BAB VII SEJARAH FILSAFAT INDIA A. PENGANTAR 1. Pengaruh Alam Pemikiran filsafat umumnya sangat dipengaruhi keadaan alam tempat filsafat tersebut dilahirkan. India merupakan daerah damai yang dikelilingi oIeh gunung-gunung, merupakan kawasan ‘terisolir’ sehingga relatif aman dan serbuan bangsa lain. Di sebelah utara berdiri tegak Gunung Himalaya, sebelah selatan terdapat pegunungan yang membentang dan India Selatan ke Utara, sebelah barat terdapat pegunungan Hindu Kush, dan di sebelah timur berjejer pegunungan yang memisahkan India dari Birma. Alam pegunungan tersebut mengkondisikan India sebagai teritorial yang aman dan tenang, sehingga kondusif untuk suburnya tradisi pemikiran. 2. Nama India Nama India berasal dari sungai Sindhu atau Hindu yang mengaliri India, demikian menurut orang-orang Persia. Orang Islam yang datang kemudian menamakannya Hidustan. Sementara itu, penduduk aslinya menyebut dua nama Jambudwipa, artinya benua jambu, dan Bharatawarsa, yang berarti tanah turunan dewa. 3. Penduduk Asli Mula-mula yang mendiami India adalah bangsa Drawida yang tinggal sepanjang lembab sungai Sindhu. Sebelumnya mereka hidup secara nomaden sampai akhirnya menetap dan bertani membentuk desa-desa primitif. Selama sepuluh abad bangsa Drawida mencipta peradaban yang tinggi. Hal ini terlihat dari penggalian di dua tempat yang sangat terkenal, yakni Mohenjo Daro dan Harappa. yang meninggalkan bekas-bekas kota modern lengkap dengan pelabuhan dan kawasan niaga yang padat. Pada tahun 1500 SM datanglah bangsa Arya, dari Asia Tengah dengan ras Indo-Jerman. Mereka mentradisikan sistem kasta, yakni Brahmana, Ksatria, Weisya, dan Sudra. Kasta Brahmana yang merupakan golongan para rahib dan yang menjadi imam agama berperan penting dalam ritual korban. Akibat negatif kedatangan mereka adalah rusak atau musnahnya peradaban Drawida, dan positifnya mereka meninggalkan tradisi baru berupa kitab keagamaan dan karya sastra yang kita kenal sampai hari ini. 4. Corak Filsafat Secara umum filsafat India mengupayakan harmoni manusia dengan alam, kesatuan mikro dan makrokosmos (jivatman-paramatman). Filsafat India berpangkal pada keyakinan bahwa ada kesatuan fundamental antara manusia dan alam, harmoni antara individu dan kosmos. Harmoni mi hams disadari supaya dunia tidak dialami sebagai tempat terasing. Karena itu orang India tidak belajar untuk ‘menguasai’ dunia, melainkan untuk ‘mengakrabi’ dunia.. Ciri lain., filsafatnya bersifat religius dan spiritual., tidak empiris dan pragmatis., sehingga tidak meninggalkan ilmu pengetahuan praktis.. Di samping itu, dibanding filsafat yang kita kenal sekarang (filsafat Barat., misalnya), filsafat India tidak sistematis. B. PERIODESASI FILSAFAT INDIA Filsafat India dibagi dalam lima periode besar.. 1. Jaman Weda (2000-600 SM) 2. Jaman Skeptisme (200 SM - 300 M) 3. Jaman Puranis (300 SM - 1200 M) 4. Jaman Muslim (1200 M- 1757M) 5. Jaman Modern ( 1757-...) 1. Jaman Weda (2000 - 600 SM) Secara ringkas Jaman ini meliputi: - masa terbentuknya atau turunnya Kitab Suci Wedha - masa ritual korban - masa aferleksi filsafat dalam Upanisad Pada jaman ini Bangsa Aya mulai memasuki India dari utara, sekitar 1500 SM. Kitab Suci mereka disebut Weda, yang terdiri dari Samhita, Brahmana, dan Upanisad. Weda Samhita sendiri terdiri dari : 1. Regweda. berisi puji-pujian pada Brahman. 2. Samaweda, berisi hymne-hymne liturgis.. 3. Yajurweda, berisi tata-cara ritual korban. 4. Atharwaweda, berisi jampi-jampi magis. Kajian dan komentar semua jenis Weda di atas ada pada Weda Brahmana dan Upanisad. Upanisad sendiri merupakan Weda yang sangat penting dalam filsafat India., karena paling filosofis di antara Weda lainnya dan menjadi sumber sangat kaya untuk inspirasi dan pembaharuan flisafat India. Ajaran yang menonjol dalam Upanisad adalah tentang hubungan Atman dan Brahman. Atman dianggap segi subjektif kenyataan, adalah ‘diri’ manusia. mikrokosmos. Sedangkan Brahman adalah segi objektif, makrokosmos, alam semesta. Menurut Upanisad Atman dan Brahman hakikatnya sama, maka itu manusia akan mencapai moksa dan mukti kalau mengetahui hakikat Atman dan Brahman ini. 2. Jaman Skeptisme (200 SM - 300 M) Dinamakan jaman skeptisme karena menandai timbulnya pemikiran yang meragukan bahkan melawan otoritas Weda. Pemikiran yang kemudian melahirkan faham besar, antara Budhisme dan Jainisme tersebut, kemudian direaksi balik oleh Sad-Darsana sebagai aliran yang rnengakui Wedha. Reaksi terjadi tahun 1600 terutama terhadap ritual korban dan keberadaan para rahib, para imam korban (kaum Brahmana). Para imam agama ini dianggap tidak cukup baik memimpin agama bahkan dalarn batasbatas tertentu mendistorsi kebenaran agarna. Reaksi muncul dalam berbagai bentuk. Tetapi yang paling berpengaruh adalah dan Sidharta Gautama, putera Raja Kapilawastu, dengan faham Budhisme. Budhisme mengajarkan secara praktis dan konkrit pedoman rnencapai keselamatan. Diajarkan bagaimana cara manusia mengurangi penderitaannya dan melepaskan diri dari belenggu samsara, mencapai moksa menuju nirwana. Reaksi lain adalah faham Jainisme yang ditokohi oleh Mahawira Jina. Reaksi lain adalah suatu bentuk kebaktian yang mengkhususkan pada Siwa dan Wisnu. Keduanya merupakan agama yang jauh lebih menarik daripada ritual korban dan spekulasi para Brahmana. Sebagai kontra-reaksi muncullah Sad-darsana (enam sistem flisafat).. Berbeda dengan Budhisme dan Jainisme yang tergolong aliran heterodok, Sad- darsana merupakan aliran ortodoks., karena membela ortodoksi Hinduisme. Keenam aliran itu ialah: 1. Nyaya 2. Waisesika 3. Sarnkhya 4. Yoga 5. 6. Mimamsa Uttara Aliran paling penting dari Sad-darsana tersebut adalah Samkhya - Yoga. Samkhya sebagai darsana yang mengajarkan hubungan jiwa dan alam, kesadaran dan materi, purusa dan prakrti merupakan dasar fliosofis dan meditasi Yoga. Sedangkan Yoga sendiri berasal dari kata ‘yuj’ artinya menghubungkan, yakni menghubungkan atau menyatukan jivatman-paramatman, jiwa manusia dan alam atau Tuhan. Yoga mengajarkan suatu jalan atau marga untuk mencapai penyatuan dengan ilahi, melalui empat jenis Yoga: - Karma Yoga, mencapai Tuhan dengan jalan kerja ihlas. - Bhakti Yoga, dengan jalan mengabdi pada kebenaran.. - Jnana Yoga, dengan jalan pengetahuan. - Raja Yoga, dengan jalan meditasi. 3. Jaman Puranis (300 SM - 1200 M) Disebut pula jaman epos atau wiracarita. Setelah kurang-lebih 300 tahun, Budhisme mulai hilang dari India dan rnenyebar ke negara-negara tetangga. India kemudian didominasi karya-karya sastra yang bersifat mitologis., terutama mengenai reinkarnasi dewa-dewa. Berbagai contoh reinkarnasi para dewa terdapat dalarn dua epos besar Mahabarata dan Ramayana. Mahabarata adalah cerita kepahlawanan antara kebaikan, yang disimbolkan pada Pandawa dan keburukan tersimbol pada Kurawa. Ramayana merupakan cerita tentang kemurnian cinta yang melibatkan tokoh Sinta, Rama, Rahwana, dan Hanoman. 4. Jaman Muslim (1200 M- 1757M) Ini adalah periode mulai masuknya pengaruh pemikiran dunia Islam dalam kefilsafat India. Tema menonjol waktu itu adalah usaha menyelaraskan ajaran Islam dengan Hinduisme, seperti yang dilakukan oleh Gum Nanak yang merintis aliran Sikh. Tokoh lain adalah Syair Kabir seorang pengarang ternama pada jamannya. 5. Jaman Modern (1757 - …) Ditandai oleh masuknya Inggris di India pada tahun 1757. Periode ini merupakan renaissance filsafat India yang memperlihatkan perkembangan kembali nilai-nilai klasik India dalam menghadapi berbagai perubahan sosial. Tokoh-tokoh penting periode ini adalah: - Raja Ram Mohan Roy (1772-1833), yang mengajarkan monoteisme berdasar upanisad dan ajaran moralitas baru berdasar Khotbah di Bukit dari kitab Injil. - Vevikenanda (1863-1902), mengajarkan bahwa semua agama benar, namun demikian yang tercocok untuk India adalah agama Hindu. - Mahatma Gandhi (1869-1948) dan Rabindranat Tagore (1861-1941). penyair dan pemikir religius yang membuka pintu masuk bagi ide-ide luar ke alam pikiran India. Sejumlah pemikir India modern melihat banyak kemungkinan dialog antara filsafat Timur dan Barat. Radhakrishnan (guru besar filsafat di Calcutta dan Oxford University, serta wakil pada PBB dan UNESCO) misalnya, mengusulkan pembongkaran batas-batas ideologis untuk mencapai suatu sinkretisme hindu-kristiani sebagai pola berpikir untuk masa depan seluruh dunia. Sejummlah pemikir lain tidak optimis dengan gagasan tersebut. Corak pikir Timur dan Barat terlalu berbeda jauh untuk ‘berkomunikasi’ dan saling melengkapi. Filsafat Timur cenderung mistik dan spiritual, filsafat Barat terlalu duniawi. Seharusnya filsafat Timur (India) belajar dan rasionalitas dan posotovisme model Barat., dan flisafat Barat perlu mengikuti tradisi intuisi Timur mengenai kesatuan manusia dan alam, kepaduan mikro dan makrokosmos. Dengan cara itu terbuka kemungkinan untuk dapat mempertemukan keduanya.