Green Concern MINGGU, 28 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA Bebas Mampat dengan Bakteri Perut Sapi |7 INFO HIJAU Greenpeace dan Green FM Siaran 72 Jam MI/RAMDANI PENGURAI ALAMI UNTUK LIMBAH: Bakteri anaerob di perut sapi selain bermanfaat untuk probiotik juga dapat digunakan untuk menguraikan limbah organik, termasuk dalam saluran cuci maupun kloset. INGIN bersantai di taman sambil mendengarkan musik dan belajar lingkungan? Jika begitu, mampirlah ke Taman Menteng, Jakarta Pusat, hari ini. Pasalnya, ini adalah hari terakhir siaran langsung, acara musik, dan edukasi lingkungan yang digelar bersama oleh Greenpeace dan Green FM. Acara yang digelar sejak Kamis (25/11) ini diberi nama Program Siaran 72 Jam Nonstop.”Ini untuk memperingati 10 tahun Greenpeace di Indonesia. Siaran yang intens ini diharapkan akan lebih membangkitkan kepedulian masyarakat akan masalah lingkungan kita,” kata Hikmat Soeriatanuwijaya, pengampanye Greenpeace untuk wilayah Asia Tenggara di Jakarta, beberapa waktu lalu. Dalam siaran yang dilaksanakan langsung di rumahrumah kaca di taman itu, berbagai masalah lingkungan Indonesia dibahas, dari masalah hutan hingga nuklir. (Big/M-3) Studi Adaptasi Iklim Minim REUTERS/YVES HERMAN Bakteri dari perut sapi digunakan untuk menuntaskan masalah penyumbatan toilet dan saluran air. Efektif dan alami. Bintang Krisanti beberapa tahun lalu oleh Soelaiman Budi Sunarto. Pegiat lingkungan yang juga dosen berusia 47 tahun ini mengembangkan cara sederhana dan alami untuk menuntaskan permasalahan penyumbatan. Cara itu menggunakan bakteri pengurai yang ada di rumen (perut besar) sapi. ”Dengan bakteri itu sampahsampah makanan yang suka ingkan dan dijadikan bubuk. Soelaiman mengatakan dua sendok bubuk tersebut sudah mampu melancarkan kembali toilet yang mampat. Produk, yang sudah lolos uji Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat Pengkajian dan Penerapan Teknologi Bioindustri BPPT, itu juga dapat membantu mengurai sampah-sampah makanan yang menyumbat Nah, second opinion-nya bisa untuk di kloset maupun saluran cuci,” katanya. Suryadi menambahkan penggunaan bakteri ini tidak membuat efek samping. Bakteri itu juga tidak perlu dikhawatirkan mengganggu manusia karena sesuai sifatnya yang anaerob. Ia akan mati jika terkena udara dan matahari. ”Justru menguntungkan A NDA yang tinggal di kota-kota besar mungkin sering melihat iklan jasa penyedot WC atau kloset di pinggir jalan. Sanitasi perkotaan yang modern ternyata tidak bebas dari masalah. Begitu pun Anda mungkin juga pernah mengalami, kloset mampat kembali atau lekas penuh meski belum lama disedot. Jika demikian, mungkin Anda harus berpikir ulang dan tidak hanya mengandalkan jasa penyedot WC. Permasalahan kloset sering kali bukan karena konstruksi ataupun penyumbatan bahan yang sulit terurai. Kloset bisa cepat penuh karena proses penguraian limbah tidak baik dan itu sangat bergantung pada keberadaan bakteri pengurai di dalam septic tank. Sayangnya, bakteri ini sering kali tanpa sadar justru kita musnahkan. Penggunaan produk kimia pembersih kloset yang mengandung klorin, amonia, dan asam klorida, tidak saja mematikan bakteri jahat tapi juga bakteri pengurai limbah. Selain dengan menghindari penggunaan produk tersebut, proses penguraian alami dalam septic tank juga bisa dijaga dengan memperbaiki keberadaan bakteri-bakteri pengurai. Inilah yang dikembangkan sejak DOK SULAIMAN BUDI SUNARTO HEWAN: Dengan metode pembuatan fistula di perut, sapi atau kerbau tetap dapat hidup meski pengambilan bakteri dilakukan tiap hari. Sapi tersebut dikatakan tetap dapat bereproduksi dengan normal. menyumbat saluran cuci akan diurai. Di kloset juga begitu. Penguraian lebih cepat, jadi tidak akan mampat,” kata Soelaiman dari tempat usahanya, di Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis (25/11). Pria yang mendapat Agrobisnis Award 2004 dari Menteri Pertanian Anton Apriantono ini menjelaskan bakteri anaerob itu dibiakkan dalam sekam, jerami, atau bekatul lalu diker- saluran pencucian. ”Selama bahannya atau sampahnya organik, bisa diurai bakteri ini,” tambah Soelaiman. Anaerob Kemampuan bakteri perut sapi sebagai pengurai limbah diakui Suryadi, peneliti Pusat Teknologi Limbah Radioaktif, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan). ”Pemanfaatan utamanya sebagai probiotik hewan. lingkungan karena bahannya alami,” katanya. Pengambilan bakteri itu sendiri bisa dilakukan dengan dua cara, yakni dari rumen sapi yang telah mati yang biasa banyak di tempat penjagalan, atau sapi hidup. Untuk cara yang terakhir ini, perut sapi harus dilubangi (dibuat fistula). Suryadi mengatakan dengan cara pembuatan fistula, dari seekor sapi hidup dalam sehari bisa diambil 300-400 cc cairan yang berisi jutaan bakteri. Sapi itu sendiri dikatakan tetap hidup normal. Ini pula yang sudah dibuktikan oleh Soelaiman. Ia mengatakan sapi sudah pulih dan hidup normal setelah dua minggu dioperasi. Lubang di perut sapi ditutup dengan karet yang bisa dicopot-pasang. Soelaiman menuturkan ia biasa mengambil sepertiga atau 10 kg isi rumen setiap harinya. Isi rumen itu akan diperas dan biasanya dihasilkan 3 liter air yang mengandung jutaan bakteri. Air itulah yang kemudian dibiakkan dalam sekam dan dikeringkan. ”Sapinya sendiri tetap hidup normal, tetap bisa hamil dan menyusui,” kata pria yang memiliki empat ekor sapi ini. Peluang usaha Soelaiman mengaku kini produknya yang diberi merek BioJoos itu sudah dipasarkan hingga Irian Jaya. Dalam sebulan ia memproduksi 800 pak atau 960 kg BioJoos. Tiap pak dihargai Rp10 ribu. BioJoos tidak hanya digunakan sebagai probiotik dan mengurai limbah di saluran pembuangan, tapi juga untuk menghilangkan bau. Soelaiman menuturkan salah satu pelanggannya adalah peternak ayam yang menggunakan BioJoos untuk menghilangkan bau tidak sedap kotoran ayam. Dengan cukup suksesnya usaha ini, Soelaiman menilai usaha bakteri pengurai itu bisa menjadi tambahan pemasukan bagi pemelihara sapi lainnya. Ia sendiri membuka pelatihan pembiakan bakteri pengurai tersebut. (M-1) miweekend@ mediaindonesia.com REUTERS/YURIKO NAKAO PERUNDINGAN perubahan iklim UNFCCC (COP 16) tinggal sehari lagi dimulai. Salah satu pekerjaan rumah yang menanti diselesaikan ialah pendanaan program adaptasi. Dana publik global untuk adaptasi hanya 7,45%, sedangkan mitigasi 83,19%. Dalam diskusi yang digelar Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI) di Jakarta, beberapa waktu lalu, Direktur Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan program adaptasi sebenarnya sangat dibutuhkan negara berkembang, termasuk Indonesia, karena dapat membantu masyarakat miskin. “Tapi studi tentang adaptasi perubahan iklim di Indonesia sangat minim. Padahal tanpa ada studi, kita tidak tahu kita butuh dana berapa dan berarti juga tidak bisa kita ajukan,” katanya. Program adaptasi ini juga sudah seharusnya dimasukkan ke strategi pembangunan nasional supaya lebih terjaga penerapannya. Tanpa ini, masyarakat miskin akan semakin jadi korban. (Big/M-3) Tuan Rumah Konferensi Remaja REUTERS/GERARDO GARCIA INDONESIA akan menjadi tuan rumah konferensi pemuda internasional untuk perubahan iklim atau International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) ke-1. “International Youth Forum on Climate Change akan berlangsung pada Februari 2011 di Jakarta,” kata Ketua Penyelenggara IYFCC Pahlevi Pangerang yang juga Sekretaris Jenderal Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) di Jakarta, Kamis (25/11). IYFCC bagian dari agenda resmi World Assembly of Youth. Indonesia terpilih sebagai tuan rumah karena delegasi Indonesia di General Assembly of World Assembly of Youth ke-15 yang berlangsung sejak 21 November 2010 di Malaka berhasil meyakinkan pentingnya memperjuangkan isu perubahan iklim. Ketua Umum KNPI Ahmad Doli Kurnia juga terpilih sebagai Wakil Presiden World Assembly of Youth. Menurut Pahlevi, sejumlah pemuda dari 40 negara bersedia hadir. (Ant/Big/M-3) HIJAU DAN SEHAT DENGAN TAMAN OBAT T T ips! G re e n Jangan lupakan keberadaan tanaman obat di pekarangan Anda. Selain untuk penghijauan, tanaman obat dapat dikonsumsi untuk kesehatan. AHUN ini dunia memang merayakan keanekaragaman hayati. Namun sayang, di samping perayaan itu, sedang terjadi ironi, yakni banyak spesies tanaman dan hewan di dunia yang terancam punah. Suatu diskusi yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) beberapa waktu lalu mencuatkan kekhawatiran punahnya berbagai tanaman sumber obat akibat perubahan iklim dan pembangunan di zaman modern ini. Kepunahan itu sangat disesalkan karena banyak dari tanaman itu belum benar-benar dimanfaatkan. Semua pihak bertugas untuk mengembangkan studi dan mempercepat penelitian tentang tanaman obat. Keikutsertaan masyarakat untuk berperan serta melestarikan keanekaragaman hayati, khususnya tanaman obat, sebenarnya bisa dimulai dari rumah sendiri, yakni dengan menanam tanaman obat di pekarangan. Taman obat ini sebenarnya sudah banyak digalakkan dan dikenal dengan nama kebun tanaman obat keluarga atau toga. Toga kini mulai banyak menjadi bagian dari taman pelayanan umum dan permukiman. Memiliki toga sebenarnya juga memiliki banyak keuntungan. Hal itu bisa dilihat dari keberadaan toga di RW 09 Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Toga dibuat di atas lahan tidak terpakai di bantaran kali yang terletak di tepi permukiman itu, kebun toga bukan hanya memberi kesejukan, menjadi sarana olahraga, melainkan juga menjadi tempat kumpul dan belajar. Kesuksesan warga mendapatkan bibit tanaman yang sudah tergolong jarang, seperti sidaguri besar, kumis kucing, delima, kecapi, nanas kerang, dan mahkota dewa juga membuat kebun ini menjadi sarana wisata warga daerah lain. Tertarik dan ingin belajar membuat toga di lingkungan sendiri? Dengarkan langsung triknya dari penggagas Toga Pondok Kelapa dalam diskusi di Green FM. (Big/M-1)