KAJIAN TINGKAT KESUBURAN TANAH PADA HUTAN ALAM SEKUNDER DI HUTAN PENDIDIKAN FAKULTAS KEHUTANAN UNLAM MANDIANGIN KALIMANTAN SELATAN STUDY OF SOIL FERTILITY IN NATURAL FOREST SECONDARY IN THE FOREST OF EDUCATION FACULTY OF FORESTRY UNLAM MANDIANGIN SOUTH KALIMANTAN Ahmad Yamani Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani Km 36 Banjarbaru ABSTRACT.Soil fertility is the potential to provide nutrients in sufficient quantities in a form that is available and balanced to ensure maximum plant growth. Given the magnitude of forest functions and benefits of education Mandiangin degredasi one side and the process of land and forest illegal loging happens on the other hand, in order to reforestation or soil conservation efforts of this region need to be supported by data information, including soil fertility status, for this research was conducted. From the results of this study are expected to provide a material consideration in soil conservation or reforestation activities will be conducted by related agencies. The method used to determine the location of the observation point is determined by using purposive sampling. Disturbed soil samples taken from 5 points the observations made by the composite by about 1 kg, were then analyzed in the laboratory. Parameters observed cation exchange capacity (CEC), base saturation (KB); P2O5: K2O and organic C in soil. The results showed the level of soil fertility on a secondary forest in the forest of Education Faculty of Forestry Unlam Mandiangin generally still low. Soil conservation or reforestation activities should be done immediately, to improve and maintain soil fertility, either by biological / vegetative or with a civil engineering on land that has steep and hilly topography. Keywords: Rate; Soil fertility; secondary forest ABSTRAK.Kesuburan tanah adalah potensi tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dalam bentuk yang tersedia dan seimbang untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang maksimum. Mengingat besarnya fungsi dan manfaat hutan pendidikan Mandiangin disatu sisi dan proses degredasi lahan serta penyerobatan hutan yang terjadi disisi lain, maka dalam rangka upaya konservasi tanah ataupun reboisasi dikawasan ini perlu didukung oleh data informasi, diantaranya status tingkat kesuburan tanahnya, untuk itulah penelitian ini dilakukan. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan dalam upaya konservasi tanah atau kegiatan reboisasi yang akan dilakukan oleh instansi yang terkait. Metode yang digunakan untuk menentukan lokasi titik pengamatan ditentukan dengan cara purposive sampling. Sampel tanah terganggu diambil dari 5 titik pengamatan yang dilakukan dengan cara komposit kurang lebih sebanyak 1 kg, selanjutnya dianalisis di laboratorium. Parameter yang diamati kapasitas tukar kation (KTK); kejenuhan basa (KB); P2O5; K2O dan C organik pada tanah. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesuburan tanah pada hutan sekunder di hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Unlam Mandiangin umumnya masih rendah. Kegiatan konservasi tanah atau kegiatan reboisasi perlu segera dilakukan, untuk meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah, baik dengan cara biologi / vegetatif atau dengan teknik sipil pada lahan-lahan yang memiliki topografi yang curam dan berbukit. Kata kunci : Tingkat; Kesuburan tanah; Hutan sek PENDAHULUAN Kesuburan tanah adalah potensi tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dalam bentuk yang tersedia dan seimbang untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang maksimum. Namun demikian tidak dapat dianggap bahwa tanah yang subur adalah juga produktif karena status kesuburan tanah tidak memberikan indikator kecukupan faktor pertumbuhan lainnya (Anna et al, 1985). Selain dari pada itu untuk menyebutkan bahwa apakah status tanah itu subur atau tidak subur, maka haruslah dikaitkan dengan keadaan sifat fisik dan kimia tanahnya (kesuburan secara fisik dan kimia), karena bisa saja tanah itu subur secara fisik tetapi secara kimia tidak dan sebaliknya. Jadi tanah yang benar-benar subur itu adalah apabila didukung oleh faktor-faktor pertumbuhan, salah satu diantaranya sifat fisik dan kimia tanahnya juga dalam kondisi yang baik, karena sifat fisik dan kimia tanah itu saling mempengaruhi satu sama lain. Banyaknya jenis dan jumlah tanaman diduga juga dapat memberikan banyak kontribusi bagi kesuburan tanah, baik secara fisik maupun kimia pada tanah dibawahnya. Meskipun untuk jenis-jenis tanaman kehutanan tidak memerlukan persyaratan yang tinggi untuk hara tanah, akan tetapi guguran daun maupun batang dan ranting serta buah dan bunga yang jatuh dan membusuk (terdekomposisi) akan dapat membantu dalam penyediaan hara tanah secara alami bagi tanaman, sekaligus dapat memperbaiki sifat fisik tanahnya (Yamani, 2010). Mengingat besarnya fungsi dan manfaat hutan pendidikan Fakultas Kehutanan Unlam Mandiangin disatu pihak dan dipihak lain telah terjadi kerusakan hutan sebagai akibat aktivitas di dalam kawasan hutan pendidikan tersebut, maka dalam rangka upaya konservasi flora di dalam kawasan ini perlu didukung oleh data informasi, diantaranya mengenai status tingkat kesuburan tanahnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesuburan tanah di hutan pendidikan Fakultas Kehutanan Unlam Mandiangin. Dari hasil penelitian ini didapatkan informasi keadaan tingkat kesuburan tanahnya yang diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rangka upaya konservasi flora di dalam kawasan hutan pendidikan ini. TINJAUAN PUSTAKA Tanah Purwowidodo (1982), menyatakan bahwa tanah ialah lapisan terluar kerak bumi yang tidak padu dengan ketebalan beragam, yang berbeda dengan bahan-bahan di bawahnya yang juga tidak padu dalam hal warna, bangunan fisik, struktur, susunan kimia, sifat biologis, proses kimia maupun reaksi-reaksi. Susanto dan Purnomo (1997), memberikan pengertian tanah adalah bahan dasar bagi semua kehidupan di bumi, campuran penyusun tanah yang komplek dan subur berperan memberi kehidupan merupakan bidang kajian yang sangat menarik. Tanah berperan tidak hanya sebagai media tumbuh tanaman dan kegiatan mikrobiologi tetapi juga sebagai penampung dan pabrik daur ulang bagi sisa-sisa produk yang akan meracuni lingkungan Tanah merupakan suatu sistem yang ada dalam suatu keseimbangan dinamis dengan lingkungannya (lingkungan hidup atau lingkungan lainnya). Tanah tersusun atas 5 komponen yaitu : a. Partikel mineral, berupa fraksi anorganik hasil perombakan bahan-bahan batuan dan anorganik yang terdapat di permukaan bumi b. Bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan binatang serta berbagai hasil kotoran binatang c. Air d. Udara tanah e. Kehidupan jasad renik Islami dan Sutomo (1995), menyatakan bahwa dalam hubungannya dengan kebutuhan hidup tanaman, tanah berfungsi sebagai tunjangan mekanis untuk tanaman tegak dan tumbuh, penyedia unsur hara dan air serta lingkungan tempat akar atau batang dalam tanah meakukan aktivitas fisiologisnya. Buckman dan Brady (1982), menyatakan bahwa tanah sebagai medium kehidupan nabati, menjalankan empat fungsi yaitu : a. Tanah sebagai tempat penjangkaran akar nabati b. Tanah menyediakan minum nabati c. Tanah menyediakan udara bagi pernapasan akar d. Tanah menyediakan zat hara bagi makanan nabati. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah potensi tanah untuk menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dalam bentuk yang tersedia dan seimbang untuk menjamin pertumbuhan tanaman yang maksimum. Namun demikian tidak dapat dianggap bahwa tanah yang subur adalah juga produktif karena status kesuburan tanah tidak memberikan indikator kecukupan faktor pertumbuhan lainnya (Anna et al, 1985). Di dalam tanah banyak terdapat unsur, tetapi hanya sebagian kecil esensial bagi tanaman. Unsur esensial bagi tanaman apabila tanaman tidak dapat melengkapi siklus kehidupan normalnya tanpa unsure tersebut dan tidak ada unsure lain yang dapat menggantikan unsur tersebut. Unsur-unsur esensial diklasifikasikan sebagai hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) dan hara mikro (Fe, Mn, Cu, Zn, B, Mo, dan Cl). Selain ketersedian unsur esensial tersebut diatas, maka pertumbuhan tanaman juga sangat dipengaruhi oleh factor lannya, yakni factor genetik tanaman dan klimatis. Sedangkan kunci untuk perkiraan status kesuburan tanah secara kimia, menurut pusat penelitian tanah di Bogor dapat diketahui dari sifat-sifat kimia yang meliputi antara lain kpasitas tukar kation (KTK); kejenuhan basa (KB); P2O5; K2O dan kandungan C organik tanah. KEADAAN UMUM LOKASI Letak dan Luas Areal hutan pendidikan Fakultas Kehutanan Unlam Mandiangin, Kalimantan Selatan secara geografis terletak antara 1140 47’ 39’’ sampai 1150 0’ 0’’ BT dan antara 030 23’ 27’’ sampai 030 34’ 18’’ LS, meliputi vegetasi hutan gunung Waringin dan vegetasi hutan gunung Batu Besar. Hutan pendidikan Fakultas Kehutanan Unlam Mandangin telah dikukuhkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Kalimantan Selatan Nomor 03/PHT/1980 tanggal 8 Januari 1980 dengan luas areal lebih kurang 1.000 hektar dan kemudian luasnya ditambah menjadi 2.005,875 hektar berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Nomor DA 114/PHT/1980 tanggal 31 Desember 1980. Topografi dan Tanah Keadaan topografi dibagian gunung Batu Besar pada umumnya sedang, berombak sampai bergelombang dan berbukit-bukit dengan ketinggian pada bagian puncak gunung lebih kurang 470 m dari permukaan laut. Berdasarkan peta tanah Propinsi Kalimantan Selatan yang berskala 1 : 500.000, jenis tanahnya Podsolik Merah Kuning, Laterik dan Latosol Merah Coklat. Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim dari Schmidt dan Ferguson, wilayah hutan Pendidikan Mandiangin termasuk type iklim B, dengan curah hujan rata-rata pertahun sekitar 2338,06 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 153 hari sampai 202 hari. Vegetasi Vegetasi hutan pendidikan Mandiangin tersebar pada bagian gunung besar dan gunung Waringin yang mengandung beberapa jenis pohon yang cukup komersil, seperti Alaban (Vitex quinata), Bati-bati gunung (Adina minutiflora Vahl), Pelawan (Tristania abevota). Selain itu terdapat pula tumbuhan bawah, seperti liana dan epipit, angrek dan jenisjenis tanaman obat-obatan seperti Pasak bumi. Keadaan sekarang tanah kosong dan padang alang-alang terdapat cukup luas serta lahan yang dikuasi masyarakat ditanami karet dan padi. Keadaan Masyarakat Hutan pendidikan Mandiangin merupakan kawasan hutan sekunder yang banyak memberikan manfaat pada kehidupan social ekonomi masyarakat yang ada disekitarnya. Sebagai kawasan yang berfungsi ganda sebagai sarana pendidikan dan penelitian juga sebagai tempat rekreasi, baik secara langsung maupun tidak langsung akan memberikan dampak positif disamping timbulnya juga berbagai dampak negative, seperti penyerobotan hutan dan alih fungsi lahan sebagian hutan pendidikan menjadi lahan pertanian ladang dan perkebunan karet. METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada hutan sekunder di hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Unlam Mandiangin, Kalimantan Selatan. Waktu penelitian selama 2 (dua) bulan. Alat dan Obyek Peneltian Alat yang diperlukan antara lain adalah kompas; GPS; cangkul; parang; kantong plastik; meteran; dan alat tulis menulis. Sedangkan obyek penelitian, yakni tanah dibawah tegakan hutan sekunder. Metode Penelitian 1. Pengumpulan data Untuk mendapatkan data keadaan tingkat kesuburan tanahnya dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. Penentuan titik pengambilan sampel tanah dilakukan dengan cara purposive sampling sebanyak 5 titik pengamatan. b. Pada setiap titik pengamatan diambil sampel tanahnya pada lapisan olah pada kedalaman antara 0 – 20 cm. Sampel tanah tersebut diambil dengan cara komposit, yakni contoh tanah diambil dengan jarak masing-masing + 1 meter searah mata angin, kemudian dicampur serta diaduk secara merata (dikompositkan), kemudian diambil sebanyak kurang lebih 1 kg untuk dianalisis di Laboratorium. c. Sebanyak 5 sampel tanah yang telah diambil disetiap titik pengamatan, kemudian dinalisis di laboratorium. Parameter yang diamati adalah P2O5; K2O; C organik; kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB). 2. Analisis Data Data hasil analisis laboratorium, selanjutnya akan dibandingkan dengan kriteria penilaian status kesuburan tanah menurut Lembaga Pusat Penelitian Tanah (LPPT) Bogor, seperti pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Kunci untuk perkiraan status kesuburan tanah Sifat-sifat Kimia Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah KTK (me/100gr) > 25 17 - 25 5 - 16 <5 KB (%) > 50 35 - 50 < 35 - P2O5(mg/100gr) > 40 20 - 40 < 20 - K2O(mg/100 gr) > 40 20 - 40 < 20 - C organik (%) >3 2-3 >3 - HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Dari hasil analisis laboratorium diperoleh data seperti ditampilkan pada Tabel 2 di bawah ini. Kemudian untuk mengetahui status kesuburan tanahnya akan dibandingkan dengan kriteria yang dikemukakan oleh Lembaga Pusat Peneltian Tanah (LPPT) Bogor. Tabel 2. Status kesuburan tanah pada hutan sekunder di Hutan Pendidikan Fakultas Kehutanan Mandiangin Lokasi Pengamatan 1 KTK (me/100gr) 19,78 (S) 2 KB (%) P2O5* (mg/100gr) K2O (mg/100gr) C (%) 4,82 (R) 1,4 (R) 0,02 (R) 0,54 (R) Status Kesubur an Rendah 22,93 (S) 47,64 (S) 1,4 (R) 0,02 (R) 0,32 (R) Rendah 3 18,79 (S) 3,38 (R) 1,4 (R) 0,01 (R) 0,45 (R) Rendah 4 23,73 (S) 2,26 (R) 1,4 (R) 0,01 (R) 0,33 (R) Rendah 5 19,70 (S) 65,38 (T) 1,4 (R) 0,02 (R) 0,47 (R) Rendah Keterangan : R = Rendah S = Sedang T = Tinggi * = data sekunder (Rifani, 2005) Berdasarkan table di atas dapat diketahui bahwa kesuburan tanah dibawah tegakan hutan sekunder, hutan pendidikan Fakultas Kehutanan Unlam dari lima titik pengamatan seluruhnya menunjukkan berstatus tingkat kesuburan rendah. Pembahasan Dari hasil penelitian ini menyatakan status kesuburan tanah pada hutan pendidikan Mandiangin umumnya masih rendah. Hal ini menurut pengamatan penulis disebabkan pada kawasan hutan pendidikan ini telah mengalami banyak gangguan dan pengrusakan baik oleh faktor alam ataupun karena ulah manusia, sehingga terjadi pemiskinan terhadap tanah dibawah tegakan hutan pendidikan. Setiap musim kemarau selalu terjadi kebakaran yang menyebabkan hilangnya unsur hara dari ekosistem hutan dan pada waktu musim penghujan sisa-sisa kebakaran berupa abu juga akan hilang bersama aliran permukaan dimana unsur hara ikut terangkut bersama proses erosi yang terjadi. Selain dari pada itu di dalam kawasan hutan pendidikan ini telah terjadi penyerobotan areal hutan oleh masyarakat sekitar, tegakan hutannya ditebangi yang menyebabkan hilangnya unsur hara dari ekosisitem hutan. Kemudian lahan hutan dikonversi menjadi lahan pertanian (berladang), ini juga salah satu yang menyebabkan kehilangan unsur hara yang terangkut keluar dari ekosistem hutan pada waktu pemanenan hasil pertanian tersebut. Upaya untuk meningkatkan dan menjaga kesuburan tanahnya perlu sekali dilakukan, maka tindakan konservasi tanah sangat penting dilakukan, mengingat kondisi topografinya yang curam dengan curah hujan dan intensitas hujan yang tinggi, sangat rentan terjadinya erosi. Teknik konservasi tanah dapat dilakukan secara biologi yakni dengan menanam tanaman berkayu pada bagian atas atau dengan sistem agroforestri dan tanaman berkayu lainnya yang bernilai ekonomis tinggi pada bagian bawah yang berbatasan dengan lahan masyarakat yang berfungsi sebagai penahan (bunfer) dari gangguan terhadap hutan pendidikan. Pada daerah-daerah yang mempunyai kelerengan agak curam dan ektrem sebaiknya dibuatkan sengkedan atau bangunan teras sebagai penahan lajunya erosi. Mengingat dari hasil analisis unsur hara, terutama unsur hara makro menunjukkan konsentrasi yang rendah, hal ini bisa menimbulkan persoalan dalam kegiatan penanaman (reboisasi) yang akan dilaksanakan. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan pemupukan terhadap setiap anakan yang ditanam. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Tingkat kesuburan tanah pada hutan sekunder di dalam kawasan hutan pendidikan Fakultas Kehutanan Unlam Mandiangin tergolong rendah. 2. Kegiatan konservasi tanah atau dengan reboisasi perlu segera dilakukan, untuk meningkatkan dan menjaga kesuburan tanah, baik dengan cara biologi / vegetatif atau dengan teknik sipil pada lahan-lahan yang memiliki topografi yang curam dan berbukit. DAFTAR PUSTAKA Anna et al, 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Bagian Timur. Ujung Pandang. Buckman,H.O dan Brady,N.C, 1982. Ilmu Tanah (Terjemahan). Penerbit Bharata Karya Aksara. Jakarta. Center for Soil Research (CSR) / Food and Agricultural Organization (FAO) Staff, 1983. Reconnaissance Land Resources, CSR FAO Staff. Bogor. Hakim, et al, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Jakarta. Hardjowigeno, S, 1995. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Bogor. Rifani, M. 2005. Analisis Kandungan Unsur Hara Makro (NPK) dan Ph Tanah Pada Penutupan Vegetasi Yang Berbeda Di Kawasan Hutan Mandiangin kabupaten Banjar. Skripsi Mahasiswa (S1) Fakultas Kehutanan Unlam Banjarbaru. Tidak dipublikasikan. Soepraptohardjo, M et al, 1985. Survai kapabilitas Tanah. Pusat Penelitian Tanah. Bogor. Yamani, A. 2010. Kajian Tingkat Kesuburan Tanah Pada Hutan Lindung Gunung Sebatung Di Kabupaten Kotabaru Kalimantan Selatan. Jurnal Hutan Tropis. Diterbitkan oleh Fakultas Kehutanan Unlam, Banjarbaru.