BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesadaran akan pentingnya pasokan energi telah sampai pada tingkat yang tinggi dalam agenda politik global. Hal tersebut diakibatkan oleh munculnya fenomena bahwa pertumbuhan kebutuhan terhadap pasokan energi khususnya, minyak bumi, tidak lagi seimbang dengan pasokan yang mampu diproduksi. Perkembangan ini, mengakibatkan terjadi perubahan drastis dalam dunia hubungan internasional dalam beberapa dasawarsa terakhir. Negara-negara barat yang merupakan negara industri maju dengan konsumsi energi yang besar mulai memasukkan agenda keamanan pasokan energi dalam perumusan kebijakan politik luar negeri mereka. Tren harga minyak bumi yang cenderung meningkat sangat dipengaruhi oleh stabilitas politik dan keamanan di wilayah-wilayah penghasil minyak utama dunia, seperti Timur Tengah dan Laut Kaspia. Embargo minyak disadari telah menjadi senjata yang menakutkan sekaligus ancaman yang serius bagi negara importir minyak besar seperti USA atau negara-negara industri yang sangat bergantung pada pasokan minyak dari luar negeri. Pentingnya posisi minyak bumi mengakibatkan penggunaan instrumen militer dan kekerasan dalam membenarkan upaya negara untuk menjaga pasokan energi terutama minyak bumi. Hal itu disadari betul oleh Perdana Menteri Prancis pada Perang Dunia 1, Georges 1 Clemenceau. Clemenceau mengeluarkan pernyataannya yang terkenal yaitu “One droop of oil is worth on droop of blood of our soldier”1 Hal ini disadari betul oleh Presiden Prancis Nicolas Sarkozy yang turun langsung untuk menengahi konflik antara Rusia dan Georgia (2008) yang berimplikasi pada tersendatnya pasokan minyak dan gas bumi dari wilayah Asia Tengah ke Eropa. Minyak bumi atau sumber energi lain kemudian memiliki bargaining position yang cukup kuat dalam peta politik internasional. Negaranegara yang mampu mengelola sumber daya alam yang mereka miliki dalam bidang energi dengan baik, mampu berbicara banyak dan cenderung bersikap independen dalam forum-forum internasional. Energi atau bahan bakar selalu memiliki peranan yang sangat besar dalam perkembangan ekonomi dan teknologi suatu peradaban. Bahan bakar di dalam Manual Statistik Energi didefenisikan sebagai suatu zat yang dibakar untuk menghasilkan panas atau tenaga.2 Panas ini kemudian diperoleh dari proses pembakaran dimana karbon dan hidrogen pada bahan bakar bereaksi dengan oksigen dan melepaskan panas. Bahan bakar yang diproses baik dengan cara mekanis ataupun listrik kemudian menghasilkan energi. Istilah energi sendiri, di dalam statistik energi merujuk hanya pada panas dan tenaga3, tetapi secara bebas juga digunakan oleh banyak pihak untuk mencakup bahan bakar. Wilayah Asia Tengah, terutama di sekitar Laut Kaspia telah lama dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber energi fosil. Salah satu wilayah penghasil 1 http://www.nytimes.com/books/first/m/malcomson-drop.html diakses pada tanggal 6 Maret 2013 2 , 2005, Manual Statistik Energi, Jakarta: International Energy Agency (IEA), hal. 17 3 Ibid. 2 minyak bumi utama adalah daerah Baku yang kini berada di wilayah negara Azerbaijan. Penambangan minyak bumi di wilayah Baku itu sendiri, sudah dimulai sebelum berdirinya Uni Soviet. Produksi minyak bumi di kawasan ini, pernah menempatkan Kerajaan Rusia sebagai pengekspor minyak bumi terbanyak di dunia pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Potensi yang sedemikian besar ini kemudian menjelaskan betapa pentingnya kawasan Asia Tengah terhadap pasokan minyak dan gas dunia. Bahkan hingga saat ini, pasca runtuhnya Uni Soviet potensi ini menjadi rebutan dari negara-negara barat yang mencoba mengamankan pasokan energi untuk negaranya. Rusia dan Kazakhtan berasal dari negara yang sama, Uni Soviet. Namun, runtuhnya Uni Soviet menjadikan negara-negara yang di bawah kekuasaannya berusaha melepaskan diri dan menyatakan kemerdekaannya masing-masing. Rusia, merupakan negara pecahan Uni Soviet terbesar, dan menguasai lebih dari 50% aset dari Uni Soviet. Sedangkan Kazakhtan merupakan negara pecahan Uni Soviet dengan wilayah terluas di Kawasan Asia Tengah. Hal tersebut menjadi alasan yang rasional apabila masing-masing negara berupaya untuk mengamankan kepentingan nasionalnya masing-masing. Rusia sebagai negara pecahan Uni Soviet terbesar memiliki keuntungan sekaligus kerugian. Keuntungannya adalah Rusia mewarisi lebih dari 50%4 aset yang ditinggalkan Uni Soviet. Sedangkan kerugiannya adalah Rusia sebagai sebuah negara mengalami kevakuman ideologi, identitas, dan politik. Kevakuman 4 Marshall I. Goldman, 2008, PETROSTATE : Putin, Power and The New Russia, New York: Oxford University Press, hal. 15 3 ideologi pasca runtuhnya Uni Soviet terlihat jelas dari kondisi dalam negeri. Rusia kemudian tidak memiliki ideologi negara yang jelas, antara menjaga ideologi komunis peninggalan Uni Soviet atau menerima idelogi liberal yang ditawarkan negara barat. Hal tersebut kemudian menyebabkan Rusia tidak memiliki identitas yang jelas, termasuk dalam hal arah kebijakan ekonomi. Kurangnya kontrol negara terhadap asetnya dan privatisasi besar-besaran menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan sosial. Disintegrasi negara-negara yang dulunya ada di bawah Uni Soviet juga melahirkan kekacauan yang semakin memperkeruh kondisi Rusia. Hal ini kemudian menjadi gambaran bagaimana pada saat itu Rusia tidak mampu menjadi leader di antara negara-negara pecahan Uni Soviet. Pembaharuan yang ditawarkan oleh Presiden Mikhael Gorbachev dan penerusnya, Presiden Boris Yeltsin, tidak berhasil memperbaiki kevakuman yang ditinggalkan Uni Soviet. Transisi ekonomi yang terlampau cepat dan sangat berorientasi pasar, menempatkan negara sebagai korban dari para sekelompok individu yang memanfaatkan kelemahan sistem negara dan kedekatan dengan para petinggi militer Rusia. Individu-individu ini kemudian dikenal dengan sebutan Oligark dan salah satu Oligark yang terkenal adalah Roman Abrahamovich.5 Hal tersebut terlihat jelas dari penjualan aset-aset negara dengan harga yang sangat murah kepada para oligark. Aset-aset penting negara seperti kilang 5 Simon Saragih, 2008, Bangkitnya Rusia Peran Putin dan EKS KGB, Jakarta: Penerbit Kompas, hal. 82 4 minyak, tambang batu bara ataupun BUMN penting di bidang industri baja diakusisi dengan harga yang murah akibat kerja sama para oligark dan pihak asing yang memiliki motif ekonomi dan politik untuk melemahkan Rusia sebagai pewaris terbesar Uni Soviet. Implikasi di bidang politik luar negeri, Rusia seolaholah menjadi negara yang kehilangan wibawanya. Disintegrasi yang dialami negara-negara eks-Uni Soviet dan kehadiran investor asing di wilayah Eropa Timur, Balkan, bahkan Asia Tengah menempatkan Rusia di posisi yang sangat rawan. Namun, pada masa kepemimpinan Presiden Vladimir Putin, upaya untuk mengembalikan hegemoni Rusia sebagai negara yang disegani dalam peta politik internasional kembali dimulai. Putin meninggalkan dua instrumen politik luar negeri yang menjadi ciri khas Uni Soviet diera perang dingin, yaitu ideologi dan militer. Dan lebih memilih menggunakan instrumen yang lebih soft, yaitu energi sebagai metode untuk mengembalikan posisi Rusia dalam arena politik Internasional. Selain itu juga untuk mengkonsolidasikan kembali negara-negara pecahan Uni Soviet yang dari aspek geografi politik menjadi sangat strategis dalam hal keamanan dan pertahanan Rusia. Rusia dan Kazakshtan sendiri memiliki ikatan yang sangat kuat. Tidak hanya berangkat dari faktor historis, Kazakhstan sebagai negara merdeka yang independen merupakan negara pecahan Uni Soviet dengan wilayah terluas di kawasan Asia Tengah. Hal tersebut menempatkan Kazakhstan merupakan mitra yang sangat strategis bagi Rusia dalam bidang politik, keamanan, bahkan ekonomi. 5 Potensi energi yang dimiliki Kazakhstan tergolong besar, dengan ekspor minyak bumi merupakan peringkat ke-18 di dunia.6 Hingga saat ini, hubungan tersebut tetap terjaga. Dari 89 wilayah administrasi yang dimiliki Rusia, 72 diantaranya memiliki hubungan ekonomi dengan Kazakhstan. Selain itu, Presiden Kazakhstan yang berkuasa selama 20 tahun Nursultan Nazarbaev, merupakan mantan sekertaris Partai Komunis dan Perdana Menteri Uni Soviet pada tahun 1986.7 Namun, hal yang perlu menjadi perhatian dari Kremlin adalah kebijakan pemerintah Kazakhstan terhadap investasi asing. Pemerintah Kazakhstan menetapkan kebijakan yang memungkinkan penguasaan swata terhadap kekayaan negara di bidang energi. Sebagai contoh, adalah ladang minyak di wilayah Tengiz. Ladang minyak di Tengiz merupakan salah satu proyek ladang minyak terbesar di Kazakshtan. Blok Tengiz mampu memproduksi hingga 22 juta ton minyak setahun. Blok yg mulai beroperasi sejak tahun 1993 ini dikelola oleh setidaknya empat perusahaan dan tiga diantaranya perusahaan swasta Exxon Mobile, ChevronTexaco, dan Lukarko yang jika digabungkan kepemilikan sahamnya mencapai 80%.8 Upaya yang dilakukan Rusia di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir Putin untuk menjaga hubungan tersebut adalah dengan memanfaatkan peninggalan dari Uni Soviet. Isu transportasi dan infrastruktur dalam bidang 6 , “Kazakhstan”, diakses dari https://cia.gov/library/publications/the-worldfactbook/geos/kz.html pada 12 Mei 2012 7 Ariel Cohen 2006, Kazakhtan: Energy Cooperation with Russia, Oil, Gas, and Beyond, London: Global Market Briefing , hal. 2 8 Ibid., hal. 13 6 energi menjadi tools dari Rusia untuk menjaga kontrolnya di Kawasan Asia Tengah terutama dalam bidang energi. CPC atau (Caspian Pipeline Consorsium) merupakan contoh penggunaan energi sebagai instrumen politik luar negeri Rusia terhadap Kazakhtan. Melalui CPC, Rusia mampu mengontrol volume ekspor minyak Kazakhtan, dalam tingkatan yang lebih tinggi, Rusia memanfaatkan CPC sebagai tools untuk menentukan pengambilan kebijakan Pemerintah Kazakhtan dalam hal investasi asing dan kerja sama dengan negara barat. Gambar 1.1 Peta Jalur CPC dari Kazakhtan ke Rusia Sumber : Ariel Cohen. Kazakhtan: Energy Cooperation with Russia, Oil, Gas, and Beyond, 2006, London: Global Market Briefing, hal. 14 Penggunaan elemen politik energi terutama isu transportasi dan infrastruktur sebagai instrumen Politik Luar Negeri Rusia di Kawasan Asia Tengah, khususnya terhadap Kazakhstan menggambarkan upaya dari Rusia untuk mengubah paradigma Politik Luar Negeri Uni Soviet yang terkenal akan instrumen ideologi dan militer. Politik energi terbukti lebih efisien dibandingkan politik militer. Selain lebih menguntungkan dari segi ekonomi, penggunanaan 7 instrumen energi juga jauh lebih simpatik dalam memberikan pengaruh kepada pihak lain. Dibandingkan dengan instrumen militer yang akan cenderung menimbulkan protes dari dunia internasional. Oleh karena itu, politik energi digunakan sebagai jalan bagi Rusia untuk mencegah meluasnya pengaruh Amerika serikat dan Uni Eropa di Kawasan Asia Tengah. Sekaligus sebagai sumber ekonomi yang potensial bagi Rusia. Hal tersebut menjadikan politik energi menjadi hal yang penting untuk dikaji sebagai bentuk instrumen dalam politik luar negeri. Bagaimana politik energi menjadi instrumen penting dalam proses pencapaian Kepentingan Nasional Rusia di Kawasan Asia Tengah. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul “Politik Energi Rusia di Kawasan Asia Tengah, (Studi kasus Kerjasama Energi RusiaKazakhstan). B. Batasan dan Rumusan Masalah Kawasan Asia Tengah, terutama di sekitar Laut Kaspia merupakan daerah salah satu wilayah penghasil minyak terbesar di dunia selain Timur Tengah dan daerah Siberia. Oleh karena itu, negara-negara industri besar berupaya untuk menanamkan pengaruhnya di wilayah ini. Sebagai upaya untuk menjaga keamanan pasokan energi yang menjadi kepentingannya. Hal ini berpotensi menjadi ancaman terhadap Rusia sebagai negara pecahan terbesar Uni Soviet. Kawasan Asia Tengah, yang berbatasan langsung dan sangat strategis bagi Rusia menjadi alasan yang jelas bagi Rusia untuk menjaga pengaruhnya di Kawasan Asia Tengah. Terpilihnya Presiden Vladimir Putin mampu mengembalikan pengaruh dan wibawa Rusia di Kawasan Asia Tengah. Oleh 8 karena itu, penulis membatasi periode penelitian pada dua periode pemerintahan Presiden Vladimir Putin yaitu dari tahun 2000-2004 dan 2004-2008.9 Sedangkan pada bidang energi, penulis mengkhususkan penelitian pada kerjasama Rusia dan Kazakhstan di bidang minyak bumi, gas alam Penulis memilih hal tersebut karena merupakan komoditas energi utama dunia saat ini. Adapun penjelasan dari batasan masalah yang dijelaskan oleh penulis akan dianalisis dengan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah arti penting Kawasan Asia Tengah, khususnya Negara Kazakhstan terhadap kepentingan nasional Rusia? 2. C. Sejauhmana efektivitas strategi politik energi Rusia di Kazakhstan ? Tujuan dan Kegunaan 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : a. Mengetahui dan menjelaskan kepentingan nasional Rusia di Asia Tengah, khususnya Kazakhstan. b. Mengetahui dan menjelaskan sejauh mana efektivitas strategi politik energi Rusia 2. Manfaat Penelitian a. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi mahasiswa atau penggiat kajian ilmu hubungan internasional 9 Simon Saragih, 2008, Bangkitnya Rusia Peran Putin dan EKS KGB, Jakarta: Penerbit Kompas, hal. 82 9 dalam mengkaji energi sebagai instrumen dalam politik luar negeri suatu negara. b. Sebagai bahan kajian bagi para peneliti yang tertarik untuk mempelajari dan meneliti bidang energi. c. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Indonesia dalam merumuskan kebijakan negara di bidang energi. D. Kerangka Konseptual Negara merupakan aktor utama dalam kajian ilmu hubungan internasional. Sebagai institusi yang bergerak secara rasional. Negara diharuskan untuk memenuhi kepentingan nasional sebagai konsekuensi dan salah satu tujuan dari terbentuknya negara. Kepentingan nasional merupakan tujuan dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para perumus kebijakan suatu negara dalam menentukan dan menarik kebijakan politik luar negerinya.10 Sebagai gambaran, Interaksi yang tercipta antara USA dan Kerajaan Saudi Arabia. Meskipun memiliki perbedaaan fundamental dalam kultur, struktur pemerintahan serta budaya politik. USA tetap menjaga hubungannya yang baik dengan Arab Saudi. Hal ini diakibatkan kepentingan nasional USA untuk menjaga pasokan minyak dari Arab Saudi ke USA. 10 Dr. Yanyan Moh. Yan dan Dr. Anak Agung Banyu Perwita, 2006, “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, Hal. 35. 10 Penganut realis berupaya menjelaskan kepentingan nasional sebagai upaya negara untuk mengejar power. Power dalam hal ini dimaknai sebagai hal-hal yang dapat menjaga dan mengembangkan kontrol suatu negara terhadap negara lain. Adapun untuk mengukur sejauh mana power tersebut berhasil, dapat kita lihat melalui indikator-indikator power baik yang bersifat tangible seperti jumlah penduduk, potensi geografis, kapabilitas ekonommi, kekuatan militer, stabilitas politik dan kepiawaian diplomasi internasional. Power juga bersifat intangible seperti moral penduduk, kepercayaan terhadap pemerintah dan bentuk kepemimpinan dan pemerintahan. Sebuah negara harus dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dari sumber daya alamnya dan sumber daya manusianya. Kedua faktor tersebut menjadi saling mempengaruhi satu sama lain. Pada prosesnya, masing-masing negara di dunia kemudian memiliki cirinya masing-masing. Dalam ilmu hubungan internasional, goegrafi politik merupakan satu sub unit kajian ilmu hubungan internasional yang secara khusus membahas relasi antara kondisi fisik dan perilaku politik negara. Adapun definisi Geopolitik adalah11, “Kajian terapan hubungan antara ruang geografis dengan politik. Jadi geopolitik mengkaji impak resiprokal antara pola ruang (spatial)—core dan periphery, territory dan lokasi—dengan keadaan diwilayah tertentu— sosial atau politik, misalnya—dalam suatu wilayah, ide politik, lembaga dan transaksi.” Pada tingkatan yang lebih tinggi, geopolitik seringkali menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan atau penyusunan rencana geostrategis suatu negara. 11 Yulius P. Hermawan, dkk, 2007, Transformasi dalam Studi Ilmu Hubungan Internasional: Aktor, Isu, dan Metodologi, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 185 11 Kondisi lingkungan geografis negara tidak hanya menyangkut internal negara tersebut. Namun, juga termasuk kondisi geografis di sekitar negara tersebut. Perbatasan, batas negara dan lingkungan geografis lainnya akan berpengaruh dalam gerak-gerak negara di bidang politik luar negeri untuk mencapai kepentingan nasional negara. Politik luar negeri merupakan jalan atau metode yang dipilih suatu negara untuk menunjukkan eksistensinya atau mencapai tujuannya di dunia internasional. Politik luar negeri, sebagaimana didefenisikan oleh Walter Calsnaes yaitu, “Tindakan-tindakan yang diarahkan ke tujuan, kondisi dan aktor (baik pemerintah atau non pemerintah) yang berada di luar wilayah teritorial mereka dan yang ingin mereka pengaruhi. Tindakan-tindakan tersebut diekspresikan dalam bentuk tujuan-tujuan, komitmen dan/atau arah yang dinyatakan secara eksplisit dan yang dilakukan oleh wakil-wakil pemerintah yang bertindak atas nama negara/komunitas yang berdaulat.”12 Politik luar negeri menjadi bentuk pengejawantahan dari kebijakan pemerintah negara dalam berinteraksi dengan pihak di luar wilayah teritorial negara. Oleh karena itu, dalam proses perumusannya, Politik luar negeri harus memperhitungkan kondisi internal dari negara. Salah satunya adalah kondisi geografis negara tersebut. Potensi geografis dan isinya merupakan aset atau bisa menjadi bargaining point dalam interaksinya dengan negara lain. Termasuk keberadaan sumber daya alam seperti minyak bumi dan gas alam yang merupakan bahan bakar utama di dunia dewasa ini. Bahan bakar fosil telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tingkat ketergantungan yang tinggi menyebabkan lonjakan 12 Walter Carlsnaes dalam Abubakar Eby Hara, 2011, Pengantar Analisa Politik Luar Negeri, Bandung: Nuansa, hal. 13 12 kebutuhan. Namun, ini tidak ditunjang dengan meningkatnya pasokan bahan bakar terutama minyak bumi. Hal tersebut mendorong energi sebagai salah satu concern dalam dunia hubungan internasional. Dalam menempatkan isu energi sebagai tools dalam politik luar negerinya sebuah negara harus mampu merumuskan potensi yang dia miliki. Minyak, sebagai komoditas energi utama saat ini mampu menjadi magnet politik yang mampu mempengaruhi interaksi aktor dalam dunia hubungan internasional. Menurut Alexander Betts konsekuensi politik suatu negara akibat dari ketergantungan akan minyak jelas meningkat ke dalam beberapa jalan/cara yang berbeda. Sebagai contoh dalam konteks konflik ataupun perang antar negara seringkali minyak bumi sebagai faktor pendorong terjadinya konflik tersebut sebelum perang ataupun sesudahnya.13 Sedangkan menurut Peter Evans dalam oil politics bahwa pemerintah harus mempunyai power agar dapat mengutamakan dukungan politik utama yang dibutuhkan untuk operasi pasar ekonomi.14 Oil politics merupakan serangkaian pola kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam menjaga keamanan domestiknya di bidang energi. Dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya mencakup minyak bumi sebagai komoditas energi utama. Tapi dapat juga diaplikasikan dalam memandang gas alam dan batu bara sebagai komoditas energi selain mainyak bumi. , “The International Politics of Oil” dalam St. Anthony’s International Review, Volume 2, Nomor 1, Mei 2006, hal 3 14 Ibid. 13 13 E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang dipilih oleh penulis adalah deskriptif analitif. Penulis terlebih dahulu menggambarkan strategi politik energi Rusia di Kawasan Asia Tengah. Kemudian penulis menganalisis pengaruh politik energi terhadap pencapaian kepentingan nasional Rusia di Kazakhstan 2. Jenis Data Adapun jenis data yang dibutuhkan oleh penulis adalah data sekunder. Data ini berupa dokumen resmi negara tentang strategi energi rusia dan dokumen perjanjian kerja sama di bidang energi. Selain itu, penulis juga menggunakan data statistik dari lembaga terkait mengenai hasil ekspor-impor minyak bumi, gas alam dan batu bara di kawasan Asia Tengah, khususnya negara Rusia dan Kazakhstan. 3. Teknik Pengumpulan Data Penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu telaah pustaka (Library Research). Penulis mengumpulkan data dari berbagai literatur kemudian menganalisa data tersebut. Literatur ini berupa buku-buku, dokumen, jurnaljurnal, majalah, surat kabar, dan situs-situs internet maupun laporan-laporan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Adapun tempat penelitian yang telah penulis kunjungi adalah : 1. Perpustakaan Daerah Sulawesi Selatan di Makassar 2. Perputakaan Pusat Universitas Hasanuddin di Makassar 3. Perpustakaan Universitas Fajar di Makassar 4. Perpustakaan BaKTI di Makassar 14 5. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin di Makassar 4. Teknik Analisa Data Teknis analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif. Penulis menggambarkan permasalahan berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian mengkorelasikannya satu sama lain. Hingga akhirnya berdasarkan hal tersebut penulis merumuskan simpulan. Teknik analisis data kualitatif juga bertujuan menjadikan penjelasan lebih sistematis dan faktual. Selain itu, melalui sifat dan fenomena yang diteliti dengan studi telaah pustaka serta observasi menjadikan pendalaman terhadap studi penelitian permasalahan. Adapun tabel dan angka-angka akan membantu memperkuat dan menjelaskan analisis kualitatif. 5. Metode Penelitian Metode penulisan yang digunakan penulis adalah metode deduktif, dimana penulis terlebih dahulu menggambarkan secara umum, lalu kemudian menarik simpulan yang bersifat khusus. 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Kepentingan Nasional Negara sebagai suatu institusi politik yang berdaulat merupakan aktor utama dalam dunia internasional. Negara dipandang sebagai sebuah institusi yang lengkap. Negara disusun oleh aspek fisik dan aspek nonfisik yang saling menjaga dan mengisi satu sama lain. Aspek fisik seperti wilayah teritorial, warga negara atau penduduk dan sumber daya alam yang terkandung didalam wilayahnya. Sedangkan yang dimaksud aspek non-fisik seperti aturan, hukum dan UU yang menjadi landasan hukum sekaligus landasan filosofis dalam berjalannya proses pemerintahan dan pengambilan kebijakan. Sebagai aktor utama dalam dunia hubungan internasional, Negara-negara bergerak dinamis dalam interaksinya. Sejak penandatanganan perjanjian Westphalia yang menandai pengakuan negara berdaulat. Hingga saat ini, negara mengalami perkembangan baik di dalam internal ataupun eksternalnya yang saling mengikat dan mempengaruhi. Perkembangan tersebut menjadi salah satu objek dalam kajian ilmu hubungan internasional. Pola interaksi negara berkembang secara pesat. Baik dalam hal metode, aktor yang bergerak di dalamnya ataupun isu-isu yang menjadi perhatian dalam interaksi antar negara. Pembentukan aliansi yang dilatarbelakangi oleh adanya ancaman negara lain di dalam Kawasan seperti di Eropa pada pertengahan abad ke 19. Hingga munculnya Aliansi-aliansi atau IGO yang 16 menunjukkan ketidakmampuan negara untuk mengatasi isu-isu kontemporer seperti traficking, transnational crimes dan isu lingkungan. Seiring perkembangan metode dalam interaksi dunia hubungan internasional. Kepentingan nasional selalu menjadi objek utama dalam menganalisa interaksi antar negara. Perbedaan metode dan bentuk dipandang sebagai cara. Sedangkan kepentingan nasional merupakan core dalam analisis ilmu hubungan internasional. Ketidakmampuan negara dalam memenuhi kepentingannya sendiri telah menjadi landasan dalam interaksi sejak berabad-abad silam. Di era modern seperti saat ini, Perkembangan teknologi dan semakin kompleksnya kebutuhan manusia menjadi pendorong utama dalam interaksi antar negara. Kepentingan nasional menjadi core sebab akan membantu memahami dan menjelaskan perilaku negara dalam dunia internasional. Dr. Anak Agung Banyu Perwita dan Dr. Yanyan Moch. Yani menjelaskan bahwa Kepentingan nasional dapat dikatakan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya.15 Untuk membantu menjelaskan pengertian tersebut, kita bisa mengambil contoh kebijakan Amerika Serikat untuk mendirikan pangkalan militer di Kawasan Asia Timur. Bentuk kebijakan Amerika Serikat berkembang dari pembangunan pangkalan militer, bantuan ekonomi, hingga pendampingan pembangunan armada militer terhadap negara sekutu Amerika Serikat di Kawasan 15 Dr. Yanyan Moh. Yan dan Dr. Anak Agung Banyu Perwita, 2006, “Pengantar Ilmu Hubungan Internasional”. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, Hal. 35. 17 seperti Korea Selatan, Jepang dan Taiwan. Namun, yang perlu disadari kepentingan nasional Amerika Serikat di Kawasan tersebut tetap pada menanamkan pengaruhnya di Kawasan untuk mencegah ekspansi yang dilakukan pihak komunis dalam hal ini China dan Rusia. Kepentingan tersebut akan bertahan. Bahkan cenderung berkembang ke bidang ekonomi dalam bentuk kerja sama ekonomi dan pangsa pasar dari barang produksi Amerika Serikat. Dalam ilmu hubungan internasional, kemampuan untuk mengetahui dan menganalisa kepentingan nasional suatu negara akan menjadi kunci dalam menjelaskan dan memahami serangkaian kebijakan luar negeri suatu negara. Dalam cakupan selanjutnya, kepentingan nasional tersebut akan menjadi dasar dalam pengembahan kepentingan negara yang paling vital, seperti pertahanan, keamanan, militer dan kesejahteraan ekonomi.16 Penjelasan di atas bisa kita lihat dari pola kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam menjaga hubungannya dengan pemerintah Saudi Arabia. Krisis ekonomi pada dekade 70an akibat pengurangan produksi minyak negara Timur Tengah sebagai protes atas dukungan negara barat terhadap Israel. Trauma atas terulangnya peristiwa tersebut. Amerika Serikat membangun kebijakan luar negeri yang mendekatkan Pemerintah Saudi dan Pemerintah Amerika Serikat. Amerika Serikat menerapkan standar ganda dalam pola hubungannya dengan Pemerintah Arab Saudi. Amerika Serikat yang mendorong proses demokratisasi dalam interaksinya dengan negara lain berbalik cenderung mendukung sistem pemerintahan monarki yang dianut Arab Saudi. Bahkan Amerika Serikat 16 Ibid. 18 membantu Saudi melalui bantuan luar negeri dalam bentuk pinjaman, alih teknologi di bidang ekplorasi dan priduksi minyak bumi serta pembangunan armada militer Kerajaan Saudi Arabia. Fenomena diatas menunjukkan posisi kepentingan nasional dalam perumusan kebijakan dan politik luar negeri suatu negara. Negara yang dalam paradigma Realis dipandang sebagai institusi yang bergerak untuk mencapai tujuannya dengan cara yang logis. Oleh karena itu, metode dan cara akan disesuaikan dengan kepentingan dan situasi yang dihadapi negara demi mencapai kepentingan nasionalnya. Fenomena HI dewasa ini mendorong kepentingan nasional tidak lagi menjadi bersifat politik semata. Perkembangan ilmu HI juga mendorong konsep kepentingan nasional menjadi bersifat multidimensional. Maksud dari multidimensional adalah adanya keterkaitan secara sistemik dalam aplikasinya antara dimensi yang satu dengan dimensi yang lain. Selain itu pergeseran isu keamanan dari state security menuju human security juga mendorong konsep kepentingan nasional pada isu-isu kontemporer seperti lingkungan, kesejahteraan dan kejahatan Transnasional. Kepentingan nasional suatu negara akan ditentukan berdasarkan kebutuhan dalam negeri negara tersebut dan pembacaaan terhadap lingkungan internasionalnya. Untuk lebih mudah memahami, Robinson membagi klasifikasi kepentingan nasional sebagai berikut.17: 17 . Jack S. Plano dan Ray Olton. 1990, Kamus Hubungan Internasional, Jakarta. CV. Abid. Hal. 7. 19 1. Primary Interest, kepentingan nasional terdiri atas wilayah, negara, identitas politik, kebudayaan dan kelanjutan hidup bangsa terhadap gangguan dari luar. Kepentingan primer ini tidak pernah dikompromikan. Semua negara mempunyai kepentingan serupa dan kerapkali dicapai dengan pengorbanan yang tidak sedikit. 2. Secondary Interest, kepentingan yang berada diluar primer tetapi dianggap penting dan mendukung kepentingan primer. 3. Permanent Interest, kepentingan yang bersifat konstan dalam jangka waktu yang lama 4. Variable Interest, merupakan suatu kepentingan yang bersifat kondisional dan dianggap penting sebagai kepentingan nasional pada suatu waktu tertentu. 5. General Interest, Kepentingan yang dapat diberlakukan untuk banyak negara dan cenderung serupa dalam bidang khusus seperti bidang ekonomi atau perdagangan. 6. Spesific interest, kepentingan yang lebih bersifat khusus dan spesifik yang cenderung berbeda berdasarkan kebutuhan dan kondisi negara. Sebagai sebuah konsep, kepentingan nasional suatu negara akan menjadi dasar begi peneliti ilmu hubungan internasional dalam menganalisis dan menjelaskan kebijakan suatu negara. Dalam lingkup lebih luas dapat membantu menjelaskan fenomena yang terjadi dalam sistem dunia hubungan internasional secara lebih luas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mochtar Mas’oed. 20 Bangsa-bangsa di dunia ini berinteraksi diantara mereka merupakan sistem, Struktur sistem itu dan perubahan-perubahan yang dialaminya selama ini telah menentukan perilaku aktor-aktor hubungan internasional yang terlibat di dalamnya. Sistem sebagai lingkungan internasional telah menentukan perilaku negara bangsa. Oleh karena itu, akan sangat penting untuk memahami kepentingan nasional suatu negara sebagai landasan dan latar belakang kebijakan suatu negara. Duni hubungan internasional yang berkembang semakin pesat juga mendorong berkembangnya kebutuhan negara. Namun, akan ada hal-hal prinsipil yang tidak bergeser dan akan menjadi kepentingan nasional utama masing-maisng negara dalam berinteraksi. Sebagai sebuah tujuan yang akan menjadi dasar dalam interaksi serta perumusan kebijakan luar negeri negara. Mendefenisikan dan mengukur pencapaian kepentingan nasional suatu negara lebih merupakan hal yang bisa diidentifikasikan dari pada harus diukur secara kongkrit. Para penganut realis seperti K.J. Holsti menyamakan kepentingan nasional sebagai upaya negara untuk mengejar power.18 Power itu sendiri adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara terhadap negara lain. Dalam penelitian ini, akan difokuskan pada kemampuan Rusia untuk mempengaruhi kebijakan dan keberpihakan Pemerintah Kazakhstan. B. Konsep Geopolitik dan Geostrategis Kemajuan teknologi telah mendorong manusia pada sebuah kondisi dimana kendala-kendala ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang berarti. Kondisi geografis dewasa ini, tidak lagi dilihat sebagai border atau batasan dalam 18 . K.J. Holsti. 1983. INTERNATIONAL POLITICS A Framework for Analysis. London. Prentice-Hall. Hal. 140 21 pengembangan sebuah negara. Sebaliknya, dia kemudian dilihat sebagai potensi dari sebuah negara untuk melakukan pencapaian tujuannya. Instrumen geografis sejak dahulu kala telah menjadi objek kajian yang disadari atau tidak, mendasari banyak peristiwa penting dalam dunia internasional. Menurut Adrianus Harsawaskita geopolitik adalah, “Kajian terapan hubungan antara ruang geografis dengan politik. Jadi geopolitik mengkaji impak resiprokal antara pola ruang (spatial)—core dan periphery, territory dan lokasi—dengan keadaan diwilayah tertentu— sosial atau politik, misalnya—dalam suatu wilayah, ide politik, lembaga dan transaksi.”19 Lebih lanjut Harsawaskita memberi penjelasan bahwa, “Dalam studi Hubungan Internasional, geopolitik merupakan suatu kajian yang melihat masalah Hubungan Internasional dari sudut pandang ruang atau geosentrik. Konteks teritorial di mana hubungan itu terjadi bervariasi dalam fungsi wilayah dalam interaksi, lingkup wilayah, dan hirarki aktor: dari nasional, internasional, dan benua kawasan, juga provinsi atau lokal. Di sini, geografi membatasi atau mengarahkan aktifitas negara.”20 Adapun definisi dari Political Geography adalah “study of political proces, differing from political science only in emphassis given to georgraphical influences and outcomes and in the aplication of spatial analysis technique”.21 Dari defenisi tersebut dapat dilihat bahwa instrumen geografi kemudian dipandang sebagai faktor yang menentukan pilihan-pilihan dari strategis suatu negara. Kajian geografi politik tidak lagi didasarkan pada fisis determinisme yang menjadikan instrumen geografi sebagai penentu kekuatan utama sebuah negara. Dalam perkembangannya muncul gagasan baru yang disebut aliran Possibilisme yang dipelopori oleh Jean Brunhes (1869-1930), Albert Demangon 19 Yulius P. Hermawan, dkk, loc. cit Ibid. 21 Martin John, dkk, 2004, An Introduction to Political Geography, Space, Place and Politics, London: Routledge , hal. 4 20 22 dan Paul Vidal De la Bache (1845-1919). Aliran Possibilisme menekankan pada negara tidak lagi sebagai “an organic political entitiy” tapi juga sebagai “The collective consciousness of its citizens ”.22 Faktor geografis kemudian ditempatkan sebagai sebuah faktor yang mempengarui kondisi suatu negara dalam bidang politik, ekonomi maupun strategis. Namun, maju tidaknya suatu negara dikembalikan kepada kemampuan dan kredibilitas manusia yang berdiam diri di lingkungan tersebut. Pengertian-pengertian yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa negara merupakan sebuah identitas yang tidak bisa lepas dari perkembangan objek studi geografi politik. Negara di dalam studi geografi politik merupakan sebuah politically region yang di dalamnya kita mampu mengkaji bagaimana kondisi geografis mempengaruhi kehidupan dan aktivitas politik maupun pengambilan kebijakan di negara tersebut. Bagian-bagian negara yang dikaji dalam geografi politik adalah seputar lokasi, luas dan bentuk wilayah suatu negara. Faktor lokasi, luas dan bentuk negara seringkali dianggap sebagai bagian terpenting karena “space is the integrating factor in goegraphy”. Space atau ruang melingkup seluruh bagian yang terdapat di dalam wilayah suatu negara. Dari yang tampak di atas bumi, hingga yang tersembunyi dalam perut bumi. Ruang yang menjadi landasan kehidupan politik, ekonomi dan sosial suatu negara. Dalam sejarah dipelajari bahwa negara-negara berperang untuk memperebutkan ruang. Scramble of Africa merupakan perjanjian yang dilakukan oleh negara-negara Eropa untuk membagi-bagi wilayah di Afrika. Hal tersebut 22 Sri Hayati dan Ahmad Yani, op. cit., hal. 11 23 menunjukkan bahwa ruang atau wilayah telah menjadi objek dalam dunia hubungan internasional. Ruang dapat menjadi alasan sekaligus tujuan dalam interaksi sebuah negara dalam dunia hubungan internasional. Secara lebih jelas, terdapat tiga hal yang menjadi ruang lingkup dalam mengkaji geografi politik yaitu Enviromental Relationship, National Power dan Political Region.23 Lingkup kajian pertama Enviromental Relationship sebagai menekankan pada hubungan antara kehidupan manusia dan lingkungan alamnya akibat dari dorongan kehidupan dan keanekaragaman lingkungan masing-masing negara. Prinsip ini merupakan paling tua yang dijadikan landasan dalam pembentukan konsep fisis determinisme hingga ke aliran possibilisme sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Lingkup kajian kedua adalah national power yang menekankan pada pembangunan atau kekuatan negara. Prinsip ini dikembangkan oleh Ratzel yang mencoba menggambarkan secara sistematis pengaruh lingkungan dalam pembangunan ketahanan dan kekuatan nasional. Terdapat tujuh hukum perkembangan (The Seven laws of The Expansion of States) menurut Alexander dalam Abdurrachman (1987), yaitu24 : 1. Pertumbuhan ruang akan berbanding lurus dengan pertumbuhan kebudayaan. 2. Pertumbuhan negara akan diikuti pertumbuhan di aspeklain seperti aspek bisnis, perkembangan ide/pengetahuan, dan kegiatan keagamaan 23 24 Ibid. Ibid. 24 3. Negara tumbuh melalui penggabungan dan penyerapan unit-unit yang lebih kecil. 4. Wilayah perbatasan suatu negara menggambarkan pertumbuhan, kekuatan, dan perubahan di negara tersebut. 5. Dalam proses pertumbuhannya, negara akan mencari wilayah politik yang bermanfaat seperti garis pantai, lembah sungai, dataran rendah yang kaya akan sumber daya. 6. Dorongan pertama untuk pertumbuhan teritorial akan datang dari negara primitif yang berada di luar perbatasan, dan memiliki peradaban yang lebih tinggi. 7. Proses penggabungan merupakan bentuk lain dari sebuah hasrat akan ekspansi wilayah atau bisa dibilang penyebaran wilayah dan hasrat untuk melakukan ekspansi akan terus menerus ada. Prinsip yang ketiga, yaitu Political Region membahas geografi politik lebih di sisi teoritis, seperti dasar, tujuan dan ruang lingkup geografi politik serta pengorganisiran keruangan. Konsep dasar dari Political Region membahas tentang pembagian wilayah administrasi, batas negara, dan masalah yang berhubungan dengan pengawasan wilayah keruangan negara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perkembangan studi geografi politik tidak lagi memandang negara faktor geografis sebagai penentu majutidaknya sebuah negara. Namun, faktor geografis lebih sebagai opsi-opsi yang ada bagi manusia yang berada di wilayah tersebut untuk menentukan nasibnya sendiri. Geopolitik sendiri sebagai sebuah terapan dari geografi politik dalam ranah yang 25 lebih praktis. Geopolitik harus dipandang sebagai sebuah pedoman dalam pengembangan dan pemanfaatan kondisi georgrafis suatu negara. Geopolitik sebagai terapan dalam georgrafi politik, meneliti unsur-unsur untuk memperoleh data yang akan memberikan suatu konsep strategi nasional sebagai bentuk kebijakan negara. Adapun unsur-unsur yang dimaksud adalah: 1. Lingkungan alam seperti bentuk-bentuk pulau (meliputi bentuk pulau, iklim, cuaca, tanah dan terowongan). 2. Transportasi dan komunikasi atas manusia, barang-barang dan jasa atau lebih tepat disebut “peredaran”. 3. Sumber-sumber ekonomi baik yang sudah dikerjakan ataupun yang masih bersifat potensial, dan teknologi yang dimiliki negara dimana sumber-sumber itu hendak dikerjakan. 4. Penduduk perseberangan dan sifat serta cirinya. Meliputi kejiwaan bagian dan nasional. 5. Lembaga-lembaga politik dan alat politiknya. 6. Menyangkut ruang, yaitu meliputi lokasi, ikatan, dan batas-batas mereka dipengaruhi ciri-ciri dari dalam dan hubungan keluar dari lembaga politik. Berdasarkan keenam unsur tersebut dapat disusun suatu konsep Geopolitik yang mampu memberikan gambaran bagi negara dalam upayanya untuk memaksimalkan potensi keruangan yang dimilikinya. Dengan demikian, Geopolitik menunjukkan cara bagi negara untuk meluaskan pengaruhnya terhadap 26 wilayah-wilayah di luar perbatasannya baik itu dalam skala regional ataupun dunia internasional. Negara dalam proses menentukan geopolitiknya dapat berlandaskan pada teori yang dikemukakan oleh Sir Halford Mac Kinder bahwa “perubahanperubahan yang terjadi di dunia telah mengarahkan pergeseran kekuatan di dunia”.25 Mac Kinder kemudian membuat peta dunia dan membaginya dalam region-region politik tertentu. Bagian terpenting dalam peta dunia yang dibuat Mac Kinder adalah Pivot Area yang kemudian disebut Heartland. Pivot area ini terbentang di sebagian besar wilayah Rusia di barat berbatasan dengan Eropa, selatan berbatasan dengan kawasan timur tengah dan asia selatan, serta Cina di Timur. Wilayah ini biasa juga kita kenal menjadi titik pertemuan yang membatasi Benua Asia dan Eropa. Mac Kinder selanjutnya berpendapat bahwa negara yang menguasai wilayah ini akan berpeluang besar menjadi negara yang menguasa dunia dan menjadi kekuatan besar dalam peta politik internasional. Berikutnya wilayah di sekitar Heartland yang membentang dari Eropa barat hingga Asia timur disebut wilayah bulan sabit dalam. Sedangkan wilayah diluarnya seperti Benua Amerika dan Austronesia disebut Wilayah Bulan Sabit luar.26 Konsep lain yang bisa digunakan untuk menggambarkan fenomena geopolitik di suatu kawasan juga bisa dianalisis melalui konsep Shetterbelt. Sir Alfred Thayer Mahan mengemukakan bahwa “wilayah Shetterbelt ini sebagai wilayah yang mengalami kondisi instabilitas, wilayah ini berada di antara Rusia 25 Martin John, dkk, op. cit., hal. 46 Ibid. 26 27 dan Inggris.”27 Dalam definisi yang operasional, shatterbelt adalah kawasan strategis yang secara politis terfragmentasi menjadi wilayah persaingan antara lingkup maritim dan lingkup kontinental.28 Perlu dipahami bahwa meskipun beberapa wilayah di dunia memiliki tingkat konflik dan atomization (perpecahan) yang tinggi seperti perang, revolusi dan kudeta, tetapi tidak semua wilayah itu dapat digolongkan sebagai Shetterbelt. Wilayah Shetterbelt lebih dari sekedar wilayah penuh konflik tetapi juga playing field dari dua atau lebih Powers yang berasal dari geostrategic realm yang berbeda. Dalam internal wilayah ini, Major Power eksternal (dapat disebut kekuatan maritim atau armada udara) berusaha menjadi Instrusive Power. Sementara Major Power lokal yang merupakan negara di wilayah tersebut berusaha menjadi kekuatan penyeimbang dalam hubungan power.29 Aspek geografis membentuk konsepsi tentang geopolitik dan geostrategi. Paling tidak, aspek geografis memiliki tiga nilai strategis bagi kepentingan keberlangsungan hidup. Pertama, geografi adalah area bermain bagi mereka yang merancang dan melaksanakan suatu strategi. Kedua, geografi adalah parameter fisik yang secara unik membentuk pilihan-pilihan teknologi,taktik, sistem logistik, institusi, dan budaya militer suatu masyarakat. Dan ketiga, geografi merupakan suatu inspirasi yang membentuk pemahaman bersama tentang perpolitikan dalam batas-batas fisik geografis tersebut. Maka tidak heran Colin Gray mengatakan bahwa “all politics is geopolitics, all strategy is geostrategy; geography is out 27 Yulius P. Hermawan, dkk, op. cit., hal. 188 Ibid. 29 Ibid. 28 28 there objectively as environment or terrain; geography also is within us, in here, as imagined spatial relationship.”30 Jadi, strategi yang didasarkan atas kondisi geografi akan mampu memberikan kekuatan kepada suatu negara atau masyarakat. Tanpa ini, maka strategi yang lahir hanya akan memberikan perimeter pertahanan terakhir untuk kelangsungan hidup. Geografi menyediakan ruang gerak dan keunggulankeunggulan tertentu dalam mengembangkan strategi dan kekuatan pertahanan. Faktor manusia kemudian menjadi variabel penentu dalam mengolah informasi geografis menjadi strategi (Geostrategis) atau kebijakan. C. Konsep Politik Luar Negeri Menelaah interaksi dari negara-negara dalam dunia hubungan internasional akan mengarahkan kita akan sebuah keasadaran akan perbedaan sikap dan kepentingan yang dimiliki oleh masing-masing negara tersebut. Kondisi dunia internasional yang cenderung anarkis menyebabkan setiap negara harus memanfaatkan setiap potensi yang dimiliki untuk mencapai kepentingan nasionalnya masing-masing. Proses-proses mencapai tujuan tersebut terangkai dalam sebuah rentetan perencanaan, kebijakan dan sikap yang sedikit banyak mencerminkan kekuatan dan potensi yang dimiliki negara tersebut. Rentetan perencanaan hingga kebijakan di forum-forum internasional tersebut bisa disebut sebagai politik luar negeri suatu negara. Politik luar negeri, kemudian menjembatani batas wilayah dalam Edy Prasetyono, “Sistem Pertahanan, Politik Luar Negeri, dan Globalisasi”, dalam Jurnal Analisis CSIS, Volume 37, No. 3, September 2008, hal. 349 30 29 negeri dan lingkungan internasional. Politik luar negeri itu bisa berupa hubungan diplomatik, mengeluarakan doktrin, membuat aliansi, mencanangkan tujuan jangka panjang maupun jangka pendek.31 Defenisi yang lebih luas dan terukur diberikan oleh Christoper Hill yang mengatakan politik luar negeri sebagai “jumlah hubungan resmi yang dilakukan oleh aktor independen (biasanya negara) dalam hubungan Internasional” (Hill, 2003: 3).32 Walter Carlsnaes kemudian memberikan definisi yang dianggap klasik dan detail yaitu : “Tindakan-tindakan yang diarahkan ke tujuan, kondisi, dan aktor (baik pemerintah maupun non-pemerintah) yang berada di luar wilayah teritorial mereka dan yang ingin mereka pengaruhi. Tindakan-tindakan itu kemudian diekspresikan dalam bentuk tujuan-tujuan, komitmen dan/atau arah yang dinyatakan secara eksplisit dan yang dilakukan oleh wakil-wakil pemerintah yang bertindak atas nama negara/komunitas yang berdaulat.”33 Lebih lanjut, Roeslan Abdul Gani juga mengemukakan argumen bahwa “Politik Luar negeri tidak bisa dipandang berdiri sendiri dalam konteks kebijakan, melainkan Politik Luar negeri dari tiap-tiap negara adalah lanjutan dan merupakan refleksi dari politik dalam negeri tersebut.”34 Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu negara dalam berinteraksi di dunia internasional diharapkan dapat mengartikulasikan kepentingan dan kebutuhan di dalam negeri. Lebih penting lagi, Politik Luar Negeri diarahkan pada upaya mengaitkan kebijakan pembangunan nasional dengan langkah-langkah yang ditempuh di tingkat internasional. Namun berbeda dengan politik dalam negeri, Politik Luar 31 K.J. Holsti dalam Abubakar Eby Hara, loc. cit. Abubakar Eby Hara, ibid., hal. 14 33 Ibid. 34 Roeslan Abdul Gani, dalam Ganewati Wulandari dkk, 2008. Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hal. 1 32 30 Negeri memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Dalam proses pengambilan kebijakan para pengambil keputusan biasanya memiliki sedikit kontrol terhadap situasi dan pengetahuan yang juga sangat terbatas.35 Dari beberapa defenisi diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa fokus utama dalam mengkaji Politik Luar negeri adalah untuk memperhatikan intensi (maksud), pernyataan dan tindakan aktor yang diarahkan pada dunia eksternal dan respon dari aktor-aktor lain terhadap intensi, pernyataan dan tindakan ini.36 Dalam menjalankan politik luar negerinya, negara akan sangat dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling terikat dan mempengaruhi. Morgenthau, seorang penganut realisme klasik mengemukakan bahwa “negara-negara masih dianggap memiliki tujuan dan aspirasi politik luar negeri sendiri dan tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh distribusi kekuasaan pada struktur internasional.”37 Morgenthau sadar bahwa “Politik luar negeri setiap negara tidak ada yang identik, sebab masing-masing negara memiliki contextual imperative yang berbeda-beda terkait dengan posisi geografis, sejarah, ekonomi, dan politik.”38 Morgenthau juga mengemukakan tentang tanggung jawab pemimpin dan arti pentingnya peranan individu dalam politik luar negeri. Dia juga mendiskusikan pentingnya “karakter nasional” sebagai suatu aspek kekuatan nasional yang mempengaruhi politik luar negeri. 35 Abubakar Eby Hara, loc. cit. Ibid. 37 Ibid., hal. 39 38 Ibid. 36 31 Holsti, yang juga dianggap sebagai penerus Realisme klasik pengikut Morgenthau, mengejewantahkan lebih lanjut pandangan Morgenthau dengan menyebutkan bahwa “Politik Luar Negeri suatu negara tidak semata-mata mengikuti struktur internasional, strategi umum Politik Luar Negeri suatu negara juga dipengaruhi oleh sifat dari keadaan domestik dan kebutuhan ekonomi.”39 Seperti Morgenthau, Holsti juga menyebutkan peranan pembuat keputusan dalam mempersepsikan ancaman eksternal yang tetap terhadap nilai-nilai dan kepentingan mereka akan sangat menentukan operasi Politik Luar Negeri suatu negara. Juga faktor letak geografis, ciri-ciri topografi, potensi alam, menurut Holsti adalah variable-variable yang mempengaruhi pilihan orientasi luar negeri. Menurut Holsti, negara sebagai aktor memiliki tujuan-tujuan, aspirasi, kebutuhan, sikap, pilihan, dan tindakan yang dipengaruhi atau terbentuk oleh struktur kekuatan dan distribusi kekuasaan dalam politik internasional. Sejarah menunjukkan bahwa tipe sistem internasional cenderung melahirkan konsekuensi yang berbeda-beda bagi negara.40 Pada sistem hierarkis, ketaklukan dan ketergantungan merupakan orientasi utama. Pada sistem kutub, negara yang mencari keselamatan dengan bersikap non-blok atau isolasi biasanya gagal. Negara dijadikan negara vassal oleh para pemimpin blok atau yang terburuk dibinasakan dan dimasukkan ke dalam wilayah para pemimpin blok atau persekutuan. Misalnya pada struktur kutub sistem Yunani, para sekutu Athena dan Sparta yang lebih kecil hanya mempunyai sedikit alternatif dalam orientasi politik luar negerinya. Negara tersebut juga harus 39 Ibid. K. J. Holsti diterjemahkan oleh M. Tahir Azhary, 1988, Politik Internasional Kerangka Untuk Analisis Edisi Keempat Jilid Dua, Jakarta: Penerbit Erlangga, hal. 80 40 32 menjadi sekutu setia dan membayar upeti serta pajak atau menghadapi pendudukan dari pemimpin blok.41 Holsti kemudian menarik sebuah hipotesa bahwa semakin terpadu suatu sistem kutub atau hirarkis, maka semakin sedikit ruang gerak pilihan atau kebebasan bertindak bagi para anggota yang lebih lemah dalam sistem itu. Demikian juga peluang untuk mengubah orientasi dan peran menjadi sangat terbatas.42 Lebih rinci, Holsti kemudian membagi empat komponen utama dalam Politik Luar Negeri yaitu orientasi-orientasi politik luar negeri, peran-peran nasional, tujuan-tujuan dan tindakan-tindakan. Orientasi-orientasi Politik Luar Negeri sendiri kemudian dijelaskan menjadi tiga hal. Orientasi pertama disebut isolasi, dimana untuk menjaga kepentingannya negara memilih sikap untuk membatasi hubungan dan interaksinya dengan negara lain. Negara yang memilih orientasi ini biasanya adalah negara yang merasa cukup sufisien secara ekonomi dan sosial sehingga tidak membutuhkan bantuan dari negara lain. Isolasi Jepang dan Amerika Serikat sebelum Perang Dunia I sebagai contoh.43 Orientasi kedua disebut non-alignment atau non-blok biasa juga disamakan dengan netralitas. Penjelasan mengenai non-blok sering diberikan dari sudut kebutuhan politik internasional pada negara yang memiliki rezim baru atau negara yang baru mendapatkan kemerdekaan. Khususnya, di negara yang memiliki keragaman etnis, agama dan bahasa atau sejarah pendudukan kolonial. Sikap non-blok merupakan pengejewantahan terhadap sikap para pemimpin 41 Ibid. Ibid. 43 Abubakar Eby Hara, op. cit., hal. 40 42 33 negara yang merasa trauma terhadap adanya negara besar dalam bentuk kutub sebagai bentuk penjajahan baru atau sering disebut neo-imperialisme. Orientasi non-blok, merupakan suatu cara untuk memberikan kebebasan dan saluran nasionalisme. Akan tetapi, beberapa negara non-blok tradisional seperti Finlandia dan Swiss tidak dapat dipahami dari sudut kebutuhan politik dalam negerinya. Orientasi mereka cenderung bisa dipahami lebih baik jika dipandang dari letak geografisnya (sikap Finlandia di perang dingin karena berbatasan dengan Uni Soviet), ataupun Swiss yang secara tradisional telah menganut sikap netral sejak tahun 1815.44 Orientasi ketiga adalah pembuatan koalisi dan pembangunan aliansi. Pada sistem ini ada kesadaran dari negara-negara atas ketidakmampuan mereka dalam memenuhi kebutuhannya atau menghadapi ancamannya. Selain itu, kekuasaan coba didistribusikan secara luas kepada semua anggotanya. Persepsi ancaman khusus seperti ancaman militer dapat membantu menjelaskan alasan dalam membentuk aliansi. Selain itu, adanya kedekatan geografis, kesamaan ideologi atau kesamaan ancaman.45 Pada dunia yang lebih kontemporer, adanya ancaman yang berasal dari dalam negeri dan kemudian mempengaruhi negara lain juga bisa menjadi alasan dari dibentuknya sebuah koalisi seperti penanggulangan isu terorisme atau transnational crimes. Komponen kedua menurut Holsti adalah peran-peran nasional dan konsepsi tentang peran yang merupakan turunan dari komponen pertama dalam Politik Luar negeri. Orientasi politik luar negeri sebuah negara kemudian akan 44 K. J. Holsti diterjemahkan oleh M. Tahir Azhary , op. cit., hal. 81 Ibid. 45 34 memberikan peran bagi negara tersebut baik dalam tingkatan regional atau dalam struktur dunia internasional secara umum. Konsepsi peran nasional ini adalah sebagaimana yang didefenisikan oleh para pembuat keputusan tentang komitmen, aturan dan tindakan yang sesuai untuk negara.46 Tabel 2.1. Sumber Konsepsi Peran Nasional Konsepsi Peran Sumber Banteng Revolusi, Liberator Prinsip ideologis, sikap antikolonial; keinginan akan kesatuan etnis Pemimpin Kawasan Kemampuan Unggul; kedudukan tradisional di kawasan Pelindung Kawasan Persepsi ancaman; letak geografis; kedudukan tradional kebutuhan negara yang terancam Pihak bebas Aktif Ketakutan bahwa konflik blok akan menyebar; kebutuhan untuk mengembangkan dengan semua negara; letak geografis Pendukung Liberator Sikap antikolonial;prinsip ideologis Agen Antiimperialis Persepsi ancaman; sikap antikolonial menurut pendapat umum; prinsip ideologis Pembela Keyakinan Persepsi ancaman; prinsip ideologis; kedudukan tradisonal di kawasan Mediator-integrator Letak geografis; peran tradisional; komposisi budaya etnis negara; ketidakterlibatan secara tradisional dalam berbagai konflik Kolaborator Kawasan Kebutuhan ekonomi; rasa memiliki kawasan; tradisi politik-ideologis; budaya bersama dengan negara lain; letak geografis Pembangun Urusan humaniter; beberapa konsekuens kesenjangan pembangunan yang telah diantisipasikan; kemampuan ekonomi yang unggul Jembatan Letak geografis; komposisi multi etnis negara Sekutu setia Persepsi ancaman; kemampuan lemah; kebijakan tradisional; kesesuaian ideologi Pihak yang dilindungi Persepsi ancaman; kemampuan lemah; kebijakan tradisional; Sumber : Diolah dari______POLITIK INTERNASIONAL KERANGKA UNTUK ANALISIS. 1983. Jakarta. K.J.Holsti alih bahasa M. Tahir Azhary. Hal. 82 Meskipun menurut Holsti belum ada metode yang betul-betul tepat untuk mengukur peranan dan orientasi Politik Luar Negeri suatu negara disebabkan tidak bisanya dipastikan kondisi A akan memberikan dampak B terhadap suatu 46 Abubakar Eby Hara, loc. cit. 35 negara secara umum. Lebih penting lagi, sebenarnya tidaklah mungkin mengukur dampak relatif berbagai keadaan sistemik atau nasional untuk menjelaskan sebuah orientasi khusus. Pada suatu kasus tertentu, semua faktor mungkin relevan, tetapi belum ada cara yang tepat unruk mengukur betapa pentingnya faktor-faktor tersebut. Berikut adalah sumber konsepsi peran nasional oleh Holsti47 Untuk lebih memudahkan memahami konsepsi peran nasional, dapat diambil contoh sikap dari Perancis dalam permasalahan krisis ekonomi Eropa. Sikap Presiden Nicholas Sarkozy yang cenderung bersedia pasang badan untuk menanggulangi krisis ekonomi di Eropa menunjukkan peran Perancis sebagai pemimpin kawasan. Dengan kondisi keuangan yang cenderung sehat dan kedudukan tradisional di kawasan. Tabel 2.2. Tipe-tipe Variabel yang Dikaitkan Dengan Konsepsi Peran Nasional Variabel Umum 1. Kondisi Ekstrem 2. Atribut Nasional 3. Atribut Sumber masing-masing 1. Persepsi ancaman 2. Perubahan penting dalam kondisi di luar negeri 1. Kemampuan lemah atau kuat 2. Pendapat dan sikap umum 3. Kebutuhan ekonomi 4. Komposisi etnis negara 1. Kebijakan atau peran tradisional 2. Pendapat dan sikap umum 3. Urusan humaniter 4. Prinsip Ideologi 5. Identifikasi kawasan : kesesuain nilai dengan negara lain Sumber: Diolah dari____ POLITIK INTERNASIONAL KERANGKA UNTUK ANALISIS. 1983. Jakarta. K.J.Holsti alih bahasa M. Tahir Azhary. Hal. 82 47 K. J. Holsti diterjemahkan oleh M. Tahir Azhary , op. cit., hal. 82 36 Jika dikumpulkan sumber-sumber dalam tabel di atas, maka dapat dibagi menjadi tiga tipe variabel penjelas. Konsepsi peran negara akan sangat dipengaruhi oleh tiga variabel berikut yaitu beberapa kondisi ekstrem, atribut nasional, dan atribut ideologis atau sikap. Ketiga variabel ini kemudian diurai menjadi beberapa point-point yang menjelaskan sumber dari konsepsi peran nasional secara rinci. D. Konsep Politik Minyak (Oil Politics) Ilmu hubungan internasional sebagai sebuah kajian mengalami perkembangan yang sangat pesat pasca perang dingin. Cakupan dan bentuk interaksi aktor-aktornya menjadi semakin luas dan kompleks. Kecenderungan ini mendorong para praktisi ataupun akademisi ilmu hubungan internasional berupaya untuk menemukan perspektif-perspektif baru dalam menjelaskan fenomena yang terjadi dalam dunia internasional. Fenomena interaksi di bidang ekonomi-politik adalah salah satu bukti riil betapa pesatnya perkembangan ilmu hubungan internasional. Beragamnya pola interaksi dari aktor-aktor (state dan nonstate) yang terlibat di dalamnya memberikan beragam fenomena yang sangat penting untuk dijelaskan dalam kerangka akademik. Revolusi industri, hanyalah sebuah permulaan dari pergeseran kebudayaan dan ledakan konsumsi masyarakat dunia secara umum. Kemampuan produksi yang di dukung oleh mesin-mesin industri berkecepatan tinggi, meledaknya jumlah penduduk dunia menjadi alasan meningkatnya kebutuhan kita akan sumber daya alam. Kehidupan modern yang tidak bisa dilepaskan dari teknologi 37 mendorong terjadinya peningkatan konsumsi energi fosil secara besar-besaran. Minyak bumi sampai saat ini masih merupakan bentuk energi fosil yang paling populer. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal yaitu bentuknya yang lebih mudah ditransportasikan, efisiensinya yang lebih tinggi serta produk penyulingannya yang serba guna menjadi alasan kuat. Hal ini menyebabkan minyak bumi kemudian dipandang tidak hanya sebagai komoditas ekonomi yang menguntungkan. Lebih jauh, minyak bumi menjadi sebuah magnet politik. Minyak bumi menjadi motif politik sekaligus motivasi aktor-aktor dalam dunia hubungan internasional dalam proses interaksi dan pencapaian kepentingannya. Bentuk aktivitas aktor hubungan internasional yang didasari oleh kebutuhan atas penguasaan sumber-sumber minyak membentuk pola yang seringkali melanggar batas-batas yuridiksi antar negara. Bahkan mengancam stabilitas kawasan hingga dunia internasional. Serangkain pola yang terbentuk ini kemudian dikenal dengan nama Oil Politics atau politik minyak. Menurut Alexander Betts, konsekuensi politik suatu negara akibat dari ketergantungan akan minyak jelas meningkat ke dcama beberapa jalan/cara yang berbeda. Sebagai contoh dalam konteks konflik ataupun perang antarnegara seringkali minyak bumi sebagai faktor pendorong terjadinya konflik tersebut sebelum perang ataupun sesudahnya.48 Dalam bagian yang lain, Mattew Eagletown-Pierce49 menjelaskan akan minyak bumi sebagai sumber energi potensial yang mampu menggerakkan politik suatu negara mendekati atau , “The International Politics of Oil” dalam St. Anthony’s International Review, Volume 2, Nomor 1, Mei 2006, hal 3 49 Ibid. 48 38 menjauhi konflik. Pergerakan akibat minyak bumi juga tidak hanya dipahami sebagai interaksi politik antar negara. Akan tetapi meluas menjadi interaksi ekonomi-politik yang juga melibatkan aktor non-negara (perusahaan raksasa di bidang energi). Dalam artian minyak bumi mampu menjadi faktor penyebab sekaligus tujuan dari bentuk interaksi negara. Instabilitas dalam dunia hubungan internasional akan sangat dipengaruhi oleh sikap yang diambil negara-negara dalam upayanya untuk mengamankan pasokan minyak bumi. Industri minyak bumi mampu menjadi faktor perekat kerjasama antarnegara. Namun, di sisi lain bisa menjadi alasan sebuah negara menyerang negara lain. Menurut Anne Roemer-Mahler, Oil Politics mempengaruhi empat bidang secara luas yaitu kebijakan politik luar negeri suatu negara, lingkungan hidup, pembangunan dan konflik.50 Sedangkan menurut Peter Evans dalam oil politics bahwa pemerintah harus mempunyai power agar dapat mengutamakan dukungan politik utama yang dibutuhkan untuk operasi pasar ekonomi. 51 Political Will pemerintah suatu negara dalam menjaga keamanan di sektor energi akan sangat menentukan kondisi domestik suatu negara. Upaya-upaya dalam interaksi internasional seperti konflik, diplomasi, bantuan senjata, membentuk aliansi hingga menyatakan perang merupakan cara-cara yang wajar ditempuh aktor-aktor HI dalam menjalankan oil politics. Ketergantungan negara-negara di dunia terhadap minyak bumi menjadikan minyak bumi sebagai salah satu komoditi bisnis paling menguntungkan saat ini. 50 Ibid. Ibid., hal. 4 51 39 Lebih dari sekadar keuntungan bagi produsen dan distributor. Tetapi juga menyangkut produktifitas sebuah negara. Suatu negara besar, pasti membutuhkan pasokan energi yang besar untuk menjaga kebelangsungan negara dan masyarakatnya. Hal tersebut seperti diungkapkan Jean A Garrison dan Steven B Redd dalam artikel yang disampaikan pada Annual Meeting of the International Studies Association di San Fransisco pada tanggal 26-28 Maret 2008. “Untuk mereka (penduduk) kita diharuskan untuk mengimpor minyak untuk menjaga perekonomian dan kualitas hidup mereka meskipun banyak gangguan dalam pengiriman minyak tersebut merupakan kemungkinan yang mengancam”.52 Pernyataan sebelumnya menjelaskan pentingnya energi tidak hanya dari segi ketersediaannya (cadangan dan produksi) tapi juga hingga tahapan aksesbilitas (distribusi). Meskipun dalam prosesnya, distribusi minyak dari produsen ke konsumen seringkali melintasi benua dan samudera dengan berbagai jenis model transportasi dan ancaman dalam proses pengirimannya. Negara Importir harus mengambil resiko tersebut demi menjaga keamanan dan stabilitas dalam upayanya mengamankan pasokan domestiknya. Gangguan serta ancaman dalam proses pendistribusian minyak tersebut membuat semakin variatifnya elemen-elemen yang mempengaruhi politik luar negeri negeri suatu negara dalam mengamankan pasokan energinya. Oil Politics ditujukan bagi para pihak yang terkait dalam permainan minyak dimana keuntungan atas dasar minyak menjadi Dalam Paper Muhaimin Zulkhair Achsin, “Pengaruh Krisis Minyak Internasional Dalam Krisis Minyak Indonesia”, Makassar, 2008, hal. 20 52 40 penggerak dasar dalam perpolitikan baik dalam institusi negara maupun para perusahaan minyak raksasa dunia. Konsep Oil Politics sendiri memang tidak bisa dilepaskan dari keistimewaan minyak bumi sebagai komoditas energi utama. Namun, dewasa ini juga mampu menggambarkan arah pergerakan komoditas energi lainnya semisal gas alam dan batu bara sebagai komponen penting dalam menunjang kehidupan ekonomi dan bernegara. Meskipun, tidak seumum minyak bumi di beberapa negara dengan iklim dingin dan kebutuhan industri besar, gas alam dan batu bara juga menjadi komoditas energi utama. Komoditas energi tersebut juga mampu menjadi magnet sekaligus faktor penentu dalam interaksi aktor dalam dunia hubungan internasional. Krisis yang terjadi di Eropa sebagai dampak konflik energi antara Rusia dan Ukraina merupakan contoh riil. Ketergantungan Eropa terhadap pasokan gas alam dari Rusia yang melewati Ukraina menjadikan negara Eropa berkepentingan untuk menjalin kerjasama dan menanamkan pengaruhnya terhadap dua negara tersebut. Oleh karena itu, Oil Politics tidak bisa hanya memandang minyak bumi sebagai komoditas energi utama. Namun juga dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena yang terjadi terhadap komoditas energi lainnya, semisal gas alam dan batu bara. 41 BAB III NILAI STRATEGIS DAN BENTUK KERJASAMA RUSIA-KAZAKHSTAN BIDANG ENERGI A. Nilai Strategis Rusia-Kazakshtan dalam Bidang Energi Potensi setiap negara dalam bidang energi sangatlah berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal yang bersifat geografis. Kondisi alam negara serta posisinya secara geografis menjadi faktor utama yang mempengaruhi potensi sebuah negara dalam bidang energi. Hal itu menyebabkan perlunya pandangan yang lengkap dan komprehensif untuk mengukur nilai strategis suatu negara dalam bidang energi. Dalam hal mengukur bagaimana negara memanfaatkan potensi energinya dapat dilihat dari cadangan energi (proved reserved) dan total produksi (total supply) energi negara tersebut. Selain itu, yang juga harus diperhatikan adalah ekspor, konsumsi, dan produksi energinya. Dari semua hal tersebut akan diketahui nilai strategis energi suatu negara. Berikut penjelasan nilai strategis Rusia dan Kazakshtan dalam bidang energi. 1. Rusia Rusia sebagai negara pecahan Uni Soviet terbesar merupakan salah satu major actor dalam bidang energi di dunia. Tiga wilayah dengan produksi minyak bumi tertinggi di dunia (Timur Tengah, Siberia dan Asia Tengah), yang dua diantaranya berada di wilayah kedaulatan Rusia. Rusia merupakan negara dengan cadangan minyak terbesar ke-8 di dunia. Sedangkan dalam hal produksi, Rusia hanya kalah oleh Arab Saudi yang 42 merupakan produsen minyak bumi nomor satu di dunia. Tingginya cadangan minyak bumi Rusia juga diikuti dengan Cadangan Gas Alam Rusia yang mencapai 44,8 triliun kaki kubik per tahun 2011. Hal ini menempatkan Rusia sebagai negara dengan cadangan dan produksi gas bumi terbesar di dunia. Keunggulan Rusia juga dibuktikan dengan potensi cadangan batu bara Rusia yang menempatkan Rusia di posisi kedua sekaligus negara terbesar kelima dalam hal produksi batu bara. Tabel 3.1. Profil Minyak Bumi Rusia Tahun 2000-2008 Unsur Strategis Cadangan Produksi Tahun Bpd Mpd 2000 60 6,723,638 2001 60 7,597,347 2002 60 7,588,911 2003 60 8,547,785 2004 60 9,737,703 2005 60 9,511,241 2006 60 9.677.398 2007 60 9.878.389 2008 60 9.794.119 Ekspor Mpd 1,067,004 1,134,810 1,287,530 1,342,804 1,413,076 1,575,451 1,738,328 1,871,137 1,923,924 Impor Mpd 6.283 3.959 176 70 12.666 576 960 752 21.342 Konsumsi Mpd 2,578,498 2,590,231 2,636,408 2,681,862 2,750,813 2,785,136 2,830,000 2,697,000 2,856,000 Sumber: Diolah dari www.EIA.gov, akses tanggal 20 November 2012 Dari tabel di atas dapat dilihat profil potensi minyak bumi Rusia. Cadangan minyak bumi yang mencapai 60 miliar, memungkinkan Rusia untuk melakukan produksi minyak bumi dalam jumlah yang massif. Produksi minyak Rusia tercatat sebagai negara dengan produksi minyak terbesar kedua di dunia. Dari tahun 2000-2008 tercatat Rusia mengalami peningkatan dari segi produksi yaitu sekitar 9 juta barel per hari. 43 Produksi minyak bumi Rusia cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2006, produksi Rusia tercatat pada angka 6,723,638 barel per hari. Angka ini terus meningkat sepanjang tahun. Pada 2003 kisaran produksi minyak bumi Rusia sebesar 8,547,758 per hari. Produksi tersebut terus-menerus meningkat hingga pada tahun 2007 sebesar 9,878,389 barel per hari. Hanya pada tahun 2008 produksi minyak Rusia turun pada kisaran 9,794,119 barel per hari. Kondisi ini lebih diakibatkan oleh perang ossetia selatan yang menyebabkan terganggunya produksi Rusia. Namun, jumlahnya tidak sangat signifikan dalam total produksi minyak bumi Rusia. Konsumsi minyak bumi dalam negeri Rusia tergolong besar. Sepanjang tahun 2000-2008 cenderung stabil pada kisaran 2 juta barel per hari. Bahkan pada tahun 2007 ke tahun 2008 terjadi peningkatan konsumsi dari 2,6 juta barel per hari ke 2,8 juta barel per hari. Hal tersebut menempatkan Rusia sebagai negara dengan konsumsi minyak bumi terbesar keempat di dunia. Besarnya selisih antara produksi dan konsumsi dalam negeri memungkinkan Rusia untuk menjaga kestabilan ekspornya. Produksi yang mencapai angka 9 juta barel per hari per 2008 dan konsumsi yang hanya mencapai 2 juta barel per hari per 2008 berdampak pada besaran angka ekspor minyak sebesar 1 juta barel per hari. Bahkan terus meningkat, pada tahun 2007 ekspor berada pada kisaran 1,8 juta barel per hari dan meningkat di tahun 2008 mencapai 1, 9 juta barel per hari. 44 Potensi minyak bumi yang dimiliki oleh Rusia sebagian besar diperoleh dari wilayah Siberia yang merupakan wilayah dengan cadangan terbesar minyak terbesar kedua di dunia. Sejarah penambangan minyak di Rusia telah dimulai sejak zaman kerajaan Rusia pada akhir abad ke-19.53 Wilayah Baku yang dahulu merupakan wilayah kerajaan Rusia merupakan wilayah ekslpoitasi minyak pertama di kawasan tersebut. Selain itu, banyak sumur-sumur minyak di wilayah sekitar aliran sungai Volga, Timan-Pechora, Pinggiran Laut Kaspia, Kaukasus Utara, Lena-Viluy, Baltic Buutinge serta Pulau Sakhalin.54 Potensi energi lain yang menjadi andalan Rusia adalah gas alam, Rusia merupakan negara dengan cadangan gas alam terbesar di dunia. Potensi gas alam tersebut dimanfaatkan betul oleh Rusia dengan menjadikan gas alam sebagai salah satu komoditas utama mereka di bidang ekspor. Rusia merupakan negara dengan produksi gas alam terbesar di dunia. Tingginya potensi gas alam tersebut juga didukung tersedianya pasar yang luas dan jaringan pipa gas yang terbentang hingga pesisir Samudera Atlantik dan Laut Meditarania. 53 Marshal I. Goldman, 2008, Putin, Power and The New Russia : Petrostate, New York: Oxford University Press, hal. 17 54 Aswin Baharuddin, 2009, “Konflik Energi Rusia-Ukraina dalam bidang Energi dan Dampaknya terhadap Negara-Negara Eropa”. Skripsi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fisip Unhas, Makassar 45 Tabel 3.2. Profil Gas Alam Rusia Tahun 2000-2008 Unsur Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Cadangan TCF Produksi Impor Ekspor Billion Cubic Feet (BCF) Konsumsi 44,8 19334.9625 314.3035 6590.4853 13058.7807 44,8 44,8 44,8 44,8 44,8 44,8 44,8 44,8 19221.9545 0 6316.4409 12905.5136 13564.13835 19684.581 77.693 6198.13565 20507.4205 486.6407 6789.6619 14204.3993 20991.236 794.5875 7218.73915 14567.08435 21224.315 967.631 7861.47215 14330.47385 21736.3825 1889.3525 8401.79165 15223.94335 21595.1225 1818.7225 8187.07645 15226.76855 21515 1984.703 8380.2495 15545.663 Sumber: Diolah dari www.EIA.gov, akses tanggal 20 November 2012 Potensi energi lain yang juga menjadi andalan dari Rusia adalah gas alam. Dengan cadangan gas alam yang mencapai 44,8 triliun meter kubik. Rusia merupakan negara dengan cadangan gas alam terbesar di dunia. Adapun total produksi gas alam Rusia pada tahun 2010 mencapai 588,9 juta meter kubik per tahun. Dengan konsumsi dalam negeri yang mencapai 414,8 juta kubik per meter, Rusia mampu menyalurkan 199 juta kubik per meter ke luar negeri. Ini menempatkan Rusia sebagai negara eksportir gas alam terbesar di dunia. Produksi gas alam Rusia cenderung meningkat. Dari tabel di atas terlihat jelas dari tahun 2000-2008 produksi Rusia stabil di atas 19000 billion cubic feet. Bahkan, meningkat hingga kisaran angka 21000 billion cubic feet pada tahun 2008. Iklim Rusia yang terdiri dari empat musim dengan musim dingin yang terkenal sangat kejam dan panjang. Di beberapa wilayah seperti Siberia suhu mampu mencapai puluhan derajat celcius di bawah nol. 46 Berdasarkan hal tersebut, keberadaan gas alam sebagai tenaga untuk mengaktifkan penghangat ruangan menjadi sangatlah penting. Hal ini mengakibatkan konsumsi gas alam dalam negeri Rusia cukup tinggi. Menurut data dari CIA World Fact Book, konsumsi gas alam Rusia per tahun 2008 sebesar 15548 billion cubic feet. Angka tersebut menempatkan Rusia sebagai negara dengan konsumsi gas alam terbesar ketiga di dunia. Meskipun dengan konsumsi yang besar, Rusia tetap mampu menjadi negara dengan nilai ekspor terbesar di dunia. Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ekspor gas alam Rusia sepanjang tahun 2000-2008 stabil diatas angka 6000-8000 billion cubic feet. Bahkan, data yang ada menunjukkan kecenderungan meningkat setiap tahun. Adapun tujuan ekspor utama dari gas alam Rusia ialah negaranegara di kawasan Eropa. Hal ini dikarenakan faktor kebutuhan Eropa terhadap gas alam yang sangat tinggi untuk kebutuhan rumah tangga dan juga industri. Kondisi iklim juga sangat berpengaruh terhadap tingginya kebutuhan Eropa terhadap gas alam. Negara-negara Eropa umumnya adalah negara industri dengan konsumsi energi fosil yang besar. Namun, hal itu tidak diikuti oleh ketersediaan sumber daya alam yang cukup. Krisis energi pada tahun 1973 sebagai akibat diturunkannya produksi minyak Arab Saudi. Arab Saudi dan Negara-Negara Arab lainnya sepakat menurunkan produksi minyak bumi untuk menunjukkan protesnya terhadap keberpihakan negara barat dalam menudukung Israel dalam perang melawan negara-negara Arab. 47 Berdasarkan krisis tersebut, Eropa kemudian tidak menggantungkan kebutuhan di bidang energi sepenuhnya pada Kawasan Timur Tengah yang rawan konflik. Proses diversifikasi energi yang dilakukan oleh negara-negara di Eropa tidak sepenuhnya mengganti sumber energi dari segi pemasok. Namun juga mengganti bahan baku penghasil energi. Proses ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi dan batu bara. Negara seperti Perancis mencoba mengkonversi kebutuhan energinya dengan menggunakan nuklir. Pada tahun 2004, 78% kebutuhan listrik dalam negeri Perancis dipenuhi oleh tenaga nuklir.55 Upaya diversifikasi sumber energi juga dilakukan oleh Jerman. Sebagai negara industri dengan kebutuhan energi fosil yang sangat tinggi, Jerman rentan terhadap isu krisis energi. Perdana Menteri Jerman, Helmut Kohl, pada pertengahan dekade 80-an dan kemudian dilanjutkan Gerhard Schoereder pada tahun 1998 melakukan proses diversifikasi energi Jerman. Sumber energi kemudian diarahkan pada Uni Soviet dan negara pecahan terbesarnya yaitu Rusia. Pada pertengahan dekade 80-an, Pemerintah Jerman mulai mencari sumber energi yang lebih aman dan terjangkau. Faktor geografis kedekatan wilayah dengan Uni Soviet mendorong pemerintah Jerman untuk menerima pasokan gas alam dari pemerintah Uni Soviet. Pasokan 55 Marshall I. Goldman, op. cit., hal. 150 48 gas alam Jerman berasal dari laut utara yang dibawa ke Jerman melalui jalur pipa gas milik Uni Soviet. Kerjasama tersebut dari sisi Jerman dianggap sangat menguntungkan. Jerman mampu mengurangi resiko kecelakaan nuklir serta mampu mengurangi ketergantungannya terhadap minyak dari wilayah Timur Tengah yang sangat tidak stabil. Dari sisi transportasi, ekspor gas alam melalui pipa milik Rusia dianggap jauh lebih aman dibandingkan melalui kapal tanker melewati kawasan yang rawan perompak seperti Laut Merah. Faktor pendukung yang juga sangat berperan dalam produksi gas alam Rusia adalah kebijakan pemerintah Rusia di bidang gas alam. Ketersediaan pipa penyalur gas alam merupakan bagian penting dalam strategi Rusia menjadi Major Actor di bidang energi terutama gas alam. Gas alam milik Rusia disalurkan melalui pipa-pipa yang dimilikinya menuju Eropa. Eropa merupakan konsumen terbesar gas alam Rusia. Bahkan beberapa negara seperti di Kawasan Skandinavia menggantungkan 100% kebutuhan gas alamnya pada Rusia. Selain itu, Pemerintah Rusia mampu menguasai keseluruhan pengelolaan industri gas alamnya dari tahapan eksplorasi, produksi, distribusi hingga konsumsi. Pemerintah melalui Gazprom BUMN yang khusus menangani industri gas berhasil menyelaraskan kepentingan politik sekaligus motif ekonomi dalam 49 pengelolaan industri gas alam Rusia. Berikut adalah daftar negara konsumen gas alam Rusia di Eropa menurut Gazprom (2011).56 Tabel 3.3. Nilai Impor Negara-negara Konsumen Gas Alam Rusia Negara Konsumen Gas Alam Rusia Jerman Turki Italia Polandia Perancis Inggris Republik Checnya Hungaria Slovakia Austria Belanda Yunani Rumania Bulgaria Serbia Slovenia Switzerland Bosnia Herzegovina Macedonia Denmark Total Nilai Impor Gas Alam (billion cubic feet) 34,02 25,99 17,08 10,25 9,53 8,16 7,59 6,26 5,89 5,43 4,37 2,90 2,82 2,81 1,39 0,53 0,31 0,28 0,13 0,05 150 Sumber : Diolah dari http://uk.reuters.com/article/2012/01/30/russia-gas-tableidUKL5E8CU1NX20120130, akses tanggal 17 November 2012 Selain itu, sumber energi fosil lain yang menjadi andalan Rusia adalah batu bara. Potensi batu bara yang dimiliki oleh Rusia menempatkannya dalam negara dengan potensi batu bara terbesar kedua di dunia di bawah Amerika serikat. Rusia memiliki cadangan batu bara sebesar 173.073 million short tons. Dengan cadangan batu bara sebesar 56 Diakses dari http://uk.reuters.com/article/2012/01/30/russia-gas-tableidUKL5E8CU1NX20120130 pada tanggal 20 November 2012. 50 itu, Rusia menyimpan tidak kurang dari 18% total cadangan batu bara di dunia. Cadangan batu bara sangat besar tersebut adalah komoditi ekspor yang bernilai ekonomi tinggi. Sebagian besar cadangan batu bara Rusia terdapat di kota-kota penting yaitu Omsk dan Chelyabinsk yang terletak di dekat Pegunungan Ural. Sepanjang tahun 200-2008, ekspor batu bara Rusia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000, ekspor Rusia mencapai angka 43.981 thousand short tons. Sedangkan pada tahun 2004 mencapai angka 80.250 thousand short tons. Kemudian pada tahun 2008 mencapai 111.495. Angka-angka diatas menunjukkan signifikansi ekspor batu bara Rusia. Nilai ekspor yang menunjukkan peningkatan, secara tidak langsung menunjukkan peningkatan dalam produksi batu bara Rusia. Nilai ekspor yang tinggi hanya dapat dilakukan jika diikuti dengan ketersediaan komoditas. Dalam hal ini ketersediaan bahan baku dan proses produksi berperan penting. Pada tahun 2000, produksi batu bara Rusia mencapai angka 264911 thousand short tons. Selanjutnya, pada tahun 2004 pada angka 285436.9127 thousand short tons. Kemudian pada tahun 2008 produksi batu bara Rusia mencapai angka 336163 thousand short tons. Faktor lain yang juga penting dalam membahas nilai strategis Rusia di bidang energi adalah kemampuan negara dalam mengelola infratruktur di bidang energi. Infrastruktur di bidang energi terutama yang menyangkut isu transportasi adalah salah satu kelebihan utama dan 51 keunggulan utama Rusia dibandingkan kompetitornya di bidang energi lain. Fasilitas seperti pipa gas dan minyak bumi (pipeline) yang jaringannya tersebar di wilayah Eropa hingga Samudera Atlantik. Di timur, jaringan pipa tersebut telah mencapai China. Bahkan, Rusia telah menjajaki kemungkinan kerjasama distribusi minyak dan gas alam ke Jepang melalui wilayah Serbia. Upaya pembangunan jaringan distribusi minyak ini mendorong Rusia untuk membangun kerja sama dan kemitraan terhadap negara-negara yang dilalui oleh pipa Rusia. Berikut ini adalah beberapa jalur distribusi energi Rusia: a. Dhruzba Pipelines Jalur pipa ini merupakan jalur arteri utama pasokan minyak dari Rusia menuju Eropa. Jalur ini membentang dari wilayah Almetyesvk di daerah timur Rusia Eropa. Minyak bumi yang dibawa melalui pipa ini berasal dari wilayah Siberia, Pegunungan Ural dan Laut Kaspia. Jalur pipa kemudian membentang melewati wilayah Mozyr di selatan negara Belarusia. Jalur pipa kemudian terbagi dua menjadi utara dan selatan. Jalur utara melewati Belarusia menuju Polandia dan berakhir di Jerman. Di Jerman, jalur pipa ini melewati daerah Plock, dan juga menyuplai penyulingan minyak di wilayah Schwadt. Jalur utara juga berhubungan dengan Plock-Gdansk pipeline yang merupakan jalur pipa ekspor minyak dan pelabuhan. Jalur selatan melewati 52 Negara Ukraina, di wilayah Brody, yang terhubung dengan Odessa-Brody Pipeline yang digunakan untuk mengekspor minyak menuju pelabuhan di Laut Hitam.57 Secara keseluruhan jalur pipa ini membentang dan menyalurkan minyak sejauh 4000 km. Dengan rincian masing-masing sebagai berikut : Tabel 3.4. Jalur Pipa Minyak Bumi Rusia Jalur Pipa Minyak Bumi Rusia Belarusia Ukraina Polandia Hungaria Lithuania Latvia Republik Ceko dan Slovakia Panjang Pipa (km) 2910 1490 670 130 332 420 400 Sumber : Diolah dari http://pipelinesinternational.com/news/druzhba_pipeline/008045/ , akses tanggal 18 November 2012 Jalur pipa ini melewati 45 sungai besar di Eropa, 200 jalur kereta api dan jalur tol. Dengan kapasitas distribusi mencapai 1,2 hingga 1,4 juta barel per hari. Adapun pemilihan nama Dhruzba Pipelines yang berarti Friendship Pipelines untuk menunjukkan bentuk kerjasama dari negara-negara yang dilalui oleh pipa ini dengan tujuan bersama. b. Adria Pipelines Jalur pipa ini merupakan kelanjutan dari Dhruzba Pipelines jalur selatan. Pipa ini melewati wilayah Slovenia dan kemudian melewati perbatasan Kroasia-Hungaria. Jalur ini memungkinkan 57 Diakses dari http://pipelinesinternational.com/news/druzhba_pipeline/008045/ pada tanggal 18 November 2012 53 Rusia mengakses pelabuhan Omišalj di wilayah Laut Meditarania. Adapun kapasitas jalur ini mampu membawa minyak hingga 3,68 juta ton minyak per tahun.58 c. Baltic Pipelines System Jalur dari pipa ini bermula di wilayah Yaroslavl di dekat Moskow. Minyak bumi yang melewati wilayah ini berasal dari Siberia Barat, Timon-Pechora, wilayah di sekitar sungai Volga dan Pegunungan Ural. Jalur pipa ini memiliki kapasitas menyalurkan pipa minyak sebanyak 76,5 juta ton per tahun. Jalur ini dikelola oleh BUMN Transneft. Tujuan dari jalur pipa ini adalah membawa minyak dari wilayah Heartland Rusia menuju pelabuhan Primorsk di wilayah Telluk Finlandia. d. CPC (Caspian Pipeline Consortium) Caspian Pipeline Consortium merupakan pipa yang membentang di wilayah Kazakhstan dan Rusia. Jalur pipa ini hanya melewati dua negara. Namun, Rusia mampu menciptakan kondisi dimana semua minyak dari Kazakhstan yang akan diekspor harus melalui jalur ini. Minyak yang dialirkan dari CPC berasal dari sumur terbesar milik Kazakhstan yaitu Tengiz. CPC memiliki kapasitas menyalurkan 67 juta ton minyak bumi pertahun. Selain empat jalur arteri utama dalam jalur transportasi minyak, Rusia juga mengembangkan jalur kerja sama yang lain. Seperti ke China 58 Diakses dari http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1507904/Adria-pipeline pada tanggal 20 November 2012 54 melalui Kazakhstan dan ke Jepang melaui wilayah Siberia. Melalui kapasitas pipa yang besar, Rusia juga mencoba menjadi pintu utama distribusi energi yang keluar dari Kawasan Asia Tengah. Sebagai negara dengan produksi gas alam terbesar di dunia, Rusia memiliki infrastruktur yang mendukung dalam proses distribusi gas alam. Rusia memiliki tidak kurang dari 17 jalur pipa gas.59 Jalur pipa gas yang utama adalah Yamal-Europe gas pipeline dan Transgas pipelines . Jalur pipa gas ini merupakan jalur pipa gas dari Rusia untuk kemudian di distribusikan ke seluruh Eropa. Kedua jalur pipa gas ini mampu mengangkut 1 trilyun Kubik meter gas per tahun. 2. Kazakhstan Uni Soviet berhasil menaklukkan wilayah yang kini kita kenal sebagai Kazakhstan pada tahun 1936. Kazakhstan sebagai sebuah negara memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1991. Wilayahnya yang berbatasan langsung dengan Rusia menjadikan hingga saat ini Rusia tetap menjadikan Kazakhstan sebagai partner strategis bagi Rusia. Rusia tetap menjaga agar Kazakhstan memiliki kepentingan terhadap Rusia sehingga dalam kebijakannya, Kremlin dapat memberikan intervensi baik secara langsung ataupun tidak langsung bagi Kazakhstan. Kazakhtan adalah negara pecahan Uni Soviet terbesar di Kawasan Asia Tengah. Dengan luas wilayah 2.724.900 km2 Kazakhstan merupakan negara dengan luas wilayah terbesar ke-9 di dunia. Potensi energi yang 59 Diakses dari http://www.gazprom.com/about/production/projects/pipelines/ tanggal 20 November 2012 pada 55 dimiliki negara ini cukup lengkap. Bahkan, Kazakhstan merupakan negara dengan cadangan minyak bumi dan gas alam terbesar di Kawasan Asia Tengah. Wilayahnya yang luas dan mencapai kawasan Laut Kaspia merupakan salah satu penyebabnya. Kawasan Laut Kaspia merupakan salah satu daerah di dunia yang memiliki cadangan minyak terbesar selain Timur Tengah dan Siberia. Kazakhstan memiliki cadangan minyak sebesar 30 miliar barel, dengan produksi harian mencapai 1.640.021 barel per hari. Produksi ini menempatkan Kazakhstan sebagai produsen minyak bumi ke-19 di dunia, sekaligus penghasil minyak bumi terbesar di kawasan Asia Tengah. Konsumsi minyak bumi dalam negeri dari Kazakhstan, meskipun meningkat tiap tahunnya masih tergolong rendah. Sepanjang tahun 20002008, konsumsi minyak bumi Kazakhstan berada diatas angka 190 thousand barel per day. Menurut data dari CIA World Fact Book, tahun 2008 Kazakhstan menempati posisi ke-53 negara dengan konsumsi minyak bumi sebesar 247.504 thousand barel per day. Dengan demikian, Kazakhstan dapat melakukan ekspor produksi minyak bumi dan tetap dapat mencukupi kebutuhan dalam negerinya. Ekspor minyak bumi Kazakhstan mengalami peningkatan yang signifikan. Dalam rentang tahun 8 tahun, Kazakhstan mampu meningkatkan ekspor minyak bumi sebanyak 400%. Pada tahun 2000, Kazakhstan mampu mengekspor minyak bumi sebanyak 19 Mbd. 56 Selanjutnya tahun 2004, ekspor minyak bumi Kazakhstan mencapai angka 72 thousand barel per day. Sedangkan pada tahun 2008, ekspor minyak bumi Kazakhstan mencapai angka 92 thousand barel per day. Signifikansi nilai ekspor Kazakhstan sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintahnya untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan asing. Ladang minyak terbesar Kazakhstan terletak di wilayah Tengiz. Data tahun 2006 menyebutkan Tengiz Field mampu memproduksi minyak bumi hingga mencapai 22 ton per tahun atau mencapai tahap produksi lebih dari satu juta barel per hari. Penting untuk diperhatikan bahwa pemerintah Kazakhstan memiliki kebijakan investasi yang sangat terbuka di bidang energi. Seperti di Tengiz, kepemilikan saham terbesar dikuasai oleh Chevron Texaco sebesar 50%, kemudian Tengiz Munay Gaz (milik pemerintah Kazakhstan ) sebesar 20%. Kemudian berturut-turut Exxon Mobile sebesar 25% dan Lukarko sebesar 5%. Pengolahan kilang ini diserahkan sepenuhnya pada Chevron Texaco selaku operator dan sekaligus pemiliki saham terbesar. Potensi minyak bumi juga akan diikuti oleh gas alam dikarenakan gas alam merupakan side effect dari sumur minyak. Potensi gas alam yang dimiliki oleh Kazakhstan tahun 2011 mencapai 20,2 triliun meter kubik 57 per tahun.60 Dengan potensi tersebut, gas alam kemudian menjadi salah satu komoditas ekspor utama Kazakhstan. Tabel 3.5. Profil Minyak Bumi Kazakhstan Tahun 2000-2008 Unsur Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Cadangan Triliun bd 33,8 Produksi Impor Ekspor (Thousand Barel per Day) Konsumsi 725.629 28.78464 19.80626 194.74788 835.971 31.33948 39.69636 210.45053 967.514 36.03567 42.40526 217.15918 1061.97374 31.26392 41.54027 206.9837 1245.867 48.76249 73.71951 221.25186 1337.173 53.07216 89.33696 228.97926 1387.866 35.25904 76.74707 234.46372 1445.6 51.47855 88.66616 235.97005 1430.681 54.79165 92.87617 247.50436 Sumber : Diolah dari www.EIA.gov, akses tanggal 20 November 2012 Produksi gas alam Kazakhstan sepanjang tahun 2000-2008 cenderung stabil pada kisaran angka 300 billion cu m. Pada tahun 2000, produksi gas alam mencapai kisaran angka 314 billion cu m. Di tahun 2004, produksi gas alam mengalami kenaikan meskipun tidak terlalu signifikan sebesar 316 billion cu m. Kemudian pada tahun 2008, produksi gas alam mencapai 398 billion cu m. Namun, konsumsi gas dalam negeri Kazakhstan juga cenderung tinggi. Dari tahun 2000-2008, angka konsumsi gas dalam negeri Kazakshtan cenderung fluktuatif. Pada tahun 2000, konsumsi gas alam dalam negeri Kazakhstan mencapai 490 billion cu m. Kemudian pada tahun 2006, mencapai kisaran angka 521 billion cu m. Berlanjut pada 60 Diakses dari https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/kz.html tanggal 15 November 2012 58 tahun 2008, konsumsi gas alam dalam negeri Kazakhstan turun di kisaran angka 313 billion cu m. Tabel 3.6. Profil Gas Alam Kazakhstan Tahun 2000-2008 Unsur Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Cadangan T Cu m 22, 8 Produksi Impor Ekspor B Cu m (Billion Cubic Meter) Konsumsi 314.3035 296.646 120.071 490.8785 355.9752 293.1145 144.7915 505.0045 462.6265 289.583 226.016 526.1935 254.12674 307.2405 240.142 321.22524 316.74024 413.1855 247.205 482.72074 336.09286 408.2414 267.65238 476.68187 341.31948 459.095 278.9885 521.42598 345.76917 381.402 286.0515 441.11967 398.106 336.09286 325.63962 313.20874 Sumber : Diolah dari www.EIA.gov, akses tanggal 20 November 2012 Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa eksplorasi gas alam di wilayah Kazakhstan masih belum optimal. Meskipun cadangan yang dimiliki besar, tingginya tingkat konsumsi dalam negeri yang melebihi kemampuan produksi menyebabkan negara mengharuskan mengimpor gas alam dari Rusia. Secara ekonomis, hal itu tentu saja bersifat merugikan. Meskipun potensi gas alam belum mampu dimaksimalkan oleh pemerintah Kazakhstan, hal ini berbeda dengan potensi batu bara. Sejak tahun 1930, wilayah Basin Karaganda telah menjadi salah satu penyuplai utama batu bara Kazakhstan. Namun terdapat wilayah tambang batu bara terbesar lain yang terletak di 200 km arah utara Karaganda, di dekat kota Pavlodar di sisi Sungai Irtyish. Wilayah ini dikenal dengan nama 59 Ekibaztus. Ini menjadi lokasi wilayah tambang batu bara terbesar di Kazakhstan.61 Tabel 3.7. Profil Batu Bara Kazakhstan Tahun 2000-2008 Unsur Tahun 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Cadangan Bst 37,5 Produksi Impor Ekspor Mst (Million Short Tons) Konsumsi 85367.40093 1427.49321 37990.05869 49238.04381 87167.47538 1168.45004 34798.86731 52736.78006 81566.63136 2487.91674 29831.85232 54317.49455 93819.92443 2669.79811 36108.4132 59202.9385 95912.11139 1646.85317 27489.44068 69144.68465 96118.24362 2018.3321 27181.89581 71368.04666 106554.9276 1561.9752 31816.01277 76565.44472 107836.9157 1250.02108 28937.87781 81095.94441 122437.0296 1047.19579 36535.0077 86939.29693 Sumber : Diolah dari www.EIA.gov, akses tanggal 20 November 2012 Kazakhstan merupakan negara dengan cadangan batu bara terbesar di Kawasan Asia Tengah. Kazakhstan memiliki cadangan batu bara sebesar 37,5 billion short tons. Dengan cadangan sebesar itu, Kazakhstan mampu menjaga kestabilan dan meningkatkan produksi batu baranya. Pada tahun 2000, produksi batu bara mencapai angka 85367.40093 Mst. Kemudian pada tahun 2004, produksi batu bara Kazakhstan mampu mencapai angka 95912.24362 Mst. Dilanjutkan data pada tahun 2008, produksi batu bara Kazakhstan mencapai angka 122437.0296 Mst. Data di atas memperlihatkan peningkatan dalam produksi batu bara Kazakhstan. Sedangkan dari sisi konsumsi dalam negeri, data pada tahun 2000 menunjukkan angka konsumsi batu bara dalam negeri Kazakhstan mencapai angka 49238 Mst. Hal ini meningkat hampir dua kali lipat pada 61 Diakses dari http://aboutkazakhstan.com/about-kazakhstan-economy/coal pada tanggal 20 November 2012 60 tahun 2005 dikisaran angka 71368 Mst. Sedangkan pada tahun 2008, konsumsi dalam negeri meningkat sebesar 86939 Mst. Konsumsi dalam negeri yang meningkat pesat menunjukkan bergeraknya industri dalam negeri yang membutuhkan pasokan batu bara. Secara keseluruhan aktivitas pertambangan, minyak bumi, gas alam, batu bara itu sendiri ataupun aktivitas rumah tangga menjadi alasan meningkat pesatnya kebutuhan dalam negeri Kazakhstan. Peningkatan produksi yang juga diikuti oleh peningkatan konsumsi dalam negeri mengakibatkan stagnansi dalam ekspor batu bara Kazakhstan. Pada tahun 2000, ekspor Kazakhstan mencapai angka 37990 Mst. Seperti yang disebutkan di atas, adanya peningkatan signifikan terhadap konsumsi batu bara dalam negeri pada tahun 2005 mengharuskan pemerintah menurunkan kapasitas ekspornya. Pada tahun 2005, kapasitas ekspor batu bara Kazakhstan hanya mencapai 27181 Mst. Kapasitas ekspor tersebut turun sekitar 20% dari kapasitas ekspor pada tahun 2000. Namun program pemerintah untuk meningkatkan kembali produksi batu bara mampu mengantarkan produksi batu bara Kazakhstan pada tahun 2008 di kisaran angka 36535 Mst. Dengan potensi yang sedemikian besarnya, Kazakhstan mampu menjadi main actor dalam industri batu bara di kawasan. 61 B. Bentuk Kerjasama Energi Rusia-Kazakhstan 1. Kerjasama Bidang Eksplorasi dan Distribusi Daerah di sekitar Laut Kaspia telah sejak lama terkenal menjadi wilayah yang kaya akan sumber bahan bakar fosil. Laut Kaspia merupakan danau air asin terbesar di dunia dengan luas mencapai 371.000 km2.62 Kazakhstan merupakan negara yang menguasai wilayah barat dan utara Laut Kaspia. Mayoritas cadangan minyak di Laut kaspia terletak di wilayah yang dikuasai Kazakhstan. Kondisi ini mengarahkan Rusia untuk menanamkan pengaruhnya pada proses eksplorasi minyak bumi di Kawasan Laut Kaspia. Rusia melalui LuKoil BUMN di bidang energi terlibat dihampir seluruh pembukaan blok minyak Kazakhstan di Laut Kaspia. Terdapat tiga proyek eksplorasi minyak besar yang menunjukkan besarnya pengaruh Rusia dalam kerjasama eksplorasi minyak Kazakhstan di Laut Kaspia. Pada tahun 2003, Pemerintah Rusia dan Kazakhstan berhasil menemukan kesepakatan terhadap pembagian wilayah di Laut Kaspia. Masing-masing negara menentukan garis embarkasinya di wilayah Laut Kaspia dan mengklaim sumber daya alam yang terdapat di dalamnya. Perjanjian ini merupakan tindak lanjut dari intergovernmental protocol pada tahun 1998 yang membagi blok minyak Kurmangazy didalam wilayah kedaulatan Kazakhstan. Sedangkan blok minyak Khvalynskoye dan Tsentralnaya di wilayah kedaulatan Rusia. Protokol tersebut kemudian 62 Microsoft Student With Encarta 2010 Premium DVD, 2010. 62 menjadi landasan dalam PSA di Blok Kurmangazy dan persetujuan produksi di blok Khvalynskoye dan Tsentralnaya. Ladang Minyak Kurmangazy terletak di bagian utara Laut Kaspia. Cadangan minyak yang dimiliki diperkirakan mencapai angka 550-1800 juta ton. Cadangan minyak bumi terdapat pada kedalaman 300-2000 meter di bawah tanah. Pada tanggal 13 Mei 2002, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Kazakhstan Nuzutan Nazarbaev menandatangani protokol kerja sama eksploitasi dasar laut bagian utara Laut Kaspia. Perjanjian ini menyerahkan bentuk operasi lapangan pada masingmasing perusahaan yang menjadi perwakilan negara. Rosneft- Kazakhstan LLC yang merupakan anak perusahaan dari Rosneft, BUMN Rusia menjadi pelaksana teknis dalam eksplorasi di Kurmangazy. Keterlibatan Rosneft dalam eksplorasi di kurmangazy disahkan melalui surat keputusan Kementrian energi Kazakhstan no. 1094-r pada tanggal 8 Agustus 2003.63 Sedangkan dari sisi Kazakhstan operator lapangan dilakukan oleh MNK KazMunai Gas Oil Company, yang merupakan anak perusahaan dari KazMunai Gas Oil Company, BUMN milik Kazakhstan. Melalui perjanjian peraturan yang terangkum dalam PSA, Rusia dan Kazakhstan serta konsorsium menyetujui struktur kepemilikan di Kurmangazy yaitu sebagai berikut : a. KazMunai Gas Oil Company 50%; b. Rosneft-Kazakhstan LLC 25%; 63 Dr. Ariel Cohen, 2006. Kazakhstan: Energy Cooperation with Russia-Oil, Gas and Beyond. London. Global Market Briefings, hal. 20 63 c. Pihak swasta 25% (melalui revisi UU dimungkinkan pihak Rusia menguasai hingga 50%). Meskipun terjadi tarik-menarik kepentingan dan perdebatan di dalam negeri Kazakstan, melalui amandemen UU Perpajakan dan Investasi. Rusia mampu meningkatkan kepemilikannya mencapai 50%. Penandatangan PSA blok minyak Kurmangazy ditandatangani tanggal 6 Juli 2005 dan menandai dimulainya proses produksi di blok Kurmangazy. Bentuk kerjasama lain adalah pembukaan blok Atash. Berdasarkan kontrak No.1289 antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta KazMunayGas pada tanggal 29 Desember 2003, yang bertindak selaku operator dalam eksplorasi blok atash adalah Atash JV. Operator ini tidak lain merupakan gabungan dari KazMunayGaz dan Lukoil, BUMN Rusia di bidang eksplorasi dan produksi sumber daya mineral. Investasi untuk blok ini dipersiapkan sebesar US$4.78 Million pada tahun 2004 dan sebesar US$ 123.6 Million pada tahun 2005. Adapun proses produksi mulai berjalan tahun 2005. 2. Kerjasama Bidang Transportasi CPC atau Caspian Pipeline Consortium adalah pipa yang membentang di wilayah Kazakhstan dan Rusia. Pipa ini bermula di wilayah Kazakhstan dan berakhir di kota pelabuhan Novorossysk (wilayah Kedaulatan Rusia) di tepi Laut Hitam. Di Kota Novorossysk kemudian minyak bumi dikapalkan dan siap untuk disalurkan ke negara konsumen. 64 Adapun keterangan lebih jelas mengenai jalur CPC ini dapat dilihat melalui gambar berikut : Gambar 3.1. Jalur Caspian Pipeline Consortium Sumber : Diakses dari http://www.marcon.com/library/country_briefs/caspian_sea/casp_pipe_map.gif, akses tanggal 28 Desember 2012 Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat jalur Caspian Pipeline Consortium membentang dan melewati perbatasan negara Kazakhstan menuju Rusia. Ketiadaan pelabuhan dan posisi geografis negara menyebabkan Kazakhstan tidak dapat mengekspor minyak bumi tanpa melalui wilayah kedaulatan negara lain. CPC kemudian menjadi satusatunya akses keluar minyak bumi dari Kazakhstan dengan kapasitas distribusi mencapai 67 juta ton miinyak bumi per tahun. Sejak tahun 1980-an, Chevron telah memulai kerjasama eksplorasi dan produksi minyak di Blok Tengiz kepada Uni Soviet. Minyak tersebut 65 kemudian dibawa dan dikapalkan di kota pelabuhan di tepi Laut Kaspia. Disintegrasi Uni Soviet menjadi negara-negara independen di Asia Tengah, menyebabkan terjadi permasalahan di sisi transportasi minyak bumi.dan gas alam. Minyak yang dihasilkan di Blok Tengiz (termasuk daerah teritorial Kazakhstan) harus melalui wilayah Kedaulatan Rusia agar bisa di pasarkan ke dunia internasional. Pada tanggal 13 Oktober 2001, CPC pertama kali beroperasi untuk menyalurkan minyak dari blok Tengiz menuju Pelabuhan Laut di dekart kota Novorossysk di tepi Laut kaspia. Hal ini menandai dimulainya proses pengapalan minyak bumi dari Kazakhstan menuju pasar internasional. Dalam meningkatkan kerja sama dan kualitas minyak bumi, didirikan fasilitas serta lembaga yang akan mengontrol dan menjaga kualitas minyak bumi yang melewati CPC. Pada 13 September 2002, berdirilah “Oil Quality Bank”. Bank ini menunjukkan komitmen CPC untuk menerapkan sistem ekonomi bebas yang akan menjamin kebebasan setiap pihak untuk membeli minyak melalui CPC dan menjaga agar pihak pengelola CPC senantiasa mendapatkan keuntungan. Kemajuan berikutnya didapatkan pada tahun 2003, ditandai dengan dikeluarkannnya pernyataan oleh The State Acceptence Comission bahwa CPC telah berhasil melalui uji kelayakan. Sehingga CPC dianggap telah memenuhi standar keamanan baik dari segi teknisnya ataupun dampaknya terhadap lingkungan. Hingga kini, CPC tetap menjadi jalur ekspor utama minyak bumi dari Kazakhstan. 66 BAB IV POLITIK ENERGI RUSIA DAN KEPENTINGAN NASIONAL RUSIA DI KAZAKHSTAN A. Arti Penting Kawasan Asia Tengah terhadap Kepentingan Nasional Rusia Interaksi antar negara merupakan salah satu penyebab perlunya pendalaman terhadap kajian ilmu hubungan internasional. Ketidakmampuan negara untuk memenuhi kebutuhannya menjadi faktor pendorong utama timbulnya interaksi yangh melewati batas-batas yuridiksi antar negara. Namun, perkembangan teknologi dan semakin kompleksnya kebutuhan mansia juga memberikan pengaruh yang tidak sedikit bagi pola interaksi yang terbentuk antara negara-negara di dunia. Faktor kedekatan geografis juga menjadi salah satu faktor dari interaksi antar negara. Kedekatan atau bahkan adanya wilayah yang berbatasan menjadi alasan yang tidak dapat dihindarkan oleh negara-negara. Letak geografis negara dalam satu kawasan menjadi stimulus lebih untuk meningkatkan kerjasama dan interaksi antara negara-negara di dalamnya. Pembentukan aliansi antara negara di dalam Kawasan telah menjadi fenomena yang lazim dalam dunia hubungan internasional. Pasca runtuhnya UniSoviet pada awal tahun 1990-an. Terjadi gelombang kemerdekaan bagi negara-negara yang bernaung dibawahnya. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Kawasan Eropa Timur. Namun juga terjadi di Kawasan Asia Tengah yang dalam hal sejarah tidak sebesar Eropa Timur yang memang telah 67 tersntuh pengetahuan sejak berabad-abad silam. Negara di Kawasan Asia Tengah umumnya hanya terdiri dari stepa atau daerah penduduk dengan persebaran penduduk yang masih sangat minim. Kemerdekaan yang diproklamirkan negara di Kawasan Asia Tengah sedikit banyak mengubah konstalasi politik di Kawasan. Meskipun belum dalam tingkatan independen seperti Ukraina. Negara-negara di Asia Tengah mulai membuka diri untuk bekerjasama dan menerima bantuan dari negara barat. Kehadiran negara-negara di barat di Kawasan jelas menjadi ancaman bagi Rusia sebagai negara pecahan UniSoviet terbesar. Kondisi ini didukung oleh nilai strategi negara-negara di Kawasan Asia Tengah dalam bidang sumber daya energi dan barang tambang. Kawasan Asia Tengah merupakan daerah penghasil sumber daya energi terbesar ketiga di dunia. Dengan potensi alamnya yang begitu besar, Kawasan Asia Tengah hanya dikalahkan oleh Timur Tengah dan Siberia Timur dalam hal produksi minyak bumi. Kondisi politik yang cenderung lebih stabil serta pemerintahan yang baru terbentuk juga menjadi pertimbangan negara barat untuk memperbesar pengaruhnya di Kawasan tersebut. Kondisi ini dipandang oleh Rusia sebagai kekuatan tradisional di Kawasan sebagai alsan untuk menjaga kepentingan nasionalnya. Berangkat dari Defenisi Holsti mengenai Kepentingan nasional sebagai upaya negara untuk mendapatkan power. Maka, dapat kita analisis unsur-unsur yang mendukung power suatu negara. Dalam konteks hubungan antara Rusia dan negara di Kawasan Asia Tengah, khususnya Kazakhstan. Power yang dimiliki 68 oleh Rusia adalah keunggulan di bidang militer. Namun, perkembangan ilmu hubungan internasional dewasa ini menjadikan pendekatan militer dalam membangun pengaruh sebagai langkah yang cenderung tidak populer. Meskipun kenyataan bahwa kekuatan militer merupakan kekuatan riil yang harus dibangun negara. Penggunaan instrumen militer hanya ditempatkan sebagai kekuatan penggertak atau pertahanan untuk menjaga kedaulatan negara. Dari sudut pandang pertahanan dan keamanan, Kawasan Asia tengah yang berbatasan langsung dan berdekatan dengan wilayah Rusia memiliki nilai strategis bagi Rusia. Rusia menganggap kondisi ini menjadi berbahaya sangat jika intervensi dan pengaruh negara asing terutama negara barat menjadi besar di Kawasan Asia Tengah. Kondisi serupa terlihat ketika kebijakan Polandia untuk membangun kedekatan dengan negara barat. Rusia memutuskan untuk menaikkan harga gas alam menuju Ukraina. Dengan alasan Ukraina telah menyalahi perjanjian kerjasama. Kondisi ini dilakukan Rusia melihat kepentingan nasional yang Rusia miliki sebagai kekuatan tradisional di Kawasan mulai terganggu oleh adanya negara-negara bekas jajahan UniSoviet yang membangun kerjasama militer dengan Negara Barat. Melihat Kawasan Asia Tengah dari sudut pandang Rusia seperti memandang Kawasan Amerika Selatan dan Tengah dari sudut pandang USA. Sebagai wilayah strategis yang memiliki kedekatan secara geografis dan banyaknya bidang-bidang kehidupan yang saling terkait dan mempengaruhi. Kelebihannya, Rusia memiliki kedekatan secara historis dengan Kawasan Asia Tengah sebagai sesama negara bekas jajahan UniSoviet. Sedangkan USA hampir 69 tidak memiliki kedekatan sejarah kecuali bentuk interaksi yang cenderung berat sebelah dan cenderung menguntungkan USA semata. Strategisnya wilayah Kawasan Asia Tengah bagi Rusia menempatkan Kawasan Asia Tengah sebagai salah satu wilayah yang menjadi perhatian Pemerintah Rusia. Dalam bentuk kebijakan, Pemerintah Rusia senantiasa menciptakana ketergantungan dari negara di Kawasan Asia Tengah terhadap Rusia. Baik dalam bentuk sokongan energi seperti listrik, bantuan dalam bentuk ekonomi ataupun penempatan Armada Militer Rusia sebagai pasukan pengamanan. Faktor lain yang menyebabkan besarnya kepentingan Rusia di kawasan Asia Tengah adalah potensi energi dalam hal ini minyak bumi dan gas alam yang sangat besar. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, potensi migas Kawasan Asia Tengah secara produksi hanya dibawah Timur Tengah dan Wilayah Siberia. Rusia harus mampu mempertahankan pengaruhnya terhadap negara produsen minyak bumi dan gas di kawasan agar tidak menjalin kerjasama dengan perusahaan minyak asing. Dengan mengontrol produksi dan distibusi migas di Kawasan. Rusia dapat membentuk organisasi kartel yang dapat menjaga kestabilan harga dan produksi migas di pasar internasional. 1. Kazakhstan Bentuk interaksi yang terjadi antara Rusia dan Kazakhstan menimbulkan interdependensi antara kedua negara. Kondisi ini diakibatkan oleh beberapa faktor. Seperti faktor historis kedua negara yang merupakan bekas negara Uni Soviet. Pemimpin dari Kazakhstan, Presiden 70 Nuzultan Nuzurbaev yang merupakan politisi senior sejak era Uni Soviet. Faktor kedekatan wilayah secara geografis juga menjadi faktor penting dalam mendorong pesatnya proses interaksi antara kedua negara. Serangkaian faktor-faktor ini bila diakumulasikan akan menjadi alasan dan latar belakang dari pola interaksi, kerja sama dan rasa saling ketergantungan yang timbul antara Rusia dan Kazakhstan. Meskipun interakis kedua negara digambarkan sebagai kerjasama yang bersifat menguntungkan dua pihak. Tidak dapat dipinggirkan asumsi bahwa setia negara bergerak secara rasional. Rasional dalam artian,masing-masing negara bergerak untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Dalam konteksi kerjasama antara Rusia dan Kazakhstan. Posisi Rusia sebagai negara ang lebih superior dari Kazakhstan menyebabkan pola kerjasama cenderung ditentukan dan untuk memenuhi kepentingan nasional Rusia. Hal ini menunjukkan posisi penting Kazakhstan sebagai sebuah negara dalam proses pencapaian kepentingan nasional Rusia. Di bidang ekonomi, dari 89 provinsi yang dimiliki Rusia 72 diantaranya memiliki jaringan kerjasama dengan Pemerintah Kazakhstan.64 Rusia juga merupakan negara importir utama batu bara dari Kazakhstan. Kerjasama kedua negara juga berlangsung di bidang suplai 64 Ariel Cohen, Op. cit ., Hal. 2. 71 energi. Kazakhstan bergantung pada pasokan listrik dari Rusia. Jaringan listrik peninggalan B. Strategi Politik Energi Rusia di Kazakhstan Akhir tahun 90-an menjadi persimpangan bagi Rusia. Pembaharuan yang dicetuskan oleh Mikhael Gorbachev sepuluh tahun sebelumnya kini mulai terlihat hasilnya. Runtuhnya Uni Soviet dan disintegrasi menjadi negara-negara independen di Kawasan Eropa Timur dan Asia Tengah menjadi harga yang harus dibayar atas pembaharuan tersebut. Krisis ekonomi berkepanjangan sekaligus hilangnya kontrol negara terhadap aset milik negara menjadi gambaran riil yang harus dihadapi oleh Rusia kedepannya. Krisis politik diakibatkan oleh buruknya kepemimpinan Presiden Boris Yeltsin menyebabkan dorongan dari masyarakat untuk melakukan perubahan. Proses liberalisasi dan privatisasi yang terkesan dipaksakan dan tergesagesa digambarkan dari kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi. Terutama yang menyangkut komoditas-komoditas utama seperti minyak bumi. Dua kebijakan pemerintah yang menjadi acuan adalah proses privatisasi perusahaan negara dalam pasar saham. Pada bulan September 1991, Kementerian Minyak Bumi dan Energi dikonversi menjadi perusahaan Go Public dengan nama Rosneftegaz (Russian Oil and Gas). Kebijakan ini menyebabkan banyak pejabat yang kemudian membeli saham dengan harga murah. Untuk kemudian mendirikan perusahaan eksplorasi dan produksi minyak pribadi dengan harga yang relatif murah. 72 Kebijakan lain yang dikeluarkan pemerintah Rusia adalah pembagian voucher saham perusahaan negara kepada masyarakat Rusia. Kebijakan ini oleh Presiden Boris Yeltsin dianggap sebagai upaya demokratisasi ekonomi. Agar masyarakat Rusia sadar dan memiliki akses terhadap kekayaan negara. Namun, yang kemudian tidak diperhitungkan oleh Pemerintah Rusia adalah masyarakat tidak mengerti kegunaan dan cara mengakses voucher tersebut. Hal itu dimanfaatkan oleh para konglomerat yang menawarkan penukaran voucher dengan uang. Didorong oleh kondisi ekonomi negara yang krisis dan keterbatasan informasi serta pengetahuan. Masyarakat Rusia banyak yang menjual voucher saham tersebut. Seperti yang dilakukan oleh Bank Menatep milik Mikail Khodorkovsky. Dengan voucher yang dikumpulkan, Khodorkovsky mampu mendirikan Yukoz. 65 Terpilihnya Presiden Putin, membawa perubahan besar dalam kebijakan Rusia. Putin melihat kebijakan ekonomi negara yang terlalu liberal dan sangat berorientasi pasar telah menghancurkan negara. Penjualan aset-aset negara dengan harga yang sangat murah kepada para oligarki, dan semakin banyaknya negaranegara pecahan Uni Soviet yang cenderung bergerak ke barat dianggap sebagai ancaman serius bagi negara Rusia. Presiden Vladimir Putin menggunakan instrumen energi menjadi tools dalam upaya mengembalikan status Rusia sebagai negara superpower. Vladimir Putin mencanangkan Rusia sebagai negara superpower dibidang energi. Dengan melihat kondisi ketergantungan negara-negara di dunia terhadap energi yang 65 Marshall I. Goldman, op, cit.,hal. 106 73 semakin besar terutama minyak dan gas bumi. Instrumen energi dalam hal ini minyak dan gas bumi dapat menjadi tools Rusia untuk menekan ataupun mempengaruhi negara lain agar Rusia dapat mencapai kepentingan nasionalnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Rusia harus mampu menguasai kembali perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai strategis bagi Rusia. Perusahaan yang bergerak disektor eksplorasi, produksi dan distribusi energi dalam hal ini minyak bumi dan gas alam. Rosneft sebagai induk dari perusahaan minyak negara, merupakan perusahaan eksplorasi dan produksi minyak bumi. Sedangkan di sektor distribusi minyak bumi dikendalikan oleh Transneft. Adapun di komoditas gas alam, Gazprom menjadi aktor utama. Gazprom bergerak di bidang eksplorasi, produksi dan distribusi gas alam. Ketiga perusahaan ini adalah kunci utama Rusia jika ingin menguasai sektor migas. Oleh karena itu, dengan memandang politik luar negeri suatu bangsa sebagai cerminan kebutuhan dalam negeri, dibentuklah dua kebijakan yang saling terkait dan berkelanjutan. Kebijakan ini yaitu nasionalisasi perusahaan di bidang energi, dan pemanfaatan jalur distribusi energi. 1. Nasionalisasi Perusahaan di Bidang Energi Putin dalam disertasinya yang dibacakan pada bulan Juni tahun 1997 di St. Petersburg Mining Institute dan juga dalam artikel yang dia tulis pada tahun 1999 menekankan pentingnya penguasaan negara terhadap sumber daya alam. “ The process of restructuring the national economy must have the goal of creating the most effective and competitive 74 companies on both the domestic and world markets”.66 Putin menekankan bahwa satu-satunya cara yang dapat ditempuh Rusia untuk mengembalikan posisinya dan mengkonsolidasikan kekuatan sebagai negara superpower adalah dengan menjadikan Rusia menjadi negara superpower di bidang energi. Negara harus mampu menjadikan seluruh sumber dayanya sebagai instrumen untuk mencapai kepentingan nasional. Bukan dengan membebaskan pasar dan oligarki untuk menghabiskan sumber daya alam negara. Kesalahan dimasa Presiden Boris Yeltsin yang membiarkan oligarki menguasai aset-aset negara dibidang energi dan ekonomi harus diperbaiki dengan menasionalisasi perusahaan-perusahaan tersebut dan mengintegrasikannya dalam sebuah sistem yang modern, namun tetap dibawah kontrol negara. Agar perusahaan tersebut dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing seperti Exxon-Mobile dan Shell. Setelah dilantik sebagai Presiden Rusia pada tahun 2000, Putin segera mengambil langkah strategisnya untuk mewujudkan idenya menjadikan Rusia sebagai negara superpower. Putin mulai membidik Gazprom dan Yukoz, perusahaan energi skala besar yang dikuasai oleh oligarki untuk kemudian dinasionalisasi. Kondisi Ekonomi negara pada era Presiden Boris Yeltsin seringkali digambarkan sebagai kondisi dimana terjadi privatisasi besar-besaran 66 Balzer Harley, . “The Putin Thesis and Russian Energy Policy”, Post-Soviet Affairs vol. 21, no. 3, Hal. 211, 2005 75 terhadap aset negara dan diwarnai oleh sekelompok golongan baik swasta ataupun kalangan politisi yang memanfaatkan kondisi negara yang minim peraturan dan pengawasan untuk memperkaya diri dan kelompoknya. Victor Chernomyrdin merupakan salah satu contoh dari politisi yang berhasil memanfaatkan kelemahan sistem ekonomi di era Presiden Boris Yeltsin. Victor terpilih sebagai Menteri Industri Gas pada tahun 1989. Menjelang keruntuhan Uni Soviet, Victor mengambil inisiatif untuk mengubah kementeriannya menjadi sebuah perusahaan dan mengangkat dirinya sendiri sebagai Presiden dari perusahaan tersebut. Pada tahun 1992, Victor Chernomyrdin kemudian dipercaya oleh Presiden Boris Yeltsin sebagai Wakil Perdana Menteri Rusia.67 Victor kemudian menunjuk Rem Vyakhirev sebagai CEO dari Gazprom. Meskipun demikian, secara tersirat Victor tetap menjadi aktor utama dari Gazprom. Beberapa bulan kemudian, Victor dipilih oleh Boris Yeltsin sebagai Perdana Menteri Rusia. Di tahun yang sama, 1992, Gazprom kemudian menjadi perusahaan Go Public yang sahamnya diperdagangkan di Russian Joint Stock Company. Hal ini menunjukkan kemajuan pesat yang dilakukan oleh Gazprom sehingga bisa menjadi perusahaan Go Public. Gazprom, dibawah Victor kemudian menjadi pendukung finansial utama dari partai milik Viktor Chernomyrdin dalam pemilu DUMA (Majelis Rendah) pada tahun 1995. Victor juga menunjukkan 67 http://www.gazprom.com/about/history/people/chernomyrdin/ diakses pada tanggal 18 Februari 2013 76 kedekatannya dengan Presiden Boris Yeltsin dengan menjadikan Gazprom sebagai salah satu sponsor finansial utama dalam pencalonan Boris Yeltsin sebagai Presiden Rusia pada Juni 1996. Kedekatan antara Boris Yeltsin dan Victor Chernomyrdin menimbulkan asumsi akan begitu dekatnya kaum oligarki dengan pusat pengambil kebijakan di Rusia. Victor Chernomyrdin berhasil menjadi sosok penting dalam struktur pemerintahan Rusia, sekaligus menjadikan perusahaannya memiliki akses istimewa dalam menjalankan bisnisnya. Media massa Rusia menggambarkan kedekatan antara Boris Yeltsin dan Victro Chernomyrdin dengan mengubah slogan partai milik Viktor Chernomyrdin dari “Nash Dom, Vash Dom (Our Home, Your Home) menjadi “Nash Dom, Gazprom (Our Home, Gazprom).” Salah satu bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh Gazprom adalah bekerjasama dengan ITERA, perusahaan yang berkantor di Jacksonville, Florida USA. ITERA adalah perusahaan yang bergerak di bidang eksplorasi dan produksi gas alam. Pihak manajemen Gazprom bekerja sama agar ITERA dapat memperoleh kemudahan dalam berinvestasi di Rusia. Gazprom menjual secara murah ladang gas milik Rusia kepada ITERA. Dalam hal ini, pihak manajemen Gazprom mendapatkan keuntungan pribadi atas akses yang diberikan kepada ITERA. Praktek penjualan aset negara menjadi hal yang biasa dan umum terjadi di masa pemerintahan Presiden Boris Yeltsin. Perusahaan swasta 77 seperti Gazprom menjadi perantara penjualan aset negara kepada pihak asing. Negara hanya mendapatkan sedikit keuntungan dari proses transaksi tersebut. Bahkan, negara cenderung rugi diakibatkan penggelapan pajak dan kerusakan di bidang lingkungan. Seperti pada tahun 1996, Gazprom mendapatkan keuntungan sebesar US$ 2 Triliun, sedangkan pembagian yang diberikan kepada negara hanya sebesar US$ 3,5 Million. Padahal saat itu, pemerintah Rusia memiliki saham sebesar 38,4 % di Gazprom.68 Penggelapan pajak juga dilakukan pada tahun 1999, akuntan Rusia melaporkan Gazprom mendapatkan keuntungan sebesar US$ 1,3 Billion. Namun, kantor akuntan swasta dari barat menyatakan profit yang didapatkan Gazprom pada tahun 1999 sebesar US$ 3,2 Billion.69 Selain itu, kerusakan di bidang sosial dengan adanya gap yang sangat besar antara golongan Oligarki yang hidup kaya raya. Pembangunan kantor pusat Gazprom secara besar-besaran, hingga dijuluki “Taj Mahal from Russia”. Sedangkan Negara dan masyarakat secara umum mengalami tahun-tahun krisis ekonomi yang berat. Terpilihnya Presiden Putin sebagai Presiden pada awal tahun 2000 sebagaimana dikemukakan sebelumnya membawa perubahan besar dalam sistem ekonomi dan politik Rusia. Putin menginginkan agar potensi ekonomi yang dimiliki oleh negara harus mampu dimaksimalkan kinerjanya dalam membantu memperbaiki kondisi ekonomi negara. Di tahun 2000, negara hanya memperoleh 16% share dalam total crude oil 68 Marshall I. Goldman, op. cit., 45 Ibid. 69 78 production. Hal ini menunjukkan minimnya kontribusi minyak bumi sebagai komoditas ekspor terbesar negara Rusia. Sebagaimana kita ketahui, Rusia merupakan negara penghasil minyak bumi terbesar kedua di dunia. Jika melihat trend harga minyak bumi yang meningkat. Rusia seharusnya mampu mengambil keuntungan besar dari fenomena tersebut. Langkah pertama yang diambil Presiden Vladimir Putin memecat Victor Chernomyrdin sebagai Chairman dari Gazprom pada Juni 2000. Pemecatan Victor menunjukkan keseriusan Putin untuk membenahi pengelolaan aset negara. Putin kemudian mengijinkan pemerintah Rusia untuk membeli saham Gazprom di Bursa Efek Rusia. Dan akhirnya pada Mei 2001, Putin melalui saham yang dimiliki Pemerintah Rusia di Gazprom mendesak agar Rem Vhyakirev diberhentikan selaku CEO Gazprom. Sebagai gantinya, Putin mendatangkan Dmitri Medvedev dan Alexei Miller sebagai pengganti Viktor Chernomyrdin dan Rem Vhyakirev. Dua orang birokrat yang dikenal dekat dengan Putin dan pernah bekerja sama dengan Putin di Kota St. Petersburg. Kedua orang ini kemudian diserahi tugas untuk menghentikan kontrak kerja sama yang berimplikasi pada penjualan aset negara yang menguntungkan pihak asing dan merugikan negara. Tetapi, Medvedev serta Miller juga dituntut untuk mengembalikan aset-aset negara yang telah dijual. Tugas untuk mengembalikan aset negara terlihat jelas dengan kebijakan yang dilakukan Gazprom untuk mengakusisi Sibneft. Sibneft 79 merupakan perusahaan minyak milik Boris Berezovsky. Boris Berezovsky diketahui memiliki kedekatan dengan Boris Yeltsin, melalui salah seorang anak Boris Yeltsin. Melalui Surat Keputusan Presiden tanggal 25 Agustus 1995 memutuskan untuk memisahkan Sibneft dari Kementerian Energi dan Rosneft. Sibneft kemudian dibeli oleh Boris Berezovsky dengan harga yang relatif murah. Sebagai gantinya, Boris Berezovsky memastikan akan mendukung pencalonan Boris Yeltsin sebagai Presiden pada pemilu tahun 1996. Melalui ORT, jaringan media cetak dan elektronik yang dimiliki oleh Boris Berezovsky. Kejanggalan itu semakin terlihat melalui sistem pembelian saham Sibneft yang menggunakan dana Loans For Shares. Sebuah sistem investasi yang diciptakan oleh Wakil Perdana Menteri Vladimir Potanin. Sistem ini sangat merugikan negara, sebab memungkinkan negara meminjam uang dari bank swasta milik para oligarki dan menukarnya dengan saham perusahaan minyak milik negara. Pasca terpilihnya Putin sebagai Presiden Rusia, Boris kemudian dituntut dengan ancaman penjara atas tuduhan penggelapan pajak dan penipuan terhadap negara. Menghadapi ancaman penjara atas dirinya, Boris Berezovsky melarikan diri ke London. Namun, Boris telah terlebih dahulu menjual sahamnya di Sibneft kepada Roman Abrahamovich. Roman Abrahamovich kemudian berniat untuk menjual sahamnya di Sibneft kepada perusahaan asing. Chevron-Texaco, Shell dan Total. 80 Langkah cepat diambil pemerintah Rusia dengan mengancam Roman Abrahamovich dengan tuduhan penggelapan pajak dan penipuan senilai US$ 1,4 Billions. Akhirnya pada bulan september 2005, Abrahamovich setuju untuk menjual sahamnya di Sibneft kepada Gazprom senilai US$ 13 Billions. Sibneft kemudian diubah menjadi Gazpromneft (Industri Gas dan Minyak Bumi). Akusisi Sibneft memungkinkan Gazprom menjadi perusahaan negara yang menguasai sebagaian besar industri minyak nasional. Penguasaan negara terhadap minyak bumi meningkat 30%.70 Gazprom juga menerapkan monopoli dalam produksi gas nasional. Melalui penguasaannya terhadap jalur distribusi gas dari dalam negeri. Seperti pada kasus transportasi gas di Siberia Timur. Gazprom tidak mengizinkan TNK-BP (Perusahaan Gas Swasta) untuk membuat pipa distribusi gas ke jalur distribusi gas atau pasar gas internasional.71 Hal ini menyebabkan TNK-BP tidak mampu memenuhi target distribusi gas sebesar 9 Billions Cubic Meter gas per tahun. Gazprom hanya mengijinkan TNK-BP untuk menjual gas ke Gazprom seharga US$ 30 per 1000 Cubic Meter. Padahal Gazprom menjual gas di pasar gas internasional seharga US$ 190 per meter kubik. TNK-BP tidak memiliki pilihan lain kecuali menjual langsung gas yang diproduksi ke Gazprom. Gazprom, meskipun jarak antara Siberia Timur dan konsumen gas utama mereka yakni Eropa 70 Ibid. http://www.rzd-partner.com/press/288516/?print diakses tanggal 28 Desember 2012 71 81 cukup jauh. Dengan keuntungan yang berlipat ganda atas kerja sama antara Gazprom dan TNK-BP. Bentuk kontra kerja sama yang merugikan Rusia juga menjadi bagian dari perbaikan yang dilakukan oleh Gazprom dibawah Medvedev dan Miller. Sakhalin, sebuah pulau yang terletak di bagian paling timur Rusia, diindikasikan memiliki kandungan minyak. Namun, ketidakmampuan Pemerintah Rusia untuk melakukan eksplorasi dan produksi membuat mereka mengijinkan perusahaan asing untuk terlibat dalam pengerjaan proyek Sakhalin. Shell dan Exxon adalah dua perusahaan asing yang menyatakan kesiapannya untuk terlibat dalam pengerjaan proyek Sakhalin. Dalam PSA (Production Sharing Agreement) yang dilakukan antara Shell dan Pemerintah Rusia. Shell mengkalkulasikan kebutuhan dana sebesar US$ 10 Billion untuk memulai ekplorasi dan produksi di Sakhalin. Namun, pada Juli 2005, Shell mengajukan kenaikan ongkos produksi sebesar US$ 20-22 Billion72 diakibatkan oleh kenaikan harga besi baja dan tingkat kesulitan pekerjaan yang ternyata melebihi estimasi awal. Exxon mencoba memberikan penawaran senilai US$ 17 Billion kepada Pemerintah Rusia.73 Namun penawaran ini juga ditolak. Tingginya penawaran yang diajukan oleh Shell, mengubah kebijakan Pemerintah Rusia. Pemerintah Rusia menekan Shell agar 72 http://royaldutchshellplc.com/2011/08/31/rosneft-deal-shows-exxon-to-be-the-onlysupermajor-with-heft-in-russia/ diakses pada tanggal 28 Februari 2012 73 Ibid. 82 diadakan renegosiasi PSA. Hal ini dimaksudkan agar ada perusahaan Rusia yang menjadi rekanan Shell dalam proyek Sakhalin. Menyadari kondisi Pemerintah Rusia yang berani mengambil langkah tegas terhadap perusahaan asing yang menolak melakukan renegosiasi kontrak PSA. Shell bersedia menjual 50 persen sahamnya kepada Gazprom senilai US$ 7.45 Billion. Gazprom mampu menghemat US$ 3, 45 Billion. Dari harga yang seharusnya dibayar Pemerintah Rusia atau seperdua dari harga yang harus dibayar dalam PSA senilai US$ 22 Billion.74 Gazprom kemudian menjadi lebih dari sekedar perusahaan eksplorasi dan produksi gas serta minyak bumi. Lebih dari itu, Gazprom menjadi simbol dari kontrol Pemerintah Rusia terhadap sumber daya alamnya. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Pemerintah Rusia dan Gazprom memiliki keselarasan dan kebersinambungan dalam kebijakannya. Pemerintah Rusia senantiasa memberikan Gazprom jalur dan kesempatan untuk memperluas jaringan bisnis. Selain itu juga melindungi Gazprom dari ancaman kompetitorkompetitor asing di Rusia, Kawasan Asia Tengah. Serta Gazprom sudah mulai memasuki pasar energi Afrika. Di lain pihak, Gazprom memberikan keuntungan kepada Pemerintah Rusia sebagai pemilik saham tunggal di Gazprom. Pada Mei 2006, Presiden Vladimir Putin dalam pidato kenegaraan menekankan akan 74 Ibid. 83 prestasi yang dicapai oleh Gazprom.75 Gazprom berhasil menjadi perusahaan dengan nilai saham di pasar saham internasional ketiga terbesar di dunia. Gazprom hanya kalah dari Exxon Mobile dan General Electric. Padahal Gazprom hanya beroperasi di wilayah Rusia, Asia Tengah dan Eropa Timur saja. Adapun Exxon-Mobile dan General Electric yang telah memasuki pasar hampir seluruh negara di dunia. Selain Gazprom, perusahaan lain yang menjadi bagian dari strategi Presiden Vladimir Putin untuk mengembalikan kejayaan Rusia dan menjadikan Rusia sebagai negara superpower dibidang energi adalah Yukos. Yukos adalah perusahaan minyak milik Mikhail khodorkovsky. Melalui proses liberalisasi pada awal dekade 90-an. Khodorkovksy mendirikan Bank Menatep. Dengan Menatep, Khodorkovsky melakukan serangkaian penipuan dan penggelapan pajak. Puncaknya, Mikhail Khodorkovsky berhasil mengakusisi saham pemerintah melalui penipuan perbankan dan memanfaatkan program Loans For Share. Mikhail Khodorkovsky membeli 88 persen saham Yukos dari pemerintah seharga US$ 350 Milllion. Padahal pada kisaran harga sebenarnya, nilai harga saham Yukos berada pada kisaran angka US$ 3-5 Billion.76 Pada awal dekade 2000-an, Yukos berhasil menjadi produsen minyak terbesar di Rusia. Bahkan mengalahkan produksi negara itu sendiri. Hal ini menyebabkan kebijakan yang diambil Mikhail Kodorkovksy juga semakin berani untuk menantang Presiden Vladimir 75 . Ibid. Hal. 142. Ibid. Hal. 72 76 84 Putin. Mikhail Kodorkovsky merencanakan untuk membangun pipa minyak bawah laut. Usaha ini merupakan saingan terhadap Transneft. Transneft adalah satu-satunya perusahaan milik negara yang menguasai dan mengendalikan seluruh aktivitas distribusi minyak dan pengelolaan pipa minyak Rusia. Mikhail Kodorkovsky juga menandatangani kerjasama antara Yukos dan China dalam hal pembangunan pipa minyak dari Siberia menuju China. Presiden Putin menganggap kerja sama ini tidak melibatkan Rusia sebagai negara asal Yukos. Pada tahun 2003, Kodorkovksy bermaksud menjual saham Yukos kepada perusahaan asing seperti Chevron dan Exxon-Mobile. Kodorkovsky juga telah melakukan kesepakatannya untuk melakukan merger dengan Sibneft perusahaan milik Berezovsky. Kodorkovksy ditangkap oleh kepolisian Rusia pada 23 Oktober 2003. Penangkapan dilakukan atas tuduhan penggelapan pajak, pencucian uang, penipuan, melakukan tindak kekerasan dan pembunuhan berencana. Kodorkovsky dihukum 8 tahun penjara dan dikirim ke penjara Krasnokamensk di Siberia. Kasasi yang dilakukan pada tingkat pengadilan tinggi pada tahun 2007 menambah masa hukuman Kodorkovsky hingga 15 tahun penjara. 77 Yukos diharuskan membayar ganti rugi kepada negara sebesar US$ 33 Billion. Untuk menutupi utang tersebut, pada Desember 2004, aset paling berharga Yukos yaitu Yuganskneftegaz dijual seharga US$ 9.35 77 Ariel Cohen, Op.cit., Hal.31 85 Billion. Aset ini dibeli oleh Baikal Finance Group. Ketidakmampuan Yukos memenuhi tuntutan tersebut mengakibatkan Yukos dinyatakan bangkrut pada tahun 2006.78 Keseluruhan aset Yukos dijual untuk melunasi utangnya terhadap negara. Saham Yukos diperkirakan mencapai angka US$ 22-26 Billion. Rosneft, induk perusahaan perminyakan Rusia berhasil mengakusisi mayoritas saham Yukos.79 Kondisi ini dimungkinkan setelah pemerintah Rusia melakuan serangkaian manipulasi dan tekanan agar tidak ada penawar lain yang mampu membeli saham Yukos. Diakusisinya Yukos oleh Rosneft mengembalikan Rusia sebagai produsen utama minyak bumi dalam negeri, posisi yang sebelumnya dipegang oleh Yukos di bawah kepemimpinan Mikhail Kodorkovsky. 2. Penguasaan Jalur Transportasi di Bidang Energi Secara geografis Kazakhstan tergolong negara yang mengalami kondisi Landlock. Hal ini diakibatkan oleh wilayah negara yang tidak memiliki perbatasan dengan laut lepas. Kondisi tersebut berimplikasi pada ketergantungan Kazakhstan terhadap negara-negara di sekitarnya agar Kazakhstan dapat berinteraksi dengan dunia internasional, terutama dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Pola interaksi yang terbentuk kemudian menjadi pola interaksi yang saling berkaitan satu sama lain. Di lain pihak, Kazakhstan memiliki modal yang kuat serta nilai strategis dalam kondisi dan lokasi geografisnya. Kazakhstan merupakan 78 Ibid. Perovic, Jeronim and Robert W. Ortung. 2009. Russian Energy Power and Foreign Relations : Implications for Conflict and Cooperation. London. Routledge. Hal. 138 79 86 negara dengan wilayah teritorial terluas di Kawasan Asia Tengah. Dengan letaknya yang terletak di perbatasan Eropa dan Asia. Kazakhstan memiliki akses pada dua negara besar, China dan Rusia. Kondisi ini menjadi keunggulan dari segi ekonomi. Kazakhstan memiliki akses terhadap pasar terbesar di kawasan. Di lain pihak, Kazakhstan menjadi sangat rawan mendapatkan tekanan dan intervensi dari dua negara yang lebih superior dari Kazakhstan tersebut. Lebih jelasnya lihat Peta Kazakhstan pada Gambar Peta 4.1. 87 Gambar 4.1 Peta Wilayah Negara Kazakhstan Sumber : Diakses dari http://map.primorye.ru/raster/maps/commonwealth/cis_central_asia_pol_95.jpg , tanggal ... 88 Rusia sebagai negara pecahan Uni Soviet terbesar tidak dapat melepaskan begitu saja negara-negara di daerah sekitarnya menjadi negara-negara independen dan bebas dalam menjalin kerja sama dengan pihak asing. Rusia memiliki kepentingan untuk tetap menjaga kontrolnya terhadap negara-negara pecahan Uni Soviet. Dalam kasus Kazakhstan, Rusia melakukan instrumen jalur distribusi energi sebagai tools untuk menekan pemerintah Kazakhstan. Rusia mencoba melakukan manipulasi jalur transportasi minyak. Hal tersebut untuk menjadi senjata bagi pemerintah Rusia agar Kazakhstan tetap mengikuti aturan-aturan dan kepentingan Rusia di Kazakhstan dapat tercapai. Dua jalur ekspor minyak termurah dan paling efisien Kazakhstan adalah melalui pipa milik Rusia yang dikelola oleh Transneft. Transneft sebagaimana dibahas sebelumnya merupakan BUMN milik Rusia yang mengelola jalur transportasi minyak yang melalui wilayah teritorial Rusia. Jalur pertama adalah melalui Pipa Atyrau-Samara. Jalur pipa ini menghubungkan Kazakshtan’s Oil Pipeline Network dengan jalur pipa minyak Rusia. Jalur pipa Atyrau-Samara dimiliki bersama oleh KazTransOil dan Transneft. Melalui jalur ini, minyak milik Kazakhstahn disalurkan menuju wilayah Rusia. Kemudian disalurkan ke Eropa melalui jalur pipa Dhruzba menuju Belarusia. Konsumen utama dari jalur ini adalah Jerman, Belanda, dan negara Skandinavia. Biaya transit yang dikenakan oleh Transneft adalah US$ 0.73/Ton/ 100 Km atau jika dikalkulasikan sekitar US$ 2-3 per barel minyak. 89 Meskipun terbilang sebagai jalur paling murah, pemerintah Rusia melalui Transneft menekan agar kuota ekspor yang diberikan kepada Kazakhstan hanya mencapai 15-17.5 juta ton minyak bumi per tahun. Jalur ini juga terbilang lambat, sebab minyak yang berasal dari Kazakhstan seringkali harus tertunda pengirimannya. Ini dikarenakan Transneft mendahulukan penigiriman minyak yang berasal dari Produksi Rosneft terlebih dahulu. Pilihan kedua adalah melalui pipa CPC. Pipa CPC meskipun merupakan jalur pipa minyak utama dan memiliki kapasitas terbesar, namun dianggap memberatkan. Ini dikarenakan harga per barel mencapai US$ 3.70. Jika dibandingkan dengan Atyrau-Samara yang hanya seharga US$ 2-3 per barel. Namun, CPC tetap menjadi jalur ekspor utama minyak Kazakhstan. Oleh karena itu, Kazakhstan sangat berkepentingan dalam menjaga kerjasamanya dengan Rusia. Pemerintah Kazahstan telah mencoba mencari alternatif jalur distribusi minyak bumi. Namun pemerintah Rusia senantiasa melakukan kebijakan untuk mencegah agar jalur alternatif tersebut tidak menjadi jalur utama distribusi minyak Kazakhstan. Sebagai contoh adalah jalur pipa minyak bawah laut yang melintasi Laut Kaspia untuk dihubungkan dengan pipa BTC (Baku-Tbilisi-Ceyhan), lihat Gambar Peta 4.2. Pilihan ini dihalangi oleh Pemerintah Rusia. Meskipun telah ada perundingan tentang hak eksplorasi dan pemetaan wilayah di Laut Kaspia pada tahun 1998. 90 Peta 4.2. Peta Pipa BTC (Baku-Tbilisi-Ceyhan) Sumber dari : http://onceuponatimeinthewest1.files.wordpress.com/2008/08/btcpipeline2.gif diakses pada tanggal 5 januari 2013 Rusia tidak mengijinkan dibuatnya jalur pipa minyak bawah laut di Laut kaspia.80 Meskipun telah diadakan pertemuan di Asgabat pada tahun 2001 dan di Teheran pada tahun 2007. Rusia tetap menolak memberikan izin untuk membangun pipa bawah laut di Laut Kaspia. Pembangunan pipa ini akan mengakibatkan Rusia kehilangan posisinya sebagai jalur utama ekspor minyak Kazakhstan. Jalur distribusi minyak hanya dapat melalui Kapal Tanker. Proses pengiriman minyak melalui jalur laut juga sangat ketat. Rusia sebagai merupakan negara dengan Armada militer laut terbesar di laut kaspai dan sebagian besar merupakan peninggalan dari UniSoviet. Armada Laut 80 http://www.payvand.com/news/10/dec/1061.html Bahgman Agai Dhiba, “Caspian Sea: Potential for Conflict”. 91 Rusia mengontrol dengan ketat lalu lintas kapal di Laut Kaspia. Faktor lain yang memberatkan dari jalur ini adalah biaya distribusi yang mencapai US$ 3-4 per barel. Belum termasuk biaya pengapalan melintasi Laut kaspia. Pilihan lain yang coba dibuat pemerintah Kazakhstan adalah dengan mengapalkan minyak bumi melalui pelabuhan Aktau di wilayah teritorial Kazakhstan menuju ke Pelabuhan Baku di negara Azerbaijan atau Makhackala di wilayah teritorial Rusia. Jalur ini memungkinkan minyak dari Kazakhstan dapat menuju pasar internasional melaui pipa BTC. Pemerintah Rusia memandang Presiden Nuzultan Nuzurbaev sebagai sosok strategis dalam pengambilan kebijakan Kazakhstan. Oleh karena itu, Presiden Vladimir Putin melakukan pendekatan melalui serangkaian pertemuan dengan Nuzultan Nuzurbaev. Sepanjang akhir 2005 hingga 2006, tercatat Putin dan Nuzurbaev bertemu sebanyak empat kali.81 Posisi Kazakhstan yang sedemikian penting dalam strategi politik energi Rusia dapat dilihat dari intensitas kunjungan dan interaksi yang dilakukan Presiden Vladimir Putin terhadap Kazakhstan. Kazakkhstan merupakan negara tujuan pertama dari kunjungan kenegaraan Presiden Vladimir Putin tahun 2006. Kunjungan ini memberikan kesan kepada Kazakhstan agar memberikan dukungannya dalam kebijakan politik energi Rusia di kawasan. Terutama, kemungkinan Kazakhstan untuk membangun 81 http://archive.kremlin.ru/eng/speeches/2006/06/17/2118_type82914type82915_107 337.shtml diakses pada tanggal 28 Desember 2012. 92 pipa bawah laut untuk menghubungkan Kazakhstan dan Baku. Namun, kunjungan Wakil Presiden AS Dick Cheney ke Kazakhstan pada tanggal 5 Mei 200682 telah membuat kondisi di Kawasan Asia Tengah menjadi semakin kompleks. Kedatangan Dick Cheney berupaya meyakinkan Presiden Nuzultan Nuzurbaev untuk membuka jalur pipa minyak di bawah Laut Kaspia dan menggunakan jalur BTC sebagai jalur ekspor utama minyak Kazakhstan. Melalui pernyataan resminya, Presiden Dick Cheney mengkritik kebijakan energi yang diambil oleh Rusia terkait penguasaan jalur transportasi energi di Kawasan Asia Tengah dan Eropa. Langkah yang diambil Dick Cheney selaku Wapres AS dan pernyataan resminya menunjukkan concern yang besar dari AS terhadap Kawasan Asia Tengah. Terutama di sekitaran Laut Kaspia yang kaya akan sumber energi fosil. Pemerintah Rusia mengambil langkah taktis pasca kunjungan Dick Cheney. Pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden Nusultan Nuzurbaev berlangsung pada tanggal 20 Mei 2006. Pertemuan ini juga dihadiri oleh Perdana Menteri Rusia, Menteri Pertahanan dan Menteri Energi Rusia. Dalam peertemuan tersebut, Putin dan NUzurbaev membahas isu-isu strategis seputar energi dan kerjasama di bidang militer. Rusia menjanjikan akan meningkatkan bantuan militer dan ekonomi kepada Kazakhstan. 82 http://www.nytimes.com/2006/05/06/world/europe/06cheney.html?pagewanted=all &_r=0 diakses pada tanggal 28 Desember 2012 93 Dalam pidato resmi yang dilakukan oleh kedua pemimpin negara pasca pertemuan. 83 Presiden Vladimir Putin menyatakan Kazakhstan sebagai mitra strategis Rusia dalam bidang energi. Melalui pertemuan ini, juga dibahas bentuk bantuan militer kepada Kazakhsatan yaitu melalui pelatihan militer kepada Angkatan Bersenjata Kazakhstan oleh Rusia di Wilayah Teritorial Rusia. Melalui pidatonya, Putin bermaksud menempatkan Kazakhstan sebagai partner dalam bidang energi. Bantuan baik dalam militer ataupun ekonomi merupakan bentuk persuasif Rusia agar Kazakhstan menjaga kedekatannya terhadap dunia barat terutama AS. Dalam kesempatan yang sama, Presiden Nusultan Nuzurbaev menyatakan pentingnya kerjasama ekonomi yang terbentuk antara negaranegara di Kawasan Asia Tengah, dan Rusia sebagai aktor penting dalam kerjasama regional.84 Namun, hasil penting dari pertemuan tersebut adalah disepakatinya perlibatan Rusia dalam industri gas Kazakhstan. Kerjasama akan dikerjakan oleh Gazprom selaku perusahaan gas milik negara Rusia sebagai mitra dari KazMunasGaz. Perlibatan Gazprom semakin menunjukkan besarnya kekuasaan Gazprom di Kawasan Asia Tengah. Setelah sebelumnya menguasai produksi, transportasi hingga distribusi gas alam hingga ke Rusia. Gazprom juga terlibat dalam proses produksi gas alam di Kazakhstan, yang nantinya juga akan dijual ke Gazprom sebagai pemegang satu-satunya jalur ekspor gas alam di Kawasan. 83 http://www.mid.ru/bdomp/brp_4.nsf/e78a48070f128a7b43256999005bcbb3/80dbf3f 05205f3fcc3257176002a2d39!OpenDocument diakses pada tanggal 28 Desember 2012 84 Ibid 94 Melalui pertemuan ini juga, Presiden Nuzurbaev menyatakan kesiapannya untuk memulai proses ekplorasi dan produksi minyak di wilayah Kurmangazy di bagian utara Laut Kaspia. Wilayah yang sebelumnya menjadi pusat perhatian dari dua negara yaitu Rusia dan Kazakhstan. Hal ini diakibatkan tidak jelasnya proses pembagian wilayah dan perbatasan di daerah Laut Kaspia. Dengan pernyataan resmi tersebut, kini Rusia dan kazakhstan bekerjasama untuk melakukan kegiatan penambangan minyak bumi di Kurmangazy yang cadangan minyak buminya diperkirakan mencapai 1 miliar ton.85 Setelah kunjungan Presiden Vladimir Putin ke Kazakhstan pada tanggal 17 juni 2006, pertemuan penting yang kemudian menunjukkan keberhasilan Putin dalam mempengaruhi kebijakan Presiden Nuzurbaev adalah pertemuan yang berlangsung di Kazakhstan pada tanggal 10 Mei 2007. Dalam pertemuan resmi yang dilakukan oleh kedua kepala negara, Putin berhasil meyakinkan Nuzurbaev. Meskipun minyak Kazakhstan dibawa ke Baku melalui jalur Laut Kaspia. Pemerintah Kazakhstan menyetujui untuk tidak mengekspor minyak melalui BTC melainkan melalui jalur pipa minyak dari Baku menuju Novorossysik. 86 Pelabuhan yang sama jika minyak Kazakhstan diekspor melalui pipa CPC. Dalam pertemuan yang sama juga banyak diputuskan isu-isu penting. Rusia menyetujui perlibatan Kazakhstan dalam program 85 http://www.oilvoice.com/well/Kurmangazy_Oil_Field/4a0331f28030.aspx diakses pada tanggal 6 Maret 2013 86 http://archive.kremlin.ru/eng/speeches/2007/05/10/1734_type82914type82915_128 103.html diakses pada tanggal 6 Maret 2013 95 pengembangan uranium. Hal ini bisa dilihat sebagai upaya Rusia untuk meuakinkan Kazakhstan sebagai mitra strategis Rusia. Tidak hanya sebagai negara satelit yang harus tunduk dan patuh oleh kebijakan Rusia. Dalam pernyataan resminya, Putin juga menyatakan kesediaan Nuzurbaev untuk melibatkan Gazprom dalam produksi sumur gas milik Kazakhstan. Langkah yang diambil Presiden Vladimir Putin melalui serangkaian kunjungan kenegaraan, dan pertemuan mampu menjaga sikap dan dukungan Kazakhstan terhadap Rusia di Kawasan. Kehadiran AS oleh Rusia dianggap sebagai ancaman. Oleh karena itu, Kazakhstan sebagai sebuah negara yang penting bagi Rusia berhasil diyakinkan agar menjaga sikap dan dukungannya. Rusia berhasil menutup jalur ekspor bagi Kazakhstan untuk tetap melewati daerah teritorial Rusia. Dalam beberapa kasus, Rusia akan menggunakan pendekatan yang lebih represif apabila upaya persuasif tidak berhasi. Sebagai contoh, dialami oleh negara-negara lain yang memilih untuk menjauh dari pengaruh Rusia. Ukraina karena dianggap lebih dekat ke barat dan tidak mendukung Rusia di Kawasan harus rela menerima sanksi berupa kenaikan harga gas alam. Meskipun dalam pernyataan resminya, Gazprom menyatakan peristiwa ini sebagai masalah bisnis semata. Namun, posisi Pemerintah Rusia sebagai pemegang saham utama di Gazprom menjadi alasan utama munculnya asumsi ini. Georgia yang melakukan perlawanan dalam bentuk militer kepada Rusia dan menerima bantuan AS mengalami perlakuan yang serupa 96 bahkan cenderung lebih keras. Selain melakukan aktivitas militer terhadap Kazakhstan, Rusia juga memutuskan pasokan listrik ke Georgia. Hal ini dimungkinkan sebab, Rusia merupakan negara ekportir utama di kawasan. Opsi jalur ekspor minyak yang dimiliki Pemerintah kazakhstan semakin sedikit. Kazakhstan mencoba menjajaki jalur ekspor minyak melalui Pelabuhan Neka milik Iran. Kota pelabuhan milik Iran yang terletak di sisi selatan Laut Kaspia. Jalur ini memungkinkan minyak disalurkan ke Pelabuhan milik Iran di wilayah Teluk Persia. Namun, ketiadaan jalur pipa minyak menyebabkan minyak harus melalui jalur transportasi darat yang sangat rawan kebocoran dan kecelakaan. Selain itu, Pemerintah Rusia juga menggunakan jalur ini untuk menyalurkan minyak. Pemerintah Rusia menekan Pemerintah Iran melalui tawaran tarif yang lebih tinggi dan kedekatannya secara politik agar Iran menahan kuota ekspor minyak Kazakhstan. Faktor harga yang mencapai US$ 4 per barel juga menjadi faktor yang memberatkan jalur distribusi minyak ini. Kondisi yang menjadi alasan Kazakhstan menggunakan jalur pipa minyak milik Rusia, terutama CPC bukanlah suatu kebetulan semata. Lebih jauh adalah hasil kebijakan taktis dari Pemerintah Rusia. Melalui kerja sama dan penekanan secara halus, Rusia berhasil memaksa negaranegara di sekitar Laut Kaspia untuk mengikuti skenario yang dibuat oleh Pemerintah Rusia. Penggunaan instrumen energi, dalam hal ini jalur pipa minyak menjadikan Rusia sebagai negara yang berpengaruh dan bersifat determinan bagi negara di sekitarnya. 97 Pada kasus Kazakhstan, Rusia menciptakan kondisi agar mampu memaksa Pemerintah Kazakhstan untuk menggunakan CPC sebagai jalur utama distribusi minyak bumi. Dengan demikian, Rusia menciptakan kondisi ketergantungan dari Kazakhstan terhadap Pemerintah Rusia. Kebijakan ini memiliki tujuan yang jelas untuk menjaga kedekatan antara Kremlin dan Astana. 3. Pembentukan Aliansi Regional di Bidang Energi Rusia sebagai negara pecahan Uni Soviet terbesar mencoba merangkul kembali negara-negara di Kawasan Asia Tengah melalui isu energi. Upaya ini terlihat dari pembentukan organisasi-organisasi regional. Perbedaan mendasar dari organisasi di Era Uni Soviet adalah motif dan kepentingan dari pembuatan organisasi regional tersebut. Rusia dan Kazakhstan tergabung dalam organisasi negara produsen gas di Asia Tengah atau Eurasian Gas Alliance. Organisasi ini beranggotakan Rusia, Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan dan Azerbaijan. Presiden Rusia Vladimir Putin secara langsung mendekati Presiden negara-negara produsen gas di Asia Tengah agar segera bergabung dalam aliansi ini. Putin melakukan pendekatan khusus seperti dalam bentuk kunjungan kenegaraan ke Turkmenistan. Putin berhasil meyakinkan Pemimpin negara lain untuk bergabung dalam aliansi ini. Sebagai bentuk keuntungan yang ditawarkan, Putin menjanjikan kerja sama ini mampu meingkatkan harga gas alam dunia dan melipatgandakan keuntungan negara anggota aliansi. 98 Putin juga menekankan bahwa wilayah kerja sama dalam aliansi ini meliputi koordinasi kuota produksi agar harga lebih stabil. Pembangunan bersama pipa gas dengan kemampuan distribusi yang lebih besar. Pengurangan tarif transit melalui pipa gas milik Rusia. Dan yang paling menguntungkan adalah kemampuan organisasi ini dalam menentukan harga gas alam. Organisasi ini bertindak menyerupai kartel yang menjadi pemain tunggal dalam pasar gas alam. Serangkaian strategi politik energi Rusia merupakan sebuah kebijakan strategis yang saling terkait. Diawali dengan penguasaan terhadap perusahaan energi strategis di dalam negeri dalam rangka mengamankan pasokan energi dalam negeri. Sekaligus, sebagai alat untuk melakukan penguasaan keluar negeri. Keberhasilan menguasai perusahaan energi strategis dalam bidang eksplorasi, produksi dan distribusi menjadi alat bagi negara dalam mengendalikan dan menekan negara lain. Rusia kemudian mencoba merangkul negara produsen di kawasan agar Rusia dapat menjaga pengaruhnya. Dalam sudut pandang ekonomi, Rusia menciptakan kartel energi raksasa yang akan memanksa negara konsumen untuk mematuhi kebijakan aliansi tersebut. Sebab, Aliansi ini tidak memiliki saingan dalam pasar pemasok gas alam terutama di Eropa. C. Efektivitas Politik Energi Rusia di Kazakhstan Namun, bagaimanapun bentuk interaksi antara dua negara dalam dunia hubungan internasional akan didasari oleh kepentingan nasional masing-masing negara. Dalam konteks kerja sama tersebut, masing-masing negara akan mencapai 99 tujuannya. Proses pencapaian tujuan itulah yang diturunkan menjadi metodemetode disesuaikan dengan faktor eksternal dan internal dari negara tersebut. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sebagai negara yang lebih superior. Pola kerjasama antara Rusia dan Kazakhstan cenderung memperlihatkan upaya Rusia untuk mencapai kepentingan nasionalnya terhadap Kazakhstan. Melalui strategi politik energi yang telah dijelaskan oleh penulis. Dapat dilihat dan diukur tingkat keberhasilan strategi tersebut melalui ukuran pencapaian power Rusia terhadap Kazakhstan. Kepentingan nasional dimaknai sebagai upaya negara untuk mengejar power. Power diaknai tidak semata-mata sebagai kekuatan dalam bentuk represif seperti kekuatan militer. Namun, power juga dimaknai potensi-potensi yang dimiliki untuk mempengaruhi negara lain. Politik energi yang dijalankan Rusia di Kawasan Asia Tengah secara umum, dan khususnya Kazakhstan merupakan strategi Rusia dalam menjaga kepentingan nasional terhadap Kazakhstan. Adapun ukuran kepentingan nasional tersebut dapat kita ukur melalui pencapaian terhadap dua hal, yaitu di bidang ekonomi dan politik. Di bidang ekonomi, kepentingan Rusia adalah untuk menjaga keunggulan mereka sebagai aktor tunggal dalam pasar produsen dan distributor gas alam di Eropa. Melalui strategi penguasaan terhadap jalur distribusi gas. Rusia mampu menekan Kazakhstan agar menjual gas alamnya kepada Gazprom, perusahaan gas alam milik Rusia. Rusia juga memanfaatkan isu jalur distribusi energi sebagai tekanan agar Kazakhstan bersedia menandatangani kontrak kerja sama eksplorasi gas alam dengan Gazprom. 100 Jika Kazakhstan berhasil mengembangkan jalur pipa gas yang tidak terhubung dengan pipa gas milik Rusia. Maka Rusia akan memiliki kompetitor dan akan berdampak buruk terhadap harga gas alam di pasaran. Rusia juga mencoba merangkul negara penghasil gas alam di Kawasan Asia Tengah dengan mendirikan aliansi negara produsen gas alam. Dalam aliansi ini, Rusia menjanjikan adanya kerjasama dan pendampingan bagi negara naggota dalam proses eksplorasi, produksi dan distribusi gas alam. Namun, di lain pihak Rusia menekankan pentingnya negara anggota untuk memenuhi standar harga dan operasional yang telah ditetapkan oleh Rusia. Hal ini untuk mencegah jatuhnya harga gas alam dunia. Selain itu, Rusia ingin mengamankan kepentingan nasionalnya terhadap gas alam yang selama ini telah digunakan Rusia sebagai instrumen politik luar negeri dalam interaksinya dengan negara konsumen gas alam Rusia terutama di Eropa. Hal ini penting, mengingat jalur pipa gas alam milik Rusia adalah satu-satunya jalur pipa gas yang membawa gas alam negara-negara Asia Tengah menuju ke Eropa. Rusia merangkul negara-negara produsen agar tidak bekerjasama dan membuka jalur pipa gas baru yang dapat menandingi atau menjadi rival dari gas alam Rusia di Eropa. Kondisi serupa juga terjadi pada proses ekplorasi, produksi dan distribusi minyak bumi milik Kazakhstan. Dengan memanfaatkan isu jalur distribusi minyak utama Kazakhstan yang berada di bawah penguasaan Transneft. Rusia menekan pemerintah Kazakhstan agar memberikan bagian pada Rosneft dalam hal eksplorasi dan produksi minyak bumi Kazakshtan. Terutama pada sumur minyak 101 baru di Kawasan Laut Kaspia. Isu sengketa perbatasan juga dimanfaatkan Rusia terutama untuk menguasai wilayah kaya minyak di beberapa titik di Laut Kaspia. Jumlah uang sebesar US$ 525 Million dibayarkan pemerintah Kazakhstan ke Rusia dalam bentuk pajak, fee, dan dana kemanusiaan sepanjang tahun 20002008.87 Selain itu, melalui kepemilikan sahamnya di CPC Rusia menekankan keharusan dilibatkannya perusahaan Rusia dalam berbagai bentuk pekerjaan di CPC seperti pengawasan, kontraktor dan pengadaan logistik. Pada industri minyak bumi, Rusia melalui perusahaan minyak negara seperti Rosneft, dan Sibneft melakukan upaya penguasaan terhadap aktivitas eksplorasi dan produksi minyak bumi Kazakhstan. Rusia tidak mau mengulangi kesalahaan seperti di Tengiz. Ladang minyak terbesar milik Kazakhstan yang dikelola bersama oleh TengizMunayGaz, Chevron dan Exxon. Rusia meberikan perlindungan kepada perusahaan minyak Rosneft melalui pendekatan Government to Government. Sehingga, Perusahaan minyak milik Rusia tersebut bisa bersaing dengan perusahaan asing. Terutama untuk pengelolaan ladang minyak Kazakhstan di Wilayah Laut Kaspia. Serangkaian kepentingan ekonomi bisnis diatas jika dianalisis lebih jauh akan menggambarkan persepsi Pemerintah Rusia, terutama Presiden Vladimir Putin akan pentingnya penguasaan terhadap lingkungan Kawasan Asia Tengah. Terutama Kazakhstan sebagai negara yang berbatasan langsung dengan wilayah teritorial Rusia. Kedekatan Pemerintah Kazakhstan dengan pihak Barat atau USA 87 Ariel Cohen, op.cit., Hal. 2. 102 terlihat jelas dari iklim investasi yang liberal. Kondisi ini memungkinkan perusahaan asing menanamkan investasi di industri migas Kazakhstan. Presiden Vladimir Putin melihat fenomena ini sebagai ancaman atas keamanan Rusia. Apabila negara di Kawasan Asia Tengah yang berbatasan langsung dengan Rusia membangun kerja sama yang erat dan mengarah pada kerja sama di bidang militer. Pada kasus Kazakhstan, pemerintah putin berhasil memaksa Presiden Nuzultan Nusurbaev agar menjaga sikapnya terhadap masuknya pengaruh asing di Kawasan terutama USA dan sekutunya dari Eropa. Peristiwa konfrontasi militer antara Georgia yang mendapatkan dukungan dari negara barat melawan Rusia menjadi gambaran jelas akan kekhawatiran Putin. Pendekatan politik energi dengan menggunakan instrumen energi sebagai tools dalam polugri Rusia terhadap Kazakhstan merupakan sebuah keberhasilan Presiden Vladimir Putin. Presiden Vladimir Putin meninggalkan instrumen doktrin ideologi dan kekuatan militer untuk menjaga hubungan dan pengaruhnya kepada Kazakhstan. Dari sisi kepentingan nasional Rusia, hal ini menjaga Kazakhstan tetap di bawah pengaru Rusia secara politik. Sekaligus, menjadi partner bisnis yang menguntungkan dalam hal industri migas. Efektivitas dari politik energi yang dijalankan Rusia di Kawasan Asia Tengah, khususnya Kazakhstan dapat dilihat dari keuntungan yang dicapai Pemerintah Rusia dalam dalam bidang ekonomi dan politik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Holsti bahwa dengan Kazakhstan di bidang energi. Rusia mampu menggali profit secara maksimal. Sekaligus mempengaruhi pengambilan keputusan dan sikap Pemerintah Kazakhstan. Sebagaimana yang dikemukakan 103 Holsti bahwa semakin terpadu sebuah sistem hierarkis, maka semakin sedikit ruang gerak pilihan atau kebebasan bertindak bagi anggota yang lebih lemah dalam sistem. Rusia melalui keunggulannya dalam bidang geografis mampu menyusun konsep geopolitik dengan melihat kondisi internal dan peluang eksternal negara. Dnegan memanfaatkan instrumen energi terutama jalur distribusi, Rusia berhasil memebrikan sedikit ruang gerak dan pilihan bagi Kazakhstan. Sehingga, Kazakhstan akan lebih memilih untuk bekerjasama dan mematuhi peraturan yang dibuat oleh Pemerintah Rusia. Rusia berhasil menjaga posisinya sebagai Pemimpin Kawasan tanpa harus menggunakan instrumen militer secara berlebihan. Rusia menjaga agar wilayah Asia Tengah, tetap menjadi Kawasan yang bebas dari intervensi negara asing baik dalam bidang politik ataupun militer. Hal ini penting mengingat posisi Kawasan Asia Tengah yang sangat strategis dari sudut pandang keamanan Rusia. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa penggunaan isu energi sebagai tools dalam polugri memiliki keunggulan. Bagi negara yang mampu menilai dan memanfaatkan nilai strategisnya di bidang geografi dan juga mampu melihat peluang dari nilai strategis negara di sekitarnya. Politik energi mampu memberikan bentuk interaksi yang lebih baik. Namun tidak mengurangi kemampuan negara tersebut untuk mempengaruhi dan menjaga kebijakan negara lain agar tetap memenuhi kepentingan dalam negerinya. Seperti yang dilakukan Rusia di bawah Presiden Vladimir Putin terhadap Kazakhstan sepanjang dua kali periode pemerintahan Presiden Vladimir Putin (2000-2004 dan 2004-2008). 104 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kazakhstan memiliki nilai yang sangat strategis terhadap kepentingan nasional Rusia. Posisi geografi Kazakhstan yang berbatasan langsung dengan Rusia menjadi salah satu alasan utama bagi Rusia agar menjaga kedekatan dan pengaruhnya terhadap Kazakhstan. Dari bidang ekonomi, Kazakhstan menjadi partner ekonomi yang menguntungkan bagi Rusia. Potensi migas yang besar yang dimiliki Kazakhstan menjadi peluang ekonomi bagi Rusia melalui perusahaan negara di bidang energi seperti Gazprom, Rosneft dan Transneft 2. Rusia sebagai sebuah negara mampu menempatkan sumber daya alam di bidang energi sebagai sebuah tools dalam politik luar negeri.Strategi yang ditempuh Rusia adalah dengan mereklaim aset yang dimiliki oleh negara untuk kemudian dipergunakan sebagai media dalam berinteraksi dengan negara lain. Pemerintah Rusia melakukan sinergi kebijakan sehingga Perusahaan milik Rusia di bidang Energi mendapatkan kemudahan dan keistimewaan dalam berinteraksi dan bekerjasama dengan negara lain. B. Saran 1. Hendaknya negara-negara Eropa melakukan Diversifikasi energi agar dapat menghilangkan ketergantungannya yang sangat tinggi terhadap 105 gas alam dari Rusia. Kondisi ini menyebabkan Negara-negara Eropa menjadi sangat rapuh dan bergantung terhadap Rusia 2. Kazakhstan hendaknya mampu menjalin kerja sama dan membuka jalur ekspor minyak bumi dan gas alam kepada negara selain Rusia. Hal ini untuk mencegah ketergantungan Kazahstan terhadap Rusia. Juga untuk menjaga bargaining position Kazakhstan terhdap Rusia di bidang harga gas dan minyak bumi. 3. Rusia hendaknya memanfaatkan keunggulan di bidang sumber daya energi untuk mengembangkan industri strategis lainnya. Tidak sematamata menggantungkan pendapatan negara pada sektor migas. 106