PENYELENGGARAAN MAKANAN BAGI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN YULIA MAYA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Juni 2013 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penyelenggaraan makanan di RSUD Pariaman. Penelitian ini bersifat deskriptifdengan melibatkan informan pelaksana gizi, tenaga pengolah, tenaga distributor, dan pasien hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyelenggaraan makanan di RSUD meliputi 3 tahapan, yaitu: 1) perencanaan yang terdiri dari perencanaan menu dengan siklus 10 hari. Bahan makanan dimulai dari pembelian bahan makanan dengan menunjuk pelanggan di pasar induk. Penyimpanan bahan makanan dengan sistem FIFO, 2) pengolahan makanan, yang dimulai dari penimbangan bahan makanan yang dilakukan oleh pelaksana gizi yang dimulai dari nasi, lauk pauk, sayuran, buah dan garam untuk terapi diet rendah garam pasien. Pencucian bahan makanan dan pengolahan sampai penyajian makanandilakukan oleh tenaga pengolah. Peralatan terdiri dari 3 jenis yaitu alat persiapan(meja persiapan, bowl, talenan, pisau, mixer, blender, saringan dan cetakan), pengolahan (kompor, wajan, panci, sendok sayur, sendok kayu), dan penyajian (piring stainlessteel dan rantang stainlessteel, 3) penyajian serta distribusi makanan di RSUD Pariaman menggunakan cara sentralisasi dan desentralisasi. Kata kunci :penyelenggaraan makanan, hipertensi, terapi diet Abstract This study purposetodescribethe implementation offoodin RSUDPariaman.This is a descriptivestudyinvolvinginformantsnutritionist, cook,fooddistributors, and hypertension patients. The results showedthat theimplementation offoodin RSUD Pariamanincludethreestages, that is: 1) planningconsists ofplanningthe menuwith a10dayscycle. Groceryplanning starting fromgrocerypurchasesby pointingthe customerinthe wholesale market.Foodstoragesystem withFIFO, 2)food processing, whichstartsfrom theweighingis donebynutritionist that isrice, side dishes, vegetables, fruitandsalttolow-saltdiettherapypatients.Washingandprocessingtothe presentationfood madebycook. The equipment consistsof apreparation tooltypes(prep table, bowl, cutting board, knife, mixer, blender, strainerandmold), processing(stove, frying pan, pot, ladle, woodenspoon), andpresentation(stainlessteel plateandhamperstainlessteel, 3) the presentationanddistribution offoodin hospitalsPariamanusingcentralizedanddecentralizedmanner. Keywords: implementation offood, hypertension, diettherapy 1 PENYELENGGARAAN MAKANAN BAGI PENDERITA HIPERTENSI DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PARIAMAN Yulia Maya Sari1, Baidar2, Yuliana2 Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FT Universitas Negeri Padang Email: [email protected] Abstract This study purposetodescribethe implementation offoodin RSUDPariaman.This is a descriptivestudyinvolvinginformantsnutritionist, cook,fooddistributors, and hypertension patients. The results showedthat theimplementation offoodin RSUD Pariamanincludethreestages, that is: 1) planningconsists ofplanningthe menuwith a10dayscycle. Groceryplanning starting fromgrocerypurchasesby pointingthe customerinthe wholesale market.Foodstoragesystem withFIFO, 2)food processing, whichstartsfrom theweighingis donebynutritionist that isrice, side dishes, vegetables, fruitandsalttolow-saltdiettherapypatients.Washingandprocessingtothe presentationfood madebycook. The equipment consistsof apreparation tooltypes(prep table, bowl, cutting board, knife, mixer, blender, strainerandmold), processing(stove, frying pan, pot, ladle, woodenspoon), andpresentation(stainlessteel plateandhamperstainlessteel, 3) the presentationanddistribution offoodin hospitalsPariamanusingcentralizedanddecentralizedmanner. Kata Kunci: penyelenggaraan makanan, hipertensi, terapi diet A. Pendahuluan Indonesia sehat tahun 2010 merupakan Pembangunan Nasional bangsa Indonesia yang menitikberatkan kepada masalah kesehatan, dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Menurut Depkes RI (1992) menyatakan: “Derajat kesehatan yang optimal dapat diwujudkan melalui upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan kesehatan, pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan”. 1 Prodi 2Dosen Pendidikan Kesejahteraan Keluarga untuk wisuda periode Juni 2013 Jurusan Kesejahteraan Keluarga FT UNP 2 Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang memegang peranan penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Fungsi dari rumah sakit memberikan pelayanan yang sempurna baik pencegahan maupun pengobatan sesuai dengan penyakit yang diderita, salah satunya penyakit hipertensi (tekanan darah tinggi). Hipertensi menurut Iwan (2005) adalah, “suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya, yang mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras memenuhi kebutuhan”. Penyebab hipertensi salah satunya disebabkan oleh konsumsi makanan yang banyak mengandung garam, lemak/kolesterol. Pada penderita hipertensi dengan tekanan darah tinggi ≥ 160/gram mmHg, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal. Menurut Casey (2011) prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut: (1) Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang, (2) Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita, (3) Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar diet. Oleh karena itu, salah satu penanggulangan bagi penderita hipertensi adalah dengan adanya penyelenggaraan makanan institusi. Penyelenggaraan makanan merupakan suatu keharusan, baik di lingkungan keluarga maupun di luar lingkungan keluarga. Penyelenggaraan 3 makanan di luar lingkungan keluarga diperlukan oleh sekelompok konsumen dikarenakan tidak dapat makan bersama dengan keluarganya di rumah. Mereka itu dapat terdiri dari para karyawan pabrik atau perusahaan, pekerja perkebunan, orang sakit, penghuni asrama atau panti asuhan, dan sebagainya. Mereka ini memerlukan pelayanan makanan di luar rumah yang diselenggaraan secara khusus untuk mereka. Penyelenggaraan makanan bagi sekelompok konsumen yang bukan merupakan satu keluarga, tetapi merupakan satu kesatuan dikenal dengan istilah penyelenggaraan makanan kelompok (Moehyi, 1992). Moehyi (1992: 17) mengatakan bahwa, “penyelenggaraan makanan terdiri dari beberapa tahapan yaitu: 1) perencanaan mulai dari bahan makanan sampai menu yang akan dihidangkan dalam satu kali perputaran siklus, 2) pengolahan makanan, dan 3) penyajian serta distribusi makanan. Berdasarkan survei awal peneliti di RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Pariaman, peneliti mendengar adanya keluhan dari pasien maupun keluarga pasien yang mengatakan bahwa menu yang disajikan oleh pihak rumah sakit dalam waktu tiga hari berturut-turut mendapatkan menu yang sama, sehingganya pasien merasa bosan dan melalaikan terapi diet hipertensi yang diberikan. Akibatnya pasien lebih sering meminta pihak keluarga untuk membelikan makanan diluar. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana gambaran penyelenggaraan makanan bagi penderita hipertensi di RSUD Pariaman yang dimulai dari perencanaan, pengolahan makanan, dan penyajian serta distribusi makanan. B. Metodologi Penelitian 4 Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka penelitian ini digolongkan kedalam jenis penelitian deskriptif.Informan dalam penelitian ini adalah pelaksana gizi yang berjumlah 6 orang dengan kode A (001-006), tenaga pengolah yang berjumlah 5 orang dengan kode B (01-05), tenaga distributor yang berjumlah 2 orang dengan kode C (007 dan 008). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan alat bantu pedoman wawancara, panduan observasi, dokumentasi dan angket untuk pasien hipertensi.Dalam penelitian menggunakan teknik analisis data model interaktif dari Miles dan Huberman yang diterjemahkan oleh Tjetjep dalam Moleong (1992: 16) yakni teknik analisis data kualitas yang meliputi tiga alur kegiatan yakni : 1. reduksi data, 2. penyajian data, 3. pengambilan kesimpulan. C. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Perencanaan Perencanaan menu di RSUD Pariaman menurut informan A terdiri dari perencanaan bahan makanan yang didapat dari kebijakan rapat tahunan semua pelaksana gizi, sehingga didapatkan daftar bahan makanan dan diolah menjadi master menu dengan siklus yang telah ditetapkan. Akan tetapi berdasarkan hasil observasi peneliti, menu yang dihidangkan tidak sesuai dengan menu yang telah direncanakan. Setelah didapatkan daftar, tahap selanjutnya adalah pembelian bahan makanan. Hasil wawancara tentang pembelian bahan makanan dilakukan dengan menunjuk salah satu pelanggan di pasar induk Pariaman dengan spesifikasi yang telah ditetapkan oleh pihak pelaksana gizi. Setelah bahan 5 makanan sampai di instalasi gizi RSUD Pariaman dilakukan pengecekan ulang yang dilakukan oleh kepala instalasi. Jika ada bahan makanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi maka pihak instalasi akan meminta pelanggan untuk menukar bahan makanan yang sesuai dengan spesifikasi. Selanjutnya bahan makanan yang disimpan pada ruang penyimpanan. Penyimpanan bahan makanan di instalasi gizi menggunakan teknik penyimpanan FIFO (first in first out). Berdasarkan hasil observasi ruang penyimpanan di instalasi gizi ada 2 ruang, yakni ruang penyimpanan bahan basah dan bahan kering. Namun, berdasarkan hasil observasi peneliti, penyimpanan bahan makanan masih dicampur antara bahan basah dan bahan kering dan juga dalam penyimpanan bahan makanan di RSUD Pariaman, pihak instalasi tidak memberikan label tanggal pembelian bahan tersebut. Sebagaimana dikatakan oleh Moehyi (1992: 73) bahwa, “bahan makanan harus dipisah menurut jenisnya. Pemberian label pada pembelian makanan juga berperan penting sebab, akan menghindarkan bahan makanan dari kadaluarsa. 2. Pengolahan Makanan Pengolahan makanan di instalasi gizi RSUD Pariaman terdiri dari proses persiapan bahan makanan. Persiapan bahan makanan dimulai dari penimbangan bahan makanan yang dilakukan oleh pihak pelaksana gizi. Penimbangan dilakukan pada bahan makanan yang akan diolah untuk hidangan terapi diet hipertensi, yakni nasi, lauk pauk, sayuran, buah dan 6 garam. Selanjutnya proses pencucian, pengolahan sampai penyajian dilakukan oleh tenaga pengolah. Pengolahan makanan di instalasi gizi, dilaksanakan berdasarkan instruksi dari pelaksana gizi dengan menggunakan beberapa teknik. Berdasarkan hasil observasi peneliti menemukan teknik pengolahan makanan di instalasi gizi RSUD Pariaman yang dominan digunakan adalah teknik menggoreng, menumis, dan menggulai. Akibatnya penggunaan santan dan minyak juga lebih dominan dipakai. Mangukusumo (2003) mengatakan bahwa, “makanan yang dianjurkan pemakaian minyak hanya diperbolehkan jika itu margarin tanpa garam. Penggunaan bahan telur yang dikategorikan sering juga tidak diperbolehkan.Telur hanya boleh dikonsumsi oleh pasien hipertensi maksimal 3 kali dalam satu minggu.Sedangkan menurut Purwati (2005) yang mengatakan bahwa, “dalam pengaturan diet hipertensi yang harus dihindari adalah penggunaan minyak kelapa, santan, lemak hewan, mentega dan margarine”. Akibatnya komposisi rasa dan tekstur dalam penyelenggaraan makanan di RSUD Pariaman adalah rasa dan tekstur gulai. Hasil observasi peneliti, peralatan yang digunakan pada pengolahan makanan di instalasi gizi RSUD Pariaman terdiri dari 3 yaitu: peralatan persiapan, pengolahan dan penyajian. Alat-alat persiapan, pengolahan dan penyajian di instalasi gizi, berdasarkan hasil pengamatan observasi yang peneliti lakukan sudah dikatakan kategori baik yakni peralatan mudah dibersihkan dan tidaknya adanya peralatan yang rusak.Alat persiapan seperti meja persiapan terbuat dari batu keramik yang mudah dibersihkan. Wadah 7 (bowl) yang digunakan terbuat dari stainlessteel yang mudah dibersihkan dan tidak mudah berkarat.Timbangan yang digunakan terbuat dari plastik yang berjumlah 3 buah.Saringan santan ada 4 buah yang berbentuk bulat terbuat dari plastik dan talenan yang terbuat dari bahan plastik dan kayu yang masing-masing berjumlah 2 buah. Pisau yang digunakan ada pisau cater yang berjumlah 4 buah, pisau besar untuk pemotong daging yang berjumlah 2 buah, dan pisau ukuran sedang yang terbuat dari stainlessteel dan pegangan dari plastik. Alat-alat persiapan lainnya seperti mixer terdiri dari 3 buah.Semuanya berfungsi dengan baik.Blender di instalasi gizi berdasarkan hasil observasi peneliti terdiri dari 3 buah, dua buah blender digunakan untuk menghaluskan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, cabai merah dan lainlain.Alat penghalus bumbu lainnya yangdigunakan adalah batu cobekan, tapi jarang sekali digunakan karena tenaga pengolah lebih sering menggunakan blender.Sedangkan blender yang satu lagi digunakan untuk menghaluskan buah-buahan untuk juice.Untuk cetakan terdiri dari 15 buah cetakan agar-agar ukuran sedang yang terbuat dari plastik. Cetakan bolu kukus terdiri dari 60 buah yang terbuat dari aluminium dan cetakan bolu biasa ukuran 22x22 cm yang terdiri dari 5 buah dengan ukuran diameter 22cm yang terbuat dari aluminium. Selanjutnyaadalah alat pengolahan, semuanya dikategorikan baik karena peralatan tersebut mudah dibersihkan dan tidak berkarat. Alat pengolahan yang ada di instalasi yang terdiri dari kompor yang berjumlah 3 8 buah, tapi yang digunakan hanya 2 buah karena 1 kompor rusak dan belum diperbaiki. Tiga buah wajan besar, 4 buah panci dan 1 buah panci besar untuk penyimpanan air bersih di instalasi yang terbuat dari aluminium dan pengaduk makanan seperti sendok sayuran terbuat dari bahan stainlessteel dan ada campuran dari plastik, serokan terbuat dari aluminium dan pegangan dari kayu. Ada juga sendok kayu untuk pengaduk nasi yang berjumlah 4 buah.Untuk pencetak nasi makanan biasa tenaga pengolah menggunakan mangkok kecil yang terbuat dari kaca yang berjumlah 6 buah. Untuk peralatan penyajian, berdasarkan wawancara peneliti kepada pelaksana gizi, informan A (001) mengatakan bahwa “pihak instalasi hanya menyediakan tempat untuk makan saja.Sementara untuk gelas dan alat makan seperti sendok dan garpu pihak keluarga pasien yang menyediakan”. Informan A (002), (003), (004), (005), dan (006) juga mengatakan bahwa: “alat penyajian yang disediakan hanya piring maka”. Informan A (001) menambahkan bahwa: “hal ini bertujuan untuk menghindari penularan penyakit”. Berdasarkan hasil observasi peralatan penyajian di instalasi gizi RSUD Pariaman terdiri dari 2 jenis yakni piring stainlessteel dan rantang stainlessteel.Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan informan A (001) mengatakan bahwa, “ada beberapa pembagian ruang rawat inap di rumah sakit ini yaitu ruang VIP, Utama, Kelas 1, 2 dan 3.Untuk ruang VIP, utama dan kelas 1 digunakan rantang stainlessteel dan untuk kelas 2 dan 3 digunakan piring stainlessteel”. 3. Penyajian serta Distribusi Makanan 9 Berdasarkan observasi peneliti, penyajian makanan dimulai dari persiapan alat penyajian yang akan digunakan. Alat penyajian piring stainlessteel disusun di atas meja persiapan dan terlebih dahulu diberi potongan kertas yang berisikan nama pasien dan penyakit yang diderita. Sementara untuk rantang di buka satu persatu dan di kelompokkan berdasarkan isi yang akan dimasukkan ke dalamnya. Khusus untuk penderita hipertensi, makanan yang sudah selesai diolah dituang terlebih dahulu ke dalam sebuah wadah untuk diberi garam yang sudah ditimbang sebelumnya. Penyajian pada minuman yaitu susu, berdasarkan hasilobservasi peneliti tidak menemukan dalam daftar menu. Tetapi pada kenyataannya minuman susu disediakan pihak instalasi gizi menyediakan susu bubuk yang sudah ditakar kemudian dimasukkan dalam plastik. Hal ini dilakukan karena pihak instalasi tidak menyediakan gelas untuk pasien, sehingga susu yang telah ditakar tersebut dibuat sendiri oleh keluarga pasien. Setelah makanan selesai disajikan, tahap selanjutnya adalah pendistribusian makanan sampai ke tangan pasien. Berdasarkan hasil wawancara informan dengan C (007) dan (008) mengatakan bahwa: “Pendistribusian makanan dilaksanakan oleh pihak tenaga distributor setelah penyajian makanan selesai”. Menurut informan C (007), “tahap pendistribusian makanan ada dua cara yakni dengan cara sentralisasi dan desentralisasi”. Berdasarkan wawancara peneliti tentang waktu distribusi makanan, informan C (008) mengatakan bahwa: “Pendistribusian makanan dilakukan 10 lima menit sebelum waktu makan tiba”. Berdasarkan hasil observasi peneliti makanan yang dihidangkan ke pasien jarang mengalami kekurangan atau kelebihan makanan. Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya, sebelum memulai semua proses pihak pelaksana gizi akan melakukan pengecekan terhadap jumlah pasien per hari. Pendistribusian makanan ke pasien, dibawa melalui trolly tertutup dalam jumlah banyak sehingga tenaga distributor tidak perlu bolak balik ke dapur instalasi. Sementara untuk pendistribusian pada rantang stainlessteel pihak instalasi menggunakan trolly terbuka. Dalam hal pendistribusian makanan, pihak instalasi terlalu cepat dalam mendistribusikan makan.Sementara makanan menurut yaitu Moehyi 5 menit (1992), sebelum mengatakan waktu bahwa “pendistribusian makanan haruslah tepat waktu sesuai dengan jam makan.Jangan terlalu cepat atau terlalu lambat yang menyebabkan makanan menjadi cepat dingin sampai di tangan pasien”. E. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Berdasarkan wawancara, hasil dokumentasi penelitian maka yang dapat diperoleh diambil dari observasi, kesimpulan sebagai berikut:Tahapan penyelenggaraan makanan di RSUD Pariaman terdiri dari perencanaan menu yang ditangani oleh pelaksana gizi dengan siklus menu 10 hari yang diganti satu kali setahun. Perencanaan menu di instalasi gizi tidak dilaksanakan sesuai dengan master menu yang direncanakan sebelumnya. Perencanaan bahan makanan dilakukan dengan mengadakan rapat 11 tahunan.Pembelian bahan makanan dengan menunjuk pelanggan yang ada di pasar yang spesifikasi bahan makanan dari pihak pelaksana gizi.Penyimpanan bahan makanan di RSUD Pariaman menggunakan teknik FIFO yakni first in first out. Pada tahap pengolahan makanan terdiri dari proses persiapan bahan makanan yakni proses penimbangan dilakukan oleh pelaksana gizi. Selanjutnya proses pencucian dan pemotongan sampai pada proses memasak dilakukan oleh tenaga pengolah. Peralatan pada instalasi gizi RSUD Pariaman tidak jauh berbeda dengan peralatan industri catering lainnya, yang terdiri dari: alat persiapan (meja persiapan, bowl stainlessteel, talenan, pisau, timbangan, mixer, blender dan cetakan), alat pengolahan (kompor, wajan, dan panci), serta alat penyajian (piring dan rantang stainlessteel). Pengolahan makanan diet rendah garam pada penderita hipertensi di Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman dilakukan oleh tenaga pengolah sesuai dengan instruksi dari pelaksana gizi. Sedangkan dalam proses pengolahan makanan teknik pengolahan yang dominan adalah teknik menggulai yang menggunakan santan. Penyajian makanan yang dihidangkan tidak menggunakan garnish dikarenakan riwayat pendidikan tenaga pengolah hanya tamatan SD yang tidak mengetahui cara menghias suatu makanan di sebuah institusi dan pendistribusian makanan di RSUD dilaksanakan 5 menit sebelum jam makan yang mengakibatkan makanan agak dingin setelah sampai ke pasien. 12 Pendistribusian makanan di instalasi gizi menggunakan 2 cara yaitu sentralisasi dan desentralisasi. 2. Saran Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari penelitian ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan di dalam penulisan skripsi ini, untuk itu peneliti menyarankan:Bagi dapur instalasi gizi di Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman untuk bisa melengkapi lagi peralatan yang kurang, baik itu peralatan persiapan, peralatan pengolahan dan peralatan penyajian. Bagi penyelenggara makanan di RSUD untuk lebih memperhatikan lagi keadaan makanan yang disajikan dan waktu pendistribusian makanan, sehingga makanan sampai ke pasien tidak terlalu panas dan juga tidak terlalu dingin. Jika makanan tetap hangat sampai ke tangan pasien hendaknya pihak instalasi melengkapi dengan alat pemanas makanan.Bagi pasien agar lebih mematuhi aturan dalam menjalani terapi diet hipertensi yang diberikan.Dan bagi keluarga pasien jangan terlalu sering membelikan pasien makanan diluar.Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat lebih mengkaji dan mengembangkan lebih dalam lagi teori yang sudah dijelaskan dalam penelitian ini. Catatan: artikel ini disusun berdasarkan skripsi penulis dengan Pembimbing I: Dra. Hj. Baidar, M.Pd dan Pembimbing II: Dr. Yuliana, S.P,M.Si Daftar Pustaka 13 Casey, Aggie. 2011. DASH Diet Information. http://medicine.georgetown.edu/divisions/nephrology/knowledge/224249 .html. Diakses [21 Oktober 2012] DepKes RI. 1992. Keputusan Menteri Kesehatan RI No.983/MenKes/SK/XI/1992. Derajat Kesehatan Masyarakat. Dep Kes RI. 2003. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat Mangunkusumo, Cipto. 2003. Penuntun Diit. Jakarta: PT. Gramedia. Moehyi, Sjahmien. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasa Boga. Jakarta: Bharata. Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Purwati, Susi. 2005. Perencanaan Menu Untuk Penderita Darah Tinggi. Jakarta: Penebar Swadaya. Iwan, Hadibroto. 2005. Penanggulangan Tekanan Darah Tinggi. http://medicine.georgetown.edu/divisions/nephrology/knowledge/224249 .html. Diakses [21 Oktober 2012]