HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SAAT KEHAMILAN DI WILAYAH SUKABUMI UTARA Skripsi Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) OLEH: FITRI FARHANI 1110104000031 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M/1435 H ii FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA Undergraduate Thesis, July 2014 Fitri Farhani, NIM: 1110104000031 Relationship between Education Level and Knowledge Pregnant Women about Sexual Intercourse during Pregnancy in Sukabumi Utara Area xx + 64 pages + 7 Tables + 2 Charts+ 1 pictures+ 1 Diagrams + 6 Attachments ABSTRACT Aspects of sexuality are taboo and rarely examined by health practitioners, especially about sexual intercourse during pregnancy. Pregnancy is not an impediment to do sexual intercourse, because sexual intercourse is one of the physiological needs. The importance of knowledge of sexual intercourse during pregnancy becomes an important aspect that needs to be known to pregnant women. The aim of this study was to determine whether there is a relationship between level of education and knowledge of pregnant women about sexual intercourse during pregnancy. This study was a quantitative study with cross-sectional design at α = 0.05 level. Data collection was conducted on 82 respondents in Sukabumi Utara area in June 2014 using questionnaire with a purposive sampling technique. Data analysis using Chi square test. The results of this study showed p value= 0,112. This research can provide input the health practitioners to provide comprehensive service and provide information or counseling to pregnant women in matters of sexual intercourse. Keywords: Level education, Knowledge, Sexual Intercourse during Pregnancy iii FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Juli 2014 Fitri Farhani, NIM: 1110104000031 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hubungan Seksual Saat Kehamilan Di Wilayah Sukabumi Utara xx + 64 halaman + 7 tabel + 2 bagan + 1 gambar + 1diagram + 6 lampiran ABSTRAK Aspek seksualitas merupakan hal yang tabu dan jarang dikaji oleh petugas kesehatan, terutama tentang hubungan seksual saat kehamilan. Kehamilan bukan merupakan suatu halangan untuk melakukan hubungan seksual, karena hubungan seksual merupakan salah satu kebutuhan fisiologis. Pentingnya pengetahuan hubungan seksual saat kehamilan menjadi aspek penting yang perlu diketahui ibu hamil. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional dengan α = 0,05. Pengambilan data dilakukan pada 82 orang responden di wilayah Sukabumi Utara pada bulan Juni 2014 dengan menggunakan kuesioner dan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Analisis data menggunakan uji Chi Square. Hasil uji didapatkan nilai p value= 0,112 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan agar dapat memberikan pelayanan secara komprehensif serta dapat memberikan informasi atau penyuluhan kepada ibu hamil dalam masalah hubungan seksual. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Pengetahuan, Hubungan Seksual saat Kehamilan iv v vi vii RIWAYAT HIDUP Nama : Fitri Farhani Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 9 Januari 1993 Jenis Kelamin : Perempuan Agama : Islam Status : Belum Menikah Alamat : Jl. Raya Kebayoran Lama Rt. 005 RW 001 No.10 Sukabumi Utara Kebon Jeruk Jakarta Barat 11540 Telepon : 089653900668 Email : [email protected] [email protected] Riwayat Pendidikan 1. 2. 3. 4. 1998 - 2004 2004 - 2007 2007 - 2010 2010 - 2014 : : SDI Al-Falah II Pagi : MTs Al-Falah : MA Al-Falah : S-1 Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta viii KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum. Wr. Wb Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan inayahNya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hubungan Seksual Saat Kehamilan di Wilayah Sukabumi Utara”. Shalawat dan salam senantiasa kita sanjungkan kehadirat Nabi Besar Muhammad SAW. Selama proses penyelesaian skripsi ini, peneliti telah banyak mendapatkan bantuan berupa bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Prof. DR (hc). dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Bapak Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep. MKM, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Ns. Uswatun Hasanah, MNS., selaku Dosen Pembimbing akademik yang selalu memberikan perhatian, waktu, dan bimbingannya selama proses perkuliahan. 4. Ibu Puspita Palupi, M. Kep, Ns. Sp. Kep. Mat, selaku Dosen Pembimbing pertama yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini. ix 5. Ibu Yenita Agus, M.Kep., Sp.Mat., PhD, selaku Dosen Pembimbing kedua yang senantiasa memberikan waktu dan bimbingannya selama penyusunan skripsi ini. 6. Pihak Kementerian Agama RI serta Pengelola PBSB yang telah memberikan kepercayaan kepada peneliti untuk mendapatkan beasiswa dalam Program Beasiswa Santri Berprestasi, sehingga peneliti bisa menempuh studi disini. 7. CSS MoRA, baik CSS MoRa Nasional maupun CSS MoRa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan semangat, inspirasi, ilmu, serta pengalaman yang luar biasa. 8. Segenap Staf bidang Akademik dan Administrasi FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan 9. Teristimewa ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga tercinta, Mama dan Papa tersayang (Ibu Umyani dan Bapak Syarifuddin), adikku tersayang (Ahmad Hibatul Wafie), saudara-saudaraku (Ka yoyo, Teteh), dan teruntuk Ryan Alfian. Terima kasih atas segala perhatian dan dukungan yang telah kalian berikan untukku, atas doa yang senantiasa selalu terpanjatkan, dan terimakasih telah menjadi bagian hidupku. 10. Sahabat-sahabatku Qiflyu Jodi, teman-teman seperjuangan di Alfalah36, dan teman terbaik di bangku perkuliahanku “My Rainbow” (Desy, Fidah, Naila, Nina, Alip, Adel), terimakasih karena kalian telah menjadi pelipur lara suka duka bersama, pemberi semangat dan motivasi. x 11. Seluruh teman-temanku di Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan 2010, kita semua luar biasa, terimakasih atas perkenalan berharga selama dibangku perkuliahan ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb Jakarta, Juli 2014 Penulis xi DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul............................................................................................... i Pernyataan Keaslian Karya ............................................................................ ii Abstract .......................................................................................................... iii Abstrak............................................................................................................ iv Pernyataan Persetujuan................................................................................... v Lembar Pengesahan………………………………………………………… vi Daftar Riwayat Hidup..................................................................................... viii Kata Pengantar................................................................................................ ix Daftar Isi......................................................................................................... xii Daftar Gambar................................................................................................ xvi Daftar Diagram............................................................................................... xvii Daftar Bagan................................................................................................... xviii Daftar Tabel................................................................................................... xix Daftar Lampiran.............................................................................................. xx BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang.................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah............................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian................................................................................ 6 D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 7 xii BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan...................................................................................... 9 1. Pengertian Pengetahuan................................................................ 9 2. Tingkat Pengetahuan...................................................................... 10 3. Proses Pengetahuan……………………………………………… 10 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan…....................... 11 5. Cara Memperoleh Pengetahuan…………………………………. 13 6. Cara Mengukur Pengetahuan…………………………………… 14 B. Pendidikan……………………………………………....................... 14 1. Pengertian Pendidikan………………………………………….. 14 2. Unsur-unsur Pendidikan……………………………………….. 14 3. Tingkat Pendidikan……………………………………………... 15 C. Kehamilan……................................................................................... 15 1. Pengertian Kehamilan…............................................................... 15 2. Perubahan Fisiologis Kehamilan….............................................. 16 a. Perubahan pada Sistem Reproduksi………………………… 16 b. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular…………………….. 18 c. Perubahan pada Sistem Pernapasan………………………… 18 d. Perubahan pada Ginjal……………………………………… 18 e. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal…………………… 19 f. Perubahan pada Sistem Integumen………………………… 19 g. Perubahan pada Sistem Pencernaan………………………… 20 3. Perubahan Psikologis Kehamilan................................................ xiii 20 D. Seksualitas........................................................................................... 21 1. Pengertian Seksulitas…………………………………………… 21 2. Komponen Seksualitas…………………………………………. 22 3. Hubungan Seksual……………………………………………… 23 4. Seksualitas Selama Kehamilan………………………………… 25 E. Kerangka Teori................................................................................... 34 BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep................................................................................ 34 B. Hipotesis............................................................................................. 34 C. Definisi Operasional........................................................................... 35 BAB IV METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian................................................................................ 37 B. Lokasi dan Waktu Penelitian.............................................................. 37 C. Populasi dan Sampel........................................................................... 37 D. Pengumpulan Data…………………................................................ 39 E. Instrumen Penelitian........................................................................... 40 F. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas..................................................... 41 G. Pengolahan Data................................................................................. 43 H. Analisis Data....................................................................................... 44 I. Etika Penelitian................................................................................... 45 xiv BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian............................................................... 47 B. Hasil Analisis Univariat...................................................................... 48 C. Hasil Analisis Bivariat........................................................................ 50 BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat............................................................................... 52 B. Analisis Bivariat.................................................................................. 59 C. Keterbatasan Penelitian....................................................................... 62 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................ 63 B. Saran .................................................................................................. 64 Daftar Pustaka Lampiran xv DAFTAR GAMBAR No gambar Judul Gambar Hal 2.1 Siklus Respon Seksual 24 xvi DAFTAR DIAGRAM No diagram Judul Diagram Hal 4.1 Diagram Posisi Hubungan Seksual 30 xvii DAFTAR BAGAN No bagan Judul Bagan Hal 2.1 Kerangka Teori 33 3.1 Kerangka Konsep 34 xviii DAFTAR TABEL No tabel Judul Tabel Hal 3.1 Definisi Operasional 36 4.1 Kisi-kisi kuesioner 42 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur 48 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia Kehamilan 48 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat 49 Pendidikan 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Ibu 50 Hamil 5.5 Tabulasi Silang Pengetahuan Ibu Hamil dan Tingkat 50 Pendidikan xix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran1 Surat Perizinan Lampiran 2 Informed Consent Lampiran 3 Kuesioner Penelitian Lampiran 4 Uji validitas dan reliabitas Lampiran 5 Hasil Analisis Univariat Lampiran 6 Hasil Analisis Bivariat xx BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan sesuatu yang unik pada kehidupan perempuan dan bagian dari pengalaman yang signifikan bagi pasangan suami istri. Kehamilan adalah kondisi yang menimbulkan perubahan fisik maupun psikologi seorang perempuan karena pertumbuhan dan perkembangan alat reproduksi dan janinnya. Kehamilan akan mengakibatkan terjadinya perubahan seluruh sistem tubuh yang cukup mendasar. Periode transisi dari kehamilan dapat berpengaruh pada fisik, emosi, kognitif, dan pola hubungan seksualitas (Sagiv, 2012; Bobak, 2004). Perempuan hamil mengalami perubahan fisik dan psikologisnya, karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron. Perubahan yang terjadi selama kehamilan ini termasuk aspek emosional dan seksualitas (Bobak, 2004). Perubahan fisik dan psikologis yang terjadi pada ibu hamil seperti gejala somatis (kelelahan, mual), nyeri selama aktifitas seksual, dan takut membahayakan janin (abortus) mungkin berpengaruh kuat pada seksualitas wanita dan tipe kegiatan seksual pada pasangan. Rasa lelah dan lemas dilaporkan sebagai alasan kehilangan hasrat seksual selama kehamilan. Ditambah lagi, perubahan hormon dan mood, sakit pinggang, serta sensitifitas payudara merupakan ketidaknyamanan melakukan aktifitas seksual dan mengurangi keinginan wanita dalam interaksi seks (Sagiv, 2012; Wijaya, 2004). 11 2 Seksualitas merupakan bagian alami dari kehidupan. Bagi manusia, seks adalah cara untuk mengekspresikan kesenangan, cinta, dan kepuasan bagi pasangannya, atau untuk mendapatkan anak (Hesperian, 2007). Kebutuhan akan hubungan seksual bagi suami istri didalam kehidupan rumah tangga merupakan unsur penting yang dapat meningkatkan kedekatan dan kualitas hidup (Cedli, 2012). Hubungan seksual selama hamil bersifat individual, bergantung pada faktor fisik, emosi, disfungsi seksual, dan mitos tentang seks ketika hamil (Susanti, 2008). Keinginan hubungan seksual pada waktu hamil sebagian besar tidak berubah, bahkan sebagian kecil makin meningkat, berkaitan dengan meningkatnya hormon estrogen. Oleh karena itu, hubungan seksual waktu hamil bukan merupakan halangan (Manuaba, 2009). Sebanyak 54% ibu hamil mengalami penurunan libido pada trimester pertama dan 80% ibu hamil merasakan dorongan dan reaksi seksualnya meningkat pada trimester kedua ((Murkoff, 2006; Danarti, 2010). Penelitian yang dilakukan di Iran oleh Shojaa (2008) melaporkan terdapat penurunan hasrat seksual dan frekuensi berhubungan selama hamil dari trimester pertama sampai tiga dan menggunakan beberapa posisi serta tekhnik dalam berhubungan seks. Beberapa alasan yang menjadi penghalang berhubungan seks ketika hamil yaitu mual dan muntah pada trimester pertama, perut yang membesar pada trimester tiga, faktor psikologi, ketidaknyamanan fisik ketika berhubungan, mitos yang salah seperti membahayakan janin dan aborsi dini (Shojaa, 2008). 3 Mitos-mitos yang ada di masyarakat mengenai hubungan seksual saat hamil berpengaruh pada hubungan seksual pasangan itu sendiri (Tino, 2009). Beberapa mitos dikaitkan ketika melakukan hubungan seksual saat hamil diantaranya: kontraksi setelah seks dapat menyebabkan keguguran dan kelahiran prematur, bayi tidak mendapat oksigen yang cukup selama orgasme dan berhubungan dengan kontraksi, seks selama masa kehamilan atau oral seks atau anal seks tidak diizinkan oleh agama atau kepercayaan tertentu, dan perilaku oral seks dapat menyebabkan emboli udara dan melukai ibu dan janin (Daniel, 2010). Penelitian menunjukkan sekitar 37% perempuan mengalami peningkatan ketertarikan seksual selama kehamilan (Khamis, 2007). Marshall (1999) mengatakan frekuensi berhubungan seksual sangat berkurang dan tidak lagi memikirkan alat kontrasepsi ketika merasa cukup lelah. Setiap kondisi kehamilan mengalami perbedaan, maka batas aman frekuensi hubungan seksual yang dilakukan juga berbeda. Seksualitas merupakan hal tabu dan sensitif untuk dibicarakan dan jarang didiskusikan di kalangan petugas kesehatan. Beberapa penelitian mengungkap pula rendahnya ketertarikan petugas kesehatan dalam menggali informasi seputar seksual dalam klinik antenatal (Uwapusitanon & Choobun, 2004; Shojaa, Jouybari &Sanagoo, 2008; Sacomori, 2010). Rendahnya keteretarikan petugas kesehatan menyebabkan masalah seksualitas tidak teridentifikasi dengan baik. Di sisi lain, banyak sekali pertanyaan yang ingin ditanyakan perempuan selama kehamilan, namun malu mengutarakan (Pangkahila, 2001). 4 Promosi kesehatan seksual selama masa kehamilan penting dilakukan melihat banyaknya ketakutan dan perubahan yang terjadi pada kehamilan. Pasangan juga perlu secara bebas membahas hubungan seksual mereka selama hamil. Pasangan yang tidak memahami perubahan fisiologis dan psikologis yang cepat selama hamil akan menjadi bingung dengan perilaku pasangannya. Dengan membicarakan perubahan yang dialami, pasangan dapat memberi dukungan satu sama lain dan dapat menguatkan keinginan berhubungan seksual. Para petugas kesehatan juga dapat membantu mengantisipasi perubahan dan membantu dengan menegoisasi hambatan yang untuk memfasilitasi kepuasan pasangan satu sama lain (Bobak, 2004; Daniel, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati (2013) di Bidan Praktik Swasta (BPS) Surakarta didapatkan bahwa hubungan seksual selama kehamilan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang disebabkan oleh faktor pendidikan. Pengetahuan merupakan dasar penting untuk memben tuk tindakan seseorang. Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya pendidikan, media massa atau informasi, sosial budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, dan usia. Penelitian yang dilakukan oleh Puspita (2011) menyatakan bahwa ibu hamil yang mempunyai pengetahuan kurang biasanya tidak mengerti tentang posisi yang baik dan aman sat kehamilan dan batasan hubungan seksual yang diperbolehkan saat kehamilan. Pengetahuan erat kaitannya dengan pendidikan, dimana pendidikan merupakan suatu proses belajar yang mengarahkan individu lebih dewasa 5 dan lebih matang pemikirannya. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka pengetahuannya semakin baik. Ini dipengaruhi oleh pengalaman dan wawasan yang lebih luas dibanding mereka yang memiliki pendidikan lebih rendah. Dengan pendidikan yang tinggi, maka seseorang akan cenderung mendapatkan informasi lebih banyak, baik dari orang lain maupun dari media massa (Notoadmodjo, 2007). Survey yang dilakukan peneliti di Wilayah Sukabumi Utara belum belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan seksual selama masa kehamilan. Melalui data yang didapatkan dari bidan setempat, ibu hamil sering menanyakan masalah hubungan seksual selama kehamilan. Hasil wawancara didapatkan bahwa beberapa ibu hamil kurang pengetahuan dan informasi tentang hubungan seksual selama kehamilan seperti pembatasan hubungan seksual, mitos-mitos yang dipercayai saat hamil. Penelitian tentang seksualitas pada kehamilan telah banyak dilakukan di luar negeri maupun didalam negeri. Seksualitas sendiri merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan dan didiskusikan, pelayanan kesehatan juga tidak memberikan konseling atau informasi lebih dalam mengenai hubungan seksual. Pengetahuan yang cukup dan informasi yang luas diperlukan oleh ibu hamil untuk menghadapi perubahan yang terjadi pada kehamilannya, terutama mengenai hubungan seksual. Berdasarkan latar belakang masalah ini, maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan di Wilayah Sukabumi Utara. 6 B. Rumusan Masalah Perubahan yang dirasakan dalam berhubungan seksual antara ibu hamil yang satu dengan lainnya sangat berbeda. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2011) di Puskesmas Pondok Aren didapatkan bahwa selama kehamilan, ibu hamil merasakan perubahan dengan hubungan seksualnya yang meliputi perubahan frekuensi hubungan seksual, perubahan hasrat dan keinginan untuk berhubungan seksual, dan perubahan posisi ketika melakukan hubungan seksual saat hamil. Mayoritas ibu hamil menyatakan mengalami penurunan frekuensi hubungan seksual dan gairah seks semenjak awal kehamilan karena kondisi yang lemah. Penelitian yang mengkaji tentang seksualitas pada ibu hamil masih belum banyak dilakukan, anggapan tabu dari masyarakat menyebabkan aspek seksualitas jarang terkaji. Petugas kesehatan sendiri pun juga jarang mendiskusikan terkait dengan masalah ini. Para ibu hamil disarankan lebih menambah pengetahuannya atau mendapatkan informasi tentang seksualitas pada saat hamil baik dari tenaga kesehatan setempat, media cetak dan elektronik, maupun mengikuti penyuluhan yang khusus tentang seksualitas dalam kehamilan (Zakirman, 2011). Berdasarkan masalah tersebut, maka dirumuskan sebuah pertanyaan: Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan? 7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan di Wilayah Sukabumi Utara 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya tingkat pendidikan ibu hamil di Wilayah Sukabumi Utara b. Diketahuinya pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan di Wilayah Sukabumi Utara c. Diketahuinya hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan di Wilayah Sukabumi Utara D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Ilmiah a. Memberikan informasi dan data dasar bagi peneliti selanjutnya mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pendidikan Keperawatan 8 Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai literatur ilmu pengetahuan bagi pendidik dan peserta didik untuk meningkatkan wawasan tentang seksualitas selama kehamilan, khususnya pada Keperawatan Maternitas b. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian diharapkan menjadi bahan pendidikan kesehatan yang diberikan pada saat pelayanan antenatal care. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh manusia yang ditangkap dari berbagai sumber (Ihsan, 2010). Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dimana terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yaitu melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba (Notoadmodjo, 2007). 2. Tingkat Pengetahuan Menurut Bloom (2001), tingkat pengetahuan dibagi menjadi 7 yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, “tahu” merupakan tingkatan terendah. b. Memahami (Comprehension) Memahami adalah menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan secara benar. 9 10 c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi kedalam bentuk komponen tetapimasih dalam kaitan satu sama lain. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis adalah kemampuan menyusun formulasi-formulasi baru dari formulasi yang telah ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi adalah kemampuan memberikan penilaian terhadap suatu objek. g. Cipta (Create) Cipta adalah kemampuan memadukan unsure-unsur menjadi suatu bentuk baru yang utuh atau membuat sesuatu yang orisinil. 3. Proses Pengetahuan Rogers (1974) mengungkapkan bahwa proses pengetahuan terjadi dalam beberapa tahap, yaitu awareness (kesadaran) dimana seseorang menyadari atau mengetahui stimulus kemudian seseorang merasa interest (tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Proses selanjutnya adalah mengevaluasi, menimbang baik buruk stimulus bagi dirinya, kemudian seseorang mulai melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dia kehendaki (trial atau coba). Proses terakhir yaitu adopsi dimana subjek telah 11 berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus (Mubarak, dkk, 2006) 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Pengetahuan Hubungan Seksual Menurut Notoadmodjo (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah: pendidikan, informasi, umur, sosial budaya, pengalaman, dan sosial ekonomi. a. Tingkat Pendidikan Konsep pendidikan sendiri diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat penghidupan yang lebih tinggi (matang) (Hasbullah, 2006). Berdasarkan jurnal Pro_Health dalam Putri (2011) menyatakan bahwa pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan ibu hamil, makin mudah menerima informasi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2011) menyatakan bahwa ibu hamil dengan pengetahuan baik akan melakukan hubungan seksual secara wajar karena mereka tahu bahwa hubungan seksual selama kehamilan itu boleh dilakukan selama kehamilan mereka normal. Sementara itu, apabila ibu hamil berpengetahuan kurang dan memiliki pendidikan rendah maka ibu tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan karena tidak tahu apakah diperbolehkan atau tidak. b. Informasi Dengan memberikan informasi, diharapkan akan terjadi peningkatkan pengetahuan, sikap perilaku pada individu atau kelompok berdasarkan 12 kesadaran dan kemauan. Seorang ibu yang mempunyai sumber informasi yang banyak memiliki pengetahuan yang lebih luas. c. Umur Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2011) tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang seksualitas selama kehamilan mengatakan bahwa umur dapat mempengaruhi pengetahuan karena Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik (Notoatmodjo, 2010). Sejalan dengan penelitian Setyowati (2011) menyatakan bahwa semakin matang umur ibu maka cara berfikir dan pandangan ibu tentang hubungan seksual juga lebih baik. d. Sosial Budaya Kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dapat mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam individu tersebut. e. Pengalaman Semua pengalaman pribadi dapat merupakan sumber pengetahuan untuk menarik kesimpulan dan pengalaman. Berdasarkan penelitian Setyowati (2011), pengalaman yang dimaksud disini adalah pengalaman hamil. Ibu dengan paritas multigravida mempunyai pengalaman bagaimana kehamilannya termasuk dengan hubungan seksualnya selama kehamilan terdahulu. Sementara ibu dengan paritas 13 primigravida belum mempunyai pengalaman dengan kehamilan termasuk hubungan seksual selama kehamilan. f. Sosial ekonomi Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Semakin tinggi kemampuan sosial ekonomi semakin mudah seseorang dalam mendapatkan pengetahuan. Pernyataan tersebut didukung oleh Jurnal Pro_Health dalam Putri (2011) yang menyatakan bahwa status ekonomi seseorang akan menentukan tersedianya status fasilitas yang diperlukan dalam kehamilannya, sehingga status social ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan ibu hamil. 5. Cara memperoleh Pengetahuan Beberapa cara dapat ditempuh untuk mendapatkan pengetahuan diantaranya: a. Cara tradisional atau non ilmiah Cara tradisional terdapa 4 cara diantaranya, cara coba salah dimana terjadi pada masyarakat yang memiliki pola pikir yang sama. Masyarakat menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, jika kemungkinan tidak berhasil digunakan kemungkinan yang lain sampai berhasil. Cara kedua yaitu menggunakan cara kekuasaan atau otoritas dimana orang yang mempunyai otoritas akan diterima pendpaatnya secara langsung tanpa dibuktikan kebenarannya. Cara ketiga yaitu berdasarkan pengalaman sendiri, dan cara terakhir yaitu melalui jalan pikiran. 14 b. Cara modern atau ilmiah Cara baru dalam memperoleh pengetahuan yang lebih sistematis, logis, dan ilmiah yang disebut metodologi penelitian atau metode penelitian ilmiah. 6. Cara mengukur Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003) B. Pendidikan 1. Pengertian Pendidikan Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mengembangkan secara aktif potensi dirinya (Hasbullah, 2006). 2. Unsur-unsur Pendidikan a. Input Input adalah sasaran pendidikan yaitu individu, kelompok, masyarakat, dan pendidik atau pelaku pendidikan. b. Proses Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain 15 c. Output Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau pelaku. 3. Tingkat Pendidikan Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar dan pendidikan tinggi. Dimana Pendidikan Dasar, terdiri dari: Sekolah Dasar/ Madrasah Ibtidaiyah dan SMP/ Mts. Pendidikan Tinggi, terdiri dari: SMA dan MA, SMK dan MAK, Akademi, Institut, Sekolah Tinggi, dan Universitas (Sisdiknas, 2003) C. Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan merupakan peristiwa normal dalam siklus kehidupan perempuan dan merupakan simbol dari feminitas seorang perempuan, dimana terjadi banyak perubahan termasuk perubahan seksual (Budiarti, 2010; Murkoff, 2006). Kehamilan dimulai saat pertemuan sel telur dan sperma (konsepsi) hingga melahirkan. Periode kehamilan berlangsung selama 36-40 minggu (Cedli, 2012). Selama periode kehamilan, banyak perubahan diri yang dialami seperti perubahan fisik, psikologis, gambaran diri, dan perubahan gaya hidup. Banyak faktor yang mempengaruhi kehamilan, dari dalam maupun luar yang dapat menimbulkan masalah, terutama bagi yang pertama kali hamil. Upaya pemeliharaan kesehatan kehamilan tidak semata-mata ditujukan pada aspek fisik saja, tapi aspek psikososial juga perlu diperhatikan (Wijaya, 2004). 16 2. Perubahan Fisiologis Kehamilan Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa kehamilan disebut tanda kehamilan. Ada tiga kategori, presumsi, yaitu perubahan yang dirasakan wanita (misalnya amenore, keletihan, nyeri payudara, pembesaran payudara, morning sickness atau perasaan tidak nyaman yang berupa mual pada pagi hari, dan quickening atau disebut pergerakan janin); kemungkinan, yaitu perubahan yang diobservasi oleh pemeriksa (misalnya, tanda Hegar yaitu istmus melunak dan dapat ditekan, ballotemen, tanda Goodel dimana servis melunak, tanda Chadwick dimana serviks berwarna biru, dan ditandai degan tes kehamilan); dan pasti (misalnya ultrasonografi, bunyi denyut jantung janin, dan pemeriksa merasakan gerakan bayi) (Bobak, 2004). Perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan: a. Perubahan sistem reproduksi Perubahan yang terjadi pada kehamilan salah satunya adalah perubahan sistem reproduksi. Selama hamil kadar estrogen dan progesterone yang meningkat menekan Follicle Stimulating Hormon (FSH) dan Lutenizing Hormone (LH), sehingga maturasi folikel dan pelepasan ovum tidak terjadi dan siklus menstruasi berhenti. Setelah implantasi, ovum yang dibuahi dan vili korionik memproduksi hCg yang mempertahankan korpus luteum untuk memproduksi estrogen dan progesterone selama 8 sampai 10 minggu pertama kehamilan (Bobak, 2004). 17 Tiga tugas utama diperankan uterus selama kehamilan diantaranya mengimplantasi ovum yang telah dibuahi, menampung bayi yang sedang tumbuh, dan mengeluarkan bayi pada waktunya. Untuk mencapai tugasnya yang kedua, uterus harus berkembang dan membesar (Kuswandani, 2011). Pertumbuhan uterus pada trimester I sebagai respon terhadap stimulus kadar estrogen dan progesterone yang tinggi. Pembesaran terjadi akibat peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah serta kenaikan ukuran serabut otot (Bobak, 2004). Selain bertambah besar, uterus juga mengalami perubahan berat, bentuk, dan posisi menyesuai perkembangan janin. Dinding-dinding otot menguat dan menjadi lebih elastis. Untuk menampung bayi yang sedang tumbuh, plasenta, dan air ketuban, kapasitas rongga uterus meningkat menjadi 5-10L (Bobak, 2004; Kuswandani, 2011). Awal kehamilan, jaringan vagina juga berubah sehingga vagina akan membuka dengan mudah untuk kelahiran. Sel-sel otot membesar dan selaput lendir di vagina menebal, efeknya terjadi peningkatan sekresi vagina. Peningkatan vaskularisasi vagina menimbulkan warna kebiruan pada mukosa vagina dan serviks, dimana dijadikan tanda kemungkinan kehamilan yang disebut tanda chadwick. Peningkatan vaskularisasi vagina dan visera panggul menyebabkan peningkatan sensitivitas yang menyolok dan dapat meningkatkan keinginan dan bangkitan seksual. Peningkatan kongesti ditambah relaksasi dinding 18 pembuluh darah dan uterus yang berat menyebabkan timbulnya edema dan varises vulva (Bobak, 2004; Murkoff, 2006) b. Perubahan pada sistem kardiovaskular Penyesuaian maternal kehamilan melibatkan perubahan kardiovaskuler, baik aspek anatomis maupun fisiologis. Selama hamil, volume darah meningkat sekitar 1,5 liter, volume meningkat perlahan dari 10 minggu kehamilan dan stabil pada trimester 3 kehamilan. Pada wanita hamil aterm, terjadi peningkatan jumlah sel darah merah secara tetap, terutama jika mengkonsumsi suplemen besi. Dengan lebih banyak cairan yang didorong mengelilingi tubuh, jantung bekerja ekstra (Kuswandani, 2011). c. Perubahan pada sistem pernapasan Paru-paru juga bekerja lebih ekstra lagi untuk menjaga tambahan darah disuplai oksigen dengan baik. Semakin bertambahnya usia kehamilan dan membesarnya uterus ke rongga abdomen, pernapasan dada menggantikan pernapasan perut dan penurunan diafragma saat inspirasi semakin sulit. Selama masa hamil, perubahan pada pusat pernapasan menyebabkan karbondioksida yang peningkatan sensitivitas terhadap disebabkan oleh estrogen dan progesterone. Selain itu, kesadaran wanita hamil akan kebutuhan napas meningkat (Bobak, 2004; Kuswandani, 2011). 19 d. Perubahan pada ginjal Perubahan struktur ginjal terjadi akibat hormonal, tekanan yang tinggi akibat pembesaran uterus, dan peningkatan volume darah. Iritabilitas kandung kemih, sering berkemih, dan nokturia sering terjadi pada awal kehamilan. Selama hamil, ginjal harus menyaring dan membersihkan 50% lebih banyak dari sebelumnya. Sebagai akibatnya, semua fungsi ginjal menjadi lebih efisien, tubuh terbebas dari sampah seperti urea dan asam uric, namun ginjal tidak membedakan mana sampah dan nutrisi sehingga glukosa juga dibersihkan dengan cepat dari darah (Kuswandani, 2011; Murkoff, 2006) e. Perubahan pada sistem muskuloskeletal Perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah secara mencolok. Peningkatan distensi abdomen yang membuat panggul miring kedepan, penurunan tonus otot perut, dan peningkatan berat badan pada akhir kehamilan membutuhkan penyesuaian berulang (Bobak, 2004). f. Perubahan pada sistem integumen Perubahan juga terjadi pada sistem integumen yaitu peningkatan ketebalan kulit dan lemak subdermal, hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku, percepatan aktivitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea. Jaringan elastis kulit mudah pecah, menyebabkan stria 20 gavidarum. Perubahan akibat peningkatan hormone melanotropin terjadi selama kehamilan, melasma di wajah disebut kloasma atau topeng kehamilan (Bobak, 2004) g. Perubahan pada sistem pencernaan Fungsi saluran cerna selama hamil menunjukkan gambaran yang menarik, nafsu makan yang berubah selama ibu hamil, fungsi hati berubah dan absorbsi nutrient meningkat. Aktivitas peristaltik (motilitas) menurun, akibatnya bising usus menghilang dan mual muntah umum terjadi. Alirah darah ke panggul dan tekanan vena meningkat, menyebabkan hemoroid terbentuk pada akhir kehamilan (Bobak, 2004) 3. Perubahan Psikologis Kehamilan Adaptasi terhadap peran ibu pertama kali adalah menerima kehamilan dicerminkan dengan kesiapan ibu dengan perubahan yang terjadi selama kehamilan dan respon emosionalnya dalam menerima kehamilannya. Pada fase awal dimana ibu dipastikan hamil, respon ibu bervariasi, dari perasaan senang hingga syok, tidak yakin, dan putus asa. Ibu yang bahagia dan senang dengan kehamilannya memandang hal tersebut sebagai pemenuhan biologis dan bagian dari rencana hidupnya. Pada ibu hamil terjadi kelabilan emosional yang terlihat pada perubahan mood yang cepat dan peningkatan sensitivitas terhadap orang lain, membingungkan calon ibu dan sekitarnya. Peningkatan iritabilitas, 21 uraian air mata, dan ledakan kemarahan serta perasaan sukacita silih berganti hanya karena masalah kecil atau tanpa masalah, masalah seksual dan rasa takut terhadap nyeri selama melahirkan dapat dijadikan alasan timbulnya perilaku ini (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004). Kebanyakan wanita memiliki perasaan ambilvalensi selama hamil, yaitu konflik perasaan seperti cinta, benci, terhadap seseorang atau sesuatu. Perasaan ambivalensi ini termasuk respon normal di diri individu untuk mempersiapkan diri pada suatu peran baru. Perasaan ambivalensi yang berat dan menetap sampai trimester tiga dapat mengindikasikan konflik peran ibu belum diatasi (Lederman, 1994 dalam Bobak, 2004). D. Seksualitas 1. Pengertian Seksualitas secara luas sebagai suatu keinginaan menjalin hubungan, kehangatan, kemesraan, atau cinta (Stuart, 2002). Seksualitas dianggap sebagai bagian perasaan diri secara menyeluruh pada individu dan merupakan integrasi dari beberapa komponen yang saling mempengaruhi meliputi identitas seksual, orientasi seksual, nilai, dan perilaku seksual (Pangkahila, 2001; Budiarti, 2010). BKKBN (2006) mengatakan bahwa seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas yaitu dimensi biologis, psikologis, sosial, perilaku, dan kultural. Dimensi biologis berkaitan dengan organ reproduksi dan alat kelamin, termasuk bagaimana menjaga kesehatan dan memfungsikan secara optimal organ reproduksi dan dorongan seksual. 22 Dimensi psikologis berkaitan dengan bagaimana menjalankan fungsi sebagai makhluk seksual, identitas peran dan jenis. Dimensi sosial berkaitan dengan bagaimana seksual muncul dalam hubungan antar manusia, bagaimana pengaruh lingkungan dalam membentuk pandangan tentang seksualitas yang akhirnya membentuk perilaku seks. Dimensi perilaku menerjemahkan seksualitas menjadi perilaku seksual yaitu perilaku yang muncul berkaitan dengan dorongan atau hasrat seksual. Dimensi kultural menunjukkan perilaku seks menjadi bagian dari budaya yang ada di masyarakat (BKKBN, 2006). Perkawinan merupakan suatu proses dalam memperoleh keluarga, hubungan seksual merupakan hal yang menyenangkan yang selalu didambakan oleh setiap pasangan suami istri, selain itu hubungan seksual merupakan suatu bentuk komunikasi paling dalam yang dilakukan untuk kepentingan bersama antara pasangan suami-istri (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004). Kehamilan mempengaruhi kualitas dari kenyamanan saat melakukan hubungan seks (Kartiwa, 2009 dalam Cedli, 2012). 2. Komponen Seksualitas Berdasarkan Israel Sexual Behavior Inventory (ISBI), ada 13item skala yang terbagi dalam 4 area fungsi seksual; 1) Hasrat seksual (Seberapa sering muncul hasrat seksual, sudah berapa lama melakukan 23 hubungan seksual); 2) Respon orgasme (berapa frekuensi aktifitas seksual untuk mecapai orgasme); 3) Keintiman selama berhubungan seksual (menunjukkan tanda-tanda saling sayang selama berhubungan); dan 4) Kepuasan seksual (menyatakan kepuasan berhubungan seks) (Sagiv, 2012). 3. Hubungan Seksual a. Pengertian Hubungan seksual merupakan hubungan yang dilakukan pada suami istri untuk memperoleh keturunan, dimana proses berhubungan seksual pada wanita dimulai dari fase gairah, fase merangsang, dan fase resolusi. Pada pria saat ejakulasi penis mengeluarkan air mani (Kissanti, 2007; Hapsari, 2011). Hubungan seksual bertujuan untuk membangun kepercayaan, minat dan daya tarik kepada pasangannya, serta sebagai pembuktian rasa cinta dan sayang kepada pasangan (Pangkahila, 2001; Hapsari, 2011) b. Siklus Respon Seksual Secara fisiologis, menurut Masters dan Johnson (1966), respon seksual dapat dianalisis melalui dua proses, yaitu vasokongesti dan miotonia. Stimulasi seksual menimbulkan refleks vasokongesti, dilatasi pada pembuluh darah penis (ereksi pada pria) dan pembuluh darah sirkumvaginal (lubrikasi pada wanita) sehingga terjadi 24 engorgement dan distensi genitalia. Kongesti vena dilokalisasi terutama pada genitalia, tetapi juga terjadi dalam derajat yang kecil di payudara dan bagian tubuh lain. Bangkitan ditandai dengan miotonia (peningkatan tegangan otot), menyebabkan kontraksi ritmik yang volunter dan involunter. Siklus respon seksual dibagi menjadi empat fase yaitu fase terangsang dimana miotonia dimulai, denyut jantung dan tekanan darah terus meningkat, dan puting susu ereksi. Fase kedua yaitu fase plateau dimana miotonia menjadi nyata, wajah meringis, pernafasan menigkat, dan denyut jantung dan tekanan darah terus meningkat. Fase yang ketiga yaitu fase orgasme dimana denyut jantung, tekanan darah, dan pernafasan meningkat sampai tingkat maksimum, timbul spasme otot involunter, dan sfingter rektum eksterna berkontraksi. Fase terakhir yaitu fase resolusi dimana miotonia berkurang, ereksi puting susu mereda, denyut jantun tekanan darah, dan pernafasan kembali normal. Keempat fase ini terjadi secara progresif tanpa garis pembatas yang jelas diantaranya (Bobak, 2004). Gambar 2.1 Siklus Respon Seksual 25 Pengaturan perilaku seksual berpusat didalam otak yang merupakan organ seksual paling besar karena memiliki dua area terpisah yang bertanggungjawab terhadap perasaan seksual yaitu hypotalamus dan cortex cerebri. Hypotalamus merupakan bagian utama dari sistem limbik yang berfungsi mengatur tingkah laku emosional dan dorongan motivasional termasuk mengatur kondisi internal tubuh salah satunya dorongan untuk aktivitas seksual, sedangkan cortex cerebri akan merekam segala informasi yang telah dipelajari, atau dari pengalaman yang didapat dan akan membantu dalam menentukan cara berfikir,berperasaan, dan berperilaku, selain itu dapat menyebabkan kesadaran akan adanya rangsangan seksual (Rachmadi, 2008). 4. Seksualitas selama Kehamilan Selama kehamilan, perempuan biasanya mengalami perubahan termasuk berpengaruh pada seksualitas dan aktifitas seksualnya. Berdasarkan hasil studi perubahan seksual wanita hamil di klinik antenatal care RS Songklanagarind didapatkan terjadi penurunan signifikan pada frekuensi berhubungan seksual, hasrat berhubungan, keintiman, orgasme, dan kepuasan berhubungan seksual selama hamil dibanding sebelum hamil. Ekspresi seksual selama masa hamil bersifat individual. Perasaan yang berbeda-beda ini dipengaruhi oleh faktor fisik, emosi, dan interaksi, termasuk mitos tentang seks selama hamil, masalah disfungsi seksual, dan perubahan fisik selama hamil (Bobak, 2004). 26 Hubungan seksual selama kehamilan meningkat karena banyak pria menganggap ibu hamil terlihat berbeda dari sebelumnya, selain itu tubuh yang semakin membesar mengindikasikan dorongan seksual meningkat. Perubahan hormonal yang terjadi pada ibu hamil menyebabkan aliran darah menuju ke daerah genital juga meningkat sehingga menyebabka peningkatan gairah seksual. Ketika hamil, biasanya untuk mencapai orgasme memerlukan waktu yang lebih lama, namun orgasme berlangsung lebih tahan lama dan ada beberapa wanita hamil yang baru mengalami orgasme pertama kali ketika hamil (Onggo, 2010) Selama hamil, hubungan seksual antara pasangan suami istri tidak memiliki batasan baku terkait frekuensi. Frekuensi hubungan seksual sebaiknya tidak dilakukan sesering biasanya selama tiga bulan pertama kehamilan, hubungan seksual yang dipaksakan selama tiga bulan kehamilan dikhawatirkan akan terjadi keguguran spontan (Pangkahila, 2001). Wijaya (2004) mengatakan bahwa frekuensi trimester pertama 2, 25 kali per minggu. Hubungan seksual tidak dilarang dalam kehamilan, kecuali 6 minggu sebelum dan 6 minggu setelah persalinan. Gravida dengan riwayat infertilitas atau abortus habitualis dan primitua sebaiknya dianjurkan tidak berhubungan seksual dalam kehamilan muda. Terjadi perdarahan saat hubungan seksual juga merupakan kontraindikasi melakukan hubungan seksual (Wiknjosastro, 2009; Yulaikhah, 2008). Sampai saat ini belum ada riset yang membuktikan bahwa hubungan seksual dan orgasme 27 dikontraindikasikan selama masa hamil untuk wanita yang sehat secara medis dan memiliki kondisi obstetrik yang prima (Enkim, 1989; Scot,dkk., 1990; Cunningham, dkk., 1993 dalam Budiarti, 2010). Wanita yang memiliki resiko tinggi untuk mengidap dan menularkan penyakit hubungan seksual dianjurkan untuk selalu mengingatkan pasangannya menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual di sepanjang masa hamil. Tujuannya adalah untuk mencegah penularan penyakit menular seksual (PMS) (Bobak, 2004). Kehamilan juga mempengaruhi keinginan seksualitas. Dengan berlanjutnya kehamilan, perubahan bentuk tubuh, citra tubuh, dan rasa tidak nyaman mempengaruhi keinginan kedua belah pihak untuk menyatakan seksualitas mereka. 1. Pada trimester pertama Pada awal kehamilan, ibu belum tampak hamil bahkan tidak merasa hamil, namun aktifitas hormone sudah mulai berpengaruh dalam beberapa hal (Onggo, 2008). Pada trimester I (1-3 bulan atau 1-12 minggu) biasanya gairah seks menurun akibat perubahan hormon yang tidak stabil setelah konsepsi terjadi. Selain itu, kondisi ibu hamil trimester I seperti merasa mual-muntah, nafsu makan yang menurun, letih, dan mengantuk akan membuat lemah dan keinginan seks menurun. Lain halnya ada ibu hamil yang mengalami trimester pertama yang nyaman, gairah seksual biasanya sedikit mengalami 28 perubahan bahkan sejumlah kecil ibu justru mengalami peningkatan (Bobak, 2004; Murkoff, 2006). Pada penelitian yang dilakukan oleh Lee,.et al (2010)., dengan judul Sexual Positions and Sexual Satisfaction of Pregnant Women menggunakan Cross-sectional, correlational study dan skala Sexual Satisficaton Scale pada sejumlah 215 partisipan didapatkan hasil pada trimester I yaitu pola hubungan seksual mengalami penurunan namun tidak signifikan, disebutkan bahwa posisi yang banyak digunakan yaitu man on top, face-to-face dan dikatakan tidak ada penurunan kepuasan pada kehamilan trimester I. Penelitian lain yang dilakukan Sagiv (2012) pada 25 wanita hamil Israel dengan Longitudinal study menggunakan skala Israel Sexual Behaviour Inventory (ISBI) didapatkan tidak ada perubahan signifikan pada kualitas hubungan dan fungsi seks selama kehamilan. 2. Pada trimester kedua Selama trimester kedua, ibu mulai merasa nyaman dengan kehamilan. Ibu mulai menikmati gerakan bayi dalam perut. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2011) tentang pengalaman seksualitas selama kehamilan menyatakan bahwa memasuki trimester kedua, umumnya libido timbul kembali dan bahkan justru meningkat, hal ini disebabkan tubuh telah dapat menerima dan terbiasa dengan kondisi kehamilan, sehingga ibu hamil dapat menikmati aktivitas dengan lebih leluasa daripada trimester 29 pertama (Onggo, 2008; Hapsari, 2011). Pembesaran payudara dan vaskularisasi yang meningkat pada daerah vagina dan labia dapat meningkatkan kenikmatan dan seksual dan kualitas orgasme. 3. Pada trimester ketiga Pada trimester ketiga, tubuh ibu hamil mulai tampak membesar dan merasa sangat lelah, selain itu kecemasan dan perasaan tidak sabar menanti kelahiran bayi dirasakan ibu hamil (Onggo, 2008). Berbeda pada trimester sebelumnya, pada trimester ketiga libido dapat turun kembali karena adanya faktor fisiologis yang sangat terlihat, yaitu kehamilan yang membesar, serta adanya peningkatan cairan tubuh akibatnya cairan vagina juga bertambah, sehingga kontak seksual kurang memuaskan (Hapsari, 2011). Pada wanita primipara sering timbul rasa khawatir timbul persalinan prematur akibat dari senggama dan kontraksi uterus. b. Posisi Hubungan Seksual Selama Kehamilan Hubungan seksual pada kehamilan dapat dilakukan dengan berbagai posisi, namun hubungan seksual harus dilakukan secara hatihati, mengingat janin masih rentan terhadap keguguran karena guncangan (Siswosuharjo, 2010). Posisi mempunyai peranan penting ketika melakukan hubungan seksual pada kehamilan. Posisi berbaring miring (saling berhadapan atau membelakangi) seringkali merupakan posisi yang paling nyaman. Begitupula posisi perempuan diatas sehingga lebih bisa mengendalikan saat penetrasi (Murkoff, 2006). 30 Posisi berhubungan seks berubah seiring bertambahnya usia kehamilan. Penelitian yang sama dilakukan oleh Jee,.et al. dan diperoleh posisi yang paling sering dilakukan pada kehamilan adalah man on top face to face. Diagram 1. Posisi seksual pada kehamilan (Lee,.et al, 2010) Beberapa variasi posisi hubungan seksual yang biasa dilakukan sata hamil: 1. Man on Top, face to face (missionary position) Posisi man on top merupakan posisi dimana perempuan membaringkan badannya dan merenggangkan lengan kakinya agar penetrasi mudah dilakukan, sedangkan posisi laki-laki berada di atas perempuan diantara lengan kakinya (Carrol, 2007). 2. Woman on Top Posisi ini paling nyaman pada perempuan hamil karena posisi ini dapat menghindari tekanan pada bagian perut, selain itu perempuan dapat mengontrol kedalaman penetrasi (Siswosuharjo, 2010). 31 3. Posisi menyamping (Side Position) Posisi menyamping lebih banyak memungkinkan kotak secara fisik, tapi penetrasi sulit dilakukan. Posisi ini cukup nyaman selama tidak ada beban dari pasangan (Siswosuharjo, 2010). 4. Posisi rear entry atau doggy position Posisi ini dilakukan dimana hubungan seksual dilakukan dari belakang pasangan perempuan. Posisi ini umumnya berada dimana perempuan berlutut dan bersiku dengan paha terangkat sedangkan laki-laki melakukan penetrasi vagina dari belakang (Sacomori&Cardoso, 2010). 5. Posisi duduk (sitting) Pada posisi ini pria duduk sementara wanita berada duduk diatasnya. Posisi ini cukup aman dilakukan karena tidak memerlukan banyak gerakan (Siswosuharjo, 2010) c. Mitos-mitos seputar hubungan seksual Selama hamil timbul kekhawatiran yang dapat menyebabkan ibu hamil dan pasangannya takut melakukan hubungan seksual diantaranya yaitu, takut bahwa hubungan seksual akan merangsang terjadinya keguguran dan persalinan dini. Pada saat hubungan seksual uterus akan mengalami kontraksi tetapi ini bukan tanda persalinan dan tidak menimbulkan bahaya pada kehamilan normal. Hal lain yang dikhawatirkan pasangan bahwa hubungan seksual dapat melukai bayi. Hal tersebut salah, karena bayi berada dalam 32 kantung yang dipenuhi dengan air ketuban yang berfungsi menahan benturan dan terlindung dalam rahim. Pernyataan lain yang mengatakan bahwa hubungan seksual dapat menyebabkan infeksi pada bayi adalah hal yang salah, karena hubungan seks tidak berbahaya untuk bayi karan adanya lendir dari serviks dari ibu untuk melawan kuman atau infeksi yang akan masuk ke dalam pintu rahim (Kissanti, 2007) Mitos lain yang beredar di masyarakat adalah hubungan seksual harus sering dilakukan selama hamil, agar bayi tumbuh subur dan sehat. Anggapan tersebut tidak benar tidak ada hubungan hubungan antara sperma dan yang masuk selama kehamilan dengan sehat dan suburnya bayi. Yang benar adalah, kualitas sel spermatozoa yang berhasil membuahi telur berpengaruh terhadap kesehatan kehamilan yang terjadi. Selain itu ada anggapan yang mengaitkan posisi hubungan seksual dengan jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan. Padahal, jenis kelamin bayi ditentukan oleh jenis sel spermatozoa yang berhasil membuahi sel telur (Harahap, 2012). 33 E. Kerangka Teori KEHAMILAN Perubahan fisiologis Perubahan psikologis: - Perubahan pada system reproduksi - kelabilan emosional - perubahan mood - Perubahan pada system kardiovaskular - peningkatan sensitivitas - perasaan ambevalensi - Perubahan pada system pernapasan - timbul kekhawatiran terhadap kehamilannya - Perubahan pada pencernaan - Perubahan pada ginjal - Perubahan pada musculoskeletal dan integumen - Mudah lelah - Ptialisme (saliva berlebihan) - HUBUNGAN SEKSUAL Payudara berubah menjadi besar, sakit, dan nyeri ketika dipegang - Dasar (SD dan SMP) - Tinggi (SMA dan Perguruan Tinggi) PENGETAHUAN Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tingkat Pendidikan Informasi Umur Sosial Budaya Pengalaman Ekonomi Bagan 2 kerangka teori Dimodifikasi dari (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2004) , (Onggo, 2010), (Kuswandani, 2011), Notoatomdjo (2007), Bloom (2001) Onggo, 2010 BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. KERANGKA KONSEP Konsep adalah abstraksi dari realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan ketertarikan antar variabel (Nursalam, 2008). Dalam penelitian lain mengkaji dua variabel yang terdiri dari 1 variabel bebas (independen) yaitu tingkat pendidikan dan 1 variabel terikat (dependen) yaitu pengetahuan. Dibawah ini digambarkan mengenai kerangka konsep yang dilakukan peneliti di wilayah sukabumi utara. Variabel Independen Variabel Dependen TINGKAT PENDIDIKAN IBU HAMIL PENGETAHUAN TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SAAT KEHAMILAN Bagan 3.1 Kerangka Konsep Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Hubungan Seksual Saat Kehamilan Di Wilayah Sukabumi Utara B. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis Penelitian merupakan pernyataan sementara yang harus diuji secara statistik (Budiarto, 2003). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan di wilayah sukabumi utara 34 35 H1 : Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan di wilayah sukabumi utara. C. DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan pedoman untuk melakukan penelitian (Budiarto, 2003). Defisini operasional dalam penelitian ini terdapat pada tabel 3.1 36 Tabel 3.1: Definisi Operasional No. 1. 2. Variabel Umur Definisi Operasional Rentang usia mulai dari lahir hingga saat pengambilan data. Cara Ukur Mengajukan pertanyaan melalui kuesioner Alat Ukur Kuesioner Pendidikan terakhir Pendidikan yang ditempuh sampai mendapat ijazah dan dinyatakan lulus Mengajukan pertanyaan melalui kuesioner Kuesioner Usia Kehamilan Usia janin kandungan Kuesioner Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dimana seseorang telah belajar atau mendapat informasi. Mengajukan pertanyaan melalui kuesioner Mengajukan pertanyaan melalui kuesioner didalam Kuisioner Menggunakan skala Gutman, Benar atau Salah. Dengan pernyataan sebanyak 24 pernyataan Hasil Ukur Skala Ukur 1. Remaja Akhir: Ordinal 17- 25 tahun 2. Dewasa Awal: 26-35 tahun 3. Dewasa Akhir: 36-45 tahun (Depkes, 2009) 1. Dasar (SD dan Ordinal SMP) 2. Tinggi (SMA dan Akademi, Perguruan Tinggi) (Sisdiknas,2003) 1. Trimester 1 Ordinal 2. Trimester 2 3. Trimester 3 (Onggo, 2008) Menggunakan median Ordinal sebagai cut off point dengan pembagian : Buruk jika < 17 Baik jika ≥ 17 37 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi korelasi dengan rancangan penelitian cross sectional. Studi korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara gejala yang satu dengan gejala yang lain, atau antara variable satu dengan variable lain (Notoatmodjo, 2005). Penelitian cross sectional ialah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi dengan cara pendekatan, observasi, atau pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu (Notoatmodjo, 2007). B. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah di wilayah Sukabumi Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2014. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh objek atau subjek tersebut (Sugiyono, 2010). 37 38 Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang berada di wilayah Sukabumi Utara yaitu pada bulan April 2014 sebanyak 143 orang. 2. Sampel Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2004). Dalam penelitian ini, kriteria sampel meliputi criteria inklusi dan criteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel digunakan. Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi persyaratan sebagai sampel (Hidayat, 2008). Kriteria inklusi dari populasi sebagai berikut: Ibu hamil yang sedang dalam masa kehamilan, baik trimester I, II, atau III. Ibu hamil yang tidak pernah mengalami keguguran, perdarahan berulang, plasenta previa. Ibu hamil yang bersedia menjadi responden. Ibu hamil yang tinggal di wilayah Sukabumi Utara Pada penelitian kali ini, jumlah sampel diambil dengan cara purposive sampling dimana pengambilan sampel melalui bantuan kader dan bidan yang berada di wilayah sekitar sukabumi utara. Untuk jumlah sampel dihitung menggunakan Formula Taro Yamane (1967) dalam Nursalam (2008) adalah sebagai berikut: n = N/ N (d)2 +1 39 Keterangan: n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi d = Keakuratan atau signifikansi (10%) Perhitungan sampel dengan Formula taro Yamane (1967) diperoleh sampel sebanyak: n : 143/ 143 (0.1) 2 +1 n : 58,8 dibulatkan menjadi 59 tambahan 10% dikhawatirkan ibu hamil melahirkan atau tidak masuk kriteria menjadi 59+6 = 65 responden. D. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan mengisi biodata yang ada pada kuesioner berupa nama ibu, umur ibu, usia kehamilan, dan pendidikan terakhir serta mengisi kuesioner terkait pengetahuan mengenai hubungan seksual selama kehamilan, sebelum itu peneliti melakukan prosedur dibawah ini: 1. Setelah proposal penelitian di setujui oleh penguji, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. 2. Peneliti kemudian memberikan surat permohonan izin mengambil data di Wilayah Sukabumi Utara dan melakukan uji validitas di wilayah Sukabumi Selatan. 3. Setelah instrument dinyatakan valid dan reliabel, peneliti menyeleksi calon responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. 40 4. Penelitian dilakukan selama 7 hari dibantu oleh kader. Kader memberitahukan ibu hamil yang berada di wilayah sekitar kemudian peneliti mendatangi satu per satu. 5. Penelitian juga dibantu oleh bidan setempat, ibu hamil yang memeriksakan diri di bidan Ny. Imas dan termasuk warga Sukabumi Utara diminta untuk mengisi kuesioner penelitian. 6. Peneliti kemudian menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada responden terkait penelitian, serta meminta persetujuan responden. 7. Waktu pengisian kuesioner selama kurang lebih 15-20 menit untuk amsing-masing responden. Responden diharapkan menjawab semua pernyataan yang ada di lembar kuesioner, setelah pengisian selesai lembar kuesioner dikembalikan ke peneliti. 8. Selama 7 hari melakukan penelitian, didapatkan sampel penelitian sejumlah 82 orang. 9. Hasil penelitian kemudian terkumpul, setelah itu peneliti mulai melakukan pengolahan data dan menyimpulkan hasil pengumpulan data. E. Instrumen Penelitian 1. Instrumen pertama berupa pertanyaan mengenai data karakteristik responden, yang terdiri dari usia ibu hamil, usia kehamilan, dan pendidikan terakhir. 2. Instrumen kedua adalah pengetahuan tentang hubungan seksual selama kehamilan, dengan memberikan pernyataan yang terdiri dari 24 pernyataan. Instrumen ini dikembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan 41 teori yang ada. Penentuan jawaban kuesioner menggunakan Skala Guttman; dimana jawaban responden hanya terbatas pada dua jawaban, yakni benar atau salah. Pernyataan terbagi menjadi pernyataan favorable sebanyak 13 pernyataan dengan penilaian dimana pernyataan benar diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 0. Pernyataan unfavorable terdiri dari 11 pernyataan dimana pernyataan salah diberi nilai 1 dan benar 0. Kisi-kisi pernyataan penelitiaan tercantum pada tabel berikut ini: Tabel 4.1 Kisi-kisi Kuisioner Penelitiaan Kisi-kisi Pengertian Hubungan Seksual Perubahan Seksual - Perubahan Frekuensi - Perubahan hasrat - Perubahan posisi - Perubahan Fisik Mitos Alasan berhubungan seksual Jumlah No pernyataan Favorable Unfavorable 1,2, 3,6,7 8 24 12,13,14,17,22 15 13 4,5 9,11 10, 23 18 16, 20, 21 19 11 Jumlah 2 5 3 3 6 3 2 24 F. Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2006). Instrumen yang valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti (Sugiyono, 2010). Uji validitas dilakukan di wilayah kerja berbeda yaitu di Sukabumi Selatan pada 30 orang responden yang memiliki kesamaan karakteristik dengan 42 kesamaan penelitian. Uji validitas dinilai dengan menggunakan PearsonProduct Moment uji validitas ditetapkan dengan membandingkan r hasil dengan r tabel. Item pernyataan dikatakan valid jika mempunyai nilai r hitung yang lebih besar dari r tabel (Imron&Munif, 2010). Nilai r tabel untuk responden 30 adalah 0,296. Jika r hitung lebih besar dari 0,296 maka pernyataan tersebut valid. Hasil uji validitas kuisioner dari 26 pernyataan didapatkan 16 pernyataan tidak valid yaitu pernyataan nomor 1, 2, 7, 8, 9, 12, 13, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, dan 26. Peneliti kemudian memutuskan untuk mengubah pernyataan yang tidak valid dan 2 pernyataan yang dibuang yaitu nomor 1 dan 18. Jumlah pernyataan menjadi 24 setelah dilihat kembali dengan perubahan kata didalamnya. Hasil perubahan kata dilakukan conten validity. Realibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan pada tingkat kepercayaan dan dapat diandalkan (Arikunto, 2006), yakni menggambarkan bahwa instrumen yang digunakan dapat digunakan berulang dengan karakteristik responden yang berbeda. Pengukuran relibilitas menggunakan software computer dengan rumus pada variabel pengetahuan menggunakan software computerdengan rumus K-R20 dengan nilai akhir >0,7 (Salkind, 2010). Uji reliabilitas pada kuisioner dengan 26 pernyataan yang diisi oleh 30 responden menghasilkan nilai KR-20 sebesar 0,73 yang menunjukkan bahwa kuisioner ini bersifat reliable. 43 G. Pengolahan Data Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan mengubah data menjadi informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, terutama dalam pengujian hipotesis. Dalam proses pengolahan data terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya (Hidayat, 2008): 1. Editing Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. 2. Coding Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode penting bila pengolahan data dan analisis data menggunakan computer. 3. Entri data Data entri adalah memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau database computer, kemudian membuat distribusi frekuensi. 4. Cleaning Data Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan kedalam computer untuk memastikan data bersih dari kesalahan sehingga siap dianalisis. 44 H. Analisis Data Statistik 1. Analisis univariat Analisis univariat dimana menggambarkan dan meringkas data tiap variabel dengan cara ilmiah dalam bentuk table atau grafik (Setaidi, 2007). Analisis univariat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan distribusi frekuensi. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen (bebas) yaitu tingkat pendidikan ibu hamil dan variabel dependen (terikat) yaitu pengetahuan ibu hamil. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat berguna untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu untuk melihat hubungan variabel tingkat pendidikan ibu hamil yang berupa data kategorik dengan pengetahuan ibu hamil yang berupa data kategorik. Analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Chi Square. Uji ini digunakan untuk melihat derajat hubungan antara variabel independen dan dependen. Peneliti menggunakan derajat kepercayaan 95% sehingga jika nilai p ≤ 0,05 berarti hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen, dan apabila nilai p > 0,05 berarti hasil perhitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Setiadi, 2007). 45 I. Etika Penelitian Dalam melaksanakan penelitian harus memahami hak dasar manusia dan menjunjung tinggi kebebasan manusia. Beberapa prinsip yang harus dipahami antara lain (Hidayat, 2008): 1. Prinsip manfaat Prinsip beneficience dimana peneliti memastikan bahwa penelitian bebas dari bahaya dan dapat memberi manfaat. 2. Prinsip menghormati manusia Prinsip dimana memberi kenyamanan pada partisipan (protection from discomfort) dengan memberikan kebebasan kepada partisipan menentukan waktu dan tempat dan kesediaan mengikuti penelitian. 3. Prinsip keadilan Prinsip ini menjunjung keadilan manusia dengan menghargai hak secara adil, hak menjaga privasi manusia, dan tidak berpihak dalam perlakuan terhadap manusia. Selain itu masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut: 1. Informed Consent Tujuan dari informed consent adalah memudahkan partisipan dalam memutuskan ketersediaan mengikuti penelitian. Dalam informed consent terdapat penjelasan singkat proses penelitian meliputi tujuan, manfaat, prosedur penelitian, lamanya keterlibatan, dan hak kewajiban partisipan. Partisipan diminta menandatangani lembar informed 46 consent jika bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini (Budiarti, 2010; Cedli, 2012) 2. Anonimity Kerahasiaan identitas responden atau anonimity dijamin tidak akan dicantumkan nama pada lembar pengumpulan data atau hasil yang disajikan hanya dalam bentuk inisial nama. 3. Kerahasiaan (confidentially) Confidentially dimana peneliti wajib menjamin kerahasiaan data atau informasi yang disampaikan oleh responden. 47 BAB V HASIL PENELITIAN Bab ini akan menjelaskan hasil penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Juni 2014 pada 82 orang ibu hamil. A. Gambaran Lokasi Penelitian Kelurahan Sukabumi Utara merupakan salah satu wilayah yang berada di Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Di wilayah ini jumlah penduduk sebesar 32.664 jiwa dengan luas area 153,09 Ha. Kelurahan ini membawahi 11 RW, 104 RT, dan 6333 KK. Kelurahan ini berbatasan dengan palmerah di sebelah utara, Kelapa Dua dan kebon jeruk di sebelah barat, kebayoran lama di sebelah timur, dan Sukabumi Selatan di sebelah selatan. Fasilitas kesehatan yang terdapat di wilayah Sukabumi Utara yaitu, Puskesmas Sukabumi Utara yang membawahi 22 posyandu, dengan 5-6 kader aktif di setiap posyandu. Kegiatan aktif posyandu dilaksanakan setiap 1 bulan sekali dengan dibantu oleh kader, kegiatannya berupa pemeriksaan ibu hamil, imunisasi pada anak, pemberantasan nyamuk 3M. Beberapa fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di wilayah sukabumi Utara antara lain, bidan praktik mandiri, balai pengobatan, rumah sakit bersalin, dan praktik dokter mandiri. 47 48 B. Hasil Analisis Univariat Analisis univariat menjelaskan atau mendeskripsikan tentang karakteristik responden berupa umur dan usia kehamilan, variabel independen yaitu tingkat pendidikan ibu hamil, dan variabel dependen yaitu pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual. 1. Karakteristik Responden a. Umur Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Umur di Wilayah Sukabumi Utara Juni 2014 (n=82) Kategori Hasil N Remaja Akhir Dewasa Awal Dewasa Akhir Total % 31 39 12 82 37.8 47.6 14.6 100.0 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu hamil yang terdapat di Wilayah Sukabumi Utara paling banyak terdapat pada rentang dewasa awal yaitu sebanyak 39 orang (47,6%), sedangkan rentang remaja akhir sebanyak 31 orang (37,8%). Dan pada dewasa akhir sebanyak 12 orang (14,6%) b. Usia Kehamilan Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia kehamilan di Wilayah Sukabumi UtaraJuni 2014 (n=82) Kategori Trimester 1 Trimester 2 Trimester 3 Total N Hasil 22 40 20 82 % 26.8 48,8 24.4 100.0 49 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu hamil yang menjadi responden paling banyak terdapat di trimester 2 sebanyak 40 orang (48,8%), sedangkan pada trimester 1 sebanyak 22 orang (26,8%), dan pada trimester 3 sebanyak 20 orang (24,4%). 2. Tingkat Pendidikan Tabel 5.3 : Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Sukabumi Utara Juni 2014 (n=82) Kategori Hasil N Tinggi Rendah Total % 63 19 82 76.8 23.2 100.0 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu hamil yang terdapat di Wilayah Sukabumi Utara paling banyak berpendidikan tinggi sebanyak 63 orang (76,8%) dan pendidikan rendah sebanyak 19 orang (23,2%). 3. Pengetahuan Ibu Hamil Analisis univariat dalam penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hasil dari pengambilan data responden. Hal yang dianalisa dalam penelitian ini yaitu mengenai pengetahuan ibu hamil. Dalam menentukan cut of point pada variabel pengetahuan ibu hamil dilakukan uji distribusi terlebih dahulu, dimana rumus yang digunakan ialah uji Kolmogorov Smirnov Z dimana hasil didapatkan yaitu 0,000 dan distribusi dinyatakan tidak normal sehingga cut of point menggunakan median (Santoso,2005). Nilai median dalam penelitian ini yaitu 17. 50 Tabel 5.4: Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan Ibu Hamil di Wilayah Sukabumi UtaraJuni 2014 (n=82) Kategori Kurang Baik Total Hasil N % 43 39 82 52.4 47.6 100.0 Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 43 orang (52,4%) dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 39 orang (47,6%). C. Hasil Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel. Uji bivariat ini menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0, 05) 1. Hubungan tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hubungan Seksual Saat Hamil Untuk mengetahui apakah ada hubungan atau tidak maka diperlukan uji statistik menggunakan chi square, karena kedua variabel merupakan data kategorik. Nilai p yang diharapkan bisa lebih kecil dari 0,05 sehingga uji statistik bermakna. Tabel 5.5: Tabulasi Silang Responden Pengetahuan Ibu Hamil Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Sukabumi Utara Juni 2014 (n=82) Pengetahuan Kurang Baik Total Tingkat Pendidikan Tinggi Rendah N % N % 30 36,6 13 15,9 33 40,2 6 7,3 63 76,8 19 23,2 Total n 43 39 82 % 52,5 47,5 100 P value 0,112 51 Syarat melakukan uji chi square ialah sel yang mempunyai nilai expected lebih kecil dari 5 maksimal 20% dari jumlah sel (Dahlan, 2010). Sehingga untuk mengetahuinya dilakukan perhitungan nilai expected pada masing-masing sel. Nilai expected dari sel a : Nilai expected dari sel b : Nilai expected dari sel c: Nilai expected dari sel d : Terlihat bahwa nilai expected dari semua sel lebih dari 5. Hal ini memenuhi syarat melakukan uji chi square. Setelah dilakukan uji chi square didapatkan nilai p value= 0,112 dan melebihi nilai p maksimal yakni 0,05 yang berarti hitungan statistik tidak bermakna atau tidak ada hubungan antara variabel tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual. 52 BAB VI PEMBAHASAN A. Analisis Univariat a. Gambaran Karakteristik Ibu Hamil 1. Umur Hasil analisa data terlihat umur responden paling banyak pada rentang dewasa awal (26-35 tahun) yaitu sebanyak 39 orang. Penelitian yang dilakukan oleh National Survey of Family Growth (NSFG) tahun 2006-2010, angka kesuburan wanita adalah antara 1544 tahun dan kebanyakan wanita mengalami kehamilan khususnya kehamilan pertama pada usia 20-29 tahun sekitar 45,7%. Penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2011) di RS Bunda Medika Sidoarjo Jawa Timur menyatakan bahwa umur ibu hamil mempengaruhi pengetahuan hubungan seksual selama kehamilan. Semakin matang umur ibu maka cara berfikir dan pandangan ibu tentang hubungan seksual juga lebih baik. Diperjelas dengan penelitian oleh Sukaesih (2012) di Puskesmas Tegal Selatan Jawa Tengah yang menunjukkan bahwa orang yang lebih muda akan lebih cepat menerima inovasi baru dibandingkan yang lebih tua. Berbeda dengan umur yang terlalu muda kurang dari 20 tahun belum mempunyai kesiapan secara fisik dan psikologis menghadapi kehamilan, sehingga perawatan selama kehamilan sering terabaikan karena tidak ada keinginan untuk mencari pengetahuan mengenai 52 53 kehamilannya. Umur yang lebih tua menganggap kehamilan adalah sesuatu yang biasa, yang pernah dialami, sehingga tidak ada keinginan untuk mencari pengetahuan baru. 2. Usia Kehamilan Berdasarkan analisa data, ibu hamil paling banyak terdapat di trimester kedua yaitu sebanyak 40 orang (48,8%), dengan tingkat pengetahuan baik ada pada ibu hamil trimester kedua. Pengetahuan yang baik ada kaitannya dengan pengaruh pengalaman sendiri atau orang lain. Pengalaman seseorang mencakup apa yang dialami sebagai hasil persepsi tentang hal yang terjadi atau yang ada di lingkungan sekitar yang dihasilkan melalui panca indra (Notoadmodjo, 2003). Hasil analisa data menyatakan bahwa ibu hamil yang berada pada trimester menengah sudah merasakan perubahan yang terjadi di awal kehamilannya dan mempersiapkan akhir kehamilan sehingga ia banyak tahu tentang apa yang dirasakan saat kehamilan. Ibu hamil trimester kedua sudah mengetahui dan terpapar informasi mengenai kehamilan dan perubahan kehamilan yang terjadi pada tiap trimesternya. Pengetahuan yang buruk terlihat menonjol pada kehamilan trimester ketiga, dimana pada trimester ketiga perubahan fisik ibu mulai terlihat seperti perut yang membesar, ibu merasa sesak nafas, dan ibu mulai berfokus dengan kelahiran. Perubahan psikologis dan seksualitas pada trimester ketiga yaitu ibu kesulitan dalam mengatur posisi hubungan seksual, hasrat ibu untuk melakukan hubungan 54 seksual kembali menurun, dan kekhawatiran ibu melukai janinnya saat melakukan hubungan seksual. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Hapsari (2011) dimana dari hasil studi kualitatif didapatkan responden menyatakan hanya satu kali dalam seminggu melakukan hubungan seksual saat trimester ketiga, bahkan salah satu responden mengatakan absen melakukan hubungan seksual mulai trimester ketiga. Diperkuat dengan penelitian oleh Sagiv (2012) bahwa pada trimester ketiga hubungan seksual ibu hamil tidak lagi berarti berbeda dengan 2 trimester sebelumnya, ibu hamil mengalami penurunan hasrat seksual dan respon orgasme. Pengetahuan kurang pada trimester ketiga dikarenakan perubahan yang terjadi pada ibu hamil sehingga ibu sudah tidak memperhatikan masalah hubungan seksual dan perhatian berfokus pada kelahiran, dan juga mitos yang salah seputar hubungan seksual trimester ketiga dapat menyebabkan kelahiran prematur. Pengetahuan yang buruk juga terdapat pada trimester pertama, masa trimester pertama merupakan masa penyesuaian kehamilan dimana ibu hamil merasakan perubahan fisiologis akibat pengaruh hormonal. Perubahan pada trimester pertama menyebabkan ibu hamil malas melakukan hubungan seksual pada trimester pertama sehingga hasrat melakukan hubungan seksual mengalami penurunan. Anggapan yang salah tentang hubungan seksual seperti, hubungan seksual dapat menyebabkan keguguran dan perdarahan menjadi faktor kecemasan untuk melakukan hubungan seksual pada trimester ini. 55 b. Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu Hamil Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan baik pada diri sendiri maupun pada lingkungannya yang dapat mendorong kebutuhan pelayanan kesehatan, termasuk pentingnya informasi mengenai hubungan seksual selama kehamilan. Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun informal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) yang dapat meningkatkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2005) Hasil analisis didapatkan data responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 63 responden (76,8%). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Putri (2011) menyatakan bahwa responden paling banyak ialah yang berpendidikan SMA/sederajat yaitu sebanyak 30 responden (73,4%). Hal tersebut berpendidikan menunjukkan tinggi dan lebih dari berpengaruh separuh responden pada hasil yang pengetahuan. Pendidikan yang tinggi berimplikasi pada pengetahuan dan sikap yang baik. Di wilayah Sukabumi Utara, ibu hamil dominan berpendidikan terakhir SMA. Pendidikan SMA dianggap mempunyai pengetahuan yang lebih baik tentang kehamilan dan ibu hamil dapat mencari informasi yang luas mengenai kehamilannya. Pengetahuan saat ini tidak hanya dipengaruhi oleh pendidikan formal, melainkan pendidikan informal bahkan kemudahan mengakses internet serta sumber bacaan memudahkan seseorang untuk meningkatkan pengetahuaannya mengenai hubungan seksual selama kehamilan. Oleh karena itu, semua ibu hamil dengan latar belakang pendidikan apapun 56 mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pengetahuan seputar kehamilan, khususnya tentang hubungan seksual saat kehamilan. c. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan pada penelitian ini masih kurang baik yang ditunjukkan dengan data bahwa 43 (52,4%) responden memiliki pengetahuan yang kurang. Baik dan buruknya pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, tingkat pendidikan, umur, informasi, pengalaman, status ekonomi, dan sosial budaya (Notoatmodjo, 2005). Ibu hamil di wilayah Sukabumi Utara belum pernah mendapat pendidikan kesehatan mengenai seksualitas selama kehamilan dan saat di pelayanan kesehatan pengkajian dan pemberian informasi mengenai seksualitas selama kehamilan masih terbatas. Pengetahuan ibu hamil mengenai seksualitas selama kehamilan yang masih kurang disebabkan oleh informasi yang didapatkan tentang hubungan seksual saat kehamilan sedikit dan terkadang ibu hamil mendengar informasi yang salah dari orang lain. Ibu hamil juga jarang menanyakan masalah seksual ke petugas kesehatan dan tidak mencari pengetahuan seperti dari buku, majalah, televisi, atau internet. Mayoritas ibu hamil juga mempunyai pengetahuan kurang (76,79%) sesuai penelitian yang dilakukan oleh Setyowati (2011) di RS Bunda Medika Sidoarjo. Penelitian yang sama dilakukan oleh Putri (2011) di PKD Karang Anyar menyatakan bahwa tingkat pengetahuan responden selama 57 kehamilan dalam kategori cukup sebanyak 73,3%. Secara umum dapat disimpulkan pengetahuan tentang hubungan seksual pada ibu hamil bisa dikatakan masih kurang. Pemahaman tentang hubungan seksual saat kehamilan seperti apa itu hubungan seksual, apa saja perubahannya, frekuensi berhubungan seksual menjadi penting karena berdampak pada pola hubungan seksual itu sendiri. Pengetahuan dan pemahaman yang kurang pada penelitian ini terdapat pada aspek tentang frekuensi hubungan seksual, posisi hubungan seksual, dan perubahan hubungan seksual. Pernyataan tentang frekuensi hubungan seksual yaitu “hubungan seksual tidak dibatasi” sebanyak 46 orang (56,1%) menjawab salah. Penelitian yang dilakukan oleh Lee, et.al (2010) menyatakan bahwa frekuensi hubungan seksual bukan aspek penting pada kepuasan seksual ibu hamil, melainkan proses orgasme. Penelitian yang lain yang dilakukan oleh Naim (2000) menyatakan bahwa frekuensi hubungan seksual tidak ada batasan namun beberapa ibu hamil mengakui adanya penurunan frekuensi selama kehamilan. Pernyataaan tentang perubahan hubungan seksual , yaitu hubungan seksual antara suami istri mengalami peningkatan sampai usia 6 bulan kehamilan menjawab salah sebanyak 51 orang (62,2%). Masa trimester kedua merupakan masa adaptasi kehamilan, dimana ibu hamil mulai menyesuaikan diri terhadap perubahan yang ada dan siklus seksual kembali normal. Sesuai dengan penelitian oleh Sagiv (2012) menyatakan bahwa beberapa wanita mengalami peningkatan hasrat seksual khususnya pada trimester kedua. 58 Pernyataan tentang posisi hubungan seksual, yaitu selama kehamilan posisi saaat berhubungan seksual tidak mengalami perubahan sebanyak 51 orang (62,2) menjawab salah dan pada pernyataan posisi duduk tidak diperbolehkan selama hubungan seksual menjawab salah sebanyak 41 orang (50). Penelitian yang dilakukan oleh Lee,et.al (2010) menyatakan bahwa kesulitan untuk menemukan posisi yang nyaman dalam berhubungan seksual berkontribusi terhadap berkurangnya keinginan dan kepuasan melakukan hubungan seksual ketika hamil. Untuk menghindari hal tersebut, maka pasangan suami istri harus merubah posisi hubungan seksual mereka. Posisi dalam kehamilan diperbolehkan selama ibu hamil dan pasangannya nyaman melakukan. Pernyataan tentang perubahan seksual, yaitu puncak kenikmatan saat hubungan seksual tidak berubah sebanyak 52 orang (63,4%) menjawab salah. Berdasarkan teori yang ada, setiap wanita mengalami puncak kenikmatan yang berbeda saat hamil dan sebelum kehamilan, bahkan beberapa wanita baru mengalami puncak kenikmatan seksual pertama kali saat hamil (Bobak, 2004). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sagiv (2012) dimana dalam penelitian ditemukan perubahan hubungan seksual tidak berpengaruh selama kehamilan karena tiap wanita mengalami siklus atau puncak kenikmatan yang berbeda. 59 B. Analisis Bivariat. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan ibu hamil berpendidikan tinggi yang mempunyai pengetahuan baik sebanyak 33 orang (40,2%) sedangkan ibu hamil berpendidikan tinggi yang mempunyai pengetahuan buruk sebanyak 30 orang (36,6%). Tidak ada perbedaan yang signifikan diantara kedua variabel sehingga, setelah dilakukan uji chi square didapatkan kesimpulan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat hamil. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zakirman (2011) di RS KIA Kota Bandung yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan hubungan seksual saat kehamilan trimester III. Hasil analisa diatas, peneliti mengasumsikan bahwa pengetahuan yang kurang pada ibu hamil di wilayah Sukabumi Utara tidak hanya berdasarkan rendahnya tingkat pendidikan, melainkan faktor-faktor lain seperti tersedianya sumber informasi yang cukup tentang hubungan seksual saat kehamilan, pengalaman kehamilan sebelumnya yang mendukung seseorang melakukan hubungan seksual yang aman saat hamil. Lingkungan juga mempunyai peranan penting, eratnya keakraban antara satu warga dengan warga lain dan sering diadakannya pertemuan warga setiap bulannya memungkinkan pertukaran informasi tentang pengetahuan seputar kehamilan. Penelitian yang dilakukan oleh Sandy dan Sari (2012) menyatakan dimana dengan pendidikan akhir yang rendah bukan berarti pengetahuan 60 kurang. ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik kemungkinan mendapat informasi dari berbagai sumber misalnya majalah, koran, orang terdekat (keluarga), atau dari pengalaman yang terdahulu baik dari diri sendiri atau orang lain yang menceritakan pengalamannya. Pengetahuan tidak hanya dipengaruhi pendidikan, tapi juga dipengaruhi hal lain salah satunya yaitu pengalaman sebelumnya dan kebutuhan individu (Swansburg, Russel, 2001). Ibu dengan paritas primigravida belum mempunyai pengalaman dengan kehamilan termasuk hubungan seksualitas selama kehamilan, sehingga ibu takut melakukan hubungan seksual karena pengalaman mereka tentang hubungan seksualitas selama kehamilan kurang. Mitos-mitos yang beredar juga menjadi pemicu ketakutan ibu untuk melakukan hubungan seksual seperti membahayakan janin, terjadinya keguguran dan kelahiran prematur, dan terjadinya perdarahan. Penelitian yang dilakukan oleh Prassana (2012) menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh ibu karena ibu jarang mencari informasi tentang hubungan seksual selama kehamilan. Pengetahuan yang kurang dari ibu dapat diperbaiki dengan cara bertanya ke tenaga kesehatan atau membaca buku. Pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksualitas kurang maka ibu tidak melakukan hubungan seksual selama kehamilan. Ibu tidak tahu bahwa sebenarnya hubungan seksual selama kehamilan diperbolehkan jika kehamilan ibu sehat dan normal, karena ketidaktahuan 61 tersebut kemudian muncul ketakutan dan kekhawatiran untuk melakukan hubungan seksual. Pengetahuan tentang seksual selama kehamilan diperoleh dari lingkungan sekitar yang berpengaruh besar terhadap proses masuknya pengetahuan. Hal ini terjadi karena ada interaksi timbal balik antar individu dalam merespon pengetahuan yang diterimanya sehingga sumber informasi baik dari pendidikan formal maupun nonformal berpengaruh untuk meningkatkan pengetahuan (Notoatmodjo, 2005). Pengaruh lingkungan memberikan andil yang cukup besar bagi ibu hamil dalam menerima benar tidaknya informasi yang disampaikan, dalam penelitian ini didapatkan banyak ibu hamil yang merasa khawatir melakukan hubungan seksual karena salahnya informasi yang diterima dari lingkungan sekitar, seperti dari orangtua. Selain itu, unsur sosial budaya dan agama juga berperan dalam membentuk pengetahuan ibu hamil, Notoatmodjo (2005) menjelaskan bahwa tahu yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk mengingat kembali atau recall sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh karena itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Salah satu program pemerintah untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil yaitu dengan pembentukan kelas ibu hamil, dimana merupakan sarana belajar mengenai kesehatan ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai kehamilan (Depkes, 2009). Bagi petugas kesehatan juga diharapkan memberikan informasi yang 62 tepat serta menggali masalah yang ada pada ibu hamil, sehingga ibu hamil lebih terbuka tentang seksualitas selama kehamilan. Hal penting lain untuk meningkatkan pengetahuan yang baik dan menghindari kesalahpahaman yaitu komunikasi terbuka antara ibu dan pasangannya untuk membicarakan perubahan yang terjadi selama kehamilan khususnya tentang hubungan seksual, sehingga ketika terdapat permasalahan tentang hubungan seksual seputar kehamilan ibu hamil dapat berkonsultasi dengan petugas kesehatan. C. Keterbatasan Penelitian Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini. Keterbatasan penelitian tersebut yaitu banyaknya jumlah populasi ibu hamil sehingga terdapat persebaran yang tidak merata di tiap usia kehamilan dan tidak ada batasan usia kehamilan dan paritas. 63 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Seksualitas selama hamil merupakan suatu komponen integral dari kehidupan seorang wanita normal, dimana hubungan seksual pada masa kehamilan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dan mempengaruhi quality of relationship pada pasangan. Hubungan seksual merupakan hal yang tabu untuk dibicarakan dan didiskusikan di kalangan petugas kesehatan maupun ibu hamil. Pegetahuan ibu hamil menjadi sesuatu yang penting yang dapat mempengaruhi hubungan seksual saat hamil. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, pengetahuan ibu hamil dikategorikan menjadi baik dan kurang tentang hubungan seksual saat hamil dan dibedakan menurut tingkat pendidikan ibu. Setelah dilakukan penelitian pada 82 responden ibu hamil dapat ditarik kesimpulan bahwa kebanyakan ibu hamil berpendidikan tinggi sebanyak 63 orang (76,8%) namun pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan dikategorikan kurang sebanyak 43 orang (52,4%). Pendidikan yang tinggi namun pengetahuan kurang dapat disebabkan beberapa faktor yaitu pengaruh lingkungan yang memberikan informasi yang kurang tepat, pengalaman ibu seputar kehamilan, kekhawatiran dan mitos yang beredar di masyarakat. Sehingga, hasil penelitian disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu hamil tentang hubungan seksual saat kehamilan ditunjukkan dengan hasil p-value 0,112. 63 64 B. Saran 1. Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar strategi promosi kesehatan mengenai seksualitas pada masa kehamilan, dimana tenaga kesehatan dapat menjelaskan pola seksualitas, perubahan dalam hasrat seksual tiap trimesternya, memberitahukan dampak seks pada kehamilan, mendiskusikan kapan sebaiknya membatasi hubungan seksual saat kehamilan, dan menganjurkan posisi hubungan seksual yang dapat dilakukan. 2. Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian dapat dijadikan acuan dan bahan pembelajaran serta pengembangan kurikulum keperawatan khususnya keperawatan maternitas mengenai pengembangan instrumen-instrumen pengkajian kesehatan seksualitas selama kehamilan. 3. Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian lebih mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan seksual saat kehamilan serta lebih mengembangkan instrument penelitian yang digunakan. Peneliti selanjutnya juga diharapkan tidak hanya mengkaji pengetahuan ibu namun pengetahuan serta pengalaman suami menghadapi kehamilan ibu dapat dikaji sehingga penelitian akan berkembang dan lebih menarik. DAFTAR PUSTAKA A Health Handbook For Women With Disabilities. (2007). Diunduh dari www.hesperian.org pada tanggal 7 November 2013 pukul 17.39 Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta BKKBN. (2006). Anak Indonesia Rentan Pornografi. http://www.bkkbn.go.id Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L., & Jensen, M.D. (2004). Buku Ajar keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC. Bloom, Benjamin Samuel, et al. (2001). A taxonomy for learning, teaching, and assessing: a revision of Bloom’s taxonomy of educational objectives. Pennsylvania State University: Longman Budiarti, Astrida. (2010). Studi Fenomenologi: Pengalaman Seksualitas Perempuan Selama Masa Kehamilan di Surabaya. Tesis Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Keperawatan. Budiarto, Eko. (2003). Metodologi Penelitian Kedokteran: sebuah pengantar. Jakarta: EGC. Carrol, Janell L. (2007). Sexuality Now: Embracing Diversity. Thomson. Cedli, Lussi Giovani. (2012). Fungsi Seksual Suami Selama Masa Kehamilan Pasangan. Skripsi Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Keperawatan. Dahlan, Sopiyudin. (2010). Penelitian Diagnostik. Jakarta: Salemba Medika Danarti, D. (2010). 145 Questions & Answer Prgenancy and Childbirth. Yogyakarta: Sigma. Daniel, Michael L. (2010). Counseling on Sexuality in Pregnancy. The Female Patient, 35(Januari), 42-44. DeJudicibus, M.A. & Mc. Cabe, M.P. (2002). Psychological Factors and Sexuality of Pregnant and Postpartum Women. The Journal of Research¸39 (2), 94-103. Emilia, dr. Ova & Harry Freitag, S. Gz, Dietisien. Tetap Bugar dan Energik Selama Hamil. Agro Medika. Hapsari, Vike Dwi & Sari Sudarmiati. (2011). Pengalaman Seksualitas Ibu Hamil Di Puskesmas Pondok Aren Tangerang. Vol 6, 76-85. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. Hasbullah. (2006). Dasar-dasar ilmu pendidikan. Ed 5. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Hidayat, Aziz Alimul (2008). Metode Pendidikan Keperawatan dan Tekhnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika Imron M & Munif A. (2010). Metodologi Penelitian bidang Kesehatanbahan ajar untuk mahasiswa. Jakarta: Sagung Seto Khamis, M. A., Mustafa, M.F., Mohammed, S.N., & Tosson, M.M. (2007). Influence of Gestation Period on Sexual Behavior. J Egypt Public Health Assoc¸82(1-2), 65-90. Kissanti, Annia. (2007). 9 Bulan Penuh Keajaiban. Jakarta: Araska Kresno, Sudarti. (2006). Aplikasi dan Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: FKM UI Kurniawati, Siti (2013). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Trimester 3 tetang Hubungan Seksual Selama Kehamilan di BPS Suratini Soewarno Surakarta. KTI DIII Kebidanan Stikes Kusuma Husada. Kuswandani, Ana Budi. (2011). MAYO CLINIC: Kehamilan yang Sehat. Jakarta: PT. Mitra Media Publisher. Kuswarno, Prof. Dr. Engkus. (2009). Metodologi Penelitian Komunikasi Fenomenologi. Bandung: Widya Padjajaran Lee, Jian Tao et al., (2010). Sexual Positions and Sexual Satisfaction of Pregnant Women. Journal of Sex & Marital Therapy, 36, 408–420. Macdougall, Dr. Jane. Alih bahasa Dr Nina Irawati .Kehamilan Minggu Demi Minggu,. Erlangga . 2003 Manuaba, Dr. Ida Ayu Chandranita., dr. Ida bagus gde Fajar Manuaba,. & Prof. Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Ed.2. Jakarta: EGC. Marshall, Connie. (1999). Calon Ayah: Membantu Ayah Memahami dan Menjadi Bagian dari Pengalaman Kehamilan. Jakarta: Arcan. Murkoff, Heidi. (2006). Kehamilan apa yang anda hadapi bulan per bulan. Ed.3. Jakarta: ARCAN. Naim, Maryam., Bhutto, Erum,. (2000). Sexuality during Pregnancy in Pakistani Women. J Pak M Assoc Women, 50 (1): 38-44. Notoatmodjo, S. (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta. Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: Rhineka Cipta Nursalam dan Effendi F. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Octavia, Rafita. (2013). Studi Fenomenologi: Pengalaman Suami Menghadapi Istri yang Memasuki Masa Menopause di Kelurahan Pisangan. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Onggo, Ira Tri. (2010). Panduan super lengkap KEHAMILAN sehat. Ed. 1. Yogyakarta: New Diglossia. Pangkahila, Wimpie. (2001). Seks Yang Membahagiakan: Menciptakan Keharmonisan Suami Istri. Jakarta: Kompas. Putri, N. Kadek. (2011). Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Seksualitas dalam Kehamilan di PKD Sri Rahayu Papahan Tasikmadu Karanganyar. Maternal volume edisi 5. Rizki, Deri. (2013) Kupas Tuntas Selama Kehamilan. Cet. 1, Jakarta: AgroMedia Pustaka. Sacomori & Cardoso. (2010). Sexual Initiative and Intercourse Behavior During Pregnancy Among Brazilian. Journal of Sex & Marital Therapy, 36, 124136. Sagiv M, Dafna-Reiss., Birnbaum, Gurit E., Safir, Marilyn P,. (2012). Changes in Sexual Experience and Relationship Quality During Pregnancy. Arch Sex Behav, 41, 1241-1251. Salkind, Neil J. (2010). Ensiklopedia of research Design. Sage Publications Sandy, utami febrina & Tria Puspita Sari. (2012). Gambaran tentang Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Trimester III tentang Hubungan Seksual Selama Kehamilan di BPM Niken Boyolali. Akbid PKU Muhammadiyah Surakarta. Santoso, singgih (2005). Mengatasi berbagai masalah statistic dengan spss versi 11,5. Jakarta. Elex Media Komputindo. Senkumwong, Chaovisitaree, Rugpao, Chandrawongse, & Yanuto,. (2006). The Changes of sexuality in the women during pregnancy. J Med Assoc Thai, 89(4), 124-129. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Jogjakarta: Graha Ilmu. Setyowati, Palupi Dewi & Lina Darmayanti. (2011). Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hubungan Seksualitas selama Masa Kehamilan di RS Bunda Medika Sidoarjo. Shojaa, Mahdie., Jouybari, Leila., & Sanagoo, Akram. (2008). The sexual activity during pregnancy among a group of iranian women. Arch Gynecol Obstet, 279, 353-356. Simkin, Penny., Janet Walley., & Ann Kepler,. (2007). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi. Edisi Revisi. Jakarta: ARCAN Siswosuharjo, Suwignyo. (2010). Panduan Super Lengkap Hamil Sehat. Cet. 1. Jakarta: Penebar Plus. Sloane, Ethel. (2002). Biology of Women. 4Ed. United States of america: Delmar. Sugiyono, Prof. Dr. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Susanti, Dra. Ni Tengah M. Kes. (2008). Psikologi kehamilan. Jakarta: EGC Tino, A Rafi. (2009). Menjawab Mitos-mitos Kehamilan dan Menyusui. Yogyakarta: Media Pressindo. Uwapusitanon, W., & Choobun,T. (2004). Sexuality and sexual activity in pregnancy. Jmed Assoc Thai, 87(Suppl 3), S45-9. Wardhani, Meidita Kusuma. (2013). Perlukah kondom saat bercinta semasa hamil. m.vemale.com diunduh pada 12 April 2014 pukul 07.33 Wijaya, Andik. (2004). 55 masalah seksual yang ingin anda ketahui tapi “tabu” untuk ditanyakan. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Wiknjosastro, Hanifa. (2009.) Ilmu Kandungan. Ed. 2, cet. 7. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo. Yulaikhah, Lily. (2008). Kehamilan (Seri Asuhan Kebidanan). Jakarta: EGC. Zakirman, Devita. (2011). Hubungan Paritas dan Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu Hamil tentang Hubungan Seksual Pada Kehamilan Trimester III di RS KIA Kota Bandung September 2011. Stikes jend. A. Yani Cimahi. Lampiran 1 Lampiran 2 PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth, Responden Di tempat Dengan hormat, Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama : Fitri Farhani NIM : 1110104000031 Status : Mahasiswa Ilmu Keperawatan UIN Jakarta Dengan ini memohon kepada Responden Ibu/sdri untuk bersedia menjadi partisipan pada penelitian yang saya lakukan yang berjudul “HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SAAT KEHAMILAN DI WILAYAH SUKABUMI UTARA” Demikian Saya sampaikan, atas perhatian dan ketersediaan Ibu saya ucapkan terimakasih. Hormat Saya, Fitri Farhani LEMBAR PERSETUJUAN Setelah mendapat penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan, saya dapat memahami tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian yang akan dilakukan. Saya mengerti dan yakin bahwa peneliti akan menghormati hak-hak dan kerahasiaan Saya sebagai responden. Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, saya bersedia menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi responden pada penelitian ini. Jakarta, ……………....2014 Tanda Tangan Responden Lampiran 3 KODE: KUISIONER TENTANG HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SAAT KEHAMILAN DI WILAYAH SUKABUMI UTARA Petunjuk Pengisian Kuisioner: 1. Isilah kuesioner A sesuai identitas Anda 2. Isilah kuisioner B sesuai yang anda ketahui, dengan memberi tanda ceklis () pada jawaban yang Benar atau Salah A. IDENTITAS RESPONDEN Nama : Umur : Pendidikan Terakhir : Usia Kehamilan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi minggu B. KUESIONER PENGETAHUAN No Pernyataan 1. Proses berhubungan seksual terjadi hingga cairan sperma (air mani) keluar 2. Hubungan seksual saat kehamilan dapat meningkatkan keakraban dan pembuktian rasa sayang antara suami istri 3. Hubungan seksual saat kehamilan tidak dibatasi 4. Pada awal kehamilan tidak boleh melakukan hubungan seksual sama sekali 5. Saat memasuki trimester kedua (usia kehamilan 4-6 bulan) tidak terjadi peningkatan frekuensi hubungan seksual Benar Salah 6. Pada usia kehamilan 7 bulan ke atas, suami istri tetap melakukan hubungan Seksual 7. Hubungan seksual antara suami istri mengalami peningkatan sampa usia 6bulan kehamilan 8. Hasrat suami dalam berhubungan seksual meningkat ketika istri hamil 9. Keinginan suami untuk melakukan hubungan seksual mengalami penurunan karena kondisi istri yang berbeda dari sebelumnya 10. Selama kehamilan, posisi saat berhubungan seksual tidak mengalami Perubahan 11. Melakukan hubungan seksual saat hamil tidak dipengaruhi oleh mood/emosi 12. Kondisi mual dan muntah pada 3bulan pertama kehamilan, menyebabkan ibu hamil malas melakukan hubungan seksual 13. Pada trimester kedua (usia kehamilan 4-6 bulan) sudah mulai beradaptasi terhadap perubahan kehamilan 14. Pada trimester ketiga (usia kehamilan 7-9 bulan) terjadi ketidaknyamanan karena perut mulai membesar dan sesak nafas 15. Istri melakukan hubungan seksual sebagai bentuk kewajiban 16. Hubungan seksual saat hamil dapat menyebabkan perdarahan dan Keguguran 17. Perubahan pada cairan vagina terjadi pada usia kehamilan 7 bulan keatas yang berpengaruh pada hubungan seksual 18. Puncak kenikmatan hubungan seksual saat hamil tidak mengalami Perubahan 19. Keinginan suami untuk melakukan hubungan seksual tidak wajib dipenuhi 20. Melakukan hubungan seksual selama kehamilan dapat menyebabkan kelahiran premature 21. Bayi dapat mengalami infeksi saat lahir akibat ibu melakukan hubungan seksual saat hamil 22. Perubahan fisik dan psikologis mempengaruhi kenyamanan ketika berhubungan seksual 23. Posisi duduk tidak diperbolehkan saat berhubungan seksual 24. Hubungan seksual dipengaruhi oleh posisi yang nyaman Lampiran 4 UJI VALIDITAS dan RELIABILITAS UJI RELIABLITAS : KR-20 N n-1 Varian total Sigma pq Kr20 Kep 26 25 8,51 2,49 0,73 Reliable Uji Validitas dengan Pearson per variabel p1 p2 p3 p4 p5 p6 p7 p8 p9 p10 p11 p12 p13 Cronbach's Alpha if Item Deleted .490 .497 .461 .450 .386 .458 .529 .495 .471 .458 .446 .503 .512 P14 p15 p16 p17 p18 p19 p20 p21 p22 p23 p24 p25 p26 Cronbach's Alpha if Item Deleted .443 .464 .541 .429 .490 .537 .509 .491 .444 .471 .492 .443 .499 Lampiran 5 HASIL ANALISIS SPSS UNIVARIAT A. Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test katpengetahuan pendidikan N 82 82 Mean 1.48 1.23 a,b Normal Parameters Std. .502 .425 Deviation Absolute .352 .476 Most Extreme Positive .352 .476 Differences Negative -.327 -.293 Kolmogorov-Smirnov Z 3.192 4.308 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 Statistics N Valid Missing 82 0 Mean 16.79 Median 17.00 Std. Deviation 2.675 Skewness -.304 Std. Error of Skewness .266 B. Umur Ibu Hamil Umur Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid remaja akhir 31 37.8 37.8 37.8 dewasa awal 39 47.6 47.6 85.4 dewasa akhir 12 14.6 14.6 100.0 Total 82 100.0 100.0 C. Pendidikan Terakhir Pendidikan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tinggi 63 76.8 76.8 76.8 Rendah 19 23.2 23.2 100.0 Total 82 100.0 100.0 D. Usia kehamilan Usia Kehamilan Frequenc Percent y Valid Valid Cumulative Percent Percent Trimester 1 22 26.8 26.8 26.8 Trimester 2 40 48.8 48.8 75.6 Trimester 3 20 24.4 24.4 100.0 Total 82 100.0 100.0 E. Pengetahuan Pengetahuan Ibu Hamil Frequenc Percent y buruk Valid Cumulative Percent Percent 43 52.4 52.4 52.4 Valid Baik 39 47.6 47.6 100.0 Total 82 100.0 100.0 Lampiran 6 HASIL ANALISIS BIVARIAT TABULASI SILANG PENGETAHUAN DAN USIA KEHAMILAN Tabulasi silang pendidikan dan pengetahuan Pendidikannew tinggi Count 13 43 33.0 10.0 43.0 69.8% 30.2% 100.0% % within pendidikannew 47.6% 68.4% 52.4% % of Total 36.6% 15.9% 52.4% 33 6 39 30.0 9.0 39.0 % within katpengetahuan 84.6% 15.4% 100.0% % within pendidikannew 52.4% 31.6% 47.6% % of Total 40.2% 7.3% 47.6% 63 19 82 63.0 19.0 82.0 % within katpengetahuan 76.8% 23.2% 100.0% % within pendidikannew 100.0% 100.0% 100.0% 76.8% 23.2% 100.0% Kurang % within katpengetahuan Count Expected Count Baik Count Expected Count Total Rendah 30 Expected Count katpengetahuan Total % of Total Chi-Square Tests Value Pearson Chi-Square Continuity Correction Likelihood Ratio Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1- sided) sided) sided) a 1 .112 1.767 1 .184 2.588 1 .108 2.533 b df Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases .125 2.502 1 .114 82 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.04. b. Computed only for a 2x2 table .091 TABULASI SILANG PENGETAHUAN DAN USIA KEHAMILAN katpengetahuan Kurang katusiakehamilan Total baik trimester 1 11 11 22 trimester 2 11 18 29 trimester 3 21 10 31 43 39 82 Total TABULASI SILANG PENGETAHUAN DAN UMUR Pengetahuan * umur Crosstabulation Count umurnew remaja akhir katpengetahuan Total Total dewasa awal dewasa akhir kurang 15 20 8 43 baik 16 19 4 39 31 39 12 82