Fungsi yang salah Fungsi yang hilang Error pada antarmuka Error pada struktur data Error pada performasi Error pada inisialisasi METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap yaitu studi pustaka, konsultasi dengan pakar, pengumpulan data mata air pada Kelurahan Balumbangjaya dan Kelurahan Situgede, analisis fungsi keanggotaan dan rule fuzzy, penerapan dan evaluasi hasil metode fuzzy, pengembangan aplikasi dengan metode waterfall, dan penulisan laporan. Tahap-tahap ini diilustrasikan pada Gambar 6. mulai Studi pustaka (definisi mata air, metode fuzzy Sugeno, evaluasi lahan, kesesuaian lahan) Konsultasi dengan pakar Pengumpulan data mata air Studi Pustaka dan Konsultasi dengan Pakar Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari buku-buku baik yang tercetak ataupun yang digital, juga sumber-sumber dari Internet yang berkaitan dengan mata air atau pun metode fuzzy Sugeno. Studi pustaka ini ditindaklanjuti dengan konsultasi dengan pakar, yang dalam hal ini adalah Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT, dosen dari Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pengumpulan Data Mata Air Pengumpulan data dilakukan melalui survei lapangan langsung di Kelurahan Balumbangjaya dan Kelurahan Situgede. Data yang dikumpulkan dari lapangan adalah data jumlah tanaman dan data koordinat Global Positioning System (GPS). Data koordinat GPS kemudian diolah menjadi data tinggi muka air tanah dan sudut topografi dengan bantuan peta rupa bumi Kelurahan Balumbangjaya dan Kelurahan Situgede berskala 1:25000. Pengolahan data GPS menjadi data tinggi muka air tanah dilakukan dengan metode interpolasi linier pada garis kontur peta. Data koordinat GPS juga diolah menjadi data besar sudut topografi melalui rumus dasar arcsinus trigonometri pada segitiga dengan sisi miring segitiga diasumsikan adalah jarak antara garis kontur yang berdekatan pada lapangan dan melalui titik GPS, dan sisi depan sudut segitiga adalah selisih antara tinggi dua garis kontur yang berdekatan dan melalui titik GPS. Analisis Fungsi Keanggotaan dan Rule Fuzzy Analisis fungsi keanggotaan dan rule fuzzy Penerapan dan evaluasi hasil metode fuzzy Pengembangan aplikasi dengan model waterfall selesai Penulisan laporan Gambar 6 Alur metode penelitian. Fungsi keanggotaan input dan fungsi keanggotaan output didapat dari hasil analisis data survei lapangan. Adapun konsep rule fuzzy diberikan oleh Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT. selaku pakar dan pembimbing kedua penulis yaitu semakin tinggi level fungsi keanggotaan input fuzzy maka level fungsi keanggotaan output fuzzy juga akan semakin tinggi. Penulis memakai fungsi keanggotaan bentuk segitiga dengan tiga nilai linguistik untuk ketiga input. Batas-batas fungsi keanggotaan input diambil dari nilai maksimum, nilai tengah, dan nilai minimum data. Fungsi keanggotaan output fuzzy dibagi menjadi tujuh. Penulis mendapatkan jumlah tujuh level fungsi keanggotaan output dengan cara menggabungkan kombinasi banyak level fungsi keanggotaan input dengan asumsi bahwa pengaruh tiap input fuzzy pada output fuzzy (debit mata air dugaan) adalah sama. Ketika 5 terdapat satu fungsi keanggotaan input fuzzy yang naik sebanyak x level maka level fungsi keanggotaan output juga naik sebanyak x level. Jika terdapat dua fungsi keanggotaan input fuzzy yang naik sebanyak x level untuk fungsi keanggotaan input fuzzy pertama dan sebanyak y level untuk fungsi keanggotaan input fuzzy kedua maka level fungsi keanggotaan output juga akan naik sebanyak (x + y) level. Jika terdapat tiga fungsi keanggotaan input fuzzy yang naik sebanyak x level untuk fungsi keanggotaan input fuzzy pertama dan sebanyak y level untuk fungsi keanggotaan input fuzzy kedua dan sebanyak z level untuk fungsi keanggotaan input fuzzy ketiga maka level fungsi keanggotaan output juga akan naik sebanyak (x + y + z) level. Untuk fungsi keanggotaan output penulis memakai fungsi singleton (konstanta) karena metode fuzzy yang penulis gunakan adalah fuzzy Sugeno orde nol. Fungsi keanggotaan output dibagi menjadi tujuh singleton dengan fungsi keanggotaan pertama adalah debit mata air minimum dari seluruh data. Lalu fungsi keanggotaan ketujuh adalah debit air maksimum dari seluruh data dan fungsi keanggotaan kedua sampai keenam dibagi sama rata dari debit mata air maksimum dikurangi debit mata air minimum. Penerapan dan Evaluasi Hasil Metode Fuzzy Penulis memilih menggunakan metode fuzzy Sugeno dibandingkan tipe fuzzy yang lain karena proses perhitungannya sangat sederhana sehingga membutuhkan waktu relatif cepat. Penyebab yang lain yaitu karena output yang penulis inginkan adalah nilai crisp dan bukan nilai linguistik. Penerapan fuzzy dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap fuzzification, inference, dan defuzzification. Pada proses fuzzification penulis memakai fungsi keanggotaan bentuk segitiga beserta perhitungannya. Tahap inference memakai operator AND (prinsip logical connectives conjunction) dan menggunakan tabel aturan berisi 27 aturan (3 level linguistik jumlah tanaman x 3 level linguistik tinggi muka air tanah x 3 level linguistik sudut topografi). Pada tahap defuzzification penulis memakai metode weighted average beserta perhitungannya. Evaluasi akurasi fuzzy dilakukan dengan menggunakan formula kesalahan/galat. Hasil akhir dari evaluasi akurasi untuk tiap data didapat dari persamaan berikut: Pengembangan Waterfall Aplikasi dengan Model Penulis memakai model waterfall untuk pengembangan aplikasi karena model ini menawarkan pengembangan sistem yang jelas dan aliran dari satu tahap ke tahap yang lain lebih jelas terlihat. Tahapan dalam model waterfall yaitu tahap analisis dan definisi kebutuhan, tahap desain sistem dan perangkat lunak, tahap implementasi dan uji unit, tahap integrasi dan uji sistem, dan tahap operasi dan pemeliharaan. 1) Tahap analisis dan definisi kebutuhan Pada tahap ini penulis berkonsultasi dengan user yang diwakili oleh Dr. Ir. Roh Santoso Budi Waspodo, MT sebagai pakar dalam penelitian ini karena user yang akan memakai aplikasi ini adalah user yang mengerti tentang proses pencarian mata air. 2) Tahap desain sistem dan perangkat lunak Pada proses desain sistem, seluruh hasil analisis kebutuhan dari user akan menjadi kebutuhan perangkat lunak. Desain perangkat lunak juga disesuaikan dengan analisis kebutuhan perangkat lunak. Pada tahap ini juga dibangun desain basis data. 3) Tahap implementasi dan uji unit Pada tahap ini penulis membangun aplikasi dengan perangkat keras sebagai berikut: Processor Pentium Dual Core 2.60 GHz RAM 1 GB Hard disk dengan kapasitas 80 GB dan perangkat lunak sebagai berikut: Sistem operasi Microsoft Windows XP Professional Version 2002 Service Pack 2 XAMPP-win32-1.7.3 (Apache 2.0, PHP 5.3.1, MySQL 5.1.41) Dreamweaver 8 Pengujian tiap fungsi di dalam tiap unit dilakukan oleh penulis bersamaan dengan proses coding (pengembangan aplikasi). 4) Tahap integrasi dan uji sistem Pada tahap ini penulis menyatukan tiap unit program menjadi satu aplikasi secara utuh lalu mengujinya dengan metode black box. Akurasi = 100% - galat/error 6 5) Tahap operasi dan pemeliharaan Tahap ini tidak dilakukan oleh penulis karena adanya keterbatasan waktu. HASIL DAN PEMBAHASAN Studi Pustaka dan Konsultasi dengan Pakar Hasil dari studi pustaka yaitu diperoleh pengetahuan tentang mata air, metode fuzzy Sugeno, dan penelitian sebelumnya tentang mata air. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Damayanti (2002) dengan judul Identifikasi Pengembangan Potensi Sumberdaya Air Tanah Berdasarkan Pendekatan Bentuk Medan (Studi kasus daerah sekitar aliran Ci Muja, Kecamatan Segalaherang Kabupaten Subang). Perbedaan antara penelitian Damayanti (2002) dengan penelitian penulis yaitu Astrid meneliti potensi mata air tanah berdasarkan bentuk medan dan tinggi muka air tanah pada Kecamatan Segalaherang. Hasil penelitiannya yaitu di Desa Cicadas yang memiliki bentuk medan pegunungan, dapat dikembangkan potensi mata air dari akuifer yang terangkat. Sementara itu di Desa Segalaherang, Dayeuhkolot, dan Leles yang memiliki bentuk medan perbukitan tinggi, penduduknya dapat memanfaatkan sumur artesis, sumur dangkal, dan mata air. Adapun di wilayah yang berbentuk perbukitan rendah dapat dikembangkan sumur dangkal dan sumur artesis. Di lain pihak, penulis meneliti potensi mata air dari aspek debit mata airnya menggunakan parameter jumlah tanaman, tinggi muka air tanah, dan besar sudut topografi dengan wilayah penelitian pada Kelurahan Balumbangjaya dan Kelurahan Situgede. Dari hasil konsultasi dengan pakar, penulis mengambil tiga karakteristik lahan yaitu jumlah tanaman, tinggi muka air tanah, dan sudut topografi sebagai parameter dari proses pendugaan debit mata air karena tiga input ini adalah karakteristik lahan yang paling berpengaruh dan mudah untuk diukur. Jenis tanaman mempengaruhi debit mata air karena adanya akar dari tanaman yang merupakan media air untuk masuk ke dalam tanah dan menjadi air tanah dan keluar sebagai mata air, sedangkan tinggi muka air tanah berpengaruh karena semakin besar tinggi muka air tanah maka semakin besar tempat dalam tanah yang dapat menampung air, sudut topografi juga berpengaruh karena semakin terjal atau semakin besar sudut topografi maka kecepatan keluarnya mata air akan semakin tinggi. Karakteristik lahan yang dapat mempengaruhi debit mata air selain ketiga parameter tersebut antara lain produktivitas lapisan batuan yang dapat mengalirkan air (akuifer) dan luas daerah resapan air. Pada aplikasi produk akhir penelitian ini juga diberikan rekomendasi tingkat/level debit mata air dugaan. Sebagai catatan, rekomendasi pada aplikasi ini tidak menuruti standar baku untuk level debit mata air apapun karena standar baku untuk level debit mata air pada umumnya diberikan sesuai data penelitian yang ada. Karena itu penulis membagi level/tingkat debit mata air berdasarkan data hasil survei lapangan yaitu debit air dugaan: < 14.73 ml/s (level rekomendasi rendah) >= 14.73 ml/s dan <= 23.36 (level rekomendasi sedang) < 23.36 ml/s (level rekomendasi tinggi) Terdapat dua asumsi yang dipakai dalam penelitian ini antara lain: Asumsi yang dipakai dalam penentuan level fungsi keanggotaan output fuzzy yaitu pengaruh dari tiap input fuzzy pada output fuzzy (debit mata air dugaan) adalah sama. Asumsi ini dipakai untuk mempermudah penentuan level fungsi keanggotaaan output fuzzy. Air dalam tanah tidak selalu hanya mengalir pada satu mata air melainkan bisa juga mengalir ke sungai, laut, ataupun mata air yang lain seperti terlihat pada Gambar 7 (Anonim 2001). Penelitian ini memakai asumsi yaitu pada proses pengukuran debit air pada daerah resapan air yang diteliti, pengukuran hanya dilakukan pada air yang keluar melalui mata air, sedangkan air dalam tanah yang mengalir ke tempat lain pada area resapan air tersebut tidak diukur. Dari hasil konsultasi dengan pakar juga diberikan batasan dalam pengukuran jumlah tanaman yaitu batas ruang pengukuran jumlah tanaman berdiameter sepuluh meter dari mata air yang diukur dan diukur berdasarkan satuan batang. Tinggi muka air tanah diukur berdasarkan kontur pada peta dengan satuan meter di atas permukaan laut. Teknik pengukuran debit mata air menggunakan gelas ukur dengan satuan milliliter, air yang memancar dari mata air ditampung dalam gelas ukur. Waktu untuk menampung air dalam gelas ukur juga diukur menggunakan stopwatch dengan satuan detik. Debit mata air didapat dari volume mata air dibagi dengan waktu. 7