BENIH PATIN ALBINO (Pangasius hypophthalmus)

advertisement
433
Fungsi biofilter dalam sistem resirkulasi ... (Nurhidayat)
FUNGSI BIOFILTER DALAM SISTEM RESIRKULASI UNTUK PEMBESARAN
BENIH PATIN ALBINO (Pangasius hypophthalmus)
Nurhidayat dan Rendy Ginanjar
Balai Riset Budidaya Ikan Hias
Jl. Perikanan No. 13 Pancoran Mas, Depok
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Biofilter berperan untuk meningkatkan kualitas air dalam sistem resirkulasi dan berdampak pada peningkatan
pertumbuhan dan sintasan benih patin albino (Pangasius hypophthalmus var.) Pembesaran benih Patin di
dalam sistem biofilter mempunyai tujuan untuk mengetahui peran biofilter terhadap pertumbuhan dan
sintasan benih Patin. Penelitian ini menggunakan benih umur 28 hari dengan bobot rata-rata (0,62 g) dan
panjang (2,54 cm). Sistem resirkulasi yang digunakan adalah kombinasi filter yang berbeda yaitu: A. 100%
zeolit, B. 75% zeolit + 25% bioball, C. 50% zeolit + 50% bioball, dan D. 25% zeolit + 75% bioball. Rancangan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan, masing-masing perlakuan
diulang sebanyak empat kali. Hasil penelitian memberikan nilai penyisihan amonia yang diperoleh tiap filter
sebesar A. 75,01±0,30a; B. 92,03±0,30ab; C. 95,89±0,31ab; dan D. 79,98±0,27a. Nilai tersebut didukung
dengan jumlah populasi biomassa bakteri non patogen (nitrifikasi) dengan jumlah koloni (A. 2,64±0,20; B.
4,1±0,42; C. 4,6±0,43b; dan D. 2,01±0,24) x 103. Kualitas air yang dihasilkan memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan panjang dan bobot benih selama penelitian. Hasil pengukuran menunjukkan
pertambahan panjang tertinggi diperoleh perlakuan perlakuan D. 1,69 cm/ekor diikuti B. 1,56 cm/ekor; C.
1,35 cm/ekor; dan A. 0,60 cm/ekor. Hasil pertumbuhan bobot tertinggi diperoleh perlakuan D. 1,25 g/ekor;
diikuti perlakuan B. 1,02 g/ekor; C. 0,84 g/ekor; dan terendah A. 0,45 g/ekor. Hasil akhir percobaan diperoleh
sintasan terbesar di perlakuan D. 91,67% diikuti perlakuan C. 89,58%; B. 88,75%; dan terendah perlakuan A.
88,33%; pertumbuhan panjang 5,02 dan 4,77 cm.
KATA KUNCI:
patin albino, biofilter, pertumbuhan, sintasan, resirkulasi
PENDAHULUAN
Kualitas air untuk kegiatan budidaya merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi untuk
menunjang keberhasilan usaha perikanan. Salah satu penyebab turunnya kualitas air adalah adanya
akumulasi bahan organik dan anorganik yang berasal dari sisa metabolisme dan sisa pakan yang
tidak termakan. Bahan tersebut terakumulasi dalam air sehingga menyebabkan turunnya kualitas
air. Kualitas air yang rendah akan mengganggu proses metabolisme dan untuk kadar tertentu dapat
megakibatkan kematian ikan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kualitas
air adalah dengan cara penggantian air. Namun penggantian air secara terus-menerus akan
menyebabkan pemborosan terutama bagi yang menggunakan sistem pompanisasi.
Pengelolaan kualitas air menggunakan sistem filter atau dikenal dengan resirkulasi merupakan
alternatif yang dapat digunakan untuk mejaga kualitas air tetap optimum. Resirkulasi adalah sistem
yang menggunakan air secara terus-menerus dengan cara diputar dialirkan ke wadah berupa filter
untuk dibersihkan kemudian dialirkan untuk digunakan kembali. Sistem ini mempunyai keuntungan
dalam menjaga kualitas air dan menghemat penggunaan air. Memelihara ikan pada sistem resirkulasi
selalu dihadapkan pada masalah penumpukan zat-zat organik ( feces , sisa pakan dan amonia),
anorganik dan terbatasnya oksigen terlarut (Tanjung, 2004). Menurut Muir (1994), rancangan sistem
yang tepat dan cara perlakuan yang terpadu dengan memastikan efektivitas setiap tahap perlakuan
dan keterpaduan sistem secara keseluruhan akan menyempurnakan sistem.
Salah satu bahan filter yang dapat digunakan untuk filter antara lain zeolit. Batuan ini merupakan
sumberdaya alam yang banyak terdapat di Indonesia sehingga mudah diperoleh dengan harga yang
murah. Zeolit biasa digunakan secara kimia dimanfaatkan untuk penjernihan air limbah terutama
dalam penyerapan ammonium, nitrit, nitrat, dan H2S (Las, 2007). Selain sebagai penyerap ion-ion
zeolit diharapkan mampu berfungsi juga sebagai biofilter berdasar luas permukaannya. Selain bahan
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
434
alam filter juga bisa memanfaatkan bahan sintetis, bahan sintetis yang banyak digunakan untuk
filter adalah bioball. Bioball merupakan bahan sintesis yang banyak digunakan sebagai filter, bahan
ini mempunyai harga yang cukup tinggi, bagi petani kurang terjangkau sehingga penggunaannya
terbatas pada pembudidaya dengan modal yang cukup besar. Pengunaan filter yang tepat akan
menghasilkan kualitas air yang optimum sehingga ikan yang dipelihara dapat hidup dengan baik.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengukur kemampuan filter dalam mempertahankan
kualitas air sehingga pertumbuhan dan sintasan ikan patin albino (Pangasius hypophthalmus) menjadi
optimal.
Manfaat dari hasil penelitian ini berupa informasi biofilter yang efektif dalam memperbaiki kualitas
air sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan dan sintasan ikan patin albino.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan, Balai Riset Budidaya Ikan Hias Depok
(BRBIH), Depok.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah benih patin albino dengan ukuran panjang
2,54 cm dan bobot 0,62 g, dengan jumlah total 960 ekor. Selama penelitian ikan diberi pakan berupa
cacing Tubifex sp. secara sekenyangnya, dengan frekuensi pemberian sebanyak tiga kali sehari.
Sistem resirkulasi yang digunakan menggunakan bahan filter berupa: bioball dan zeolit. Masingmasing bahan filter dikombinasikan dengan pembagian yang proposional sehingga dapat menjawab
tujuan penelitian. Setiap sistem dilengkapi dengan empat akuarium dan satu akuarium untuk tempat
filter. Air dialirkan menggunakan sistem pemompaan yang kemudian dialirkan ke setiap akuarium
penelitian. Setiap akuarium yang digunakan mempunyai ukuran 100 cm x 60 cm x 40 cm, akuarium
yang telah dialiri air akan diisi oleh ikan percobaan berupa benih patin albino.
Persiapan Sistem Resirkulasi
Langkah awal dalam menjalankan sistem resirkulasi dalam penelitian ini adalah dengan
menambahkan bahan organik di dalam sistem berupa pelet komersial. Sistem dialirkan selama 1–2
minggu. Berjalannya sistem ditandai perubahan kualitas air berupa fluktuasi kadar amonia, nitrit,
dan nitrat dan adanya koloni bakteri.
Rancangan Percobaan
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental yang dilaksanakan di
laboratorium. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Steel & Torrie,
1991), dengan lima taraf perlakuan dan satu kontrol dan masing-masing diulang sebanyak empat
kali. Satuan percobaan yang dicobakan adalah: A. (100% zeolit), B. (25% bioball + 75% zeolit), C. (50%
bioball + 50% zeolit), dan D. (75% bioball +25% zeolit). Persentase filter yang digunakan adalah
berdasarkan volume bahan filter satuan percobaan. Sistem memperoleh bahan organik yang berasal
dari sisa metabolisme ikan dan pakan selama percobaan.
Variabel Kerja
Variable kerja yang diamati untuk penelitian ini adalah: kualitas air (BOD5, DO, TSS, amonia,
nitrit, nitrat, pH, suhu), bakteri dan efisiensi penyisihan amonia, pertumbuhan panjang, bobot, dan
sintasan (Effendie, 2002). Pengambilan sampel bakteri dilakukan di filter, sedangkan untuk parameter kualitas air dilakukan di inlet dan outlet satuan percobaan.
Analisis Data
Data yang diperoleh yaitu: kualitas air dianalisis secara deskriptif sedangkan untuk: efisiensi
amonia, sintasan, pertumbuhan, FCR, dan koloni bakteri di uji sidik ragam (ANOVA) dan analisis
lanjut dengan uji LSD (uji t) menggunakan program SPSS versi 12.0.
435
Fungsi biofilter dalam sistem resirkulasi ... (Nurhidayat)
HASIL DAN BAHASAN
Hasil yang diperoleh selama penelitian menggambarkan setiap satuan percobaan menunjukkan
filter biologi bekerja dengan baik yang ditandai adanya fluktuasi amonia, nitrit, dan nitrat dan kerja
bakteri, selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 menerangkan filter biologi berjalan dengan
adanya koloni bakteri yang bekerja di dalamnya, hal tersebut didukung juga oleh fluktuasi dari
unsur nitrogen yaitu amonia, nitrit, dan nitrat. Koloni bakteri yang bekerja di filter diharapkan
merupakan bakteri yang non patogen, tersedianya bakteri yang bersifat posistif akan menghasilkan
output berupa kualitas air yang optimal. Kelimpahan koloni bakteri selama penelitian di setiap filter
menggambar kemampuan dan fungsi yang berbeda jika dilihat dari jumlah bakteri yang ada di
dalamnya. Rata-rata koloni bakteri yang diperoleh selama penelitian setiap filter adalah: filter zeolit
(2,64±0,20) x 103 dan filter bioball (5,5±1,91) x 103, selengkapnya jumlah rata-rata koloni untuk
kedua jenis filter disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Rata-rata kelimpahan koloni bakteri selama percobaan
Jenis filter/
ulangan
Zeolit
Bioball
3
Kelimpahan bakteri 10 (cfu/mg)
1
2
3
2,79
6,70
2,41
3,30
2,73
6,50
Rataan
2,64±0,20
5,5±1,91
Setelah sistem yang berjalan terdapat koloni bakteri yang akan bekerja dalam mengoksidasi bahan
organik dan anorganik yang berasal dari buangan metabolisme dan sisa pakan yang tidak termakan.
Kinerja filter dapat diukur dengan melihat kosentrasi unsur N terutama amonia, nitrit, dan nitrat,
unsur ini merupakan salah satu parameter utama untuk menunjukkan kinerja dari bakteri Nitrifikasi.
Adanya kosentrasi unsur N di dalam suatu media air mengindikasikan bahwa di dalamnya terdapat
bakteri nitrifikasi, sedangkan unsur lain seperti lemak dan karbohidrat akan dimanfaatkan oleh bakteri
jenis lain seperti Pseudomonas yang akan mengoksidasi lemak menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan
oleh mikroorganisme lain. Hasil pengamatan percobaan menunjukkan terjadi oksidasi bahan organik
ditandai adanya fluktuasi amonia, nitrit, dan nitrat serta jumlah koloni bakteri yang terdapat di
dalam filter, selengkapnya disajikan pada Tabel 2.
Sistem filter menggunakan filter biologi mengandalkan kinerja bakteri dalam mendegradasi bahan
organik dan anorganik selama prosesnya. Apabila proses tersebut tidak berjalan sempurna akan
mengakibatkan penurunan kualitas air atau media sehingga tidak optimal bagi biota yang didalamnya
terutama ikan. Sistem biofilter mengandalkan kerja bakteri, selama hidupnya mikroorganisme tersebut
Tabel 2. Kisaran nilai kualitas air selama percobaan
Parameter
Suhu (°C)
pH
DO (mg/L)
BOD5 (mg/L)
TSS (mg/L)
Amonia (mg/L), 10–2
Nitrit (mg/L), 10–2
Nitrat (mg/L), 10–2
Efisiensi penyisihan amonia (%)
Perlakuan
A
B
C
D
28–30
7,1–7,5
5,17–8,23
5,71
71–97
4,34–6,98
0,09–0,11
0,19–0,34
75,01±0,30ª
28–30
7,0–7,5
6,11–8,59
5,65
60–120
4,81–5,80
0,04–0,13
0,17–0,45
92,03±0,30ab
28–29
7,0–7,5
6,82–9,59
6,56
77–134
3,63–4,64
0,08–0,14
0,15–0,65
95,89±0,31ab
28–31
7,0–7,5
6,17–8,23
6,06
76–94
2,20–3,17
0,06–0,13
0,15–0,41
79,98±0,27a
Ket.: A. (100% zeolit), B. (25% bioball + 75% zeolit), C. (50% bioball + 50% zeolit), dan D. (75% bioball +25% zeolit)
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
436
memerlukan bahan organik dan anorganik serta media sebagai tempat menempel selama proses
hidupnya. Menurut Keiser & Wheaton (1983), media biofilter akan menyediakan permukaan media
tumbuh bagi mikroorganisme. Untuk filter biologi, ukuran, dan bentuk bahan yang digunakan sebagai
filter sangat penting karena akan mempengaruhi besar kecilnya populasi mikroorganisme selama
proses nitrifikasi. Pemakaian bahan filter yang tepat akan menentukan keberhasilan pemeliharaan
ikan di dalam sistem resirkulasi, karena akan menentukan pertumbuhan bakteri non-patogen pada
filter sehingga air yang dihasilkan akan menjadi tolok ukur keberhasilan sistem. Efektivitas filter
biologi dalam sistem resirkulasi tergantung jumlah bakteri dan jamur, besar kecil bahan dan
kedalaman. Kondisi akan berbeda dengan sistem dan ukuran ikan maupun jenis filter yang dipakai
(Suresh & Lin, 1992) dan karakter fisik filter (ketebalan dan porositas).
Kualitas Air
Sistem biofilter berdasarkan kinerja mikroorganisme yang menjaga kualitas air pemeliharaan
tetap optimal. Sistem ini menjaga kualitas air dengan cara memanfaatkan bahan organik dan anorganik
yang dihasilkan dari sisa metabolisme dan pakan yang tidak termakan. Bahan-bahan tersebut menjadi
sumber makanan bagi mikroorganisme yang terdapat di dalam filter. Maksimal dan tidaknya hasil
yang diperoleh ditentukan oleh bahan filter, bahan organik-anorganik sebagai makanan dan
mikroorganisme yang bersimbiosis di dalamnya. Hasil pengukuran parameter fisika kimia media
pemeliharaan untuk setiap perlakuan selama penelitian menunjukkan semua perlakuan selama
percobaan masih dalam kisaran mendukung proses okidasi biologi, sehingga kualitas air mampu
dengan optimal untuk pemeliharaan ikan patin sehingga mendukung pertumbuhan dan sintasan
ikan patin. Peningkatan kualitas air yang diperoleh berkaitan dengan semakin berkurangnya kebutuhan
oksigen biokimia (deoksigensi) selama proses perombakan bahan organik. Sejalan dengan penurunan
BOD5 tersebut kemungkinan ketersediaan oksigen di dalam air akan meningkat akibat oksigen yang
ditransfer (reoksigenasi) akan lebih tinggi dibandingkan oksigen yang dipakai (deoksigenasi).
Menurut Las (2007), hasil percobaan penyisihan bahan organik menggunakan zeolit alam mampu
mengikat amonia sebesar 99%. Sedangkan Kusnapardi dalam Wahyuni et al. (2004), menyatakan zeolit
berperan dalam mengontrol pH dan menyerap amoia, nitrit, nitrat, serta H2S. Efisiensi perombakan
amonia menjadi nitrit dan nitrat 79% dengan nilai perubahan amonia 20 mg/L, efektif pada pH 7,7–
7,9 (Kim et al., 2000). Selanjutnya biofiltrasi dalam sistem resirkulasi mempuyai fokus pada proses
aerobik dan film filter (biofilm) Gutierrez (2006), di dalamnya, biofilm membutuhkan subtrat untuk
tumbuh, oksigen untuk mengoksidasi amonia menjadi nitrit dan nitrat melalui oksidasi bahan organik.
Menurut Bufford (2003), lebih dari 40% bakteri berasosiasi dengan biofilm, meskipun keberadaanya
tergantung dari suplai oksigen dari kolom air. Pada filter B dengan komposisi zeolit 75% dan bioball
25%, memberikan suplai oksigen yang cukup (6,11–8,59 mg/L). Selain sebagai tempat menempel
bakteri zeolit juga mampu mengikat amonia, hal ini terlihat diperlakuan ini nilai efisiensi amonia
paling tinggi sebesar 95,89% dibanding perlakuan lain.
Efisiensi penyisihan unsur N menjadi nitrit dan nitrat menjadi tolak ukur keberhasilan bakteri
Nitrobakter dan Nitrosomonas dalam mengoksidasi amonia. Hasil pengukuran penyisihan amonia
antar perlakuan menunjukkan perbedaan yang nyata untuk perlakuan C dan B, dengan tingkat efisiensi
penyisihan sebesar 95,89% dan 92,03 % (Tabel 2). Menurut Nurhidayat et al . (2009), efektivitas
penyisihan amonia menggunakan bahan zeolit dalam proses perbaikan kualitas air memberikan
nilai sebesar 75,01%. Efisiensi nitrifikasi mempengaruhi metabolisme sel sehingga menurunkan
kemampuan bakteri selama tumbuh dan berkembang biak. Menurut Mc Carty & Haug (1979),
kemampuan oksidasi oleh bakteri dipengaruhi oleh 6 faktor yaitu: keberadaan senyawa beracun
(bakterisida) air, suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas, dan luas permukaan untuk menempel bakteri.
Aktivitas bakteri nitrifikasi menurun dengan meningkat atau menurunnya salinitas di mana bakteri
hidup. Oksidasi amonia dan nitrit lebih efisien pada kondisi aerob (Kawai et al. dalam Spotte, 1979).
Bakteri nitrifikasi hidup pada kisaran pH 6,5–8,5, hidup di habitat tanah, air tawar, dan laut (Buchanan
& Gibbons, 1974 dalam Linda, 1995). Genus Nitrosomonas, dengan sel berbentuk batang lurus dengan
membran peripheral, terdapat lamela berbentuk pita. Genus Nitrobacter sel berbentuk batang pendek,
sering berbentuk baji dengan penutup polar dari Cytomembrane. Spotte (1979), menyatakan, bahwa
proses nitrifikasi di air laut akan berhenti pada pH 5,5 dan terjadi oksidasi ammoniak dan nitrit
437
Fungsi biofilter dalam sistem resirkulasi ... (Nurhidayat)
dengan pH 7,1–7,8. Menurut Burford (2003), konsumsi oksigen di bawah 20% mengindikasikan
rendahnya proses nitrifikasi terhadap amonia menjadi nitrit dan nitrat.
Hasil identifikasi jenis bakteri di setiap perlakuan, ditemukan bakteri berbentuk basil yang masuk
jenis Bacillus sp. Bakteri ini merupakan gram positif dalam kelas bakteri hetrotropik, yaitu bersifat
uniseluler, termasuk jenis organisme patinusen atau yang biasa dikenal sebagai dekomposer
(Rheinhimer, 1980). Beberapa jenis bakteri ini menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat
menghidrolisis protein dan polisakarida kompleks. Selama percobaan ditemukan banyak bakteri
yang masuk ke dalam gram negatif di mana senada yang dikatakan oleh (Buford, 2003), bakteri gram
negatif di dalamnya termasuk nitrobakter dan nitrosomonas adalah bakteri hetrotrop yang mengoksidasi
amonia menjadi nitrit dan nitrat.
Setelah filter yang digunakan dapat bekerja dengan baik akan menghasilkan kualitas air yang
optimal bagi ikan yang dipelihara. Baiknya kualitas air yang dihasilkan sebagai salah satu input yang
akan digunakan untuk proses budidaya ikan. Kualitas air yang baik akan memberikan output terhadap
ikan berupa pertumbuhan dan sintasan yang optimal. Hasil pengamatan dan pengukuran
pertumbuhan, sintasan (SR), menunjukkan filter A dan B memberikan pertumbuhan terbaik dengan
rata-rata pertumbuhan panjang tertinggi D. 1,69 cm/ekor; diikuti B. 1,56 cm/ekor; C. 1,35 cm/ekor;
dan A. 0,60 cm/ekor.
Hasil perhitungan rata-rata pertumbuhan panjang selama percobaan terlihat filter D, memberikan
pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding perlakuan lain dengan bobot masing-masing filter D.
1,25 g/ekor; diikuti perlakuan B. 1,02 g/ekor; C. 0,84 g/ekor; dan terendah A. 0,45 g/ekor. Ikan Pangasius
hypopthalmus yang dipelihara di perairan tropis mampu tumbuh sampai ukuran 8 kg/ekor, sedang
untuk budidaya dengan lama pemeliharaan selama 6–9 bulan dapat mencapai bobot 1 kg/ekor (Mc
Gee, 2003).
Selain pertumbuhan panjang dan bobot sebagai salah satu parameter budidaya adalah sintasan.
Hasil pengamatan dan pengukuran pertumbuhan, sintasan (SR), menunjukkan filter A dan B
memberikan nilai sintasan yang peroleh selama percobaan dengan sintasan filter D. 91,66 dan C.
89,58%; B. 88,75% dan A. 88,33%
Pertumbuhan merupakan salah satu parameter untuk mengetahui perubahan ukuran ikan baik
bobot, panjang, dan volume dalam perubahan waktu (Wetherley, 1972). Menurut Effendie (2002),
pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain: jumlah, ukuran makanan yang tersedia,
kualitas air, umur, ukuran ikan, dan kematangan gonad. Makanan adalah satu unsur terpenting dalam
menunjang keberhasilan budidaya intensif, karena makanan alami tidak lagi mencukupi untuk
pertumbuhan (Hickling, 1971). Makanan yang diberikan berkaitan dengan jumlah bahan organik
dan anorganik yang dibuang ke media budidaya, bahan ini yang nerupakan sumber penggerak bagi
filter yang digunakan. Bakteri yang berasosiasi di dalamnya selain memerlukan oksigen selama proses
metabolisme juga sangat memerlukan bahan organik untuk kehidupannya. Menurut Hickling (1971),
makanan yang diberikan berfungsi untuk memelihara tubuh dan mengganti alat yang rusak,
sedangkan kelebihannya digunakan untuk pertumbuhan. Kualitas air yang baik akan memberikan
tempat yang nyaman bagi biota air terutama ikan sehingga proses metabolilsme berjalan maksimal
yang akan menghasilkan energi yang cukup untuk pemeliharaan dan kelebihanya di perlukan untuk
pertumbuhan dan reproduksi (Wedemeyer, 1996).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa penggunaan kombinasi filter 50% bioball
dan 50% zeolit mampu menghasilkan kualitas air terbaik dengan efektivitas penyisihan amonia sebesar
95,89±0,31ab, sehingga menunjang pertumbuhan dan sintasan ikan patin albino.
Saran
Pada penelitian ini tidak dikaji mengenai lama ketahanan filter, maka diperlukan penelitian lanjutan
mengenai lamanya ketahan filter dalam memperbaiki kualitas air.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2010
438
DAFTAR ACUAN
Burford, M.A., Tompson, P.J., Mc. Intosh, R.P., Bauman, R., & Pearson, D.C. 2003. Nutrient and Microbial
Dynamics in High-Intensity, Zero-exchange Shrimp Ponds in Belize. Aquaculture, 219: 393–411.
Effendie, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
Gutierrez-Wing, M.T. & Malone, R.F. 2006. Biological filters in aquaculture: Trends and research directions of freshwater and marine applications. Depatemen of civil and Environmental Enginering,
Louisiana State University, Baton Riouge, LA. USA.
Hickling, C.F. 1971. Fish Culture. Faber and Faber London.
Keiser, G.E. & Wheaton, F.W. 1983. Nitrification Filter For Aquatic Culture System: State of Art. J. World
Maricul. Soc., 14: 39–324.
Kim, Sung-Koo, Kong, I., Lee, B.H, & Kang L. 2000. Removal of ammonium-N From Recirculation Aquaculture System Using an Immobilized Nitrifier. Aquaculture Engineering, 21: 139–150.
Las, T. 2007. Potensi zeolit Untuk Mengolah Limbah Industri dan Radioaktif. JSPS-BBPT, Jakarta.
Linda. 1995. Kajian Kinerja Bakteri Terhadap Air Limbah Organik di Waduk Setiabudi. Jakarta. Tesis. Sekolah
Pascasarjana, IPB.
Mc Carty, P.L., & Haug, R.T. 1971. Nitogen Removal for Waste Water by Biological Nitification. The Society
for Applied Bacterological Sympocium Series No.1academic. Press, London.
Mc Gee, M.V. 2003. Aquacultur of the Asian Catfish PangasiusHipopthalmus in (catfish puerto rico). pdf
Muir, J.F. 1994. Water Reuse System in Aquaculture. Infofish International, 6: 40–48.
Nurhidayat, Nirmala, K., & Djokosetyanto, D. 2009. Peran mikroba dalam memperbaiki kualitas air
sistem resirkulasi aliran tertutup. Prosiding Seminar Kelautan. Universitas Hang Tuah. Surabaya.
Rheinheimer. 1980. Aquatic Microbilogy, A. Willey Inter Scince Publication Chichester, 225 pp.
Spotte, S. 1979. Fish and Invertebrate Culture. Water Management in Closed System. Sec edition. Jhon
Willey and Sons, New York, 179 pp.
Steel, R.G.D. & Torrie, J.H. 1991. Principles and Procedures of Statistics. A Biometrical approach. Seconded.
Mc. Graw Hill International Book Company. Sydney.
Sures, A.V. & Lin, C.K. 1992. Effect of Stocking Dencity on Water Quality and Production of Patin
Tilapia in Recirculating System. Aquaculture Enggineering, 11: 1–22.
Tanjung, L.R. 1994. Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Kemampuan Inokulasi Bioesfer Sistem
Aliran Tertutup. Limnostek Perairan Daerah Tropis Indonesia.
Wahyuni, Mudasir, E., & Diah, N.L. 2004. Kajian Fotopatinuksi Ion Cr(VI) Terkatalisis Oksida Zn(II)
dalam Pengemban Zeolit Alam. J. Kimia Lingkungan, 5(2).
Wedemeyer, G.A. 1996. Physiology of fish in intensive culture system. Chapman and Hall. Printed in the
united Stated of Amerika, 232 pp.
Download