BAB IV ANALISIS HUKUM TENTANG PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK ATAS PERJANJIAN BAKU DALAM ECOMMERCE BERDASARKAN BUKU III BW DAN UNDANGUNDANG NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Penerapan Asas Kebebasan berkontrak Atas Perjanjian Baku Dalam E-Commerce Berdasarkan Buku II BW Perjanjian dalam transaksi E-commerce berbentuk perjanjian baku/ standard contract dengan dilandasi adanya konsep hukum sistem terbuka yang diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) Burgerlijk Wetboek yang menyatakan bahwa semua perjanjian mengikat sebagai undangundang bagi mereka yang membuatnya, selanjutnya dikenal dengan asas kebebasan berkontrak, asas ini telah memberikan kedudukan kedua belah pihak pada posisi yang sama kuatnya dalam melakukan kegiatan suatu perjanjian. Pasal 1338 ayat (1) Burgerlijk Wetboek telah menjadi tiangnya pengembangan hukum perjanjian, dengan memberikan kebebasan kepada para pihak untuk : 1. Bebas membuat atau tidak membuat perjanjian; 96 97 2. Bebas mengadakan perjanjian dengan siapapun; 3. Bebas membuat jenis perjanjian apapun; 4. Bebas menentukan isinya; 5. Bebas mengatur bentu perjanjiannya. Dengan demikian, Pasal 1338 Burgerlijk Wetboek merupakan dasar hukum yang kuat atas perjanjian baku yang dilakukan dalam transaksi elektronik. Pada Pasal 1338 Burgerlijk Wetboek ini juga perlu adanya pembatasan-pembatasan untuk menghindari terjadinya tindakan sewenang-wenang antara para pihak, yaitu dengan mencantumkan halhal yang tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Setiap perjanjian harus dilaksanakan dengan asas itikad baik yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) Burgerlijk Wetboek. Hal ini juga berlaku terhadap perjanjian baku dalam transaksi elektronik, tidak membedakan media yang digunakan dalam melakukan perjanjian, baik secara konvensional maupun melalui media internet. Asas kebebasan berkontrak berkaitan erat dengan asas konsensualisme dan asas kekuatan mengikat yang terdapat dalam Pasal 1338 ayat (1) Burgerlijk Wetboek jo Pasal 1320 Burgerlijk Wetboek. Pasal 1320 Burgerlijk Wetboek dianggap penting karena dalam pasal tersebut diatur mengenai syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu : 98 1. Adanya kata sepakat; 2. Adanya kecakapan para pihak; 3. Terdapat objek tertentu; 4. Terdapat sebab yang halal. Berdasarkan Pasal di atas tidak disebutkan media yang digunakan untuk menuangkan isi perjanjian, maka pasal ini dianggap masih relevan dan dapat diterapkan untuk menentukan suatu perjanjian melalui elektronik. Mengenai subyek perjanjian dalam hal ini orang yang membuat perjanjian harus cakap atau mampu melakukan perbuatan hukum ada dan sepakat yang menjadi dasar perjanjian, yang harus dicapai atas dasar kebebasan menentukan kehendaknya dengan kata lain tidak adanya paksaan ataupun penipuan, sedangkan mengenai obyek perjanjian yang telah dijanjikan oleh masing-masing, merupakan isi dari perjanjian atau tujuan yang dituju oleh para pihak atas dibuatnya perjanjian tersebut. Tidak terpenuhinya syarat subyektif yaitu adanya kata sepakat dan kecakapan para pihak dalam perjanjian secara elektronik maka suatu perjanjian baku secara on line tersebut tidak dapat dinyatakan batal demi hukum, akan tetapi perjanjian tersebut dapat dibatalkan oleh salah satu pihak bilamana telah merasa dirugikan, sedangkan dengan tidak terpenuhinya syarat obyektif yaitu terdapatnya objek tertentu dan 99 terdapat suatu sebab yang halal dalam suatu perjanjian secara elektronik maka perjanjian tersebut adalah batal demi hukum. Dengan kata lain, tidak dipenuhinya syarat subyektif hanya berakibat perjanjian dapat dimintakan pembatalannya kepada hakim, tetapi dalam hal tidak dipenuhinya syarat obyektif diancam dengan pembatalan perjanjiannya demi hukum tanpa diajukan atau diminta kepada hakim. Hal tersebut adalah logis karena tidak dipenuhinya syarat subyektif tidak akan mungkin dapat terlihat oleh hakim dan oleh karena itu harus diajukan kepada hakim oleh pihak yang berkepentingan, sedangkan bila tidak terpenuhinya syarat obyektif maka seketika dapat dilihat oleh hakim. Semua transaksi e-commerce dapat diakui sebagai perjanjian bila mana dapat memenuhi syarat sahnya perjanjian yang tertuang dalam Pasal 1320 Burgerlijk Wetboek, transaksi e-commerce juga mengikat bagi para pihaknya seperti yang tertuang dalam Pasal 1337 Burgerlijk Wetboek yang menyangkut kausa yang dilarang yaitu bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum, serta pula tidak boleh bertentangan dengan undang-undang. Kontrak yang terjadi dalam e-commerce merupakan suatu bentuk hasil dari kesepakatan yang terjadi anatra kedua belah pihak atas suatu perjanjian yang telah ada, dimana kesepakatan dari kontrak tersebut mengikat para pihak yang dalam hal ini yaitu antara merchant dan 100 customer, dalam hal ini adanya asas kebebasan berkontrak sangat tampak dalam transakasi e-commerce. Perjanjian yang dilakukan secara elektronik dalam prakteknya menggunakan perjanjian baku karena dalam melakukan perjanjiannya para pihak tidak saling bertatap muka, sehingga dalam perjanjian baku secara elektronik tersebut tidak ada tawar menawar yang nyata dari para pihak, dan suatu perjanjian baku lahir karena adaya asas kebebasan berkontrak. Dalam hal ini, Penulis melakukan analisis yang terjadi dalam Amazon.com, yang merupakan salah satu perusahaan yang menjual buku-buku, perlengkapan kantor, dan lain-lain (virtual shop). Amazon menyediakan sebuah sistem perdagangan secara on line selama 24 jam, 7 hari seminggu. Dalam situsnya, menampilkan produk barang yang Amazon tidak hanya dijualnya melainkan juga menampilkan harga dari produk tersebut. Proses transaksi dalam jual beli secara elektronik dimulai dengan adanya penawaran, yang dilakukan oleh merchant kepada customer dengan menyedikan strorefront yang berisi katalog dari produk dan pelayanan yang akan diberikan. Dalam proses penawaran ini dibuat dalam bentuk perjanjian baku dengan kata lain pihak customer tidak bisa melakukan negosiasi atas barang yang ditawarkan maupun harganya, perjanjian baku 101 tersebut ditentukan bentuk maupun isinya oleh pelaku usaha atau merchant atas dasar asas kebebasan berkontrak yang tercantum dalam Pasal 1338 Burgerlijk Wetboek. Penawaran yang dilakukan oleh merchant dalam website biasanya menampilkan barang-barang yang ditawarkan, harga, nilai retting atau pool. Selanjutnya pada tahap penerimaan, dapat dilakukan tergantung penawaran yang terjadi. Bila penawaran dilakukan melalui e-mail address, maka penerimaan dilakukan melalui e-mail juga. Setiap calon customer berminat untuk membeli barang yang ditawarkan itu dapat membuat kesepakatan dengan merchant yang menawarkan barang tersebut. Pada transaksi jual beli secara elektronik, khususnya melalui website, biasanya calon costumer akan memilih barang tertentu yang ditawarkan oleh merchant, dan jika calon customer itu tertarik untuk membeli salah satu barang yang ditawarkan, maka barang itu akan disimpan terlebih dahulu sampai calon customer merasa yakin akan pilihannya, selanjutnya customer akan memasuki tahap pembayaran. Pada tahap pembayaran, dimana pembayaran dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya pembayaran dengan perantara pihak ketiga, umumnya merupakan proses pembayaran menyangkut debet, kredit ataupun cek masuk. Metode pembayaran yang dapat digunakan antara lain sistem pembayaran melalui kartu kredit online serta sistem pembayaran check in line. Setelah tahap pembayaran telah dilakukan maka masuk pada tahap terakhir dimana merupakan suatu proses 102 untuk mengirimkan barang yang telah dipesan dari merchant yang merupakan hak customer untuk mendapatkan penerimaan barang. Apabila semua proses telah terlewati, maka perjanjian tersebut dinyatakan selesai seluruhnya atau perjanjian tersebut telah berakhir. Uraian di atas sangat jelas, bahwa seorang customer dalam suatu perjanjian baku pada e-commerce hanya dapat menyetujui atau tidak menyetujui yang ditawarkan oleh merchant, customer tidak dapat melakukan penawaran dan menentukan isi kontrak tersebut, customer hanya dapat menerima apapun yang telah disodorkan oleh merchant. Pada suatu perdagangan e-commerce bila seorang customer salah dalam menyepakati kontrak baku yang diberikan oleh merchant akan mengakibatkan kerugian pada pihak customer, sebab apabila seorang customer telah menyepakati kontrak baku tersebut secara langsung akan terikat dengan kata lain customer harus melakukan semua yang tertuang dalam kontrak tersebut. hal ini sangat merugikan pihak customer atas klausula-klausula yang terdapat dalam kontrak apabila customer tidak atau salah dalam menyepakitinya. Untuk menghindarkan dari kerugian tersebut, pihak customer harus benarbenar memahami isi dari kontrak tersebut. apabila terlihat lebih merugikan pihak customer maka lebih baik perjanjian tersebut tidak usah dilaksanakan. 103 Transaksi dalam elektronik atau e-commerce terdapat empat pihak yang terkait yang meliputi, penjual (merchant), pembeli (customer), penyedia jasa pembayaran (bank), dan penyedia jasa layanan akses internet (provider). Berdasarkan Pasal 1338 ayat (1) Burgerlijk Wetboek, semua orang diberikan kebebasan untuk melakukan suatu perjanjian asalkan memenuhi empat pihak yang terikait, yaitu adanya penjual, pembeli, penyedia jasa pembayaran, penyedia jasa pengiriman. Berdasarkan keempat pihak tersebut, undang-undang telah memberikan kebebasan dalam melakukan berbagai macam transaksi termasuk transaksi yang dilakukan melalui elektronik. Pada ketentuan tersebut para pihak dalam suatu perjanjian bebas menentukan aturan main yang akan dipakai dalam perjanjian tersebut, dan untuk melaksanakannya harus sesuai dengan kesepakatan yang telah tercapai antara mereka, dengan tetap didasarkan pada ketentuan selama dan sepanjang para pihak tidak melanggar ketentuan tentang klausula halal. Dengan kata lain perjanjian tersebut dapat dilakukan asalkan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesopanan, kesusilaan dan ketertiban umum. Pada uraian di atas, dapat dikatakan bahwa perjanjian baku dalam ecommerce diperbolehkan asal dalam perjanjian tersebut tidak klausula-klausula yang terdapat di bertentangan dengan ketentuan- ketentuan undang-undang, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1320 104 Burgerlijke Wetboek, sebab pasal ini merupakan syarat sahnya suatu perjanjian yang harus dipenuhi oleh para pihak dalam melakukan suatu perjanjian. Dengan demikian para pihak dalam e-commerce harus benar-benar mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam Burgerlijk Wetboek terutama pada Pasal 1320 Burgerlijk Wetboek dan juga Pasal 1338 ayat (1) Burgerlijk Wetboek sebagai penjabaran dari asas kebebasan berkontrak yang menyebutkan bahwa semua orang dapat membuat perjanjian apa saja, dengan menentukan isi perjanjian tersebut, dan mengadakan perjanjiannya dengan siapapun asal tidak bertentangan dengan undang-undang, kesopanan, kesusilaan dan ketertiban umum. Selain itu, dalam membuat perjanjian baku pada e-commerce, seorang merchant harus tunduk dan menerapkan ketentuan Pasal 1 angka 10 jo. Pasal 18 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur mengenai perjanjian baku. Customer harus benar-benar teliti dalam melakukan transaksi e-commerce, customer harus memperhatikan setiap klausula-klausula yang diberikan oleh merchant terutama harus menghindari klausula eksonerasi, yang digunakan merchant dengan tujuan untuk membebaskan atau mengalihkan tanggung jawab kepada pihak penutup kontrak atau penerima tawaran yang dalam hal ini adalah seorang customer. 105 Pada transaksi elektronik kata sepakat yang diperlukan untuk melahirkan suatu perjanjian sebagaimana telah diamanatkan dala Pasal 1320 Burgerlijk Wetboek dianggap telah tercapai apabila pernyataan dari merchant telah diterima oleh customer, untuk menentukan bagaimana cara yang dapat dilakukan customer untuk menyatakan kehendaknya atau menyetujui pernyataan dari merchant dapat menggunakan metode atau pola yang terdiri dari tiga pola diantaranya adalah single cilck, double click, dan three click yang masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Single click atau klik pertama adalah setelah calon customer melihat ke layar monitor komputernya ada penawaran dari calon merchant. Double click dilakukan pada saat calon customer memberikan penerimaan terhadap penawaran tersebut, sedangkan three click digunakan sebagai peneguhan dan persetujuan dari calon merchant kepada calon customer prihal diterimanya peneriamaan dari calon pembeli. Pada prinsipnya pernyataan sepakat dari salah satu pihak atas pernyataan dari pihak lainnya telah terwakili melalui tiga pola tersebut. Penerapan asas kebebasan berkontrak atas perjanjian baku dalam ecommerce di atas menganggap bahwa perjanjian baku memang dianggap telah membatasi Pasal 1338 ayat (1) Burgerlijk Wetboek yang merupakan asas kebebasan berkontrak, yang memebebaskan semua orang untuk melakukan perjanjian apapun, dengan menentukan isi dari 106 perjanjian tersebut juga bebas menentukan dengan siapa akan melakukan perjanjiannya selama tidak bertentangan dengan undangundang, kesusilaan, kesopanan dan ketertiban umum. Seorang merchant dapat membuat suatu perjanjian menggunakan e-commerce meskipun mencantumkan klausula baku dalam perjanjian tersebut yang berarti bebas menentukan isinya asalkan tetap pada ketentuan yang tercantum dalam Burgerlijk Wetboek terutama Pasal 1320 adan 1338 ayat (1) Burgerlijk Wetboek dengan tidak melanggar undang-undang, kesusilaan, kesopanan dan ketretiban umum. Selain itu juga mengacu pada Pasal 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, yang mengatur mengenai mencantuman klausula baku agar customer terlindungi dari berbagai kalusula- kalusula yang dapat merugikannya. Dengan kata lain, pembatasan atas asas kebebasan berkontrak tersebut terlihat dalam hal customer dibatasi untuk menentukan isi perjanjian e-commerce tersebut. Customer hanya menyetujui atau tidak menyetujui kontrak yang diberikan dari merchant. Merchant hanya menyampaikan kontrak dengan berbagai pilihan, customer hanya dapat memilih satu dari pilihan yang diberikan oleh merchant di dalam form. Perjanjian baku secara teoritis yuridis bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak dengan tidak terpenuhi seluruh ketentuan yang terdapat dalam undang-undang yang mengatur. Namun apabila dilihat 107 dari sisi lain, perkembangan dari suatu hukum perjanjian nasional yang terjadi pada saat ini, yang pada kenyataannya, kebutuhan masyarakat cenderung berjalan dalam arah yang berlawanan dengan keinginan hukum bahkan telah menjadi kebiasaan yang berlaku di lingkungan masyarakat dan lalu lintas perdagangan, dengan memperhatikan faktor efisiensi baik dari segi biaya, tenaga dan waktu. Oleh karena itu mengenai penggunaan perjanjian baku tersebut harus benar-benar sesuai dengan ketentuan hukum yang, benar-benar lebih memperhatikan mengenai perlindungan konsumennya. B. Tanggung Jawab Para Pihak Dalam E-Commerce Atas Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak Pada Perjanjian Baku Berdasarkan Buku III BW Dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Perkembangan sosial ekonomi telah menuntut dalam pelaksanaan di segala bidang termasuk dunia usaha untuk kecepatan secara efisien dan kepraktisannya, maka demi tuntutan tersebut itu diperlukan adanya internet dengan menggunakan kontrak baku on line. Tanpa mengabaikan kepastian hukum dengan menggunakan kontrak baku on line, dengan demikian para pihak tetap memiliki hak dan tanggung jawabnya masing-masing dalam melakukan setiap kegiatannya dengan menggunakan internet tersebut. 108 Pertanggungjawaban kontraktual dalam Burgerlijke Wetboek, terdapat dalam Pasal 1320 jo Pasal 1338 Burgerlijke Wetboek. Pada Pasal 1320 Burgerlijke Wetboek diatur mengenai keabsahan dari sebuah kontrak, dalam pasal tersebut tidak dijelaskan secara jelas selain kesepakatan yang telah dicapai itu, maka dapat disimpulkan bahwa dalam setiap perjanjian telah sah dengan arti mengikat bagi para pihaknya apabila telah tercapai kesepakatan mengenai isi maupun pokok-pokok dalam perjanjian tersebut, walaupun menyebutkan dan tidak membatasi media yang digunakan, maka meskipun dalam media yang digunakannya adalah internet maka persyaratan sahnya tetap tunduk pada pasal tersebut. Penulis melakukan analisis dalam situs Amazon.com, amazon.com ini merupakan situs yang melakukan penjualan buku secara online, merupakan situs pertama dan paling populer sehingga perjanjian baku yang dimilikinya paling sering digunakan atau dipraktekkan penggunaannya oleh konsumen ecommerce. Perjanjian baku dalam amazon.com yang berkaitan dengan choice of law dan choice of forum yang wajib ditaati oleh customer yang telah menyepakatinya, yaitu isinya menekankan kepada customer untuk sepakat apabila terjadi suatu perkara dalam transaksi e-commerce tersebut maka pilihan 109 hukumnya jatuh di negara bagian Washington dan pengadilan yang akan mengadili perkara tersebut adalah pengadilan Seattle. Melalui perjanjian yang dilakukan sepihak tersebut jelas secara otomatis customer harus tunduk pada hukum yang telah ditentukan merchant. Pada ketentuan tersebut diatur juga bahwa customer yang setuju akan isi perjanjian tersebut akan menjadi subjek atas segala macam peraturan yang mungkin timbul apabila mempergunakan jasa afiliasi lainnya tetapi yang masih termasuk dalam situs Amazon.com, dalam hal ini disinggung mengenai hak cipta dan pembatasan tanggung jawab yang jelas akan merugikan customer yang telah membeli produk dari Amazon.com. Pada kasus jual beli secara elektronik di atas para pihak yang terkait meliputi : 1. Merchant, atau penjual adalah pihak yang menawarkan produk melalui internet sebagai pelaku usaha. Merchant bertanggung jawab dalam menawarkan produknya secara benar dan jujur kepada pembeli atau customer terhadap kontrak baku yang dibuatnya. Di samping itu, penjual juga harus menawarkan produk yang diperkenankan oleh undang-undang, maksudnya barang yang ditawarkan tersebut bukanlah barang yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, tidak rusak atau mengandung 110 cacat tersembunyi, sehingga barang yang ditawarkan merupakan barang yang layak untuk diperjualbelikan. Selain itu juga merchant dalam menentukan kontrak baku dari perjanjian tersebut harus jelas dan dapat dimengerti oleh customer sehingga tidak merugikan atau memberatkan customer. Merchant juga bertanggung jawab atas produk dan jasa yang telah dibeli oleh seorang customer, sehingga transaksi tersebut tidak menimbulkan kerugian bagi siapapun yang membelinya. Di sisi lain, seorang merchant sebagai pelaku usaha memiliki hak untuk mendapatkan pembayaran dari customer atas harga barang yang dijualnya dan juga berhak untuk mendapatkan perlindungan atas tindakan customer yang beritikad tidak baik dalam melaksanakan transaksi jual beli elektronik ini. 2. Customer, atau pembeli adalah setiap orang yang tidak dilarang oleh undang-undang, yang merupakan penerima penawaran dari seorang merchant dan berkeinginan melakukan transaksi jual beli dari penjual. Seorang customer memiliki kewajiban untuk membayar harga barang yang telah dibelinya dari penjual sesuai janis barang dan harga yang telah disampaikan antara merchant dan customer, selain itu juga customer berkewajiban mengisi data identitas diri yang sebenar-benarnya dalam formulir penerimaan. Di sisi lain customer berhak mendapatkan informasi secara lengkap atas barang yang akan dibelinya itu. Customer juga berhak 111 mendapatkan perlindungan hukum atas perbuatan customer atau pelaku usaha yang beritikad tidak baik. 3. Bank, berperan sebagai pihak penyalur dana dari customer kepada merchant, sebab transaksi jual beli dalam e-commerce dilakukan secara elektronik yang mana para pihak di dalamnya yaitu customer sebagai pembeli dan merchant sebagai penjual tidak berhadapan secara langsung, karena mereka berada pada lokasi yang berbeda sehingga pembayaran dapat dilakukan melalui perantara yang dalam hal ini yaitu Bank. Bank sebagai perantara dalam transaksi jual beli secara elektronik, berkewajiban dan bertanggung jawab sebagai penyalur dana atas pembayaran suatu produk dari customer kepada merchant yang merupakan penjual produk itu karena mungkin saja customer yang berkeinginan membeli produk dari merchant melalui internet letaknya berada saling berjauhan sehingga pembeli tersebut harus menggunkan fasilitas Bank untuk melakukan pembayaran atas harga produk yang telah dibelinya dari penjual, salah satunya dengan proses pentransferan dari rekening pembeli kepada rekening penjual (acount to acount) 4. Provider, adalah penyedia jasa layanan akses internet. Provider merupakn pihak lain dalam transaksi jual beli secara elektronik dalam hal ini provider memiliki kewajiban atau tanggung jawab untuk menyediakan layanan akses 24 jam kepda calon pembeli/ 112 customer untuk dapat melakukan transaksi jual beli secara elektronik melalui media internet dengan penjualan yang menawarkan produk lewat internet tersebut, dalam hal ini terdapat kerja sama antara pejual/ merchant dengan provider dalam menjalankan usaha melalui internet ini. Transaksi jual beli secara elektronik merupakan hubungan hukum yang dilakukan dengan memadukan jaringan (network) dari sistem yang informasi berbasis komputer dengan sistem komunikasi yang berdasarkan jaringan dan jasa telekomunikasi. Adapun bentuk tanggung jawab yang dibebankan kepada Amazon.com dari kasus perjanjian baku yang berkaitan dengan choice of law dan choice of forum yang digunakan oleh amazon.com adalah tanggung jawab produk, tanggung jawab profesional, dan tanggung jawab kontraktual. Pada tanggung jawab produk ini berkaitan dengan tercantumnya ketentuan mengenai penyangkalan terhadap penjaminan dan pembatasan pertanggungjawaban terhadap barang yang telah dibeli dari situs Amazon.com. bila dikaitkan dengan teori hukum mengenai pertanggungjawaban produk sekalipun konsumen telah menyetujui isi perjanjian tersebut, Amazon.com tetap dapat dituntut ganti rugi oleh konsumen yang mempergunakan jasanya atas kerugian yang timbul dalam mempergunakan barang yang telah dibelinya yaitu buku. Sebab bentuk tanggung jawab ini adalah tanggung jawab perdata 113 secara langsung dari pelaku usaha. Dalam Pasal 9 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatakan bahwa Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui Sistem Elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan. Maka seorang merchant atau dalam hal ini adalah Amazon.com diperbolehkan mencantumkan pembatasan pertanggungjawaban terhadap barang yang telah dibeli asalkan harus sesuai dengan ketentuan di atas yang mengharuskan seorang merchant menyediakan informasi selengkap-lengkapnya secara benar mengenai produknya tersebut. Selain pasal tersebut diatas kita juga harus memperhatikan ketentuan mengenai penyelenggaraan Sistem Elektronik tersebut berdasarkan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang menyatakan bahwa Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya Sistem Elektronik sebagaimana mestinya dan bertanggung jawab terhadap Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya. Tanggung jawab produk ini dapat digunakan oleh customer untuk memperoleh ganti rugi secara langsung dari pelaku usaha, sekalipun customer tidak memiliki hubungan kontraktual dengan pelaku usaha/ 114 merchant tersebut atau dalam perjanjian yang telah disepakati tersebut telah dinyatakan mengenai penyangkalan penjaminan dan pembatasan tanggung jawab seperti yang tercantum dalam Amazon.com tersebut. Untuk tanggung jawab profesional yang dalam hal ini merupakan pertanggungjawaban yang dimiliki Amazon.com sebagai pemeberi jasa dapat dituntut berdasarkan hukum perjanjian dan berdasarkan Perbuatan Melawan Hukum (PMH). Selain itu tanggung jawab ini berkaitan dengan tanggung jawab terhadap pihak ketiga yang dapat dituntut berdasarkan Perbuatan Melawan Hukum. Perbuatan yang dilarang dalam melakukan transaksi elektronik diatur dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, kemudian dalam Pasal 36 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengatakan bahwa Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 sampai dengan Pasal 34 yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Pasal 16 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menjelaskan bahwa sepanjang tidak ditentukan lain oleh undang-undang tersendiri, setiap penyelenggaraan 115 sistem elektronik wajib mengoperasikan sistem elektronik secara minimum, yang harus dapat dilakukan oleh penyelenggara sistem elektronik adalah : 1. Dapat menampilkan kembali informasi elektronik yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem elektronik yang telah berlangsung. 2. Dapat melindungi otentifikasi, integritas, rahasia, ketersediaan, dan akses dari informasi elektronik dalam penyelenggaraan sistem elektronik tersebut. 3. Dapat beroperasi sesuai dengan prosedur atau petunjuk dalam penyelenggaraan sistem eletronik tersebut. 4. Dilengkapi dengan prosedur atau petunjuk dengan bahasa, informasi, atau simbol yang dapat dipahami oleh pihak yang bersangkutan dengan penyelenggaraan sistem elektronik tersebut. 5. Memiliki untuk menjaga kebaruan, kejelasan, dan pertanggungjawaban prosedur atau petunjuk tersebut secara berkelanjutan. Pada Pasal 9 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dijelaskan bahwa pelaku usaha yang menawarkan produk melalui sistem elektronik harus menyediakan informasi yang dilengkapi dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan, sedangkan untuk sertifikasi dapat dillihat dalam Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 116 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dijelaskan bahwa setiap pelaku usaha yang menyelenggarakan Transaksi Elektronik dapat disertifikasi oleh lembaga Sertifikasi keandalan. Selanjutnya dalam tanggung jawab kontraktual merupakan bentuk tanggung jawab dari Amazon.com pertanggungjawabannya perjanjian langsung Amazon.com. yang dapat dituntut oleh konsumen berdasarkan adanya antara konsumen e-commerce dengan Perjanjian tersebut terjadi pada saat terjadinya kesepakatan antara kedua belah pihak yaitu pada saat pihak Amazon.com dan konsumen mencapai kesepakatan tentang suatu hal yang diperjanjikan yang dalam hal ini adalah produk yang dijual kepada konsumen. Dalam hal ini sesuai dengan asas konsensualitas dalam hukum perjanjian, yang mengatakan bahwa pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya itu sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Dengan adanya perjanjian tersebut maka berlaku hukum perjanjian dalm transaksi e-commerce yang terjadi. Apabila terjadi sesuatu yang mengakibatkan timbulnya kerugian atas transkasi tersebut maka konsumen dapat menggugat bahwa Amazon.com telah melakukan wanprestasi (breach of contract). Apabila dipergunakan kaidah hukum perjanjian nasional sebagai dasar untuk menganalisa isi perjanjian Amazon.com tersebut, maka hal-hal 117 yang dianggap dapat merugikan konsumen secara hukum dapat diuraikan untuk yang pertama berdasarkan Pasal 18 ayat (1) huruf a dan b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen sebagai berikut bahwa Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan kalusula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila : 1. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; 2. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen; Dilihat dari pasal tersebut sangatlah jelas bahwa isi perjanjian baku yang dibuat oleh Amazon.com tersebut merugikan konsumen ecommerce berdasarkan Undang-undang Perlindungan Konsumen. Amazon.com dalam perjanjian baku tersebut jelas mengatakan tidak akan memberikan jaminan dan membatasi tanggungjawabnya atas pembelian barang yang dilakukan. Maka oleh karena itu apabila kasus ini digugat di depan pengadilan oleh konsumen akan menyebabkan hakim harus membuat putusan declaratoir bahwa perjanjian baku tersebut batal demi hukum berdasarkan void Pasal 18 ayat (3) UndangUndang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 118 Perjanjian baku yang diberikan oleh Amazon.com juga tidak sesuai dengan Pasal 1338 ayat (1) Burgerlijk Wetboek yang membicarakan mengenai asas kebebasan berkontrak, dalam hal ini dikarenakan konsumen e-commerce telah kehilangan beberapa kriteria kebebasan berkontrak sebagai berikut : 1. Kebebasan untuk menetapkan betuk perjanjian 2. Kebebasan untuk menetapkan isi perjanjian 3. Kebebasan untuk menetapkan cara membuat perjanjian. Dalam hal ini kehati-hatian pihak konsumen e-commerce harus benarbenar diperhatikan sebelum menyetujui isi dari perjanjian baku tersebut,oleh karena itu semua keputusan untuk menyetujui atau tidaknya suatu perjanjian tersebut berada di tangan konsumen . Sementara itu, kerugian konsumen e-commerce atas perjanjian baku melalui Amazon.com yang dapat dianalisa berdasarkan kaidah hukum Internasional adalah sebagai berikut : 1. Kelemahan konsumen dalam e-commerce berdasarkan prinsip penyalahgunaan keadaan (Undue Influence), unsur-unsurnya adalah : a. Syarat-syarat yang diperjanjikan tidak masuk akal,tidak patut,bertentangan dengan kemanusiaan (unfair contrack terms). b. Pihak debitur (konsumen)dalam keadaan tertekan. 119 c. Pihak debitur (konsumen) tidak memiliki pilihan lain kecuali menerima isi perjanjian baku walaupun dirasakan memberatkan dan d. Hak dan kewajiban kedua pihak sangat tidak seimbang. Dalam perjanjian baku melalui Amazon.com secara jelas terbaca bahwa konsumen e-commerce wajib tunduk kepada hukum dan pengadilan yang dipilih oleh Amazon.com, ada kemungkinan untuk mempergunakan haknya untuk bernegosiasi mengenai choice of law dan choice of forum. Hal ini sesuai dengan unsur dari indikasi adanya penyalahgunaan keadaan. Oleh karena itu diperlukan kehatihatian konsumen e-commerce dalam menyetujui isi perjanjian tersebut dan dirugikan dikemudian hari. 2. Default Jurisdiction dalam perjanjian-perjanjian bisnis, konsumen menunjukan ke arah pengadilan dari tempat dimana pihak konsumen berkediaman tetap (habitual residence). Berdasarkan prinsip umum ini maka perjanjian baku melalui Amazon.Com merugikan konsumen e-commerce dengan secara sepihak menetapkan pilihan hukum dan pengadilan yang akan mengadili perkara yang akan timbul didalam yurisdiksi pelaku usaha yang pengadilan tempat kediamannya sehari-hari, harus dipenuhi 2 (dua) syarat yaitu : 1. bahwa penutupan perjanjian harus dikaitkan dengan aktifitas bisnis yang diselenggarakan ditempat kediaman sehari-hari 120 konsumen, atau aktivitas bisnis yang ditujukan secara khusu pada tempat itu melalui penawaran/pengiklanan dengan kegiatan publikasi; 2. konsumen e-commerce telah melaksanakan segala langkah yang diperlukan untuk menutup parjanjian di tempat kediaman tetapnya itu. Apabila terjadi perselisihan mengenai pilihan hukum dan pilihan pengadilan yang berwenang mengadili dalam perjanjian tersebut telah disepakati oleh kedua belah pihak seperti yang terdapat dalam pasalpasal perjanjian Amazon. Com maka dapat dipergunakan berbagai pendekatan penentu (The Proper Law of contract). Selanjutnya tanggung jawab yang terakhir adalah Tanggung Jawab Pidana (Criminal Liability). Penerapan bentuk tanggung jawab ini apabila dikaitkan dengan isi perjanjian Amazon. Com, maka akan ditemui kesulitan apabila terjadinya kerugian di luar wilayah hukum Washington, sebab tanggung jawab pidana yang dapat dibebankan kepada Amazon. Com hanya yang terjadi di dalam wilayah hukum Washington saja, yang membedakan hanya dalam perjanjian Amazon. Com ada kecenderungan untuk tidak menyelesaikan segala permasalahan hukum ke dalam kaidah hukum pidana. Ini terbukti choice of forum yang dilakukan lebih memilih forum arbitrase yang berada di dalam wilayah hukum Seattle, Washington dengan 121 mempergunakan peraturan arbitrase yang dibuat oleh American Arbitration association. Forum arbitrase ini merupakan salah satu bentuk penyelesaian perkara yang bersifat perdata. Jadi dalam perjanjian ini segala perkara yang timbul akan diselesaikan secara perdata dengan mempergunakan forum arbitrase.