Teknik Arsitektur Mawar Potong Teknik arsitektur tanaman mawar potong bermanfaat agar bentuk dan ukuran bunga lebih baik. Teknik arsitektur tanaman mawar potong yang umum dikenal adalah arsitektur tradisional, hard pinching (Belanda), soft pinching (Belanda), dan gaya Jepang. Teknik yang biasa digunakan ialah soft pinching, karena tunas utama akan tumbuh lurus ke atas dan menjadi tunas produktif. Arsitektur gaya Jepang menghasilkan tangkai dan kuntum bunga yang besar. B unga mawar (Rosa hybrida L.) merupakan salah satu bunga potong yang paling disukai konsumen di Indonesia. Ditinjau dari manfaatnya, dikenal mawar bunga potong, mawar tabur, mawar pot, dan mawar untuk bahan kosmetik. Mawar potong umumnya dibudidayakan pada dataran tinggi (1.100 m dpl) agar tumbuh optimal. Mawar memerlukan suhu udara yang sejuk dan tanah yang gembur dengan pH (keasaman) tanah 5,57,2. Tanaman juga membutuhkan pupuk organik dan NPK takaran tinggi, serta pupuk nitrogen 45 kg N/ha setiap 2 minggu dan pupuk P 325 kg TSP/ha/tahun. Mawar hibrida yang ditanam di rumah kaca yang diberi 206 ppm K menghasilkan jumlah dan mutu bunga yang baik. Selain N, P, dan K, tanaman mawar memerlukan unsur hara lain yang ketersediaannya rendah. Pada budi daya mawar potong, arsitektur tanaman berperan penting agar jumlah bunga banyak dan bermutu tinggi. Ada empat teknik arsitektur tanaman mawar, yaitu tradisional (Indonesia), hard pinching (Belanda), soft pinching (Belanda), dan gaya Jepang. Pada pembentukan arsitektur mawar secara tradisional, tunas awal yang tumbuh dibiarkan berbunga. Setelah bunga dipanen akan tumbuh tunas yang menghasilkan bunga. Bunga dipanen dengan cara memotong tangkainya sepanjang 40-60 cm. Sisa tangkai dipotong agar tanaman tidak tumbuh tinggi. Pada arsitektur soft pinching Belanda, tunas yang tumbuh paling awal dari entres dipotong dengan gunting setek sebelum berbunga, dengan meninggalkan empat buku/ ruas dari pangkal tunas sehingga panjangnya tinggal 10 cm. Tunas baru yang tumbuh lalu dirundukkan (bending). Dari tunas yang dirundukkan akan tumbuh tunas utama (bottom break) lurus ke atas dan menghasilkan bunga. Bunga yang siap panen dipotong dengan panjang tangkai sesuai permintaan pasar (50-70 cm). Titik pemotongan dua ruas di atas pangkal tunas. Teknik arsitektur hard pinching sama seperti soft pinching. Hanya perundukan tunas dilakukan saat bunga telah mekar, dan tangkai bunga/batang telah berkayu. Pada gaya Jepang, benih yang ditanam, setelah beberapa hari Tanaman mawar potong dengan teknik arsitektur Jepang. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 31, No. 6 2009 akan tumbuh tunas baru sebagai tunas utama. Setelah 5-6 minggu akan muncul bakal kuntum bunga. Kuntum ini harus segera dibuang atau dilakukan pinching lalu batangnya dirundukkan dengan hati-hati agar tunas tidak patah atau mengelupas. Agar tunas yang dirundukkan tidak kembali tegak, tunas dilengkungkan kemudian dijepit dengan kawat yang direntangkan di atas tanah. Seluruh tunas utama dan tunas yang tidak produktif dirundukkan. Setelah batang dirundukkan dan tunas/ cabang dipangkas, akan tumbuh tunas utama lurus ke atas. Tunas utama akan menghasilkan bunga yang bermutu baik karena batangnya kokoh dan besar. Teknik arsitektur gaya Jepang banyak digunakan karena menghasilkan bunga yang lebih besar dibandingkan teknik arsitektur tradisional. Mawar varietas Pertiwi dengan arsitektur soft pinching memiliki tangkai bunga dan diameter bunga yang lebih tinggi dengan pemberian pupuk cair. Pada tanaman dengan arsitektur tradisional dan soft pinching Belanda, pemberian pupuk cair taraf rendah menghasilkan kuntum bunga lebih tinggi (Rahayu Tejasarwana). Informasi lebih lanjut hubungi: Balai Penelitian Tanaman Hias Jalan Raya Ciherang Kotak Pos 8 SDL Segunung, Pacet, Cianjur 43252 Telepon : (0263) 512607 516684 Faksimile : (0263) 512607 E-mail: [email protected] Tanaman mawar potong dengan teknik soft pinching (kiri) dan hard pinching Belanda (kanan). 19