ARTIKEL Judul KONVERSI AGAMA HINDU KE AGAMA KRISTEN DI DESA BUDUK (SEJARAH, NILAI-NILAI KARAKTER, SERTA KONTRIBUSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH PEMINATAN DI SMA) Oleh Ikhsan Maulana Putra Prasetyo NIM 1114021009 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015 KONVERSI AGAMA HINDU KE AGAMA KRISTEN DI DESA BUDUK (SEJARAH, NILAI-NILAI KARAKTER, SERTA KONTRIBUSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH PEMINATAN DI SMA) Oleh: Ikhsan Maulana Putra Prasetyo*, Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A. **, Dra. Desak Made Oka Purnawati M.Hum.*** Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui latar belakang terjadinya Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa buduk, (2) mengetahui nilai-nilai karakter yang dapat dipetik dari Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk, (3) mengetahui kontribusi Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk sebagai sumber belajar sejarah peminatan di SMA. Penelitian ini merupakan jenis penelitian sejarah. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian sejarah yaitu: (1) heuristik atau penelusuran jejak-jejak sejarah, (2) kritik sumber yang terdiri kritik ekstern dan kritik intern, (3) melaksanakan interpretasi atau memilih sumber yang valid, (4) melakukan historiografi atau penyusunan cerita sejarah. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) perekonomian masyarakat Bali mengalami kondisi yang kurang baik menyebabkan kemiskinan melanda kehidupan masyarakat. Belum lagi beban kewajiban ritual keagamaan yang dirasakan menghimpit kehidupan sangat berpengaruh terhadap angka kemiskinan membuat masyarakat untuk berpindah keyakinan, Desa Buduk merupakan salah satu desa yang memiliki keanekaragaman agama dan kebudayaan. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya konversi agama di Desa Buduk. ; (2) Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk menampilkan nilai-nilai karakter yang dijadikan dasar pegangan hidup bagi generasi penerus bangsa (pemuda) dalam mengisi kerukunan dan perdamaian antar umat beragama; (3) Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah sosial dalam sejarah peminatan bagi siswanya, Seperti kegiatan kunjungan ke lokasi terjadinya Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen. Pemanfaatan Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen sebagai sumber belajar sejarah sosial dalam sejarah peminantan di SMA berbasis kurikulum 2013 yaitu dengan menggunakan pendekatan scientific. Kata Kunci: Konversi Agama, Penelitian Sejarah,Nilai Karakter, Kurikulum 2013, Sejarah. 1 ABSTRACT This research aims to (1) determine the background of the Conversion Hinduism to Christianity in the Buduk Village, (2) determine the values of characters that can be learned from the Conversion Hinduism to Christianity in the Buduk Village, (3) determine the contribution of Hindu Religious Conversion to Christianity in the Buduk Village as a source of learning the history of specialization in high school. This study is a historical research. The stages are carried out in the study of history, namely: (1) search heuristics or traces of history, (2) source criticism comprising external criticism and internal criticism, (3) implement the interpretation or choose a valid source, (4) perform historiography or the preparation of historical stories. The results showed: (1) the economy of the Balinese people experiencing adverse conditions causing poverty struck people's lives. Not to mention the burden of religious rituals perceived obligation choke greatly affect the life of poverty makes people to move beliefs, Buduk village is a village that has a diversity of religions and cultures. It can be seen from the occurrence of religious conversion in the village Buduk. ; (2) Conversion of Hinduism to Christianity in the village Buduk display the character values that serve as basis of life for future generations (youth) in charge of harmony and peace between religious communities; (3) Conversion historical events Hinduism to Christianity can be used as a source of learning social history in the history of specialization for students, such as visits to the location of the Conversion Hinduism to Christianity. Utilization of historical events Conversion Hinduism to Christianity as a source of social history in the history of learning in school-based curriculum 2013 is by using a scientific approach. Keywords: Conversion of Religion, History Research, Value Character, Curriculum 2013, History. *Penulis **Pembimbing I ***Pembimbing II 2 PENDAHULUAN untuk mengusir orang-orang barat. Sedangkan Agama Kristen dalam penyebarannya ke Bali awalnya menimbulkan pro dan kontra akibat terbunuhnya pendeta Kristen di Jagaraga tahun 1865 sehingga menimbulkan gejolak sosial sehingga penyebaran Agama Kristen di Bali kemudian dilarang. Kondisi ini berlangsung sampai tahun 1931. (Putra Agung : 1989) Pengaruh setelah pendudukan Belanda atas Bali berbeda dibandingkan pulau lain di Indonesia, salah satunya karena Bali bukan pulau yang kaya akan sumber daya alamnya. Maka pemerintahan kolonial mengambil kebijakan yang disebut Bali serring yang dimaksudkan untuk melindungi Bali sebagai museum hidup karena masyarakat pulau Bali memiliki kebudayaan yang unik dan menarik untuk diteliti. Awalnya Bali dibiarkan hidup dalam kehidupan tradisi, kebudayaan, dan agama asli di Bali. Diluar dugaan, sekalipun ada larangan penyebaran Agama Kristen untuk orangorang Bali dari orang-orang Belanda. Namun diluar dugaan penyebaran Agama Kristen kemudian dilakukan oleh missionaris China Amerika untuk komunitas China di Wangaya. Kondisi inilah yang menjadi penyebab pelan namun pasti menjadi tonggak awal konversi agama masyarakat Bali ke Agama Kristen. Kehidupan agama di Bali mulai terusik setelah masuknya agama Kristen, lebih-lebih setelah tahun 1930an di desa Dalung, Buduk, Abianbase, Tangeb dan beberapa daerah lainnya di Badung. Keunikan proses masuknya orang Bali menjadi Kristen dan akulturasi budayanya diakui menarik untuk dikaji lebih mendalam. Terlebih lagi, Saat ini Kurikulum 2013 menempatkan lingkungan siswa sebagai salah satu sarana untuk kegiatan pembelajaran mengenal lingkungan sekitar mereka sebagai sumber belajar, Lingkungan sebagai sumber belajar dapat memudahkan peserta didik untuk lebih mudah dalam Kaya dengan berbagai macam etnis, suku, agama, dan ras yang beranekaragam membuat Indonesia terkenal di berbagai belahan dunia. Keanekaragaman suku bangsa dan bahasa daerah menunjukkan betapa besar serta kayanya Indonesia akan keberagaman suku dan adat yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Selain suku dan budaya, Indonesia juga terkenal akan keberagaman agamanya bahkan keberagaman agama inilah yang memberikan warna tersendiri bagi perkembangan Indonesia. Indonesia memiliki enam agama yang diakui pemerintah, yaitu; Hindu, Budha, Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, dan Khonghucu. Agama-agama di atas tidak muncul dengan sendirinya. Zaman nenek moyang kita dahulu, Indonesia terkenal sebagai pusat perdagangan dan sebagai penghasil bahan makanan berupa rempah-rempah yang menarik datangnya bangsa-bangsa asing untuk singgah di wilayah-wilayah Nusantara. Selain untuk berdagang, mereka juga membawa misi keagamaan untuk disebarkan. Bukti-bukti dari aktivitas itu sekarang kita warisi dalam bentuk hasil kebudayaan berupa peninggalan-peninggalan sejarah. Masuknya agama ke Indonesia dimulai dari agama Hindu-Budha yang sempat mendominasi kawasan Nusantara dan mencapai puncak kejayaannya pada masa kerajaan Majapahit. Namun setelah runtuhnya kerajaan Majapahit, Nusantara dikuasai kerajaaan-kerajaan Islam sedangkan penduduk yang beragama Hindu, mayoritas dianut penduduk di Pulau Bali. Sekalipun demikian, agamaagama dan kebudayaan lain juga kemudian berkembang di Bali seperti Budha, Kristen dan Islam. Islam masuk bersamaan dengan masuknya kolonialisme barat ke Bali yang menyebabkan raja-raja Hindu menjalin kerjasama dengan orang-orang islam 3 mengerti pelajaran yang diberikan. Contoh : Lingkungan fisik; gedung sekolah, perpustakaan, pusat sarana belajar, studio, museum, taman, peninggal-an sejarah, lingkungan non fisik, penerangan, sirkulasi udara. pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar ini, Nasution (1985:125) menyatakan bahwa pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : dengan cara membawa sumber-sumber dari masyarakat ke atau lingkungan ke dalam kelas dan dengan cara membawa siswa ke lingkungan. Tentunya masingmasing. Cara tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan, metoda, teknik dan bahan tertentu yang sesuai dengan tujuan pengajaran. Dalam Kurikulum 2013 pelajaran sejarah juga terbagi dua, selain pelajaran sejarah Indonesia yang bersifat wajib ada pula sejarah peminatan untuk program studi peminatan ilmu-ilmu sosial dengan beberapa Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar kesejarahan yang sangat tepat menurut penulis dalam menambah sumber belajar sejarah dalam program studi sejarah peminatan ilmu-ilmu sosial yang memberi ruang kepada aplikasi metode dan metodologi untuk siswa melakukan penelitian sejarah serta menemukan nilai-nilai karakter dalam penelitian sejarah yag dilakukan oleh siswa. Dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar pelajaran sejarah Peminatan di kelas X: Kompetensi Inti : KI -1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya, KI-2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif danmenunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia Kompetensi Dasar 3.7 Menganalisis langkah-langkah penelitian sejarah terhadap berbagai peristiwa sejarah, 4.7 Melakukan penelitian sejarah secara sederhana dan menyajikannya dalam bentuk laporan penelitian. Salah satu kegiatan belajar sejarah peminatan yang menuntut agar guru menstimulus siswa supaya mampu menemukan dan menyerap tujuan dari kompetensi inti 1 mengenai nilai-nilai karakter mengenai nilai-nilai toleransi beragama dan kompetensi inti 2 mengenai hubungan sosial masyarakat melalui fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya serta siswa dapat menerapkan metodologi penelitian sejarah dapat dengan memasukkan sejarah sosial yang ada di lingkungan siswa yang dapat dilakukan jika merujuk pada kompetensi dasar diatas, maka penelitian tentang Sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk yang memiliki lokasi yang dekat dengan SMA N 1 Kuta Utara relevan untuk dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut maka kajian tentang Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk, Mengwi “Sejarah, Nilai-nilai karakter dan Kontribusinya sebagai sumber belajar materi sejarah sosial dalam sejarah peminatan di SMA“ menjadi sangat menarik untuk diteliti bukan saja untuk membuka wawasan dan membuka mata siswa mengenai kehidupan sosial di masyarakat serta nilai-nilai karakter yang dapat diperoleh dengan mengenalkan kepada siswa SMA N 1 Kuta Utara yang memiliki lokasi yang dekat dengan Desa Buduk bahwa ada komunitas Kristen Bali di Desa Buduk sehingga siswa dapat mengetahui sejarah lingkungan disekitarnya juga mampu menambah literasi kebudayaan di Desa Buduk serta untuk saling melengkapi penelitian secara umum yang telah dilakukan oleh bapak Nyoman Wijaya dengan buku yang berjudul “Serat Salib Dalam Lintas 4 METODE Bali” mengenai penduduk beragama Kristen di Desa Buduk yang memiliki sejarah yang menarik untuk dibahas dan dapat menjawab permasalahan sebagian masyarakat Desa Buduk yang ingin mengetahui mengapa terdapat kebudayaan dan penganut Kristen Bali di Pulau Bali, khususnya di Desa Buduk, Mengwi Badung. Lebih daripada itu untuk menjadi sarana meningkatkan minat peserta didik agar dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas dan tanggap akan sejarah di lingkungan sekitarnya sehingga melalui sumber belajar Sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk, Mengwi sebagai sumbangan terhadap pelajaran sejarah peminatan di SMA N 1 Kuta Utara. Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah sebagai berikut. (1) Bagaimana latar belakang sejarah konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk,(2) Nilai-nilai karakter apa yang didapatkan setelah melakukan penelitian Sejarah konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk (3) Pada kompetensi inti apa nilai-nilai karakter hasil penelitian konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk dapat dipakai sebagai sumber belajar materi sejarah sosial dalam sejarah peminatan di SMA N 1 Kuta Utara. Bertolak dari rumusan masalah, adapun tujuan yang ingin didapat penulis dalam pembuatan makalah ini untuk mengetahui (1) Latar belakang sejarah konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk. (2) Nilai-nilai Karakter yang didapat setelah melakukan penelitian mengenai Sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk. (3) Pada kompetensi inti apa nilai-nilai karakter hasil penelitian konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk yang dapat dipakai sebagai Sumber belajar materi sejarah sosial dalam sejarah peminatan di SMA N 1 Kuta Utara. Model Penelitian yang digunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah model penelitian yang menggunakan metodologi penelitian sejarah yang menekankan pada pemecahan masalah yang bersifat masa lalu yang memiliki hubungan dengan masa kekinian yang menyangkut bidang pendidikan, mengenai nilai karakter toleransi antar umat beragama yang terkandung dalam penelitian Sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk. Dalam penelitian suatu karya ilmiah sangat diperlukan adanya metode penelitian. Pemilihan metode penelitian sangat tergantung dari paradigma serta tujuan yang ingin dicapai. Melalui penerapan metode, penelitian dapat berjalan secara baik dan benar, serta hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara teknis maupun substansi. Penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan meggunakan paradigma interpretatif karena dalam penelitian ini akan mengungkap makna di balik suatu jejak sejarah yakni Sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk Heuristik Dalam penelitian ini penulis akan mengumpulkan jejak-jejak sejarah dari obyek yang diteliti dari berbagai sumber, baik itu melalui observasi secara langsung wawancara dengan sumber terkait, studi dokumentasi maupun tehnik-tehnik lainnya yang relevan dengan obyek yang diteliti. Sesuai dengan penelitian ini, penulis menggunakan penelitian sejarah dalam mengumpulkan data, maka dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik observasi, wawancara dan studi pustaka/ dokumen. Kritik Sumber Kritik sumber dilakukan dengan tujuan untuk menguji keabsahan atau keakuratan data yang didapatkan. Kuntowijoyo (1995:99) menyatakan jika data-data telah terkumpul, maka langkah selanjutnya yaitu melakukan verifikasi atau 5 kritik sumber, adapun tujuan melakukan verifikasi atau kritik sumber yaitu untuk mengetahui keabsahan sumber. Kritik Sejarah bisa dibedakan menjadi dua, yaitu kritik ekstern dan kritik intern yang bertujuan untuk Mengkritisi Sumber-sumber. kebudayaan Hindu dan kebudayaan baru yang datang ke Desa Buduk. Dan peristiwa ini terjadi juga karena peranan-peranan orang Buduk yang menerima pembabtisan yang akhirnya menjadi tokoh penyebar Agama Kristen di Desa Buduk hingga ke desa-desa lainnya di Bali. Tokoh-tokoh dari Br. Pasekan Buduk ada dua yaitu Pan Loting dan I Goesti Poetoe Sanoer. Pan Loting, secara historis, mempunyai peran yang sangat penting dalam Kristenisasi di Bali, Tsang To Hang mengakui hal itu dengan menyebutkan, bahwa atas jasa Pan Loting, Desa Buduk bisa dijadikan tempat kebaktian rumah tangga kedua di Bali. Setelah yang pertama di Untal-Untal Berkat Pan Loting pula Kristen bisa berkembang ke Bali Utara seperti Singaraja dan Bubunan. Latar belakang sosiologis Pan Loting yang besar menyebabkan bisa banyak orang terpengaruh akan ajakannya. Tsang To Hang juga menggambarkan pergolakan kejiwaan Pan Loting, sehingga generasi sekarang bisa memahami bagaimana seorang tokoh paranormal di Desa Buduk ini, orang terkemuka dari soroh, klan Pasek Badak, tokoh mitologis penting dalam sejarah kekuasaan kerajaan Mengwi, beralih ke Agama Kristen Selain itu berikutnya penyebar Agama Kristen di Desa Buduk adalah I Goesti Poetoe Sanoer. Dalam Ilmu Pengobatan seakan menjadi pesaing dari Pan Loting. I Goesti Poetoe Sanoer mengobati setiap orang yang datang kepadanya tak perduli apapun jenis sakitnya, termasuk penyakit yang timbul karena Ilmu Pangiwa atau non medis. Dalam memberi pengobatan, I Goesti Poetoe Sanoer tak perlu meminta ijin dulu kepada Pan Loting, sebab bisa saja sakit tersebut terjadi bukan karena Pan Loting tetapi orang lain yang juga beraliran Ilmu Pangiwa atau karena salah makan atau murni karena sakit jasmaniah. Sebagai pemula atau perintis mereka telah melalui pergolakan lahir batin yang sangat berat. Penderitaan demi penderitaan , pengorbanan demi pengorbanan yang dialami oleh para Interpretasi Setelah fakta untuk mengungkap dan membahas masalah yang diteliti cukup memadai, kemudian dilakukan interpretasi, yaitu penafsiran makna fakta dan hubungan antara satu fakta dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta dilakukan secara obyektif serta secara subyektif yang bersifat rasional agar menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran. jejak sejarah yang di peroleh agar menemukan fakta yang ada dalam penelitian. Historiografi Dari pemanfaatan sumber-sumber yang ada, ditemukan antara fakta satu dengan fakta lainnya saling berkaitan sehingga kita dapat menyusunnya secara kronologis fakta yang ada berdasarkan langkah-langkah penulisan sejarah, dan penulis mendapatkan kajian sejarah yang sistematis. Langkah terakhir yang ditempuh setelah fakta yang sudah dirangkai dan sudah dilengkapi dengan interpretasi melahirkan konstruksi sejarah yang utuh dan bermakna yang kemudian ditulis dalam penulisan cerita sejarah (historiografi). HASIL DAN PEMBAHASAN Latar Belakang terjadinya Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk Desa Buduk merupakan salah satu desa yang memiliki keanekaragaman agama dan kebudayaan. Hal ini dapat dilihat dari terjadinya konversi agama di Desa Buduk. Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen ini menimbulkan banyak perubahan yang terjadi di Desa Buduk, mulai menjadi beragamnya agama yang ada di Desa Buduk serta terjadi akulturasi 6 sampai lahirnya Gereja ” Efrata ” Buduk selama bertahun-tahun dapat dirasakan dengan sungguh-sungguh oleh segenap generasi penerus Jemaat ” Efrata”, dengan cara merenungkan dan menceritakan secara turun temurun, menghayati dan mengenang berbagai kepahitan hidup terdahulu, sebagai pemicu semangat persekutuan, memegang teguh keyakinan, membangun ketekunan untuk menjadi yang terbaik dalam kebenaran. (Dokumen Sejarah GKPB di Buduk :2015) Sebelum dilakukan pembaptisan terhadap sejumlah orang yang telah dengan berani menyatakan kepercayaannya di masyarakat, sekalipun menanggung berbagai tekanan baik secara politis dari para penguasa pemerintahan dan secara sosial kemasyarakatan dari masyarakat setempat. Gelombang penganiayaan yang dihadapi para perintis kekristenan ini merebak dan meliputi seluruh pulau. Sawah-sawah orang kristen tidak lagi memperoleh suplai air, hidup mereka dikucilkan, dan sebagian dilingkungan keluarga mereka kehilangan hak waris, bahkan ada harta benda yang mereka miliki dirambag/ dirampas paksa, seperti padi disawah dipanen bersama-sama, padi dilumbung diturunkan dan sebagainya. Pendeta Tsang To Hang sendiri dipanggil untuk menghadapi pemeriksaan dihadapan Residen Belanda. Pada saat pemeriksaan Pendeta Tsang To Hang dinyatakan bersalah karena telah melanggar surat tugas pekerjaanya yang sesungguhnya hanya berlaku untuk orang Tionghoa saja. Akibat pergolakan ini akhirnya Pemerintah Belanda kembali menegakan hukum lama, yang melarang agama lain masuk dan menyebarkan kepercayaanya di Bali. Disamping itu selanjutnya surat Izin penginjilan Pendeta Tsang To Hang dicabut tahun 1933 dan diperintahkan agar segera meninggalkan Bali. (Dokumen Sejarah GKPB di Buduk :2015) Namun pada zaman kemerdekaan kehidupan masyarakat Hindu dan Kristen di Desa Buduk hidup berdampingan dapat dilihat dari lokasi rumah penduduk Hindu dan Kristen yang berdampingan, pembagian tanah kuburan yang berdampingan, serta kebudayaan Hindu di Bali masih di pegang kuat oleh orang Desa Buduk yang berpindah agama ke Agama Kristen dari segi seni bangunan rumah, kebiasaan memenjor saat hari raya keagamaan serta pakaian dan tempat persembahyangan Gereja masih memakai adat dan style Hindu Bali. Nilai-nilai karakter yang didapatkan setelah melakukan penelitian Sejarah konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen dalam dunia pendidikan dapat berfungsi sebagai sumber pembelajaran sejarah. Dimana Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk menampilkan nilai-nilai karakter Religius dan Toleransi antar umat beragama yang dijadikan dasar pegangan hidup bagi generasi penerus bangsa (pemuda) dalam mengisi kerukunan dan perdamaian antar umat beragama dan juga sejarah dari berdirinya Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen dapat memberikan suatu memori hidup tentang umat beragama yang berbeda namun dapat hidup berdampingan di Desa Buduk. Nilai-nilai yang dapat diwariskan dari Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen adalah dimulai dari nilai religious atau nilai keagamaan, sehingga generasi penerus kita bisa mengetahui mengapa masyarakat yang berbeda keyakinan di Desa Buduk dan desa-desa lainnya dapat hidup berdampingan secara damai. Selain itu nilai yang dapat diwariskan juga berupa nilai toleransi antar umat beragama, hingga kisah konversi agama ini bisa menjadi pedoman untuk saling mengetahui asal usul masyarakat di Desa Buduk adalah dari tempat yang sama dan memiliki hubungan saudara namun hanya berbeda keyakinan. Jika direfleksikan nilai-nilai toleransi dalam Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen yang berperan dalam menjaga perdamaian da kerukunan antar umat beragama, maka 7 nilai-nilai tersebut dapat dipilah menjadi dua aspek, yaitu nilai-nilai dasar dan nilai-nilai karakter. bagaimana usaha para penyebar agama Kristen mengembalikan kepercayaan umat Hindu di Desa Buduk dalam mempererat tali silaturahmi kekeluargaan, barulah seorang guru hendaknya menyampaikan nilai-nilai karakter dari Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen agar diteladani serta diaplikasikan oleh anakdidik. Nilai-nilai kesejarahan dari Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristennantinya diselipkan pada “Nilai-Nilai Karakter Budaya Bangsa” yang ada dalam Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terkait dengan materi/ pelajaran yang sudah disampaikan , maka seorang guru wajib melakukan Assesmen/ Evaluasi di akhir pelajaran. Evaluasi yang dilakukan yaitu dalam bentuk tes lisan, tes tulis dan penilaian afektif siswa. nilai-nilai karakter konversi Agama Hindu ke Agama Kristen di Desa Buduk dapat dipakai sebagai Sumber belajar materi sejarah sosial dalam sejarah peminatan di SMA N 1 Kuta Utara Sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah sosial dalam sejarah peminatan di SMA, Strategi belajar kunjungan ke lokasi terjadinya Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen. Pemanfaatan Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen sebagai sumber belajar sejarah sosial dalam sejarah peminantan di SMA berbasis kurikulum 2013 yaitu dengan menggunakan pendekatan scientific. Dalam pendekatan scientific siswa dituntut untuk bisa belajar secara aktif dalam mengkostruksi pengetahuan dan keterampilannya. Kemudian pendekatan pembelajaran ini akan dipadukan dengan metode inquiri yang bertujuan agar siswa aktif untuk mencari serta menemukan nilai-nilai yang terkandung pada Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen tersebut. (Suprijono, 2009: 78; Rusman, 2010: 187; Tanredja, 2012: 49). Dengan mengaplikasikan keberadaan sejarah yang letaknya tidak jauh dari sekolah akan membuat guru lebih mudah mengkaitkan materi yang diajarkan dengan kondisi dunia nyata. Kondisi tersebut akan sangat membantu guru dalam mewariskan nilainilai sejarah yang terkandung dalam Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen. Dalam usaha menyampaikan nilainilai kesejarahan Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen guru sejarah peminatan memiliki peranan yang penting sebagai pendidik dan pengajar dalam memberikan materi mengenai usaha para penyebar agama Kristen mengembalikan kepercayaan umat Hindu di Desa Buduk dalam mempererat tali silaturahmi kekeluargaan walaupun telah berbeda agama. Setelah menyampaikan Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen menimbulkan banyak perubahan yang terjadi di Desa Buduk, mulai menjadi beragamnya agama yang ada di Desa Buduk serta terjadi akulturasi kebudayaan Hindu dan kebudayaan baru yang datang ke Desa Buduk. Dan peristiwa ini terjadi juga karena peranan-peranan orang buduk yang menerima pembabtisan yang akhirnya menjadi tokoh penyebar Agama Kristen di Desa Buduk hingga ke desa-desa lainnya di Bali. Tokoh-tokoh dari Br. Pasekan Buduk ada dua yaitu Pan Loting dan I Goesti Poetoe Sanoer. Nilai-nilai yang dapat diwariskan dari Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen adalah dimulai dari nilai religious atau nilai keagamaan, sehingga generasi penerus kita bisa mengetahui mengapa masyarakat yang berbeda keyakinan di Desa Buduk dan desa-desa lainnya dapat hidup berdampingan secara damai. Selain itu nilai yang dapat diwariskan juga berupa nilai toleransi antar umat beragama, hingga kisah konversi agama ini bisa menjadi pedoman untuk saling mengetahui asal usul masyarakat di 8 Desa Buduk adalah dari tempat yang sama dan memiliki hubungan saudara namun hanya berbeda keyakinan. Dalam usaha menyampaikan nilainilai kesejarahan Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen guru sejarah peminatan memiliki peranan yang penting sebagai pendidik dan pengajar dalam memberikan materi mengenai usaha para penyebar agama Kristen mengembalikan kepercayaan umat Hindu di Desa Buduk dalam mempererat tali silaturahmi kekeluargaan walaupun telah berbeda agama. Setelah menyampaikan bagaimana usaha para penyebar agama Kristen mengembalikan kepercayaan umat Hindu di Desa Buduk dalam mempererat tali silaturahmi kekeluargaan, barulah seorang guru hendaknya menyampaikan nilai-nilai karakter dari Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen agar diteladani serta diaplikasikan oleh anakdidik. Nilai-nilai kesejarahan dari Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristennantinya diselipkan pada “Nilai-Nilai Karakter Budaya Bangsa” yang ada dalam Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). sejarah dengan memanfaatkannya secara maksimal. 2. Pengembangan akan kesadaran sejarah masa lalu tidak saja diutamakan pada generasi muda, tetapi juga dapat pula kepada para guru atau pengajar lainnya. Dengan adanya peristiwa sejarah ini nantinya para pengajar khususnya guru sejarah peminatan maupun guru sejarah dapat memfungsikan peristiwa sejarah ini sebagai sumber pembelajaran yang interaktif bagi para peserta didiknya. 3. Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen merupakan peristiwa yang perlu diketahui oleh setiap orang yang perlu dilestarikan guna memberikan pengetahuan akan sejarah sosial yang terjadi di masyarakat terdahulu hingga sekarang. Kepada pihak pemerintah daerah khususnya hendaknya dapat membantu melestarikan dan menjaga kerukunan masyarakat antar umat beragama di setiap daerah. Sehingga nantinya jejak sejarah sosial, lokal dan agama bangsa ini tidak akan hilang untuk selamanya. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan ada beberapa hal yang ingin disampaikan penulis sebagai sumbang saran terkait dengan hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu : 1. Bagi generasi muda atau pelajar hendaknya melalui mempelajari peristiwa sejarah ini dapat dijadikan sebagai pencerminan akan kerukunan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Buduk. Sehingga dapat menginspirasi mereka (generasi muda atau pelajar) dalam melanjutkan menjaga kerukunan antar umat beragama ini dalam bentuk atau dalam hal-hal yang bersifat positif. Disamping itu diharapkan Peristiwa sejarah Konversi Agama Hindu ke Agama Kristen dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam pembelajaran UCAPAN TERIMAKASIH Terselesaikannya artikel ini tidak terlepas dari kontribusi dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingannya dalam menyusun artikel ini. Untuk itu dalam kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terimakasih yang setulustulusnya kepada Beliau: (1) Bapak Prof. Dr. Nengah Bawa Atmadja, M.A., selaku dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan serta dukungan moril kepada penulis dalam dari perencanaan, pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artiel ini; (2) Ibu Dra. Desak Made Oka Purnawati, M.Hum., selaku dosen Pembimbing II yang telah 9 banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan serta dukungan moril dan materiil kepada penulis dalam pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini; (3) Bapak Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd., selaku Penguji & Pembimbing III dalam penelitian ini yang telah banyak memberikan masukan dan saran yang membangun kepada penulis selama pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini. Serta kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Hanya ucapan terimakasih dan doa yang bisa penulis ucapkan, semoga semua amal kebaikan dan pengorbanan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Wijaya. Nyoman.2007.Serat Salib Dalam Lintas Bali (Sejarah Konversi Agama di Bali 1931-2001). Denpasar: Yayasan TriSadhanaPutra DAFTAR PUSTAKA Agung, Ida Anak Agung Gde. 1985. Dari Negara Indonesia Timur ke Republik Indonesia Serikat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Nurkancana dan Sunartana. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha Nasional. Kuntowijoyo.1995.pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta : Yayasan Benteng Budaya. Nasution S. 1982. Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina aksara Nasution. 1985. Alat peraga dalam Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Pageh, I Made. 2010. Metodologi Sejarah: Dalam Perspektif Pendidikan. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Widja, I Gede. 1991. Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran 10