PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN PSIKOLOGI STASE 3 – KASUS VIII KLINIS Disusun untuk memenuhi tugas persyaratan Mata kuliah Stase 3 Majoring Psikologi Klinis - Nama Mahasiswa : Nisabella Marsianti NPM : 20050011008 Kelompok : II Pembimbing : Dra. Endah Nawangsih, M.Psi Dra. Eni Nugrahawati., M.Pd PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2013 RAHASIA PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA LAPORAN PSIKODIAGNOSTIK KLINIS Tujuan pemeriksaan Tanggal pemeriksaan Tempat pemeriksaan Pemeriksa NPM I. : Menegakkan diagnosis Multiaksial, Mendeskripsikan Etiologi dan dinamika terjadinya gangguan serta merencanakan model intervensi. : 4,15, 17, 18 Agustus 2013 : Lantai 4 Laboratorium Psikologi Pascasarjana UNISBA, tempat tinggal klien : Nisabella Marsianti : 20050011008 IDENTITAS Nama :RA Jenis kelamin : Perempuan Tempat dan tanggal lahir : Cianjur, 17 September 1990 Suku Bangsa : Sunda Agama : Islam Pendidikan : D3 STIKEP PPNI JABAR Alamat : Jl. TCI Blok K-21 Nama Ayah : AD Usia Ayah : 44 tahun Suku Bangsa : Sunda Agama : Islam Pendidikan terakhir : SMA Pekerjaan : Wiraswasta Alamat : KP. P H RT 01/08 C, C Nama Ibu : ID Usia Ibu : 43 tahun Suku Bangsa : Sunda Agama : Islam Pendidikan terakhir : SMA Pekerjaan : IRT Alamat : KP. P H RT 01/08 C, C 1 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA II. STATUS PRAESENS Fisik: S berperawakan berisi dengan perkiraan tinggi badan 150 cm dengan berat badan 53 kg. Pada pertemuan pertama, S berpakaian rapi memakai seragam dan bermake-up. S memakai arloji di pergelangan tangan kanan secara keseluruhan S tampak rapi dan bersih. Psikis : Saat berkenalan S menjabat tangan tester dengan lemah dibarengi dengan mencium pipi kanan dan kiri dengan tester. Ketika ditanyakan nama, S menjawab dengan suara yang jelas kemudian meminta maaf karena dirinya datang terlambat kurang lebih setengah jam. Secara umum S tampak percaya diri. Ketika ditanya mengenai keluhannya, S langsung bercerita. Saat bercerita S antusias dan ekspresif saat bercerita, beberapa kali S bercerita sambil kedua tangannya diperagakan, saat itu S nampak bersemangat untuk cerita. Suara yang dikeluarkan lantang dan keras, sesekali S tertawa saat bercerita. Pandangan mata kurang fokus, karena sering melihat sekeliling, cara bicara yang genit. III. RIWAYAT KASUS Sakit kepala yang dialami oleh S kira-kira muncul 1 tahun yang lalu, saat mulai bekerja dan pindah tempat tinggal di tempat tante nya yang sekarang. Saat itu S menyangka sakit kepala yang dialami hanya sakit kepala biasa, karena masuk angin tetapi hingga seminggu sakit kepala tidak sembuh-sembuh sehingga S mencoba menggunakan obat dan dapat mengurangi sakitnya, namun rasa sakitnya muncul kembali. S mengatakan bahwa dirinya tidak tergantung dengan obat sakit kepala itu. Jika sudah habis tidak akan membeli lagi, hanya saja S merasa terganggu jika sakit kepalanya muncul disaat sedang tertekan/saat mendapatkan masalah. Selain sakit kepala, nafsu makan S juga menjadi terganggu, dan cepat tersinggung, mengganggu saat sedang bekerja menjadi tidak fokus. S bingung harus menyelesaikan permasalahan yang dihadapi seperti apa, biasanya jika sakit kepalanya kambuh atau sedang mengalami masalah biasanya S akan pergi dengan teman-temannya. Sebelumnya S tidak pernah mengalami sakit kepala seperti ini, S hanya pergi ke dokter satu kali saja menurutnya periksa ke dokter tidak ada pengaruhnya. Rentang waktu munculnya sakit kepala tidak tentu, saat S putus dengan pacarnya S juga mengalami sakit kepala, S mengatasinya dengan pergi bersama teman-temannya. Kemudian S merasa tidak nyaman tinggal dengan keluarga tantenya, sebetulnya mereka sangat baik dan perhatian, hanya saja S merasa tidak bebas untuk melakukan keinginannya (main dengan teman-teman, pulang malam, dan kritikan dari tantenya agar S memiliki pacar kaya) S tidak bisa melakukan apa-apa hanya bisa diam saja dan jika sudah tidak bisa ditahan S menangis. 2 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA Selain itu S merasa aneh dengan dirinya karena memiliki kebiasaan yang aneh yaitu ketagihan berciuman. Hal ini dirasakan mengganggu dari setengah tahun yang lalu, saat S berpacaran dengan laki-laki yang dianggapnya baik. Selama berpacaran dengan dia S tidak bisa berciuman, S tidak mau meminta. Pada akhirnya S bercerita dengan salah satu teman kerjanya yang pada saat itu memiliki masalah dengan pacarnya dan janjian bertemu dengan S untuk pulang kerja sama-sama. Singkat cerita S berciuman dengan teman kerjanya itu dan sampai sekarang sudah beberapa kali melakukan itu dengan temannya. S menyadari keinginan untuk berciuman ini kurang lebih dari 1 tahun kebelakang, pada awalnya S mengira bahwa itu hanya sebatas keinginan saja tetapi terkadang saat sedang sendiri S suka membayangkan berciuman dengan laki-laki yang tampan, mapan dan kaya. Terkadang jika kebutuhan untuk berciuman tidak terpenuhi oleh pacar, S akan mencari yang lain atau biasa disebut “nyicip” oleh S. Biasanya S akan mendekati laki-laki tersebut kemudian jika cocok S akan berciuman dengannya, S mengatakan hanya sebatas memenuhi kebutuhan untuk berciuman saja. S mendapatkan kenikmatan dan semangat setelah berciuman, tetapi jika saat berciuman tidak memuaskannya S akan segera meninggalkan laki-laki tersebut. Namun beberapa bulan ini dirasakan menjadi terganggu oleh keinginan itu dan sulit untuk dihilangkan, namun jika tidak terpenuhi keinginan itu S menjadi mudah marah, tidak fokus dan sakit kepala yang tidak bisa hilang. IV. OBSERVASI OBSERVASI UMUM Berdasarkan observasi yang didapat selama pemeriksaan berlangsung S mampu dan mau bekerjasama, tidak ada sikap atau perilaku yang mengganggu, S mau berusaha dalam menghadapi persoalan yang sulit. Selain itu S dapat menjaga kontak mata dengan tester. Dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas terkesan buru-buru, S dapat memahami instruksi yang diberikan, S mau terbuka untuk menceritakan permasalahan yang diberikan begitupun dengan permasalahan lain yang dihadapi dan terbuka menceritakan mengenai keluarganya. OBSERVASI KHUSUS WB S dapat memahami instruksi yang diberikan oleh tester, posisi duduk S cenderung tidak berubah, dapat menjaga kontak mata dengan S, cara menjawab tidak terburu-buru. Pada subtes Digit Span Forward S terlihat kurang bisa konsentrasi, sehingga mendapat nilai kecil dibandingkan Digit Span Backward. S akan mengatakan “tidak tahu” jika tidak menjawab, hanya saja sesekali S melihat dan memegang telepon genggamnya. Saat subtes Picture Arrangement pada persoalan kedua sempat melihat kebelakang kartu dan mengatakan “tiap orang beda-beda ya teh jawabannya”. 3 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA Cerita Picture Arrangement : 1. Rumah 3’’ PAT Pertama buat pondasi terus disini buat kerangka untuk rumahnya abis itu udah jadi rumahnya baru di cat sama orang itu. 2. Penodongan 15’’ ABCD Ada penjahat terus dia nodong orang dan ditangkap sama polisi, kemudian ketauan salah terus diadili lalu dimasukan kepenjara. 3. Elevator 15” LMNO Ada bel berbunyi tandanya lift naik, kemudian belnya berbunyi lagi kemudian lift nya naik lagi keatas, yang ini liftnya uda mulai naik dan terbuka sedikit setelah itu pintu kebuka dan orangnya keluar semua. 4. Main mata 26” AJNET Ada si bos lagi naik mobil dia nyuruh berenti soalnya liat cewe lagi jalan terus bosnya turun, terus kenalan sama cewe itu dan jalan berdua sama cewe itu. 5. Ikan 28” EFHGJI Ada orang lagi mancing terus dapet ikan, ikanya gede terus dapat lagi ikannya dan mancing lagi terus dia udah banyak dapet ikan terus dia bilang “makasih ya uda nangkepin ikannya” soalnya ada yang membantu dia untuk dapat ikan. 6. Taxi 49” SAMELU Ada orang yang lagi bawa boneka terus dia naik mobil, terus boneka ditaruh disamping bapak itu, terus bonekanya terus ada yang aneh makanya bapak itu liat kebelakang terus bonekanya didekatkan, terus bapak itu melihat kebelakang lagi dan bonekanya semakin didekatkan kemudian bonekanya dipegangin. Rorschach Jarak S melihat dan merespon kartu dekat, posisi duduk S cenderung membungkuk kedepan sehingga kedua tangan berada diatas meja, S terbilang cepat memberikan respon terlihat dari reaction time yang cepat, penjelasan pada inquiry tidak banyak dan singkat. 4 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA WZT S mengerjakan subtes ini dalam waktu 3 menit 40 detik, saat lembar kerja diberikan S langsung memberikan respon “saya udah pernah disuruh gambar seperti ini, udah tau disuruh apa” tetapi tester kembali memberikan instruksi. Saat menggambar S mengatakan “saya mau gambarnya berurutan aja”. Tarikan garis yang diberikan tipis, rangsang 1 dipilih menjadi kotak pertama yang dibuat dan rangsang 8 yang digambar paling akhir. BAUM Tes ini diselesaikan dalam waktu 1 menit 52 detik, yang pertama kali dibuat adalah batang pohon, kemudian akar pohon, dilanjutkan dengan cabang dan yang terakhir adalah mahkota yang dibuat diarsir serta diberi nama pohon mangga. DAP Gambar pertama yang dibuat adalah gambar laki-laki yang diselesaikan 62 detik, yang dibuat pertama kali adalah bagian kepalanya kemudian wajah dan rambut, leher, pundak, badan, bagian paha, kemudian tangan dan kaki. Gambar kedua yaitu perempuan diselesaikan dalam waktu 75 detik, cara menggambar sama seperti saat menggambar lakilaki. SSCT Subtes ini dikerjakan dalam waktu kira-kira 30 menit, dalam mengerjakannya S tidak banyak bertanya terlihat serius dalam mengerjakannya sampai selesai. EPPS Subtes ini diselesaikan dalam waktu 50 menit, S tidak banyak berbicara dan terlihat serius, tidak ada yang dilewat, hanya saja pada saat memberikan instruksi S menanyakan “apakah harus dikerjakan semuanya? Banyak sekali ya teh”. Anamnesa Anamnesa dilakukan disela-sela pemeriksaan dan tidak ada waktu khusus, selama melakukan anamnesa S mau terbuka dan mau bekerja sama dengan baik. 5 RAHASIA PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung V. ANAMNESA Posisi dalam keluarga : Usia Pekerjaan Keterangan P(S) 22 Perawat Belum Menikah P 12 SD Kelas 6 - P 8 SD Kelas 2 - P 5 PAUD - S anak pertama dari 4 bersaudara, S tidak tinggal di rumah dengan keluarga inti, orang tua tinggal di kota Cianjur dan S berada di Bandung tinggal bersama keluarga bibi dari ayah. Setelah tamat SMA S pindah ke kota Bandung untuk melanjutkan kuliah, S tinggal di rumah saudara dari ayah, yaitu bibi, paman, 2 keponakan, nenek dan pembantu rumah tangga. Ayah sosok yang baik, tidak mudah marah, sabar dan lebih banyak diam. Sejak kecil, semua kebutuhan S dipenuhi. Ayah juga sosok pekerja keras, ayah memiliki usaha sendiri yaitu rumah makan didekat rumahnya di Cianjur. Setiap hari ayah sibuk mengurus usaha rumah makannya, sehingga ayah pulang kerja sore hari atau malam hari. Hubungan S dengan ayah selama ini dirasakan baik, S mengatakan bahwa tidak pernah bertengkar dengan ayah. S tidak mau mengecewakan ayahnya, dirinya mengakui bahwa selama ini ayahnya tidak tahu keburukan yang telah diperbuat S karena itu tidak penting. S menginginkan ayahnya bangga dengan apa yang telah dicapai S, bukan mengetahui keburukan S. Dimata S ibu adalah segalanya, S sangat dekat dengan ibu. S menceritakan semua hal kepada ibu, S lebih berani bercerita kepada ibu dibandingkan dengan ayah alasannya karena segan dengan ayah. Ibu itu sangat perhatian kepada anak-anaknya, cerewet, baik, selalu mengingatkan jika S melakukan kesalahan. Di rumah biasanya ibu yang lebih banyak bicara dan mengatur keperluan anak-anaknya, walaupun ibu cerewet dan mengetahui semua tentang S tidak pernah marah dan tidak melarang S. Ibu pengaruhnya sangat besar untuk S, S tidak tahu apa jadinya jika tidak ada ibu. Ibu tidak bekerja, sesekali membantu ayah untuk mengurus usahanya. Ibu lebih banyak di rumah dengan anak-anaknya. Saat masih muda perilakunya hampir mirip dengan S, suka minum-minuman keras dan pergi ke diskotik. Namun S tidak pernah malu atas perilaku ibu, sebaliknya S bangga mempunyai ibu dan bisa bertukar pengalaman dengan ibu. 6 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA Hubungan orang tua yang dirasakan S selama ini baik-baik saja, tidak pernah ada perselisihan. Mereka saling terbuka, kalaupun ada perselisihan jarang diperlihatkan kepada anak-anaknya. Biasanya yang paling dominan dalam membuat keputusan dirumah adalah ayahnya, terkadang ibu. Misalkan saja saat S memutuskan untuk kost di Bandung, ayahnya melarang S dengan alasan masih ada keluarga di Bandung sehingga S menyetujui hal itu. Hubungan orang tua dengan anak yang selama ini dirasakan, baik-baik saja yang lebih dominan dalam mendidik anak-anak biasanya ibu. Di rumah tidak ada aturan atau tugas-tugas yang dibuat, sebetulnya ada namun tidak terlalu ketat jika melakukan kesalahan biasanya hanya dinasehati saja oleh ibu, ayah lebih banyak diam. Namun satu kali S pernah pulang malam, saat itu orang tua mengijinkan S pulang paling telat jam 9 malam tetapi S pulang hampir tengah malam. Sesampainya di rumah S tidak bisa masuk karena orang rumah sudah tidur dan akhirnya S tidur di halaman rumah, keesokan harinya S dimarahi oleh ibunya tidak dihukum apa-apa. Orang tua selama ini membebaskan dan memberikan kepercayaan kepada S dalam bergaul dengan siapa saja, tidak ada batasan apapun yang penting bisa menjaga diri dan tahu tentang agama. S mengakui bahwa hubungan dengan ketiga adik-adiknya tidak terlalu dekat, karena tidak satu rumah dan jenjang usia yang cukup jauh. Selama ini ibu mengetahui perilaku S yang sering pulang malam, minum-minuman keras, pergi ke diskotik, dan bahkan gaya pacaran yang bebas (S meminta ijin kepada ibunya untuk memperbolehkan S berciuman dengan pacarnya dan ibu mengijinkan itu). S mengatakan bahwa selama sekolah tidak pernah tinggal kelas, selalu naik kelas hanya saja nilai yang menurun. Saat SD dan SMP S mengatakan masuk dalam ranking 5 besar, biasanya jika mau ulangan S jarang belajar hanya dibaca sekilas saja tetapi saat dikelas S akan memperhatikan guru dan mencatat dari papan tulis. Jika S mendapat ranking biasanya orang tua akan memberikan hadiah, apa saja yang S mau pasti akan dikabulkan. Berbeda saat S menginjak SMA, disini S mulai senang bermain dengan teman-temannya dan tidak jarang S membolos saat sekolah. Alasan S membolos karena S jenuh dan merasa bosan disekolah, selama S membolos orang tua tidak tahu hanya saja terlihat nilai raport S menurun, walaupun masih ranking 10 besar. Setelah lulus SMA S ingin melanjutkan kuliah di Bandung atas keinginannya sendiri, S mengikuti UMPTN tidak lolos (mengambil jurusan biologi) selain itu S sudah mencoba daftar di UPI tetap tidak lolos, kemudian atas saran bibi S kebetulan dosen di STIKEP menyarankan S untuk daftar disana yang akhirnya diterima dan mulai kuliah disana. Sebetulnya S tidak terlalu berminat untuk mengambil jurusan keperawatan, hanya saja waktu itu S tidak mau menganggur dan tidak ada kegiatan apa-apa. Selama kuliah S mengakui bahwa dirinya tidak fokus dan sering main dengan teman-temannya, kuliah diselesaikan selama kurang lebih 3 tahun kemudian langsung magang dan bekerja. 7 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA S tidak memiliki pengalaman kerja, kerja sebagai perawat di Rumah Sakit ini baru pertama kalinya yang sudah jalan lebih dari 1 tahun dan S merasa bosan, ingin pindah. S mengatakan bahwa S jenuh dengan tugas yang setiap hari sama, main dengan lingkungan yang sama dan dengan orang yang sama, tuntutan dari atasan dan tugas yang berat. S merasa dirinya tertekan dan tidak bebas melakukan apa yang diinginkannya sehingga S mulai merasakan sakit kepala yang tidak hilang-hilang walaupun sudah menggunakan obat warung, S ingin main atau pergi kesuatu tempat tidak bisa, saat ingin mengunjungi keluarganya di Cianjur tidak bisa karena tidak diberikan ijin dari kantor dan alasan S masih magang. Selama 1 tahun ini S tetap bertahan karena tunjangan yang didapat dari Rumah Sakit tersebut lumayan besar, S sudah berbicara dengan ibunya dan menyarankan untuk tetap bekerja disana. S mengakui bahwa dirinya merasa menjadi tulang punggung bagi keluarganya di Cianjur, karena usaha ayah kini bukan miliknya sendiri namun gabungan sehingga setidaknya S harus bisa membagi-bagi kebutuhan dan membagi hasil dengan keluarganya. Masalah berat yang dialami oleh S selama ini adalah ketika bekerja di Bandung dan tinggal bersama dengan keluarga bibinya, S merasa bahwa dirinya mulai tertekan dengan pekerjaan dan tuntutan dari atasannya. Kemudian dirumah bibinya S merasa kurang bebas dan merasa diawasi tingkah lakunya, menurutnya keluarga bibi nya sangat baik dan memperhatikan S. S tidak suka jika mereka mencampuri kehidupan pribadi S, misalkan bibinya sering berkomentar mengenai beberapa pacarnya yang datang kerumah (S diminta untuk mencari pacar yang kaya dan mapan) karena bibinya membandingkan dengan suami dan saudara-saudara yang memiliki rumah besar dan mobil, hal itu membuat S tersinggung dan tidak bisa marah. Biasanya jika S sudah pusing dan tidak bisa membendung emosinya S akan membanting/melempar barang hingga pecah, setelah itu S merasa puas. Jika tidak S akan pergi main dengan teman-temannya. S mengatakan bahwa dirinya adalah orang yang mudah marah, dan cerewet. Jika ada hal yang tidak disukainya akan langsung marah, kemudian S mudah untuk dapat mengekspresikan emosinya (marah, sedih, senang). S juga mengatakan bahwa dirinya egois dan kurang peduli dengan orang lain, sehingga tidak sedikit orang disekelilingnya mengatakan bahwa dirinya orang yang cuek. Biasanya jika S memiliki masalah jarang meminta bantuan kepada orang lain, S mengatakan dirinya sulit untuk dapat menyelesaikan masalahnya, jika sudah tidak bisa mencari jalan keluar biasanya S akan pergi main dan membiarkan masalah itu. S tidak akan bercerita dengan orang lain jika tidak ditanya. 8 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA Harapan yang dimiliki dalam diri S saat ini adalah ingin membahagiakan orang tua, dan ingin menjadi sukses, selain itu S ingin cepat menikah agar dapat keluar dari rumah bibi dan bisa bebas. S mengakui bahwa dirinya memiliki banyak keinginan, hanya saja S cara untuk mendapatkannya. Selama ini S hanya mengikuti dan menjalani apa yang ada, belum melakukan apa-apa. Menurutnya hambatannya ada dalam dirinya dan pekerjaan yang membuatnya jenuh. Kebanyakan S memiliki teman laki-laki dibanding perempuan, S memiliki teman atau sahabat perempuan namun tidak banyak itu pun teman saat sekolah dulu dan kuliah, saat ditanya alasan S hanya mengatakan bahwa lingkungan dan tempat bergaul (diskotik) yang membuat S lebih banyak mendapatkan teman laki-laki. Dalam berteman S tidak pernah memilih, S memiliki berbagai macam teman (homoseksual, peminum dan pemakai obat). S sudah pernah mencoba meminum minuman keras dari harga yang murah hingga mahal, S mengatakan bahwa dirinya diajak oleh teman dekatnya saat SMA (laki-laki) yang kebetulan temannya tersebut homoseksual. S mengenal dunia malam dari temannya itu, S diajak mengunjungi berbagai diskotik untuk menghilangkan kejenuhan dan kepenatan hingga S biasanya baru pulang jam 2 atau jam 3 pagi. Menurutnya ibu tahu S pergi kemana dan dengan siapa, S tidak pernah marah atau melarang S untuk bergaul dengan temannya itu, asalkan tidak kelewat batas (berhubungan seks dan memakai obat). Setelah S pindah ke Bandung jarang berhubungan dengan teman laki-lakinya itu, dikarenakan sudah sibuk masing-masing. S juga sudah tidak pernah lagi pergi ke diskotik, alasannya sudah tidak mau seperti dulu lagi dan ingin berubah walaupun masih suka minum dan ke diskotik tetapi tidak sering jika sedang jenuh dan merasa bosan saja. S mengakui bahwa dirinya mulai nakal itu sejak SMA kelas 2, pada awalnya S sering bolos sekolah dan main dengan teman-temannya. Sering pulang malam dan kena teguran dari ibunya, namun S tidak jera dan meneruskan perbuatannya itu. S mengatakan dirinya tidak mau diatur oleh orang lain, S bisa menjaga dirinya dan mengetahui mana perbuatan yang baik dan buruk. Setelah lulus SMA dan pindah ke Bandung orang tua S tidak seketat dulu, orang tua terutama ibu sudah memberikan kepercayaan kepada S bahwa S sudah bisa menjaga dirinya. Pulang malam, pergi ke diskotik masih dilakukan selama kuliah dengan teman-temannya. Walaupun S sering meminum-minuman keras S tidak pernah ketagihan, S hanya minum jika memiliki uang dan diajak oleh temannya itu. Saat S melakukan skripsi S berhenti minum dan pergi ke diskotik, alasannya karena akan mengganggu aktivitasnya dan temannya sudah pindah kerja ke kota lain sehingga sudah jarang bertemu lagi, jika jenuh biasanya S akan pergi dengan teman-temannya. 9 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA Ditempat kerja pun S jarang bahkan tidak pernah menceritakan tentang masalah atau kehidupan pribadinya, menurutnya itu tidak penting disaat bekerja harus fokus dengan pekerjaan bukan dengan urusan pribadi orang lain. Sehingga S menjaga jarak dengan temanteman kerjanya, menurutnya teman-teman kerjanya sering membicarakan masalah orang lain dan menjelek-jelekkan orang lain. S tidak mau orang lain tahu bagaimana dirinya sebenarnya (perempuan yang suka minum minuman keras dan sering ke dikotik). Biasanya dengan teman-teman kerjanya hanya bercerita masalah pekerjaan dan liburan saja, sekedar ngumpul saja bersama mereka. Namun beberapa orang dari mereka tahu tentang diri S hanya 2-3 orang saja, itu pun teman yang S percaya dan teman yang memiliki kehidupan yang sama. Pertama kali S pacaran saat SMA tetapi tidak serius dan tidak bertahan lama, S mengatakan bahwa jika dirinya berhubungan dengan laki-laki tidak bisa bertahan lama dan sering ganti-ganti pasangan. Alasannya S mudah bosan, selain itu pandangan S tentang lakilaki berbeda menjadi 2 bagian, laki-laki yang disukai yang biasa disebut “nyicip” dan lakilaki yang dijadikan pacar. S mengakui bahwa dirinya memiliki kebiasaan yang buruk dan terlalu bebas dengan gaya pacaran yang dimilikinya, pegangan tangan dan ciuman menurutnya itu tidak aneh, apalagi saat berciuman akan dipegang beberapa bagian tubuhnya hal itu sangat wajar menurutnya. S mengatakan jika tidak melakukan hal itu membuat dirinya menjadi bosan dengan laki-laki itu, tidak jarang S suka dengan laki-laki hanya karena ingin berciuman saja dan dapat memuaskan dirinya S akan melanjutkan pertemanan jika tidak maka S akan langsung meninggalkannya. Hal itu masih dilakukan sampai sekarang, S tidak ingat awal mulanya seperti apa hanya saja kira-kira 1 tahun kebelakang dan S merasa aneh dengan dirinya sendiri dengan perbuatan itu. S mengatakan bahwa biasanya S akan memulai lebih dulu dalam berkenalan dengan laki-laki, walaupun demikian ada rasa kurang percaya diri dalam dirinya karena fisiknya/ tubuhnya yang pendek. Pertama kali S mulai memberanikan diri untuk berciuman saat kuliah semester 3, S mengatakan bahwa S penasaran dan dibujuk oleh teman-teman kuliahnya untuk mencoba. Kebetulan saat itu S sedang berpacaran dan akhirnya S memberanikan diri untuk berciuman, pertama kali S merasakan bahwa biasa saja karena hanya sekedar menempel saja. Tetapi setelah beberapa kali mencoba, S menjadi ketagihan dan mencoba beberapa gaya. Informasi itu S dapatkan dari teman, media dan lain-lain. S merasa aneh dengan dirinya sendiri kenapa harus ketagihan ciuman, pada awalnya S merasakan biasa saja jika S memiliki pacar S akan berciuman dengan laki-laki itu. Namun semakin kesini semakin S tidak bisa menahan keinginannya untuk berciuman, bahkan jika melihat laki-laki yang disukai S suka membayangkan bagaimana rasanya berciuman dengan laki-laki itu. 10 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA S terkadang sulit untuk dapat menahan tidak berciuman, misalkan saja kurang lebih beberapa bulan yang lalu S berpacaran dengan seorang laki-laki yang menurutnya anak baik dan kalem sehingga S tidak berani untuk meminta berciuman. Pada akhirnya S bercerita dengan salah satu teman kerjanya (laki-laki) mengenai keinginannya itu dan secara tidak sengaja S berciuman dengan temannya, pada awalnya S terkejut dan tidak habis pikir hingga mereka bertengkar dan tidak saling sapa. Namun beberapa waktu yang lalu S sempat berciuman lagi dengan temannya itu dan sering digoda olehnya, S mengetahui bahwa temannya itu sudah memiliki pacar. Beberapa kali S sempat berciuman dengan laki-laki yang disukai (bukan pacarnya), pada awalnya S sempat merasa aneh namun S merasa dirinya sakit atau memiliki gangguan. S mengatakan dirinya tidak bisa menahan keinginan untuk berciuman, jika itu tidak terpenuhi S akan sakit kepala dan emosinya sulit dikendalikan. Biasanya S berciuman bukan ditempat umum ataupun tempat terbuka, S lebih memilih tempat yang tidak banyak orang dan sepi. S mengatakan bahwa dirinya masih mempunyai rasa malu dan memiliki harga diri, setidaknya memilih suasana yang membuatnya nyaman. S pernah melakukan itu dirumah bibinya saat keadaan rumah tidak ada orang, ditempat kost-an temannya, ditempat kerja diruang ganti. VI. KESIMPULAN SEMENTARA S dibesarkan dan berkembang dengan kurangnya aturan yang diberikan kepada S serta perhatian yang berlebihan, sehingga S dengan bebas melakukan apa saja tanpa melihat sebab dan akibat yang akan diperolehnya, selain itu S sulit untuk diarahkan oleh orang lain dan memiliki sikap egosentris yang tinggi sehingga apa yang diinginkan harus segera terpenuhi. Saat mendapatkan masalah kurang mampu untuk menyelesaikannya, karena dari dulu apa yang S butuhkan akan terpenuhi dengan mudah dibandingkan harus berusaha mendapatkannya sehingga kurang adanya kontrol dalam diri. Jika tidak cara penyelesaian yang diambil tidak tepat, misalkan karena bosan dan jenuh S akan membiarkan masalahnya ataupun S menggantinya dengan pergi minum ataupun melempar barang hingga pecah sehingga akan merasa puas. S kurang dapat mengendalikan emosinya, akan dengan mudah S akan mengeluarkan perasaan marah, sedih, dan senang. Jika ada sesuatu hal yang dirasakan tidak nyaman S akan memperlihatkannya, mudah terbawa emosi dan kurang sabar dalam menahan emosinya. Dilingkungan sosial S kurang terampil dalam berhubungan dengan orang lain, sehingga 11 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA untuk dapat masuk dalam satu lingkungan S membutuhkan orang lain. Pada dasarnya S individu yang tidak mau diatur maka semasa sekolah S memberanikan diri untuk bolos dan bermain dengan teman, sehingga selama pendidikan menjadi tidak fokus hal ini terbawa hingga masa kuliah dan masuk dalam pergaulan bebas (diskotik, minum-minuman keras, gaya berpacaran yang bebas). VII. TEORI Nymphomania Perilaku seksual dan perkembangan seksual sangat bervariasi serta merupakan topik yang memiliki multifacet. Perilaku adalah akhir dari produk sistem interaksi yang selalu berubah setiap saat. Sistem interaksi ini bersifat bio-psikososial. Perkembangannya sangat bergantung pada faktor konstitusional, pengaruh lingkungan dan kejadian eksidental, termasuk pengalaman-pengalaman traumatik. Seksualitas manusia dipelajari dalam konteks fungsi dan perkembangan kepribadian secara menyeluruh. Sejak tahun 1905, Freud memiliki kontribusi yang sangat besar dalam pemahaman aspek seksualitas manusia, yang dalam hal ini ia mengemukakan peran libido sebagai kekuatan kuantitatif yang dapat mengukur intensitas dari dorongan seksual manusia. Insting ini merupakan representasi penyertaan aspek psikis dari sumber biologik dan hormonal yang berada dalam tubuh manusia, namun tidak tertutup kemungkinan stimulasi lingkungan eksternal. Hal yang penting disini adalah bahwa manifestasi perilaku seksual yang didorong oleh insting libidinal akan terintegrasi dan terkait dengan aspek psikologik dan sosiologik dari kehidupan manusia secara menyeluruh. Teori libido ini juga dapat diterapkan pada anak-anak yang disebut Freud sebagai Infantile Sexuality. Namun, tentu saja secara kualitatif berbeda dengan seksualitas pada orang dewasa. Disamping itu, maknanya pun bagi anak-anak berbeda, walaupun hal ini merupakan protoerotic pleasure dalam cara spesifik dari pengalaman dan kondisi terberi. Selanjutnya, Freud mengemukakan ada tiga karakteristik Infantile Sexuality sebagai berikut : 1. Seksualitas infantil pada dasarnya terkait dengan fungsi vital somatic 2. Seksualitas infantil tidak memiliki obyek seksual. Jadi, sifatnya adalah autoerotic 3. Seksualitas infantil ditandai oleh tujuan seksual yang didominasi oleh erotogenic zones yang bersifat sekuensial 12 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA Karena ketiga karakteristik inilah, maka perkembangan psikoseksual pada masa kanak-kanak, berlangsung dalam tahapan perkembangan oral, anal, phallic dan genital. Dalam fase perkembangan psikoseksual oral, lokasi tubuh yang menjadi zona erotik adalah mulut dan bibir. Jadi, kecuali bayi memperoleh kepuasan rasa lapar dari masuknya air susu ibu, maka gerakan mengisap puting susu ibu memberikan kenikmatan tersendiri bagi bayi. Dalam fase perkembangan anal, anak-anak merasakan kenikmatan tersendiri oleh fungsi anus yang mengeluarkan dan menahan faeces, pada saat anak buang air besar. Fase phalliclah yang membuat anak menyadari bahwa phallus (penis) merupakan area tubuh yang juga memberikan penghayatan kenikmatan erotik. Fase phallic yang terjadi dalam kisaran usia 34 tahun, meletakan dasar perilaku onani atau masturbasi yang memegang peranan tertentu bagi perkembangan psikoseksual selanjutnya. Untuk fase perkembangan psikoseksual, secara rinci akan dijelaskan. Selama fase genital, oedipus complex teratasi. Dengan berlalunya oedipus complex, maka anak akan berkembang mandiri dan serentak memiliki superego yang terinternalisasi, sehingga mampu mengendalikan dorongan dan subsistem kepribadian id. Pada saat anak masuk fase laten, dorongan seksual menurun karena anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kognitifnya melalui kesempatan belajar di sekolah. Freud menyatakan pula bahwa kondisi psikopatologi pada masa dewasa, sangat terkait dengan perjalanan anak dalam melalui fase perkembangan psikoseksual tersebut. Infantile sexuality, memiliki karakter biseksual karena baik anak laki-laki maupun anak perempuan akan mendapatkan penghayatan emosi dan pengalaman yang analog. Kecuali itu, dinyatakan pula bahwa keadaan biseksualitas pada masa infantile sexuality benar-benar terkait dengan kondisi biologik manusia, baik dalam perkembangan psikoseksual maupun sosioseksual-nya. Sementara itu, perkembangan konflik neurotik bersumber dari ketidakpuasan dorongan libidinal dalam perjalanan seluruh fase perkembangan psikoseksual tersebut. Coleman (1952) mengelompokkan deviasi seksual dalam tiga kelompok berbeda, yaitu : 1. Deviasi yang terkait dengan dorongan seksual yang eksesif atau aktivitas seksual yang terhambat, seperti halnya pada keluhan impotensia seksual pada laki-laki dan nymphomania pada perempuan 2. Perilaku seksual yang pada dasarnya normal secara biologis, namun dilakukan pada setting antisosial, seperti pada perilaku seksual promiscuity 3. Pola seksual yang dinyatakan abnormal sehubungan dengan pilihan obyek yang memuaskan dorongan seksualnya, seperti fethishm dan necrophilia 13 RAHASIA PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung Nymphomania adalah istilah yang diberikan pada perempuan yang memiliki aktivitas seksual yang eksesif. Individu ini memiliki kebutuhan seksual yang intens dan berlanjut serta perilakunya ditandai oleh dorongan kebutuhan seksual yang membutuhkan pemuasan yang eksesif pula. Sebenarnya, sangat sulit untuk membedakan antara kebutuhan seksual yang normal dan yang eksesif, namun apabila kebutuhan seksual ini begitu eksesif, hal tersebut lebih terkait karena masalah psikologis daripada pertimbangan dalam aspek fisiologis. Penderita nymphomania adalah pertama, perempuan yang tidak pernah memperoleh kepuasan dalam kebutuhan seksual dalam ikatan perkawinan monogami, sehingga menuntut diri dan selalu berupaya untuk memperoleh pasangan ekstra marital, dengan perilaku seksual dalam setting antisosial. Disamping itu, pelampiasan kepuasan kebutuhan seksual sering juga merupakan upaya pelarian dari persoalan psikologis yang ia hadapi. Kedua, sebagai upaya kompensatif terhadap frutrasi dari berbagai bidang kehidupan. Ketiga, sebagai pemaknaan dari keraguan dan ketidak-adekuatan sense of femininity. Untuk mengatasi keraguan taraf sense of femininity tersebut, ia terdorong untuk melakukan perilaku seksual yang eksesif. Jadi, pelampiasan kebutuhan seksual yang eksesif tersebut bisa terjadi dalam kehidupan intra marital atau mereka menganut pola perilaku seksual yang bersifat promiscuity, yang dimungkinkan oleh penyertaan fantasi seksual yang liar. Kemudian penderita ini secara intens mengalami keinginan dan dorongan seksual yang frekuensinya melebihi batas wajar dalam keseharian dan menjadikan masalah seksual sebagai pusat dari aktivitasnya. Penyebab dari disfungsi seksual ini sebagai berikut : 1. Aktivitas seksual dilakukan sebagai pelarian dari permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diatasi 2. Kompensasi dari berbagai keadaan frutrasi 3. Upaya penderita untuk melakukan penguatan perasaan kadar maskulinitas dan femininitas yang belum berkembang dalam dirinya secara optimal TEORI KEPRIBADIAN MILLON HISTRIONIK Tipe kepribadian histrionik adalah individu yang overemotional. Mereka membutuhkan rangsangan, eksitasi dan atensi. Biasanya tipe kepribadian ini memberikan impresi pertama yang positif, charming dan senang berada dalam kebersamaan sosial, suaranya biasanya keras sekali eksibitionistik dan dramatis mereka penuntut, tidak terkendali terutama bila mereka sangan menginginkan keterlibatan. Mereka secara intens terlibat secara 14 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA emosional dalam pertemanan namun pertemanannya selalu diakhiri oleh kebosanan, perbedaan individu histrionik dengan individu dependent, bahwa individu histrionik lebih membutuhkan perhatian orang lain daripada dukungan emosional yang menjadi karakteristik spesifik dari individu dependent sehingga hasilnya individu histrionik adalah orang yang tidak submisif (patuh). Tindakan yang diekspresikan Afektif : menunjukkan reaksi yang sangat berlebihan, cenderung mencari stimulasi dan perhatian orang lain melalui tindakan impulsivitas, menunjukkan kemampuan berfikir rendah, reaksi-reaksi lebih bersifat treatrikal dan menunjukkan kegemaran untuk memperoleh kegembiraan sesaat, maupun mencapai keuntungan dan kesenangan yang cepat. Perilaku interpersonal Genit : Aktif mencari pujian dengan memanipulasi orang lain untuk memperoleh keuntungan yang dibutuhkan atau untuk memperoleh ketentraman hatinya, individu ini cenderung mencari perhatian dan persetujuan orang lain, dia sangat bergantung pada orang lain dan cenderung mendramatisasi diri, serta menunjukkan kegairahan yang tinggi. Kognitif style Bertingkah laku tidak karuan (Flighty) : menghindari introspeksi atas perilakunya dan lebih tertarik pada kejadian luar yang sesaat dan dengan perhatian yang cepat berlalu, serta rendahnya kemampuan untuk mengintegrasikan pengalamanpengalamannya, yang diperoleh sebagai akibat tidak terfokusnya perhatian terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Mekanisme regulasi Disosiasi : mengatur tampilan dirinya dengan menciptakan suatu keberhasilan sosial yang atraktif, tetapi perubahannya berlangsung secara tiba-tiba melalui pengalihan diri untuk menghindari dan mengintegrasikan pemikiran dan emosi yang tidak menyenangkan. Self image Sociable : memandang diri mudah bergaul, menarik dan manis, menggambarkan citra diri sebagai teman yang menarik dan menyenangkan serta sibuk untuk membujuk orang lain dengan orientasi pada kehidupan sosial yang menyenangkan. 15 RAHASIA PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung Gambaran tentang obyek Swallow : menggambarkan kondisi internal yang sebagian besar tidak mendalam (superficial), serta afek yang tidak menyatu dengan ingatan, maupun konflikkonfliknya, serta lebih menuruti dorongan dan mekanisme yang tidak substansial. Pengorganisasian struktur organisme Disjoined : kemampuan untuk menjalin relasi rendah diserta kurangnya kemampuan untuk mengintegrasikan bagian-bagian dari proses-proses pengaturan dan pengendalian internal untuk menahan inpuls, maupun mengkoordinasikan pertahanan diri dan penyelesaian konflik-konflik yang seharusnya dilakukan, subjek gagal untuk memadukan serta menstabilkan pemikiran, perasaan dan tindakan-tindakannya biasanya pikiran, perasaan dan tindakannya tidak saling berhubungan. Mood temperamen Fikle : menunjukkan kehidupan yang dramatis dengan emosi yang dangkal, aktifitasnya berlebihan, tidak sabaran, mudah mencari perhatian dan mudah marah dan bosan. ALAT TES YANG DIGUNAKAN WB Tes ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana gambaran taraf kecerdasan seseorang serta menggambarkan profil aspek kecerdasannya. Dari tes WB ini juga dapat menggambarkan efisiensi kecerdasan yang dipengaruhi oleh kepribadian ataupun keadaan patologisnya. Rorscach Tes ini digunakan untuk melihat sifat dari dorongan dalam individu, motivasi dan impuls dorongan, kapasitasnya untuk mengontrol impulsnya, caranya mengatasi persoalan, dan aspek-aspek lain dari kepribadian. Tes ini juga mengevaluasi emosi-emosi yang dialami klien dalam hidupnya, tingkat intelektual dan membatu menjelaskan komponen-komponen kepribadian seseorang. GRAFIS BAUM Tes ini berfungsi untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang. Terdapat hubungan antara bentuk pohon dan bentuk manusia, yang menanam kehidupan dalam pohon seperti dalam suatu patung yang berdiri. Pohon mencapai kemiripan paling tinggi dengan kemanusiaan (humanity) dan bahwa pertemuan dengan pohon adalah pertemuan dengan diri sendiri. 16 RAHASIA PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung DAP Tes menggambar orang adalah merupakan cermin atau persepsi diri dengan berbagai atribut yang melatarbelakanginya. Figur manusia yang digambarkan karena didasarkan dari asumsi bahwa gambar yang mudah dikenali dari satu objek adalah bentuk manusia dan semenjak dini individu sudah seringkali menggambar orang dibandingkan menggambar bentuk atau objek lain. WZT Tes ini digunakan karena dengan adanya perbedaan dalam mengamati dan bereaksi terhadap situasi-situasi tak berstruktur mewakili perbedaan antar individu dalam hal kepribadian. SSCT Tes ini dapat digunakan untuk mengungkap dinamika kepribadian, yang dapat menampakkan individu dalam hubungan interpersonal dan dalam interpretasi terhadap lingkungan. Tes ini dapat merangsang seseorang untuk memproyeksikan keadaan atau isi psikisnya sesuai dengan rangsang yang terdapat atau berkaitan dengan isi kalimat. VIII. INTERPRETASI FRAGMENTAL Intepretasi Keterangan WB Tingkat kecerdasan S berada dalam taraf rata-rata, IQ = 104 dimana subtes verbal lebih tinggi dibandingkan pada VIQ>PIQ subtes performance. Hal ini menunjukkan adanya Inf<Comp kecemasan yang dirasakan oleh S, adapun konsentrasi Arith -, DS yang mudah teralihkan sehingga kurang maksimal pada Sim + fungsi kognisi. S memiliki kemampuan kreatif baik, PA-, BD + namun kurang disertai usaha atau perencanaan yang tepat dalam menghadapi masalah. RORSCHACH S memiliki ambisi yang besar dan berusaha menekan F = 60% kebutuhan yang diinginkan untuk tidak tercapai. Impuls At = 2 yang tinggi kurang dapat dikontrol sehingga mudah W : M = 6: 3 terbawa emosi (cepat tersinggung). Untuk dapat diterima (H) = 2, A = 65% oleh lingkungan maka S harus mengendalikan dirinya dan FM = 5 emosinya dan hal itu membuat dirinya tidak nyaman. FC = 1, add FC = 1 Sehingga perilaku yang ditampilkan seperti anak kecil (immature), serta memiliki kecemasan dalam relasi interpersonal dan dilingkungan. 17 RAHASIA PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung BAUM Gambar besar Adanya sikap impulsif yang dimiliki S dan memiliki Posisi gambar ditengah kemauan yang cukup besar, memiliki kebutuhan untuk Cabang banyak diperhatikan dari lingkungan, adanya perilaku agresif yang Mahkota yang diarsir dimiliki serta keinginan untuk menunjukkan diri di Draw leaning to left lingkungan. DAP Adanya sikap impulsif pada diri S, perasaan kurang Posisi gambar ditengah nyaman dan kurang percaya diri dilingkungan. Sifat Leher pendek immature pada diri S, perilaku agresif dan adanya Penekanan pada rambut ketertarikan kepada seksual. Bahu digambar kotak EPPS Kurang adanya minat untuk meraih prestasi, kurang memiliki daya tahan dalam menghadapi masalah ataupun pekerjaan sehingga S menginginkan perubahan yang cepat dalam dirinya namun belum bisa mengarahkan dirinya sendiri sehingga membutuhkan bantuan. S memiliki rasa empati dan kepekaan yang baik, serta dapat mengikuti aturan yang ada di lingkungan sekitar, namun sebenarnya S kurang tertarik pada lingkungan sehingga dalam memenuhi kebutuhannya S meminta bantuan kepada orang lain (egosentris) karena S kurang percaya diri. Adanya kebutuhan untuk menonjolkan dirinya yang berlebihan dan keinginan untuk dapat memiliki hubungan interpersonal yang kuat dan ditekan menyebabkan S cemas (merasa tidak nyaman), sehingga memiliki penyelesaian yang kurang tepat dengan emosi yang kurang dapat dikontrol (kurang berpikir matang). 18 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA IX. DINAMIKA GANGGUAN Semua kebutuhan terpenuhi Bebas melakukan apa saja Tidak ada hukuman Dimanjakan oleh orang tua S Egois, impulsif Daya tahan menghadapi masalah kurang Kontrol diri kurang Tidak mau diatur Berada ditempat yang mengharuskan menuruti aturan menjadi tidak nyaman dan jenuh (sekolah, kuliah, tempat kerja) Membolos, pergi dengan teman Pergi ke diskotik Meminum-minuman keras Gaya berpacaran yang bebas Penyelesaian masalah yang kurang tepat Kuliah, bekerja di Bandung, tinggal bersama bibi (harus mengikuti aturan) Bosan, jenuh Merasa terkekang, mendapat masalah ditempat kerja Pacaran dan ganti-ganti pasangan Berciuman dengan banyak laki-laki Bertemu pacar yang pendiam Ketagihan berciuman dan menjadi kebutuhan Kebutuhan tidak terpenuhi (ciuman) dan muncul sakit kepala Berciuman dengan teman kerja Gangguan nymphomania Konseling direktif Keinginan untuk berciuman berkurang 19 RAHASIA PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung Kurang adanya pengalaman atau pembelajaran untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang dialami membuat S kesulitan dalam memilih cara penyelesaian masalah dan tidak tepat, sejak masih sekolah S sudah mulai membolos dan mengenal pergaulan bebas. Hal tersebut membuat S menjadi muncul perilaku egosentris, kurang dapat mengontrol emosinya, daya tahan dalam menghadapi masalah yang kurang. Dari dulu S dengan bebas melakukan apa saja tanpa melihat sebab dan akibat yang akan diperolehnya. Saat mendapatkan masalah S kurang mampu untuk dapat menyelesaikannya, karena dari dulu apa yang S butuhkan akan didapatkan dengan mudah dibandingkan S harus berusaha mendapatkannya. Adanya kebiasaan selama tinggal dengan orang tua yang bebas melakukan apa saja, bermain dan bergaul dengan siapa saja tanpa ada hukuman ataupun aturan yang ditetapkan. S pindah dan tinggal bersama keluarga lain dimana S harus bisa mengikuti aturan yang dibuat disana, yang membuatnya tidak nyaman dan harus menjaga sikapnya. Pada dasarnya S individu yang tidak mau diatur maka semasa sekolah S memberanikan diri untuk bolos dan bermain dengan teman, sehingga selama pendidikan menjadi tidak fokus hal ini terbawa hingga masa kuliah dan masuk dalam pergaulan bebas (diskotik, minum-minuman keras, gaya berpacaran yang bebas). Ketika tinggal dengan bibi membuat S merasa bosan dan ditambah jadwal kerja yang membuatnya jenuh ditambah masalah pekerjaan, tidak bisa berbuat apa-apa dan mulai mencari cara lain yaitu dengan berpacaran dan memiliki banyak teman laki-laki untuk dapat memuaskan dirinya. Hal ini dilakukan karena kurang mampu (rendah kemampuan) dalam menyelesaikan masalah dan kurangnya pengalaman dalam mengintegrasikan pengalaman/masalah. Sikap S yang seperti anak kecil, ramah dan centil menjadikan modal agar mendapatkan perhatian laki-laki ditambah ajakan teman, S mencoba untuk mulai berciuman dengan pacarnya yang pada akhirnya membuat ketagihan. Pada dasarnya kepribadian impulsif yang dimiliki S dimana apa yang menjadi keinginan dan kebutuhannya harus segera dipenuhi karena kurang dapat menahan/mengontrol dirinya. Disisi lain S ingin menunjukkan kegairahan yang tinggi kepada laki-laki dalam suatu bentuk pelarian dari masalah yang sedang dialaminya. Satu waktu S memiliki pacar yang pendiam (baik) tidak bisa memuaskan kebutuhannya sehingga membuat S sakit kepala dan mencari laki-laki lain yaitu dengan teman kerjanya dan beberapa laki-laki lain, hanya sebatas memuaskan kebutuhan seksualnya saja. Dalam kasus ini memungkinkan S mengalami gangguan nymphomania. X. DIAGNOSA 20 RAHASIA PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung Aksis I : Gangguan Nymphomania Aksis II : Predisposisi Kepribadian Histrionik Aksisi III :- Aksis IV : Masalah yang berkaitan dengan lingkungan sosial Aksis V : GAF 70 – 61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabiliti ringan dalam fungsi, secara umum masih baik). XI. PROGNOSA Pencetus S mengalami gangguan adalah tidak terpenuhi kebutuhan seksual (berciuman) sehingga membuat S menjadi tidak fokus, mudah marah dan sakit kepala yang sulit dihilangkan. Pada akhirnya S mencari cara untuk dapat memenuhi kebutuhannya dengan mencari orang lain (teman kerja) untuk dapat memuaskan dirinya, atau S akan meminum-minuman keras untuk dapat melupakan kebutuhannya tersebut. Sampai saat ini S belum menemukan cara yang bisa membuatnya menahan ataupun menghilangkan kebutuhan akan aktivitas seksual (berciuman), sehingga dalam kondisi demikian maka prognosa negatif. XII. INTERVENSI Pada dasarnya S individu yang impulsif, kurang dapat mengontrol keinginannya dan emosinya. Sehingga apa yang menjadi keinginan dan kebutuhannya harus segera terpenuhi dan akan berusaha memenuhi kebutuhannya itu dengan cara apapun untuk memuaskan dirinya tanpa mempertimbangkan resiko yang akan diterimanya. Hingga sekarang S sulit untuk dapat menahan dan mengontrol keinginannya untuk berciuman dan harus segera terpenuhi. Sehingga rancangan yang akan dibuat adalah melakukan konseling direktif, adapun rancangan intervensi yang akan dilakukan : 1. Building rapport 2. Psychological preparation 3. Identifikasi Tujuan dari permasalahan 4. Kemungkinan penyelesaian masalah 5. Planning 6. Action 7. Terminating 8. Follow up Bandung, 7 Oktober 2013 Nisabella Marsianti SSCT 21 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA Penyesuaian dalam bidang keluarga 1. Sikap terhadap ayah (2) Item 1 : saya rasa bahwa ayahku jarang marah. Item 16 : sekiranya ayahku hanya seorang laki-laki yang baik hati. Item 31 : saya ingin ayahku melihat saya sukses. Item 46 : saya rasa bahwa ayahku orang yang paling baik sedunia. 2. Sikap terhadap ibu (1) Item 14 : ibuku pahlawanku. Item 29 : ibuku dan saya sangat berbeda. Item 44 : saya kira kebanyakan ibu cerewet. Item 59 : saya suka kepada ibuku, tetapi dia cerewet. 3. Sikap terhadap keluarga (1) Item 12 : dibandingkan dengan kebanyakan keluarga, keluargaku yang sempurna. Item 27 : keluargaku memperlakukan saya sebagai tulang punggung. Item 42 : kebanyakan keluarga yang saya kenal adalah orang-orang yang taat beragama. Item 57 : waktu saya masih seorang anak, keluargaku sangat menyayangi saya. Penyesuaian dalam bidang seks 1. Sikap terhadap wanita (1) Item 10 : seorang wanita yang sempurna saya gambarkan sebagai ibu saya. Item 25 : saya kira kebanyakan gadis suka dandan. Item 40 : saya percaya kebanyakan wanita suka belanja. Item 55 : tentang soal wanita saya sama sekali tidak menyukai wanita yang lelet. 2. Sikap terhadap hubungan heteroseksual (0) Item 11 : bila saya melihat seorang perempuan bersama laki-laki pacaran. Item 26 : mengenai kehidupan perkawinan perasaan saya adalah Item 41 : umpamakan saya mempunyai hubungan seksual dengan artis ternama. Item 56 : kehidupan seksual saya unik. Penyesuaian dalam hubungan antar manusia 1. Sikap terhadap teman (2) Item 8 : seorang teman sejati saya rasa adalah orang yang menerima teman apa adanya. Item 23 : saya tidak senang terhadap orang yang sok tahu segalanya. Item 38 : orang-orang yang sangat saya sukai adalah orang yang ramah-ramah. Item 53 : bila saya tidak ada teman-teman saya mencari saya. 2. Sikap terhadap atasan (0) 22 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA Item 6 : atasan saya jaim banget. Item 21 : di sekolah guru-guru saya baik. Item 36 : bila saya melihat pimpinan saya datang saya biasa saja. Item 51 : mereka yang saya anggap sebagai atasan saya adalah orang yang saya tidak sukai. 3. Sikap terhadap bawahan (1) Item 4 : andaikata saya ditugaskan untuk jalan-jalan keluar negeri. Item 19: bila ada orang bekerja untuk saya membantu pekerjaan-pekerjaan saya. Item 34 : orang-orang yang bekerja untuk saya adalah orang yang jujur. Item 48 : pada waktu memberi perintah kepada orang lain saya meminta maaf. 4. Sikap terhadap sejawat (0) Item 13 : ditempat kerja saya paling cocok dengan ella. Item 28 : teman sekerja saya adalah orang yang menyebalkan. Item 43 : saya senang bekerja dengan orang yang tidak pelit ilmu dan mau membantu. Item 58 : orang-orang yang bekerja dengan saya biasanya baik. Penyesuaian dalam konsep diri 1. Sikap terhadap ketakutan (0) Item 7 : saya insyaf bahwa hal tersebut janggal tetapi saya takut akan untuk mengungkapkannya. Item 22 : kebanyakan teman-teman tidak mengetahui bahwa saya takut akan hantu. Item 37 : saya ingin sekali menghilangkan ketakutan saya akan kegagalan. Item 52 : rasa ketakutan saya kadang-kadang memaksa saya untuk melakukan sesuatu yang saya tidak inginkan. 2. Sikap terhadap rasa salah (1) Item 15 : saya bersedia menjalankan apapun untuk melupakan waktu dimana saya sedang mumet. Item 30 : kesalahan saya yang terbesar adalah belum bisa membahagiakan kedua orang tua. Item 45 : pada waktu saya lebih muda saya merasa berdosa mengenai gaya pacaran yang bebas. Item 60 : hal terburuk yang pernah saya lakukan adalah membuat mama menangis. 3. Sikap terhadap kemampuan diri (1) 23 PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG PROGRAM STUDI PSIKOLOGI Jl. Purnawaran No. 59 Bandung RAHASIA Item 2 : bila keadaan tidak memungkinkan saya main. Item 17 : saya yakin bahwa saya mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik. Item 32 : kelemahan saya yang terbesar adalah saya gampang gugup. Item 47 : bila saya mengalami nasib malang saya akan berusaha mengubah nasib. 4. Sikap terhadap masa lalu (0) Item 9 : waktu saya masih anak-anak saya polos sekali. Item 24 : dahulu saya sangat polos. Item 39 : andaikata saya muda kembali saya ingin kuliah bukan di jurusan perawat. Item 54 : kenangan yang paling jelas mengenai masa kanak-kanak saya adalah saya senang bermain BP. 5. Sikap terhadap masa datang (1) Item 5 : bagi saya hari depan adalah misteri. Item 20 : saya menantikan dengan penuh harapan jodoh saya yang terbaik yang diberikan allah untuk saya. Item 35 : pada suatu hari saya akan menjadi orang sukses dan dapat membahagiakan kedua orang tua. Item 50 : bila usiaku lebih tua saya ingin lebih dewasa menyikapi hidup. 6. Sikap terhadap tujuan hidup (1) Item 3 : saya selalu mempunyai keinginan untuk jadi orang kaya. Item 18 : saya akan senang kalau jalan-jalan. Item 33 : dalam hidup ini hasrat keinginan saya yang terpendam adalah menjadi orang sukses. Item 49 : yang sangat saya inginkan dari hidup adalah melihat kedua orang tua saya bangga akan diri saya. 24