BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional. Menurut Amir M.S., bila dibandingkan dengan pelaksanaan perdagangan di dalam negeri, perdagangan internasional sangatlah rumit dan kompleks. Kerumitan tersebut antara lain disebabkan karena adanya batas-batas politik dan kenegaraan yang dapat menghambat perdagangan, misalnya dengan adanya bea, tarif, atau quota barang impor. Selain itu, kesulitan lainnya timbul karena adanya perbedaan budaya, bahasa, mata uang, taksiran dan timbangan, dan hukum dalam perdagangan. Model Adam Smith Model Adam Smith ini memfokuskan pada keuntungan mutlak yang menyatakan bahwa suatu negara akan memperoleh keuntungan mutlak dikarenakan negara tersebut mampu memproduksi barang dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Menurut teori ini jika harga barang dengan jenis sama tidak memiliki perbedaan di berbagai negara maka tidak ada alasan untuk melakukan perdagangan internasional. 7 8 Model Ricardian Model Ricardian memfokuskan pada kelebihan komparatif dan mungkin merupakan konsep paling penting dalam teori pedagangan internasional. Dalam Sebuah model Ricardian, negara mengkhususkan dalam memproduksi apa yang mereka paling baik produksi. Tidak seperti model lainnya, rangka kerja model ini memprediksi di mana negara-negara akan menjadi spesialis secara penuh dibandingkan memproduksi bermacam barang komoditas. Juga, model Ricardian tidak secara langsung memasukan faktor pendukung, seperti jumlah relatif dari buruh dan modal dalam negara. Model Heckscher-Ohlin Model Heckscgher-Ohlin dibuat sebagai alternatif dari model Ricardian dan dasar kelebihan komparatif. Mengesampingkan kompleksitasnya yang jauh lebih rumit model ini tidak membuktikan prediksi yang lebih akurat. Bagaimanapun, dari sebuah titik pandangan teoritis model tersebut tidak memberikan solusi yang elegan dengan memakai mekanisme harga neoklasikal kedalam teori perdagangan internasional. Teori ini berpendapat bahwa pola dari perdagangan internasional ditentukan oleh perbedaan dalam faktor pendukung. Model ini memperkirakan kalau negaranegara akan mengekspor barang yang membuat penggunaan intensif dari faktor pemenuh kebutuhan dan akan mengimpor barang yang akan menggunakan faktor lokal yang langka secara intensif. Masalah empiris dengan model H-o, dikenal sebagai Pradoks Leotief, yang dibuka dalam uji empiris oleh Wassily Leontief yang menemukan bahwa Amerika Serikat lebih cenderung untuk mengekspor barang padat karya dibanding barang padat modal dan sebagainya. 2.2 Ekonomi Makro Teori ekonomi makro adalah bidang ilmu ekonomi yang mengkaji fenomena perekonomian secara menyeluruh atau luas misalnya inflasi, pengangguran dan pertumbuhan ekonomi. Ekonomi makro merupakan pengetahuan ekonomi yang bersifat agregatif dan menampilkan teori-teori ekonomi makro yang sangat mendasar. 9 Ilmu ekonomi makro mempelajari variabel-variabel ekonomi secara agregat (keseluruhan). Variabel-variabel tersebut antara lain : pendapatan nasional, kesempatan kerja dan atau pengangguran, jumlah uang beredar, laju inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun neraca pem-bayaran internasional. Dalam ekonomi makro, dikenal adanya masyarakat konsumen, masyara-kat produsen, dan pasar agregatif yang terbentuk dari permintaan agregatif dan penawaran agregatif. Selain itu, kita mengenal variable pengeluaran konsumsi nasional yang dilakukan seluruh konsumen, variable pengeluaran investasi nasional, dan juga harga-harga umum atau indeks harga. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Ekonomi Makro Perkembangan ilmu ekonomi makro berawal dari kegagalan ekonomi klasik yang sangat fanatic terhadap konsep mekanisme pasar dalam mengatur perekonomian. Kegagalan tersebut memunculkan pemikiran-pemikiran baru para ahli –ahli ekonomi. Alhi ekonomi dari Keynesian menekankan betapa pentingnya peranan pemerintah. Pemerintah cukup strategis dalam mengendalikan berbagai masalah ekonomi makro, seperti inflasi dan pengengguran serta pertumbuhan ekonomi melalui berbagai kebijakan. Sementara golongan klasik berkeyakinan bahwa mekanisme pasar akan dapat mengatasi segala masalah perekonomian. Berikut ini akan diuraikan dua aliran pemikiran ahli-ahli ekonomi tersebut yakni ahli-ahli ekonomi klasik dan ahli-ahli ekonomi Keynesian. Adam Smith, Karyanya yang terkenal adalah buku An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (disingkat The Wealth of Nations) adalah buku pertama yang menggambarkan sejarah perkembangan industri dan perdagangan di Eropa serta dasar-dasar perkembangan perdagangan bebas dan kapitalisme. Adam Smith adalah salah satu pelopor sistem ekonomi Kapitalisme. Sistem ekonomi ini muncul pada abad 18 di Eropa Barat dan pada abad 19 mulai terkenal disana. Adam smith melalui buku The Wealth Of Nation mendorong pemikir ahli-ahli klasik sangat menekan tentang peranan system pasar bebas sebagai pengetur kegiatan ekonomi yang efisien. Ahli-ahli ekonomi klasik berkeyakinan bahwa konsep invisible hand atau bekerjanya mekanisme pasar kekuatan penjual dan pembeli dalam berinteraksi dalam berbagai kegiatan ekonomi dapat menentukan produk apa yang di hasilkan. 10 Depresi ekonomi yang hebat terjadi pada tahun 1929-1933 melahirkan ekonomi baru asal inggris yaitu John Maynard Keynes (1883-1946) dengan bukunya yang terkenal “ General Theory of Employment,Interest and Money”ditulis tahun 1936 menjadi cikal bakal bagi perkembangan “Teori Ekonomi Makro”. 2.3 Ekspor 2.3.1 Pengertian Ekspor Pengertian ekspor menurut keputusan menteri perdagangan dan perindustrian Nomor 182/MPP/KEP/4/1998 tentang ketentuan umum dibidang ekspor, menyatakan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dan jasa dari daerah kepabeanan suatu negara. Adapun daerah kepabeanan sendiri diartikan sebagai wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan udara serta tempat-tempat tertentu di zona ekonomi ekslusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang No.10 tahun 1995 tentang Kepabeanan. Definisi ekspor adalah seluruh pengiriman barang dagangan keluar negeri melaluipelabuhan di seluruh wilayah Republik Indonesia baik yang bersifat komersial maupun bukan komersial. Nilai ekspor adalah nilai transaksi barang ekspor sampai atas kapal pelabuhan muat dalam keadaan free on board (FOB). Jadi hasil yang diperoleh dari kegiatan ekspor adalah berupa nilai sejumlah uang dalam bentuk valuta asing atau yang biasa disebut dengan devisa , yang merupakan salah satu sumber pemasukan Negara. Sehingga ekspor adalah kegiatan perdagangan yang memberikan rangsangan guna menimbulkan permintaan dalam negeri yang menyebabkan timbulnya industri-indutri pabrik besar, bersamaan dengan struktur positif yang stabil dan lembaga sosial yang efisien. Ekspor adalah salah satu sektor perekonomian yang memegang peranan penting dan melalui perluasan pasar sektor industri akan mendorong sektor indutri lainnya dan perekonomian, kesimpulannya ekspor merupakan sumber devisa ditambah perluasan pasar bagi produksi barang domestik dan perluasan tenaga kerja. 11 Perlu adanya perluasan ekspor yang dilakukan oleh suatu negara, karena komponen ekspor ini merupakan sumber devisa negara kita kurang lebih sebesar 70%. Pada awalnya komitmen suatu negara untuk terbuka terhadap perdagangan internasional yang mendorong perilaku ekspor suatu negara. Dalam teori Thomas Munn (tokoh ekonomi klasik) menyatakan perdagangan internasional akan menguntungkan neraca pembayaran suatu Negara asalkan mencapai kondisi X>M (Ekspor lebih besar daripada Impor). Melalui asumsi inilah banyak negara tertarik untuk melakukan perdagangan internasional dengan melakukan pembukaan diri terhadapa internasional bahkan menargetkan peningkatan ekspor. Berdasarkan teori klasik Adam Smith ‘Absolute Advantage’ yang menekankan bahwa perdagangan bebas pasti akan membawa suatu keuntungan bagi negara yang melakukan perdagangan. Maka suatu negara yang mampu melakukan produksi barang/jasa diharapkan tidak hanya mampu memproduksi barang/jasa untuk kebutuhan dalam negerinya saja tetapi juga mampu untuk melakukan ekspor ke negara lain,sehingga akan meningkatkan pendapatan negara melalui devisa ekspor tersebut. Manfaat kegiatan ekspor : • Memperluas pasar bagi produk dalam negeri Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk suatu Negara ke luar negeri. Misalnya, pakaian batik merupakan salah satu produk Indonesia yang mulai dikenal oleh masyarakat dunia. Apabila permintaan terhadap pakaian batik buatan Indonesia semakin meningkat, pendapatan para produsen batik semakin besar. Dengan demikian, kegiatan produksi batik di Indonesia akan semakin berkembang. • Menambah devisa negara Perdagangan antar negara memungkinkan eksportir suatu Negara untuk menjual barang kepada masyarakat luar negeri. Transaksi ini dapat menambah penerimaan devisa negara. Dengan demikian, kekayaan negara bertambah karena devisa merupakan salah satu sumber penerimaan negara. 12 • Memperluas lapangan kerja Kegiatan ekspor akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan semakin luasnya pasar bagi produk Indonesia, kegiatan produksi di dalam negeri akan meningkat. Semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga lapangan kerja semakin luas. 2.3.2 Kebijakan Ekspor Ekspor suatu negara harus lebih besar daripada impor agar tidak terjadi defisit dalam neraca pembayaran.Oleh sebab itu pemerintah selalu berusaha mendorong ekspor melalui kebijakan ekspor dengan cara berikut : • Diversifikasi Ekspor/Menambah Keragaman Barang Ekspor Diversifikasi ekspor merupakan penganekaragaman barang ekspor dengan memperbanyak macam dan jenis barang yang diekspor. Misalnya Indonesia awalnya hanya mengekspor tektil dan karet, kemudian menambah komoditas ekspor seperti kayu lapis, gas LNG, rumput laut dan sebagainya. Diversifikasi ekspor dengan menambah macam barang yang diekspor ini dinamakan diversifikasi horizontal. Sedangkan divesisifikasi ekspor dengan menambah variasi barang yang diekspor seperti karet diolah dahulu menjadi berbagai macam ban mobil dan motor atau kapas diolah dulu menjadi kain lalu diproses menjadi pakaian. Diversifikasi yang demikian ini disebut diversifikasi vertikal. • Subsidi ekspor Subsidi ekspor diberikan dengan cara memberikan subsidi/bantuan kepada eksportir dalam bentuk keringanan pajak, tarif angkutan yang murah, kemudahan dalam mengurus ekspor, dan kemudahan dalam memperoleh kredit dengan bunga yang rendah. 13 • Premi ekspor Untuk lebih menggiatkan dan mendorong para produsen dan eksportir, pemerintah dapat memberikan premi atau insentif, misalnya penghargaan atas kualitas barang yang diekspor. Pemberian bantuan keuangan dari pemerintah kepada pengusaha kecil dan menengah yang orientasi usahanya ekspor. • Devaluasi Devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri (rupiah) terhadap mata uang asing. Dengan kebijakan devaluasi akan mengakibatkan harga barang ekspor di luar negeri lebih murah bila diukur dengan mata uang asing (dollar), sehingga dapat meningkatkan ekspor dan bisa bersaing di pasar internasional. • Meningkatkan Promosi Dagang ke Luar Negeri Pemasaran suatu produk dapat ditingkatkan dengan mempromosikan produk yang akan dijual. Untuk meningkatkan ekspor ke luar negeri maka pemerintah dapat berusaha dengan melakukan promosi dagang ke luar negeri, misalnya dengan dengan mengadakan pameran dagang di luar negeri agar produk dalam negeri lebih dapat dikenal. • Menjaga Kestabilan Nilai Kurs Rupiah terhadap Mata Uang Asing Kestabilan nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing sangat dibutuhkan oleh para importir dan pengusaha yang menggunakan peroduk luar negeri untuk kelangsungan usaha dan kepastian usahanya. Bila nilai kurs mata uang asing terlalu tinggi membuat para pengusaha yang bahan baku produksinya dari luar negeri akan mengalami kesulitan karena harus menyediakan dana yang lebih besar untuk membiayai pembelian barang dari luar negeri. Akibatnya harga barang yang diproduksi oleh pengusaha tersebut 14 menjadi mahal. Hal ini dapat menurunkan omzet penjualan dan menurunkan laba usaha, yang akhirnya akan mengganggu kelangsungan hidup usahanya. • Mengadakan Perjanjian Kerja Sama Ekonomi Internasional Melakukan perjanjian kerja sama ekonomi baik bilateral, regional maupun multilateral akan dapat membuka dan memperluas pasar bagi produk dalam negeri di luar negeri. serta dapat menghasilkan kontrak pembelian produk dalam negeri oleh negara lain. Misalnya perjanjian kontrak pembelin LNG (Liquid Natural Gas) Indonesia yang dilakukan oleh Jepang dan Korea Selatan. 2.3.3 Prosedur Ekspor Gambar 2.1 Flowchart Kegiatan Ekspor Sumber : www.djpen.kemendag.go.id 15 2.3.4 Aneka Cara Ekspor Dalam melaksanakan ekspor ke luar negeri dapat dilakukan dengan beberapa cara ,yaitu : Amir M.S. (2003). Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri Seri Umum No.2. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo. • Ekspor Biasa Dalam hal ini barang di kirim ke luar negeri sesuai dengan peraturan umum yang berlaku, yang ditujukan kepada pembeli di luar negeri untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah diadakan dengan importir di luar negeri. Sesuai dengan peraturan devisa yang berlaku maka hasil devisa yang di peroleh dari ekspor ini dapat di jual kepada Bank Indonesia, sedangkan eksportir menerima pembayaran dalam mata uang rupiah sesuai dengan penatapan nilai kurs valuta asing yang ditentukan dalam bursa valuta, atau juga dapat dipakai sendiri oleh eksportir. • Barter Barter adalah pengiriman barang-barang ke luar negeri untuk ditukarkan langsung dengan barang, tidak menerima pembayaran di dalam mata uang rupiah. Kalau kita mempelajari sejarah masyarakat primitif ataupun masyarkat suku terasing, maka kebanyakan cara yang mereka tempuh dalam memenuhi kebutuhannya adalah dengan cara tukar menukar apa yang dipunyai (diproduksinya) dengan barang apa yang di miliki tetangganya. • Konsinyasi (Consignment) Adalah pengiriman barang ke luar negeri untuk di jual sedangkan hasil penjualannya diperlakukan sama dengan hasil ekspor biasa. Jadi, dalam hal ini barang di kirim ke luar negeri bukan untuk ditukarkan dengan 16 barang lain seperti dalam hal barter, dan juga bukan untuk memenuhi suatu transaksi yang sebelumnya sudah dilakukan eperti dalam hal ekspor biasa. • Package-Deal Dalam rangka memperluas pasaran hasil bumi Indonesia terutama dengan negara sosialis, pemerintah adakalanya mengadakan perjanjian perdagangan (trade agreement) dengan salah satu negara pada perjanjian ditetapkan sejumlah barang tertentu akan diekspor ke negara itu dan sebaliknya dan dari negara itu akan diimpor sejumlah jenis barang yang dihasilkan dari negara tersebut dan yang kita butuhkan. Pada prinsipnya semacam barter, namun terdiri dari aneka komoditi. • Penyelundupan (smuggling) Setiap usaha yang bertujuan memindahkan kekayaan dari satu negara ke negara lain tanpa memenuhi ketentuan yang berlaku dapat dianggap sebagai usaha penyelundupan atau smuggling. Bahaya dari setiap penyelundupan terletak pada adanya pelarian kekayaan ke luar negeri (assets flight) tanpa mendapatkan suatu kompensasi. Hal ini berarti suatu pengurasan atas kekayaan negara dan masyarakat. 17 2.3.5 Data Ekspor Indonesia Tabel 2.1 Jumlah Ekspor Indonesia (dalam juta USD) Tahun Ekspor Tahun Ekspor 1990 14604.2 2002 45046.1 1991 18247.5 2003 47406.8 1992 23296.1 2004 55939.3 1993 27077.2 2005 66428.4 1994 30359.8 2006 79589.1 1995 34953.6 2007 92012.3 1996 38093 2008 107894.2 1997 41821.1 2009 97491.7 1998 40975.5 2010 129739.5 1999 38873.2 2011 162019.6 2000 47757.4 2012 153043 2001 43684.6 2013 145960.7 Sumber : www.kemendag.go.id 2.3.6 Teori-Teori • Teori Keunggulan Mutlak (Absolut Advantage) – Adam Smith Teori keunggulan atau keuntungan absolut dari Adam Smith sering disebut dengan teori murni perdagangan internasional. Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi terhadap produksi dan ekspor suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu, di mana negara tersebut memiliki keunggulan absolut dan tidak memproduksi atau impor suatu (atau beberapa) jenis barang tertentu dimana negara tersebut tidak mempunyai keunggulan absolut atas negara lain yang memproduksi jenis barang yang sama, atau suatu negara akan mengekspor (mengimpor) 18 barang X jika negara itu dapat memproduksinya lebih efisien atau murah dibandingkan negara lain. Jadi, teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam penggunaan faktor produksi, misalnya tenaga kerja, di dalam proses produksi sangat menentukan keunggulan atau tingkat daya saing dari negara bersangkutan. Tingkat keunggulan diukur berdasarkan nilai tenaga kerja yang sifatnya homogen (Tulus Tambunan, 2004:47). • Teori Keunggulan Komparatif – John S. Mill dan David Ricardo Persoalan dari teori keunggulan mutlak dari Adam Smith adalah bahwa perdagangan internasional akan terjadi jika negara-negara yang terlibat saling memperoleh manfaatnya, dan menurut Adam Smith hal ini hanya dapat terjadi apabila masing-masing negara memiliki keunggulan absolut yang berbeda. Implikasinya, jika Indonesia memiliki keunggulan mutlak atas AS untuk A dan B, yang berarti Indonesia mengekspor kedua jenis barang tersebut ke AS, maka perdagangan antara kedua negara tersebut tidak akan terjadi karena hanya Indonesia yang akan mendapat manfaatnya. Hal ini tidak dipikirkan oleh Adam Smith, dan ini merupakan kelemahan utama dari teorinya. Maka muncullah pemikiran dari John S. Mill dan David Ricardo, yang disebut sebagai teori keunggulan komperatif (atau teori biaya komparatif, yang dapat dianggap kritik dan sekaligus usaha penyempurnaan/perbaikan terhadap teori keunggulan absolute). Dasar pemikiran dari Ricardo maupun Mill mengenai penyebab terjadinya perdagangan antarnegara pada prinsipnya tidak berbeda dengan dasar pemikiran dari Adam Smith. Perbedaannya hanya pada cara pengukuran keunggulan suatu negara, yakni dilihat komparatif biayanya, bukan perbedaan absolutnya. J.S. Mill beranggapan bahwa suatu negara akan mengkhususkan diri pada mengekspor barang tertentu bila negara tersebut memiliki keunggulan komparatif terbesar dan akan impor barang tertentu bila negara tersebut memiliki kerugian komparatif atau keunggulan komparatif terendah. Sedangkan dasar pemikiran dari David Ricardo adalah bahwa perdagangan antara dua negara akan terjadi bila masing-masing negara memiliki biaya relatif yang terkecil untuk jenis barang yang berbeda. Jadi 19 penekanan Ricardo pada perbedaan efisiensi atau produktivitas relatif antar negara dalam memproduksi dua (atau lebih) jenis barang yang menjadi dasar terjadinya perdagangan internasional. Tulus Tambunan,(2004). Globalisasi dan perdagangan internasional. Jakarta : Ghalia Indonesia 2.4 Impor 2.4.1 Pengertian Impor Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:427) impor adalah pemasukan barang dan sebagainya dari luar negeri. Sedangkan menurut undang – undang No. 10 Tahun 1995 tentang kepabeanan, impor adalah kegiatan memasukan barang kedalam daerah pabean. Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa impor yaitu kegiatan ekonomi dengan mendatangkan barang dari luar wilayah ke dalam wilayah. Dalam statistik perdagangan internasional impor sama dengan perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri kedalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Impor mempunyai sifat yang berlawanan dengan ekspor. Ekspor dapat dikatakan sebagai rangsangan bagi perekonomian namun impor merupakan kebocoran dalam pendapatan nasional. m = ∆M / ∆Y Dimana m = Marginal propensity to consume ∆M = Pertambahan impor ∆Y = Pertambahan pendapatan Impor ditentukan oleh kesanggupan / kemampuan dalam meghasilkan barang-barang yang bersaing dengan buatan luar negeri. Yang berarti nilai impor tergantung dari nilai tingkat pendapatan nasional negara tersebut. Makin tinggi tingkat pendapatan nasional , serta semakin rendah kemampuan dalam menghasilkan barangbarang tertentu , maka impor pun akan semakin 20 tinggi.Sebagai akibatnya banyak kebocoran dalam pendapatan nasional. Secara matematis, hubungan impor dan pendapatan nasional dapat ditulis sebagai berikut; M = Mo + mY Dimana : M = Jumlah Impor Mo = Jumlah impor yang nilainya tidak ditentukan m = Marginal propensity to impor Y = Pendapatan nasional 2.4.2 Kebijakan Impor Kegiatan impor di satu pihak sangat dibutuhkan oleh suatu negara untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi di lain pihak dapat merugikan perkembangan industri dalam negeri. Agar tidak merugikan produk dalam negeri diperlukan adanya kebijakan impor untuk melindungi produk dalam negeri (proteksi) dengan cara berikut : a) Pengenaan Bea Masuk Barang impor yang masuk ke dalam negeri dikenakan bea masuk yang tinggi sehingga harga jual barang impor menjadi mahal. Hal ini dapat mengurangi hasrat masyarakat membeli barang impor dan produk dalam negeri dapat bersaing dengan produk impor. b) Kuota Impor Kuota impor merupakan suatu kebijakan untuk membatasi jumlah barang impor yang masuk ke dalam negeri. Dengan dibatasinya jumlah produk impor mengakibatkan harga barang impor tetap mahal dan produk dalam negeri dapat bersaing dan laku di pasaran. 21 c) Pengendalian Devisa Dalam pengendalian devisa, jumlah devisa yang disediakan untuk membayar barang impor dijatah dan dibatasi sehingga importir mau tidak mau juga membatasi jumlah barang impor yang akan dibeli. d) Substitusi Impor Kebijakan mengadakan substitusi impor ditujukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri dengan mendorong produsen dalam negeri agar dapat membuat sendiri barang-barang yang diimpor dari luar negeri. e) Devaluasi Kebijakan berupa devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing. Misalnya: 1US$ = Rp8.000,00 menjadi 1USS$ = Rp 10.000,00. Dengan devaluasi dapat menyebabkan harga barang impor menjadi lebih mahal, dihitung dengan mata uang dalam negeri, sehingga akan mengurangi pembelian barang impor. 22 2.4.3 Prosedur Impor Gambar 2.2 Prosedur Impor Sumber : www.insw.go.id Prosedur umum proses impor di Indonesia melalui INSW (Indonesia National Single Window) adalah sebagai berikut : 1. Importir mencari supplier barang sesuai dengan yang akan diimpor. 2. Setelah terjadi kesepakatan harga, importir membuka L/C di bank devisa dengan melampirkan PO mengenai barang-barang yang mau diimpor; kemudian antar Bank ke Bank Luar Negeri untuk menghubungi Supplier dan terjadi perjanjian sesuai dengan perjanjian isi L/C yang disepakati kedua belah pihak. 3. Barang–barang dari Supplier siap untuk dikirim ke pelabuhan pemuatan untuk diajukan. 23 4. Supplier mengirim faks ke Importer document B/L, Inv, Packing List dan beberapa dokumen lain jika disyaratkan (Serifikat karantina, Form E, Form D, dsb) 5. Original dokumen dikirim via Bank / original kedua ke importir 6. Pembuatan/ pengisian dokumen PIB (Pengajuan Impor Barang). Jika importir mempunyai Modul PIB dan EDI (Electronic data interchange) System sendiri maka importir bisa melakukan penginputan dan pengiriman PIB sendiri. Akan tetapi jika tidak mempunyai maka bisa menghubungi pihak PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) untuk proses input dan pengiriman PIB nya. 7. Dari PIB yang telah dibuat, akan diketahui berapa Bea masuk, PPH dan pajak yang lain yang akan dibayar. Selain itu Importir juga harus mencantumkan dokumen kelengkapan yang diperlukan di dalam PIB. 8. Importir membayar ke bank devisa sebesar pajak yang akan dibayar ditambah biaya PNBP (Pendapatan Negara Bukan Pajak) 9. Bank melakukan pengiriman data ke Sistem Komputer Pelayanan (SKP) Bea dan Cukai secara online melalui media Pertukaran Data Elektronik (PDE) 10. Importir mengirimkan data Pemberitahuan Impor Barang (PIB) ke Sistem Komputer Pelayanan (SKP) Bea dan Cukai secara online melalui media Pertukaran Data Elektronik (PDE) 11. Data PIB terlebih dahulu akan diproses di Portal Indonesia National Single Window (INSW) untuk proses validasi kebenaran pengisian dokumen PIB dan proses verifikasi perijinan (Analizing Point) terkait Lartas. 12. Jika ada kesalahan maka PIB akan direject dan importir harus melakukan pembetulan PIB dan mengirimkan ulang kembali data PIB 13. Setelah proses di portal INSW selesai maka data PIB secara otomatis akan dikirim ke Sistem Komputer Pelayanan (SKP) Bea dan Cukai. 24 14. Kembali dokumen PIB akan dilakukan validasi kebenaran pengisian dokumen PIB dan Analizing Point di SKP 15. Jika data benar akan dibuat penjaluran 16. Jika PIB terkena jalur hijau maka akan langsung keluar Surat Persetujuan Pengeluaran Barang (SPPB) 17. Jika PIB terkena jalur merah maka akan dilakukan proses cek fisik terhadap barang impor oleh petugas Bea dan Cukai. Jika hasilnya benar maka akan keluar SPPB dan jika tidak benar maka akan dikenakan sanksi sesuai undang-undang yang berlaku. 18. Setelah SPPB keluar, importir akan mendapatkan respon dan melakukan pencetakan SPPB melalui modul PIB 19. Barang bisa dikeluarkan dari pelabuhan dengan mencantumkan dokumen asli dan SPPB 2.4.4 Kebijakan Tarif dan Non Tarif Kebijakan perdagangan internasional di bidang impor dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kebijakan hambatan tarif (tariff barrier) dan kebijakan hambatan non-tarif (non-tariff barrier). 2.4.4.1 Hambatan Tarif (Tariff Barrier) Hambatan tarif (tariff barrier) adalah suatu kebijakan proteksi terhadap barang-barang produksi dalam negeri dari ancaman banyaknya barang-barang sejenis yang diimpor dari luar negeri. Tarif adalah hambatan perdagangan yang berupa penetapan pajak atas barangbarang impor atau barang-barang dagangan yang melintasi daerah pabean (custom area). Sementara itu, barang-barang yang masuk ke wilayah negara dikenakan bea masuk. Efek kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga barang. Dengan pengenaan bea masuk yang besar, pendapatan negara akan meningkat sekaligus membatasi 25 permintaan konsumen terhadap produk impor dan mendorong konsumen menggunakan produk domestik. • Macam-macam Penentuan Tarif, yaitu: Bea Ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang yang diangkut menuju negara lain (di luar costum area). Bea Transito (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara lain. Bea Impor (import duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang masuk dalam suatu negara . • Jenis Tarif: Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam presentase dari nilai barang yang dikenakan bea tersebut. Specific duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk tiap ukuran fisik daripada barang. Specific ad valorem atau compound duties, yakni bea yang merupakan kombinasi antara specific dan ad valorem. Misalnya suatu barang tertentu dikenakan 10% tarif ad valorem ditambah Rp 20,00 untuk setiap unit. • Sistem Tarif : Tarif Tunggal (Single-column tariffs ) Sistem untuk masing-masing barang hanya mempunyai satu macam tarif. Biasanya sifatnya 26 autonomous tariffs (tarif yang tingginya ditentukan sendiri oleh sesuatu negara tanpa persetujuan dengan negara lain). Kalau tingginya tarif ditentukan dengan perjanjian dengan negara lain disebut conventional tariffs. Tarif Umum/Konvensional (General/Conventional Tariff) Yang dimaksud dengan tarif umum/konvensional atau lazim juga dikenal sebagai tariff berkolom-ganda adalah satu tarif untuk satu komoditi yang besarpersentase tarifnya berbeda antara satu negara dengan negara lain.Dimana untuk setiap barang mempunyai 2 (dua) tarif. Apabila kedua tarif tersebut ditentukan sendiri dengan undang-undang, maka namanya : bentuk maksimum dan minimum. Tarif Preferensi (Preferential Tarif) Tarif preferensi ini adalah salah satu sistem tarif yang merupaka pengecualian dari prinsip nondiskriminatif. Yang dimaksud dengan dengan tariff preferensi adalah tarif GATT yang persentasinya diturunkan, bahkan untuk beberapa komoditi sampai menjadi nol persen yang diberlakukan oleh negara terhadap komoditi yang diimpor dari negara-negara lain tertentu karena adanya hubungan khusus antara negara pengimpor dengan negara pengekspor. 2.4.4.2 Hambatan Non Tarif (Non-Tariff Barrier) Selain masalah/kendala dalam bentuk tariff bea masuk, masih terdapat berbagai macam masalah/kendala yang sengaja diciptakan untuk menghalangi masuknya barang ke dalam peredaran suatu negara. Yaitu kendala impor non tarif seperti : 27 Anti-Dumping atau Countervailing Duties Yang dimaksud dengan anti-dumping yang lazim disebut dengan countervailing duties adalah bea yang dipungut oleh negara pengimpor atas komoditi yang terbukti mendapat subsidi dari pemerintah negara pengekspor. Dalam tahun 1984 ekspor tekstil kita hampir saja dikenakan countervailing duties ini oleh Pemerintah Amerika Serikat. Pajak Impor Yang dimaksud dengan pajak impor adalah pajak yang dipungut atas komoditi impor disamping bea-masuk. Dengan berlakunya Undang-undang pajak yang baru, setiap barang impor dikenakan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar 10%. Ijin Impor dan alokasi devisa Yang dimaksud dengan ijin impor dan alokasi devisa ialah bila pemerintah secara umum melarang impor kecuali bagi mereka yang memperoleh ijin impor dan sekaligus memberikan jatah (alokasi) devisa untuk membiayai impor itu. Kontraksi Rupiah dan mempengaruhi harga impor Yang dimaksud dengan kontraksi rupiah ialah tindakan bank yang mengetatkan kredit impor dengan cara memaksa importir menyetor deposito untuk pembukaan L/C. Dengan demikian di satu pihak bank menyedot uang dalam peredaran melalui impor dan di lain pihak kalkulasi impor menjadi lebih mahal karena bunga dan peredaran (turn-over) menjadi lamban. Dengan sendirinya barang impor sulit bersaing dengan produksi lokal. Approved Traders (Importer) Yang dimaksud dengan approved importer adalah pemerintah pemerintah dengan sadar membatasi importir untuk komoditi tertentu, shingga kuantum, mutu, harga dan distribusi 28 komoditi tersebut secara langsung dapat dikendalikan Pemerintah. Pola ini merupakan taraf awal dari timbulnya monopoli atau oligopoly dalam impor komoditi tertentu. Contoh dari approved importers ini adalah cengkeh, bahan baku plastik, gandum, besi baja. Impor-Quota Yang dimaksud dengan impor quota adalah pembatasan yang ditetapkan negara pengimpor atas jenis dan jumlah dari suatu komoditi yang boleh diimpor dari suatu negara lain. Kuota impor ini misalnya yang diterapkan oleh Pemerintah Amerika terhadap tekstil Indonesia atau Kuota Kopi yang berlaku bagi anggota ICO (International Coffee Organization) 2.4.5 Data Impor Indonesia Tabel 2.2 Jumlah Impor Indonesia (dalam juta USD) Tahun Impor Tahun Impor 1990 19916.6 2002 24763.1 1991 23558.5 2003 24939.8 1992 25164.6 2004 34792.5 1993 26157.2 2005 40243.2 1994 29616.1 2006 42102.6 1995 37717.9 2007 52540.6 1996 39333 2008 98644.4 1997 37755.7 2009 77848.5 1998 24683.2 2010 108250.6 1999 20322.2 2011 136734.1 2000 27495.3 2012 149125.3 2001 25490.3 2013 148876.3 Sumber : www.kemendag.go.id 29 2.5 Kurs (Valas) 2.5.1 Pengertian Kurs atau Valuta Asing (Valas) Kurs atau yang sering disebut valuta asing (exchange rate) adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. (Mankiw 2006;128). Kurs sering pula dikatakan valas ataupun nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut sebagai hard currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai dibandingkan dengan mata uang lainnya.Total valas yang dimiliki oleh pemerintah dan swasta dari suatu negara yang pada umumnya disebut juga sebagai cadangan devisa negara tersebut yang dapat diketahui dari posisi Balance of Payment (BOP) atau neraca pembayaran internasional. Makin banyak valas atau devisa yang dimiliki oleh pemerintah dan penduduk suatu negara maka berarti makin besar kemampuan negara tersebut melakukan transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan makin kuat pula nilai mata uang. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai tukar mata uang adalah harga dari mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain yang dipergunakan dalam melakukan perdagangan antara dua negara dimana nilainya ditentukan oleh penawaran dan permintaan dari kedua mata uang. Mata uang suatu negara dapat ditukarkan atau diperjualbelikan dengan mata uang negara lainnya sesuai dengan nilai tukar mata uang yang berlaku di pasar mata uang atau yang sering disebut dengan pasar valuta asing. Dengan perubahan kondisi ekonomi serta sosial politik yang terjadi di suatu negara, nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya dapat berubah secara substansial. Mata uang suatu negara dikatakan mengalami apresiasi jika nilai tukarnya relatif terhadap mata uang negara lain mengalami kenaikan. Sebaliknya, mata uang suatu negara dikatakan mengalami depresiasi jika nilai tukarnya relatif terhadap mata uang negara lain mengalami penurunan. 30 Dalam kondisi tertentu, kenaikan dan penurunan nilai tukar mata uang terjadi atas intervensi pemerintah, dalam hal ini kebijakan bank sentral (Bank Indonesia) dalam menaikkan dan menurunkan nilai tukar mata uang domestik untuk menyesuaikannya dengan nilai tukar mata uang yang sebenarnya di pasar. Penyesuaian ke atas atau kenaikan nilai tukar mata uang yang dilakukan oleh bank sentral disebut dengan revaluasi. Sedangkan, penyesuaian ke bawah atau penurunan nilai tukar mata uang yang dilakukan oleh bank sentral disebut dengan devaluasi. 2.5.2 Nilai Tukar Mata Uang Nominal dan Riil Secara ekonomi, nilai tukar mata uang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : Mankiw N. Gregory (2006).Makroekonomi. Erlangga : Jakarta a. Nilai tukar mata uang nominal (nominal exchange rate) Nilai tukar mata uang nominal adalah perbandingan harga relatif dari mata uang antara dua negara. Istilah ’nilai tukar mata uang’ antara dua negara yang diberlakukan di pasar valuta asing adalah nilai tukar mata uang nominal ini. Sebagai contoh, jika kurs antara dolar AS dan yen Jepang adalah 120 yen per dolar, maka anda bisa menukar 1 dolar untuk 120 yen di pasar dunia untuk mata uang asing. Orang Jepang yang ingin mendapatkan dolar akan membayar 120 yen untuk setiap dolar yang dibelinya. Orang Amerika akan mendapatkan 120 yen untuk setiap dolar yang ia bayar. Ketika orang-orang mengacu pada “kurs” di antara kedua negara, mereka biasanya mengartikan kurs nominal. b. Nilai tukar mata uang riil (real exchange rate) Nilai tukar mata uang riil adalah perbandingan harga relatif dari barang yang terdapat di dua negara. Dengan kata lain, nilai tukar mata uang riil menyatakan tingkat harga dimana kita bisa memperdagangkan barang dari satu negara dengan barang negara lain. Kurs riil kadang-kadang disebut terms of trade. Untuk melihat hubungan antara kurs rill dan kurs nominal, 31 perhatikanlah sebuah barang yang diproduksi di banyak negara yakni mobil. Anggaplah harga mobil Amerika $10.000 dan harga mobil Jepang 2.400.000 yen. Untuk membandingkan harga dari kedua mobil tersebut, kita harus mengubahnya menjadi mata uang umum. Jika satu dolar bernilai 120 yen, maka harga mobil Amerika adalah 1.200.000 yen. Membandingkan harga mobil Amerika (1.200.000 yen) dan harga mobil Jepang (2.400.000 yen), kita menyimpulkan bahwa harga mobil Amerika separuh dari harga mobil Jepang. Dengan kata lain, pada harga berlaku, kita bisa menukar 2 mobil Amerika untuk 1 mobil Jepang. Dalam perhitungan hal ini dapat di ringkas menjadi :. Rumusnya adalah : Mankiw (2006 : 128) Kurs Rill = Kurs Nominal x Harga Barang Domestik Harga Barang Luar negeri Tingkat harga dimana kita memperdagangkan barang domestik dan barang luar negeri tergantung pada harga barang dalam mata uang lokal dan pada tingkat mata uang berlaku. Perhitungan kurs rill untuk barang tunggal ini menjelaskan bagaimana kita seharusnya mendefinisikan kurs rill untuk kelompok barang yang lebih luas. Kita nyatakan ℮ sebagai kurs nominal (jumlah yen per dolar), P adalah tingkat harga di Amerika serikat (diukur dalam dolar), dan P* adalah tingkat harga di Jepang (diukur dalam yen). Maka kurs rill Є adalah Kurs rill = Kurs Nominal Є = ℮ x x Rasio Tingkat Harga (P/P*) Kurs rill di antara kedua Negara dihitung dari kurs nominal dan tingkat harga di kedua Negara. Jika kurs rill tinggi . barang-barang luar negeri relatif murah, dan barang-barang domestik relatif mahal. Jika kurs rill rendah, barang-barang luar negeri relatif mahal, dan barang-barang domestik relatif murah. Dengan demikian, nilai tukar mata uang riil bergantung pada tingkat harga barang dalam mata uang domestik serta nilai tukar mata uang domestik tersebut terhadap mata uang asing. Jika nilai tukar mata uang riil dari mata uang domestik tinggi, maka harga barang-barang di luar negeri 32 relatif lebih murah dan harga barang- barang di dalam negeri relatif lebih mahal. Sebaliknya, jika nilai tukar mata uang riil dari mata uang domestik rendah, maka harga barang-barang di luar negeri relatif lebih mahal dan harga barang-barang di dalam negeri relatif lebih murah. 2.5.3 Sistem Penetapan Nilai Tukar Sistem moneter internasional yang pernah ditata pada suatu perjanjian yang dikenal dengan Bretton Woods System tahun 1944 menentukan sistem penetapan kurs mata uang suatu negara yang bersifat tetap (fixed exchane rate – FIER). Tidak terkecuali dengan mata uang AS, USD dimana saat itu ditetapkan bahwa nilai 1 USD setara dengan 1 troy once emas. Namun sehubungan dengan ekspansi dan keterlibatan AS ke luar negeri baik dalam bidang politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan menyebabkan banyak sekali Dollar AS yang beredaar di luar AS, yang mengakibatkan nilainya menjadi lemah dan kurang diminati (berdasarkan hukum permintaan dan penawaran, tentunya), sehingga untuk mengatasi kurang populernya Dolar AS, maka pada tahun 1971 di AS, Presiden Nixon mengeluarkan dekrit tertanggal 15-8-1971 yang menyatakan bahwa nilai USD tidak lagi dikaitkan dengan emas. Dan sejak itu AS mulai menerapkan sistem kurs mengambang, dan kemudian diikuti oleh negara-negara maju dan berbasis industri lainnya seperti Inggris, Jerman, Jepang, dan lain-lain. Iskandar Putong. (2013). Economics Pengantar Mikro dan Makro. Mitra Wacana Media. Jakarta Dalam penentuan sistem kurs valuta asing ada tiga cara yang digunakan yaitu sebagai berikut : a. Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate - FIER) Sistem kurs tetap baik yang disetarakan oleh suatu lembaga keuangan internasional (IMF), maupun oleh masing-masing negara sesuai dengan kemampuan ekonominya (biasanya berdasarkan nilai dari Hard Currency) adalah sistem kurs yang mematok nilai kurs mata uang asing terhadap mata uang negara yang bersangkutan dengan nilai tertentu yang selalu sama dalam periode tertentu (artinya tidak terpengaruh oleh konjungtur ekonomi). 33 Berdasarkan perjanjian Bretton Woods ketentun pokok dari FIER (Hamdy,1998) adalah sebagai berikut : • Sistem moneter internasional (SMI) didasarkan pada standar emas, dengan pengertian bahwa setiap negara yang menjadi anggota IMF (International Monetary Fund) mata uangnya dapat ditukar dengan emas • Sistem nilai tukar atau FIER antar negara anggota IMF harus tetap dan stabil • Kurs nilai tukar hanya boleh berfluktuasi antara 1% - 2,5% di atas atau di bawah kurs yang berlaku resmi • Setiap anggota IMF pada dasarnya dilarang melakukan devaluasi (penurunan nilai mata uangnya) ataupun revaluasi (menaikan nilai mata uangnya) untuk memperbaiki posisi neraca pembayarannya (BOP – Balance of Payment) • Negara anggota IMF yang mengalami defisit BOP dapat meminta bantuan IMF dalam bentuk Special Drawing Right (SDR), yaitu uang kertas emas yang dikeluarkan oleh IMF sebagai mata uang cadangan dan likuiditas internasional selain Dollar AS. b. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate - FER) Kurs mengambang adalah nilai kurs mata uang yang besarnya ditentukan oleh kekuatan pasar atau permintaan dan penawaran mata uang asing. Dengan sistem kurs ini nilai mata uang dalam negari akan selalu berubah, bisa naik atau turun terhadap mata uang asing. Jika permintaan dalam negeri terhadap mata uang asing (dollar Amerika) naik maka nilai dollar Amerika akan naik terhadap mata uang dalam negeri (rupiah), akan tetapi jika permintaan atau yang membeli dollar Amerika turun maka nilai dollar Amerika juga akan turun. Sedangkan apabila penawaran atau yang menjual mata uang asing (dollar Amerika) naik maka akibatnya nilai dollar Amerika akan turun. Begitu juga sebaliknya. Dengan demikian dalam sistem kurs mengambang penentuan tinggi rendahnya kurs mata uang ditentukan oleh tinggi rendahnya permintaan dan penawaran terhadap mata uang tersebut. Sistem ini terbagi dua macam yaitu, Clean Float (mengambang murni) yaitu apabila penentuan nilai kurs tanpa adanya 34 campur tangan pemerintah. Sedangkan bila pemerintah turut serta mempengaruhi nilai kurs disebut Dirty Float atau kurs mengambang terkendali. Campur tangan pemerintah biasanya secara langsung masuk ke pasar uang dengan kebijakan moneter kuantitatif dan kebijakan fiskalnya, ataupun yang bersifat tidak langsung seperti himbauan dan semacamnya. c. Sistem Kurs Terkait (Pegged Exchange Rate – PER) Yaitu nilai tukar yang dikaitkan dengan nilai mata uang negara lain, atau sejumlah mata uang tertentu. Bila kedua sistem nilai kurs FIER dan FER di atas adalah nilai kurs/tertinggi terakhir, maka sistem PER ini menggunakan nilai kurs tengah mata uang tertentu yang mensyaratkan lebih atau kurang dari kurs tengah sebesar 2,5 %. 2.5.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Mata Uang a. Permintaan dan Penawaran Valas Sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, maka harga valas akan menjadi mahal dari nilai nominal harga yang berlaku bila permintaan melebihi jumlah yang ditawarkan, atau jumlah permintaan tetap sementara penawaran berkurang. Sebaliknya harga valas akan menjadi lebih murah dari harga nominal atau harga berlakunya bila permintaan sedikit sementara penawaran banyak, atau permintaan semakin menurun sementara jumlah penawarannya tetap. b. Tingkat inflasi Dalam pasar valuta asing, perdagangan internasional baik dalam bentuk barang atau jasa menjadi dasar yang utama dalam pasar valuta asing, sehingga perubahan harga dalam negeri yang relatif terhadap harga luar negeri dipandang sebagai faktor yang mempengaruhi pergerakan kurs valuta asing. Contoh: jika Amerika sebagai mitra dagang Indonesia mengalami tingkat inflasi yang cukup tinggi maka harga barang Amerika juga menjadi lebih tinggi, sehingga otomatis permintaan terhadap produk relatif mengalami 35 penurunan.Rasio uang dalam daya beli (paritas daya beli) berfungsi sebagai titik nilai tukar yang mencerminkan hukum nilai. Itulah mengapa tingkat inflasi berdampak pada nilai tukar. Peningkatan inflasi di suatu negara mengarah pada penurunan mata uang nasional, dan sebaliknya. Penyusutan inflasi uang di dalam negeri akan mengurangi daya beli dan kecenderungan untuk menjatuhkan nilai tukar mata uang mereka terhadap mata uang negara-negara di mana tingkat inflasi yang lebih rendah. c. Aktifitas neraca pembayaran Neraca pembayaran secara langsung mempengaruhi nilai tukar. Dengan demikian, neraca pembayaran secara aktif meningkatkan mata uang nasional dengan meningkatnya permintaan dari debitur asing. Saldo pembayaran yang pasif menyebabkan kecenderungan penurunan nilai tukar mata uang nasional sebagai seorang debitur dalam negeri mencoba untuk menjual semuanya menggunakan mata uang asing untuk membayar kembali kewajiban eksternal mereka. Ukuran dampak neraca pembayaran pada nilai tukar ditentukan oleh tingkat keterbukaan ekonomi. Contoh, efek dari perubahan tarif, pembatasan impor, kuota perdagangan, subsidi ekspor berdampak pada neraca perdagangan. Ketika keseimbangan positif dalam perdagangan ada di muka terdapat peningkatan permintaan untuk mata uang negara yang meningkatkan laju, dan dalam hal keseimbangan negatif proses sebaliknya terjadi. Pergerakan modal jangka pendek dan jangka panjang bergantung pada tingkat suku bunga domestik, pembatasan atau mendorong impor dan ekspor modal. d. Perbedaan suku bunga di berbagai negara Perubahan tingkat suku bunga di suatu negara akan mempengaruhi arus modal internasional. Pada prinsipnya, kenaikan suku bunga akan merangsang masuknya modal asing. Oleh karena itu bagi 36 negara yang membutuhkan banyak mata uang asing dan menarik peminat “petualang” uang ,maka tingkat suku bunga simpanan di negaranya dinaikan pada tingkat tertentu.Di saat jumlah mata uang asing banyak yang masuk ke negara tersebut maka permintaan mata uang lokal akan meningkat ,sehingga nilai mata uang lokal akan semakin naik, sedangkan nilai mata uang asing tersebut relatif akan menurun. e. Tingkat pendapatan relatif Faktor lain yang mempengaruhi permintaan dan penawaran dalam pasar mata uang asing adalah laju pertumbuhan pendapatan terhadap harga-harga luar negeri. Laju pertumbuhan pendapatan dalam negeri diperkirakan akan melemahkan kurs mata uang asing. Sedangkan pendapatan riil dalam negeri akan meningkatkan permintaan valuta asing relatif dibandingkan dengan supply yang tersedia. f. Kontrol pemerintah Kebijakan pemerintah bisa mempengaruhi keseimbangan nilai tukar dalam berbagai hal termasuk: • Usaha untuk menghindari hambatan nilai tukar valuta asing. • Usaha untuk menghindari hambatan perdagangan luar negeri. • Melakukan intervensi di pasar uang yaitu dengan menjual dan membeli mata uang. Alasan pemerintah untuk melakukan intervensi di pasar uang adalah : • Untuk memperlancar perubahan dari nilai tukar uang domestik yang bersangkutan. • Untuk membuat kondisi nilai tukar domestik di dalam batas-batas yang ditentukan. • Tanggapan atas gangguan yang bersifat sementara. • Berpengaruh terhadap variabel makro seperti inflasi, tingkat suku bunga dan tingkat pendapatan 37 g. Ekspektasi Faktor terakhir yang mempengaruhi nilai tukar valuta asing adalah ekspektasi nilai tukar di masa depan. Sama seperti pasar keuangan yang lain, pasar valas bereaksi cepat terhadap setiap berita yang memiliki dampak ke depan. Dan sebagai contoh, berita mengenai bakal melonjaknya inflasi di AS mungkin bisa menyebabkan pedagang valas menjual Dollar, karena memperkirakan nilai Dollar akan menurun di masa depan. Reaksi langsung akan menekan nilai tukar Dollar dalam pasar. 2.5.5 Data Kurs Indonesia Tabel 2.3 Data Kurs Indonesia Tahun 1990 – 2013 (dalam rupiah) TAHUN KURS TAHUN KURS 1990 1901 2002 9364.81 1991 1992 2003 8616.18 1992 2062 2004 8979.3 1993 2110 2005 9759.22 1994 2200 2006 9212.37 1995 2308 2007 9182.02 1996 2148 2008 9727.99 1997 3930 2009 10450.33 1998 12750 2010 9130.02 1999 7467 2011 8823.43 2000 9895 2012 9527.22 2001 10350.15 2013 10603.67 Sumber : www.bi.go.id 38 2.6 Cadangan Devisa 2.6.1 Pengertian Cadangan Devisa Cadangan devisa didefinisikan sebagai jumlah valas yang dicadangkan Bank Sentral (Bank Indonesia) untuk keperluan pembiayaan dan kewajiban luar negeri, seperti pembiayaan impor dan pembayaran lainnya kepada pihak asing. Bambang Wijayanta. (2006). Mengasah Kemampuan Ekonom. Jakarta: Grasindo. Cadangan devisa tidak hanya disimpan dalam bentuk mata uang asing melainkan dalam bentuk surat-surat berharga ataupun logam mulia. Menurt Amir. M.S dalam Teori & Penerapan Ekspor Impor, sumber cadangan devisa suatu negara pada umumnya terdiri dari banyak sumber. Agar lebih terperinci sumber tersebut kita bagi saja menjadi yang berasal dari dalam negeri dan dari luar sebagai berikut : Sumber cadangan devisa Indonesia dari dalam negeri : 1.Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa, seperti hasil ekspor karet, kopi, minyak, timah, tekstil, kayu lapis, ikan, udang, anyaman rotan, topi pandan, dan lain sebagainya. Begitu pula hasil ekspor jasa, seperti uang tambang(freight), angkutan, provisi dan komisi jasa perbankan, premi asuransi, hasil perhotelan dan industri pariwisata lainnya. 2. Laba dari penanaman modal luar negeri, seperti laba yang ditransfer dari perusahaan milik pemerintah dan warga negara Indonesia yang berdomisili di luar negeri. 3. Hasil dari kegiatan pariwisata internasional. Seperti uang tambang, angkutan, sewa hotel, uang pandu wisata. Sedangkan sumber cadangan devisa Indonesia dari luar negeri : 1.Pinjaman yang diperoleh dari negara asing, badan-badan internasional, serta swasta asing, seperti pinjaman dari IGGI (Inter Gouvermental Group on Indonesia), kredit dari World Bank dan Asia Development Bank dan Supplier’s Credit dari perusahaan swasta asing 39 2. Hadiah atau grant dan bantuan dari badan-badan PBB seperti UNESCO, dan pemerintah asing. Cadangan Devisa banyak disimpan dalam mata uang asing dalam hal ini dolar, yen, euro yang merupakan “Hard Currencies” mata uang keras di perdagangan internasional. Kegunaan dari Valuta asing yakni : a. Mengimpor barang konsumsi, bahan baku industri dan sektor produksi lainnya, peralatan dan perlengkapan (barang modal), perlengkapan pertahanan, keamanan, dsb. b. Melunasi jasa pihak asing, seperti jasa perbankan, asuransi, pelayaran, penerbangan, perekayasaan, wisatawan Indonesia dan lain-lain sektor jasa c. Membiayai kantor perwakilan pemerintah Indonesia (Kedutaan dan Konsulat) di luar negeri d. Melunasi hutang luar negeri. Namun demikian dalam proses perdagangan internasional semua mata uang negara-negara barat dan negara-negara Asia bebas dipertukarkan di Indonesia (Freely Convertible), dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah menyatakan mata uang rupiah, sebagai mata uang yang ‘convertible’ (dapat dipertukarkan dengan mata uang asing). Transfer valuta asing ke dalam negeri, begitupun sebaliknya transfer dari luar ke dalam negeri juga bebas. Amir, M.S. (2003). Seluk Beluk dan Teknik Perdagangan Luar Negeri Seri Umum No.2. Jakarta : PT. Pustaka Binaman Pressindo. Laju ekspor yang tinggi akan menghasilkan hard currency yang dapat memperkuat cadangan devisa, namun mengakibatkan apresiasi domestik currency, yang kemudian menambah jumlah uang beredar melalui NFA (Net Foreign Asset) yang pada akhirnya dapat mendorong inflasi. Ini merupakan suatu siklus ekonomi yang berkesinambungan dan erat kaitannya dalam proses pertahanan pengolahan cadangan devisa. Dalam rumus cadangan devisa dapat dilihat sebagai berikut: Cdvt = ( Cdvt 1 + Tbt + Tmt ) Keterangan: Cdvt 1 = Cadangan devisa sebelumnya 40 Tbt = Transaksi berjalan Tmt = Transaksi modal 2.6.2 Sumber – Sumber Devisa Tinggi rendahnya devisa suatu negara sangat dipengaruhi oleh perkembangan neraca pembayaran suatu negara. Sumber-sumber tersebut, di antaranya berasal dari: a. Kegiatan ekspor Untuk negara yang menganut sistem ekonomi terbuka kegiatan ekspor merupakan salah satu andalan bagi negara untuk memperoleh devisa. Semakin banyak ekspor barang atau jasa semakin besar pemasukan devisa bagi negara. b. Perdagangan jasa Negara-negara yang tidak kaya akan sumber daya alam, biasanya akan mengandalkan sumber devisanya dari sektor jasa. Hal ini sebagimana dilakukan Singapura yang mengandalkan jasa perdagangan sebagai sumber utama devisa. c. Kegiatan pariwisata Salah satu sumber devisa adalah dari jasa pariwisata yang diperoleh dari kunjungan turis mancanegara maupun domestik. Semakin banyak turis yang berkunjung semakin banyak devisa yang mengalir ke dalam negara tersebut. d. Pinjaman luar negeri (bantuan luar negeri) Pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber devisa suatu negara, terutama negara-negara dunia ketiga/berkembang. Negara-negara ini biasanya sangat bergantung dari bantuan luar negeri selain sumber-sumber lain. 41 e. Hibah dan hadiah dari luar negeri Hibah atau hadiah merupakan sumber devisa bagi suatu negara yang sifatnya tidak mengikat. Hibah atau hadiah dapat bersumber dari dalam negeri ataupun luar negeri. f. Warga negara yang bekerja di luar negeri. Sumber devisa yang lain adalah dana yang berasal dari warga negara yang bekerja di luar negeri, seperti TKI atau TKW. Para pekerja ini akan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap devisa suatu negara melalui uang yang ditransfer dari asal negara dia bekerja. 2.6.3 Pengaruh Perekonomian Terbuka Terhadap Cadangan Devisa Benjamin franklin mengatakan “Tidak ada negara yang dihancurkan oleh perdagangan“. Sebagian besar negara di dunia ini menganut perekenomian terbuka, mereka mengekspor barang dan jasa ke luar negeri, mereka mengimpor barang dan jasa dari luar negeri, dan mereka meminjam dan memberi pinjaman pada pasar keuangan dunia. Pentingnya interaksi internasional ini menunjukan ekspor, impor sebagai persentase dari GDP. Perdagangan bahkan merupakan sentral untuk menganalisis pembangunan ekonomi dan merumuskan kebijakan-kebijakan ekonomi. Di saat perekonomian terbuka bekerja, maka arus dana internasional merupakan suatu komponen didalamnya. Pola pembiayaan luar negeri akan mempengaruhi peranan serta besar kecilnya cadangan devisa negara. Hal ini pula akan menentukan apakah suatu negara merupakan negara donor atau negara pengutang di pasar dunia, hingga pada akhirnya minilik bagaimana kebijakan-kebijakan di dalam negeri dan diluar negeri mempengaruhi arus modal dan barang. Pada perekonomian terbuka, pengeluaran suatu negara dalam tahun tertentu tidak perlu sama dengan output barang dan jasanya. Suatu negara 42 bisa melakukan pengeluaran lebih banyak ketimbang produksinya dengan meminjam dari luar negeri, atau ia bisa melakukan pengeluaran lebih banyak dari produksinya dengan meminjam dari luar negeri. Untuk perekonomian terbuka di mana pemerintah terlibat di dalamnya, terkadang disebut sebagai perekonomian terbuka dengan kebijakan fiskal dengan persamaan sebagai berikut : Y = C + I + G + (X – M) Dimana : Cd , konsumsi barang dan jasa domestik Id , investasi dalam barang dan jasa domestik Gd, pembelian barang dan jasa domestik pemerintah X, ekpor M, impor Khusus untuk (X – M) kadang disebut sebagai ekspor t netto = NX Persamaan ini menyatakan bahwa pengeluaran pada output domestik adalah jumlah dari konsumsi, pembelian pemerintah, dan ekspor bersih. Ini adalah bentuk identitas pos pada pendapatan nasional yang menunjukan bagaimana output domestik, pengeluaran domestik, dan ekspor bersih dikaitkan. Dengan demikian, NX = Y – (C + I + G) (Ekspor bersih) = Output – Pengeluaran domestik Persamaan ini menunjukan bahwa dalam perekonomian terbuka, pengeluaran domestik tidak perlu sama dengan output barang dan jasa. Hal ini yang pada akhirnya mengarah pada fungsi cadangan devisa suatu negara apakah devisa masih mampu bertahan melakukan pembiayaan barang-barang impor atau bagaimana kondisi tingkat cadangan devisa setelah mengalami 43 perdagangan. Mengalami surplus atas ekspor atau malah defisit sehingga mengharuskan suatu negara melakukan utang guna membiayai pengeluarannya. 2.7 Kerangka Berpikir Ekspor (X1) Cadangan Devisa (Y) Impor (X2) Kurs Nilai Tukar Rupiah (X3) Gambar 2.3 Kerangka Berpikir Hipotesis : Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu di uji terlebih dahulu. Berdasarkan kerangka berpikir dan permasalahan yang ada maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut : 1. Ho : Ekspor berpengaruh secara positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Ha : Ekspor tidak berpengaruh secara positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. 44 2. Ho : Impor berpengaruh secara positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Ha : Impor tidak berpengaruh secara positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. 3. Ho : Nilai tukar rupiah ( Kurs )berpengaruh secara positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Ha : Nilai tukar rupiah ( Kurs )tidak berpengaruh secara positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. 4. Ho : Ekspor, Impor, dan nilai tukar rupiah berpengaruh secara positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia. Ha : Ekspor, Impor, dan nilai tukar rupiah tidak berpengaruh secara positif terhadap posisi cadangan devisa di Indonesia.