadanya sebutan-sebutan yang melambangkan adanya penyakit tanah yang
berpengaruh kurang baik terhadap produktivitas pertanian. Salah satu sebutan
yang sering kita dengar ialah fragmentasi tanah “pertanian”. Pengertiannya
menunjukan kepada terpencar-pencarnya lahan pertanian menjadi beberapa
77
persil dalam keadaan sempit-sempit. Dalam hal ini berlakunya sistem waris
tanah yang lebih memperhatikan segi keadilan dari pada menciptakan peluang
bagi penyaluran hasrat bertani secara sungguh-sungguh, adalah menjadi salah
satu penyebab terjadinya fragmentasi tanah.
4)
Bermula dari adanya hubungan yang semakin erat antara anggota masyarakat
dengan sumber daya tanah tempatnya bermakin baik selaku orang-perorang
maupun dalam kebersamaannya, adanya hak pemilikan atas tanah sudah sejak
dahulu dikenal orang. Dalam hubungan ini sering kita dengar adanya sebutan
hak ulayat dan hak milik atas tanah sudah sejak dahulun dikenal orang. Hak
ulayat adalah hak tertinggi atas tanah yang dipegang oleh persekutuan hukum
atau masyarakat, yang memungkinkan dimanfaatkannya potensi tanah yang
berada ditempat dan sekitar permukimannya.
Hak milik atas tanah secara perorangan, ialah hak yang melekat pada orang
perorangan untuk memiliki tanah dalam kegiatannya untuk memenuhi kebutuha
hidup.
Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk, dalam pada itu tanah pertanian
terutama potensinya tetap terbatas, maka hak atas tanah sebagai suatu ketentuan
dan kepastian bagi orang perorangan mulai berkembang pula. Dewasa ini kita
kenal adanya praktek-praktek penguasaan tanah yang dikenal dengan sistem
bagi hasil, sewa dan gadai. Dari kehadiran sistem tadi lahir pulalah sebutan
status penguasaan tanah yang sering diidentikan dengan status petani, yaitu
penyakap (bagihasil) dan penyewa.
Sistem bagi hasil tadi dalam pelaksanaanya sering dijumpai di beberapa desa
dengan sebutan maro atau nengah yang menunjuk kepada adanya pembagian
hasil yang sama, yaitu setengah bagian bagi pemilik tanah dan setengahnya lagi
bagi petani yang memngusahakan tanah. Sebutan lain adalah mertelu artinya
satu bagian (1/3) untuk penggarap dan dua bagian (2/3) untuk pemilik tanah.
Ada pula sebutan “merapat”, dengan pembangian hasil ¼ bagian untuk
penggarap dan ¾ bagian untuk pemilik tanah.
Hasil yang disebutkan menjadi bagian pemilik tanah diatas, sebagai imbalan
atas pelepasan haknya untuk menggarap tanah miliknya, diberikan dalam
bentuk natura berupa hasil panen sesaat setelah panen. Lain halnya dengan
sistem sewa imbalan bagi pemilik tanah diberikan oleh penyewa dalam bentuk
78
uang, untuk masa satu tahun ayang akan datang atau lebih masa proses produksi
pertanian disepakati akan berlangsung. Lebih lanjut, dalam hal adanya
penduduk yang mau berusahatani tetapi tidak memperoleh kesempatan untuk
menguasai tanah, baik secara bagi hasil, gadai, sewa apalagi milik mereka
kemudian menerjunkan dirinya menjual tenaga dalam bidang pertanian.
Kejadian inilah yang melahirkan adanya sebutan buruh tani di pedesaan.
5)
Dalam aktivitasnya sehari-hari, selain melakukan kegiatan usaha tani dan
berburuh tani, anggota masyarakat desa dalam batas-batas tertentu telah mampu
pula melaksanakan kegiatan usaha di luar pertanian. Dalam hubungan ini sering
dijumpai adanya kegiatan-kegiatan berikut ini di pedesaan, yaitu :
a.
Berburuh diluar kegiatan usaha tani, seperti halnya menjadi kuli angkutan
barang. Selaras dengan sifat pekerjaan yang dijalaninya yang pada
umumnya merupakan pekerjaan yang memerlukan tenaga fisik, macam
pekerjaan ini terbatas hanya dapat dijangkau oleh mereka yang fisiknya
kuat.
b.
Berdagang, baik dalam skala minim maupun skala menengah sampai
besar. Dalam skala mini akan melahirkan adanya warung kecil-kecilan
yang kadang-kadang sifatnya hanya musiman saja. Dalam skala yang
lebih dari mini pemunculannya bisa beraneka ragam, dari sejak berdagang
hasil pertanian sampai kepada berdagang barang-barang kebutuhan seharihari. Dalam hal berdagang hasil pertanian, kita sering mendengar adanya
sebutan tengkulak sebagai pedagang perantara.
c.
Industri kecil berupa kegiatan
mencetak bata, genting dan lainnya.
Termasuk ke dalamnya adalah kerajinan tangan atau kerajinan rumah
tangga, yang mengolah bahan-bahan yang terdapat di desa.
d.
Pertukangan, seperti halnya tukang kayu, tukang cukur dan lainnya yang
memerlukan adanya ketrampilan khusus.
Masih banyak lagi macam kegiatan usaha yang biasa dilakukan anggota
masyarakat desa, tergantung dari perkembangan masyarakatnya sendiri. Makin dikatakan
maju suatu masyarakat desa semakin terbuka peluang bagi mereka untuk menjangkau
kesempatan ekonomi berupa kegiatan usaha di luar bidang pertanian. Di atas semuanya itu
sebagai penutup uraian, satu hal patut diketahui bahwa kegiatan usaha di luar pertanian tadi
79
dalam kenyataannya baru dapat di jangkau oleh sebagian kecil anggota masyarakat desa,
tersebar pada semua lapisan sosial di pedesaan.
KATA-KATA INTI
Gemeinschaft = pertalian yang bersifat kekeluargaan
Gesellschaft = pertalian yang bersifat pemrih dan rasional
Culture = Kebudayaan
Civilization = peradaban
Religi = Kepercayaan
Enkulturasi = proses yang melambangkan belajarnya angkatan muda
Tentang kebudayaan dari angkatan sebelumnya
Overt culture = kebudayaan yang tampak
Covert culture = kebudayaan yang tidak tampak
Ethno sentrism = Pemain kebangsaan yang berlebih-lebihan akan
dirinya.
Stereotype = pola pikir yang tipa dipakai
Usage = cara
Folk ways = kebiasaan
Mores = tata kelakuan
Customs = adat istiadat
Model personality = kepribadian yang sifatnya khas
Assimilasi = menyesuaikan diri dan suatu kebudayaan yang asing
Geneologis = ikatan daerah atau keturunan
Teritorial = tempat tinggal
Ekologis = suatu kesatuan sistem yang ditimbulkan oelh sumber daya
Alam serta lingkungannya
Ekosistem teristik = ekosistem yang bertumpu pada tanah
Ekosistem akuatik = ekosistem yang bertumpu pada laut danau dan
rawa
Flora = sumber daya nabati
Fauna = sumber daya hewani
80
Shifting cultivation = pertanian ladang yang berpindah-pindah
Fragmentasi tanah pertanian = terpencar-pencarnya badan menjadi
beberapa persil dalam keadaan sempit
sempit.
BAB VIII
MOBILISASI KUKM KE DALAM kOPERASI
Orang-orang dalam masyarakat, disamping mempunyai kesamaan-kesamaan, juga
mempunyai ketidaksamaan-ketidaksamaan satu sama lain. Ada orang yang dapat
memelihara hidup diri dan tanggungannya dan ada yang tidak mampu melakukannya tanpa
bantuan orang lain secara ekonomi. Atas dasar ketidaksamaan-ketidaksamaan ini, dikenal
adanya konsep atau pengertian tentang kemiskian (poverty) sejak abad pertengahan.
Menurut Rubinow, usaha-usaha komperhensip yang paling awal dalam
memperkirakan keberadaan kemiskinan, dilakukan di Inggris, ini dimulai sejak negeri ini
masih melandaskan ekonominya di sektor pertanian sampai memasuki dan selesainya
revolusi industri yang menimbulkan masalah – masalah yang gawat mengenai kemiskinan.
Pada masa itu dikenal nama Arthur Young yang perhatiannya tertarik kepada kemiskinan
desa serta Sir Prederick Eden dan Charles Booth pada tahun 1880.
Menurut Hobsbaw, konsep kemiskinan mengandung tiga arti, yaitu : (a)
kemiskinan sosial (social poverty), (b) pauperisma (pauperism) dan (c) kemiskinan moral(moral poverty). Kemiskinan sosial mengandung arti tidak hanya ketidaksamaan yang
bersifat ekonomi misalnya dalam hal pemilikan kekayaan materil, pendapatan dan
sebagainya, tetapi juga yang bersifat sosial misalnya dalam hal adanya perasaan rendah diri
(inferiority), ketergantungan dan sebagainya. Kesemuanya ini menyangkut kenyataan
hidup dan menggambarkan keberadaan suatu lapisan sosial yang relatif dibatasi oleh halhal yang disebutkan di atas dengan lapisan-lapisan lain yang ada di atasnya, dalam
masyarakat. Sedang pauperisma, mengandung arti orang-orang yang termasuk kategori
81
tidak mempunyai kemampuan untuk memelihara dirinya sendiri sampai pada tingkat
pemenuhan kebutuhan minimal tanpa bantuan dari luar atau orang lain. Mengenai
kemiskinan moral, bertalian dengan soal nilai – nilai sosial yang dianut oleh masyarakat
yang bersangkutan.
Pada pokoknya, ketiga pengertian di atas berkaitan. Satu sama lain dan hanya
berbeda tingkatannya secara gradual, misalnya anatra kemiskinan sosial dengan
pauperisma. Juga hanya berbeda dari segi-seginya yang mendapat penekanan, misalnya
antara kemiskinan sosial dengan kemiskinan moral, ataupun antara pauperisma dengan
kemiskinan moral. Dalam pada itu, pembicaraan kita lebih lanjut dalam tulisan ini, akan
banyak dipertalikan dengan pengertian yang disebutkan di atas dan di sana sini akan
ditunjuk pula pengertian-pengertian yang lainnya sepanjang keperluan.
Secara mendasar, kemiskinan adalah suatu istilah yang negatif yang mengandung
arti kerkurangan atau ketiadaan kekayaan materil. Ketidaan atau kekurangan yang
demikian ini, jarang bersifat mutlak. Karena itu maka istilah ini, biasanya digunakan untuk
menggambarkan situasi ketidakcukupan yang terjadi atau dialami secara berkali-berkali
dalam jangka waktu lama, baik mengenai ketidakcukupan dalam hal pemilikan kekayaan,
maupun dalam hal pendapatan yang diperoleh atau diterima.
Menurut J.H.Hollander, istilah ini biasanya digunakan untuk mengambarkan tiga
kondisi yang berbeda, yaitu (a) ketidaksamaan ekonomi (economic inequality), (b)
ketergantungan ekonomi (economic dependency), dan (c) ketidakcukupan ekonomi
(economic insufficiency). Pada hematnya, hanyalah yang disebutkan terakhir ini yang
membentuk permasalahan yang nyata, tetapi juga membatasi lingkungan masalah-masalah
yang diciptakan oleh ketidaksamaan-ketidaksamaan dalam organisasi ekonomi modern.
Tanpa mengabaikan standar atau ukuran-ukuran fisiologik, psikologik dan sosial
seperti yang dikemukakan oleh Hobsbawm di atas, dapat dinyatakan disini bahwa aspek
essensil dari kemiskinan adalah ketidakcukupan penerimaan pendapatan dan pemilikan
kekayaan materil. Seberapa besarnya pendapatan yang diterima seseorang yang dapat
dikualifisikan sebagai orang miskin, jarang diperoleh jawaban yang memuaskan tanpa
suatu kesepakatan atas tujuan-tujuan obyektif, dan di atas kejelasan perbedaan antara
keinginan-keinginan dan kebutuhan manusia.
Mungkin tidak terlalu sukar diperoleh kesepakatan jika yang dianggap sebagai
tujuan fundamental dan universal manusia, adalah pemeliharaan hidup atau kehidupan
termasuk kesehatan diri dan anak-anak yang menjadi tanggungan. Dalam hubungan ini
82
dapat saja dipertanyakan tentang letak kepuasan dan kebahagiaan, yang banyak bertalian
dengan soal sistem nilai tertinggi dari masyarakat yang bersangkutan.
Berapa besarnya pendapatan seseorang sehingga ia dapat dikualifikasikan sebagai
orang miskin, nampaknya bervariasi antar masyarakat atau tempat dan waktu. Karena itu
seringkali kemiskinan dipertalikan dengan perubahan-perubahan sosial yang banyak
mempengaruhi kualifikasi atau kategorisasi itu, dan juga dengan perbandingan standar
hidup antar tenpat atau masyarakat. Perkembangan konsep tentang kemiskinan, banyak
bertalian dengan dinamika masyarakat, dan banyak berhubungan dengan penilaian
kenyataan hidup yang sedang dialami.
Berdasar atas kenyataan hidup yang sedang dialami atau tingkat hidup, khususnya
komponen tingkat pendapatan. J. Rubinow1) mengemukakan suatu klasifikasi yang terdiri
dari lima tingkatan. Berturut-turut dari bawah ke atas masing-masing adalah : (a) keadaan
serba tak berkecukupan (insufficiency), (b) hidup secara minimal (minimum subsistence),
(c) hidup sehat dan tertib, wajar dan berkepantasan atau layak (health and decency), (d)
hidup menyenangkan (comfort), dan (e) hidup mewah (luxury).
Jika tingkatan-tingkatan ini dapat dibangun dan dimantapkan secara definitif ,
maka tempat dimana letak kemiskinan dapat ditunjukan di dalamnya. Akan tetapi Rubinow
sendiri menyadarinya bahwa garis-garis batas tingkatan-tingkatn ini sukar ditetapkan
secara pasti, karena istilah yang digunakan untuk menyusun perbedaan-perbedaan antar
tingkatan dapat berkontaminasi (merancu) satu sama lain, misalnya saja sesuatu yang
mewah tentunya menyenangkan dan sesuatu yang menyenangkan lalu menjadi perlu dan
sebagainya.
Charles Booth2) menggunakan klasifikasi yang terdiri ats empat kategori atau
tingkatan, yaitu : (a) orang-orang yang sangat miskin, (the very poor) mereka ini adalah
lapisan terendah di kalangan orang-orang miskin dimana mereka memperoleh pendapatan
dari sumber yang bersifat kausal atau kebetulan saja, (b) orang-orang miskin (the poor)
mereka ini berpendapatan secara minimal saja, (c) orang-orang yang hidup senang (the
comfortable), dan (d) orang-orang yang baik untuk berbuat (the well to do). Di samping
klasifikasinya ini, juga Booth menetapkan shilling sebagai kehidupan minimal per minggu.
Dalam mengukur keberadaan kemiskinan di negeri Industri sekarang, biasanya
didasarkan atas data mengenai pembahagian kekayaan dan secara khusus mengenai
pendapatan. Dalam perhitungan biasanya dipertimbangkan faktor-faktor moneter yang
berfluktuasi, misalnya faktor inflasi dan sebagainya.
83
Sebagai contoh misalnya di U.S.A. Diperkirakan pendapatan tahunan normal yang
dibutuhkan untuk memelihara suatu standar kesehatan dan kelayakan suatu keluarga yang
terdiri dari lima orang, telah meloncat dari $ 600 pada permulaan abad ke duapuluh, ke
hampir $ 2.000 pada akhir tiga dasawarsa. Kurang lebih demikian pula halnya di Inggris.
Perbedaan ini tidak seluruhnya terletak dalam faktor-faktor yang bertalian dengan moneter,
tetapi secara luas menyangkut soal perubahan-perubahan standar. Dalam pada itu dapat
diperkirakan bahwa seluruh keluarga yang jatuh atau berada di bawah standar adalah
dalam kelompok atau dikualifikasikan sebagai keluarga miskin.
Mungkin tidak terlalu sukar untuk disepakati jika secara kualitatif dinyatakan
bahwa kemiskinan berada pada tingkatan pertama dan kedua dar1i klasifikasi Rubinow dan
Booth, yaitu : (a) keadaan serba tak berkecukupan menurut Rubinow atau orang-orang
yang sangat miskin menurut Booth dan (b) orang-orang yang hidup secara minimal
menurut Rubinow atau orang-orang miskin menurut Booth. Jika di U.S.A. garis
kemiskinan berada pada tingkat pendapatan $ 600 per keluarga per tahun (permulaan abad
keduapuluh) atau $ 2.000 per keluarga per tahun (akhir tiga dasawarsa abad keduapuluh)
dan di Inggris ditetapkan oleh Booth 21 shilling per keluarga per minggu, maka di
Indonesia ditetapkan oleh Sayogyo sebesar 240 kg ekuivalen beras per orang per tahun.
Mereka yang berada pada dan di bawah garis kemiskinan inilah yang dapat
dikualifikasikan atau dinyatakan sebagai orang-orang miskin, atau masuk kategori pertama
(a) dan dua (b) dari klasifikasi Rubinow dan Booth.
Dilihat dari atas, kemiskinan berada pada lapisan paling bawah atau terendah dalam
susunan masyarakat sebagaimana diakui sejak abad pertengahan yang dikenal dengan
istilah “arme l cute” (orang-orang miskin). Orang-orang miskin biasanya dibedakan secara
tajam dengan orang-orang kaya, bahkan seringkali dipertentangkan satu sama lain, dan ada
kalnya dianggap bahwa antara keduanya terdapat hubungan kausal yang kurang lebih
sesuai dengan peribahasa Jerman bahwa : “Kemiskinan adalah sapi dari orang-orang kaya
dan kemiskinan adalah kaki dan tangan dari kekayaan”. Biasanya kekuatan, kekuasaan dan
keistimewaan bersama dengan orang-orang kaya, atau berada pada kekayaan. Sebaliknya,
kemiskinan mengandung arti kelemahan dan posisi yang lebih rendah dalam hierkhi sosial
disertai dengan inferoritas kedirian. Dalam periode industri suatu masyarakat, biasanya
perbedaan-perbedaan ini menjadi lebih luas dan lebih tajam.
84
Dalam masyarakat pra-industri, kemiskinan yang berfluktuasi dalam masa dan
tempat, secara universal biasanya diatasi oleh persekutuan-persekutuan hidup lokal primer
melalui bantuan dan pengaturan suplai bahan makanan dan bahan-bahan kebutuhan dasar
lainya untuk hidup. Hal ini merupakan nenek moyang dari Kebijaksanaan kesejahteraan
modern, seperti halnya dengan kebijaksanaan terhadap kemiskinan yang dimulai di Eropah
pada abad keempat belas.
Bantuan material secara langsung kepada orang-orang miskin sebagai suatu cara
untuk mengatasi atau mengurangi kemiskinan sementara itu dipandang sebagai suatu
perbuatan mulia dan suci yang hal mana ditunjang oleh nilai-nilai sosial yang
menempatkan ketidaklobaan sebagai suatu sifat yang baik. Akan tetapi setelah kemiskinan
sedemikian rupa meluas terutama sesudah revolusi industri di Eropah, maka disamping
kebijaksanaan yang konvensial diatas, juga dibutuhkan bahkan lebih utama, reorganisasi
sosial yang juga seringkali digambarkan sebagai restorasi dari masyarakat tradisional yang
kehilangan norma-norma sosial dan stabilisasi ekonomi, melalui program-program
pembangunan dan perencanaan sosial nasional pada umumnya.
Kemiskinan dan ketidaksamaan (inequality) telah menjadi pusat perhatian dalam
studi-studi pembangunan, sesudah perang Dunia ke II. Pada dewasa ini terdapat kesadaran
umum yang relatif lebih berimbang dikalangan para ahli ilmu-ilmu sosial bahwa
pembangunan adalah suatu proses yang sangat kompleks dari perubahan-perubahan sosial
yang membutuhkan analisa dari pelbagai ahli.
Kurang lebih sama halnya dengan di negeri-negeri sedng berkembang lainnya di
Asia, di Indonesiapun, terdapat kemiskinan yang cukup luas, dan kiranyaberakar jauh
kemasa lampau, pada masa penjajahan menurut Gertz (1976) . Diperkirakan oleh Bank
Dunia 3) bahwa kemiskinan mutlak dalam tahun 1975 di Indonesia 72 juta, sementara pada
dua negeri tetangganya, Philipina dan Malaysia, masing-masing hanya 17 dan 5 juta saja.
Berdasarkan indikator-indikator konvensional, pertumbuhan ekonomi Indonesia,
mengalami kemajuan yang nyata dalam periode sesudah Perang Dunia ke II, khususnya
dibawah “Orde Baru”. Hal ini terutama dapat ditandai dengan tingkat pertumbuhan out put
secara total dan secara sekotral, misalnya di sektor-sektor pertanian, pertambangan,
perindustrian, tabungan, investasi, ekspor, penerimaan negara dan perkembangan anggaran
biaya yang secara umum telah melampui perkiraan-perkiraan sebelumnya.
Produksi bahan makanan untuk memenugi kebutuhan penduduk yang pesat
melampui : pengeluran untuk pemakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan dan
85
sebagainya yang kesemuanya mencatat pertambahan yang cepat. Demikian pula halnya
dengan perbelanjaan untuk infra struktur, transportasi, komunikasi dan fasilitas-fasilitas
untuk pelayanan umum lainnya, semuanya telah mentransformasikan kemungkinan yang
pada
mana
dapat
dipandang
sebagai
suatu
langkah
yang
menakjubkan
dan
menggembirakan. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa ekonomi Indonesia benarbenar sedang dalam keadaan berkembang dengan penampilan daya tumbuh pada
pertambahan NGP yang memadai, paling sedikit 6%1) dalam dasawarsa terakhir.
Meskipun demikian, kemisikinan yang perakarannya cukup dalam pada struktur
sosial yang lebih diperdalam lagi oleh pertumbuhan penduduk yang cepat, yang membawa
proses involusi, menimbulkan kerisauan. Modernisasi yang dilakukan sepanjang kegiatan
pembangunan selama ini, banyak kesulitan oleh hal ini, kalau tak dapat dikatakan bahwa
banyak kegiatan pembangunan dan modernisasi yang dikalahkan atau dihapuskan oleh
berbagai aspek kemiskinan.
Karena sebagian terbesar atau dua pertiga dari jumlah seluruh penduduk Indonesia
bermukim di sebagaian kecil atau seperempat belas dari seluruh wilayah Indonesia, yaitu
terutama di pulau Jawa
2)
dan juga diketahui bahwa sebagian terbesar bahwa sebagian
terbesar penduduk Indonesia yaitu kurang lebih 80% bermukim di daerah pedesaan, maka
sebagaimana ditunjukan oleh Hainswrth
1)
dan Sayogo 2), dapat dikatakan disini bahwa
kemiskinan yang ada di Indonesia, memusat di Pulau Jawa dan terutama di daerah
pedesaan 3).
Proyeksi penduduk Indonesia ke tahun 2000 dengan asumsi bahwa tingkat
kesuburan dapat diturunkan samapai 25 % di negeri ini akan mempunyai penduduk
sejumlah kurang lebih 250 juta4). Dengan asumsi pula bahwa pertumbuhan penduduk
berimbang antara di Jawa dan di luar Pulau Jawa, diperkiraan bahwa pada tahun 2000
nanti, di Pulau Jawa akan bermukim penduduk sejumlah kurang lebih 140 juta. Ini berarti
bahwa kepadatan permukiman penduduk di Jawa pada waktu nanti, adalah kurang lebih
1.105 orang/km2. akibatnya Pulau Jawa akan merupakan sebuah pulau kota, dilihat dari
segi kepadatan penduduknya. Akan tetapi secara sosio ekonomik, mungkin pada waktu itu
masih juga merupakan daerah pertanian dan pedesaan.
Meskipun kesuburan tanah Pulau Jawa cukup tinggi seperti yang dikenal
sekarang, dan usaha tani yang akan dijalankan nanti lebih intensif lagi dari yang ada
sekarang, dengan kepadatan penduduk yang sebesar di atas, terdapat kemisinan yang
terkandung didalamnya yang bakal melanda, jika sekarang tidak ada jalan keluar yang
86
efektif dalam rangka pembangunan. Persoalan sekarang, ialah bahwa dengan kemiskinan
yang nyata ada dan luas sekarang sebagai suatu kondisi dan situasi yang mengitari dan
bagaimana kita dapat menghindarkan bayangan atau gambaran masalah tersebut di atas.
Sudah barang tentu bahwa hal ini, secara umum dapat dijawab bahwa tidak lain
dari pada memesatkan dan menggairahkan kegiatan-kegiatan pembangunan. Akan tetapi
semakin dipikirkan pembangunan, semakin terkaitlah kemiskinan sebagai sesuatu yang
sangat menyukarkan, dan juga sementara itu nampak bahwa kenaikan GNP sebesar 6
sampai dengan 8 % rata-rata pertahun
1)
tidak mampu mengurangi atau menahan
perkembangan kemiskinan.
Dalam pada itu suatu pertanyaan yang muncul lebih lanjut, ialah apakah
sesungguhnya yang menyebabkan adanya kemiskinan dan bagaimana cara mengurangi
atau menghilangkan. Secara sederhana dapat dijawab bahwa hal ini pada hakekatnya
disebabkan oleh “ketidakmerataan” pembagian kesempatan sosial ekonomi dan
ketidakmerataan kemampuan menggunakan kesempatan sosial ekonomi yang ada yang
untuk sebagaian benarnya berakar didalam struktur sosial. Mengenai faktor demografis
yang memperdalam dan memperluas perakaran kemiskinan, di samping pertumbuhan
penduduk yang sangat cepat, juga adalah ketidakmerataan persebaran penduduk. Baik
kecepatan pertumbuhan penduduk, maupun ketidakmerataan persebarannya, keduanya
bukanlah faktor demografis yang berdiri sendiri, melainkan berafiliasi dengan faktor-faktor
sosial ekonomis lainnya.
Ketidakmerataan pembagian kesempatan sosial ekonomi, antara lain dapat
berwujud ketidakmerataan pembagian lapangan dan kesempatan kerja, pembagian
pendapatan dan sebagainya, dalam rangka pembangunan yang sedang digalakan sekarang
sedang
dijawab
dengan
jalur-jalur
pemertaan.
Demikian
pula
halnya
dengan
ketidakmerataan persebaran penduduk, sejak lama hingga sekarang sedang dijawab dengan
program program transmigrasi dari daerah padat penduduk khususnya pulau Jawa ke
daerah atau pulau-pulau lain diluar Jawa. Sedang mengenai masalah pertumbuhan
penduduk yang sangat padat, disatu pihak sedang dijawab dengan program-program
peningkatan produksi pangan dan sebagainya, dan dilain pihak dengan program-program
Keluarga Berencana.
Pada pokoknya, program-program diatas ditekankan pada peningkatan dan
pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dengan sendirinya tertuju untuk memerangi
atau menghapuskan kemiskinan. Seandainya penduduk pedesaan Jawa mempunyai watak
87
(kalau tak dapat dikatakan kebudayaan) perantauan sama halnya dengan rekan-rekannya
sesama penduduk desa di pulau-pulau lain di luar Jawa (termasuk Madura, Bali dan
Lombok), di daerah-daerah pedesaan seberang, misalnya orang-orang Minagkabau, Batak,
Banjar, Bugis, Makassar, dan sebagainya 1), pelaksanaan pemerataan persebaran penduduk
melalui transmigrasi dan apapun namanya, akan tidak terlalu menyukarkan dan besar
kemungkinannya bahwa dengan tingkat kemiskinan yang ada di pedesaan Jawa sekarang,
mereka akan melakukan transmigrasi spontan ataupun perantauan seperti yang
dilakukannya sekarang. Karena itu tidak mustahil bahwa tindakan kebijaksanaan
transmigrasi yang pada hakekatnya berupa tindakan preventif (pencegahan) dari
kemiskinan yang parah, akan lebih bersifat kuratip.
Mengenai program Keluarga Berencana, juga tidak mustahil pelaksanaannya lebih
banyak merupakan akibat dari kemiskinan yang parah, dari pada bersifat pencegahan atau
suatu yang dilaksanakan sebagai syarat atau kebutuhan untuk menghindarkan kemiskinan.
Sedang pemerataan kesempatan ekonomi, lapangan dan kesempatan kerja, kemampuan
penggunaan kesempatan yang ada, yang bertalian dengan masalah-masalah kemiskinan
dan kemungkinan – kemungkinan pemecahannya, banyak bertalian dengan struktur
masyarakat pedesaan yang hal mana akan dicoba membahasnya pada bagian berikut ini.
88
BAB II
STRUKTUR MASYARAKAT DESA
Seperti telah disebutkan diatas, sebahagian terbesar penduduk Indonesia
bermukim di daerah pedesaan. Mereka itu adalah warga masyarakat desa dan pada
umumnya mempunyai mata pencaharian di sektor agraris, terutama sebagai petani. Karena
sifat agraris, maka struktur masyarakat khususnya pelapisan sosialnya, banyak bertalian
dengan pemilikan dan pemanfaatan atau penguasaan tanah.
Dalam garis besarnya, distribusi tanah pertanian (dalam arti luas) di Jawa menurut
Sensus Pertanian 1973, terdiri atas : (a) pertanian rakyat, (b) perkebunan besar, dan (c)
hutan negara. Berturut-turut, masing-masing seluas : 5,5, 0,65 dan 3 juta hektar dengan
perincian lebih lanjut seperti terlihat pada tabel berikut.
Tanah Pertanian (arti luas) di Jawa
Dalam desa 5,5 juta ha.
Luas
Tanah
Luas
Perkebunan Hutan Negara 3 Juta ha.
Lapisan
Lapisan
Lapisan
Perk.
Perk.
I
II
III
Neg
lain
18/10
1.750
¼ ha
7/10 ha
Usaha
Lain-
1,7 juta
lain 1,3
ha
juta ha
480
17.000
?
529
100 (?)
?
ha
Jumlah 5,2 juta 2,1 juta 2,5 juta 244
Satuan
Produksi
ha
ha
ha
Usaha
Sumber : Sayogyo, Lapisan Masyarakat yang paling lemah di pedesaan Jawa, Prisma,
No. 3 1979, Th VII, hal 10.
Sistem pemilikan tanah di jawa nampaknya bervariasi 1). Akan tetapi dalam garis
besarnya pada pertanian rakyat dikenal adanya dua sistem atau pola pemilikan, yaitu secara
komunal dan individual. Dari waktu ke waktu sistem ini mengalami perubahan-perubahan
atau perkembangan dan sistem yang disebutkan terakhir ini mengalami perkembangan,
lebih dari pada yang disebutkan pertama, seiring dengan pertumbuhan penduduk.
Berdasarkan pemilikan atau penguasaan tanah, petani di Jawa dapat dibagi atas
tiga kategori. Berturut-turut dari bawah ke atas, adalah mereka yang memiliki atau
menguasai tanah : (a) kurang dari 0,5 ha, (b) antara 0,5 sampai dengan 1 ha, dan (c) lebih
89
dari 1 ha. Hal ini kurang lebih sejalan dengan apa yang ditunjukan oleh Sayogyo pada tabel
di atas, sebagai lapisan I, II, III.
Mereka yang dikategorikan sebagai lapisan bawah, lapisan tengah dan lapisan atas
pada tahun 1905, berturut-turut berjumlah masing-masing : 31, 41 dan 28 % dengan ratarata luas masing-masing : 0,27, 0,63 dan 2,2 ha 1). Kurang lebih 70 tahun kemudian, yaitu
pada tahun 1975 yang lalu, ditemukan oleh Sayogyo 2) bahwa jumlah ini masing-masing
telah berubah, berturut – turut menjadi : 59, 24 dan 17% dengan rata – rata luas menjadi :
0,25, 0,7 dan 1,8 ha seperti terlihat pada tabel berikut.
Perubahan Struktur Pemilikan Tanah Usahatani, pada Pertanian Rakyat di Jawa
antara tahun 1905 sampai dengan 1973.
1905
1973
Jumlah petani Rata-rata
Lapisan
(rumah
luas
tangga
usaha
petani)
(ha)
Jumlah petani Rata-rata luas
tanah (rumah tangga tanah
tani petani)
usaha
tani(ha)
Bawah
(<0,5 ha)
31
0,27
59
0,25
41
0,63
24
0,7
28
2,2
17
1,8
Tengah
(<0,5 s/d
1 ha)
Atas
(>1ha/1 ha ke
atas)
Baik lapisan atas, maupun lapisan tengah telah mengalami perkurangan
jumlahnya, masing-masing sebesar : 11 dan 17%, tetapi lapisan bawah mengalami
pertambahan sebesar 28%. Sedang rata-rata luas tanah usahatanu pun mengalami
perkurangan, baik lapisan atas sebesar 0,4 ha maupun lapisan bawah sebesar 0,02 ha,
sementara lapisan tengah bertambah sebesar 0,07 ha. Nampaknya, lapisan tengah bergerak
naik ke arah lapisan atas dan untuk mana dapat disederhanakan mellaui penggabungan
lapisan ini ke dalam lapisan atas (24 + 17%), sehingga lapisan atas berjumlah 41% dengan
rata-rata luas 1,16 ha.1)
90
Dengan penyederhanaan di atas, sisa terdapat dua lapisan saja, yaitu : (a) lapisan
bawah dengan rata-rata luas tanah usahatani yang dimiliki atau dikuasai, kurang dari 0,5 ha
dan (b) lapisan atas dengan rata-rata luas 0,5 ha ke atas. Melalui penyederhanaan di atas,
dapat dilihat bahwa dari lapisan tengah, sebagian (24%) terhisap ke lapisan atas dan
sisanya (17%) ke lapisan bawah. Namun, dapat dicatat bahwa pada kedua lapisan, baik
lapisan bawah maupun lapisan atas mengalami kemerosotan luas tanah usahatani yang
dimiliki atau dikuasai yang berarti menyempit atau mengguremnya tanah usahatani para
petani, sebagaimana ditunjukkan oleh perbandingan angka rata-rata luas tanah 1973
dengan 1905 di atas.
Jika keadaan tahun 1973 dibandingkan dengan 1905, terdapat perbedaan (selisih)
persentase petani yang ada pada kedua lapisan, yaitu sebesar 28%, Lapisan bawah,
terutama mereka yang tidak memperoleh kesempatan ekonomi atau lapangan dan
kesempatan kerja di luar sektor usahatani.
Petani lapisan atas atau petani luas dengan rata-rata areal tanah usahatani 0,5 ha
ke atas, dapat dikategorikan sebagai petani yang dapat memperoleh pendapatan yang relatif
cukup dari sumber usahataninya dan relatif mampu cukup dari sumber usahataninya dan
relatif mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sekeluarga sehari-hari. Sedang petani
lapisan bawah atau petani sempit dengan rata-rata luas areal tanah usahatani kurang dari
0,5 ha, dapat dikategorikan sebagai petani yang memperoleh pendapatan dari sumber
usahataninya yang relatif tidak cukup dan dari pendapatan itu relatif tidak mampu
memenuhi kebutuhannya sekeluarga sehari-hari, sehingga mereka ini sangat membutuhkan
pekerjaan lain sebagai sumber yang dapat menambah atau mencakupkan pendapatannya.
Dalam pada itu, petani lapisan atas atau petani luas, selanjutnya disebut petani cukup
(berkecukupan) atau petani mampu, dan petani lapisan bawah atau petani sempit,
selanjutnya disebut petani kurang (berkekurangan) atau petani tak mampu.
Dapat diduga bahwa dikalangan petani cukup, kebanyakannya, mungkin bahwa
dengan pendapatan dari sumber usahatani dan sumber-sumber lainnya, tidak hanya mampu
memenuhi kebutuhan hidup sekeluarga sehari-hari, tetapi juga dapat melakukan investasi
baik disektor uasahatani, maupun disektor lainnya. Sementara itu, dikalangan petani
kurang, kebanyakannya jangankan berinvestasi, untuk memenuhi kebutuhannya sekeluarga
sehari-hari saja, serba berkekurangan. Mereka ini dapat dikategorikan sebagai petani
miskin.
91
Selain dari petani miskin, juga terdapat adanya orang-orang (warga masyarakat)
desa yang sama sekali tidak mempunyai tanah. Berdasarkan Sensus Pertanian 1963 1),
jumlah mereka itu tercatat sebesar 13% dari sejumlah 11,5 juta rumah tangga penduduk
pedesaan Jawa ketika itu dan diduga keras bahwa jumlah ini semakin membesar dan
semakin nyata dari waktu ke waktu. Mereka ini bekerja sebagai buruh tani dan ataupun
buruh neleyan khususnya di daerah-daerah pedesaan dan di kota-kota. Pekerjaan sebagai
buruh tani dan atau buruh nelayan, tidak terbatas pada hanya mereka yang tidak bertanah,
tetapi meluas kepada petani miskin dan petani lapisan bawah, terutama bagi mereka yang
usahataninya sangat sempit atau sangat gurem.
Pertanyaan yang timbul sekarang, ialah tidakkah pengkategorian lapisan-lapisan
di atas semata-mata hanya berwujud statistis yang bersifat artifisial saja, dan tidak
menggambarkan lapisan-lapisan dalam arti sosiologik? Jawaban atas pertanyaan ini,
selanjutnya akan tergambar pada uraian-uraian mendatang, khususnya gambaran mengenai
pertautan status-status dan peranan-peranan antara lapisan atas dengan lapisan bawah dan
sebaliknya, terutama antara petani cukup yang melakukan investasi di dalam dan di luar
sektor usahatani, dengan petani miskin dan buruh tani dan atau buruh nelayan ataupun
buruh di sektor industri dan sektor-sektor lainnya.
Telah disebutkan diatas bahwa areal tanah usahatani, mengalami kemerosotan
yang menjadikan guremnya usahatani. Kegureman usahatani dapat ditolong dengan
pengelolan yang lebih insentif dari sebelumnya dengan penerimaan dan penggunaan
teknologi baru dari waktu ke waktu. Akan tetapi teknologi baru yang selama ini
dimasukkan ke dalam masyarakat desa di berbagai sektor, khususnya di sektor usahatani
melalui program Bimas dan Linmas, sebagai suatu kesempatan ekonomi yang disajikan
kepada para petani, ternyata hanya mampu dimanfaatkan oleh petani lapisan atas atau
petani cukup, seperti telah ditemukan oleh Suwardi1).
Antara petani cukup dengan petani miskin dan buruh tani dan sebagainya
mempunyai hubungan yang erat satu sama lain dalam kelompok-kelompok sosial.
Kelompok-kelompok sosial ini bersifat primer – fungsional sdan sejak lama telah ada
dalam masyarakat di berbagai pekerjaan atau mata pencaharian di daerah dan masyarakat
pedesaan. Baik di sektor pertanian dan perikanan, maupun di sektor industri rumah tangga,
kerajinan tangan dan lain-lain sebagainya.
Terutama di masa lampau, kelompok ini mempunyai fungsi pendidikan
keterampilan bagi petani, penyediaan atau pembukaan lapangan dan kesempatan kerja,
92
pencernaan ide-ide baru, baik yang timbul dari dalam, terutama yang datang dari luar desa
dan seolah-olah sebagai asuransi yang dapat diharapkan memberikan bantuan kepada para
warganya jika diperlukan.
Pimpinan kelompok ini adalah petani lapisan atas atau petani cukup, kalau tak
dapat disebut petani alat dan para pengikutnya adalah petani lapisan bawah atau petani
miskin dan atau buruh atau orang-orang miskin yang ada di desa. Hubungan antara petani
cukup dengan petani miskin dalam kelompok ini, tidak hanya bersegi satu, tetapi bersegi
banyak. Tidak hanya merupakan hubungan antara mereka yang memiliki modal dan alatalat produksi di satu pihak dengan mereka yang hanya memiliki tenaga kerja dan sedikit
ketermpilan di lain pihak. Tidak hanya bersifat hubungan antara majikan dengan buruh,
tetapi juga, bahkan mungkin terutama adalah hubungan antara pemimpin dengan pengikut
atau lebih dari itu, antara bapak dengan anak buah.
Ini berarti bahwa sekian banyak status dan peranan-peranan antara kduanya yang
bertaut satu sama lain, dan tentunya masih banyak lagi yang belum disebutkan atau belum
diperinci. Kesemuanya ini, merupakan jalinan ikatan yang kuat erat antara satu dengan
yang alinnya di dalam kelompok.
Petani lapisan atas atau petani cukup sebagai pemimpin atau bapak, sedikit
banyaknya mempunyai rasa tanggung jawab atas para pengikut atau anak buahnya. Paling
sedikit ia merasa bertanggung jawab moral agar para pengikut atau anak buabnya dapat
bekerja dan hidup. Dalam pada itu tersangkutlah pula statusnya sebagai wiraswasta desa
baik secara sadar maupun tidak. Betapapun kecil kadarnya, sebagai pemimpin atau bapak,
ia turut serta merasakan kemiskinan yang dialami oleh para pengikut atau anak buanya dan
dalam hal ini tidaklah mustahil bahwa ia menafsirkannya sebagai kemiskinan yang dialami
oleh kelompok dimana ia sebagai pemimpinnya. Demikianlah interpretasi ini diwujudkan
dalam tingkah laku atau interaksi antar warga kelompok khususnya antara pemimpin atau
bapak dengan pengikut atau anak buahnya yang menggambarkan terbaginya kemiskinan
itu diantara mereka (shared poverty1), khususnya antara pemimpin atau bapak dengan
pengikut atau anak buahnya, walaupun pembagian itu tentunya tidak merata dimana
porsinya, lebih besar kepada pengikut atau anak buah.
Di bawah tekanan pertumbuhan penduduk yang pesat dan persebarannya yang
tidak merata seraya penggunaan teknologi baru di berbagai sektor hanya menguntungkan
petani lapisan atas atau petani cukup saja, dapat memperluas dan memperdalam
kemiskinan dan ketidaksamaan-ketidaksamaan do dalam masyarakat desa. Pertanyaan
93
sekarang, ialah bagaimana jalan keluarnya, atau bagaimana cara melawan, mengurangi
atau memperkecilnya jika tak dapat menghilangkannya sama sekali.
94
BAB III
KEMISKINAN DAN KEMAUAN MEMBANGUN
Pembangunan, kurang lebih adalah suatu proses perubahan yang kompleks dari
suatu keadaan hidup pada suatu waktu, keadaan hidup selanjutnya di waktu lain yang
relatif lebih baik atau lebih tinggi tingkatannya dari pada sebelumnya menurut sistem nilai
tertinggi dari amsyarakat yang bersangkutan sebagai ukuran atau pedoman tertinggi. Bagi
Indonesia menurut Pancasila sebagai sistem nilai nasional tertinggi.
Dengan istilah keadaan hidup pada suatu waktu, dimaksudkan adalah kenyataan
hidup yang sedang dialami oleh suatu masayaraakt, mulai dari satuan sosialnya terkecil
misalnya kelompok keluarga rumah tangga sampai dengan yang terbesar yaitu bangsa.
Sedang keadaan hidup selanjutnya di waktu lain, dimaksudkan adalah kenyataan hidup
yang diinginkan oleh satuan sosial, masyarakat atau bangsa yang bersangkutan. Kenyataan
hidup pada suatu waktu selanjutnya dapat kita sebutkan Tingkatan Hidup (TH) dan
kenyataan hidup yang diinginkan di lain waktu selanjutnya kita sebutkan Standar Hidup
(SH).
Pada pokoknya, kegiatan pembangunan adalah kegiatan-kegiatan untuk menaikan
TH ke arah SH. Biasanya, pada waktu TH bergerak mendekati SH, SH pun bergerak ke
arah yang lebih tinggi. Demikianlah sehingga sejarah pembangunan suatu masyarakat,
kurang lebih adalah sejarah perkejaran TH ke SH sepanjang waktu, bagi masyarakat atau
bangsa yang bersangkutan.
Keadaan hidup, baik TH maupun SH, terdiri dari komponen-komponen yang
mendukungnya dalam suatu kesatuan atau keseluruhan secara bulat. Komponen-komponen
ini merupakan bagian atau segi-segi dari kehidupan. Anatar lain, misalnya keadaan atau
tingkatan pendidikan, pendapatan, kesehatan, keamanan, musyawarah danm sebagainya1).
Dalam kenyatana hidup yang sedang dialami atau TH suatu masyarakat atau
satuan sosial, besar kecilnya terkandung suatu kompleks kemungkinan untuk berubah dan
berkembang ke arah yang lebih baik atau lebih tinggi tingkatannya. Kompleks
kemungkinan inilah yang kurang lebih dimaksudkan orang dengan istilah potensi.
Salah satu bagian dari potensi, adalah aspirasi. Aspirasi, kurang lebih sama artinya
dengan apa yang disebut : kemauan untuk maju atau n’ Ach (need for Achievement) oleh
Mc Clelland2) yang berarti kemauan untuk berubah ke arah yang lebih baik. Pengertian ini,
dicoba menamakannya disini dengan “kemauan membangun”.
95
Pada hakekatnya, potensi yang terkandung dalam TH yang menggerakannya ke
arah mendekati SH, terutama kemauan membangun sebagai bagian utama dari potensi.
Akan tetapi hanyalah TH tertentu yang dapat mengandung dan melahirkan kemauan
membangun atau tekad untuk membangun. Pada TH yang sangat rendah tak dapat
melahirkanya. Ada kemungkinan bahwa tingkat tertentu ini bervariasi antar ruang dan
waktu dan antar satuan sosial ataupun masyarakat. Rasanya, kita belum mempunyai
penelitian mengenai hal ini. Akan tetapi dapat diduga bahwa TH yang berada di sekitar
atau di bawah garis kemiskinan1), akan demikian halnya yaitu tak mampu melahirkan
kemauan membangun atau kemauan untuk berubah.
Tidak mustahil bahwa pada waktu Boeke (1910)2 ) melakukan penelitian di
daerah pedesaan Indonesia, Thmasyarakat desa Indonesia pada masa itu demikian
rendahnya sehingga tidak memperlihatkan kepada Booke tentang adanya kemauan
membangun
atau
kemauan
untuk
berubah.
Demikianlah
sehingga
Booke
mengkualifikasikan secara deterministik bahwa masyarakat Indonesia statis, khususnya
masyarakat desa. Akan tetapi kemudian sesudah perang Dunia ke II terutama setelah
Indonesia merebut kembali kemerdekaannya, apa yang ditemukan hingga sekarang,
ternyata jauh dari gambaran itu. Berdasarkan penemuan Suwardi, Sayogyo1) dengan
jelasmenunjukan bahwa : “Jika menurut gambaran Booke garis batas antara dunia ekonomi
Barat dan desa tradisional terletak antara “kota” (atau “perkebunan besar”) dan “desa”
boleh dikatakan bahwa garis batas itu sudah beralih ke tengah-tengah masyarakat desa :
petani lapisan atas telah tercakup unsur “kota”.
Pertanyaan sekarang ialah apakah TH masyarakat desa sekarang ini cukup
melahirkan kemauan membangun? Bagaimanapun, hasil-hasil pembanguan selama ini,
terutama sesudah Orde Baru, telah meningkatkan TH masyarakat desa, terutama lapisan
atas. Karena itu untuk masyarakat desa lapisan atas adalah suatu yang tak dapat
disangsikan ada dan besarnya. Akan tetapi bagi lapisan bawah atau petani kiskin termasuk
buruh tani dan sebagainya, terutama mereka yang mempunyai TH khususnya tingkat
pendapatan yang berada di sekitar atau di bawah garis kemiskinan, masih merupakan
persoalan.
Dalam uraian berlalu, telah kita gambarkan bagaimana kemiskinan terbagi dalam
kelompok yang diwujudkan oleh pertautan status-status dan peranan-peranan di dalamnya.
Kurang lebih demikian pula halnya dengan pembagian pendapatan yang juga sejalan
dengan pembagian status dan peranan. Tetapi juga, petani lapisan bawah sebagai pengikut
96
ketularan kemauan membangun dari petani lapisan atas sebagai pemimpin atau bapaknya.
Penularan ini, hanya efektif dalam ikatan kelompok. Karena itu maka kelompok-kelompok
ini merupakan kekuatan sosial yang nyata ada di daerah dan masyarakat pedesaan.
Pertanyaan sekarang, ialah apakah kemauan membangunan yang ada atau yang
ditularkan kepada petani lapisan bawah atau petani miskin termasuk buruih tani dan
sebagainya sebagai pengikut atau anak buah ini, cukup besar? Hal ini memang dapat
dipertanyakan jika diingat bahwa orang-orang miskin, biasanya mempunyai rasa
inferioritas dan rasa ketergantungan yang besar baik secara sosial ekonomik maupun sosial
psikhologik sebagaimana telah disinggung pada awal tulisan ini. Lebih dari itu, juga
seringkali mempunyai rasa percaya diri yang rendah.
Besar kecilnya kemauan membangun bagi petani lapisan bawah atau petani
miskin termasuk buruh tani dan sebagainya bergantung kepada besar kecilnya bagian hasil
khususnya bagian pendapatan yang diperolehnya dalam skala kelompok dan skala
masyarakat desa pada umumnya. Dapat terjadi bahwa semakin besarnya bagian hasil yang
diperolehnya, semakin besar pula kemauan membangun baginya. Karena itu maka
kebijaksanaan pembangunan yang sedang berjalan sekarang dengan penekanannya pada
pemerataan pembagian hasil-hasil pembangunan, akan banyak menolong.
Pemasukan teknologi baru selama ini ke dalam masyarakat desa khususnya di
sektor pertanian, lebih banyak memberikan keuntungan ekonomi kepada petani lapisan
atas atau petani cukup dan semakin menempatkannya pada posisi yang kuat, sementara
petani lapisan bawah atau petani miskin terutama buruh tani, ketinggalan jauh di belakang
bahkan terhimpit dengan menyempitnya lapangan dan kesempatan kerja dengan
pendapatan yang tetap kecil ataupun semakin kecil dan semain menempatkannya pada
posisi yang lemah atau paling lemah, dan melemahnya ikatan antara bapak dengan anak
buah sebagaimana kurang lebih digambarkan oleh sayogyo
Sesungguhnya, keadaan yang demikian ini dapat memperbesar arus transmigrasi
dari Jawa ke daerah lain di luar Pulau jawa. Akan tetapi hal ini agaknya tidaklah demikian.
Dalam hal ini dapat diperkirakan bahwa ikatan kelompok, ikatan antara pemimpin atau
bapak dengan para pengikut atau anak buahnya relatif masih kuat erat. Dalam skala
masyarakat desa, ini berarti bahwa hubungan atau ikatan antara petani lapisan atas atau
petani cukup dengan petani lapisan bawah atau petani kiskin termasuk buruh tani dan
sebagainya juga masih kuat.
97
98
BAB IV
MOBILISASI PEMBANGUNAN
Seperti telah disebutkan dalam uraian sebelum ini, pembangunan adalah proses
perubahan yang kompleks ke arah yang lebih baik atau peningkatan secara terus–menerus.
Apa atau siapa yang berubah, siapa yang merubah atau melakukan perubahan dan untuk
siapa perubahan–perubahan itu, semuanya berfokus kepada subyek pembangunan. Dalam
skala msyarakat desa, subyek pembangunan tidak lain dari masyarakat desa itu sendiri.
Sedang masyarakat desa, tidak lain adalah manusia atau orang-orang desa dalam status dan
peranan masing-masing.
Dalam pola umum Pembangunan Jangka Panjang Republik Indonesia, antara lain
disebutkan bahwa :
Pembanguann nasional dilaksanakan di dalam rangka pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh Masyarakat Indonesia. Hal ini berarti
bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar kemajuan lahiriah, seperti pangan, sandang,
perumahan, kesehatan dan sebagainya, atau kepuasan batiniah seperti pendidikan, rasa
aman, bebas mengeluarkan pendapat yang bertanggung jawab, rasa keadilan dan
sebagainya, melainkan keselarasan, keserasian dan keseimbangan antara keduanyabahwa
pembangunan itu harus merata diseluruh Tanah Air ; bahwa bukan hanya untuk suatu
golongan atau sebagian dari masyarakat, tetapi untuk seluruh masyarakat dan harus benarbenar dirasakan oleh seluruh Rakyat sebagai perbaikan tingkat hidup, yang berkeadilan
sosial, yang menjadi tujuan dan cita-cita kemerdekaan kita.
Sesuai dengan apa yang dikemukakan di atas, khususnya yang disebutkan
terkahir, bahwa pembanguan bukan hanya untuk sesuatu golongan atau sebagian dari
masyarakat, tetapi untuk seluruh masyarakat dan harus benar–benar dirasakan oleh seluruh
Rakyat sebagai perbaikan tingkat hidup, pada pokoknya mengandung arti “mobilisasi”.
Dalam lingkungan desa, seluruh warga masyarakat memobilisasikan atau menggerakan diri
dalam pembangunan. Tiap orang mengambil bagian atau berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan yang berarti bahwa tiap orang melakukan atau memainka perananperanannya masing-masing, dan memperoleh bagian hasil dari padanya. Semakin banyak
99
peranan dan semakin tinggi nilai peranan yang dilakukan atau dimainkan, semakin
besarlah bagian hasil yang diperoleh.
Peranan–peranan dari seseorang diusahakan dan diperoleh dalam kelompok yang
bertaut atau berjaring dengan peranan-peranan orang lain dalam kelompok yang
bersangkutanyang diarahkan kepada perubahan-perubahan. Dalam pada itu, orang-orang
desa hanya dapat memobilisasikan diri dalam kelompok-kelompok dan mobilisasi ini akan
lebih intensif dalam kelompok-kelompok yang berskala kecil dala arti bahwa jumlah dan
komposisi warganya masih lebih memungkingkan terjadinya interaksi dan komunikasi
langsung, satu sama lain. Dalam kelompok-kelompok kecil, biasanya orang-orang desa
relatif lebih mudah berpartisipasi dan akan lebih efektif, dengan koordinasi. Baik
partisipasi dalam bentuk daya (tenaga kerja) dan dana (semampunya), maupun dalam ideide atau pikiran dalam berbagai kegiatan pembangunan. Dalam kelompok-kelompok kecil,
orang-orang desa lebih mampu mengemukakan pikiran dan pendapatnya dalam rangka
pencernaan ide-ide dan pelaksanaan pembangunan.
Dari uraian di atas, nampak betapa dibutuhkannya kelompok-kelompok
khususnya kelompok-kelompok kecil dalam rangka mobilisasi pembangunan. Dalam pada
itu, tibalah kita pada pertanyaan bahwa apakah kita menggunakan saja kelompokkelompok yang sudah ada dan nyata tersedia dalam masyarakat, yaitu kelompok-kelompok
yang para warganya terdiri dari petani lapisan atas atau petani cukup sebagai bapak atau
pemimpinnya dengan petani lapisan bawah atau para petani miskin termasuk buruh tani
dan sebagainya sebagai anak buah atau pengikutnya, ataukah kita membutuhkan adanya
kelompok–kelompok baru, yang mungkin dapat dibentuk, dibina dan dikembangkan ke
arah atau ke dalam suatu struktur yang dikehendaki dalam hubungannya dengan tujuantujuan pembangunan.
Keinginan untuk dibentuk atau terbentuknya kelompok-kelompok baru dengan
struktur baru yang lebih sesuai dengan yang dikehendaki, mungkin untuk sebagian
besarnya beralaskan bahwa kelompok-kelompok yang ada di daerah dan masyarakat
pedesaan sekarang ini seperti yang telah diuraikan diatas, strukturnya kurang atau tidak
memungkinkan
pemerataan
kegiataan
pembangunan
dan
pembagian
hasil-hasil
pembangunan dan strukturnya itu sudah tidak dapat diperbaiki lagi sesuai dengan yang
dikehendaki, atau pun jika itu dapat, akan berlangsung dalam jangka waktu lama, sedang
kebutuhan akan kelompok dengan struktur tertentu yang dikehendaki, sudah mendesak.
100
Di lain pihak, keinginan untuk menggunakan kelompok-kelompok yang ada
sekarang sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, untuk sebagian besarnya beralaskan
bahwa kelompok-kelompok yang ada sekarang merupakan potensi sosial yang tersedia
yang dapat berkembang ke arah yang lebih baik khususnya strukturnya dapat berubah dan
berkembang ke arah yang lebih sesuai dengan keinginan dan tujuan-tujuan pembangunan,
yang hal mana banyak bergantung pada pembinaan dan pengarahkan kita kepada tujuantujuan itu. Untuk membentuk kelompok-kelompok baru, yang benar-benar berwujud
sebagai kelompok, juga membutuhkan waktu lama. Bahkan pemberian beban yang
biasanya relatif berat kepada kelompok baru yang kelompok mana sesungguhnya baru
dalam proses mewujudkan diri menjadi suatu yang benar-benar merupaka kelompok,
seringkali dapat melambatkan proses itu sendiri, sehingga kurang dapat memobilisasikan
diri.
Kelompok–kelompok yang ada dengan strukturnya sekarang, dimana petani
lapisan atas atau petani cukup sebagai bapak atau pemimpin berada pada posisi yang kuat
sementara petani lapisan bawah atau petani miskin termasuk buruh tani dan sebagainya
berada pada posisi yang lemah, terutama jika dilihat secara terpisah, tak dapat disangkal
kemungkinannya untuk lebih menampakan negleksi (pengabaian) ataupun eksploitasi
(pemerasan) dari pada mobilisasi, jika tidak dengan bimbinga dan pengarahan yang cermat
dan efektif kearah tujuan-tujuan pembanguan, khususnya kepada pemerataan kegiatan dan
pembagian hasil pembanguan.
Pembentukan kelompok-kelompok baru, untuk sebagian akan berwujud
pemisahan petani lapisan bawah atau petani miskin termasuk buruh tani dan sebagainya
dari petani lapisan atas atau petani cukup yang hal ini berarti pemisahan anak buah atau
pengikut dari bapak atau pemimpinnya. Selanjutnya, hal ini banyak sedikitnya berarti
penjebolan (secara tidak langsung) kelompok-kelompok yang ada. Dalam pada itu sejauh
ikatan-ikatan atau pertautan dan penjaringan peranan antara pemimpin atau bapak dengan
para pengikut atau anak buah sudah sedemikian lemahnya sehingga si pemimpin atau si
bapak telah memandang atau menilainya para pengikut atau anak buahnya tidak lebih dari
suatu beban yang memberatkan saja baginya, maka pemisahan ini mungkin akan berarti
sebagai suatu rasionalisasi dan hal ini mungkin akan berlangsung dengan mudah. Akan
tetapi bila tidak demikian, maka kelompok-kelompok akan beraksi untuk mempertahankan
eksistensinya yang hal mana akan menyerap energi yang tidak sedikit.
101
Petani lapisan bawah atau petani miskin bersama dengan buruh tani dalam suatu
kelompok yang baru dimana kepemimpinan ataupun kebapakan dalam kelompok baru ini
sementara dalam proses mewujudkan yang menelan waktu yang tidak singkat, aspirasi atau
kemauannya untuk membangun akan menjadi pertanyaan sebagaimana telah dikemukakan
dalam uraian-uraian sebelum ini. Tidak mustahil bahwa aspirasi atau kemauan membangun
akan merendah atau mengecil yang hal mana bertalian dengan rasa percaya diri yang lebih
merendah setelah terpisah dari pemimpin atau bapaknya secara artifisial, dan hal ini akan
nampak seolah-olah sebagai suatu kelesuan. Akan tetapi jika hal ini dapat dilalui dan
berjalan terus, tidak mustahil bahwa pada gilirannya, kelompok-kelompok baru yang
dibentuk akan benar-benar merupakan suatu kelompok dengan kepemimpinan yang
mungkin dinamik dengan kemauan membangun yang besar dan dengan demikian
mobilisasi pembangunan dapat terjadi. Namun, dapat diperkirakan bahwa prosesnya akan
menelan waktu yang tidak singkat.
Mana diantara dua kemungkinan untuk mobilisasi pembanguan yang telah
dikemukakan di atas yang :
a. Dapat lebih cepat dan lebih mudah dimanfaatkan,
b. Lebih efesien dan lebih efektif,
c. Lebih kecil resiko–resiko,
d. Lebih pragmatis ataupun lebih ideal dan lain-lain seginya,
secara pasti belum dapat ditentukan disini. Hal ini kiranya banyak bertalian dengan kearah
mana mobilisasi petani lapisan bawah atau petani miskin dan buruh tani itu dilakukan
dalam rangka pembangunan. Akan tetapi mengenai hal ini akan dikemukakan nanti pada
bagian akhir bab ini.
Sebelum memasuki uraian yang dijanjikan ini dan sebagai uraian terakhir pada
bab ini, di bawah ini dikemukakan sebuah gagasan dari seyogya sebagai berikut :
Pembentukan Badan Usaha Buruh Tani (BUBT)
Pembentukan BUBT dimulai den2gan pelaksanaan Land Reform tetapi justru
Land Reform ini dikenakan kepada mereka yang paling gurem usahanya, yaitu petani yang
mempunyai tanah kurang dari luasan minimal tertentu untuk berusaha tani yang layak.
Tanah-tanah mereka itu dibeli oleh pemerintah dan kemudian dititipkan sebagai tanah
negara yang selanjutnya diurus oleh BUBT di desa. Uang harga tanah termksud sebagian
2
Sayogyo, Kata Pengantar dalam dalam Penduduk dan Kemisikinan; Masri Singarrimbun
dan D.H. Penny, Bharatara. Karya Aksara, Jakarta, 1976, halaman 17-21.
102
dijadikan modal BUBT, baik modal untuk usaha bersama maupun modal yang
dipinjamkan pada anggota, untuk usaha perorangan. Modal dari Badan Usaha ini selain
berasal dari harga tanah tersebut di atas, juga diperoleh dari kredit tambahan modal sebagai
suatu badan usaha dan sebagainya.
Land Reform pada tarap gurem ini tak dapat dimulai, tanpa meneruskan bahkan
memperbaiki atau menyempurnakan Land Reform tahun 1960 yang memasang luas
maksimum tanah milik. Perbaikan dan penyempurnakannya antara lain adalah semua ganti
rugi yang telah dijanjikan kepada pemilik tanah, diselesaikan, batas – batas maksimum
tanah milik mungkin perlu ditinjau kembali, tanah bengkok dan tanah-tanah desa perlu
ditinjau kembali fungsinya dan jika dipertahankan, dalam hal luasnya perlu ada batas
maksimum.
Badan Usaha termaksud ini diadakan pada tiap desa dan sebaiknya tiap desa
hanya satu badan usaha. Akan tetapi jika keadaan tak memungkin, dapat saja bermula
dengan lebih dari satu yang seterusnya diarahkan untuk digabungkan menjadi satu.
Pemimpinnya, adalah tokoh yang mereka pilih sendiri yang diberi tempat sebagai anggota
baru pamong desa selama fase pertama atau fase peralihan. Pelaksana program pembinaan
badan usaha ini, sebaiknya adalah Departemen Dalam Negeri (c.q. Agraris dan PMD)
dengan dukungan Departemen Nakerstranskop.
Dalam tahap Badan Usaha, bimbingan diberikan oleh PMD yang sudah diserahi
urusan pembinaan dalam hal subsidi desa. Setelah mana peralihan 3 tahun dan tahun Badan
Usaha tersebut dilalui dengan baik, atau Kooperasi Buruh Tani (KBT) dimasuki, dimana
peranan pembinaan bidang koperasi akan makin nyata. (Departemen makertranskop).
Dalam fase itu, ketua KBT itu tak termasuk (lagi) pamong desa, melainkan lebih tepat
duduk dalam Badan Musyawarah Desa. Dalam hal-hal “bantuan teknik” (bidang pertanian
dan kredit) unsur-unsur aparat pemerintah yang sekarang mendukung Program Bimas dan
membina BUUD dan KUD juga dapat diberi tugas membantu pertumbuhan usaha Badan
Usaha (maupun koperasi) Buruh Tani itu, ditambah untuk “Industri Kecil”, “transport” dan
lain-lain.
Alasan bagi Sayogyo dalam mengemukakan gagasan yang kurang lebih seperti
yang digambarkan di atas, pada pokoknya adalah bahwa dari pada membiarkan petani
miskin dan buruh tani ini berusaha secara sendiri–sendiri di atas tanah usaha kecil, tanpa
masa depan yang layak, lebih baik mempersatukan mereka dalam satuan-satuan badan
usaha di tiap desa di bawah tokoh pilihan mereka sendiri. Dari mereka terombang ambing
103
dalam nasib dengan ikatan para pemimpin lokal mereka yang serba cukup di desa ataupun
di kota, lebih baik mereka itu secara sadar memilih kebijaksanaan sendiri untuk
memperbaiki keadaan hidupnya.
Apa yang digagaskan oleh Sayogyo yang kurang lebih telah digambarkan di atas,
merupakan wadah bagi petani lapisan bawah dan petani miskin dan buruh tani, untuk
dimobilisasikan atau memobilisasikan diri dalam rangka pembangunan. Wadah ini
(BUBT), rupanya lebih dekat pada bentuk yang kami kemukakan kedua di atas yaitu suatu
kelompok yang baru, dengan struktur yang dikehendaki.
Sekarang, tibalah kita pada persoalan tentang kearah mana petani miskin termasuk
buruh
tani
dan
sebagainya,
sebaik
dan
semungkinnya
dimobilisasikan
atau
memobilisasikan diri dalam rangka pembangunan. Ini berarti bahwa sektor-sektor mana
mereka itu dapat meluaskan peranan-peranannya atau memainkan peranan-peranan baru.
Hal ini, sangatlah erat pertaliannya dengan perluasan lapangan dan kesempatan kerja yang
telah ada dan penciptaan atau pembukaan lapangan dan kesempatan kerja yang baru.
Berbicara tentang perluasan lapangan dan kesempatan kerja yang telah ada serta
pembukaan lapangan dan kesempatan kerja baru, kita sadari sepenuhnya bahwa pekerjaan
ini adalah suatu yang tidak mudah dilaksanakan. Namun, tidaklah berarti bahwa
seluruhnya adalah tugas atau pekerjaan pemerintah. Karena itu teringatlah kita akan
wiraswasta yang kita punyai sekarang, baik yang ada di kota-kota, maupun yang ada di
daerah dan masyarakat pedesaan. Terutama pada tahap-tahap awal dan dalam bentuk
tertentu, sangat diperlukan keterampilan pemerintah khususnya dalam hal penciptaan
mekanisme, situasi dan kondisi yang mendukung perkembangan ke arah itu, tetapi pada
hematnya yang merupakan subyek memainkan peranan-peranan utama adalah wiraswasta.
Pertanyaan yang imbul sekarang, ialah siapa-siapakah yang merupakan
wiraswasta kita dewasa ini, khususnya yang berada di desa-desa ? Tidak syak lagi, adalah
mereka yang ditemukan oleh Suwardi sebagai orang-orang yang dapat dikualifikasikan
sebagai orang-orang modern ; mempunyai motivasi dan simpati yang tinggi, fatalisme
yang kurang, jaringan hubungan yang lebih luas termasuk hubungannya dengan unsurunsur atas desa, usahatani yang lebih luas dan menerima banyak teknologi pertanian baru
dengan memperhatikan segi pemasaran, hidup hemat dan lebih besar investasinya dalam
usaha mencari nafkah, adalah petani lapisan atas atau petani cukup yang telah tercakup
masuk ke dalam unsur kota sebagaimana telah kita sebutkan, tetapi juga adalah pemimpinpemimpin atau bapak-bapak dari petani lapisan bawah atau petani miskin termasuk buruh
104
tani dan sebagainya, dalam kelompok-kelompok sosial, yang telah digambarkan dalam
uraian-uraian lalu. Paling kurang, sebagian dari mereka itu yang mempunyai sifat-sifat
yang disebutkan di atas, yang sifat-sifat mana kurang lebih menggambarkan sifat-sifat
yang biasanya dimiliki oleeh wiraswasta.
Dalam wadah kelompok-kelompok ini petani miskin termasuk buruh tani dan sebagainya
di bawah pemimpin-pemimpin atau bapak-bapaknya dibimbing dan diarahkan kepada
perluasan lapangan dan kesempatan kerja yang telah ada dan pembukaan lapangan dan
kesempatan kerja baru. Dalam hal ini mungkin sekali akan banyak nampak bahwa
bimbingan dan pengarahan yang diberikan, tidak langsung kepada petani miskin dan buruh
tani, tetapi kepada petani lapisan atas atau petani cukup. Akan tetapi bimbingan dan
pengarahan itu diberikan kepada mereka itu, dalam kedudukannya sebagai wiraswasta,
tetapi juga sebagai pemimpin kelompok, sebagai bapak dari para petani miskin dan buruh
tani yang menjadi pengikut atau anak buahnya, agar lapangan dan kesempatan kerja
terbuka luas bagi kelompok yang menguntungkan bagi kelompok yang hal mana berarti
menguntungkan bagi para pengikut dan pemimpin dalam kelompok. Dengan kata lain,
berarti bahwa bimbingan dan pengarahan ditujukan untuk mengembangkan usaha-usaha
mereka, tetapi didalamnya secara langsung petani miskin dan buruh tani disangkutkan.
Tentu saja harus disertai dengan kecermatan atau kewaspadaan akan ranjau-ranjau
eksplotatip dalam perkembangannya.
Ke arah mana usaha-usaha mereka itu dapat dikembangkan yang sekaligus berarti ke arah
mana petani miskin termasuk buruh tani dan sebagainya akan dimobilisasikan dalam
rangka pembangunan, dapat dikemukakan bahwa adalah mungkin di sektor industri,
terutama industri-industri kecil di daerah-daerah pedesaan. Mungkin bermula dengan
pengembangan industri rumah tangga dan kerajinan tangan terutama yang erat
hubungannya dengan pertanian (agro industry). Baik pengolahan hasil-hasil pertanian dan
kebutuhan sehari-hari, maupun pembuatan alat-alat sederhana untuk produksi pertanian
dalam arti luas. Bagi daerah-daerah pedesaan pantai khususnya masyarakat desa nelayan,
mungkin dapat dilakukan pengembangan perikanan laut kita dengan menperluas daerah
penangkapan ke perairan-peralran lepas pantai.
Dalam gagasan tentang pembentukan BUBT yang dikemukakan oleb Sayogyo, di
dalamnya tercakup pula tentang ke arah mana petani miskin dan buruh tani dimobilisasikan
diri dalam rangkan pembangunan. Dalam gagasan itu dikemukakan bahwa disamping
usaha tani (secara komunal ?), juga berfungsi sebagai pemborong pekerjaan dimana para
105
anggotanya tampil ke depan dalam hal proyek-proyek padat karya maupun pasaran tenaga
kerja umum di desa, dan diberikan latihan keterampilan untuk perbaikan kualitas tenaga
kerja mereka guna memudahkan memperoleh pekerjaan dengan upah yang lebih baik.
Selain dari itu, juga BUBT dapat berfungsi mempersiapkan anggota-anggotanya untuk
menjadi transmigran.
Menurut Sayogyo, selama daya serap dibidang nafkah sekunder dan tersier
terbatas (mungkin yang dimaksudkan disini adalah termasuk industri-penulis), bagi
golongan tersebut (yang dimaksudkan disini mungkin adalah golongan petani miskin
termasuk buruh tani dan golongan lemah lainnya-penulis) yang punya otot-otot lengan dan
kaki yang kuat, dan juga punya daya pikir yang dapat diharapkan masih ada beberapa
fungsi dukungan pada kelestarian pertanian di Jawa yang dapat dipercayakan kepada
mereka. Dalam pada itu Sayogyo memberikan gagasan lebih lanjut sebagai berikut :.
Pertama, penghijauan secara tuntas tanah yang rusak, baik di desa atau di wilayah
hutan, disertai usaha membangun teras-teras pengendali erosi. Setelah kemunduran sejak
pecah perang Pasifik, bukan main beratnya tugas ini : jika tak berhasil dalam 10 tahun,
akan sulit dapat tertolong. Soal ini bukan terutama besarnya biaya (kini sudah tersedia
sampai mendekati 40 milyar setahun untuk reboisasi/ penghijauan), melainkan soal
organisasi : untuk menjamin bahwa bibit pohon nyata tumbuh tak terganggu, hanya ada
satu jalan yaitu memberikan kepercayaan kepada golongan petani gurem dalam kelompok
mereka yang juga dapat mengeyam hasil bertanam itu. Dengan melepaskan “sistem
tumpangsari” di tanah hutan kepada kelompok-kelompok buruh tani itu diberikan
wewenang untuk mengelola (petunjuk teknis tetap disediakan) dan hak memungut hasil,
sebagai bagian dari rencana pekerjaan kelompok (bukan perorangan) yang sudah disetujui
bersama (KUD dan sebagainya). Kecuali bagian hutan yang berisi pohon jati (tetap pada
negara) lain jenis hutan produksi dapat dialihtangankan kepada kelompok-kelompok buruh
tani yang dilatih cara mengelola hutan produksi dan juga lestari. Sebagai hasil sampingan
barulah terjamin persediaan air di pegunungan, baik untuk air minum maupun untuk
irigasi. Akhirnya pada manfaatnya biaya perbaikan bangunan irigasi besar yang sudah
ratusan milyar rupiah : ada cukup air yang dapat dibagi-bagikan.
Pada awal Repelita II diperhitungkan bahwa penghijauan dan usaha lain
mengatasi erosi di pegunungan (termasuk menggali parit drainase) akan dapat menyerap
sampai hampir 1.000 orang-hari per hektare, tapi dalam kenyataan dengan memilih cara
106
kontruktor yang mengerahkan buruh padat karya tak sampai 1.000 orang-hari per hektare
yang terserap, dan sebagian besar bibit setelah ditanam dicabut orang pula.
Peluang kerja untuk pengelolaan bersama dalam kelompok kecil buruh tani adalah
urusan irigasi tersier/kwarter, sampai pembagian rapi air itu ke tiap petak sawah petani.
Jika menggali saluran tersier baru termasuk pekerjaan itu, kelompok itu pula memberikan
jasa-jasanya. Para petani yang dilayani member imbalan jasa kepada meraka (lewat
kelompok) dan jika ada dana bantuan dari pemerintah, kepada mereka pula disalurkan.
PPPA yang mempersatukan petani untuk mengatur air, begitu pula Dana Tirta dengan
fungsi berupa (masing-masing baru dalam tahap percobaan/perintisan) dapat dipandang
sebagai kelompok alternatif. Jika petani lapisan atas (seluas 1,2 ha rata-rata) toh sudah
terbiasa memakai buruh tani untuk sebagian besar pekerjaan di sawah, (istilah “usahatani
keluarga”-family farm, sudah salah kaprah untuk golongan itu), mungkin sekali peklerjaan
mengatur air irigasipun bisa saha mereka borongkan kepada kelompok buruh tani yang
melakukan fungsi itu.
Peluang ketiga adalah pemanfaatan hasil penghasilan/reboisasi yang memilih
proyek yang dapat menghasilkan (antara lain pohon Albazia yang setelah 5 tahun
menghasilkan kayu bangunan, sebelum itu kayu penjaringan untuk kayu bakar, rumputan
untuk ternak, dan sebagainya). Industri kecil dan kerajinan desa sebagian penting akan
berupa industri perumahan murah. Dalam pengembangan kemampuan ini (mencakup
keterampilan pertukangan) kelompok buruh tani pun dapat berjasa. Jelas untuk sebagian
besar penduduk desa jasa-jsas dalam pemugaran dan pendirian rumah akan memilih cara
kerjasama yang paling sesuai, jauh daru sistem real estate atau perumnas. Dalam rangka
ini, penting mendudukan wewenang soal hak tanah, yaitu hak atas pekarangan untuk
perumahan sendiri. Pada siapapun wewenang itu dilimpahkan, dengan berkelompok buruh
tani dan lain golongan paling lemah akan melakukan kontrol sosial.
Apa yang dikemukakan oleh Sayogyo di atas ini sebagai gagasan kedua (lanjutan0
mungkin (agaknya) merupakan fungsi bagi BUBT. Namun, BUBT sebagai gagasan beliau
yang pertama tidak pernah disebut-sebutnya lagi, dalam gagasannya yang kedua ini,
kecuali beliau menyebut-nyebut kelompok. Dengan demikian, jika dihubungkan antara
gagasan beliau yang pertama dengan yang kedua, maka mungkin BUBT inilah yang
dimaksudkan sebagai kelompok, dan isi dari gagasan kedua merupakan fungsi kelompok.
107
BAB V
PENUTUP
Mobilisasi petani miskin terutama buruh tani dan golongan lemah lainnya khususnya di
daerah pedesaan Jawa, ke arah pelestarian pertanian di Jawa yang digagaskan oleh
Sayogyo, merupakan suatu gagasan yang besar kemungkinannya dapat segera menolong
para petani miskin dan buruh tani serta golongan lemah lainnya dan dalam jangka
panjang menolong kita semua. Dalam hubungan ini, secara optimistik, gagasan ini tidak
hanya bermanfaat untuk Pulau Jawa, tetapi juga di luar Pulau Jawa terutama jika
dihubungkan dengan pelestarian tanah pertanian ataupun lingkungan alam pada
umumnya. Dalam pada itu, perlu dipelajari kemungkinan perwujudannya atau
realisasinya, jika gagasan ini memperoleh tempat dalam pemikiran untuk pembangunan
khususnya dalam memerangi atau menghilangkan kemiskinan.
Hanya saja perlu dikemukakan di sini bahwa kelompok-kelompok sosial yang
telah ada dan nyata hidup dalam masyarakat pedesaan, perlu dipertimbangkan untuk
dipelajari kemungkinan penggunaan atau pemanfaatannya sebagai salah suatu wadah. Ada
kemungkinan bahwa sebagian dari pekerjaan yang mungkin dilakukan oleh petani miskin
dan buruh tani serta golongan lemah lainnya dalam memobilisasinya di sektor pelestarian
tersebut, dapat dilakukan dalam wadah kelompok-kelompok sosial yang telah ada,
disamping yang lainnya dengan wadah BUBT, Koperasi dan sebagainya. Dalam pada itu
sekaligus akan terlihat wadah mana yang lebih baik.
Mempelajari kelompok-kelompok sosial yang ada dan nyata hidup di daerah an
masyarakat pedesaan sekarang, dari berbagai seginya, khususnya dari segi-segi hubungan
antara pemimpin dengan pengikutnya, bukan saja dapat memberikan keteranganketerangan yang bermanfaat untuk maksud ini, tetapi juga dapat memberikan bahan-bahan
untuk dapat mengambil suatu sikap obyektif terhadap kelompok-kelompok sosial
termaksud. Dalam pada itu ada kemungkinan bahwa tidaklah setiap kali kita menghendaki
berjalannya suatu atau beberapa fungsi, lalu segera kita membentuk organisasi atau pun
lembaga baru, sementara fungsi-fungsi itu mungkin saja dapat dilakukan oleh organisasiorganisasi ataupun lembaga-lembaga yang telah ada.
108
BAB IX
MEMBANGU JIWA KEWIRSUSAHAAN
2.1.1 Pengertian Kewirausahaan
Istilah wirausaha muncul kemudian setelah dan sebagai padanan wiraswasta yang
sejak awal sebagian orang masih kurang sesuai dengan kata swasta. Persepsi tentang
wirausaha sama dengan wiraswasta sebagai padanan entrepreneur. Perbedaannya adalah
pada penekanan pada kemandirian (swasta) pada wiraswasta dan pada usaha (bisnis) pada
wirausaha.
Istilah wirausaha kini makin banyak digunakan orang terutama karenamemang
penekanan pada segi bisnisnya. Walaupun demikian mengingat tantangan yang dihadapi
oleh generasi muda pada saat ini banyak pada bidang lapangan kerja, maka pendidikan
wiraswasta mengarah untuk survival kemandirian seharusnya lebih ditonjolkan. Wirausaha
adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam
menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atauidupnya. Ia bebas merancang,
menentukan mengelola, mengendalikan semuasahanya. Sedangkan kewirausahaan adalah
suatu sikap, jiwa dan kemampuanntuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai
dan berguna bagi dirinya dan orang lain.
Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah orang yang berjiwa
berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan Berjiwa
berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa
diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak pasti. (Kasmir, 2007 : 18).
Beberapa definisi tentang kewirausahaan berdasarkan para ahli menurut Soesarsono
Wijandi (2002) diantaranya adalah sebagai berikut:
Richard Cantillon (1775)
Kewirausahaan
didefinisikan
sebagai
bekerja
sendiri
(self-employment).Seorang
wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa
yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada
bagaimana seseorang menghadapi resiko atau ketidakpastian.
Jean Baptista Say (1816)
Seorang wirausahawan adalah agen yang menyatukan berbagai alat-alat produksi dan
menemukan nilai dari produksinya.
Frank Knight (1921)
109
Wirausahawan mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Definisi ini
menekankan pada peranan wirausahawan dalam menghadapi ketidakpastian pada dinamika
pasar. Seorang wirausahawan disyaratkan untuk melaksanakan fungsi-fungsi manajerial
mendasar seperti pengarahan dan pengawasan.
Joseph Schumpeter (1934)
Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan
di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam
bentuk (1) memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, (2) memperkenalkan
metoda produksi baru, (3) membuka pasar yang baru (new market), (4) Memperoleh
sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, atau (5) menjalankan organisasi
baru pada suatu industri. Schumpeter mengkaitkan wirausaha dengan konsep inovasi yang
diterapkan dalam konteks bisnis serta mengkaitkannya dengan kombinasi sumber daya.
Penrose (1963)
Kegiatan kewirausahaan mencakup indentifikasi peluang-peluang di dalam sistem
ekonomi. Kapasitas atau kemampuan manajerial berbeda dengan kapasitas kewirausahaan.
Harvey Leibenstein (1968, 1979)
Kewirausahaan mencakup kegiatan-kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau
melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum
teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui
sepenuhnya. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan
dikatakan sebagai suatu proses mengerjakan sesuatu (kreatif), sesuatu yang berbeda
(inovatif),
dan
berani
mengambil
resiko
(risk-taking).
Seorang
wirausahawan
(entrerpreneurship) yang kreatif berhubungan dengan kemampuan dan keuletan untuk
mengembangkan ide-ide baru dengan mengg abungkan
sumber-sumber daya yang
dimiliki, dimana mereka selalu mengobservasi situasi dan problem-problem sebelumnya
yang tidak atau kurang diperhatikan.
Selain itu mereka cenderung memiliki banyak alternatif terhadap situasi tertentu
dan mendayagunakan kekuatan-kekuatan emosional mental di awah sadar yang dimiliki
untuk menciptakan sesuatu atau produk yang baru atau cara baru dan sebagainya. Inovatif
merupakan aplikasi dari ide-ide kreatif tadi dengan harus berani menanggung resiko dari
apa yang dilakukan untuk mendapatkan kesempatan dalam meningkatkan usaha dan
keuntungan dengan memanfaatkan peluang/potensi sumber daya yang ada.
110
Biasanya kewirausahaan adalah sebagai suatu proses dari pengembangan
perusahaan yang tidak berkaitan dengan usaha yang sudah ada dan biasanya dilakukan
secara individu atau bersama tetapi bukan sebagai penemu dari hasil suatu produk.
Menurut Suryana (2003: 13), ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikut yaitu :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar
sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (ability to create the new and different).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam
memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan.
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up
phase) dan perkembangan usaha (venture growth).
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative),
dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
6.
Kewirausahaan
mengkombinasikan
adalah
usaha
sumber-sumber
menciptakan
melaui
nilai
cara-cara
tambah
baru
dan
dengan
jalan
berbeda
untuk
memenangkan persaingan.
Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi
baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang
dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan
menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat
didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different)
yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai
tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.
2.1.2 Kemampuan Manajerial
Kemampuan manajerial adalah kemampuan untuk mengatur, mengkoordinasi dan
menggerakkan para bawahan (pekerja) kearah pencapaian tujuan yang telah ditentukan
oleh organisasi (usaha) (Supardi; Mubasysyir Hasanbasri dan Retna Siwi Padmawati,
2009). Selanjutnya menurut Siagian, (1997) mendefinisikan bahwa kemampuan manajerial
adalah kemampuan untuk mengelola usaha seperti perencanaan, pengorganisasian,
pemberian motivasi, pengawasan dan penilaian.
111
Dalam kegiatan usaha, kemampuan manajerial tersebut merupakan kemampuan
manajer dalam mengambil suatu keputusan bisnis (Tedy Herlambang, 2002). Dijelaskan
pula bahwa kemampuan manajerial tersebut merupakan penerapan ilmu manajemen,
seperti cara merencanakan usaha, cara mengorganisasikan usaha, cara mengarahkan
pekerja, cara melakukan pengawasan yang semuanya untuk mencapai suatu tujuan yang
diharapkan. Dengan demikian kemampuan manajerial seorang pengusaha merupakan
aplikasi dari analisis ekonomi dalam membuat keputusan bisnis agar sumber daya
perusahaan yang terbatas dialokasikan pada penggunaannya yang lebih baik.
Salah satu jiwa kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah
kemampuan untuk memanajerial usaha yang sedang digelutinya, seorang wirausaha harus
memiliki kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha,
mengelola usaha dan sumber daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan
mengintergrasikan operasi perusahaanya yang kesemuanya itu adalah merupakan
kemampuan managerial yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha, tanpa itu semua maka
bukan keberhasilan yang diperoleh tetapi kegagalan usaha yang diperoleh (Suryana, 2001).
Beberapa kemampuan manajerial yang harus dimiliki oleh seorang pengusaha atau
wirausahawan dalam mencapai suatu tujuan melakukan empat fungsi utama manajemen
yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (Tedy Herlambang,
2002).
Perencanaan
Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang berhubungan dengan penetapan
tujuan organisasi, serta penentuan cara terbaik untuk pencapaiannya. Menurut Basu
Swastha dan Ibnu Sukotjo (2007), dalam kegiatan manajerial untuk mencapai tujuan,
fungsi perencanaan dilakukan terlebih dahulu daripada yang lainnya.
Perencanaan yang baik, didalamnya mengandung tujuan kegiatan yang ingin
dicapai, strategi pelaksanaan, prosedur yang akan dilaksanakan, aturan yang digunakan,
dan program yang merupakan gabungan dari kebijakan prosedur, aturan dan pemberian
tugas yang disertai suatu anggaran (Suryana :2001).
Atas dasar hal tersebut, maka perencanaan seorang wirausahawan makanan khas
Kuningan meliputi tujuan dalam berwirausaha, strategi dalam berusaha makanan khas
yang disukai konsumen, prosedur yang digunakan agar makanan khas diterima konsumen,
112
aturan-aturan dari segi pelaksanaan kegiatan, besarnya anggaran yang digunakan dan cara
memperoleh modal.
Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang berfokus pada pengalokasian,
penyusunan dan sistematisasi sumberdaya organisasi sehingga rencana organisasi bisa
tercapai. Dalam fungsi ini manajer memutuskan siapa yang akan mengerjakan, bagaimana
pekerjaan itu dipecah-pecah ke dalam pekerjaan yang lebih khusus, bagaimana hubungan
antar pekerjaan dan pekerja serta bagaimana pekerjaan dikelompokkan ke dalam unit-unit
sehingga tercipta struktur organisasi (Tedy Herlambang, 2002).
Selanjutnya menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo (2007), setiap organisasi
memiliki tiga komponen pokok, yaitu : personalia, fungsi dan factorfaktor fisik, yang
kesemuanya ini merupakan sarana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi
komponen tersebut tercermin adanya tugas-tugas yang harus dilakukan, orang yang
melaksanakan tugas, dan adanya peralatan yang dapat digunakan untuk melaksanakan
tugas tersebut.
Pengorganisasian suatu instansi atau lembaga yang besar tentunya tidak akan sama
dengan pengorganisasian suatu usaha yang bersifat industri rumah tangga. Berdasarkan
pendapat ahli tersebut di atas, maka pengorganisasian pada kegiatan industri rumah tangga
makanan khas mencakup pengorganisasian dalam pelaksanaan kegiatan usaha rumah
tangga, seperti : tugas yang harus dilakukan dalam berwirausaha dimulai dari orang yang
memproduksi, orang yang melaksanakan pemasaran, orang yang bertugas dalam
administrasi,
orang
yang
berwenang
mengambil
keputusan,
dan
aliran
pertanggungjawaban. Pertanggungjawaban tersebut merupakan pelaporan dari orang yang
bertanggung jawab melakukan kegiatan kepada orang yang berwenang mengambil
keputusan.
Pengarahan
Pengarahan merupakan fungsi manajemen yang meliputi kegiatan yang
mempengaruhi, membujuk atau memerintah agar anggota organisasi bergerak ke arah
tujuan organisasi. Menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo (2007), pengarahan merupakan
aspek hubungan manusiawi dalam kepemimpinan yang mengikat para bawahan untuk
bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaganya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan.
113
Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan harus
berpegang pada beberapa prinsip, yaitu : prinsip mengarah tujuan, prinsip keharmonisan
dengan tujuan dan prinsip kesatuan komando. Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada
prinsip yang menyatakan bahwa makin efektifnya proses pengarahan akan semakin besar
sumbangan bawahan terhadap usaha mencapai tujuan.
Kegiatan pengarahan harus berprinsip pada keharmonisan dengan tujuan, artinya
bahwa orang-orang yang bekerja dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkin tidak akan
sama dengan tujuan perusahaan, namun tujuan mereka harus harmonis dengan tujuan
perusahaan. Semuanya sangat dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu.
Kebutuhan yang terpenuhi bilamana mereka bekerja dengan baik, dan pada saat itulah
mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam hal ini seorang manajer dapat memberikan pengarahan dalam bekerja yang
dihubungkan dengan reward and panishmen atau ganjaran/hadiah bagi orang yang mampu
bekerja dengan baik untuk menghasilkan keuntungan yang lebih banyak dan hukuman.bagi
orang yang melanggar atau bekerja kurang baik.
Prinsip satu kesatuan komando dalam pengarahan ini sangat penting untuk
menyatukan arah tujuan dan tanggung jawab para bawahan. Bila mana bawahan hanya
memiliki satu jalur di dalam melaporkan segala kegiatannya, dan hanya ditujukan pada
satu pimpinan saja, maka pertentangan di dalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta
makin besar rasa tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal. Dalam
kegiatan wirausaha industri rumah tangga, biasanya memiliki satu pimpinan yaitu pemilik
usaha, namun peran istri dari pengusaha kadang-kadang juga berpengaruh terhadap jalur
pelaporan.
Pengawasan
Pengawasan merupakan fungsi manajemen yang dilakukan untuk memastikan
bahwa kegiatan dan kinerja organisasi sesuai dengan aktivitas dan kinerja yang diharapkan
agar tujuan organisasi tercapai. Melalui pengawasan dapat diketahui tentang hasil yang
telah dicapai. Cara melakukan pengawasan menurut Basu Swastha dan Ibnu Sukotjo
(2007) yaitu memciptakan standar, membandingkan segala sesuatu yang telah dijalankan
dengan standar atau rencana, melakulan perbaikan bila terjadi penyimpangan. Pengawasan
dari kegiatan berwirausaha makanan khas kuningan yang dilakukan seseorang atau pemilik
usaha dapat dilakukan dengan mengawasi kualitas dan kuantitas produk, kuantitas dan
kualitas bahan produksi, pengawasan terhadap prosedur kerja untuk mencapai tujuan,
114
pengawasan terhadap harga dipasaran, dan apabila terjadi penyimpangan yang berakibat
terhadap pencapaian tujuan maka dilakukan perbaikan-perbaikan.
Selain keempat kemampuan manajerial, seorang manajer yang competen juga harus
memiliki perilaku, sikap dan kemampuan tertentu sehingga mereka lebih berhasil
dibandingkan dengan manajer yang tidak kompeten. Ini berarti manajer yang kompeten
adalah manajer yang mengerjakan sesuatu dengan efisien dan efektif (Basu Swastha dan
Ibnu Sukotjo, 2007). Efektif merupakan kemampuan manajer untuk memilih tujuan yang
sesuai dan membuat tujuan itu tercapai, sedangkan efisien adalah kemampuan manajer
untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia sebaik mungkin.
Kompetensi seorang manajer memiliki ciri-ciri mengenali tujuan dan kendala,
memahami pasar, memahami insentif, memahami arti laba, memahami nilai waktu dan
uang serta menggunakan analisis marjinal. Dalam menentukan tujuan suatu usaha, maka
seorang manajer harus meletakkan dasar tujuan yang jelas, seperti ingin memperoleh laba
yang tinggi, ingin memperoleh perputaran usaha yang lebih banyak (volume produksi) atau
ingin membantu menyediakan tempat bekerja bagi masyarakat. Dalam hal ini tentunya ada
kendala yang menghambat atau mempersulit seorang manajer dalam mencapai tujuan.
Seorang manajer yang ingin memaksimalkan laba harus memutuskan: berapa
banyak produk yang harus diproduksi, harga optimal bagi produk yang dihasilkan, berapa
input yang digunakan, bagaimana cara memperoleh input.
Kompetensi dalam memahami pasar juga harus dimiliki seorang manajer, karena
setiap transaksi akan melibatkan dua pihak yaitu penjual dan pembeli. Sebagai produsen
dan atau seorang penjual, maka harus memahami persaingan pembeli dan penjual,
persaingan pembeli dan pembeli, dan persaingan penjual dan penjual. Ketiga persaingan
ini secara bersama-sama menentukan hasil akhir dari proses transaksi yang terjadi di pasar
(Buchari Alma, 2000).
2.1.3 Sikap Mental Kewirausahaan
Kewirausahaan merupakan sikap mental dan jiwa yang selalu aktif atau kreatif
berdaya, bercipta, berkarsa dan bersaahaja dalam berusaha dalam rangka meningkatkan
pendapatan dalam kegaitan usahanya atau kiprahnya. Seorang yang memiliki jiwa dan
sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Dari waktu ke waktu,
hari demi hari, minggu demi minggu selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha
dan kehidupannya. Ia selalu berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan
berkreasi dan berinovasi lah semua peluang dapat diperolehnya. Wirausaha adalah orang
115
yang terampil memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan
untuk meningkatkan kehidupannya.
Pada hakekatnya semua orang adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri
dalam menjalankan usahanya dan pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya,
keluarganya, masyarakat, bangsa dan negaranya, akan tetapi banyak diantara kita yang
tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik untuk masa depannya,
dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain dan bahkan bangsa dan
Negara lainnya. Istilah kewirausahaan, kata dasarnya berasal dari terjemahan entrepreneur,
yang dalam bahasa Inggris di kenal dengan between taker atau go between. Pada abad
pertengahan istilah entrepreneur digunakan untuk menggambarkan seseorang aktor yang
memimpin proyek produksi,
Manusia yang bermental kewirausahaan mempunyai kemauan keras untuk
mencapai tujuan dan keburuhan hidupnya. Sikap mental kewirausahaan menurut Agus Eko
Sujianto (2005) ciri utama dari seseorang yang memiliki mental kewirausahaan yaitu
percaya diri, berani mengambil resiko, berorientasi pada hasil, inovatif, dan
kepemimpinan. Percaya diri tersebut merupakan keyakinan yang kuat atas kekuatan yang
ada pada dirinya (Wasti Sumanto, 2000). Dijelaskan pula bahwa keyakinan yang kuat
tersebut dapat ditumbuhkan dalam jiwa kita dengan syarat : a) Mengenal diri sendiri
sebagai makluk memiliki kelemahan, namun memperoleh anugerah kekuatan dari Tuhan
Yang Maha Esa untuk mengatasi kelemahannya. b) Harus percaya pada diri sendiri bahwa
kita memiliki potensi tersendiri yang tidak kurang kuatnya dengan apa yang dimiliki oleh
orang lain. c) Harus mengetahui secara jelas terhadap tujuan atau kebutuhan kita. Manusia
yang bersikap mental wiraswasta memiliki kejujuran dan tanggung jawab. Salah satu kunci
sukses dari seseorang dalam berusaha adnya kepercayaan orang lain terhadap dirinya,
sehingga agar dipercayai oleh orang lain harus bertindak jujur dan tanggung jawab
terhadap apa yang dikerjakannya.
Cara untuk menumbuhkan sikap kejujuran dapat dilakukan dengan mendidik
dirinya sendiri, melatih disiplin, berorientasi pada tujuan. Seseorang yang berwirausaha
juga perlu didasari oleh sikap inovatif terhadap teknologi, hal ini sangat diperlukan agar
produk yang dihasilkan dapat memiliki kelebihan dari produk orang lain yang
mengusahakan produk sejenis. Dengan perbedaan produk (cita rasa, kemasan, desain dan
sebagainya) akan dapat menarik perhatian konsumen. Selanjutnya menurut Kasmir (2007:
28), ciri-ciri wirausaha yang berhasil adalah sebagai berikut : a) Memiliki visi dan tujuan
116
yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju
sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut b) Inisiatif
dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya
menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai
pelopor dalam berbagai kegiatan. c) Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses
selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk,
pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap
waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik
dibanding sebelumnya. d) Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus
dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun
waktu. e) Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang
di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu
kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu
mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada
masalah yang tidak dapat diselesaikan. f ) Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang
dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang
pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.g)
Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus
ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera
ditepati dana direalisasikan.h) Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan
berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun
tidak.i) Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan,
pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
Dari analisis pengalaman di lapangan, ciri-ciri wirausaha yang pokok untuk dapat
berhasil dapat dirangkum dalam tiga sikap mental, yaitu :a) Jujur, dalam arti berani untuk
mengemukakan kondisi sebenarnya dariusaha yang dijalankan, dan mau melaksanakan
kegiatan usahanya sesuai dengan kemampuannya. Hal ini diperlukan karena dengan sikap
tersebut cenderung akan membuat pembeli mempunyai kepercayaan yang tinggi kepada
pengusaha sehingga mau dengan rela untuk menjadi pelanggan dalam jangka waktu
panjang ke depan b) Mempunyai tujuan jangka panjang, dalam arti mempunyai gambaran
yang jelas mengenai perkembangan akhir dari usaha yang dilaksanakan. Hal ini untuk
dapat memberikan motivasi yang besar kepada pelaku wirausaha untuk dapat melakukan
kerja walaupun pada saat yang bersamaan hasil yang diharapkan masih juga belum dapat
117
diperoleh. c) Selalu taat berdoa, yang merupakan penyerahan diri kepada Tuhan untuk
meminta apa yang diinginkan dan menerima apapun hasil yang diperoleh. Dalam bahasa
lain, dapat dikemukakan bahwa ”manusia yang berusaha, tetapi Tuhan-lah yang
menentukan !” dengan demikian berdoa merupakan salah satu terapi bagi pemeliharaan
usaha untuk mencapai cita-cita.
2.1.4 Tahap-tahap Kewirausahaan
Keberhasilan berwirausaha tidak akan datang begitu saja, tetapi melalui beberapa
tahapan. Menurut Soesarsono Wijandi (2002), secara umum tahap-tahap melakukan
wirausaha : 1) Tahap memulai, tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan
usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang
usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau
melakukan franchising. Juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang
pertanian, industri / manufaktur / produksi atau jasa. 2) Tahap melaksanakan usaha atau
diringkas dengan tahap "jalan", tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek
yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek : pembiayaan, SDM, kepemilikan,
organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil
keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi. 3) Mempertahankan usaha, tahap di mana
wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan
yang dicapai untuk
ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi
yang dihadapi.
4)
Mengembangkan usaha, tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau
mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu
pilihan yang mungkin diambil.
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave (1996) dalam (Suryana, 2001 :
34), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi
oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti
pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut
membentuk kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian
berkembangan menjadi wirausaha yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi
oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai,
pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang
mempengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang.
118
Oleh karena itu, inovasi berkembangan menjadi kewirausahaan melalui proses yang
dipengrauhi lingkungan, organisasi dan keluarga. Selanjutnya (Buchari Alma, 2007: 12)
menjelaskan bahwa proses kewirausahaan mencakup tahap-tahap berikut: proses inovasi,
proses pemicu, proses pelaksanaan, proses pertumbuhan. Dijelaskan pula bahwa aspekaspek yang perlu diperhatikan dalam melakukan wirausaha adalah : 1) Mencari peluang
usaha baru: lama usaha dilakukan, dan jenis usaha yang pernah dilakukan; 2) Pembiayaan:
pendanaan – jumlah dan sumber-sumber dana 3) SDM: tenaga kerja yang dipergunakan 4)
Kepemilikan: peran-peran dalam pelaksanaan usaha 5) Organisasi: pembagian kerja
diantara tenaga kerja yang dimiliki 6) Kepemimpinan: kejujuran, agama, tujuan jangka
panjang, proses manajerial, 7) Pemasaran: lokasi dan tempat usaha
Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang
mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri.
Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya.
Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal,
bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha.
Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan (2) kemampuan menanggapi
peluang. Berdasarkan hal tersebut maka kewirausahaan adalah tanggapan terhadap peluang
usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa
organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.
Sejalan dengan pendapat di atas, Salim Siagian (1999) sikap mental wirausaha
yaitu selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta
menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja
yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta
kemampuan manajemen.”
BAB X
STRATEGI PENGEMBENGAN USAH MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
1. Harus ada perubahan gaya hidup dari ketergantungan terhadap produk impor menjadi
kebiasaan mengkonsumsi produk domestik. Ini akan mendorong konsumsi produk
dalam negeri yang akan menstimulasi berkembangnya industri dalam negeri.
2. Harus ada perubahan sikap dan kebijakan dari pemerintah didalam memandang UKM,
bahwa UKM ini harus mendapat dukungan penuh.
119
3. Industri UKM ini harus mendapat dukungan dalam mendapatkan input produksi yang
lebih baik, teknologi yang tepat guna, teknik pemasaran yang efektif, dan pelayanan
lain yang memungkinkan mereka memiliki kemampuan bersaing dengan industri besar,
baik persaingan harga maupun kualitas.
4. UKM ini harus mampu meningkatkan skill dan kemampuannya. Tentu saja pemerintah
harus menyediakan fasilitas training yang memadai dan institusi pendidikan yang
berkualitas.
5. Industri UKM ini harus diberi akses yang luas terhadap keuangan, dimana hal ini
seringkali menjadi sumber masalah yang menghambat perkembangannya.
6. Pemerintah harus mampu mengeliminasi berbagai hambatan yang akan merintangi
perkembangan dan ekspansi industri UKM. Pencapaian tujuan untuk substitusi impor
dan promosi ekspor tidak akan dapat direalisasikan melalui pengembangan UKM jika
industri ini tidak dibantu untuk mampu mengembangkan efisiensi teknologi yang
memungkinkan mereka untuk bersaing secara efektif. Karena itu adalah langkah yang
tepat jika dikembangkannya teknologi tepat guna yang berbasis sumberdaya lokal. Hal
ini sangat menguntungkan karena membutuhkan modal yang minimal, cocok
diterapkan di negara-negara berkembang yang masih memiliki kelemahan dalam
institusi pendidikannya, dan mampu melepaskan diri dari ketergantungan terhadap
teknologi impor. Industri UKM ini pun harus didorong untuk dapat berkembang di
daerah pedesaan dan kota-kota kecil. Hal ini akan mengurangi perbedaan dan
ketimpangan pendapatan secara regional, mereduksi konsentrasi penduduk di daerah
kota-kota besar semata, meningkatkan pendapatan dan standar hidup, serta akan lebih
memeratakan pendapatan dan kesejahteraan.
Sasaran Kebijakan Pemberdayaan UKM
UKM menempati posisi strategis untuk mempercepat perubahan struktural dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. UKM berperan dalam memperluas penyediaan
lapangan kerja, memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi,
dan memeratakan peningkatan pendapatan. Bersamaan dengan itu adalah meningkatnya
daya saing dan daya tahan ekonomi nasional. Dengan perspektif peran seperti itu, sasaran
umum pemberdayaan UKM pada tahun 2009 adalah:

Meningkatnya produktivitas UKM dengan laju pertumbuhan lebih tinggi dari laju
pertumbuhan produktivitas nasional;
120

Meningkatnya proporsi usaha kecil formal;

Meningkatnya nilai ekspor produk usaha kecil dan menengah dengan Iaju pertumbuhan
Iebih tinggi dari laju pertumbuhan nilai tambahnya

Berfungsinya sistem untuk menumbuhkan wirausaha baru berbasis ilmu pengetahuan
dan teknologi; dan

Meningkatnya kualitas kelembagaan dan organisasi koperasi sesuai dengan jatidiri
koperasi.
Arah Kebijakan Pemberdayaan Koperasi dan UKM
Dalam rangka mewujudkan sasaran di atas, pemberdayaan UKM akan dilaksanakan
dengan arah kebijakan sebagai berikut:

Mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) untuk memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan
peningkatan daya saing; sedangkan pengembangan usaha skala mikro Iebih diarahkan
untuk memberikan kontribusi dalam peningkatan pendapatan pada kelompok
masyarakat berpendapatan rendah.

Memperkuat kelembagaan dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kepemerintahan
yang baik (good governance) dan berwawasan gender, terutama untuk:
1. Memperluas akses kepada sumber permodalan, khususnya perbankan;
2. Memperbaiki lingkungan usaha dan menyederhanakan prosedur perizinan;
3. Memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang menjalankan
fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha, teknologi,
manajemen, pemasaran, dan informasi.

Memperluas basis dan kesempatan berusaha serta menumbuhkan wirausaha baru
berkeunggulan untuk mendorong pertumbuhan, peningkatan ekspor, dan penciptaan
lapangan kerja, terutama dengan :
1. Meningkatkan perpaduan antara tenaga kerja terdidik dan terampil dengan adopsi
penerapan tekonologi;
2. Mengembangkan UKM melalui pendekatan klaster di sektor agribisnis dan
agroindustri disertai pemberian kemudahan dalam pengelolaan usaha, termasuk
dengan cara meningkatkan kualitas kelembagaan koperasi sebagai wadah
organisasi kepentingan usaha bersama untuk memperoleh efisiensi kolektif;
121
3. Mengembangkan UKM untuk makin berperan dalam proses industrialisasi,
perkuatan keterkaitan industri, percepatan pengalihan teknologi, dan peningkatan
kualitas SDM;
4.
Mengintegrasikan pengembangan usaha dalam konteks pengembangan regional,
sesuai dengan karakteristik pengusaha dan potensi usaha unggulan di setiap daerah.

Mengembangkan UKM untuk makin berperan sebagai penyedia barang dan jasa pada
pasar domestik yang semakin berdaya saing dengan produk impor, khususnya untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.

Membangun koperasi yang diarahkan dan difokuskan pada upaya-upaya untuk : (i)
membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi koperasi di tingkat
makro, meso, maupun mikro, guna menciptakan iklim dan lingkungan usaha yang
kondusif bagi
kemajuan koperasi,
serta kepastian hukum
yang menjamin
terlindunginya koperasi dan/atau anggotanya dari praktik-praktik persaingan usaha
yang tidak sehat; (ii) meningkatkan pemahaman, kepedulian, dan dukungan pemangku
kepentingan (stakeholders) kepada koperasi; dan (iii) meningkatkan kemandirian
gerakan koperasi.
Strategi Pemberdayaan UKM
Pemberdayaan UKM bersifat lintas sektoral, sehingga perspektif pembangunan
UKM perlu dimiliki oleh setiap anggota Kabinet Indonesia Bersatu dan jajaran birokrasi di
bawahnya.
Kesulitan pembangunan UKM di indonesia adalah rendahnya perspektif
pembangunan UKM yang dimiliki oleh jajaran birokrasi dan dunia usaha di Indonesia,
serta adanya persepsi bahwa pembangunan UKM merupakan urusan Kementerian
Koperasi dan UKM.
Pemberdayaan UKM pada masa mendatang diharapkan tumbuh dari prakarsa masyarakat
dan dilaksanakan oleh masyarakat secara mandiri dalam tatanan sistem ekonomi
kerakyatan. Peran pemerintah akan difokuskan pada fungsi regulasi dan fasilitasi untuk
menciptakan struktur pasar dan persaingan yang sehat sebagai lapangan bermain bagi
koperasi, pengusaha mikro, kecil, dan menengah, serta mengoreksi ketidaksempurnaan
mekanisme pasar dengan menumbuhkan iklim berusaha yang kondusif, serta memberikan
dukungan perkuatan bagi koperasi, pengusaha mikro, kecil, dan menengah.
122
Dengan mengacu pada sasaran dan arah kebijakan pemberdayaan UKM
sebagaimana uraian di atas, maka diperlukan strategi pada tatanan makro, meso, dan mikro
melalui implementasi program-program pemberdayaan UKM berikut ini:
1. Penciptaan Iklim Usaha Bagi UKM
Tujuan program ini adalah untuk memfasilitasi terselenggaranya lingkungan usaha
yang efisien secara ekonomi, sehat dalam persaingan, dan nondiskriminatif bagi
kelangsungan dan peningkatan kinerja usaha UKM, sehingga dapat mengurangi beban
administratif, hambatan usaha dan biaya usaha, serta meningkatkan rata-rata skala usaha,
mutu layanan perizinan/pendirian usaha, dan partisipasi stakeholders dalam pengembangan
kebijakan UKM.
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
a. Penyempurnaan peraturan perundangan, seperti Undang-Undang tentang Usaha
Kecil dan Menengah dan Undang-Undang tentang Wajib Daftar Perusahaan
beserta ketentuan pelaksanaannya, dalam rangka membangun landasan legalitas
usaha yang kuat dan melanjutkan penyederhanaan birokrasi, perizinan, lokasi,
serta peninjauan terhadap peraturan perundangan lainnya yang kurang kondusif
bagi UMKM, termasuk peninjauan terhadap pemberlakuan berbagai pungutan
biaya usaha, baik sektoral maupun spesifik daerah;
b. Fasilitasi dan penyediaan kemudahan dalam formalisasi badan usaha;
c. Peningkatan kelancaran arus barang, baik bahan baku maupun produk, dan jasa
yang diperlukan seperti kemudahan perdagangan antardaerah dan pengangkutan;
d. Peningkatan kemampuan aparat dalam melakukan perencananaan dan penilaian
regulasi kebijakan dan program;
e. Pengembangan pelayanan perizinan usaha yang mudah, murah, dan cepat,
termasuk melalui perizinan satu atap bagi UKM, pengembangan unit penanganan
pengaduan serta penyediaan jasa advokasi / mediasi yang berkelanjutan bagi
UKM;
f.
Penilaian dampak regulasi / kebijakan nasional dan daerah terhadap
perkembangan dan kinerja UKM, dan pemantauan pelaksanaan kebijakan /
regulasi;
123
g. Peningkatan kualitas penyelenggaraan koordinasi dalam perencanaan kebijakan
dan program UKM dengan partisipasi aktif para pelaku dan instansi terkait; dan
h. Peningkatan
penyebarluasan
dan
kualitas
informasi
UKM,
termasuk
pengembangan jaringan pelayanan informasinya.
2. Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi UKM
Program ini bertujuan untuk mempemudah, memperlancar, dan memperluas akses
UKM kepada sumberdaya produktif agar mampu memanfaatkan kesempatan yang terbuka
dan potensi sumberdaya lokal serta menyesuaikan skala usahanya sesuai dengan tuntutan
efisiensi. Sistem pendukung dibangun melalui pengembangan lembaga pendukung /
penyedia jasa pengembangan usaha yang terjangkau, semakin tersebar, dan bermutu untuk
meningkatkan akses UKM terhadap pasar dan sumberdaya produktif, seperti sumberdaya
manusia, modal, pasar, teknologi, dan informasi, termasuk mendorong peningkatan fungsi
intermediasi lembaga-lembaga keuangan bagi UKM.
Kegiatan-kegiatan pokok dari program ini antara lain mencakup:
a.
Penyediaan fasilitasi untuk mengurangi hambatan akses UKM terhadap
sumberdaya produktif, termasuk sumberdaya alami;
b.
Peningkatan peranserta dunia usaha/masyarakat sebagai penyedia jasa layanan
teknologi, manajemen, pemasaran, informasi, dan konsultan usaha melalui
penyediaan sistem insentif, kemudahan usaha, serta peningkatan kapasitas
pelayanannya;
c.
Peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas layanan lembaga keuangan
mikro (LKM) dan koperasi simpan pinjam/usaha simpan pinjam (KSP/USP),
antara lain melalui pemberian kepastian status badan hukum, kemudahan dalam
perizinan, insentif untuk pembentukan sistem jaringan antar-LKM dan antara
LKM dan bank, serta dukungan terhadap peningkatan kualitas dan akreditasi
KSP/USP/LKM sekunder;
d.
Perluasan sumber pembiayaan bagi koperasi dan UKM, khususnya skim kredit
investasi bagi koperasi dan UKM dan peningkatan peran lembaga keuangan
bukan bank, seperti perusahaan modal ventura, serta peran lembaga penjaminan
kredit koperasi dan UKM nasional dan daerah, disertai dengan pengembangan
jaringan informasinya;
124
e.
Peningkatan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan dana pengembangan UKM
yang bersumber dari berbagai instansi pemerintah pusat, daerah, dan BUMN;
f.
Dukungan terhadap upaya mengatasi masalah kesenjangan kredit (kesenjangan
skala, formalisasi, dan informasi) dalam pendanaan UKM;
g.
Pengembangan sistem insentif, akreditasi, sertifikasi, dan perkuatan
lembaga-lembaga pelatihan serta jaringan kerjasama antarlembaga pelatihan;
h. Pengembangan dan revitalisasi unit pelatihan dan penelitian dan pengembangan
(litbang) teknis dan informasi milik berbagai instansi pemerintah pusat dan
daerah untuk berperan sebagai lembaga pengembangan usaha bagi UKM; dan
i.
Dukungan terhadap upaya penguatan jaringan pasar produk UKM dan anggota
koperasi, termasuk pasar ekspor, melalui pengembangan lembaga pemasaran,
jaringan usaha termasuk kemitraan usaha, dan pengembangan sistem transaksi
usaha yang bersifat on-line, terutama bagi komoditas unggulan berdaya saing
tinggi.
3. Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UKM
Program ini ditujukan untuk mengembangkan jiwa dan semangat kewirausahaan
dan meningkatkan daya saing UKM, sehingga pengetahuan serta sikap wirausaha semakin
berkembang dan produktivitas meningkat; wirausaha baru berbasis pengetahuan dan
teknologi meningkat jumlahnya, dan ragam produk-produk unggulan UKM semakin
berkembang.
Kegiatan-kegiatan pokok dari program ini antara lain mencakup:
a.
Pemasyarakatan kewirausahaan, termasuk memperluas pengenalan dan semangat
kewirausahaan dalam kurikukulum pendidikan nasional dan pengembangan
sistem insentif bagi wirausaha baru, terutama yang berkenaan dengan aspek
pendaftaran/izin usaha, lokasi usaha, akses pendanaan, perpajakan, dan informasi
pasar;
b.
Penyediaan sistem insentif dan pembinaan serta fasilitasi untuk memacu
pengembangan UKM berbasis teknologi, termasuk wirausaha baru berbasis
teknologi, terutama UKM berorientasi ekspor, subkontrak/penunjang, agribisnis /
agroindustri, dan yang memanfaatkan sumberdaya lokal;
125
c.
Penyediaan sistem insentif dan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran UKM
tentang HaKI dan pengelolaan lingkungan yang disertai upaya peningkatan
perlindungan HaKI milik UKM;
d.
Fasilitasi dan pemberian dukungan serta kemudahan untuk pengembangan
jaringan lembaga pengembangan kewirausahaan;
e.
Fasilitasi dan pemberian dukungan serta kemudahan untuk pengembangan
inkubator teknologi dan bisnis, termasuk dengan memanfaatkan fasilitas
penelitian dan pengembangan pemerintah pusat/daerah dan melalui kemitraan
publik, swasta, dan masyarakat;
f.
Fasilitasi dan pemberian dukungan serta kemudahan untuk pengembangan
kemitraan investasi antar-UKM, termasuk melalui aliansi strategis atau investasi
bersama (joint investment) dengan perusahaan asing dalam rangka mempercepat
penguasaan teknologi dan pasar;
g.
Fasilitasi dan pemberian dukungan serta kemudahan untuk pengembangan
jaringan produksi dan distribusi melalui pemanfaatan teknologi informasi,
pengembangan usaha kelompok dan jaringan antar-UKM dalam wadah koperasi
serta jaringan antara UKM dan usaha besar melalui kemitraan usaha; dan
h.
Pemberian dukungan serta kemudahan terhadap upaya peningkatan kualitas
pengusaha mikro, kecil, dan menengah, termasuk wanita pengusaha, menjadi
wirausaha tangguh yang memiliki semangat koperatif.
4. Pemberdayaan Usaha Skala Mikro
Program ini ditujukan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat yang bergerak
dalam kegiatan usaha ekonomi di sektor informal yang berskala usaha mikro, terutama
yang masih berstatus keluarga miskin dalam rangka memperoleh pendapatan yang tetap,
melalui upaya peningkatan kapasitas usaha, sehingga menjadi unit usaha yang lebih
mandiri, berkelanjutan, dan siap untuk tumbuh serta bersaing. Program ini akan
memfasilitasi peningkatan kapasitas usaha mikro dan keterampilan pengelolaan usaha serta
sekaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan, dan pembinaan usaha.
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok antara lain mencakup:
a.
Penyediaan kemudahan dan pembinaan dalam memulai usaha, termasuk dalam
perizinan, lokasi usaha, dan perlindungan usaha dari pungutan informal;
126
b.
Penyediaan skim-skim pembiayaan altematif tanpa mendistorsi pasar, seperti
sistem bagi hasil dari dana bergulir, sistem tanggung renteng, atau jaminan tokoh
masyarakat setempat sebagai pengganti agunan;
c.
Penyelenggaraan dukungan teknis dan pendanaan yang bersumber dari berbagai
instansi pusat, daerah, dan BUMN yang lebih terkoordinasi, profesional, dan
institusional;
d.
Penyediaan dukungan terhadap upaya peningkatan kapasitas kelembagaan dan
kualitas layanan lembaga keuangan mikro (LKM);
e.
Penyelenggaraan pelatihan budaya usaha dan kewirausahaan, serta
bimbingan teknis manajemen usaha;
f.
Penyediaan infrastruktur dan jaringan pendukung bagi usaha mikro serta
kemitraan usaha;
g.
Fasilitasi dan pemberian dukungan untuk pembentukan wadah organisasi bersama
di antara usaha mikro, termasuk pedagang kaki lima, baik dalam bentuk koperasi
maupun asosiasi usaha lainnya, dalam rangka meningkatkan posisi tawar dan
efisiensi usaha;
h.
Penyediaan dukungan pengembangan usaha mikro tradisional dan perajin melalui
pendekatan
pembinaan
sentra-sentra
produksi/klaster
disertai
dukungan
penyediaan infrastruktur yang makin memadai; dan
i.
Penyediaan dukungan dan kemudahan untuk pengembangan usaha ekonomi
produktif bagi usaha mikro/sektor informal dalam rangka mendukung
pengembangan ekonomi pedesaan, terutama di daerah tertinggal dan kantongkantong kemiskinan.
2.2.3 Sasaran UKM
1.
Sasaran pemberdayaan UKM dalam tahun sekarang;
2.
Meningkatnya produktivitas dan nilai ekspor produk usaha kecil dan
menengah;
3.
Berkembangnya usaha koperasi dan UKM di bidang agribisnis di
perdesaan;
4.
Tumbuhnya wirausaha baru berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi; dan
127
5.
Berkembangnya usaha mikro di perdesaan dan atau di daerah tertinggal dan
kantong-kantong kemiskinan;
6.
Meningkatnya jumlah koperasi yang dikelola sesuai dengan nilai-nilai dan
prinsip-prinsip koperasi.
Untuk mencapai sasaran pembangunan ekonomi yang ditetapkan oleh Kabinet
Indonesia Bersatu, maka pemberdayaan usaha kecil dan menengah (UKM) perlu
memperoleh perhatian, mengingat:
1. Pertumbuhan ekonomi memerlukan dukungan investasi
2. Penyerapan tenaga kerja oleh ukm
3. Produktivitas pembentukan pdb usaha mikro dan kecil
4. Stabilitas ekonomi makro
5. Kehidupan yang aman, damai, adil, demokratis, dan sejahtera
2.3 Pengaruh Usaha Kecil dan Menengah dengan Perekonomian Masyarakat
Setempat
Kebijakan pemberdayaan UKM dalam tahun lalu secara umum diarahkan untuk
mendukung upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan, penciptaan
kesempatan kerja dan peningkatan ekspor, serta revitalisasi pertanian dan perdesaan, yang
menjadi prioritas pembangunan nasional. Dalam kerangka itu, pengembangan usaha kecil
dan menengah (UKM) diarahkan agar memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
penciptaan kesempatan kerja, peningkatan ekspor dan peningkatan daya saing, sementara
itu pengembangan usaha skala mikro diarahkan untuk memberikan kontribusi dalam
peningkatan pendapatan masyarakat berpendapatan rendah, khususnya di sektor pertanian
dan perdesaan.
Dalam rangka mendukung upaya penanggulangan kemiskinan dan kesenjangan,
dilakukan penyediaan dukungan dan kemudahan untuk pengembangan usaha ekonomi
produktif berskala mikro / informal, terutama di kalangan keluarga miskin dan atau di
daerah tertinggal dan kantong-kantong kemiskinan. Pengembangan usaha skala mikro
tersebut diarahkan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan keterampilan pengelolaan
128
usaha, serta sekaligus meningkatkan kepastian dan perlindungan usahanya, sehingga
menjadi unit usaha yang lebih mandiri, berkelanjutan dan siap untuk tumbuh dan bersaing.
Pemberdayaan UKM juga diarahkan untuk mendukung penciptaan kesempatan
kerja dan peningkatan ekspor, antara lain melalui peningkatan kepastian berusaha dan
kepastian hukum, pengembangan sistem insentif untuk menumbuhkan wirausaha baru
berbasis teknologi dan/atau berorientasi ekspor, serta peningkatan akses dan perluasan
pasar ekspor bagi produk-produk koperasi dan UKM. Dalam rangka itu, UKM perlu diberi
kemudahan dalam formalisasi dan perijinan usaha, antara lain dengan mengembangkan
pola pelayanan satu atap untuk memperlancar proses dan mengurangi biaya perijinan. Di
samping itu dikembangkan budaya usaha dan kewirausahaan, terutama di kalangan
angkatan kerja muda, melalui pelatihan, bimbingan konsultasi dan penyuluhan, serta
kemitraan usaha.
UKM yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di sektor pertanian dan
perdesaan adalah salah satu komponen dalam sistem pembangunan pertanian dan
perdesaan. Oleh karena itu, kebijakan pemberdayaan UKM di sektor pertanian dan
perdesaan harus sejalan dengan dan mendukung kebijakan pembangunan pertanian dan
perdesaan. Untuk itu, UKM di perdesaan diberikan kesempatan berusaha yang seluasluasnya dan dijamin kepastian usahanya dengan memperhatikan kaidah efisiensi ekonomi,
serta diperluas aksesnya kepada sumberdaya produktif agar mampu memanfaatkan
kesempatan usaha dan potensi sumberdaya lokal yang tersedia untuk meningkatkan
produktivitas dan efisiensi usaha agribisnis serta mengembangkan ragam produk
unggulannya. Upaya ini didukung dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan kualitas
layanan lembaga keuangan lokal menjadi alternatif sumber pembiayaan bagi sektor
pertanian dan perdesaan. Di samping itu, agar lembaga pembiayaan untuk sektor pertanian
dan perdesaan menjadi lebih kuat dan tangguh, jaringan antar LKM dan antara LKM dan
Bank juga perlu dikembangkan.
Usaha mikro, kecil, dan menengah memberikan lapangan kerja bagi 99,45% tenaga
kerja di Indonesia, dan masih akan menjadi tumpuan utama penyerapan tenaga kerja pada
masa mendatang. Selama periode tahun lalu, usaha mikro dan kecil telah mampu
memberikan lapangan kerja baru bagi 664.740 orang dan usaha menengah mampu
memberikan lapangan kerja baru sebanyak 126.451 orang. Pada sisi lain, usaha besar justru
mengurangi jumlah pekerja sebanyak 27.593 orang selama periode tersebut. Hal ini
129
merupakan bukti bahwa UKM merupakan katup pengaman, dinamisator, dan stabilisator
perekonomian Indonesia.
2.4 Contoh UKM
Semakin meningkatnya perkembangan zaman yang menuntut pemenuhan
kebutuhan menjadikan kami termotivasi untuk membuat suatu usaha. Kami membuat suatu
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang berupa makanan khas desa kami sendiri yaitu
Keripik Gemblong. Desa Citangtu merupakan daerah yang memiliki wilayah perkebunan
yang luas serta dapat menghasilkan penjualan singkongnya yang sangat tinggi. Sehingga
kami berinisiatif untuk mengolah singkong ini menjadi sebuah makanan yang berbeda dari
hanya sekedar singkong. Pembuatan usaha pengolahan singkong ini tercipta dari adanya
ide dan peluang yang baik sebagai suatu usaha yang sangat menguntungkan. Pada tahun
1999, pabrik pengolahan singkong ini kami dirikan berdua atas dasar ingin merubah
perekonomian keluarga dikarenakan Bapak Sabda sedang tidak mempunyai pekerjaan. Dan
akhirnya dengan seiringnya waktu karya olahan makanan kami ini banyak di gemari oleh
masyarakat baik golangan ekonomi rendah sampai pada golongan ekonomi tinggi
khususnya di Kota kuningan, malahan hingga keluar Kota Kuningan. Kegiatan
memproduksi olahan makanan Kripik Gemblong ini alhamdulillah masih bertahan sampai
sekarang ini. Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Alat yang digunakan :
1. Tungku
2. Kayu Bakar
3. Kuali
4. Mesin Penggiling
5. Cetakan Kripik
Bahan yang digunakan :
1. Singkong asli khas Citangtu
2. Minyak Goreng
3. Bawang Putih ( dihaluskan)
4. Bawang Daun ( dicincang)
5. Oncom ( dihaluskan)
6. Cabe Merah ( dihaluskan)
7. Gula Putih dan Garam
130
8. Penyedap Rasa
9. Air
Cara A ( Rasa Original ) :
Bawang putih ( dihaluskan ), bawang daun ( dicincang ), garam, penyedap rasa, dan air.
Semuanya di aduk hingga rata.
Cara B ( Rasa Pedas ) :
Cabe merah ( dihaluskan ), bawang putih ( dihaluskan ), bawang daun ( dicincang ),
garam, penyedap rasa, dan air. Semuanya di aduk hingga rata.
Cara C ( Rasa Oncom ) :
Oncom ( dihaluskan ), bawang putih ( dihaluskan ), bawang daun ( dicincang ), garam,
penyedap rasa, dan air. Semuanya di aduk hingga rata.
Proses Produksi :
1. Di Kupas dan cucilah Singkong sampai bersih,
2. Giling Singkong yang sudah bersih itu dengan menggunakan mesin sampai halus,
3. a) Aduk Tepung Singkong dengan Cara A jika ingin membuat kripik singkong
yang Rasa Original sampe merata.
b) Aduk Tepung Singkong dengan Cara B jika ingin membuat kripik singkong yang
Rasa Pedas sampe merata.
c) Aduk Tepung Singkong dengan Cara C jika ingin membuat kripik singkong yang
Rasa Oncom sampe merata.
4. Cetak adonan Kripik Singkong tersebut dengan bentuk bulat.
5. Kemudian goreng dengan menggunakan minyak yang sudah panas sampai berubah
warna menjadi kecoklatan lalu angkat dan tiriskan.
6. Selanjutnya Kripik Singkong (Gemblong) siap kemas.
Berikut adalah dokumentasi kegiatan wawancara di pabrik Kripik Gemblong Citangtu
131
Download