hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil

advertisement
HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN
PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN
SEKSUAL SAAT KEHAMILAN
DI WILAYAH SUKABUMI UTARA
Skripsi
Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep)
OLEH:
FITRI FARHANI
1110104000031
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014 M/1435 H
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SCHOOL OF NURSING
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA
Undergraduate Thesis, July 2014
Fitri Farhani, NIM: 1110104000031
Relationship between Education Level and Knowledge Pregnant Women
about Sexual Intercourse during Pregnancy in Sukabumi Utara Area
xx + 64 pages + 7 Tables + 2 Charts+ 1 pictures+ 1 Diagrams + 6 Attachments
ABSTRACT
Aspects of sexuality are taboo and rarely examined by health practitioners,
especially about sexual intercourse during pregnancy. Pregnancy is not an
impediment to do sexual intercourse, because sexual intercourse is one of the
physiological needs. The importance of knowledge of sexual intercourse during
pregnancy becomes an important aspect that needs to be known to pregnant
women.
The aim of this study was to determine whether there is a relationship between
level of education and knowledge of pregnant women about sexual intercourse
during pregnancy. This study was a quantitative study with cross-sectional design
at α = 0.05 level. Data collection was conducted on 82 respondents in Sukabumi
Utara area in June 2014 using questionnaire with a purposive sampling technique.
Data analysis using Chi square test. The results of this study showed p value=
0,112.
This research can provide input the health practitioners to provide comprehensive
service and provide information or counseling to pregnant women in matters of
sexual intercourse.
Keywords: Level education, Knowledge, Sexual Intercourse during Pregnancy
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2014
Fitri Farhani, NIM: 1110104000031
Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Hubungan Seksual Saat Kehamilan Di Wilayah Sukabumi Utara
xx + 64 halaman + 7 tabel + 2 bagan + 1 gambar + 1diagram + 6 lampiran
ABSTRAK
Aspek seksualitas merupakan hal yang tabu dan jarang dikaji oleh petugas
kesehatan, terutama tentang hubungan seksual saat kehamilan. Kehamilan bukan
merupakan suatu halangan untuk melakukan hubungan seksual, karena hubungan
seksual merupakan salah satu kebutuhan fisiologis. Pentingnya pengetahuan
hubungan seksual saat kehamilan menjadi aspek penting yang perlu diketahui ibu
hamil.
Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat
kehamilan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross
sectional dengan α = 0,05. Pengambilan data dilakukan pada 82 orang responden
di wilayah Sukabumi Utara pada bulan Juni 2014 dengan menggunakan kuesioner
dan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Analisis data
menggunakan uji Chi Square. Hasil uji didapatkan nilai p value= 0,112
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan
agar dapat memberikan pelayanan secara komprehensif serta dapat memberikan
informasi atau penyuluhan kepada ibu hamil dalam masalah hubungan seksual.
Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Hubungan Seksual saat Kehamilan
iv
v
vi
vii
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Fitri Farhani
Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta, 9 Januari 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
: Jl. Raya Kebayoran Lama Rt. 005 RW 001 No.10
Sukabumi Utara Kebon Jeruk Jakarta Barat 11540
Telepon
: 089653900668
Email
: [email protected]
[email protected]
Riwayat Pendidikan
1.
2.
3.
4.
1998 - 2004
2004 - 2007
2007 - 2010
2010 - 2014
:
: SDI Al-Falah II Pagi
: MTs Al-Falah
: MA Al-Falah
: S-1 Ilmu Keperawatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan inayahNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat
Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hubungan Seksual Saat
Kehamilan di Wilayah Sukabumi Utara”. Shalawat dan salam senantiasa kita
sanjungkan kehadirat Nabi Besar Muhammad SAW.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, peneliti telah banyak mendapatkan
bantuan berupa bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu, peneliti
ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. Prof. DR (hc). dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And, selaku
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep. MKM, selaku Ketua Program
Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ns. Uswatun Hasanah, MNS., selaku Dosen Pembimbing
akademik
yang
selalu
memberikan
perhatian,
waktu,
dan
bimbingannya selama proses perkuliahan.
4. Ibu Puspita Palupi, M. Kep, Ns. Sp. Kep. Mat, selaku Dosen
Pembimbing pertama yang senantiasa memberikan waktu dan
bimbingannya selama penyusunan skripsi ini.
ix
5. Ibu Yenita Agus, M.Kep., Sp.Mat., PhD, selaku Dosen Pembimbing
kedua yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama
penyusunan skripsi ini.
6. Pihak Kementerian Agama RI serta Pengelola PBSB yang telah
memberikan kepercayaan kepada peneliti untuk mendapatkan beasiswa
dalam Program Beasiswa Santri Berprestasi, sehingga peneliti bisa
menempuh studi disini.
7. CSS MoRA, baik CSS MoRa Nasional maupun CSS MoRa UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan semangat, inspirasi,
ilmu, serta pengalaman yang luar biasa.
8. Segenap Staf bidang Akademik dan Administrasi FKIK dan Program
Studi Ilmu Keperawatan
9. Teristimewa ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga tercinta,
Mama dan Papa tersayang (Ibu Umyani dan Bapak Syarifuddin),
adikku tersayang (Ahmad Hibatul Wafie), saudara-saudaraku (Ka
yoyo, Teteh), dan teruntuk Ryan Alfian. Terima kasih atas segala
perhatian dan dukungan yang telah kalian berikan untukku, atas doa
yang senantiasa selalu terpanjatkan, dan terimakasih telah menjadi
bagian hidupku.
10. Sahabat-sahabatku
Qiflyu
Jodi,
teman-teman
seperjuangan
di
Alfalah36, dan teman terbaik di bangku perkuliahanku “My Rainbow”
(Desy, Fidah, Naila, Nina, Alip, Adel), terimakasih karena kalian telah
menjadi pelipur lara suka duka bersama, pemberi semangat dan
motivasi.
x
11. Seluruh teman-temanku di Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan
2010, kita semua luar biasa, terimakasih atas perkenalan berharga
selama dibangku perkuliahan ini.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
peneliti harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb
Jakarta, Juli 2014
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul...............................................................................................
i
Pernyataan Keaslian Karya ............................................................................
ii
Abstract ..........................................................................................................
iii
Abstrak............................................................................................................
iv
Pernyataan Persetujuan...................................................................................
v
Lembar Pengesahan…………………………………………………………
vi
Daftar Riwayat Hidup.....................................................................................
viii
Kata Pengantar................................................................................................
ix
Daftar Isi.........................................................................................................
xii
Daftar Gambar................................................................................................
xvi
Daftar Diagram...............................................................................................
xvii
Daftar Bagan...................................................................................................
xviii
Daftar Tabel...................................................................................................
xix
Daftar Lampiran..............................................................................................
xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah...............................................................................
5
C. Tujuan Penelitian................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian..............................................................................
7
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan......................................................................................
9
1. Pengertian Pengetahuan................................................................
9
2. Tingkat Pengetahuan......................................................................
10
3. Proses Pengetahuan………………………………………………
10
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan….......................
11
5. Cara Memperoleh Pengetahuan………………………………….
13
6. Cara Mengukur Pengetahuan……………………………………
14
B. Pendidikan…………………………………………….......................
14
1. Pengertian Pendidikan…………………………………………..
14
2. Unsur-unsur Pendidikan………………………………………..
14
3. Tingkat Pendidikan……………………………………………...
15
C. Kehamilan……...................................................................................
15
1. Pengertian Kehamilan…...............................................................
15
2. Perubahan Fisiologis Kehamilan…..............................................
16
a. Perubahan pada Sistem Reproduksi…………………………
16
b. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular……………………..
18
c. Perubahan pada Sistem Pernapasan…………………………
18
d. Perubahan pada Ginjal………………………………………
18
e. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal……………………
19
f. Perubahan pada Sistem Integumen…………………………
19
g. Perubahan pada Sistem Pencernaan…………………………
20
3. Perubahan Psikologis Kehamilan................................................
xiii
20
D. Seksualitas...........................................................................................
21
1. Pengertian Seksulitas……………………………………………
21
2. Komponen Seksualitas………………………………………….
22
3. Hubungan Seksual………………………………………………
23
4. Seksualitas Selama Kehamilan…………………………………
25
E. Kerangka Teori...................................................................................
34
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN
HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep................................................................................
34
B. Hipotesis.............................................................................................
34
C. Definisi Operasional...........................................................................
35
BAB IV METODELOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian................................................................................
37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................
37
C. Populasi dan Sampel...........................................................................
37
D. Pengumpulan Data…………………................................................
39
E. Instrumen Penelitian...........................................................................
40
F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas.....................................................
41
G. Pengolahan Data.................................................................................
43
H. Analisis Data.......................................................................................
44
I. Etika Penelitian...................................................................................
45
xiv
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian...............................................................
47
B. Hasil Analisis Univariat......................................................................
48
C. Hasil Analisis Bivariat........................................................................
50
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat...............................................................................
52
B. Analisis Bivariat..................................................................................
59
C. Keterbatasan Penelitian.......................................................................
62
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ........................................................................................
63
B. Saran ..................................................................................................
64
Daftar Pustaka
Lampiran
xv
DAFTAR GAMBAR
No gambar
Judul Gambar
Hal
2.1
Siklus Respon Seksual
24
xvi
DAFTAR DIAGRAM
No diagram
Judul Diagram
Hal
4.1
Diagram Posisi Hubungan Seksual
30
xvii
DAFTAR BAGAN
No bagan
Judul Bagan
Hal
2.1
Kerangka Teori
33
3.1
Kerangka Konsep
34
xviii
DAFTAR TABEL
No tabel
Judul Tabel
Hal
3.1
Definisi Operasional
36
4.1
Kisi-kisi kuesioner
42
5.1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur
48
5.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Kehamilan
48
5.3
Distribusi
Frekuensi
Responden
Menurut
Tingkat 49
Pendidikan
5.4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Ibu 50
Hamil
5.5
Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Hamil dan Tingkat 50
Pendidikan
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1
Surat Perizinan
Lampiran 2
Informed Consent
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
Lampiran 4
Uji validitas dan reliabitas
Lampiran 5
Hasil Analisis Univariat
Lampiran 6
Hasil Analisis Bivariat
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kehamilan merupakan sesuatu yang unik pada kehidupan perempuan
dan bagian dari pengalaman yang signifikan bagi pasangan suami istri.
Kehamilan adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun
psikologi seorang perempuan karena pertumbuhan dan perkembangan alat
reproduksi dan janinnya. Kehamilan akan mengakibatkan terjadinya
perubahan seluruh sistem tubuh yang cukup mendasar. Periode transisi dari
kehamilan dapat berpengaruh pada fisik, emosi, kognitif, dan pola hubungan
seksualitas (Sagiv, 2012; Bobak, 2004). Perempuan hamil mengalami
perubahan fisik dan psikologisnya, karena ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron. Perubahan yang terjadi selama kehamilan ini
termasuk aspek emosional dan seksualitas (Bobak, 2004).
Perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada ibu hamil seperti
gejala somatis (kelelahan, mual), nyeri selama aktifitas seksual, dan takut
membahayakan janin (abortus) mungkin berpengaruh kuat pada seksualitas
wanita dan tipe kegiatan seksual pada pasangan. Rasa lelah dan lemas
dilaporkan sebagai alasan kehilangan hasrat seksual selama kehamilan.
Ditambah lagi, perubahan hormon dan mood, sakit pinggang, serta
sensitifitas payudara merupakan ketidaknyamanan melakukan aktifitas
seksual dan mengurangi keinginan wanita dalam interaksi seks (Sagiv,
2012; Wijaya, 2004).
11
2
Seksualitas merupakan bagian alami dari kehidupan. Bagi manusia,
seks adalah cara untuk mengekspresikan kesenangan, cinta, dan kepuasan
bagi pasangannya, atau untuk mendapatkan anak (Hesperian, 2007).
Kebutuhan akan hubungan seksual bagi suami istri didalam kehidupan
rumah tangga merupakan unsur penting yang dapat meningkatkan kedekatan
dan kualitas hidup (Cedli, 2012). Hubungan seksual selama hamil bersifat
individual, bergantung pada faktor fisik, emosi, disfungsi seksual, dan mitos
tentang seks ketika hamil (Susanti, 2008). Keinginan hubungan seksual
pada waktu hamil sebagian besar tidak berubah, bahkan sebagian kecil
makin meningkat, berkaitan dengan meningkatnya hormon estrogen. Oleh
karena itu, hubungan seksual waktu hamil bukan merupakan halangan
(Manuaba, 2009).
Sebanyak 54% ibu hamil mengalami penurunan libido pada trimester
pertama dan 80% ibu hamil merasakan dorongan dan reaksi seksualnya
meningkat pada trimester kedua ((Murkoff, 2006; Danarti, 2010). Penelitian
yang dilakukan di Iran oleh Shojaa (2008) melaporkan terdapat penurunan
hasrat seksual dan frekuensi berhubungan selama hamil dari trimester
pertama sampai tiga dan menggunakan beberapa posisi serta tekhnik dalam
berhubungan seks. Beberapa alasan yang menjadi penghalang berhubungan
seks ketika hamil yaitu mual dan muntah pada trimester pertama, perut yang
membesar pada trimester tiga, faktor psikologi, ketidaknyamanan fisik
ketika berhubungan, mitos yang salah seperti membahayakan janin dan
aborsi dini (Shojaa, 2008).
3
Mitos-mitos yang ada di masyarakat mengenai hubungan seksual saat
hamil berpengaruh pada hubungan seksual pasangan itu sendiri (Tino,
2009). Beberapa mitos dikaitkan ketika melakukan hubungan seksual saat
hamil diantaranya: kontraksi setelah seks dapat menyebabkan keguguran
dan kelahiran prematur, bayi tidak mendapat oksigen yang cukup selama
orgasme dan berhubungan dengan kontraksi, seks selama masa kehamilan
atau oral seks atau anal seks tidak diizinkan oleh agama atau kepercayaan
tertentu, dan perilaku oral seks dapat menyebabkan emboli udara dan
melukai ibu dan janin (Daniel, 2010).
Penelitian
menunjukkan
sekitar
37%
perempuan
mengalami
peningkatan ketertarikan seksual selama kehamilan (Khamis, 2007).
Marshall (1999) mengatakan frekuensi berhubungan seksual sangat
berkurang dan tidak lagi memikirkan alat kontrasepsi ketika merasa cukup
lelah. Setiap kondisi kehamilan mengalami perbedaan, maka batas aman
frekuensi hubungan seksual yang dilakukan juga berbeda.
Seksualitas merupakan hal tabu dan sensitif untuk dibicarakan dan
jarang didiskusikan di kalangan petugas kesehatan. Beberapa penelitian
mengungkap pula rendahnya ketertarikan petugas kesehatan dalam
menggali informasi seputar seksual dalam klinik antenatal (Uwapusitanon &
Choobun, 2004; Shojaa, Jouybari &Sanagoo, 2008; Sacomori, 2010).
Rendahnya
keteretarikan
petugas
kesehatan
menyebabkan
masalah
seksualitas tidak teridentifikasi dengan baik. Di sisi lain, banyak sekali
pertanyaan yang ingin ditanyakan perempuan selama kehamilan, namun
malu mengutarakan (Pangkahila, 2001).
4
Promosi kesehatan seksual selama masa kehamilan penting dilakukan
melihat banyaknya ketakutan dan perubahan yang terjadi pada kehamilan.
Pasangan juga perlu secara bebas membahas hubungan seksual mereka
selama hamil. Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan
psikologis yang cepat selama hamil akan menjadi bingung dengan perilaku
pasangannya. Dengan membicarakan perubahan yang dialami, pasangan
dapat memberi dukungan satu sama lain dan dapat menguatkan keinginan
berhubungan seksual. Para petugas kesehatan juga dapat membantu
mengantisipasi perubahan dan membantu dengan menegoisasi hambatan
yang untuk memfasilitasi kepuasan pasangan satu sama lain (Bobak, 2004;
Daniel, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2013) di Bidan
Praktik Swasta (BPS) Surakarta didapatkan bahwa hubungan seksual selama
kehamilan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang disebabkan oleh
faktor pendidikan. Pengetahuan merupakan dasar penting untuk memben
tuk tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya pendidikan, media massa atau informasi, sosial
budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Penelitian yang
dilakukan oleh Puspita (2011) menyatakan
bahwa ibu hamil yang
mempunyai pengetahuan kurang biasanya tidak mengerti tentang posisi
yang baik dan aman sat kehamilan dan batasan hubungan seksual yang
diperbolehkan saat kehamilan.
Pengetahuan erat kaitannya dengan pendidikan, dimana pendidikan
merupakan suatu proses belajar yang mengarahkan individu lebih dewasa
5
dan lebih matang pemikirannya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka
pengetahuannya semakin baik. Ini dipengaruhi oleh pengalaman dan
wawasan yang lebih luas dibanding mereka yang memiliki pendidikan lebih
rendah. Dengan pendidikan yang tinggi, maka seseorang akan cenderung
mendapatkan informasi lebih banyak, baik dari orang lain maupun dari
media massa (Notoadmodjo, 2007).
Survey yang dilakukan peneliti di Wilayah Sukabumi Utara belum
belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan seksual selama masa
kehamilan. Melalui data yang didapatkan dari bidan setempat, ibu hamil
sering menanyakan masalah hubungan seksual selama kehamilan. Hasil
wawancara didapatkan bahwa beberapa ibu hamil kurang pengetahuan dan
informasi tentang hubungan seksual selama kehamilan seperti pembatasan
hubungan seksual, mitos-mitos yang dipercayai saat hamil.
Penelitian tentang seksualitas pada kehamilan telah banyak dilakukan
di luar negeri maupun didalam negeri. Seksualitas sendiri merupakan hal
yang tabu untuk dibicarakan dan didiskusikan, pelayanan kesehatan juga
tidak memberikan konseling atau informasi lebih dalam mengenai hubungan
seksual. Pengetahuan yang cukup dan informasi yang luas diperlukan oleh
ibu hamil untuk menghadapi perubahan yang terjadi pada kehamilannya,
terutama mengenai hubungan seksual. Berdasarkan latar belakang masalah
ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara
tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual
saat kehamilan di Wilayah Sukabumi Utara.
6
B.
Rumusan Masalah
Perubahan yang dirasakan dalam berhubungan seksual antara ibu hamil
yang satu dengan lainnya sangat berbeda. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Hapsari (2011) di Puskesmas Pondok Aren didapatkan bahwa selama
kehamilan, ibu hamil merasakan perubahan dengan hubungan seksualnya
yang meliputi perubahan frekuensi hubungan seksual, perubahan hasrat dan
keinginan untuk berhubungan seksual, dan perubahan posisi ketika
melakukan hubungan seksual saat hamil. Mayoritas ibu hamil menyatakan
mengalami penurunan frekuensi hubungan seksual dan gairah seks
semenjak awal kehamilan karena kondisi yang lemah.
Penelitian yang mengkaji tentang seksualitas pada ibu hamil masih
belum banyak dilakukan, anggapan tabu dari masyarakat menyebabkan
aspek seksualitas jarang terkaji. Petugas kesehatan sendiri pun juga jarang
mendiskusikan terkait dengan masalah ini. Para ibu hamil disarankan lebih
menambah pengetahuannya atau mendapatkan informasi tentang seksualitas
pada saat hamil baik dari tenaga kesehatan setempat, media cetak dan
elektronik, maupun mengikuti penyuluhan yang khusus tentang seksualitas
dalam kehamilan (Zakirman, 2011). Berdasarkan masalah tersebut, maka
dirumuskan sebuah pertanyaan: Apakah ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat
kehamilan?
7
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara
tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan
seksual saat kehamilan di Wilayah Sukabumi Utara
2.
Tujuan Khusus
a.
Diketahuinya tingkat pendidikan ibu hamil di Wilayah Sukabumi
Utara
b.
Diketahuinya pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat
kehamilan di Wilayah Sukabumi Utara
c.
Diketahuinya
hubungan
antara
tingkat
pendidikan
dengan
pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan di
Wilayah Sukabumi Utara
D.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
a.
Memberikan informasi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya
mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan
ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan.
2. Manfaat Praktis
a.
Bagi Pendidikan Keperawatan
8
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai literatur ilmu
pengetahuan bagi pendidik dan peserta didik untuk meningkatkan
wawasan tentang seksualitas selama kehamilan, khususnya pada
Keperawatan Maternitas
b.
Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pendidikan kesehatan
yang diberikan pada saat pelayanan antenatal care.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh
manusia yang ditangkap dari berbagai sumber (Ihsan, 2010). Pengetahuan
adalah hasil dari tahu, dimana terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Proses pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia yaitu melalui indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, perasa, dan peraba (Notoadmodjo, 2007).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Bloom (2001), tingkat pengetahuan dibagi menjadi 7
yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat kembali
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” merupakan
tingkatan terendah.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami adalah menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan secara benar.
9
10
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang
telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi kedalam bentuk
komponen tetapimasih dalam kaitan satu sama lain.
e. Sintesis (Syntesis)
Sintesis adalah kemampuan menyusun formulasi-formulasi baru dari
formulasi yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan memberikan penilaian terhadap suatu
objek.
g. Cipta (Create)
Cipta adalah kemampuan memadukan unsure-unsur menjadi suatu
bentuk baru yang utuh atau membuat sesuatu yang orisinil.
3. Proses Pengetahuan
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa proses pengetahuan terjadi dalam
beberapa tahap, yaitu awareness (kesadaran) dimana seseorang menyadari
atau mengetahui stimulus kemudian seseorang merasa interest (tertarik)
terhadap stimulus atau objek tersebut. Proses selanjutnya adalah
mengevaluasi, menimbang baik buruk stimulus bagi dirinya, kemudian
seseorang mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dia kehendaki
(trial atau coba). Proses terakhir yaitu adopsi dimana subjek telah
11
berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap
stimulus (Mubarak, dkk, 2006)
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Hubungan Seksual
Menurut Notoadmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah: pendidikan, informasi, umur, sosial
budaya, pengalaman, dan sosial ekonomi.
a. Tingkat Pendidikan
Konsep pendidikan sendiri diartikan sebagai usaha yang dijalankan
oleh seseorang atau kelompok agar menjadi dewasa atau mencapai
tingkat penghidupan yang lebih tinggi (matang) (Hasbullah, 2006).
Berdasarkan jurnal Pro_Health dalam Putri (2011) menyatakan bahwa
pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan ibu
hamil, makin mudah menerima informasi. Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Setyowati (2011) menyatakan bahwa ibu hamil
dengan pengetahuan baik akan melakukan hubungan seksual secara
wajar karena mereka tahu bahwa hubungan seksual selama kehamilan
itu boleh dilakukan selama kehamilan mereka normal. Sementara itu,
apabila ibu hamil berpengetahuan kurang dan memiliki pendidikan
rendah maka ibu tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan
karena tidak tahu apakah diperbolehkan atau tidak.
b. Informasi
Dengan memberikan informasi, diharapkan akan terjadi peningkatkan
pengetahuan, sikap perilaku pada individu atau kelompok berdasarkan
12
kesadaran dan kemauan. Seorang ibu yang mempunyai sumber
informasi yang banyak memiliki pengetahuan yang lebih luas.
c. Umur
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang..
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011) tentang
tingkat pengetahuan ibu hamil tentang seksualitas selama kehamilan
mengatakan bahwa umur dapat mempengaruhi pengetahuan karena
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap
dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik (Notoatmodjo, 2010). Sejalan dengan penelitian Setyowati
(2011) menyatakan bahwa semakin matang umur ibu maka cara
berfikir dan pandangan ibu tentang hubungan seksual juga lebih baik.
d. Sosial Budaya
Kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok
dapat mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam individu
tersebut.
e. Pengalaman
Semua pengalaman pribadi dapat merupakan sumber pengetahuan
untuk menarik kesimpulan dan pengalaman. Berdasarkan penelitian
Setyowati
(2011),
pengalaman
yang
dimaksud
disini
adalah
pengalaman hamil. Ibu dengan paritas multigravida mempunyai
pengalaman bagaimana kehamilannya termasuk dengan hubungan
seksualnya selama kehamilan terdahulu. Sementara ibu dengan paritas
13
primigravida belum mempunyai pengalaman dengan kehamilan
termasuk hubungan seksual selama kehamilan.
f. Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Semakin tinggi kemampuan sosial ekonomi semakin mudah seseorang
dalam mendapatkan pengetahuan. Pernyataan tersebut didukung oleh
Jurnal Pro_Health dalam Putri (2011) yang menyatakan bahwa status
ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya status fasilitas yang
diperlukan dalam kehamilannya, sehingga status social ekonomi ini
akan mempengaruhi pengetahuan ibu hamil.
5. Cara memperoleh Pengetahuan
Beberapa cara dapat ditempuh untuk mendapatkan pengetahuan
diantaranya:
a. Cara tradisional atau non ilmiah
Cara tradisional terdapa 4 cara diantaranya, cara coba salah dimana
terjadi pada masyarakat yang memiliki pola pikir yang sama.
Masyarakat menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah, jika kemungkinan tidak berhasil digunakan kemungkinan
yang lain sampai berhasil. Cara kedua yaitu menggunakan cara
kekuasaan atau otoritas dimana orang yang mempunyai otoritas
akan diterima pendpaatnya secara langsung tanpa dibuktikan
kebenarannya. Cara ketiga yaitu berdasarkan pengalaman sendiri,
dan cara terakhir yaitu melalui jalan pikiran.
14
b. Cara modern atau ilmiah
Cara baru dalam memperoleh pengetahuan yang lebih sistematis,
logis, dan ilmiah yang disebut metodologi penelitian atau metode
penelitian ilmiah.
6. Cara mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003)
B. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya
sesuai
dengan
nilai-nilai
dalam
masyarakat
dan
kebudayaan. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 diartikan sebagai
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mengembangkan secara aktif potensi
dirinya (Hasbullah, 2006).
2. Unsur-unsur Pendidikan
a. Input
Input adalah sasaran pendidikan yaitu individu, kelompok, masyarakat,
dan pendidik atau pelaku pendidikan.
b. Proses
Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang
lain
15
c. Output
Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau pelaku.
3. Tingkat Pendidikan
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar dan
pendidikan tinggi. Dimana Pendidikan Dasar, terdiri dari: Sekolah Dasar/
Madrasah Ibtidaiyah dan SMP/ Mts. Pendidikan Tinggi, terdiri dari: SMA
dan MA, SMK dan MAK, Akademi, Institut, Sekolah Tinggi, dan
Universitas (Sisdiknas, 2003)
C. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan merupakan peristiwa normal dalam siklus kehidupan
perempuan dan merupakan simbol dari feminitas seorang perempuan,
dimana terjadi banyak perubahan termasuk perubahan seksual (Budiarti,
2010; Murkoff, 2006). Kehamilan dimulai saat pertemuan sel telur dan
sperma (konsepsi) hingga melahirkan. Periode kehamilan berlangsung
selama 36-40 minggu (Cedli, 2012). Selama periode kehamilan, banyak
perubahan diri yang dialami seperti perubahan fisik, psikologis, gambaran
diri, dan perubahan gaya hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi
kehamilan, dari dalam maupun luar yang dapat menimbulkan masalah,
terutama bagi yang pertama kali hamil. Upaya pemeliharaan kesehatan
kehamilan tidak semata-mata ditujukan pada aspek fisik saja, tapi aspek
psikososial juga perlu diperhatikan (Wijaya, 2004).
16
2. Perubahan Fisiologis Kehamilan
Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa kehamilan
disebut tanda kehamilan. Ada tiga kategori, presumsi, yaitu perubahan
yang dirasakan wanita (misalnya amenore, keletihan, nyeri payudara,
pembesaran payudara, morning sickness atau perasaan tidak nyaman yang
berupa mual pada pagi hari, dan quickening atau disebut pergerakan janin);
kemungkinan,
yaitu perubahan
yang diobservasi oleh pemeriksa
(misalnya, tanda Hegar yaitu istmus melunak dan dapat ditekan,
ballotemen, tanda Goodel dimana servis melunak, tanda Chadwick dimana
serviks berwarna biru, dan ditandai degan tes kehamilan); dan pasti
(misalnya ultrasonografi, bunyi denyut jantung janin, dan pemeriksa
merasakan gerakan bayi) (Bobak, 2004).
Perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan:
a. Perubahan sistem reproduksi
Perubahan yang terjadi pada kehamilan salah satunya adalah
perubahan sistem reproduksi. Selama hamil kadar estrogen dan
progesterone yang meningkat menekan Follicle Stimulating Hormon
(FSH) dan Lutenizing Hormone (LH), sehingga maturasi folikel dan
pelepasan ovum tidak terjadi dan siklus menstruasi berhenti. Setelah
implantasi, ovum yang dibuahi dan vili korionik memproduksi hCg
yang mempertahankan korpus luteum untuk memproduksi estrogen
dan progesterone selama 8 sampai 10 minggu pertama kehamilan
(Bobak, 2004).
17
Tiga tugas utama diperankan uterus selama kehamilan diantaranya
mengimplantasi ovum yang telah dibuahi, menampung bayi yang
sedang tumbuh, dan mengeluarkan bayi pada waktunya. Untuk
mencapai tugasnya yang kedua, uterus harus berkembang dan
membesar (Kuswandani, 2011). Pertumbuhan uterus pada trimester I
sebagai respon terhadap stimulus kadar estrogen dan progesterone
yang tinggi. Pembesaran terjadi akibat peningkatan vaskularisasi dan
dilatasi pembuluh darah serta kenaikan ukuran serabut otot (Bobak,
2004).
Selain bertambah besar, uterus juga mengalami perubahan berat,
bentuk, dan posisi menyesuai perkembangan janin. Dinding-dinding
otot menguat dan menjadi lebih elastis. Untuk menampung bayi yang
sedang tumbuh, plasenta, dan air ketuban, kapasitas rongga uterus
meningkat menjadi 5-10L (Bobak, 2004; Kuswandani, 2011).
Awal kehamilan, jaringan vagina juga berubah sehingga vagina
akan membuka dengan mudah untuk kelahiran. Sel-sel otot membesar
dan selaput lendir di vagina menebal, efeknya terjadi peningkatan
sekresi vagina. Peningkatan vaskularisasi vagina menimbulkan warna
kebiruan pada mukosa vagina dan serviks, dimana dijadikan tanda
kemungkinan kehamilan yang disebut tanda chadwick. Peningkatan
vaskularisasi vagina dan visera panggul menyebabkan peningkatan
sensitivitas yang menyolok dan dapat meningkatkan keinginan dan
bangkitan seksual. Peningkatan kongesti ditambah relaksasi dinding
18
pembuluh darah dan uterus yang berat menyebabkan timbulnya edema
dan varises vulva (Bobak, 2004; Murkoff, 2006)
b. Perubahan pada sistem kardiovaskular
Penyesuaian
maternal
kehamilan
melibatkan
perubahan
kardiovaskuler, baik aspek anatomis maupun fisiologis. Selama hamil,
volume darah meningkat sekitar 1,5 liter, volume meningkat perlahan
dari 10 minggu kehamilan dan stabil pada trimester 3 kehamilan. Pada
wanita hamil aterm, terjadi peningkatan jumlah sel darah merah secara
tetap, terutama jika mengkonsumsi suplemen besi. Dengan lebih
banyak cairan yang didorong mengelilingi tubuh, jantung bekerja
ekstra (Kuswandani, 2011).
c. Perubahan pada sistem pernapasan
Paru-paru juga bekerja lebih ekstra lagi untuk menjaga tambahan
darah disuplai oksigen dengan baik. Semakin bertambahnya usia
kehamilan dan membesarnya uterus ke rongga abdomen, pernapasan
dada menggantikan pernapasan perut dan penurunan diafragma saat
inspirasi semakin sulit. Selama masa hamil, perubahan pada pusat
pernapasan
menyebabkan
karbondioksida yang
peningkatan
sensitivitas
terhadap
disebabkan oleh estrogen dan progesterone.
Selain itu, kesadaran wanita hamil akan kebutuhan napas meningkat
(Bobak, 2004; Kuswandani, 2011).
19
d. Perubahan pada ginjal
Perubahan struktur ginjal terjadi akibat hormonal, tekanan yang
tinggi akibat pembesaran uterus, dan peningkatan volume darah.
Iritabilitas kandung kemih, sering berkemih, dan nokturia sering terjadi
pada awal kehamilan. Selama hamil, ginjal harus menyaring dan
membersihkan 50% lebih banyak dari sebelumnya. Sebagai akibatnya,
semua fungsi ginjal menjadi lebih efisien, tubuh terbebas dari sampah
seperti urea dan asam uric, namun ginjal tidak membedakan mana
sampah dan nutrisi sehingga glukosa juga dibersihkan dengan cepat
dari darah (Kuswandani, 2011; Murkoff, 2006)
e. Perubahan pada sistem muskuloskeletal
Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat wanita
hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara
mencolok. Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul
miring kedepan, penurunan tonus otot perut, dan peningkatan berat
badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian berulang
(Bobak, 2004).
f. Perubahan pada sistem integumen
Perubahan juga terjadi pada sistem integumen yaitu peningkatan
ketebalan kulit dan lemak subdermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan
rambut dan kuku, percepatan aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar
sebasea. Jaringan elastis kulit mudah pecah, menyebabkan stria
20
gavidarum. Perubahan akibat peningkatan hormone melanotropin
terjadi selama kehamilan, melasma di wajah disebut kloasma atau
topeng kehamilan (Bobak, 2004)
g. Perubahan pada sistem pencernaan
Fungsi saluran cerna selama hamil menunjukkan gambaran yang
menarik, nafsu makan yang berubah selama ibu hamil, fungsi hati
berubah dan absorbsi nutrient meningkat. Aktivitas peristaltik
(motilitas) menurun, akibatnya bising usus menghilang dan mual
muntah umum terjadi. Alirah darah ke panggul dan tekanan vena
meningkat, menyebabkan hemoroid terbentuk pada akhir kehamilan
(Bobak, 2004)
3. Perubahan Psikologis Kehamilan
Adaptasi terhadap peran ibu pertama kali adalah menerima
kehamilan dicerminkan dengan kesiapan ibu dengan perubahan yang
terjadi selama kehamilan dan respon emosionalnya dalam menerima
kehamilannya. Pada fase awal dimana ibu dipastikan hamil, respon ibu
bervariasi, dari perasaan senang hingga syok, tidak yakin, dan putus asa.
Ibu yang bahagia dan senang dengan kehamilannya memandang hal
tersebut sebagai pemenuhan biologis dan bagian dari rencana hidupnya.
Pada ibu hamil terjadi kelabilan emosional yang
terlihat pada
perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitivitas terhadap orang
lain, membingungkan calon ibu dan sekitarnya. Peningkatan iritabilitas,
21
uraian air mata, dan ledakan kemarahan serta perasaan sukacita silih
berganti hanya karena masalah kecil atau tanpa masalah, masalah seksual
dan rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan dapat dijadikan alasan
timbulnya perilaku ini (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004).
Kebanyakan wanita memiliki perasaan ambilvalensi selama hamil,
yaitu konflik perasaan seperti cinta, benci, terhadap seseorang atau
sesuatu. Perasaan ambivalensi ini termasuk respon normal di diri individu
untuk mempersiapkan diri pada suatu peran baru. Perasaan ambivalensi
yang berat dan menetap sampai trimester tiga dapat mengindikasikan
konflik peran ibu belum diatasi (Lederman, 1994 dalam Bobak, 2004).
D. Seksualitas
1. Pengertian
Seksualitas secara luas sebagai suatu keinginaan menjalin hubungan,
kehangatan, kemesraan, atau cinta (Stuart, 2002). Seksualitas dianggap
sebagai bagian perasaan diri secara menyeluruh pada individu dan
merupakan integrasi dari beberapa komponen yang saling mempengaruhi
meliputi identitas seksual, orientasi seksual, nilai, dan perilaku seksual
(Pangkahila, 2001; Budiarti, 2010). BKKBN (2006) mengatakan bahwa
seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas yaitu dimensi
biologis, psikologis, sosial, perilaku, dan kultural. Dimensi biologis
berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana
menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi
dan dorongan seksual.
22
Dimensi psikologis berkaitan dengan bagaimana menjalankan fungsi
sebagai makhluk seksual, identitas peran dan jenis. Dimensi sosial
berkaitan dengan bagaimana seksual muncul dalam hubungan antar
manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan
tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks. Dimensi
perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual yaitu
perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual.
Dimensi kultural menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya
yang ada di masyarakat (BKKBN, 2006).
Perkawinan merupakan suatu proses dalam memperoleh keluarga,
hubungan seksual merupakan hal yang menyenangkan yang selalu
didambakan oleh setiap pasangan suami istri, selain itu hubungan seksual
merupakan suatu bentuk komunikasi paling dalam yang dilakukan untuk
kepentingan bersama antara pasangan suami-istri (Bobak, Lowdermilk, &
Jensen, 2004). Kehamilan mempengaruhi kualitas dari kenyamanan saat
melakukan hubungan seks (Kartiwa, 2009 dalam Cedli, 2012).
2. Komponen Seksualitas
Berdasarkan Israel Sexual Behavior Inventory (ISBI), ada 13item
skala yang terbagi dalam 4 area fungsi seksual; 1) Hasrat seksual
(Seberapa sering muncul hasrat seksual, sudah berapa lama melakukan
23
hubungan seksual); 2) Respon orgasme (berapa frekuensi aktifitas seksual
untuk mecapai orgasme); 3) Keintiman selama berhubungan seksual
(menunjukkan tanda-tanda saling sayang selama berhubungan); dan 4)
Kepuasan seksual (menyatakan kepuasan berhubungan seks) (Sagiv,
2012).
3. Hubungan Seksual
a.
Pengertian
Hubungan seksual merupakan hubungan yang dilakukan pada
suami istri untuk memperoleh keturunan, dimana proses berhubungan
seksual pada wanita dimulai dari fase gairah, fase merangsang, dan
fase resolusi. Pada pria saat ejakulasi penis mengeluarkan air mani
(Kissanti, 2007; Hapsari, 2011). Hubungan seksual bertujuan untuk
membangun kepercayaan, minat dan daya tarik kepada pasangannya,
serta sebagai pembuktian rasa cinta dan sayang kepada pasangan
(Pangkahila, 2001; Hapsari, 2011)
b.
Siklus Respon Seksual
Secara fisiologis, menurut Masters dan Johnson (1966), respon
seksual dapat dianalisis melalui dua proses, yaitu vasokongesti dan
miotonia. Stimulasi seksual menimbulkan refleks vasokongesti,
dilatasi pada pembuluh darah penis (ereksi pada pria) dan pembuluh
darah sirkumvaginal (lubrikasi pada wanita) sehingga terjadi
24
engorgement dan distensi genitalia. Kongesti vena dilokalisasi
terutama pada genitalia, tetapi juga terjadi dalam derajat yang kecil di
payudara dan bagian tubuh lain. Bangkitan ditandai dengan miotonia
(peningkatan tegangan otot), menyebabkan kontraksi ritmik yang
volunter dan involunter.
Siklus respon seksual dibagi menjadi empat fase yaitu fase
terangsang dimana miotonia dimulai, denyut jantung dan tekanan
darah terus meningkat, dan puting susu ereksi. Fase kedua yaitu fase
plateau dimana miotonia menjadi nyata, wajah meringis, pernafasan
menigkat, dan denyut jantung dan tekanan darah terus meningkat.
Fase yang ketiga yaitu fase orgasme dimana denyut jantung, tekanan
darah, dan pernafasan meningkat sampai tingkat maksimum, timbul
spasme otot involunter, dan sfingter rektum eksterna berkontraksi.
Fase terakhir yaitu fase resolusi dimana miotonia berkurang, ereksi
puting susu mereda, denyut jantun tekanan darah, dan pernafasan
kembali normal. Keempat fase ini terjadi secara progresif tanpa garis
pembatas yang jelas diantaranya (Bobak, 2004).
Gambar 2.1 Siklus Respon Seksual
25
Pengaturan perilaku seksual berpusat didalam otak yang
merupakan organ seksual paling besar karena memiliki dua area
terpisah yang bertanggungjawab terhadap perasaan seksual yaitu
hypotalamus dan cortex cerebri. Hypotalamus merupakan bagian
utama dari sistem limbik yang berfungsi mengatur tingkah laku
emosional dan dorongan motivasional termasuk mengatur kondisi
internal tubuh salah satunya dorongan untuk aktivitas seksual,
sedangkan cortex cerebri akan merekam segala informasi yang
telah dipelajari, atau dari pengalaman yang didapat dan akan
membantu dalam menentukan cara berfikir,berperasaan, dan
berperilaku, selain itu dapat menyebabkan kesadaran akan adanya
rangsangan seksual (Rachmadi, 2008).
4. Seksualitas selama Kehamilan
Selama kehamilan, perempuan biasanya mengalami perubahan
termasuk berpengaruh pada seksualitas dan aktifitas seksualnya.
Berdasarkan hasil studi perubahan seksual wanita hamil di klinik antenatal
care RS Songklanagarind didapatkan terjadi penurunan signifikan pada
frekuensi berhubungan seksual, hasrat berhubungan, keintiman, orgasme,
dan kepuasan berhubungan seksual selama hamil dibanding sebelum
hamil. Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Perasaan
yang berbeda-beda ini dipengaruhi oleh faktor fisik, emosi, dan interaksi,
termasuk mitos tentang seks selama hamil, masalah disfungsi seksual, dan
perubahan fisik selama hamil (Bobak, 2004).
26
Hubungan seksual selama kehamilan meningkat karena banyak pria
menganggap ibu hamil terlihat berbeda dari sebelumnya, selain itu tubuh
yang semakin membesar mengindikasikan dorongan seksual meningkat.
Perubahan hormonal yang terjadi pada ibu hamil menyebabkan aliran
darah menuju ke daerah genital juga meningkat sehingga menyebabka
peningkatan gairah seksual. Ketika hamil, biasanya untuk mencapai
orgasme memerlukan waktu yang lebih lama, namun orgasme berlangsung
lebih tahan lama dan ada beberapa wanita hamil yang baru mengalami
orgasme pertama kali ketika hamil (Onggo, 2010)
Selama hamil, hubungan seksual antara pasangan suami istri tidak
memiliki batasan baku terkait frekuensi. Frekuensi hubungan seksual
sebaiknya tidak dilakukan sesering biasanya selama tiga bulan pertama
kehamilan, hubungan seksual yang dipaksakan selama tiga bulan
kehamilan dikhawatirkan akan terjadi keguguran spontan (Pangkahila,
2001). Wijaya (2004) mengatakan bahwa frekuensi trimester pertama 2, 25
kali per minggu.
Hubungan seksual tidak dilarang dalam kehamilan, kecuali 6 minggu
sebelum dan 6 minggu setelah persalinan. Gravida dengan riwayat
infertilitas atau abortus habitualis dan primitua sebaiknya dianjurkan tidak
berhubungan seksual dalam kehamilan muda. Terjadi perdarahan saat
hubungan seksual juga merupakan kontraindikasi melakukan hubungan
seksual (Wiknjosastro, 2009; Yulaikhah, 2008). Sampai saat ini belum ada
riset yang membuktikan bahwa hubungan seksual dan orgasme
27
dikontraindikasikan selama masa hamil untuk wanita yang sehat secara
medis dan memiliki kondisi obstetrik yang prima (Enkim, 1989; Scot,dkk.,
1990; Cunningham, dkk., 1993 dalam Budiarti, 2010).
Wanita yang memiliki resiko tinggi untuk mengidap dan menularkan
penyakit hubungan seksual dianjurkan untuk selalu mengingatkan
pasangannya menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual di
sepanjang masa hamil. Tujuannya adalah untuk mencegah penularan
penyakit menular seksual (PMS) (Bobak, 2004).
Kehamilan juga mempengaruhi keinginan seksualitas. Dengan
berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa
tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk
menyatakan seksualitas mereka.
1.
Pada trimester pertama
Pada awal kehamilan, ibu belum tampak hamil bahkan tidak
merasa hamil, namun aktifitas hormone sudah mulai berpengaruh
dalam beberapa hal (Onggo, 2008). Pada trimester I (1-3 bulan atau
1-12 minggu) biasanya gairah seks menurun akibat perubahan
hormon yang tidak stabil setelah konsepsi terjadi. Selain itu, kondisi
ibu hamil trimester I seperti merasa mual-muntah, nafsu makan yang
menurun, letih, dan mengantuk akan membuat lemah dan keinginan
seks menurun. Lain halnya ada ibu hamil yang mengalami trimester
pertama yang nyaman, gairah seksual biasanya sedikit mengalami
28
perubahan bahkan sejumlah kecil ibu justru mengalami peningkatan
(Bobak, 2004; Murkoff, 2006).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Lee,.et al (2010)., dengan
judul Sexual Positions and Sexual Satisfaction of Pregnant
Women menggunakan Cross-sectional, correlational study dan skala
Sexual Satisficaton Scale pada sejumlah 215 partisipan didapatkan
hasil pada trimester I yaitu pola hubungan seksual mengalami
penurunan namun tidak signifikan, disebutkan bahwa posisi yang
banyak digunakan yaitu man on top, face-to-face dan dikatakan tidak
ada penurunan kepuasan pada kehamilan trimester I. Penelitian lain
yang dilakukan Sagiv (2012) pada 25 wanita hamil Israel dengan
Longitudinal study menggunakan skala Israel Sexual Behaviour
Inventory (ISBI) didapatkan tidak ada perubahan signifikan pada
kualitas hubungan dan fungsi seks selama kehamilan.
2.
Pada trimester kedua
Selama trimester kedua, ibu mulai merasa nyaman dengan
kehamilan. Ibu mulai menikmati gerakan bayi dalam perut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2011) tentang
pengalaman seksualitas selama kehamilan menyatakan bahwa
memasuki trimester kedua, umumnya libido timbul kembali dan
bahkan justru meningkat, hal ini disebabkan tubuh telah dapat
menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan, sehingga ibu hamil
dapat menikmati aktivitas dengan lebih leluasa daripada trimester
29
pertama (Onggo, 2008; Hapsari, 2011). Pembesaran payudara dan
vaskularisasi yang meningkat pada daerah vagina dan labia dapat
meningkatkan kenikmatan dan seksual dan kualitas orgasme.
3.
Pada trimester ketiga
Pada trimester ketiga, tubuh ibu hamil mulai tampak membesar dan
merasa sangat lelah, selain itu kecemasan dan perasaan tidak sabar
menanti kelahiran bayi dirasakan ibu hamil (Onggo, 2008). Berbeda
pada trimester sebelumnya, pada trimester ketiga libido dapat turun
kembali karena adanya faktor fisiologis yang sangat terlihat, yaitu
kehamilan yang membesar, serta adanya peningkatan cairan tubuh
akibatnya cairan vagina juga bertambah, sehingga kontak seksual
kurang memuaskan (Hapsari, 2011). Pada wanita primipara sering
timbul rasa khawatir timbul persalinan prematur akibat dari senggama
dan kontraksi uterus.
b. Posisi Hubungan Seksual Selama Kehamilan
Hubungan seksual pada kehamilan dapat dilakukan dengan
berbagai posisi, namun hubungan seksual harus dilakukan secara hatihati, mengingat janin masih rentan terhadap keguguran karena
guncangan (Siswosuharjo, 2010). Posisi mempunyai peranan penting
ketika melakukan hubungan seksual pada kehamilan. Posisi berbaring
miring (saling berhadapan atau membelakangi) seringkali merupakan
posisi yang paling nyaman. Begitupula posisi perempuan diatas
sehingga lebih bisa mengendalikan saat penetrasi (Murkoff, 2006).
30
Posisi berhubungan seks berubah seiring bertambahnya usia
kehamilan. Penelitian yang sama dilakukan oleh Jee,.et al. dan
diperoleh posisi yang paling sering dilakukan pada kehamilan adalah
man on top face to face.
Diagram 1. Posisi seksual pada kehamilan (Lee,.et al, 2010)
Beberapa variasi posisi hubungan seksual yang biasa dilakukan
sata hamil:
1. Man on Top, face to face (missionary position)
Posisi man on top merupakan posisi dimana perempuan
membaringkan badannya dan merenggangkan lengan kakinya agar
penetrasi mudah dilakukan, sedangkan posisi laki-laki berada di
atas perempuan diantara lengan kakinya (Carrol, 2007).
2. Woman on Top
Posisi ini paling nyaman pada perempuan hamil karena posisi ini
dapat menghindari tekanan pada bagian perut, selain itu perempuan
dapat mengontrol kedalaman penetrasi (Siswosuharjo, 2010).
31
3. Posisi menyamping (Side Position)
Posisi menyamping lebih banyak memungkinkan kotak secara
fisik, tapi penetrasi sulit dilakukan. Posisi ini cukup nyaman selama
tidak ada beban dari pasangan (Siswosuharjo, 2010).
4. Posisi rear entry atau doggy position
Posisi ini dilakukan dimana hubungan seksual dilakukan dari
belakang pasangan perempuan. Posisi ini umumnya berada dimana
perempuan berlutut dan bersiku dengan paha terangkat sedangkan
laki-laki
melakukan
penetrasi
vagina
dari
belakang
(Sacomori&Cardoso, 2010).
5. Posisi duduk (sitting)
Pada posisi ini pria duduk sementara wanita berada duduk
diatasnya. Posisi ini cukup aman dilakukan karena tidak
memerlukan banyak gerakan (Siswosuharjo, 2010)
c.
Mitos-mitos seputar hubungan seksual
Selama hamil timbul kekhawatiran yang dapat menyebabkan ibu
hamil
dan
pasangannya
takut
melakukan
hubungan
seksual
diantaranya yaitu, takut bahwa hubungan seksual akan merangsang
terjadinya keguguran dan persalinan dini. Pada saat hubungan seksual
uterus akan mengalami kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan dan
tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal.
Hal lain yang dikhawatirkan pasangan bahwa hubungan seksual
dapat melukai bayi. Hal tersebut salah, karena bayi berada dalam
32
kantung yang dipenuhi dengan air ketuban yang berfungsi menahan
benturan dan terlindung dalam rahim. Pernyataan lain yang
mengatakan bahwa hubungan seksual dapat menyebabkan infeksi
pada bayi adalah hal yang salah, karena hubungan seks tidak
berbahaya untuk bayi karan adanya lendir dari serviks dari ibu untuk
melawan kuman atau infeksi yang akan masuk ke dalam pintu rahim
(Kissanti, 2007)
Mitos lain yang beredar di masyarakat adalah hubungan seksual
harus sering dilakukan selama hamil, agar bayi tumbuh subur dan
sehat. Anggapan tersebut tidak benar tidak ada hubungan hubungan
antara sperma dan yang masuk selama kehamilan dengan sehat dan
suburnya bayi. Yang benar adalah, kualitas sel spermatozoa yang
berhasil membuahi telur berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan
yang terjadi.
Selain itu ada anggapan yang mengaitkan posisi hubungan seksual
dengan jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Padahal, jenis
kelamin bayi ditentukan oleh jenis sel spermatozoa yang berhasil
membuahi sel telur (Harahap, 2012).
33
E. Kerangka Teori
KEHAMILAN
Perubahan fisiologis
Perubahan psikologis:
- Perubahan pada system
reproduksi
- kelabilan emosional
- perubahan mood
- Perubahan pada system
kardiovaskular
- peningkatan sensitivitas
- perasaan ambevalensi
- Perubahan pada system
pernapasan
- timbul kekhawatiran
terhadap kehamilannya
- Perubahan pada pencernaan
- Perubahan pada ginjal
- Perubahan pada
musculoskeletal dan integumen
- Mudah lelah
- Ptialisme (saliva berlebihan)
-
HUBUNGAN SEKSUAL
Payudara berubah menjadi
besar, sakit, dan nyeri ketika
dipegang
- Dasar (SD dan
SMP)
- Tinggi (SMA dan
Perguruan Tinggi)
PENGETAHUAN
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
pengetahuan:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tingkat Pendidikan
Informasi
Umur
Sosial Budaya
Pengalaman
Ekonomi
Bagan 2 kerangka teori
Dimodifikasi dari (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004) ,
(Onggo, 2010), (Kuswandani, 2011), Notoatomdjo (2007),
Bloom (2001)
Onggo, 2010
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A.
KERANGKA KONSEP
Konsep adalah abstraksi dari realitas agar dapat dikomunikasikan dan
membentuk suatu teori yang menjelaskan ketertarikan antar variabel
(Nursalam, 2008). Dalam penelitian lain mengkaji dua variabel yang terdiri
dari 1 variabel bebas (independen) yaitu tingkat pendidikan dan 1 variabel
terikat (dependen) yaitu pengetahuan. Dibawah ini digambarkan mengenai
kerangka konsep yang dilakukan peneliti di wilayah sukabumi utara.
Variabel Independen
Variabel Dependen
TINGKAT
PENDIDIKAN IBU
HAMIL
PENGETAHUAN TENTANG
HUBUNGAN SEKSUAL
SAAT KEHAMILAN
Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Antara Tingkat Pendidikan
Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hubungan Seksual Saat
Kehamilan Di Wilayah Sukabumi Utara
B.
HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis Penelitian merupakan pernyataan sementara yang harus diuji
secara statistik (Budiarto, 2003). Hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
H0
: Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan
di wilayah sukabumi utara
34
35
H1
: Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan
ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan di wilayah
sukabumi utara.
C.
DEFINISI OPERASIONAL
Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman
untuk melakukan penelitian (Budiarto, 2003). Defisini operasional dalam
penelitian ini terdapat pada tabel 3.1
36
Tabel 3.1: Definisi Operasional
No.
1.
2.
Variabel
Umur
Definisi Operasional
Rentang usia mulai dari
lahir
hingga
saat
pengambilan data.
Cara Ukur
Mengajukan
pertanyaan
melalui
kuesioner
Alat Ukur
Kuesioner
Pendidikan
terakhir
Pendidikan
yang
ditempuh
sampai
mendapat ijazah dan
dinyatakan lulus
Mengajukan
pertanyaan
melalui
kuesioner
Kuesioner
Usia
Kehamilan
Usia
janin
kandungan
Kuesioner
Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil
dari tahu dimana
seseorang telah belajar
atau mendapat informasi.
Mengajukan
pertanyaan
melalui
kuesioner
Mengajukan
pertanyaan
melalui
kuesioner
didalam
Kuisioner
Menggunakan
skala
Gutman, Benar atau
Salah.
Dengan
pernyataan sebanyak 24
pernyataan
Hasil Ukur
Skala Ukur
1. Remaja Akhir:
Ordinal
17- 25 tahun
2. Dewasa Awal:
26-35 tahun
3. Dewasa Akhir:
36-45 tahun
(Depkes, 2009)
1. Dasar (SD dan
Ordinal
SMP)
2. Tinggi
(SMA
dan
Akademi,
Perguruan
Tinggi)
(Sisdiknas,2003)
1.
Trimester 1
Ordinal
2.
Trimester 2
3.
Trimester 3
(Onggo, 2008)
Menggunakan median
Ordinal
sebagai cut off point
dengan pembagian :
 Buruk jika < 17
 Baik jika ≥ 17
37
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
korelasi dengan rancangan penelitian cross sectional. Studi korelasi dilakukan
untuk melihat hubungan antara gejala yang satu dengan gejala yang lain, atau
antara variable satu dengan variable lain (Notoatmodjo, 2005). Penelitian
cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada
suatu waktu (Notoatmodjo, 2007).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di wilayah Sukabumi
Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2014.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
dipelajari
dan
kemudian
ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi bukan sekedar jumlah yang
ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut
(Sugiyono, 2010).
37
38
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berada di wilayah
Sukabumi Utara yaitu pada bulan April 2014 sebanyak 143 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2004).
Dalam penelitian ini, kriteria sampel meliputi criteria inklusi dan criteria
eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel
digunakan. Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian
mewakili sampel penelitian yang memenuhi persyaratan sebagai sampel
(Hidayat, 2008). Kriteria inklusi dari populasi sebagai berikut:

Ibu hamil yang sedang dalam masa kehamilan, baik trimester I, II, atau
III.

Ibu hamil yang tidak pernah mengalami keguguran, perdarahan
berulang, plasenta previa.

Ibu hamil yang bersedia menjadi responden.

Ibu hamil yang tinggal di wilayah Sukabumi Utara
Pada penelitian kali ini, jumlah sampel diambil dengan cara
purposive sampling dimana pengambilan sampel melalui bantuan kader
dan bidan yang berada di wilayah sekitar sukabumi utara. Untuk jumlah
sampel dihitung menggunakan Formula Taro Yamane (1967) dalam
Nursalam (2008) adalah sebagai berikut:
n = N/ N (d)2 +1
39
Keterangan:
n
= Jumlah sampel
N
= Jumlah populasi
d
= Keakuratan atau signifikansi (10%)
Perhitungan sampel dengan Formula taro Yamane (1967) diperoleh
sampel sebanyak:
n : 143/ 143 (0.1) 2 +1
n : 58,8 dibulatkan menjadi 59
tambahan 10% dikhawatirkan ibu hamil melahirkan atau tidak
masuk kriteria menjadi 59+6 = 65 responden.
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi biodata yang ada pada kuesioner
berupa nama ibu, umur ibu, usia kehamilan, dan pendidikan terakhir serta
mengisi kuesioner terkait pengetahuan mengenai hubungan seksual selama
kehamilan, sebelum itu peneliti melakukan prosedur dibawah ini:
1. Setelah proposal penelitian di setujui oleh penguji, peneliti mengajukan
surat permohonan izin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan.
2. Peneliti kemudian memberikan surat permohonan izin mengambil data di
Wilayah Sukabumi Utara dan melakukan uji validitas di wilayah
Sukabumi Selatan.
3. Setelah instrument dinyatakan valid dan reliabel, peneliti menyeleksi calon
responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
40
4. Penelitian dilakukan selama 7 hari dibantu oleh kader. Kader
memberitahukan ibu hamil yang berada di wilayah sekitar kemudian
peneliti mendatangi satu per satu.
5. Penelitian juga dibantu oleh bidan setempat, ibu hamil yang memeriksakan
diri di bidan Ny. Imas dan termasuk warga Sukabumi Utara diminta untuk
mengisi kuesioner penelitian.
6. Peneliti kemudian menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada
responden terkait penelitian, serta meminta persetujuan responden.
7. Waktu pengisian kuesioner selama kurang lebih 15-20 menit untuk
amsing-masing responden. Responden diharapkan menjawab semua
pernyataan yang ada di lembar kuesioner, setelah pengisian selesai lembar
kuesioner dikembalikan ke peneliti.
8. Selama 7 hari melakukan penelitian, didapatkan sampel penelitian
sejumlah 82 orang.
9. Hasil penelitian kemudian terkumpul, setelah itu peneliti mulai melakukan
pengolahan data dan menyimpulkan hasil pengumpulan data.
E. Instrumen Penelitian
1. Instrumen pertama berupa pertanyaan mengenai data karakteristik
responden, yang terdiri dari usia ibu hamil, usia kehamilan, dan
pendidikan terakhir.
2. Instrumen kedua adalah pengetahuan tentang hubungan seksual selama
kehamilan, dengan memberikan pernyataan yang terdiri dari 24
pernyataan. Instrumen ini dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan
41
teori yang ada. Penentuan jawaban kuesioner menggunakan Skala
Guttman; dimana jawaban responden hanya terbatas pada dua jawaban,
yakni benar atau salah. Pernyataan terbagi menjadi pernyataan favorable
sebanyak 13 pernyataan dengan penilaian dimana pernyataan benar diberi
nilai 1 dan salah diberi nilai 0. Pernyataan unfavorable terdiri dari 11
pernyataan dimana pernyataan salah diberi nilai 1 dan benar 0. Kisi-kisi
pernyataan penelitiaan tercantum pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuisioner Penelitiaan
Kisi-kisi
Pengertian Hubungan Seksual
Perubahan Seksual
- Perubahan Frekuensi
- Perubahan hasrat
- Perubahan posisi
- Perubahan Fisik
Mitos
Alasan berhubungan seksual
Jumlah
No pernyataan
Favorable
Unfavorable
1,2,
3,6,7
8
24
12,13,14,17,22
15
13
4,5
9,11
10, 23
18
16, 20, 21
19
11
Jumlah
2
5
3
3
6
3
2
24
F. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas
Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan
reliabel (Arikunto, 2006). Instrumen yang valid berarti instrument tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil
penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono,
2010).
Uji validitas dilakukan di wilayah kerja berbeda yaitu di Sukabumi Selatan
pada 30 orang responden yang memiliki kesamaan karakteristik dengan
42
kesamaan penelitian. Uji validitas dinilai dengan menggunakan PearsonProduct Moment uji validitas ditetapkan dengan membandingkan r hasil
dengan r tabel. Item pernyataan dikatakan valid jika mempunyai nilai r hitung
yang lebih besar dari r tabel (Imron&Munif, 2010). Nilai r tabel untuk
responden 30 adalah 0,296. Jika r hitung lebih besar dari 0,296 maka
pernyataan tersebut valid. Hasil uji validitas kuisioner dari 26 pernyataan
didapatkan 16 pernyataan tidak valid yaitu pernyataan nomor 1, 2, 7, 8, 9, 12,
13, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, dan 26. Peneliti kemudian memutuskan
untuk mengubah pernyataan yang tidak valid dan 2 pernyataan yang dibuang
yaitu nomor 1 dan 18. Jumlah pernyataan menjadi 24 setelah dilihat kembali
dengan perubahan kata didalamnya. Hasil perubahan kata dilakukan conten
validity.
Realibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan pada tingkat
kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006), yakni menggambarkan
bahwa instrumen yang digunakan dapat digunakan berulang dengan
karakteristik responden yang berbeda. Pengukuran relibilitas menggunakan
software computer dengan rumus pada variabel pengetahuan menggunakan
software computerdengan rumus K-R20 dengan nilai akhir >0,7 (Salkind,
2010). Uji reliabilitas pada kuisioner dengan 26 pernyataan yang diisi oleh 30
responden menghasilkan nilai KR-20 sebesar 0,73 yang menunjukkan bahwa
kuisioner ini bersifat reliable.
43
G. Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan
mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh
dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian
hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus
ditempuh diantaranya (Hidayat, 2008):
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap
data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode penting bila
pengolahan data dan analisis data menggunakan computer.
3. Entri data
Data entri adalah memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master table atau database computer, kemudian membuat distribusi
frekuensi.
4. Cleaning Data
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang
telah dimasukkan kedalam computer untuk memastikan data bersih dari
kesalahan sehingga siap dianalisis.
44
H. Analisis Data Statistik
1. Analisis univariat
Analisis univariat dimana menggambarkan dan meringkas data tiap
variabel dengan cara ilmiah dalam bentuk table atau grafik (Setaidi, 2007).
Analisis univariat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan
distribusi frekuensi. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel
independen (bebas) yaitu tingkat pendidikan ibu hamil dan variabel
dependen (terikat) yaitu pengetahuan ibu hamil.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat berguna untuk melihat hubungan antara dua variabel
yaitu untuk melihat hubungan variabel tingkat pendidikan ibu hamil yang
berupa data kategorik dengan pengetahuan ibu hamil yang berupa data
kategorik. Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji
Chi Square. Uji ini digunakan untuk melihat derajat hubungan antara
variabel independen dan dependen. Peneliti menggunakan derajat
kepercayaan 95% sehingga jika nilai p ≤ 0,05 berarti hasil perhitungan
statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara
variabel dependen dengan variabel independen, dan apabila nilai p > 0,05
berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan
antara variabel dependen dengan variabel independen (Setiadi, 2007).
45
I. Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian harus memahami hak dasar manusia dan
menjunjung tinggi kebebasan manusia. Beberapa prinsip yang harus dipahami
antara lain (Hidayat, 2008):
1. Prinsip manfaat
Prinsip beneficience dimana peneliti memastikan bahwa penelitian
bebas dari bahaya dan dapat memberi manfaat.
2. Prinsip menghormati manusia
Prinsip dimana memberi kenyamanan pada partisipan (protection from
discomfort)
dengan
memberikan
kebebasan
kepada
partisipan
menentukan waktu dan tempat dan kesediaan mengikuti penelitian.
3. Prinsip keadilan
Prinsip ini menjunjung keadilan manusia dengan menghargai hak
secara adil, hak menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam
perlakuan terhadap manusia.
Selain itu masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai
berikut:
1. Informed Consent
Tujuan dari informed consent adalah memudahkan partisipan dalam
memutuskan ketersediaan mengikuti penelitian. Dalam informed
consent terdapat penjelasan singkat proses penelitian meliputi tujuan,
manfaat, prosedur penelitian, lamanya keterlibatan, dan hak kewajiban
partisipan. Partisipan diminta menandatangani lembar informed
46
consent jika bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini (Budiarti,
2010; Cedli, 2012)
2. Anonimity
Kerahasiaan identitas responden atau anonimity dijamin tidak akan
dicantumkan nama pada lembar pengumpulan data atau hasil yang
disajikan hanya dalam bentuk inisial nama.
3. Kerahasiaan (confidentially)
Confidentially dimana peneliti wajib menjamin kerahasiaan data atau
informasi yang disampaikan oleh responden.
47
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian tentang hubungan tingkat
pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat
kehamilan. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni 2014 pada 82 orang ibu
hamil.
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Kelurahan
Sukabumi Utara merupakan salah satu wilayah yang
berada di Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Di wilayah ini jumlah
penduduk sebesar 32.664 jiwa dengan luas area 153,09 Ha. Kelurahan ini
membawahi 11 RW, 104 RT, dan 6333 KK. Kelurahan ini berbatasan dengan
palmerah di sebelah utara, Kelapa Dua dan kebon jeruk di sebelah barat,
kebayoran lama di sebelah timur, dan Sukabumi Selatan di sebelah selatan.
Fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah Sukabumi Utara yaitu,
Puskesmas Sukabumi Utara yang membawahi 22 posyandu, dengan 5-6 kader
aktif di setiap posyandu. Kegiatan aktif posyandu dilaksanakan setiap 1 bulan
sekali dengan dibantu oleh kader, kegiatannya berupa pemeriksaan ibu hamil,
imunisasi pada anak, pemberantasan nyamuk 3M. Beberapa fasilitas
pelayanan kesehatan yang terdapat di wilayah sukabumi Utara antara lain,
bidan praktik mandiri, balai pengobatan, rumah sakit bersalin, dan praktik
dokter mandiri.
47
48
B. Hasil Analisis Univariat
Analisis
univariat
menjelaskan
atau
mendeskripsikan
tentang
karakteristik responden berupa umur dan usia kehamilan, variabel independen
yaitu tingkat pendidikan ibu hamil, dan variabel dependen yaitu pengetahuan
ibu hamil tentang hubungan seksual.
1. Karakteristik Responden
a.
Umur
Tabel 5.1 :
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur di Wilayah
Sukabumi Utara Juni 2014 (n=82)
Kategori
Hasil
N
Remaja Akhir
Dewasa Awal
Dewasa Akhir
Total
%
31
39
12
82
37.8
47.6
14.6
100.0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu hamil yang terdapat
di Wilayah Sukabumi Utara paling banyak terdapat pada rentang dewasa awal
yaitu sebanyak 39 orang (47,6%), sedangkan rentang remaja akhir sebanyak
31 orang (37,8%). Dan pada dewasa akhir sebanyak 12 orang (14,6%)
b.
Usia Kehamilan
Tabel 5.2 :
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia kehamilan di Wilayah
Sukabumi UtaraJuni 2014 (n=82)
Kategori
Trimester 1
Trimester 2
Trimester 3
Total
N
Hasil
22
40
20
82
%
26.8
48,8
24.4
100.0
49
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu hamil yang
menjadi responden paling banyak terdapat di trimester 2 sebanyak 40 orang
(48,8%), sedangkan pada trimester 1 sebanyak 22 orang (26,8%), dan pada
trimester 3 sebanyak 20 orang (24,4%).
2. Tingkat Pendidikan
Tabel 5.3 :
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di
Wilayah Sukabumi Utara Juni 2014 (n=82)
Kategori
Hasil
N
Tinggi
Rendah
Total
%
63
19
82
76.8
23.2
100.0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu hamil yang
terdapat di Wilayah Sukabumi Utara paling banyak berpendidikan tinggi
sebanyak 63 orang (76,8%) dan pendidikan rendah sebanyak 19 orang
(23,2%).
3. Pengetahuan Ibu Hamil
Analisis
univariat
dalam
penelitian
ini
bertujuan
untuk
menggambarkan hasil dari pengambilan data responden. Hal yang dianalisa
dalam penelitian ini yaitu mengenai pengetahuan ibu hamil.
Dalam
menentukan cut of point pada variabel pengetahuan ibu hamil dilakukan uji
distribusi terlebih dahulu, dimana rumus yang digunakan ialah uji
Kolmogorov Smirnov Z dimana hasil didapatkan yaitu 0,000 dan distribusi
dinyatakan tidak normal sehingga cut of point menggunakan median
(Santoso,2005). Nilai median dalam penelitian ini yaitu 17.
50
Tabel 5.4:
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Ibu Hamil di
Wilayah Sukabumi UtaraJuni 2014 (n=82)
Kategori
Kurang
Baik
Total
Hasil
N
%
43
39
82
52.4
47.6
100.0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu hamil yang
memiliki pengetahuan kurang sebanyak 43 orang (52,4%) dan yang
memiliki pengetahuan baik sebanyak 39 orang (47,6%).
C. Hasil Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel.
Uji bivariat ini menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95%
(α= 0, 05)
1. Hubungan tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Hubungan Seksual Saat Hamil
Untuk mengetahui apakah ada hubungan atau tidak maka diperlukan uji
statistik menggunakan chi square, karena kedua variabel merupakan data
kategorik. Nilai p yang diharapkan bisa lebih kecil dari 0,05 sehingga uji
statistik bermakna.
Tabel 5.5:
Tabulasi Silang Responden Pengetahuan Ibu Hamil Menurut Tingkat
Pendidikan di Wilayah Sukabumi Utara Juni 2014 (n=82)
Pengetahuan
Kurang
Baik
Total
Tingkat Pendidikan
Tinggi
Rendah
N
%
N
%
30 36,6 13 15,9
33 40,2
6
7,3
63 76,8 19 23,2
Total
n
43
39
82
%
52,5
47,5
100
P value
0,112
51
Syarat melakukan uji chi square ialah sel yang mempunyai nilai
expected lebih kecil dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel (Dahlan, 2010).
Sehingga untuk mengetahuinya dilakukan perhitungan nilai expected pada
masing-masing sel.
Nilai expected dari sel a :
Nilai expected dari sel b :
Nilai expected dari sel c:
Nilai expected dari sel d :
Terlihat bahwa nilai expected dari semua sel lebih dari 5. Hal ini
memenuhi syarat melakukan uji chi square. Setelah dilakukan uji chi square
didapatkan nilai p value= 0,112 dan melebihi nilai p maksimal yakni 0,05
yang berarti hitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara
variabel tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan
seksual.
52
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
a. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil
1. Umur
Hasil analisa data terlihat umur responden paling banyak pada
rentang dewasa awal (26-35 tahun) yaitu sebanyak 39 orang.
Penelitian yang dilakukan oleh National Survey of Family Growth
(NSFG) tahun 2006-2010, angka kesuburan wanita adalah antara 1544 tahun dan kebanyakan wanita mengalami kehamilan khususnya
kehamilan pertama pada usia 20-29 tahun sekitar 45,7%.
Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2011) di RS Bunda
Medika Sidoarjo Jawa Timur menyatakan bahwa umur ibu hamil
mempengaruhi pengetahuan hubungan seksual selama kehamilan.
Semakin matang umur ibu maka cara berfikir dan pandangan ibu
tentang hubungan seksual juga lebih baik. Diperjelas dengan
penelitian oleh Sukaesih (2012) di Puskesmas Tegal Selatan Jawa
Tengah yang menunjukkan bahwa orang yang lebih muda akan lebih
cepat menerima inovasi baru dibandingkan yang lebih tua. Berbeda
dengan umur yang terlalu muda kurang dari 20 tahun belum
mempunyai kesiapan secara fisik dan psikologis menghadapi
kehamilan, sehingga perawatan selama kehamilan sering terabaikan
karena tidak ada keinginan untuk mencari pengetahuan mengenai
52
53
kehamilannya. Umur yang lebih tua menganggap kehamilan adalah
sesuatu yang biasa, yang pernah dialami, sehingga tidak ada keinginan
untuk mencari pengetahuan baru.
2. Usia Kehamilan
Berdasarkan analisa data, ibu hamil paling banyak terdapat di
trimester kedua yaitu sebanyak 40 orang (48,8%), dengan tingkat
pengetahuan baik ada pada ibu hamil trimester kedua. Pengetahuan
yang baik ada kaitannya dengan pengaruh pengalaman sendiri atau
orang lain. Pengalaman seseorang mencakup apa yang dialami
sebagai hasil persepsi tentang hal yang terjadi atau yang ada di
lingkungan
sekitar
yang
dihasilkan
melalui
panca
indra
(Notoadmodjo, 2003). Hasil analisa data menyatakan bahwa ibu hamil
yang berada pada trimester menengah sudah merasakan perubahan
yang terjadi di awal kehamilannya dan mempersiapkan akhir
kehamilan sehingga ia banyak tahu tentang apa yang dirasakan saat
kehamilan. Ibu hamil trimester kedua sudah mengetahui dan terpapar
informasi mengenai kehamilan dan perubahan kehamilan yang terjadi
pada tiap trimesternya.
Pengetahuan yang buruk terlihat menonjol pada kehamilan
trimester ketiga, dimana pada trimester ketiga perubahan fisik ibu
mulai terlihat seperti perut yang membesar, ibu merasa sesak nafas,
dan ibu mulai berfokus dengan kelahiran. Perubahan psikologis dan
seksualitas pada trimester ketiga yaitu ibu kesulitan dalam mengatur
posisi hubungan seksual, hasrat ibu untuk melakukan hubungan
54
seksual kembali menurun, dan kekhawatiran ibu melukai janinnya
saat melakukan hubungan seksual. Hal ini diperkuat dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hapsari (2011) dimana dari hasil studi kualitatif
didapatkan responden menyatakan hanya satu kali dalam seminggu
melakukan hubungan seksual saat trimester ketiga, bahkan salah satu
responden mengatakan absen melakukan hubungan seksual mulai
trimester ketiga. Diperkuat dengan penelitian oleh Sagiv (2012)
bahwa pada trimester ketiga hubungan seksual ibu hamil tidak lagi
berarti berbeda dengan 2 trimester sebelumnya, ibu hamil mengalami
penurunan hasrat seksual dan respon orgasme. Pengetahuan kurang
pada trimester ketiga dikarenakan perubahan yang terjadi pada ibu
hamil sehingga ibu sudah tidak memperhatikan masalah hubungan
seksual dan perhatian berfokus pada kelahiran, dan juga mitos yang
salah seputar hubungan seksual trimester ketiga dapat menyebabkan
kelahiran prematur.
Pengetahuan yang buruk juga terdapat pada trimester pertama,
masa trimester pertama merupakan masa penyesuaian kehamilan
dimana ibu hamil merasakan perubahan fisiologis akibat pengaruh
hormonal. Perubahan pada trimester pertama menyebabkan ibu hamil
malas melakukan hubungan seksual pada trimester pertama sehingga
hasrat melakukan hubungan seksual mengalami penurunan. Anggapan
yang salah tentang hubungan seksual seperti, hubungan seksual dapat
menyebabkan keguguran dan perdarahan menjadi faktor kecemasan
untuk melakukan hubungan seksual pada trimester ini.
55
b. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Hamil
Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti
kesehatan baik pada diri sendiri maupun pada lingkungannya yang dapat
mendorong kebutuhan pelayanan kesehatan, termasuk pentingnya
informasi mengenai hubungan seksual selama kehamilan. Informasi yang
diperoleh dari pendidikan formal maupun informal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (immediate impact) yang dapat meningkatkan
pengetahuan (Notoatmodjo, 2005)
Hasil analisis didapatkan data responden yang berpendidikan tinggi
sebanyak 63 responden (76,8%). Hal ini didukung oleh penelitian yang
dilakukan Putri (2011) menyatakan bahwa responden paling banyak ialah
yang berpendidikan SMA/sederajat yaitu sebanyak 30 responden (73,4%).
Hal
tersebut
berpendidikan
menunjukkan
tinggi
dan
lebih dari
berpengaruh
separuh responden
pada
hasil
yang
pengetahuan.
Pendidikan yang tinggi berimplikasi pada pengetahuan dan sikap yang
baik. Di wilayah Sukabumi Utara, ibu hamil dominan berpendidikan
terakhir SMA. Pendidikan SMA dianggap mempunyai pengetahuan yang
lebih baik tentang kehamilan dan ibu hamil dapat mencari informasi yang
luas mengenai kehamilannya.
Pengetahuan saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan
formal, melainkan pendidikan informal bahkan kemudahan mengakses
internet serta sumber bacaan memudahkan seseorang untuk meningkatkan
pengetahuaannya mengenai hubungan seksual selama kehamilan. Oleh
karena itu, semua ibu hamil dengan latar belakang pendidikan apapun
56
mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pengetahuan
seputar kehamilan, khususnya tentang hubungan seksual saat kehamilan.
c. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil
Pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan
pada penelitian ini masih kurang baik yang ditunjukkan dengan data
bahwa 43 (52,4%) responden memiliki pengetahuan yang kurang. Baik
dan buruknya pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya,
tingkat pendidikan, umur, informasi, pengalaman, status ekonomi, dan
sosial budaya (Notoatmodjo, 2005). Ibu hamil di wilayah Sukabumi Utara
belum pernah mendapat pendidikan kesehatan mengenai seksualitas
selama kehamilan dan saat di pelayanan kesehatan pengkajian dan
pemberian informasi mengenai seksualitas selama kehamilan masih
terbatas.
Pengetahuan ibu hamil mengenai seksualitas selama kehamilan
yang masih kurang disebabkan oleh informasi yang didapatkan tentang
hubungan seksual saat kehamilan sedikit dan terkadang ibu hamil
mendengar informasi yang salah dari orang lain. Ibu hamil juga jarang
menanyakan masalah seksual ke petugas kesehatan dan tidak mencari
pengetahuan seperti dari buku, majalah, televisi, atau internet. Mayoritas
ibu hamil juga mempunyai pengetahuan kurang (76,79%) sesuai
penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2011) di RS Bunda Medika
Sidoarjo. Penelitian yang sama dilakukan oleh Putri (2011) di PKD
Karang Anyar menyatakan bahwa tingkat pengetahuan responden selama
57
kehamilan dalam kategori cukup sebanyak 73,3%. Secara umum dapat
disimpulkan pengetahuan tentang hubungan seksual pada ibu hamil bisa
dikatakan masih kurang.
Pemahaman tentang hubungan seksual saat kehamilan seperti apa
itu hubungan seksual, apa saja perubahannya, frekuensi berhubungan
seksual menjadi penting karena berdampak pada pola hubungan seksual
itu sendiri. Pengetahuan dan pemahaman yang kurang pada penelitian ini
terdapat pada aspek tentang frekuensi hubungan seksual, posisi hubungan
seksual, dan perubahan hubungan seksual. Pernyataan tentang frekuensi
hubungan seksual yaitu “hubungan seksual tidak dibatasi” sebanyak 46
orang (56,1%) menjawab salah. Penelitian yang dilakukan oleh Lee, et.al
(2010) menyatakan bahwa frekuensi hubungan seksual bukan aspek
penting pada kepuasan seksual ibu hamil, melainkan proses orgasme.
Penelitian yang lain yang dilakukan oleh Naim (2000) menyatakan bahwa
frekuensi hubungan seksual tidak ada batasan namun beberapa ibu hamil
mengakui adanya penurunan frekuensi selama kehamilan.
Pernyataaan tentang perubahan hubungan seksual , yaitu
hubungan seksual antara suami istri mengalami peningkatan sampai usia
6 bulan kehamilan menjawab salah sebanyak 51 orang (62,2%). Masa
trimester kedua merupakan masa adaptasi kehamilan, dimana ibu hamil
mulai menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada dan siklus seksual
kembali normal. Sesuai dengan penelitian oleh Sagiv (2012) menyatakan
bahwa beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual khususnya
pada trimester kedua.
58
Pernyataan tentang posisi hubungan seksual, yaitu selama
kehamilan posisi saaat berhubungan seksual tidak mengalami perubahan
sebanyak 51 orang (62,2) menjawab salah dan pada pernyataan posisi
duduk tidak diperbolehkan selama hubungan seksual menjawab salah
sebanyak 41 orang (50). Penelitian yang dilakukan oleh Lee,et.al (2010)
menyatakan bahwa kesulitan untuk menemukan posisi yang nyaman
dalam berhubungan seksual berkontribusi terhadap berkurangnya
keinginan dan kepuasan melakukan hubungan seksual ketika hamil.
Untuk menghindari hal tersebut, maka pasangan suami istri harus
merubah posisi hubungan seksual mereka. Posisi dalam kehamilan
diperbolehkan selama ibu hamil dan pasangannya nyaman melakukan.
Pernyataan tentang perubahan seksual, yaitu puncak kenikmatan
saat hubungan seksual tidak berubah sebanyak 52 orang (63,4%)
menjawab salah. Berdasarkan teori yang ada, setiap wanita mengalami
puncak kenikmatan yang berbeda saat hamil dan sebelum kehamilan,
bahkan beberapa wanita baru mengalami puncak kenikmatan seksual
pertama kali saat hamil (Bobak, 2004). Hal ini berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sagiv (2012) dimana dalam penelitian ditemukan
perubahan hubungan seksual tidak berpengaruh selama kehamilan karena
tiap wanita mengalami siklus atau puncak kenikmatan yang berbeda.
59
B. Analisis Bivariat.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ibu hamil berpendidikan
tinggi yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 33 orang (40,2%)
sedangkan ibu hamil berpendidikan tinggi yang mempunyai pengetahuan
buruk sebanyak 30 orang (36,6%). Tidak ada perbedaan yang signifikan
diantara kedua variabel sehingga, setelah dilakukan uji chi square didapatkan
kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan
pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat hamil.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Zakirman (2011) di RS KIA Kota Bandung yang menyatakan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan
pengetahuan hubungan seksual saat kehamilan trimester III. Hasil analisa
diatas, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan yang kurang pada ibu
hamil di wilayah Sukabumi Utara tidak hanya berdasarkan rendahnya tingkat
pendidikan, melainkan faktor-faktor lain seperti tersedianya sumber informasi
yang cukup tentang hubungan seksual saat kehamilan, pengalaman kehamilan
sebelumnya yang mendukung seseorang melakukan hubungan seksual yang
aman saat hamil. Lingkungan juga mempunyai peranan penting, eratnya
keakraban antara satu warga dengan warga lain dan sering diadakannya
pertemuan warga setiap bulannya memungkinkan pertukaran informasi
tentang pengetahuan seputar kehamilan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sandy dan Sari (2012) menyatakan
dimana dengan pendidikan akhir yang rendah bukan berarti pengetahuan
60
kurang. ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik kemungkinan mendapat
informasi dari berbagai sumber misalnya majalah, koran, orang terdekat
(keluarga), atau dari pengalaman yang terdahulu baik dari diri sendiri atau
orang lain yang menceritakan pengalamannya.
Pengetahuan
tidak
hanya
dipengaruhi
pendidikan,
tapi
juga
dipengaruhi hal lain salah satunya yaitu pengalaman sebelumnya dan
kebutuhan individu (Swansburg, Russel, 2001). Ibu dengan paritas
primigravida belum mempunyai pengalaman dengan kehamilan termasuk
hubungan seksualitas selama kehamilan, sehingga ibu takut melakukan
hubungan seksual karena pengalaman mereka tentang hubungan seksualitas
selama kehamilan kurang. Mitos-mitos yang beredar juga menjadi pemicu
ketakutan ibu untuk melakukan hubungan seksual seperti membahayakan
janin, terjadinya keguguran dan kelahiran prematur, dan terjadinya
perdarahan.
Penelitian yang dilakukan oleh Prassana (2012) menyatakan bahwa
kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh ibu karena ibu jarang mencari
informasi tentang hubungan seksual selama kehamilan. Pengetahuan yang
kurang dari ibu dapat diperbaiki dengan cara bertanya ke tenaga kesehatan
atau membaca buku. Pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksualitas
kurang maka ibu tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Ibu
tidak tahu bahwa sebenarnya hubungan seksual selama kehamilan
diperbolehkan jika kehamilan ibu sehat dan normal, karena ketidaktahuan
61
tersebut kemudian muncul ketakutan dan kekhawatiran untuk melakukan
hubungan seksual.
Pengetahuan tentang seksual selama kehamilan diperoleh dari
lingkungan sekitar yang berpengaruh besar terhadap proses masuknya
pengetahuan. Hal ini terjadi karena ada interaksi timbal balik antar individu
dalam merespon pengetahuan yang diterimanya sehingga sumber informasi
baik dari pendidikan formal maupun nonformal berpengaruh untuk
meningkatkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2005). Pengaruh lingkungan
memberikan andil yang cukup besar bagi ibu hamil dalam menerima benar
tidaknya informasi yang disampaikan, dalam penelitian ini didapatkan banyak
ibu hamil yang merasa khawatir melakukan hubungan seksual karena
salahnya informasi yang diterima dari lingkungan sekitar, seperti dari
orangtua. Selain itu, unsur sosial budaya dan agama juga berperan dalam
membentuk pengetahuan ibu hamil,
Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa tahu yaitu mengingat suatu
materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali atau
recall sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima, oleh karena itu tahu ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Salah satu program pemerintah untuk
meningkatkan pengetahuan ibu hamil yaitu dengan pembentukan kelas ibu
hamil, dimana merupakan sarana belajar mengenai kesehatan ibu hamil untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai kehamilan (Depkes,
2009). Bagi petugas kesehatan juga diharapkan memberikan informasi yang
62
tepat serta menggali masalah yang ada pada ibu hamil, sehingga ibu hamil
lebih terbuka tentang seksualitas selama kehamilan. Hal penting lain untuk
meningkatkan pengetahuan yang baik dan menghindari kesalahpahaman yaitu
komunikasi terbuka antara ibu dan pasangannya untuk membicarakan
perubahan yang terjadi selama kehamilan khususnya tentang hubungan
seksual, sehingga ketika terdapat permasalahan tentang hubungan seksual
seputar kehamilan ibu hamil dapat berkonsultasi dengan petugas kesehatan.
C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian
ini. Keterbatasan penelitian tersebut yaitu banyaknya jumlah populasi ibu
hamil sehingga terdapat persebaran yang tidak merata di tiap usia kehamilan
dan tidak ada batasan usia kehamilan dan paritas.
63
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Seksualitas selama hamil merupakan suatu komponen integral dari
kehidupan seorang wanita normal, dimana hubungan seksual pada masa
kehamilan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dan
mempengaruhi quality of relationship pada pasangan. Hubungan seksual
merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan dan didiskusikan di kalangan
petugas kesehatan maupun ibu hamil. Pegetahuan ibu hamil menjadi sesuatu
yang penting yang dapat mempengaruhi hubungan seksual saat hamil.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, pengetahuan ibu hamil
dikategorikan menjadi baik dan kurang tentang hubungan seksual saat hamil
dan dibedakan menurut tingkat pendidikan ibu. Setelah dilakukan penelitian
pada 82 responden ibu hamil dapat ditarik kesimpulan bahwa kebanyakan ibu
hamil berpendidikan tinggi sebanyak 63 orang (76,8%) namun pengetahuan
ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan dikategorikan kurang
sebanyak 43 orang (52,4%). Pendidikan yang tinggi namun pengetahuan
kurang dapat disebabkan beberapa faktor yaitu pengaruh lingkungan yang
memberikan informasi yang kurang tepat, pengalaman ibu seputar kehamilan,
kekhawatiran dan mitos yang beredar di masyarakat. Sehingga, hasil
penelitian disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat
kehamilan ditunjukkan dengan hasil p-value 0,112.
63
64
B. Saran
1. Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar strategi promosi
kesehatan mengenai seksualitas pada masa kehamilan, dimana tenaga
kesehatan dapat menjelaskan pola seksualitas, perubahan dalam hasrat
seksual tiap trimesternya, memberitahukan dampak seks pada kehamilan,
mendiskusikan kapan sebaiknya membatasi hubungan seksual saat
kehamilan, dan menganjurkan posisi hubungan seksual yang dapat
dilakukan.
2. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dan bahan pembelajaran
serta pengembangan kurikulum keperawatan khususnya keperawatan
maternitas
mengenai pengembangan instrumen-instrumen pengkajian
kesehatan seksualitas selama kehamilan.
3. Peneliti Selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih
mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan seksual
saat kehamilan serta lebih mengembangkan instrument penelitian yang
digunakan. Peneliti selanjutnya juga diharapkan tidak hanya mengkaji
pengetahuan ibu namun pengetahuan serta pengalaman suami menghadapi
kehamilan ibu dapat dikaji sehingga penelitian akan berkembang dan lebih
menarik.
DAFTAR PUSTAKA
A Health Handbook For Women With Disabilities. (2007). Diunduh dari
www.hesperian.org pada tanggal 7 November 2013 pukul 17.39
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rhineka Cipta
BKKBN. (2006). Anak Indonesia Rentan Pornografi. http://www.bkkbn.go.id
Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2004). Buku Ajar keperawatan
Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC.
Bloom, Benjamin Samuel, et al. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and
assessing: a revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives.
Pennsylvania State University: Longman
Budiarti, Astrida. (2010). Studi Fenomenologi: Pengalaman Seksualitas
Perempuan Selama Masa Kehamilan di Surabaya. Tesis Fakultas Ilmu
Keperawatan Program Magister Keperawatan.
Budiarto, Eko. (2003). Metodologi Penelitian Kedokteran: sebuah pengantar.
Jakarta: EGC.
Carrol, Janell L. (2007). Sexuality Now: Embracing Diversity. Thomson.
Cedli, Lussi Giovani. (2012). Fungsi Seksual Suami Selama Masa Kehamilan
Pasangan. Skripsi Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Keperawatan.
Dahlan, Sopiyudin. (2010). Penelitian Diagnostik. Jakarta: Salemba Medika
Danarti, D. (2010). 145 Questions & Answer Prgenancy and Childbirth.
Yogyakarta: Sigma.
Daniel, Michael L. (2010). Counseling on Sexuality in Pregnancy. The Female
Patient, 35(Januari), 42-44.
DeJudicibus, M.A. & Mc. Cabe, M.P. (2002). Psychological Factors and
Sexuality of Pregnant and Postpartum Women. The Journal of Research¸39
(2), 94-103.
Emilia, dr. Ova & Harry Freitag, S. Gz, Dietisien. Tetap Bugar dan Energik
Selama Hamil. Agro Medika.
Hapsari, Vike Dwi & Sari Sudarmiati. (2011). Pengalaman Seksualitas Ibu Hamil
Di Puskesmas Pondok Aren Tangerang. Vol 6, 76-85. Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang.
Hasbullah. (2006). Dasar-dasar ilmu pendidikan. Ed 5. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Hidayat, Aziz Alimul (2008). Metode Pendidikan Keperawatan dan Tekhnik
Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika
Imron M & Munif A. (2010). Metodologi Penelitian bidang Kesehatanbahan ajar
untuk mahasiswa. Jakarta: Sagung Seto
Khamis, M. A., Mustafa, M.F., Mohammed, S.N., & Tosson, M.M. (2007).
Influence of Gestation Period on Sexual Behavior. J Egypt Public Health
Assoc¸82(1-2), 65-90.
Kissanti, Annia. (2007). 9 Bulan Penuh Keajaiban. Jakarta: Araska
Kresno, Sudarti. (2006). Aplikasi dan Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
FKM UI
Kurniawati, Siti (2013). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Trimester 3 tetang
Hubungan Seksual Selama Kehamilan di BPS Suratini Soewarno Surakarta.
KTI DIII Kebidanan Stikes Kusuma Husada.
Kuswandani, Ana Budi. (2011). MAYO CLINIC: Kehamilan yang Sehat. Jakarta:
PT. Mitra Media Publisher.
Kuswarno, Prof. Dr. Engkus. (2009). Metodologi Penelitian Komunikasi
Fenomenologi. Bandung: Widya Padjajaran
Lee, Jian Tao et al., (2010). Sexual Positions and Sexual Satisfaction of Pregnant
Women. Journal of Sex & Marital Therapy, 36, 408–420.
Macdougall, Dr. Jane. Alih bahasa Dr Nina Irawati .Kehamilan Minggu Demi
Minggu,. Erlangga . 2003
Manuaba, Dr. Ida Ayu Chandranita., dr. Ida bagus gde Fajar Manuaba,. & Prof.
Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Ed.2. Jakarta:
EGC.
Marshall, Connie. (1999). Calon Ayah: Membantu Ayah Memahami dan Menjadi
Bagian dari Pengalaman Kehamilan. Jakarta: Arcan.
Murkoff, Heidi. (2006). Kehamilan apa yang anda hadapi bulan per bulan. Ed.3.
Jakarta: ARCAN.
Naim, Maryam., Bhutto, Erum,. (2000). Sexuality during Pregnancy in Pakistani
Women. J Pak M Assoc Women, 50 (1): 38-44.
Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka
Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta:
Rhineka Cipta
Nursalam dan Effendi F. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Octavia, Rafita. (2013). Studi Fenomenologi: Pengalaman Suami Menghadapi
Istri yang Memasuki Masa Menopause di Kelurahan Pisangan. Skripsi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.
Onggo, Ira Tri. (2010). Panduan super lengkap KEHAMILAN sehat. Ed. 1.
Yogyakarta: New Diglossia.
Pangkahila, Wimpie. (2001). Seks Yang Membahagiakan: Menciptakan
Keharmonisan Suami Istri. Jakarta: Kompas.
Putri, N. Kadek. (2011). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Seksualitas
dalam Kehamilan di PKD Sri Rahayu Papahan Tasikmadu Karanganyar.
Maternal volume edisi 5.
Rizki, Deri. (2013) Kupas Tuntas Selama Kehamilan. Cet. 1, Jakarta: AgroMedia
Pustaka.
Sacomori & Cardoso. (2010). Sexual Initiative and Intercourse Behavior During
Pregnancy Among Brazilian. Journal of Sex & Marital Therapy, 36, 124136.
Sagiv M, Dafna-Reiss., Birnbaum, Gurit E., Safir, Marilyn P,. (2012). Changes in
Sexual Experience and Relationship Quality During Pregnancy. Arch Sex
Behav, 41, 1241-1251.
Salkind, Neil J. (2010). Ensiklopedia of research Design. Sage Publications
Sandy, utami febrina & Tria Puspita Sari. (2012). Gambaran tentang Tingkat
Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Hubungan Seksual Selama
Kehamilan di BPM Niken Boyolali. Akbid PKU Muhammadiyah Surakarta.
Santoso, singgih (2005). Mengatasi berbagai masalah statistic dengan spss versi
11,5. Jakarta. Elex Media Komputindo.
Senkumwong, Chaovisitaree, Rugpao, Chandrawongse, & Yanuto,. (2006). The
Changes of sexuality in the women during pregnancy. J Med Assoc Thai,
89(4), 124-129.
Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jogjakarta: Graha
Ilmu.
Setyowati, Palupi Dewi & Lina Darmayanti. (2011). Gambaran Pengetahuan Ibu
Hamil tentang Hubungan Seksualitas selama Masa Kehamilan di RS Bunda
Medika Sidoarjo.
Shojaa, Mahdie., Jouybari, Leila., & Sanagoo, Akram. (2008). The sexual activity
during pregnancy among a group of iranian women. Arch Gynecol Obstet,
279, 353-356.
Simkin, Penny., Janet Walley., & Ann Kepler,. (2007). Panduan Lengkap
Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi. Edisi Revisi. Jakarta: ARCAN
Siswosuharjo, Suwignyo. (2010). Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Cet. 1.
Jakarta: Penebar Plus.
Sloane, Ethel. (2002). Biology of Women. 4Ed. United States of america: Delmar.
Sugiyono, Prof. Dr. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Susanti, Dra. Ni Tengah M. Kes. (2008). Psikologi kehamilan. Jakarta: EGC
Tino, A Rafi. (2009). Menjawab Mitos-mitos Kehamilan dan Menyusui.
Yogyakarta: Media Pressindo.
Uwapusitanon, W., & Choobun,T. (2004). Sexuality and sexual activity in
pregnancy. Jmed Assoc Thai, 87(Suppl 3), S45-9.
Wardhani, Meidita Kusuma. (2013). Perlukah kondom saat bercinta semasa
hamil. m.vemale.com diunduh pada 12 April 2014 pukul 07.33
Wijaya, Andik. (2004). 55 masalah seksual yang ingin anda ketahui tapi “tabu”
untuk ditanyakan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Wiknjosastro, Hanifa. (2009.) Ilmu Kandungan. Ed. 2, cet. 7. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirodihardjo.
Yulaikhah, Lily. (2008). Kehamilan (Seri Asuhan Kebidanan). Jakarta: EGC.
Zakirman, Devita. (2011). Hubungan Paritas dan Pendidikan dengan
Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hubungan Seksual Pada Kehamilan
Trimester III di RS KIA Kota Bandung September 2011. Stikes jend. A.
Yani Cimahi.
Lampiran 1
Lampiran 2
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Responden
Di tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertandatangan dibawah ini:
Nama
: Fitri Farhani
NIM
: 1110104000031
Status
: Mahasiswa Ilmu Keperawatan UIN Jakarta
Dengan ini memohon kepada Responden Ibu/sdri untuk bersedia menjadi
partisipan pada penelitian yang saya lakukan yang berjudul “HUBUNGAN
TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL
TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SAAT KEHAMILAN DI WILAYAH
SUKABUMI UTARA”
Demikian Saya sampaikan, atas perhatian dan ketersediaan Ibu saya ucapkan
terimakasih.
Hormat Saya,
Fitri Farhani
LEMBAR PERSETUJUAN
Setelah mendapat penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan, saya
dapat memahami tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian yang akan dilakukan.
Saya mengerti dan yakin bahwa peneliti akan menghormati hak-hak dan
kerahasiaan Saya sebagai responden. Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan
dari pihak manapun, saya bersedia menandatangani lembar persetujuan untuk
menjadi responden pada penelitian ini.
Jakarta, ……………....2014
Tanda Tangan Responden
Lampiran 3
KODE:
KUISIONER TENTANG HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN
DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN
SEKSUAL SAAT KEHAMILAN DI WILAYAH SUKABUMI UTARA
Petunjuk Pengisian Kuisioner:
1. Isilah kuesioner A sesuai identitas Anda
2. Isilah kuisioner B sesuai yang anda ketahui, dengan memberi tanda ceklis ()
pada jawaban yang Benar atau Salah
A. IDENTITAS RESPONDEN
Nama
:
Umur
:
Pendidikan Terakhir
:
Usia Kehamilan
:
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
minggu
B. KUESIONER PENGETAHUAN
No
Pernyataan
1.
Proses berhubungan seksual terjadi hingga cairan sperma (air mani) keluar
2.
Hubungan seksual saat kehamilan dapat meningkatkan keakraban dan
pembuktian rasa sayang antara suami istri
3.
Hubungan seksual saat kehamilan tidak dibatasi
4.
Pada awal kehamilan tidak boleh melakukan hubungan seksual sama sekali
5.
Saat memasuki trimester kedua (usia kehamilan 4-6 bulan) tidak terjadi
peningkatan frekuensi hubungan seksual
Benar
Salah
6.
Pada usia kehamilan 7 bulan ke atas, suami istri tetap melakukan hubungan
Seksual
7.
Hubungan seksual antara suami istri mengalami peningkatan sampa usia
6bulan kehamilan
8.
Hasrat suami dalam berhubungan seksual meningkat ketika istri hamil
9.
Keinginan suami untuk melakukan hubungan seksual mengalami
penurunan karena kondisi istri yang berbeda dari sebelumnya
10.
Selama kehamilan, posisi saat berhubungan seksual tidak mengalami
Perubahan
11.
Melakukan hubungan seksual saat hamil tidak dipengaruhi oleh
mood/emosi
12.
Kondisi mual dan muntah pada 3bulan pertama kehamilan, menyebabkan
ibu hamil malas melakukan hubungan seksual
13.
Pada trimester kedua (usia kehamilan 4-6 bulan) sudah mulai beradaptasi
terhadap perubahan kehamilan
14.
Pada trimester ketiga (usia kehamilan 7-9 bulan) terjadi ketidaknyamanan
karena perut mulai membesar dan sesak nafas
15.
Istri melakukan hubungan seksual sebagai bentuk kewajiban
16.
Hubungan seksual saat hamil dapat menyebabkan perdarahan dan
Keguguran
17.
Perubahan pada cairan vagina terjadi pada usia kehamilan 7 bulan keatas
yang berpengaruh pada hubungan seksual
18.
Puncak kenikmatan hubungan seksual saat hamil tidak mengalami
Perubahan
19.
Keinginan suami untuk melakukan hubungan seksual tidak wajib dipenuhi
20.
Melakukan hubungan seksual selama kehamilan dapat menyebabkan
kelahiran premature
21.
Bayi dapat mengalami infeksi saat lahir akibat ibu melakukan hubungan
seksual saat hamil
22.
Perubahan fisik dan psikologis mempengaruhi kenyamanan ketika
berhubungan seksual
23.
Posisi duduk tidak diperbolehkan saat berhubungan seksual
24.
Hubungan seksual dipengaruhi oleh posisi yang nyaman
Lampiran 4
UJI VALIDITAS dan RELIABILITAS
UJI RELIABLITAS : KR-20
N
n-1
Varian total
Sigma pq
Kr20
Kep
26
25
8,51
2,49
0,73
Reliable
Uji Validitas dengan Pearson per variabel
p1
p2
p3
p4
p5
p6
p7
p8
p9
p10
p11
p12
p13
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.490
.497
.461
.450
.386
.458
.529
.495
.471
.458
.446
.503
.512
P14
p15
p16
p17
p18
p19
p20
p21
p22
p23
p24
p25
p26
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
.443
.464
.541
.429
.490
.537
.509
.491
.444
.471
.492
.443
.499
Lampiran 5
HASIL ANALISIS SPSS UNIVARIAT
A. Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
katpengetahuan pendidikan
N
82
82
Mean
1.48
1.23
a,b
Normal Parameters
Std.
.502
.425
Deviation
Absolute
.352
.476
Most Extreme
Positive
.352
.476
Differences
Negative
-.327
-.293
Kolmogorov-Smirnov Z
3.192
4.308
Asymp. Sig. (2-tailed)
.000
.000
Statistics
N
Valid
Missing
82
0
Mean
16.79
Median
17.00
Std. Deviation
2.675
Skewness
-.304
Std. Error of Skewness
.266
B. Umur Ibu Hamil
Umur
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
remaja akhir
31
37.8
37.8
37.8
dewasa awal
39
47.6
47.6
85.4
dewasa akhir
12
14.6
14.6
100.0
Total
82
100.0
100.0
C. Pendidikan Terakhir
Pendidikan
Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid
Tinggi
63
76.8
76.8
76.8
Rendah
19
23.2
23.2
100.0
Total
82
100.0
100.0
D. Usia kehamilan
Usia Kehamilan
Frequenc
Percent
y
Valid
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Trimester 1
22
26.8
26.8
26.8
Trimester 2
40
48.8
48.8
75.6
Trimester 3
20
24.4
24.4
100.0
Total
82
100.0
100.0
E. Pengetahuan
Pengetahuan Ibu Hamil
Frequenc
Percent
y
buruk
Valid
Cumulative
Percent
Percent
43
52.4
52.4
52.4
Valid Baik
39
47.6
47.6
100.0
Total
82
100.0
100.0
Lampiran 6
HASIL ANALISIS BIVARIAT
TABULASI SILANG PENGETAHUAN DAN USIA KEHAMILAN
Tabulasi silang pendidikan dan pengetahuan
Pendidikannew
tinggi
Count
13
43
33.0
10.0
43.0
69.8%
30.2%
100.0%
% within pendidikannew
47.6%
68.4%
52.4%
% of Total
36.6%
15.9%
52.4%
33
6
39
30.0
9.0
39.0
% within katpengetahuan
84.6%
15.4%
100.0%
% within pendidikannew
52.4%
31.6%
47.6%
% of Total
40.2%
7.3%
47.6%
63
19
82
63.0
19.0
82.0
% within katpengetahuan
76.8%
23.2%
100.0%
% within pendidikannew
100.0%
100.0%
100.0%
76.8%
23.2%
100.0%
Kurang % within katpengetahuan
Count
Expected Count
Baik
Count
Expected Count
Total
Rendah
30
Expected Count
katpengetahuan
Total
% of Total
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Likelihood Ratio
Asymp. Sig. (2-
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.112
1.767
1
.184
2.588
1
.108
2.533
b
df
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear Association
N of Valid Cases
.125
2.502
1
.114
82
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.04.
b. Computed only for a 2x2 table
.091
TABULASI SILANG PENGETAHUAN DAN USIA KEHAMILAN
katpengetahuan
Kurang
katusiakehamilan
Total
baik
trimester 1
11
11
22
trimester 2
11
18
29
trimester 3
21
10
31
43
39
82
Total
TABULASI SILANG PENGETAHUAN DAN UMUR
Pengetahuan * umur Crosstabulation
Count
umurnew
remaja akhir
katpengetahuan
Total
Total
dewasa awal
dewasa akhir
kurang
15
20
8
43
baik
16
19
4
39
31
39
12
82
Download