BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kanker kolon suatu bentuk

advertisement
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kanker kolon suatu bentuk keganasan dari masa abnormal /
neoplasma yang muncul dari jaringan ephitel dari kolon (Haryono, 2010).
Kanker kolorektal ditunjukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon
dan rektum. Kolon dan rectum adalah bagian dari usus besar pada sistem
pencernaan yang disebut traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon
berada di bagian proksimal usus besar dan rektum dibagian distal sekitar 5
- 7 cm diatas anus. Kolon dan rektum merupakan bagian dari saluran
pencernaan atau saluran gastrointestinal di mana fungsinya adalah untuk
menghasilkan energi bagi tubuh dan membuang zat-zat yang tidak
berguna (Penzzoli dkk, 2007).
Kanker kolorektal merupakan suatu tumor malignant yang muncul
pada jaringan ephitelial dari colon/rectum. Umumnya tumor kolorektal
adalah adenokarsinoma yang berkembang dari polip adenoma (Wijaya
dan Putri, 2013).
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
B. Anatomi Fisiologi
Diyono (2013).
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon
melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan
rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon
melintang sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya
sering disebut dengan "kolon kiri".
C. Etiologi
Adapun beberapa faktor yang menpengaruhi kejadian kanker
kolorektal menurut (Soebachman, 2011) yaitu :
1. Usia
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Risiko terkena kanker kolon meningkat dengan bertambahnya usia.
Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60 - 70 tahun.
Jarang sekali ada penderita kanker kolon yang usianya dibawah 50.
Kalaupun ada, bisa dipastikan dalam sejarah keluarganya ada yang
terkena kanker kolon juga.
2. Polip
Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Jika
polip ini langsung dihilangkan pada saat ditemukan, tindakan
penghilangan tersebut akan bisa mengurangi risiko terjadinya kanker
kolon di kemudian hari.
3. Riwayat kanker
Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap kanker kolon (
bahkan pernah dirawat untuk kanker kolon ) berisiko tinggi terkena
kanker kolon lagi dikemudian hari. Wanita yang pernah mengidap
kanker ovarium ( indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara
juga memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena kanker kolon.
4. Faktor keturunan / genetika
Sejarah adanya kanker kolon dalam keluarga, khususnya pada
keluarga dekat. Orang yang keluarganya punya riwayat penyakit FAP (
Familial Adenomatous Polyposis ) atau polip adenomatosa familial
memiliki risiko 100% untuk terkena kanker kolon sebelum usia 40
tahun bila FPA-nya tidak diobati. Penyakit lain dalam keluarga adalah
HNPCC ( Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer ), yakni
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
penyakit kanker kolorektal nonpolip yang menurun dalam keluarga,
atau sindrom Lynch.
5. Penyakit kolitis ( radang kolon ) ulseratif yang tidak diobati.
6. Kebiasaan merokok.
Perokok memiliki risiko jauh lebih besar untuk terkena kanker
kolon dibandingkan dengan yang bukan perokok.
7. Kebiasan makan
Pernah diteliti bahwa kebiasaan makan banyak daging merah ( dan
sebaliknya sedikit makan buah, sayuran serta ikan ) turut
meningkatkan risiko terjadinya kanker kolon. Mengapa? Sebab daging
merah ( sapi dan kambing ) banyak mengandung zat besi. Jika sering
mengonsumsi daging merah berarti akan kelebihan zat besi.
8. Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna,
apalagi jika pewarnanya adalah pewarna nonmakanan.
9. Terlalu banyak mengonsumsi makanan makanan yang mengandung
bahan pengawet.
10. Kurangnya aktivitas fisik, Orang yang beraktivitas lebih banyak
memiliki risiko lebih rendah untuk terkena kanker kolon.
11. Berat badan yang berlebihan ( obesitas ).
12. Infeksi virus tertentu seperti HPV (Human Papiloma Virus) turut andil
dalam terjadinya kanker kolon.
13. Kontak dengan zat-zat kimia tertentu. Misalnya logam berat, toksin,
dan ototoksin serta gelombang elektromagnetik.
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
14. Keniasaan mengonsumsi minuman beralkohol, khususnya bir. Usus
mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko
terkena kanker kolon.
15. Bekerja sambil duduk seharian. Misalnya para eksekutif, pegawai
administrasi, atau pengemudi kendaran umum.
D. Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum (95 %) adenokarsinoma (muncul dari
lapisan epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi
ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam
struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan
menyebar kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati) Japaries, 2013.
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi
penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus
serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan
abses, serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis relativ baik
bila lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseks dilakukan,
dan jauh lebih jelek telah terjadi mestatase ke kelenjr limfe (Japaries,
2013).
Menurut Diyono (2013), tingakatan kanker kolorektal dari duke
sebagai berikut :
1. Stadium 1 : terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding rektum dan
kolon).
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
2. Stadium 2 : menembus dinding otot, belum metastase.
3. Stadium 3 : melibatkan kelenjar limfe.
4. Stadium 4 : metastase ke kelenjar limfe yang berjauhan dan ke organ
lain.
Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat
tumbuh secara lokal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebaran ini
melalui beberapa cara. Penyebaran secara lokal biasanya masuk kedalam
lapisan
dinding usus sampai keserosa dan lemak mesentrik, lalu sel
kanker tersebut akanmengenai organ disekitarnya. Adapun penyebaran
yang lebih luas lagi didalam lumen usus yaitu melalui limfatik dan sistem
sirkulasi. Bila sel tersebut masuk melalui sistem sirkulasi, maka sel kanker
tersebut dapat terus masuk ke organ hati, kemudian metastase ke orgab
paru-paru. Penyebaran lain dapat ke adrenal, ginjal, kuli, tulang, dan otak.
Sel kanker pu dapat menyebar ke daerah peritoneal pada saat akan
dilakukan reseksi tumor (Diyono, 2013).
Hampir semua kanker kolorektal ini berkembang dari polip
adenoma jenis villous, tubular, dan viloutubular. Namun dari ketiga jenis
adenoma ini, hanya jenis villous dan tubular yang diperkirakan akan
menjadi premaligna. Jenis tubular berstruktur seperti bola dan bertangkai,
sedangkan jenis villous berstuktur tonjolan seperti jari-jari tangan dan
tidak bertangkai. Kedua jenis ini tumbuh menyerupai bunga kol didalam
kolon sehingga massa tesebut akan menekan dinding mukosa kolon.
Penekanan yang terus-menerus ini akan mengalami lesi-lesi ulserasi yang
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
akhirnya akan menjadi perdarahan kolon. Selain perdarahan, maka
obstruksi pun kadang dapat terjadi. Hanya saja lokasi tumbuhnya adenoma
tersebut sebagai acuan. Bila adenoma tumbuh di dalam lumen luas
(ascendens dan transversum), maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini
dikarenakan isi ( feses masih mempunyai konsentrasi air cukup) masih
dapat melewati lumen tersebut dengan mengubah bentuk (disesuaikan
dengan lekukan lumen karena tonjolan massa). Tetapi bila adenoma
tersebut tumbuh dan berkembang di daerah lumen yang sempit
(descendens atau bagian bawah), maka obstruksi akan terjadi karena tidak
dapat melewati lumen yang telah terdesak oleh massa. Namun kejadian
obstruksi tersebut dapat menjadi total atau parsial (Diyono, 2013).
Secara genetik, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks.
Perubahan genetik sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi
permalignan (adenoma) untuk adenokarsinoma invasif. Rangkain peristiwa
molekuler dan genetik yang menyebabkan transformsi dari keganasan
polip adenomatosa. Proses awal adalah mutasi APC (adenomatosa
Poliposis Gen) yang pertama kali ditemukan pada individu dengan
keluarga adenomatosa poliposis (FAP= familial adenomatous polyposis).
Protein yang dikodekan oleh APC penting dalam aktivasi pnkogen c-myc
dan siklinD1, yang mendorong pengembangan menjadi fenotipe ganas
(Muttaqin, 2013).
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
E. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak
spesifik. Keluhan utama pasien pasien dengan kanker kolorektal
berhubungan dengan besar dan lokasi dari tumor. Tumor yang berada
pada kolon kanan, dimana isi kolon berupa cairan, cenderung tetap
tersamar hingga lanjut sekali sedikit kecenderungan menyebabkan
obstruksi karena lumen usus lebih besar dari feses masih encer. Gejala
klinis sering brupa rasa penuh, nyeri abdomen, perdarahan dan
symptomatik anemia (menyebabkan kelemahan, pusing dan penurunan
berat badan). Tumor yang berada pada kolon kiri cenderung
mengakibatkan perubahan pola defekasi sebagai akibat iritasi dan respon
refleks, perdarahan, mengecilnya ukuran feses, dan komplikasi karena lesi
kolon kiri yang cenderung melingkar mengakibatkan obstruksi. Tumor
pada rektum atau sigmoid bersifat lebih infiltratif pada waktu diagnosis
dari leksi proksimal, maka prognosisnya lebih jelek (Kumar dkk, 2010).
Menurut Japaries (2013) Kanker usus besar dibagi menajadi dua
stadium yaitu :
1. Stadium dini
a. Tanda iritasi usus dan perubahan kebiasaan defekasi : sering buang
air besar, diare atau obstipasi, kadang kala obstipasi dan diare silih
berganti, tenesmus, anus turun tegang, sering terdapat nyeri samar
abdomen. Pasien lansia bereaksi tumpul dan lamban, tidak peka
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
nyeri, kadang kala setelah terjadi perforasi tumor, peritonitis baru
merasakan nyeri dan berobat.
b. Hematokezia : tumor luka ulserasi berdarah, kadang kala merah
segar atau merah gelap, biasanya tidak banyak, intermitan. Jika
posisi tumor agak tinggi, darah dan feses becampur menjadikan
feses mirip selai. Kadang kala keluar lendir berdarah.
c. Ileus : ileus merupakan tanda lanjut kanker kolon. Ileus kolon sisi
kiri sering ditemukan . kanker kolon tipe ulseratif atau hiperplstik
menginvasi
kesekitar
dinding
usus
membuat
lumen
usus
menyempit hingga ileus, sering berupa ileus mekanik nontotal
kronis, mula-mula timbul perut kembung, rasa tak enak perut
intermiten, borborigmi, obstipasi atau feses menjadi kecil (seperti
pensil atau tahi kambing) bahkan tak dapat buang angin atau feses.
Sedangkan ileus akut umumnya disebabkan karsinoma kolon tipe
infiltratif. Tidak jarang terjadi intususepsi dan ileus karena tumor
pada pasien lansia, maka pada lansia dengan intususepsi harus
memikirkan kemungkinan karsinoma kolon. Pada ileus akut
maupun kronik, gejala muntah tidak menonjol, bila terdapat
muntah, mungkin usus kecil (khususnya proksimal) sudah terinvasi
tumor.
d. Massa abdominal. Ketika tumor tumbuh hingga batas tertentu
didaerah abdomen dapat diraba adanya massa, sering ditemukan
pada koon belahan kanan. Pasien lansia umumnya mengurus,
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
dinding abdomen relatif longgar, massa mudah diraba. Pada
awalnya massa bersifat mobil, setelah menginvasi sekitar menjadi
infeksi.
e. Anemia, pengurusan, demam, astenia dan gejala toksik sistemik
lain. Karena pertumbuhan tumor menghabiskan nutrisi tubuh,
perdarahan kronis jangka panjang menyebabkan anemia; infeksi
sekunder tumor menyebabkan demam dan gejala toksik.
2. Stadium lanjut
Selain gejala lokal tersebut diatas, dokter harus memperhatikan tumo
adalah penyakit sistemik, pada fase akhir progresi kanker usus besar
timbul grjala stadium lanjut yang sesuai. Misal, invasi luas tumor
dalam kavum pelvis menimbulkan nyeri daerah lumbosakra, iskialgia
dan neuralgia obturatoria; ke anterior menginvasi mukosa vagina dan
vesika urinaria menimbulkan perdarhan pervaginam atau hematuria,
bila parah dapat timbul fistel rektovaginal, fistel rektovesikel;
obstruksi ureter bilateral menimbulkan anuria, uremia; tekanan pada
retra menimbulkan retensi urin; asites, hambatan saluran limfatik atau
tekanan pada vena iliaka menimbulkan udem tungkai, skrotal, labial;
perforasi menimbulkan peritonitis akut, abses abdomen; metastasis ke
paru menimbulkan batuk, nafas memburu, hemoptisis; metastasis ke
otak menyebabkan koma; metastasis tulang menimbulkan nyeri
tulang, pincang dll. Akhirnya dapat timbul kakeksia, kegagalan
sistemk (Japaries, 2013).
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
F. Pemeriksaan penunjang
Menurut Casciato (2004) ada beberapa macam pemeriksaan penunjang
yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kanker kolon yaitu :
1. Biopsi
Konfirmasi adanya malignansi dengan pemeriksaan biopsi sangat
penting jika terdapat sebuah obstruksi sehingga tidak memungkinkan
dilakukanya biopsi maka sikat sitologi akan sangat berguna (Casciato,
2004).
2. Carsinoembrionik Antigen (CEA) Screening
CEA adalah sebuah glikopretein yang terdapat pada permukaan
sel yang masuk ke dalam peredaran darah, dan digunakan sebagai
marker serologi untuk memonitor status kanker kolorektal dan untuk
mendeteksi rekurensi dini dan metastase ke hepar. CEA terlalu
insensitif dan nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai screening
kanker kolorektal. Meningkatnya nilai CEA serum, bagaimanapun
berhubungan dengan beberapa parameter. Tingginya nilai CEA
berhubungan dengan tumor grade 1 dan 2, stadium lanjut dari
penyakit dan kehadiran metastase ke organ dalam. Meskipun
konsentrasi CEA serum merupakan faktor prognostik independen.
Nilai CEA serum baru dapat dikatakan bermakna pada monitoring
berkelanjutan setelah pembedahan (Casciato, 2004).
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Meskipun keterbatasan spesifitas dan sensifitas dari tes CEA,
namun tes ini sering diusulkan untuk mengenali adanya rekurensi dini.
Tes CEA sebelum opersai sangat berguna sebagai faktor prognosa
dan apakah tumor primer berhubungan dengan meningkatnya nilai
CEA. Peningkatan nilai CEA preoperatif berguna untuk identifikasi
awal dari dari metastase karena sel tumor yang bermetastase sering
mengakibatkan naiknya nilai CEA (Casciato, 2004).
3. Digital Rectal Examination
Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral,posterior,
dan anterior, serta spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat diraba
dengan mudah. Metastasis intraperitoneal dapat teraba pada bagian
anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis kantong
douglas sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm
merupakan batas eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah
lama diketahui bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh
jari, sehingga Rectal examination merupakan cara yang tidak dapat
begitu saja diabaikan (Schwartz, 2005).
4. Barium Enema
Teknik yang sering digunakan adalah dengan memakai double
kontras varium enema, yang sensitifitasnya mencapai 90% dalam
mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Teknik ini jika digunakan
bersama-sama fleksibel sigmoidoskopi merupakan cara yang hemat
biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien yang
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
tidak dapat mentoleransi kolonoskopi, atau digunakan sebagai
pemantauan jangka panjang pada pasien yang mempunyai riwayat
polip atau kanker yang telah di eksisi. Risiko perforasi dengan
menggunakan barium eneme sangat rendah, yaitu sebesar 0,02% jika
terdapat kemungkinan perforasi, maka sebuah kontras larut air harus
digunakan dari pada barium enema. Barium peritonitis merupakan
komplikasi yang sangat serius yang dapat mengakibatkan berbagai
infeksi dan peritoneal fibrosis. Tetapi sayangnya sebuah kontras larut
air tidak dapat menunjukan detail yang penting untuk menunjukam
lesi kecil pada mukosa kolon (Schwartz, 2005).
5. Endoskopi
Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon
karena 3% dari pasien mempunyai synchronous kanker dan
berkemungkinan untuk mempunyai polip premaligna (Casciato,
2004).
6. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran
seluruh mukosa kolon dan rectum. Sebuah standar kolonoskopi
panjangnya dapat mencapai 160 cm. Kolonoskopi merupakan cara
yang paling akurat untuk dapat menunjukan polip dengan ukuran
kurang dari 1 cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi
sebesar sebesar 94%, lebih baik dari pada barium enema yang
keakuratannya
hanya
sebesar
67%
(Depkes,
2006).
Sebuah
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
kolonoskopi juga dapat digunakan untuk biopsi, polipektomi,
mengontrol perdarahan dan dilatasi dari struktur. Kolonoskopi
merupakan prosedur yang sangat aman dimana komplikasi utama
(perdarahan, komplikasi anestesi dan perforasi) hanya muncul kurang
dari 0,2% pada pasien. Kolonoskopi merupakan cara yang sangat
berguna untuk mendiagnosis dan manajemen dari Inflamatory Bowel
Disease, non akut divertikulitis, sigmoid volvulus, gastrointestinal
bleedin, megakolon non toksik, struktur kolon dan neoplasma.
Komplikasi lebih sering terjadi pada kolonoskopi terapi daripada
diagnostik kolonoskopi, perdarahan merupakan komplikasi utama dari
kolonoskopi terapeutik, sedangkan perforasi merupakan komplikasi
utama dari kolonoskopi diagnostik (Schwartz, 2005).
G. Penatalaksanaan umum
a. Pembedahan
Pembedahan adalah satu satunya cara yang telah secara luas
diterima
sebagai
penangan
kuratif
untuk
kanker
kolorektal.
Pembedahan kuratif untuk kaker kolorektal. Pembedahan kuratif harus
mengeksisi dengan batas yang luas dan maksimal regional
lymphadenektomi sementara mempertahankan fungsi dari kolon
sebisanya. Untuk lesi diatas rektum, reseksi tumor dengan minimum
margin 5 cm bebas tumor (Casciato, 2004).
Menurut Haryono (2012), pembedahan merupakan tindakan
primer pada kira-kira 75% pasien dengan kanker kolorektal.
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Pembedahan dapat bersifat kuratif atau palliative. Kanker yang
terbatas pada satu sisi dapat diangkat dengan kolonoskop. Kolosotomi
laparoskopik dengan polipektomi, suatu prosedur yang baru
dikembangkan untuk meminimalkan luasnya pembedahan pada
beberapa kasus. Laparoskop digunakan sebagai pedoman dalan
membuat keputusan dikolon massa tumor kemudian dieksisi. Reseksi
usus diindikasikan untuk kebanyakan lesi kelas A dan semua kelas B
serta lesi C. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker
kolon D. Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah palliative.
Apabila tumor telah menyebar dan mencangkup struktur vital
sekitarnya, maka operasi tidak dapat dilakukan.
b. Terapi Radiasi
Terapi
radiasi
merupakan
penanganan
kanker
dengan
menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker.
Terdapat dua cara pemberian terapi radiasi, yaitu dengan eksternal
radiasi dan internal radiasi.
Pemilihan cara radiasi diberikan
tergantung pada tipe dan stadium dari kanker (Henry Ford, 2006).
c. Kemotherapi
Kemoterapi dalam bahasa inggris (chemotherapy) adalah
penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Kemoterapi adalah
penggunaan zat kimia untuk perawatan penyakit. Dalam penggunaan
modernnya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada obat
sitostatik yang digunakan untuk merawat kanker.
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker
sebelum operasi, merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah
operasi, dan mengobati beberapa macam kanker darah. Kemoterapi
Merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat
sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat proliferasi selsel kanker.
Kemoterapi
memerlukan
penggunaan
obat
untuk
menghancurkan sel kanker. Walaupun obat ideal akan menghancurkan
sel kanker dengan tidak merugikan sel biasa, kebanyakan obat tidak
selektif. Malahan, obat didesain untuk mengakibatkan kerusakan yang
lebih besar pada sel kanker daripada sel biasa, biasanya dengan
menggunakan obat yang mempengaruhi kemampuan sel untuk
bertambah besar. Pertumbuhan yang tak terkendali dan cepat adalah
ciri khas sel kanker. Tetapi, karena sel biasa juga perlu bertambah
besar, dan beberapa bertambah besar cukup cepat (seperti yang di
sumsum tulang dan garis sepanjang mulut dan usus), semua obat
kemoterapi mempengaruhi sel biasa dan menyebabkan efek samping.
Tujuan pemberian kemoterapi : Pengobatan, Mengurangi
massa tumor selain pembedahan atau radiasi, Meningkatkan
kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup, Mengurangi
komplikasi akibat metastase. Kemoterapi dapat diberikan dengan cara
Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah kulit, rongga tubuh) dan
cara Diminum (tablet/kapsul).
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain: Lemas,
Mual dan Muntah, Gangguan Pencernaan, Sariawan, Efek Pada
Darah, Otot dan Saraf, Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna,
dan Produksi Hormon.
Dalam beberapa penelitian kemoterapi mampu menekan
jumlah kematian penderita kanker tahap dini, namun bagi penderita
kanker tahap akhir / metastase, tindakan kemoterapi hanya mampu
menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien untuk
sementara waktu. Bagaimanapun manusia hanya bisa berharap
sedangkan kejadian akhir hanyalah Tuhan yang menentukan.
H. Fokus Keperawatan
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut wijaya dan putri (2013),
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian
a. Data Demografi
1) Kanker klorektal sering ditemukan terjadi pada usia lebih dari
40 tahun.
2) Pada wanita sering ditemukan kanker kolon dan kanker rekti
lebih sering terjadi pada laki-laki.
b. Riwayat kesehatan dahulu
1) Kemungkinan pernah menderita polip kolon, radang kronik
kolon dan kolitis ulseratif yang tidak teratasi.
2) Adanya infeksi dan obstruksi pada usus besar.
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
3) Die atau konsumsi diet yang tidak baik, tinggi protein, tinggi
lemak dan rendah serat.
c.
Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat kanker pada keluarga, diidentifikasi kanker
yang menyerang tubuh atau organ termasuk kanker kolorektal
adalah diturunkan sebagai sifat dominan.
d. Riwayat kesehatan sekarang
1) Klien mengeluh lemah, nyeri abdomen dan kembung.
2) Klien mengeluh perubahan pada defekasi : Buang Air Besar
(BAB) seperti pita, diare yang bercampur darah dan lendir dan
rasa tidak puas setelah buang air besar.
3) Klien megalami anoreksia, mual, muntah dan penurunn berat
badan.
e. Pemeriksaan fisik
1) Mata : konjungtiva subanemis / anemis.
2) Leher : distensi vena jugularis (JVP).
3) Mulut : mukosa mulut kering dan pucat, lidah pecah – pecah
dan bau yang tidak enak.
4) Abdomen : distensi abdomen, adanya teraba massa, penurunn
bising usus dan kembung.
5) Kulit : turgor kulit buruk, kering (dehidrasi / malnutrisi.
f. Pengkajian Fungsional Gordon
1) Aktivitas / istirahat
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Gejala : kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah, merasa
gelisah dan ansietas, tidak tidur semalaman karena diare,
pembatasan aktivitas / kerja sehubungan dengan efek proses
penyakit.
2) Pernafasan : nafas pendek, dispnea (respon terhadap nyeri
yang dirasakan) yang ditandai dengan takipnea dan frekuensi
menurun.
3) Sirkulasi
Tanda : Takikardi (respon terhadap demam, dehidrasi, proses
inflamasi dan nyeri), hopotensi, kulit/membran : turgor buruk,
kering, lidah pecah-pecah, (dehidrasi/malnutrisi).
4) Integritas Ego
Gejala : ansietas, ketakutan, emosi kesal, misal : perasaan tak
berdaya/tak ada harapan.
Faktor stress akut/kronis : misal hubungan dengan keluarga /
pekerjaan, pengobatan yang mahal.
Tanda : menolak, perhatian yang menyempit, depresi.
5) Eliminasi
Gejala : tekstur feses bervariasi dan bentuk lunak sampai bau.
Episode diare berdarah tak dapat diperkirakan, hilang timbul,
sering tak dapat dikontrol (sebanyak 20-30 kali/hari), perasaan
tidak nyaman/tidak puas, deteksi berdarah/ mukosa dengan
atau tanpa keluar feses.
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Tanda : menurunnya bising usus, tidak ada peristaltik atau
adanya peristaltik yang dapat dilihat, oliguria.
6) Makan / Cairan
Gejala : anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan,
tidak toleran terhadap diit/sensitif (misal : buah segar/massa
otot, kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buru, membran
mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut.
7) Hygine
Tanda
:
ketidakmampuan
melakukan
perawatan
diri,
stomatitis, menunjukan kekurangan vitamin.
8) Nyeri / Kenyamanan
Gejala : nyeri/nyeri tekan pada kuadran kiri bawah.
9) Keamanan
Gejala : adanya riwayat polip, radang kronik viseratif.
10) Muskuloskeletal : penurunan kekuatan otot, kelemahan dan
malaise (diare, dehidrasi, dan malnutrisi).
11) Seksualitas
Gejala : tidak bisa melakukan hubungan seksual/ frekuensi
menurun.
12) Interaksi Sosial
Gejala : masalah hubungan / peran sehubungan dengan
kondisi ketidakmampuan aktif dalam sosial.
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
I. Pathway
Usia lanjut
Infeksi usus
Genetika
Mutasi gen
Gaya hidup,Pola makan
Peningkatan asam
lambung
Polip adenomatosa
Lapisan epitel usus
Kolitis
Penyumbatan
lumen
Adenokarsinoma
Ulserasi
Peritonitis
Perporasi/abses
Ca.colon
Ileus
Obstipasi
Perdarahan
Hematocezia/BAB
darah
Tidak bias BAB/flatus
Penurunan HB
Gangguan defeksi
Kolostomi
Distensi
Resiko infeksi
Nyeri
Kerusakan integritas jaringan
Resiko infeksi
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Diyono, Japaries, Kumar dkk, Muttaqin (2013).
J. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik.
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan kerusakan lapisan
kulit.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan pertahanan primer dan
sekunder.
K. Fokus Intervensi
No.
Dx keperawatan
NOC
1.
Nyeri akut
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan
keperawatan 2x24 jam
dengan agen
diharapkan nyeri berkurang
injuri fisik.
dengan kriteria hasil:
1. Vital sign dalam batas
normal
2. Mampu mengontrol nyeri
3. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang
NIC
Pain Management:
1. kaji nyeri secara
komprehensif.
2. observasi non
verbal dari
ketidaknyamana
3. ajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam
4. monitor vital sign
5. anjurkan untuk
istiraha
6. kolaborasi medis
dalam pemberian
analgetik
2.
Kerusakan
Setelah dilkukan tindakan
1. anjurkan untuk
integritas
keperawatan selama 2x24 jam
memakai pakaian
jaringan
diharapkan jaringan dan kulit
longgar.
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
berhubungan
baik, dengan kriteria hasil:
dengan
1. Tidak ada nekrosis
kerusakan
2. Perfusi jaringan normal
3. observasi luka
lapisan kulit.
3. Menunjukan proses
4. ajarkan kepada
penyembuhan jaringan
2. jaga kulit agar
tetap bersih.
keluarga tentang
luka dan
5. perawatan luka
bantu mobilisasi
pasien
3.
Resiko infeksi
Setelah dilakukan tindakan
berhubungan
keperawatan 2x24 jam di
dengan
harapkan tidak ada infeksi,
penurunan
dengan kriteria hasil:
pertahanan
1. Bebas dari tanda dan gejala
primer dan
sekunder.
infeksi
2. Jumlah leukosit dalam
batas normal
3. Mampu untuk mencegah
timbulnya infeksi
1. observasi kondisi
luka
2. monitor tanda
dan gejala infeksi
3. dorong pasien
untuk
meningkatkan
intake nutrisi
4. batasi jumlah
pengunjung
5. kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk diit tinggi
kalori tinggi
protein
6. kolaborasi untuk
pemberian
antibiotic
Asuhan Keperawatan Pada..., BHAYU BANGKIT ARAFAT, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015
Download