Bab 5 Ringkasan 5.1 Ringkasan Isi Skripsi Mengenai Penyebab Tindakan Bunuh Diri yang Dilakukan Yoshimura Yuri dalam Drama Tsubasa no Oreta Tenshi Tachi Bab pertama, yaitu pendahuluan, berisi latar belakang penulisan skripsi yang mencakup alasan pemilihan tema dan pemilihan korpus data. Adapun alasan yang melatarbelakangi penulis memilih tema dan korpus data dalam skripsi ini. Penulis ingin mengetahui lebih dalam mengenai fenomena bunuh diri yang terjadi di masyarakat Jepang modern ini. Bunuh diri menjadi salah satu fenomena di Jepang karena angka bunuh diri yang kian meningkat tiap tahunnya. Bunuh diri adalah tindakan menghabisi nyawa diri sendiri. Selain itu, ada bermacam-macam alasan untuk melakukan bunuh diri, seperti; untuk menghapus rasa bersalah, rasa malu, dan tingkah laku lainnya yang dianggap menyimpang atau buruk, untuk mempertanggungjawabkan dan meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat, karena masalah ekonomi, politik, kesehatan, keluarga, depresi dan karena di-ijime. Bunuh diri kebanyakan dilakukan dengan menabrakkan diri pada kereta api, menggantung diri, melompat dari gedung tinggi, mengiris pergelangan tangan dan lain sebagainya. Dalam menganalisis permasalahan ini, penulis memilih drama Tsubasa no Oreta Tenshi Tachi sebagai korpus data dan menganalisis penyebab tindakan bunuh diri yang dilakukan Yoshimura Yuri. Bab kedua, yaitu landasan teori, berisi teori sosial psikoanalitik Horney (Horn-eye) yang dibangun atas asumsi bahwa kondisi-kondisi sosial dan budaya, khususnya pengalaman masa kanak-kanak, sebagian besar bertanggung jawab bagi pembentukan kepribadian. Manusia yang tidak terpuaskan kebutuhannya atas cinta dan 55 kasih sayang selama masa kanak-kanak akan mengembangkan permusuhan dasar (basic hostility) terhadap orang tua mereka dan mereka akan menderita kecemasan dasar (basic anxiety). Horney (Feist, 2008:146) mengemukakan bahwa manusia memerangi kecemasan dasar dengan mengadopsi satu dari tiga jenis relasi fundamental dengan orang lain: (1) bergerak maju menuju orang lain, (2) bergerak menentang orang lain, atau (3) bergerak menjauh dari orang lain. Dan perilaku kompulsif mereka mengambil gambaran yang diidealkan atau kebencian pada diri sendiri yang diekspresikan dengan perusakan dan penghancuran diri sendiri. Selain teori di atas, juga terdapat konsep bunuh diri. Pengertian bunuh diri menurut Runeson, et al (2008:38), bunuh diri adalah dilakukan dengan sadar, disengaja, karena dalam keadaan yang mengancam nyawa sehingga mati. Kebanyakan bunuh diri terjadi dalam keadaan kalut dalam situasi yang kacau, salah satu dari munculnya reaksi terkejut, cenderung untuk mengambil tindakan tanpa mempertimbangkan kata 「membunuh orang」. Bunuh diri juga diungkapkan oleh Durkheim dalam Morrison (2006:200-201), menurutnya bunuh diri bukan hanya disebabkan oleh faktor individual saja, baginya faktor sosial dalam kehidupan juga menyebabkan seseorang membunuh dirinya sendiri. Durkheim (Morrison, 2006:200-201) melalui penelitiannya, meneliti bahwa adanya faktor sosial seperti keluarga, religi dan nasionalitas yang menyebabkan seseorang menjadi depresi. Ia membagi bunuh diri menjadi empat tipe; bunuh diri egoistis merupakan hasil dari integrasi sosial yang terlalu sedikit, bunuh diri alturistis merupakan hasil dari integrasi sosial yang terlalu besar, bunuh diri anomis diliputi ketidakseimbangan antara kemampuan dan kebutuhan, dimana kemampuan tidak cukup memenuhi kebutuhan, dan bunuh diri fatalistis. 56 Adapun penyebab bunuh diri yang diungkapkan Shimoyama (2001:66); Berikutnya bila melihat bunuh diri secara umum, penyebab bunuh diri disebabkan oleh faktor eksternal sosial. Seperti ditinggal mati oleh orang yang dikasihi, krisis ekonomi, revolusi, perubahan mendadak kedudukan dalam masyarakat, pukulan nasib yang sejenis, memiliki hubungan yang menegangkan di tempat kerja dan rumah tangga, memiliki kehidupan yang sulit karena faktor ekonomi, yang menyebabkan frustasi berkelanjutan dan membentuk kecenderungan untuk melakukan bunuh diri, selain itu menjadi pasif dan pesimis tentang kehidupan yang ditandai dengan rendah diri dan struktur ego yang tidak stabil, dan regresi dari kepribadian yang kuat, mencapai penurunan biotonus, berdasarkan motivasi yang kecil pun dapat berpindah menjadi keinginan bunuh diri. Bab ketiga, adalah analisis data, pembahasan bab ini berisi tentang analisis kerenggangan hubungan Yoshimura Yuri dengan ibunya dan sikap anti-sosialnya yang menjadi penyebab ia melakukan tindakan bunuh diri secara verbal dan nonverbal. Karena sejak kecil ia selalu mengalami penolakan dan pengabaian dari ibunya sehingga kebutuhan akan cinta, kasih sayang dan rasa aman tidak terpenuhi dan menyebabkannya bunuh diri yang disebut dengan tipe bunuh diri ketiga, bunuh diri anomis. Lalu, karena sikapnya yang anti-sosial membuat integritas sosialnya lemah juga menjadi penyebab lainnya ia melakukan bunuh diri yang disebut dengan tipe bunuh diri pertama, bunuh diri egoistis. Pada setiap akhir analisis, diakhiri dengan tabel kesimpulan analisis kerenggangan hubungan Yoshimura Yuri dengan ibunya dan sikap anti-sosialnya yang menjadi penyebab ia melakukan tindakan bunuh diri secara verbal dan nonverbal. Bab keempat, yaitu simpulan dan saran, berisi kesimpulan dari analisis yang dilakukan dan saran bagi yang ingin meneliti tentang topik yang sama. Berdasarkan analisis data yang penulis lakukan pada bab ketiga, dapat disimpulkan bahwa tindakan 57 bunuh diri Yoshimura Yuri termasuk dalam tipe bunuh diri pertama (bunuh diri egoistis) dan tipe bunuh diri ketiga (bunuh diri anomis). Disebut tipe bunuh diri pertama (bunuh diri egoistis) karena sikapnya yang anti-sosial yang membuat integritas sosial menjadi lemah sehingga sedikit norma-norma, nilai-nilai dan tujuan sosial yang dapat dijadikan panduan hidup dan akhirnya melakukan bunuh diri. Kemudian, disebut tipe bunuh diri ketiga (bunuh diri anomis) disebabkan kebutuhan psikologis akan cinta, kasih sayang dan rasa aman yang tidak diperolehnya sehingga tidak dapat mencapai kebahagiaan dan memilih bunuh diri untuk mengakhiri penderitaannya. 58