View/Open - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kesadaran akan pentingnya pasokan energi telah sampai pada tingkat yang
tinggi dalam agenda politik global. Hal tersebut diakibatkan oleh munculnya
fenomena bahwa pertumbuhan kebutuhan terhadap pasokan energi khususnya,
minyak bumi, tidak lagi seimbang dengan pasokan yang mampu diproduksi.
Perkembangan ini, mengakibatkan terjadi perubahan drastis dalam dunia
hubungan internasional dalam beberapa dasawarsa terakhir. Negara-negara barat
yang merupakan negara industri maju dengan konsumsi energi yang besar mulai
memasukkan agenda keamanan pasokan energi dalam perumusan kebijakan
politik luar negeri mereka.
Tren harga minyak bumi yang cenderung meningkat sangat dipengaruhi
oleh stabilitas politik dan keamanan di wilayah-wilayah penghasil minyak utama
dunia, seperti Timur Tengah dan Laut Kaspia. Embargo minyak disadari telah
menjadi senjata yang menakutkan sekaligus ancaman yang serius bagi negara
importir minyak besar seperti USA atau negara-negara industri yang sangat
bergantung pada pasokan minyak dari luar negeri. Pentingnya posisi minyak bumi
mengakibatkan penggunaan instrumen militer dan kekerasan dalam membenarkan
upaya negara untuk menjaga pasokan energi terutama minyak bumi. Hal itu
disadari betul oleh Perdana Menteri Prancis pada Perang Dunia 1, Georges
1
Clemenceau. Clemenceau mengeluarkan pernyataannya yang terkenal yaitu “One
droop of oil is worth on droop of blood of our soldier”1
Hal ini disadari betul oleh Presiden Prancis Nicolas Sarkozy yang turun
langsung untuk menengahi konflik antara Rusia dan Georgia (2008) yang
berimplikasi pada tersendatnya pasokan minyak dan gas bumi dari wilayah Asia
Tengah ke Eropa. Minyak bumi atau sumber energi lain kemudian memiliki
bargaining position yang cukup kuat dalam peta politik internasional. Negaranegara yang mampu mengelola sumber daya alam yang mereka miliki dalam
bidang energi dengan baik, mampu berbicara banyak dan cenderung bersikap
independen dalam forum-forum internasional.
Energi atau bahan bakar selalu memiliki peranan yang sangat besar dalam
perkembangan ekonomi dan teknologi suatu peradaban. Bahan bakar di dalam
Manual Statistik Energi didefenisikan sebagai suatu zat yang dibakar untuk
menghasilkan panas atau tenaga.2 Panas ini kemudian diperoleh dari proses
pembakaran dimana karbon dan hidrogen pada bahan bakar bereaksi dengan
oksigen dan melepaskan panas. Bahan bakar yang diproses baik dengan cara
mekanis ataupun listrik kemudian menghasilkan energi. Istilah energi sendiri, di
dalam statistik energi merujuk hanya pada panas dan tenaga3, tetapi secara bebas
juga digunakan oleh banyak pihak untuk mencakup bahan bakar.
Wilayah Asia Tengah, terutama di sekitar Laut Kaspia telah lama dikenal
sebagai wilayah yang kaya akan sumber energi fosil. Salah satu wilayah penghasil
1
http://www.nytimes.com/books/first/m/malcomson-drop.html diakses pada tanggal 6
Maret 2013
2
, 2005, Manual Statistik Energi, Jakarta: International Energy Agency (IEA),
hal. 17
3
Ibid.
2
minyak bumi utama adalah daerah Baku yang kini berada di wilayah negara
Azerbaijan. Penambangan minyak bumi di wilayah Baku itu sendiri, sudah
dimulai sebelum berdirinya Uni Soviet. Produksi minyak bumi di kawasan ini,
pernah menempatkan Kerajaan Rusia sebagai pengekspor minyak bumi terbanyak
di dunia pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Potensi yang sedemikian
besar ini kemudian menjelaskan betapa pentingnya kawasan Asia Tengah
terhadap pasokan minyak dan gas dunia. Bahkan hingga saat ini, pasca runtuhnya
Uni Soviet potensi ini menjadi rebutan dari negara-negara barat yang mencoba
mengamankan pasokan energi untuk negaranya.
Rusia dan Kazakhtan berasal dari negara yang sama, Uni Soviet. Namun,
runtuhnya Uni Soviet menjadikan negara-negara yang di bawah kekuasaannya
berusaha melepaskan diri dan menyatakan kemerdekaannya masing-masing.
Rusia, merupakan negara pecahan Uni Soviet terbesar, dan menguasai lebih dari
50% aset dari Uni Soviet. Sedangkan Kazakhtan merupakan negara pecahan Uni
Soviet dengan wilayah terluas di Kawasan Asia Tengah. Hal tersebut menjadi
alasan yang rasional apabila masing-masing negara berupaya untuk mengamankan
kepentingan nasionalnya masing-masing.
Rusia sebagai negara pecahan Uni Soviet terbesar memiliki keuntungan
sekaligus kerugian. Keuntungannya adalah Rusia mewarisi lebih dari 50%4 aset
yang ditinggalkan Uni Soviet. Sedangkan kerugiannya adalah Rusia sebagai
sebuah negara mengalami kevakuman ideologi, identitas, dan politik. Kevakuman
4
Marshall I. Goldman, 2008, PETROSTATE : Putin, Power and The New Russia, New
York: Oxford University Press, hal. 15
3
ideologi pasca runtuhnya Uni Soviet terlihat jelas dari kondisi dalam negeri. Rusia
kemudian tidak memiliki ideologi negara yang jelas, antara menjaga ideologi
komunis peninggalan Uni Soviet atau menerima idelogi liberal yang ditawarkan
negara barat.
Hal tersebut kemudian menyebabkan Rusia tidak memiliki identitas yang
jelas, termasuk dalam hal arah kebijakan ekonomi. Kurangnya kontrol negara
terhadap asetnya dan privatisasi besar-besaran menyebabkan ketidakstabilan
ekonomi dan sosial. Disintegrasi negara-negara yang dulunya ada di bawah Uni
Soviet juga melahirkan kekacauan yang semakin memperkeruh kondisi Rusia. Hal
ini kemudian menjadi gambaran bagaimana pada saat itu Rusia tidak mampu
menjadi leader di antara negara-negara pecahan Uni Soviet.
Pembaharuan yang ditawarkan oleh Presiden Mikhael Gorbachev dan
penerusnya, Presiden Boris Yeltsin, tidak berhasil memperbaiki kevakuman yang
ditinggalkan Uni Soviet. Transisi ekonomi yang terlampau cepat dan sangat
berorientasi pasar, menempatkan negara sebagai korban dari para sekelompok
individu yang memanfaatkan kelemahan sistem negara dan kedekatan dengan
para petinggi militer Rusia. Individu-individu ini kemudian dikenal dengan
sebutan Oligark dan salah satu Oligark yang terkenal adalah Roman
Abrahamovich.5
Hal tersebut terlihat jelas dari penjualan aset-aset negara dengan harga
yang sangat murah kepada para oligark. Aset-aset penting negara seperti kilang
5
Simon Saragih, 2008, Bangkitnya Rusia Peran Putin dan EKS KGB, Jakarta: Penerbit
Kompas, hal. 82
4
minyak, tambang batu bara ataupun BUMN penting di bidang industri baja
diakusisi dengan harga yang murah akibat kerja sama para oligark dan pihak asing
yang memiliki motif ekonomi dan politik untuk melemahkan Rusia sebagai
pewaris terbesar Uni Soviet. Implikasi di bidang politik luar negeri, Rusia seolaholah menjadi negara yang kehilangan wibawanya. Disintegrasi yang dialami
negara-negara eks-Uni Soviet dan kehadiran investor asing di wilayah Eropa
Timur, Balkan, bahkan Asia Tengah menempatkan Rusia di posisi yang sangat
rawan.
Namun, pada masa kepemimpinan Presiden Vladimir Putin, upaya untuk
mengembalikan hegemoni Rusia sebagai negara yang disegani dalam peta politik
internasional kembali dimulai. Putin meninggalkan dua instrumen politik luar
negeri yang menjadi ciri khas Uni Soviet diera perang dingin, yaitu ideologi dan
militer. Dan lebih memilih menggunakan instrumen yang lebih soft, yaitu energi
sebagai metode untuk mengembalikan posisi Rusia dalam arena politik
Internasional. Selain itu juga untuk mengkonsolidasikan kembali negara-negara
pecahan Uni Soviet yang dari aspek geografi politik menjadi sangat strategis
dalam hal keamanan dan pertahanan Rusia.
Rusia dan Kazakshtan sendiri memiliki ikatan yang sangat kuat. Tidak
hanya berangkat dari faktor historis, Kazakhstan sebagai negara merdeka yang
independen merupakan negara pecahan Uni Soviet dengan wilayah terluas di
kawasan Asia Tengah. Hal tersebut menempatkan Kazakhstan merupakan mitra
yang sangat strategis bagi Rusia dalam bidang politik, keamanan, bahkan
ekonomi.
5
Potensi energi yang dimiliki Kazakhstan tergolong besar, dengan ekspor
minyak bumi merupakan peringkat ke-18 di dunia.6 Hingga saat ini, hubungan
tersebut tetap terjaga. Dari 89 wilayah administrasi yang dimiliki Rusia, 72
diantaranya memiliki hubungan ekonomi dengan Kazakhstan. Selain itu, Presiden
Kazakhstan yang berkuasa selama 20 tahun Nursultan Nazarbaev, merupakan
mantan sekertaris Partai Komunis dan Perdana Menteri Uni Soviet pada tahun
1986.7
Namun, hal yang perlu menjadi perhatian dari Kremlin adalah kebijakan
pemerintah Kazakhstan terhadap investasi asing. Pemerintah Kazakhstan
menetapkan kebijakan yang memungkinkan penguasaan swata terhadap kekayaan
negara di bidang energi. Sebagai contoh, adalah ladang minyak di wilayah Tengiz.
Ladang minyak di Tengiz merupakan salah satu proyek ladang minyak terbesar di
Kazakshtan. Blok Tengiz mampu memproduksi hingga 22 juta ton minyak
setahun. Blok yg mulai beroperasi sejak tahun 1993 ini dikelola oleh setidaknya
empat perusahaan dan tiga diantaranya perusahaan swasta Exxon Mobile,
ChevronTexaco, dan Lukarko yang jika digabungkan kepemilikan sahamnya
mencapai 80%.8
Upaya yang dilakukan Rusia di bawah kepemimpinan Presiden Vladimir
Putin untuk menjaga hubungan tersebut adalah dengan memanfaatkan
peninggalan dari Uni Soviet. Isu transportasi dan infrastruktur dalam bidang
6
, “Kazakhstan”, diakses dari https://cia.gov/library/publications/the-worldfactbook/geos/kz.html pada 12 Mei 2012
7
Ariel Cohen 2006, Kazakhtan: Energy Cooperation with Russia, Oil, Gas, and Beyond,
London: Global Market Briefing , hal. 2
8
Ibid., hal. 13
6
energi menjadi tools dari Rusia untuk menjaga kontrolnya di Kawasan Asia
Tengah terutama dalam bidang energi.
CPC atau (Caspian Pipeline Consorsium) merupakan contoh penggunaan
energi sebagai instrumen politik luar negeri Rusia terhadap Kazakhtan. Melalui
CPC, Rusia mampu mengontrol volume ekspor minyak Kazakhtan, dalam
tingkatan yang lebih tinggi, Rusia memanfaatkan CPC sebagai tools untuk
menentukan pengambilan kebijakan Pemerintah Kazakhtan dalam hal investasi
asing dan kerja sama dengan negara barat.
Gambar 1.1 Peta Jalur CPC dari Kazakhtan ke Rusia
Sumber : Ariel Cohen. Kazakhtan: Energy Cooperation with Russia, Oil, Gas, and Beyond,
2006, London: Global Market Briefing, hal. 14
Penggunaan elemen politik energi terutama isu transportasi dan
infrastruktur sebagai instrumen Politik Luar Negeri Rusia di Kawasan Asia
Tengah, khususnya terhadap Kazakhstan menggambarkan upaya dari Rusia untuk
mengubah paradigma Politik Luar Negeri Uni Soviet yang terkenal akan
instrumen ideologi dan militer. Politik energi terbukti lebih efisien dibandingkan
politik militer. Selain lebih menguntungkan dari segi ekonomi, penggunanaan
7
instrumen energi juga jauh lebih simpatik dalam memberikan pengaruh kepada
pihak lain. Dibandingkan dengan instrumen militer yang akan cenderung
menimbulkan protes dari dunia internasional.
Oleh karena itu, politik energi digunakan sebagai jalan bagi Rusia untuk
mencegah meluasnya pengaruh Amerika serikat dan Uni Eropa di Kawasan Asia
Tengah. Sekaligus sebagai sumber ekonomi yang potensial bagi Rusia. Hal
tersebut menjadikan politik energi menjadi hal yang penting untuk dikaji sebagai
bentuk instrumen dalam politik luar negeri. Bagaimana politik energi menjadi
instrumen penting dalam proses pencapaian Kepentingan Nasional Rusia di
Kawasan Asia Tengah. Oleh karena itu, penulis mengangkat judul “Politik Energi
Rusia di Kawasan Asia Tengah, (Studi kasus Kerjasama Energi RusiaKazakhstan).
B.
Batasan dan Rumusan Masalah
Kawasan Asia Tengah, terutama di sekitar Laut Kaspia merupakan daerah
salah satu wilayah penghasil minyak terbesar di dunia selain Timur Tengah dan
daerah Siberia. Oleh karena itu, negara-negara industri besar berupaya untuk
menanamkan pengaruhnya di wilayah ini. Sebagai upaya untuk menjaga
keamanan pasokan energi yang menjadi kepentingannya. Hal ini berpotensi
menjadi ancaman terhadap Rusia sebagai negara pecahan terbesar Uni Soviet.
Kawasan Asia Tengah, yang berbatasan langsung dan sangat strategis bagi
Rusia menjadi alasan yang jelas bagi Rusia untuk menjaga pengaruhnya di
Kawasan
Asia
Tengah.
Terpilihnya
Presiden
Vladimir
Putin
mampu
mengembalikan pengaruh dan wibawa Rusia di Kawasan Asia Tengah. Oleh
8
karena itu, penulis membatasi periode penelitian pada dua periode pemerintahan
Presiden Vladimir Putin yaitu dari tahun 2000-2004 dan 2004-2008.9
Sedangkan pada bidang energi, penulis mengkhususkan penelitian pada
kerjasama Rusia dan Kazakhstan di bidang minyak bumi, gas alam Penulis
memilih hal tersebut karena merupakan komoditas energi utama dunia saat ini.
Adapun penjelasan dari batasan masalah yang dijelaskan oleh penulis akan
dianalisis dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Apakah arti penting Kawasan Asia Tengah, khususnya Negara
Kazakhstan terhadap kepentingan nasional Rusia?
2.
C.
Sejauhmana efektivitas strategi politik energi Rusia di Kazakhstan ?
Tujuan dan Kegunaan
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Mengetahui dan menjelaskan kepentingan nasional Rusia di
Asia Tengah, khususnya Kazakhstan.
b. Mengetahui dan menjelaskan sejauh mana efektivitas strategi
politik energi Rusia
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi
mahasiswa atau penggiat kajian ilmu hubungan internasional
9
Simon Saragih, 2008, Bangkitnya Rusia Peran Putin dan EKS KGB, Jakarta: Penerbit
Kompas, hal. 82
9
dalam mengkaji energi sebagai instrumen dalam politik luar
negeri suatu negara.
b. Sebagai bahan kajian bagi para peneliti yang tertarik untuk
mempelajari dan meneliti bidang energi.
c. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah Indonesia dalam
merumuskan kebijakan negara di bidang energi.
D.
Kerangka Konseptual
Negara merupakan aktor utama dalam kajian ilmu hubungan internasional.
Sebagai institusi yang bergerak secara rasional. Negara diharuskan untuk
memenuhi kepentingan nasional sebagai konsekuensi dan salah satu tujuan dari
terbentuknya negara.
Kepentingan nasional merupakan tujuan dan faktor penentu akhir yang
mengarahkan para perumus kebijakan suatu negara dalam menentukan dan
menarik kebijakan politik luar negerinya.10 Sebagai gambaran, Interaksi yang
tercipta antara USA dan Kerajaan Saudi Arabia. Meskipun memiliki perbedaaan
fundamental dalam kultur, struktur pemerintahan serta budaya politik. USA tetap
menjaga hubungannya yang baik dengan Arab Saudi. Hal ini diakibatkan
kepentingan nasional USA untuk menjaga pasokan minyak dari Arab Saudi ke
USA.
10
Dr. Yanyan Moh. Yan dan Dr. Anak Agung Banyu Perwita, 2006, “Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional”. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, Hal. 35.
10
Penganut realis berupaya menjelaskan kepentingan nasional sebagai upaya
negara untuk mengejar power. Power dalam hal ini dimaknai sebagai hal-hal yang
dapat menjaga dan mengembangkan kontrol suatu negara terhadap negara lain.
Adapun untuk mengukur sejauh mana power tersebut berhasil, dapat kita lihat
melalui indikator-indikator power baik yang bersifat tangible
seperti jumlah
penduduk, potensi geografis, kapabilitas ekonommi, kekuatan militer, stabilitas
politik dan kepiawaian diplomasi internasional. Power juga bersifat intangible
seperti moral penduduk, kepercayaan terhadap pemerintah dan bentuk
kepemimpinan dan pemerintahan.
Sebuah negara harus dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh dari
sumber daya alamnya dan sumber daya manusianya. Kedua faktor tersebut
menjadi saling mempengaruhi satu sama lain. Pada prosesnya, masing-masing
negara di dunia kemudian memiliki cirinya masing-masing. Dalam ilmu hubungan
internasional, goegrafi politik merupakan satu sub unit kajian ilmu hubungan
internasional yang secara khusus membahas relasi antara kondisi fisik dan
perilaku politik negara.
Adapun definisi Geopolitik adalah11,
“Kajian terapan hubungan antara ruang geografis dengan politik. Jadi
geopolitik mengkaji impak resiprokal antara pola ruang (spatial)—core
dan periphery, territory dan lokasi—dengan keadaan diwilayah tertentu—
sosial atau politik, misalnya—dalam suatu wilayah, ide politik, lembaga
dan transaksi.”
Pada tingkatan yang lebih tinggi, geopolitik seringkali menjadi acuan
dalam pengambilan kebijakan atau penyusunan rencana geostrategis suatu negara.
11
Yulius P. Hermawan, dkk, 2007, Transformasi dalam Studi Ilmu Hubungan
Internasional: Aktor, Isu, dan Metodologi, Yogyakarta: Graha Ilmu, hal. 185
11
Kondisi lingkungan geografis negara tidak hanya menyangkut internal negara
tersebut. Namun, juga termasuk kondisi geografis di sekitar negara tersebut.
Perbatasan, batas negara dan lingkungan geografis lainnya akan berpengaruh
dalam gerak-gerak negara di bidang politik luar negeri untuk mencapai
kepentingan nasional negara.
Politik luar negeri merupakan jalan atau metode yang dipilih suatu negara
untuk menunjukkan eksistensinya atau mencapai tujuannya di dunia internasional.
Politik luar negeri, sebagaimana didefenisikan oleh Walter Calsnaes yaitu,
“Tindakan-tindakan yang diarahkan ke tujuan, kondisi dan aktor (baik
pemerintah atau non pemerintah) yang berada di luar wilayah teritorial
mereka dan yang ingin mereka pengaruhi. Tindakan-tindakan tersebut
diekspresikan dalam bentuk tujuan-tujuan, komitmen dan/atau arah yang
dinyatakan secara eksplisit dan yang dilakukan oleh wakil-wakil
pemerintah yang bertindak atas nama negara/komunitas yang berdaulat.”12
Politik luar negeri menjadi bentuk pengejawantahan dari kebijakan
pemerintah negara dalam berinteraksi dengan pihak di luar wilayah teritorial
negara. Oleh karena itu, dalam proses perumusannya, Politik luar negeri harus
memperhitungkan kondisi internal dari negara. Salah satunya adalah kondisi
geografis negara tersebut. Potensi geografis dan isinya merupakan aset atau bisa
menjadi bargaining point dalam interaksinya dengan negara lain. Termasuk
keberadaan sumber daya alam seperti minyak bumi dan gas alam yang merupakan
bahan bakar utama di dunia dewasa ini.
Bahan bakar fosil telah menjadi bagian yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Tingkat ketergantungan yang tinggi menyebabkan lonjakan
12
Walter Carlsnaes dalam Abubakar Eby Hara, 2011, Pengantar Analisa Politik Luar
Negeri, Bandung: Nuansa, hal. 13
12
kebutuhan. Namun, ini tidak ditunjang dengan meningkatnya pasokan bahan
bakar terutama minyak bumi. Hal tersebut mendorong energi sebagai salah satu
concern dalam dunia hubungan internasional.
Dalam menempatkan isu energi sebagai tools dalam politik luar negerinya
sebuah negara harus mampu merumuskan potensi yang dia miliki. Minyak,
sebagai komoditas energi utama saat ini mampu menjadi magnet politik yang
mampu mempengaruhi interaksi aktor dalam dunia hubungan internasional.
Menurut Alexander Betts konsekuensi politik suatu negara akibat dari
ketergantungan akan minyak jelas meningkat ke dalam beberapa jalan/cara yang
berbeda. Sebagai contoh dalam konteks konflik ataupun perang antar negara
seringkali minyak bumi sebagai faktor pendorong terjadinya konflik tersebut
sebelum perang ataupun sesudahnya.13
Sedangkan menurut Peter Evans dalam oil politics bahwa pemerintah
harus mempunyai power agar dapat mengutamakan dukungan politik utama yang
dibutuhkan untuk operasi pasar ekonomi.14 Oil politics merupakan serangkaian
pola kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam menjaga keamanan domestiknya
di bidang energi. Dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya mencakup minyak
bumi sebagai komoditas energi utama. Tapi dapat juga diaplikasikan dalam
memandang gas alam dan batu bara sebagai komoditas energi selain mainyak
bumi.
, “The International Politics of Oil” dalam St. Anthony’s International Review,
Volume 2, Nomor 1, Mei 2006, hal 3
14
Ibid.
13
13
E.
Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang dipilih oleh penulis adalah deskriptif analitif. Penulis
terlebih dahulu menggambarkan strategi politik energi Rusia di Kawasan Asia
Tengah. Kemudian penulis menganalisis pengaruh politik energi terhadap
pencapaian kepentingan nasional Rusia di Kazakhstan
2. Jenis Data
Adapun jenis data yang dibutuhkan oleh penulis adalah data sekunder.
Data ini berupa dokumen resmi negara tentang strategi energi rusia dan dokumen
perjanjian kerja sama di bidang energi. Selain itu, penulis juga menggunakan data
statistik dari lembaga terkait mengenai hasil ekspor-impor minyak bumi, gas alam
dan batu bara di kawasan Asia Tengah, khususnya negara Rusia dan Kazakhstan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penulis menggunakan teknik pengumpulan data yaitu telaah pustaka
(Library Research). Penulis mengumpulkan data dari berbagai literatur kemudian
menganalisa data tersebut. Literatur ini berupa buku-buku, dokumen, jurnaljurnal, majalah, surat kabar, dan situs-situs internet maupun laporan-laporan yang
berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas.
Adapun tempat penelitian yang telah penulis kunjungi adalah :
1. Perpustakaan Daerah Sulawesi Selatan di Makassar
2. Perputakaan Pusat Universitas Hasanuddin di Makassar
3. Perpustakaan Universitas Fajar di Makassar
4. Perpustakaan BaKTI di Makassar
14
5. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Hasanuddin di Makassar
4. Teknik Analisa Data
Teknis analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis
data kualitatif. Penulis menggambarkan permasalahan berdasarkan fakta-fakta
yang ada, kemudian mengkorelasikannya satu sama lain. Hingga akhirnya
berdasarkan hal tersebut penulis merumuskan simpulan. Teknik analisis data
kualitatif
juga bertujuan menjadikan penjelasan lebih sistematis dan faktual.
Selain itu, melalui sifat dan fenomena yang diteliti dengan studi telaah pustaka
serta observasi menjadikan pendalaman terhadap studi penelitian permasalahan.
Adapun tabel dan angka-angka akan membantu memperkuat dan menjelaskan
analisis kualitatif.
5. Metode Penelitian
Metode penulisan yang digunakan penulis adalah metode deduktif, dimana
penulis terlebih dahulu menggambarkan secara umum, lalu kemudian menarik
simpulan yang bersifat khusus.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep Kepentingan Nasional
Negara sebagai suatu institusi politik yang berdaulat merupakan aktor
utama dalam dunia internasional. Negara dipandang sebagai sebuah institusi yang
lengkap. Negara disusun oleh aspek fisik dan aspek nonfisik yang saling menjaga
dan mengisi satu sama lain. Aspek fisik seperti wilayah teritorial, warga negara
atau penduduk dan sumber daya alam yang terkandung didalam wilayahnya.
Sedangkan yang dimaksud aspek non-fisik seperti aturan, hukum dan UU yang
menjadi landasan hukum sekaligus landasan filosofis dalam berjalannya proses
pemerintahan dan pengambilan kebijakan.
Sebagai aktor utama dalam dunia hubungan internasional, Negara-negara
bergerak dinamis dalam interaksinya. Sejak penandatanganan perjanjian
Westphalia yang menandai pengakuan negara berdaulat. Hingga saat ini, negara
mengalami perkembangan baik di dalam internal ataupun eksternalnya yang
saling mengikat dan mempengaruhi.
Perkembangan tersebut menjadi salah satu objek dalam kajian ilmu
hubungan internasional. Pola interaksi negara berkembang secara pesat. Baik
dalam hal metode, aktor yang bergerak di dalamnya ataupun isu-isu yang menjadi
perhatian dalam interaksi antar negara. Pembentukan aliansi yang dilatarbelakangi
oleh adanya ancaman negara lain di dalam Kawasan seperti di Eropa pada
pertengahan abad ke 19. Hingga munculnya Aliansi-aliansi atau IGO yang
16
menunjukkan ketidakmampuan negara untuk mengatasi isu-isu kontemporer
seperti traficking, transnational crimes dan isu lingkungan.
Seiring
perkembangan
metode
dalam
interaksi
dunia
hubungan
internasional. Kepentingan nasional selalu menjadi objek utama dalam
menganalisa interaksi antar negara. Perbedaan metode dan bentuk dipandang
sebagai cara. Sedangkan kepentingan nasional merupakan core dalam analisis
ilmu hubungan internasional. Ketidakmampuan negara dalam memenuhi
kepentingannya sendiri telah menjadi landasan dalam interaksi sejak berabad-abad
silam. Di era modern seperti saat ini, Perkembangan teknologi dan semakin
kompleksnya kebutuhan manusia menjadi pendorong utama dalam interaksi antar
negara.
Kepentingan nasional menjadi core sebab akan membantu memahami dan
menjelaskan perilaku negara dalam dunia internasional. Dr. Anak Agung Banyu
Perwita dan Dr. Yanyan Moch. Yani menjelaskan bahwa Kepentingan nasional
dapat dikatakan sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang
mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan
kebijakan luar negerinya.15
Untuk membantu menjelaskan pengertian tersebut, kita bisa mengambil
contoh kebijakan Amerika Serikat untuk mendirikan pangkalan militer di
Kawasan Asia Timur. Bentuk kebijakan Amerika Serikat berkembang dari
pembangunan pangkalan militer, bantuan ekonomi, hingga pendampingan
pembangunan armada militer terhadap negara sekutu Amerika Serikat di Kawasan
15
Dr. Yanyan Moh. Yan dan Dr. Anak Agung Banyu Perwita, 2006, “Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional”. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya, Hal. 35.
17
seperti Korea Selatan, Jepang dan Taiwan. Namun, yang perlu disadari
kepentingan nasional Amerika Serikat di Kawasan tersebut tetap pada
menanamkan pengaruhnya di Kawasan untuk mencegah ekspansi yang dilakukan
pihak komunis dalam hal ini China dan Rusia. Kepentingan tersebut akan
bertahan. Bahkan cenderung berkembang ke bidang ekonomi dalam bentuk kerja
sama ekonomi dan pangsa pasar dari barang produksi Amerika Serikat.
Dalam ilmu hubungan internasional, kemampuan untuk mengetahui dan
menganalisa kepentingan nasional suatu negara akan menjadi kunci dalam
menjelaskan dan memahami serangkaian kebijakan luar negeri suatu negara.
Dalam cakupan selanjutnya, kepentingan nasional tersebut akan menjadi dasar
dalam pengembahan kepentingan negara yang paling vital, seperti pertahanan,
keamanan, militer dan kesejahteraan ekonomi.16
Penjelasan di atas bisa kita lihat dari pola kebijakan luar negeri Amerika
Serikat dalam menjaga hubungannya dengan pemerintah Saudi Arabia. Krisis
ekonomi pada dekade 70an akibat pengurangan produksi minyak negara Timur
Tengah sebagai protes atas dukungan negara barat terhadap Israel. Trauma atas
terulangnya peristiwa tersebut. Amerika Serikat membangun kebijakan luar negeri
yang mendekatkan Pemerintah Saudi dan Pemerintah Amerika Serikat. Amerika
Serikat menerapkan standar ganda dalam pola hubungannya dengan Pemerintah
Arab Saudi. Amerika Serikat yang mendorong proses demokratisasi dalam
interaksinya dengan negara lain berbalik cenderung mendukung sistem
pemerintahan monarki yang dianut Arab Saudi. Bahkan Amerika Serikat
16
Ibid.
18
membantu Saudi melalui bantuan luar negeri dalam bentuk pinjaman, alih
teknologi di bidang ekplorasi dan priduksi minyak bumi serta pembangunan
armada militer Kerajaan Saudi Arabia.
Fenomena diatas menunjukkan posisi kepentingan nasional dalam
perumusan kebijakan dan politik luar negeri suatu negara. Negara yang dalam
paradigma Realis dipandang sebagai institusi yang bergerak untuk mencapai
tujuannya dengan cara yang logis. Oleh karena itu, metode dan cara akan
disesuaikan dengan kepentingan dan situasi yang dihadapi negara demi mencapai
kepentingan nasionalnya.
Fenomena HI dewasa ini mendorong kepentingan nasional tidak lagi
menjadi bersifat politik semata. Perkembangan ilmu HI juga mendorong konsep
kepentingan
nasional
menjadi
bersifat
multidimensional.
Maksud
dari
multidimensional adalah adanya keterkaitan secara sistemik dalam aplikasinya
antara dimensi yang satu dengan dimensi yang lain. Selain itu pergeseran isu
keamanan dari state security menuju human security juga mendorong konsep
kepentingan nasional pada isu-isu kontemporer seperti lingkungan, kesejahteraan
dan kejahatan Transnasional.
Kepentingan nasional suatu negara akan ditentukan berdasarkan
kebutuhan dalam negeri negara tersebut dan pembacaaan terhadap lingkungan
internasionalnya. Untuk lebih mudah memahami, Robinson membagi klasifikasi
kepentingan nasional sebagai berikut.17:
17
. Jack S. Plano dan Ray Olton. 1990, Kamus Hubungan Internasional, Jakarta. CV. Abid. Hal. 7.
19
1. Primary Interest, kepentingan nasional terdiri atas wilayah, negara,
identitas politik, kebudayaan dan kelanjutan hidup bangsa terhadap
gangguan
dari
luar.
Kepentingan
primer
ini
tidak
pernah
dikompromikan. Semua negara mempunyai kepentingan serupa dan
kerapkali dicapai dengan pengorbanan yang tidak sedikit.
2. Secondary Interest, kepentingan yang berada diluar primer tetapi
dianggap penting dan mendukung kepentingan primer.
3. Permanent Interest, kepentingan yang bersifat konstan dalam jangka
waktu yang lama
4. Variable Interest, merupakan suatu kepentingan yang bersifat
kondisional dan dianggap penting sebagai kepentingan nasional pada
suatu waktu tertentu.
5. General Interest, Kepentingan yang dapat diberlakukan untuk banyak
negara dan cenderung serupa dalam bidang khusus seperti bidang
ekonomi atau perdagangan.
6. Spesific interest, kepentingan yang lebih bersifat khusus dan spesifik
yang cenderung berbeda berdasarkan kebutuhan dan kondisi negara.
Sebagai sebuah konsep, kepentingan nasional suatu negara akan menjadi
dasar begi peneliti ilmu hubungan internasional dalam menganalisis dan
menjelaskan kebijakan suatu negara. Dalam lingkup lebih luas dapat membantu
menjelaskan fenomena yang terjadi dalam sistem dunia hubungan internasional
secara lebih luas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mochtar Mas’oed.
20
Bangsa-bangsa di dunia ini berinteraksi diantara mereka merupakan
sistem, Struktur sistem itu dan perubahan-perubahan yang dialaminya
selama ini telah menentukan perilaku aktor-aktor hubungan internasional
yang terlibat di dalamnya. Sistem sebagai lingkungan internasional telah
menentukan perilaku negara bangsa.
Oleh karena itu, akan sangat penting untuk memahami kepentingan
nasional suatu negara sebagai landasan dan latar belakang kebijakan suatu negara.
Duni hubungan internasional yang berkembang semakin pesat juga mendorong
berkembangnya kebutuhan negara. Namun, akan ada hal-hal prinsipil yang tidak
bergeser dan akan menjadi kepentingan nasional utama masing-maisng negara
dalam berinteraksi. Sebagai sebuah tujuan yang akan menjadi dasar dalam
interaksi serta perumusan kebijakan luar negeri negara.
Mendefenisikan dan mengukur pencapaian kepentingan nasional suatu
negara lebih merupakan hal yang bisa diidentifikasikan dari pada harus diukur
secara kongkrit. Para penganut realis seperti K.J. Holsti menyamakan kepentingan
nasional sebagai upaya negara untuk mengejar power.18 Power itu sendiri adalah
segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol suatu negara
terhadap negara lain. Dalam penelitian ini, akan difokuskan pada kemampuan
Rusia untuk mempengaruhi kebijakan dan keberpihakan Pemerintah Kazakhstan.
B.
Konsep Geopolitik dan Geostrategis
Kemajuan teknologi telah mendorong manusia pada sebuah kondisi
dimana kendala-kendala ruang dan waktu tidak lagi menjadi masalah yang berarti.
Kondisi geografis dewasa ini, tidak lagi dilihat sebagai border atau batasan dalam
18
. K.J. Holsti. 1983. INTERNATIONAL POLITICS A Framework for Analysis. London.
Prentice-Hall. Hal. 140
21
pengembangan sebuah negara. Sebaliknya, dia kemudian dilihat sebagai potensi
dari sebuah negara untuk melakukan pencapaian tujuannya. Instrumen geografis
sejak dahulu kala telah menjadi objek kajian yang disadari atau tidak, mendasari
banyak peristiwa penting dalam dunia internasional.
Menurut Adrianus Harsawaskita geopolitik adalah,
“Kajian terapan hubungan antara ruang geografis dengan politik. Jadi
geopolitik mengkaji impak resiprokal antara pola ruang (spatial)—core
dan periphery, territory dan lokasi—dengan keadaan diwilayah tertentu—
sosial atau politik, misalnya—dalam suatu wilayah, ide politik, lembaga
dan transaksi.”19
Lebih lanjut Harsawaskita memberi penjelasan bahwa,
“Dalam studi Hubungan Internasional, geopolitik merupakan suatu kajian
yang melihat masalah Hubungan Internasional dari sudut pandang ruang
atau geosentrik. Konteks teritorial di mana hubungan itu terjadi bervariasi
dalam fungsi wilayah dalam interaksi, lingkup wilayah, dan hirarki aktor:
dari nasional, internasional, dan benua kawasan, juga provinsi atau lokal.
Di sini, geografi membatasi atau mengarahkan aktifitas negara.”20
Adapun definisi dari Political Geography adalah “study of political
proces, differing from political science only in emphassis given to georgraphical
influences and outcomes and in the aplication of spatial analysis technique”.21
Dari defenisi tersebut dapat dilihat bahwa instrumen geografi kemudian
dipandang sebagai faktor yang menentukan pilihan-pilihan dari strategis suatu
negara. Kajian geografi politik tidak lagi didasarkan pada fisis determinisme yang
menjadikan instrumen geografi sebagai penentu kekuatan utama sebuah negara.
Dalam perkembangannya muncul gagasan baru yang disebut aliran
Possibilisme yang dipelopori oleh Jean Brunhes (1869-1930), Albert Demangon
19
Yulius P. Hermawan, dkk, loc. cit
Ibid.
21
Martin John, dkk, 2004, An Introduction to Political Geography, Space, Place and
Politics, London: Routledge , hal. 4
20
22
dan Paul Vidal De la Bache (1845-1919). Aliran Possibilisme menekankan pada
negara tidak lagi sebagai “an organic political entitiy” tapi juga sebagai “The
collective consciousness of its citizens ”.22 Faktor geografis kemudian
ditempatkan sebagai sebuah faktor yang mempengarui kondisi suatu negara dalam
bidang politik, ekonomi maupun strategis. Namun, maju tidaknya suatu negara
dikembalikan kepada kemampuan dan kredibilitas manusia yang berdiam diri di
lingkungan tersebut.
Pengertian-pengertian yang telah dijelaskan di atas menunjukkan bahwa
negara merupakan sebuah identitas yang tidak bisa lepas dari perkembangan objek
studi geografi politik. Negara di dalam studi geografi politik merupakan sebuah
politically region yang di dalamnya kita mampu mengkaji bagaimana kondisi
geografis mempengaruhi kehidupan dan aktivitas politik maupun pengambilan
kebijakan di negara tersebut. Bagian-bagian negara yang dikaji dalam geografi
politik adalah seputar lokasi, luas dan bentuk wilayah suatu negara. Faktor lokasi,
luas dan bentuk negara seringkali dianggap sebagai bagian terpenting karena
“space is the integrating factor in goegraphy”. Space atau ruang melingkup
seluruh bagian yang terdapat di dalam wilayah suatu negara. Dari yang tampak di
atas bumi, hingga yang tersembunyi dalam perut bumi.
Ruang yang menjadi landasan kehidupan politik, ekonomi dan sosial suatu
negara. Dalam sejarah dipelajari bahwa negara-negara berperang untuk
memperebutkan ruang. Scramble of Africa merupakan perjanjian yang dilakukan
oleh negara-negara Eropa untuk membagi-bagi wilayah di Afrika. Hal tersebut
22
Sri Hayati dan Ahmad Yani, op. cit., hal. 11
23
menunjukkan bahwa ruang atau wilayah telah menjadi objek dalam dunia
hubungan internasional. Ruang dapat menjadi alasan sekaligus tujuan dalam
interaksi sebuah negara dalam dunia hubungan internasional.
Secara lebih jelas, terdapat tiga hal yang menjadi ruang lingkup dalam
mengkaji geografi politik yaitu Enviromental Relationship, National Power dan
Political Region.23 Lingkup kajian pertama Enviromental Relationship sebagai
menekankan pada hubungan antara kehidupan manusia dan lingkungan alamnya
akibat dari dorongan kehidupan dan keanekaragaman lingkungan masing-masing
negara. Prinsip ini merupakan paling tua yang dijadikan landasan dalam
pembentukan konsep
fisis determinisme hingga ke aliran
possibilisme
sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Lingkup kajian kedua adalah national power yang menekankan pada
pembangunan atau kekuatan negara. Prinsip ini dikembangkan oleh Ratzel yang
mencoba menggambarkan secara sistematis pengaruh lingkungan dalam
pembangunan ketahanan dan kekuatan nasional. Terdapat tujuh hukum
perkembangan (The Seven laws of The Expansion of States) menurut Alexander
dalam Abdurrachman (1987), yaitu24 :
1. Pertumbuhan ruang akan berbanding lurus dengan pertumbuhan
kebudayaan.
2. Pertumbuhan negara akan diikuti pertumbuhan di aspeklain seperti
aspek bisnis, perkembangan ide/pengetahuan, dan kegiatan keagamaan
23
24
Ibid.
Ibid.
24
3. Negara tumbuh melalui penggabungan dan penyerapan unit-unit yang
lebih kecil.
4. Wilayah perbatasan suatu negara menggambarkan pertumbuhan,
kekuatan, dan perubahan di negara tersebut.
5. Dalam proses pertumbuhannya, negara akan mencari wilayah politik
yang bermanfaat seperti garis pantai, lembah sungai, dataran rendah
yang kaya akan sumber daya.
6. Dorongan pertama untuk pertumbuhan teritorial akan datang dari
negara primitif yang berada di luar perbatasan, dan memiliki
peradaban yang lebih tinggi.
7. Proses penggabungan merupakan bentuk lain dari sebuah hasrat akan
ekspansi wilayah atau bisa dibilang penyebaran wilayah dan hasrat
untuk melakukan ekspansi akan terus menerus ada.
Prinsip yang ketiga, yaitu Political Region membahas geografi politik
lebih di sisi teoritis, seperti dasar, tujuan dan ruang lingkup geografi politik serta
pengorganisiran keruangan. Konsep dasar dari Political Region membahas
tentang pembagian wilayah administrasi, batas negara, dan masalah yang
berhubungan dengan pengawasan wilayah keruangan negara.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, perkembangan studi geografi
politik tidak lagi memandang negara faktor geografis sebagai penentu majutidaknya sebuah negara. Namun, faktor geografis lebih sebagai opsi-opsi yang ada
bagi manusia yang berada di wilayah tersebut untuk menentukan nasibnya sendiri.
Geopolitik sendiri sebagai sebuah terapan dari geografi politik dalam ranah yang
25
lebih praktis. Geopolitik harus dipandang sebagai sebuah pedoman dalam
pengembangan dan pemanfaatan kondisi georgrafis suatu negara.
Geopolitik sebagai terapan dalam georgrafi politik, meneliti unsur-unsur
untuk memperoleh data yang akan memberikan suatu konsep strategi nasional
sebagai bentuk kebijakan negara. Adapun unsur-unsur yang dimaksud adalah:
1. Lingkungan alam seperti bentuk-bentuk pulau (meliputi bentuk pulau,
iklim, cuaca, tanah dan terowongan).
2. Transportasi dan komunikasi atas manusia, barang-barang dan jasa
atau lebih tepat disebut “peredaran”.
3. Sumber-sumber ekonomi baik yang sudah dikerjakan ataupun yang
masih bersifat potensial, dan teknologi yang dimiliki negara dimana
sumber-sumber itu hendak dikerjakan.
4. Penduduk perseberangan dan sifat serta cirinya. Meliputi kejiwaan
bagian dan nasional.
5. Lembaga-lembaga politik dan alat politiknya.
6. Menyangkut ruang, yaitu meliputi lokasi, ikatan, dan batas-batas
mereka dipengaruhi ciri-ciri dari dalam dan hubungan keluar dari
lembaga politik.
Berdasarkan keenam unsur tersebut dapat disusun suatu konsep Geopolitik
yang mampu memberikan gambaran bagi negara dalam upayanya untuk
memaksimalkan potensi keruangan yang dimilikinya. Dengan demikian,
Geopolitik menunjukkan cara bagi negara untuk meluaskan pengaruhnya terhadap
26
wilayah-wilayah di luar perbatasannya baik itu dalam skala regional ataupun
dunia internasional.
Negara dalam proses menentukan geopolitiknya dapat berlandaskan pada
teori yang dikemukakan oleh Sir Halford Mac Kinder bahwa “perubahanperubahan yang terjadi di dunia telah mengarahkan pergeseran kekuatan di
dunia”.25 Mac Kinder kemudian membuat peta dunia dan membaginya dalam
region-region politik tertentu. Bagian terpenting dalam peta dunia yang dibuat
Mac Kinder adalah Pivot Area yang kemudian disebut Heartland. Pivot area ini
terbentang di sebagian besar wilayah Rusia di barat berbatasan dengan Eropa,
selatan berbatasan dengan kawasan timur tengah dan asia selatan, serta Cina di
Timur. Wilayah ini biasa juga kita kenal menjadi titik pertemuan yang membatasi
Benua Asia dan Eropa.
Mac Kinder selanjutnya berpendapat bahwa negara yang menguasai
wilayah ini akan berpeluang besar menjadi negara yang menguasa dunia dan
menjadi kekuatan besar dalam peta politik internasional. Berikutnya wilayah di
sekitar Heartland yang membentang dari Eropa barat hingga Asia timur disebut
wilayah bulan sabit dalam. Sedangkan wilayah diluarnya seperti Benua Amerika
dan Austronesia disebut Wilayah Bulan Sabit luar.26
Konsep lain yang bisa digunakan untuk menggambarkan fenomena
geopolitik di suatu kawasan juga bisa dianalisis melalui konsep Shetterbelt. Sir
Alfred Thayer Mahan mengemukakan bahwa “wilayah Shetterbelt ini sebagai
wilayah yang mengalami kondisi instabilitas, wilayah ini berada di antara Rusia
25
Martin John, dkk, op. cit., hal. 46
Ibid.
26
27
dan Inggris.”27 Dalam definisi yang operasional, shatterbelt adalah kawasan
strategis yang secara politis terfragmentasi menjadi wilayah persaingan antara
lingkup maritim dan lingkup kontinental.28
Perlu dipahami bahwa meskipun beberapa wilayah di dunia memiliki
tingkat konflik dan atomization (perpecahan) yang tinggi seperti perang, revolusi
dan kudeta, tetapi tidak semua wilayah itu dapat digolongkan sebagai Shetterbelt.
Wilayah Shetterbelt lebih dari sekedar wilayah penuh konflik tetapi juga playing
field dari dua atau lebih Powers yang berasal dari geostrategic realm yang
berbeda. Dalam internal wilayah ini, Major Power eksternal (dapat disebut
kekuatan maritim atau armada udara) berusaha menjadi Instrusive Power.
Sementara Major Power lokal yang merupakan negara di wilayah tersebut
berusaha menjadi kekuatan penyeimbang dalam hubungan power.29
Aspek geografis membentuk konsepsi tentang geopolitik dan geostrategi.
Paling tidak, aspek geografis memiliki tiga nilai strategis bagi kepentingan
keberlangsungan hidup. Pertama, geografi adalah area bermain bagi mereka yang
merancang dan melaksanakan suatu strategi. Kedua, geografi adalah parameter
fisik yang secara unik membentuk pilihan-pilihan teknologi,taktik, sistem logistik,
institusi, dan budaya militer suatu masyarakat. Dan ketiga, geografi merupakan
suatu inspirasi yang membentuk pemahaman bersama tentang perpolitikan dalam
batas-batas fisik geografis tersebut. Maka tidak heran Colin Gray mengatakan
bahwa “all politics is geopolitics, all strategy is geostrategy; geography is out
27
Yulius P. Hermawan, dkk, op. cit., hal. 188
Ibid.
29
Ibid.
28
28
there objectively as environment or terrain; geography also is within us, in here,
as imagined spatial relationship.”30
Jadi, strategi yang didasarkan atas kondisi geografi akan mampu
memberikan kekuatan kepada suatu negara atau masyarakat. Tanpa ini, maka
strategi yang lahir hanya akan memberikan perimeter pertahanan terakhir untuk
kelangsungan hidup. Geografi menyediakan ruang gerak dan keunggulankeunggulan tertentu dalam mengembangkan strategi dan kekuatan pertahanan.
Faktor manusia kemudian menjadi variabel penentu dalam mengolah informasi
geografis menjadi strategi (Geostrategis) atau kebijakan.
C.
Konsep Politik Luar Negeri
Menelaah
interaksi
dari
negara-negara
dalam
dunia
hubungan
internasional akan mengarahkan kita akan sebuah keasadaran akan perbedaan
sikap dan kepentingan yang dimiliki oleh masing-masing negara tersebut. Kondisi
dunia internasional yang cenderung anarkis menyebabkan setiap negara harus
memanfaatkan setiap potensi yang dimiliki untuk mencapai kepentingan
nasionalnya masing-masing.
Proses-proses mencapai tujuan tersebut terangkai dalam sebuah rentetan
perencanaan, kebijakan dan sikap yang sedikit banyak mencerminkan kekuatan
dan potensi yang dimiliki negara tersebut. Rentetan perencanaan hingga kebijakan
di forum-forum internasional tersebut bisa disebut sebagai politik luar negeri
suatu negara. Politik luar negeri, kemudian menjembatani batas wilayah dalam
Edy Prasetyono, “Sistem Pertahanan, Politik Luar Negeri, dan Globalisasi”, dalam
Jurnal Analisis CSIS, Volume 37, No. 3, September 2008, hal. 349
30
29
negeri dan lingkungan internasional. Politik luar negeri itu bisa berupa hubungan
diplomatik, mengeluarakan doktrin, membuat aliansi, mencanangkan tujuan
jangka panjang maupun jangka pendek.31
Defenisi yang lebih luas dan terukur diberikan oleh Christoper Hill yang
mengatakan politik luar negeri sebagai “jumlah hubungan resmi yang dilakukan
oleh aktor independen (biasanya negara) dalam hubungan Internasional” (Hill,
2003: 3).32 Walter Carlsnaes kemudian memberikan definisi yang dianggap
klasik dan detail yaitu :
“Tindakan-tindakan yang diarahkan ke tujuan, kondisi, dan aktor (baik
pemerintah maupun non-pemerintah) yang berada di luar wilayah teritorial
mereka dan yang ingin mereka pengaruhi. Tindakan-tindakan itu
kemudian diekspresikan dalam bentuk tujuan-tujuan, komitmen dan/atau
arah yang dinyatakan secara eksplisit dan yang dilakukan oleh wakil-wakil
pemerintah yang bertindak atas nama negara/komunitas yang berdaulat.”33
Lebih lanjut, Roeslan Abdul Gani juga mengemukakan argumen bahwa
“Politik Luar negeri tidak bisa dipandang berdiri sendiri dalam konteks kebijakan,
melainkan Politik Luar negeri dari tiap-tiap negara adalah lanjutan dan merupakan
refleksi dari politik dalam negeri tersebut.”34 Dengan demikian dapat ditarik
kesimpulan bahwa tujuan suatu negara dalam berinteraksi di dunia internasional
diharapkan dapat mengartikulasikan kepentingan dan kebutuhan di dalam negeri.
Lebih penting lagi, Politik Luar Negeri diarahkan pada upaya mengaitkan
kebijakan pembangunan nasional dengan langkah-langkah yang ditempuh di
tingkat internasional. Namun berbeda dengan politik dalam negeri, Politik Luar
31
K.J. Holsti dalam Abubakar Eby Hara, loc. cit.
Abubakar Eby Hara, ibid., hal. 14
33
Ibid.
34
Roeslan Abdul Gani, dalam Ganewati Wulandari dkk, 2008. Politik Luar Negeri
Indonesia di Tengah Pusaran Politik Domestik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Hal. 1
32
30
Negeri memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Dalam proses pengambilan kebijakan
para pengambil keputusan biasanya memiliki sedikit kontrol terhadap situasi dan
pengetahuan yang juga sangat terbatas.35
Dari beberapa defenisi diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
fokus utama dalam mengkaji Politik Luar negeri adalah untuk memperhatikan
intensi (maksud), pernyataan dan tindakan aktor yang diarahkan pada dunia
eksternal dan respon dari aktor-aktor lain terhadap intensi, pernyataan dan
tindakan ini.36
Dalam menjalankan politik luar negerinya, negara akan sangat dipengaruhi
oleh beberapa variabel yang saling terikat dan mempengaruhi. Morgenthau,
seorang penganut realisme klasik mengemukakan bahwa “negara-negara masih
dianggap memiliki tujuan dan aspirasi politik luar negeri sendiri dan tidak
sepenuhnya dipengaruhi oleh distribusi kekuasaan pada struktur internasional.”37
Morgenthau sadar bahwa “Politik luar negeri setiap negara tidak ada yang
identik, sebab masing-masing negara memiliki contextual imperative yang
berbeda-beda terkait dengan posisi geografis, sejarah, ekonomi, dan politik.”38
Morgenthau juga mengemukakan tentang tanggung jawab pemimpin dan arti
pentingnya peranan individu dalam politik luar negeri. Dia juga mendiskusikan
pentingnya “karakter nasional” sebagai suatu aspek kekuatan nasional yang
mempengaruhi politik luar negeri.
35
Abubakar Eby Hara, loc. cit.
Ibid.
37
Ibid., hal. 39
38
Ibid.
36
31
Holsti, yang juga dianggap sebagai penerus Realisme klasik pengikut
Morgenthau, mengejewantahkan lebih lanjut pandangan Morgenthau dengan
menyebutkan bahwa “Politik Luar Negeri suatu negara tidak semata-mata
mengikuti struktur internasional, strategi umum Politik Luar Negeri suatu negara
juga dipengaruhi oleh sifat dari keadaan domestik dan kebutuhan ekonomi.”39
Seperti Morgenthau, Holsti juga menyebutkan peranan pembuat keputusan
dalam mempersepsikan ancaman eksternal yang tetap terhadap nilai-nilai dan
kepentingan mereka akan sangat menentukan operasi Politik Luar Negeri suatu
negara. Juga faktor letak geografis, ciri-ciri topografi, potensi alam, menurut
Holsti adalah variable-variable yang mempengaruhi pilihan orientasi luar negeri.
Menurut Holsti, negara sebagai aktor memiliki tujuan-tujuan, aspirasi,
kebutuhan, sikap, pilihan, dan tindakan yang dipengaruhi atau terbentuk oleh
struktur kekuatan dan distribusi kekuasaan dalam politik internasional. Sejarah
menunjukkan bahwa tipe sistem internasional cenderung melahirkan konsekuensi
yang berbeda-beda bagi negara.40
Pada sistem hierarkis, ketaklukan dan ketergantungan merupakan orientasi
utama. Pada sistem kutub, negara yang mencari keselamatan dengan bersikap
non-blok atau isolasi biasanya gagal. Negara dijadikan negara vassal oleh para
pemimpin blok atau yang terburuk dibinasakan dan dimasukkan ke dalam wilayah
para pemimpin blok atau persekutuan. Misalnya pada struktur kutub sistem
Yunani, para sekutu Athena dan Sparta yang lebih kecil hanya mempunyai sedikit
alternatif dalam orientasi politik luar negerinya. Negara tersebut juga harus
39
Ibid.
K. J. Holsti diterjemahkan oleh M. Tahir Azhary, 1988, Politik Internasional Kerangka
Untuk Analisis Edisi Keempat Jilid Dua, Jakarta: Penerbit Erlangga, hal. 80
40
32
menjadi sekutu setia dan membayar upeti serta pajak atau menghadapi
pendudukan dari pemimpin blok.41
Holsti kemudian menarik sebuah hipotesa bahwa semakin terpadu suatu
sistem kutub atau hirarkis, maka semakin sedikit ruang gerak pilihan atau
kebebasan bertindak bagi para anggota yang lebih lemah dalam sistem itu.
Demikian juga peluang untuk mengubah orientasi dan peran menjadi sangat
terbatas.42
Lebih rinci, Holsti kemudian membagi empat komponen utama dalam
Politik Luar Negeri yaitu orientasi-orientasi politik luar negeri, peran-peran
nasional, tujuan-tujuan dan tindakan-tindakan. Orientasi-orientasi Politik Luar
Negeri sendiri kemudian dijelaskan menjadi tiga hal. Orientasi pertama disebut
isolasi, dimana untuk menjaga kepentingannya negara memilih sikap untuk
membatasi hubungan dan interaksinya dengan negara lain. Negara yang memilih
orientasi ini biasanya adalah negara yang merasa cukup sufisien secara ekonomi
dan sosial sehingga tidak membutuhkan bantuan dari negara lain. Isolasi Jepang
dan Amerika Serikat sebelum Perang Dunia I sebagai contoh.43
Orientasi kedua disebut non-alignment atau non-blok biasa juga
disamakan dengan netralitas. Penjelasan mengenai non-blok sering diberikan dari
sudut kebutuhan politik internasional pada negara yang memiliki rezim baru atau
negara yang baru mendapatkan kemerdekaan. Khususnya, di negara yang
memiliki keragaman etnis, agama dan bahasa atau sejarah pendudukan kolonial.
Sikap non-blok merupakan pengejewantahan terhadap sikap para pemimpin
41
Ibid.
Ibid.
43
Abubakar Eby Hara, op. cit., hal. 40
42
33
negara yang merasa trauma terhadap adanya negara besar dalam bentuk kutub
sebagai bentuk penjajahan baru atau sering disebut neo-imperialisme. Orientasi
non-blok, merupakan suatu cara untuk memberikan kebebasan dan saluran
nasionalisme. Akan tetapi, beberapa negara non-blok tradisional seperti Finlandia
dan Swiss tidak dapat dipahami dari sudut kebutuhan politik dalam negerinya.
Orientasi mereka cenderung bisa dipahami lebih baik jika dipandang dari letak
geografisnya (sikap Finlandia di perang dingin karena berbatasan dengan Uni
Soviet), ataupun Swiss yang secara tradisional telah menganut sikap netral sejak
tahun 1815.44
Orientasi ketiga adalah pembuatan koalisi dan pembangunan aliansi. Pada
sistem ini ada kesadaran dari negara-negara atas ketidakmampuan mereka dalam
memenuhi kebutuhannya atau menghadapi ancamannya. Selain itu, kekuasaan
coba didistribusikan secara luas kepada semua anggotanya. Persepsi ancaman
khusus seperti ancaman militer dapat membantu menjelaskan alasan dalam
membentuk aliansi. Selain itu, adanya kedekatan geografis, kesamaan ideologi
atau kesamaan ancaman.45 Pada dunia yang lebih kontemporer, adanya ancaman
yang berasal dari dalam negeri dan kemudian mempengaruhi negara lain juga bisa
menjadi alasan dari dibentuknya sebuah koalisi seperti penanggulangan isu
terorisme atau transnational crimes.
Komponen kedua menurut Holsti adalah peran-peran nasional dan
konsepsi tentang peran yang merupakan turunan dari komponen pertama dalam
Politik Luar negeri. Orientasi politik luar negeri sebuah negara kemudian akan
44
K. J. Holsti diterjemahkan oleh M. Tahir Azhary , op. cit., hal. 81
Ibid.
45
34
memberikan peran bagi negara tersebut baik dalam tingkatan regional atau dalam
struktur dunia internasional secara umum. Konsepsi peran nasional ini adalah
sebagaimana yang didefenisikan oleh para pembuat keputusan tentang komitmen,
aturan dan tindakan yang sesuai untuk negara.46
Tabel 2.1. Sumber Konsepsi Peran Nasional
Konsepsi Peran
Sumber
Banteng Revolusi, Liberator Prinsip ideologis, sikap antikolonial; keinginan akan kesatuan etnis
Pemimpin Kawasan
Kemampuan Unggul; kedudukan tradisional di kawasan
Pelindung Kawasan
Persepsi ancaman; letak geografis; kedudukan tradional
kebutuhan negara yang terancam
Pihak bebas Aktif
Ketakutan bahwa konflik blok akan menyebar; kebutuhan untuk
mengembangkan dengan semua negara; letak geografis
Pendukung Liberator
Sikap antikolonial;prinsip ideologis
Agen Antiimperialis
Persepsi ancaman; sikap antikolonial menurut pendapat umum;
prinsip ideologis
Pembela Keyakinan
Persepsi ancaman; prinsip ideologis; kedudukan tradisonal di kawasan
Mediator-integrator
Letak geografis; peran tradisional; komposisi budaya etnis negara;
ketidakterlibatan secara tradisional dalam berbagai
konflik
Kolaborator Kawasan
Kebutuhan ekonomi; rasa memiliki kawasan; tradisi politik-ideologis;
budaya bersama dengan negara lain; letak geografis
Pembangun
Urusan humaniter; beberapa konsekuens kesenjangan pembangunan
yang telah diantisipasikan; kemampuan ekonomi yang unggul
Jembatan
Letak geografis; komposisi multi etnis negara
Sekutu setia
Persepsi ancaman; kemampuan lemah; kebijakan tradisional;
kesesuaian ideologi
Pihak yang dilindungi
Persepsi ancaman; kemampuan lemah; kebijakan tradisional;
Sumber : Diolah dari______POLITIK INTERNASIONAL KERANGKA UNTUK
ANALISIS. 1983. Jakarta. K.J.Holsti alih bahasa M. Tahir Azhary. Hal. 82
Meskipun menurut Holsti belum ada metode yang betul-betul tepat untuk
mengukur peranan dan orientasi Politik Luar Negeri suatu negara disebabkan
tidak bisanya dipastikan kondisi A akan memberikan dampak B terhadap suatu
46
Abubakar Eby Hara, loc. cit.
35
negara secara umum. Lebih penting lagi, sebenarnya tidaklah mungkin mengukur
dampak relatif berbagai keadaan sistemik atau nasional untuk menjelaskan sebuah
orientasi khusus. Pada suatu kasus tertentu, semua faktor mungkin relevan, tetapi
belum ada cara yang tepat unruk mengukur betapa pentingnya faktor-faktor
tersebut. Berikut adalah sumber konsepsi peran nasional oleh Holsti47
Untuk lebih memudahkan memahami konsepsi peran nasional, dapat
diambil contoh sikap dari Perancis dalam permasalahan krisis ekonomi Eropa.
Sikap Presiden Nicholas Sarkozy yang cenderung bersedia pasang badan untuk
menanggulangi krisis ekonomi di Eropa menunjukkan peran Perancis sebagai
pemimpin kawasan. Dengan kondisi keuangan yang cenderung sehat dan
kedudukan tradisional di kawasan.
Tabel 2.2. Tipe-tipe Variabel yang Dikaitkan Dengan Konsepsi Peran Nasional
Variabel Umum
1. Kondisi Ekstrem
2. Atribut Nasional
3. Atribut
Sumber masing-masing
1. Persepsi ancaman
2. Perubahan penting dalam kondisi di luar negeri
1. Kemampuan lemah atau kuat
2. Pendapat dan sikap umum
3. Kebutuhan ekonomi
4. Komposisi etnis negara
1. Kebijakan atau peran tradisional
2. Pendapat dan sikap umum
3. Urusan humaniter
4. Prinsip Ideologi
5. Identifikasi kawasan : kesesuain nilai dengan negara lain
Sumber: Diolah dari____ POLITIK INTERNASIONAL KERANGKA UNTUK
ANALISIS. 1983. Jakarta. K.J.Holsti alih bahasa M. Tahir Azhary. Hal. 82
47
K. J. Holsti diterjemahkan oleh M. Tahir Azhary , op. cit., hal. 82
36
Jika dikumpulkan sumber-sumber dalam tabel di atas, maka dapat dibagi
menjadi tiga tipe variabel penjelas. Konsepsi peran negara akan sangat
dipengaruhi oleh tiga variabel berikut yaitu beberapa kondisi ekstrem, atribut
nasional, dan atribut ideologis atau sikap. Ketiga variabel ini kemudian diurai
menjadi beberapa point-point yang menjelaskan sumber dari konsepsi peran
nasional secara rinci.
D.
Konsep Politik Minyak (Oil Politics)
Ilmu
hubungan
internasional
sebagai
sebuah
kajian
mengalami
perkembangan yang sangat pesat pasca perang dingin. Cakupan dan bentuk
interaksi aktor-aktornya menjadi semakin luas dan kompleks. Kecenderungan ini
mendorong para praktisi ataupun akademisi ilmu hubungan internasional
berupaya untuk
menemukan perspektif-perspektif baru dalam menjelaskan
fenomena yang terjadi dalam dunia internasional. Fenomena interaksi di bidang
ekonomi-politik adalah salah satu bukti riil betapa pesatnya perkembangan ilmu
hubungan internasional. Beragamnya pola interaksi dari aktor-aktor (state dan
nonstate) yang terlibat di dalamnya memberikan beragam fenomena yang sangat
penting untuk dijelaskan dalam kerangka akademik.
Revolusi industri, hanyalah sebuah permulaan dari pergeseran kebudayaan
dan ledakan konsumsi masyarakat dunia secara umum. Kemampuan produksi
yang di dukung oleh mesin-mesin industri berkecepatan tinggi, meledaknya
jumlah penduduk dunia menjadi alasan meningkatnya kebutuhan kita akan
sumber daya alam. Kehidupan modern yang tidak bisa dilepaskan dari teknologi
37
mendorong terjadinya peningkatan konsumsi energi fosil secara besar-besaran.
Minyak bumi sampai saat ini masih merupakan bentuk energi fosil yang paling
populer. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal yaitu bentuknya yang lebih mudah
ditransportasikan, efisiensinya yang lebih tinggi serta produk penyulingannya
yang serba guna menjadi alasan kuat.
Hal ini menyebabkan minyak bumi kemudian dipandang tidak hanya
sebagai komoditas ekonomi yang menguntungkan. Lebih jauh, minyak bumi
menjadi sebuah magnet politik. Minyak bumi menjadi motif politik sekaligus
motivasi aktor-aktor dalam dunia hubungan internasional dalam proses interaksi
dan pencapaian kepentingannya. Bentuk aktivitas aktor hubungan internasional
yang didasari oleh kebutuhan atas penguasaan sumber-sumber minyak
membentuk pola yang seringkali melanggar batas-batas yuridiksi antar negara.
Bahkan mengancam stabilitas kawasan hingga dunia internasional. Serangkain
pola yang terbentuk ini kemudian dikenal dengan nama Oil Politics atau politik
minyak.
Menurut Alexander Betts, konsekuensi politik suatu negara akibat dari
ketergantungan akan minyak jelas meningkat ke dcama beberapa jalan/cara yang
berbeda. Sebagai contoh dalam konteks konflik ataupun perang antarnegara
seringkali minyak bumi sebagai faktor pendorong terjadinya konflik tersebut
sebelum perang ataupun sesudahnya.48 Dalam bagian yang lain, Mattew
Eagletown-Pierce49 menjelaskan akan minyak bumi sebagai sumber energi
potensial yang mampu menggerakkan politik suatu negara mendekati atau
, “The International Politics of Oil” dalam St. Anthony’s International Review,
Volume 2, Nomor 1, Mei 2006, hal 3
49
Ibid.
48
38
menjauhi konflik. Pergerakan akibat minyak bumi juga tidak hanya dipahami
sebagai interaksi politik antar negara. Akan tetapi meluas menjadi interaksi
ekonomi-politik yang juga melibatkan aktor non-negara (perusahaan raksasa di
bidang energi).
Dalam artian minyak bumi mampu menjadi faktor penyebab sekaligus
tujuan dari bentuk interaksi negara. Instabilitas dalam dunia hubungan
internasional akan sangat dipengaruhi oleh sikap yang diambil negara-negara
dalam upayanya untuk mengamankan pasokan minyak bumi. Industri minyak
bumi mampu menjadi faktor perekat kerjasama antarnegara. Namun, di sisi lain
bisa menjadi alasan sebuah negara menyerang negara lain.
Menurut Anne Roemer-Mahler, Oil Politics mempengaruhi empat
bidang secara luas yaitu kebijakan politik luar negeri suatu negara, lingkungan
hidup, pembangunan dan konflik.50 Sedangkan menurut Peter Evans dalam oil
politics bahwa pemerintah harus mempunyai power agar dapat mengutamakan
dukungan politik utama yang dibutuhkan untuk operasi pasar ekonomi. 51 Political
Will pemerintah suatu negara dalam menjaga keamanan di sektor energi akan
sangat menentukan kondisi domestik suatu negara. Upaya-upaya dalam interaksi
internasional seperti konflik, diplomasi, bantuan senjata, membentuk aliansi
hingga menyatakan perang merupakan cara-cara yang wajar ditempuh aktor-aktor
HI dalam menjalankan oil politics.
Ketergantungan negara-negara di dunia terhadap minyak bumi menjadikan
minyak bumi sebagai salah satu komoditi bisnis paling menguntungkan saat ini.
50
Ibid.
Ibid., hal. 4
51
39
Lebih dari sekadar keuntungan bagi produsen dan distributor. Tetapi juga
menyangkut produktifitas sebuah negara. Suatu negara besar, pasti membutuhkan
pasokan energi yang besar untuk menjaga kebelangsungan negara dan
masyarakatnya.
Hal tersebut seperti diungkapkan Jean A Garrison dan Steven B Redd
dalam artikel yang disampaikan pada Annual Meeting of the International Studies
Association di San Fransisco pada tanggal 26-28 Maret 2008. “Untuk mereka
(penduduk) kita diharuskan untuk
mengimpor minyak
untuk
menjaga
perekonomian dan kualitas hidup mereka meskipun banyak gangguan dalam
pengiriman minyak tersebut merupakan kemungkinan yang mengancam”.52
Pernyataan sebelumnya menjelaskan pentingnya energi tidak hanya dari
segi ketersediaannya (cadangan dan produksi) tapi juga hingga tahapan
aksesbilitas (distribusi). Meskipun dalam prosesnya, distribusi minyak dari
produsen ke konsumen seringkali melintasi benua dan samudera dengan berbagai
jenis model transportasi dan ancaman dalam proses pengirimannya. Negara
Importir harus mengambil resiko tersebut demi menjaga keamanan dan stabilitas
dalam upayanya mengamankan pasokan domestiknya. Gangguan serta ancaman
dalam proses pendistribusian minyak tersebut membuat semakin variatifnya
elemen-elemen yang mempengaruhi politik luar negeri negeri suatu negara dalam
mengamankan pasokan energinya. Oil Politics ditujukan bagi para pihak yang
terkait dalam permainan minyak dimana keuntungan atas dasar minyak menjadi
Dalam Paper Muhaimin Zulkhair Achsin, “Pengaruh Krisis Minyak Internasional
Dalam Krisis Minyak Indonesia”, Makassar, 2008, hal. 20
52
40
penggerak dasar dalam perpolitikan baik dalam institusi negara maupun para
perusahaan minyak raksasa dunia.
Konsep Oil Politics sendiri memang tidak bisa dilepaskan dari
keistimewaan minyak bumi sebagai komoditas energi utama. Namun, dewasa ini
juga mampu menggambarkan arah pergerakan komoditas energi lainnya semisal
gas alam dan batu bara sebagai komponen penting dalam menunjang kehidupan
ekonomi dan bernegara. Meskipun, tidak seumum minyak bumi di beberapa
negara dengan iklim dingin dan kebutuhan industri besar, gas alam dan batu bara
juga menjadi komoditas energi utama. Komoditas energi tersebut juga mampu
menjadi magnet sekaligus faktor penentu dalam interaksi aktor dalam dunia
hubungan internasional.
Krisis yang terjadi di Eropa sebagai dampak konflik energi antara Rusia
dan Ukraina merupakan contoh riil. Ketergantungan Eropa terhadap pasokan gas
alam dari Rusia yang melewati Ukraina menjadikan negara Eropa berkepentingan
untuk menjalin kerjasama dan menanamkan pengaruhnya terhadap dua negara
tersebut. Oleh karena itu, Oil Politics tidak bisa hanya memandang minyak bumi
sebagai komoditas energi utama. Namun juga dapat digunakan untuk menjelaskan
fenomena yang terjadi terhadap komoditas energi lainnya, semisal gas alam dan
batu bara.
41
BAB III
NILAI STRATEGIS DAN BENTUK KERJASAMA
RUSIA-KAZAKHSTAN BIDANG ENERGI
A.
Nilai Strategis Rusia-Kazakshtan dalam Bidang Energi
Potensi setiap negara dalam bidang energi sangatlah berbeda-beda. Hal
tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal yang bersifat geografis. Kondisi alam
negara serta posisinya secara geografis menjadi faktor utama yang mempengaruhi
potensi sebuah negara dalam bidang energi. Hal itu menyebabkan perlunya
pandangan yang lengkap dan komprehensif untuk mengukur nilai strategis suatu
negara dalam bidang energi. Dalam hal mengukur bagaimana negara
memanfaatkan potensi energinya dapat dilihat dari cadangan energi (proved
reserved) dan total produksi (total supply) energi negara tersebut. Selain itu, yang
juga harus diperhatikan adalah ekspor, konsumsi, dan produksi energinya. Dari
semua hal tersebut akan diketahui nilai strategis energi suatu negara. Berikut
penjelasan nilai strategis Rusia dan Kazakshtan dalam bidang energi.
1.
Rusia
Rusia sebagai negara pecahan Uni Soviet terbesar merupakan salah
satu major actor dalam bidang energi di dunia. Tiga wilayah dengan
produksi minyak bumi tertinggi di dunia (Timur Tengah, Siberia dan Asia
Tengah), yang dua diantaranya berada di wilayah kedaulatan Rusia. Rusia
merupakan negara dengan cadangan minyak terbesar ke-8 di dunia.
Sedangkan dalam hal produksi, Rusia hanya kalah oleh Arab Saudi yang
42
merupakan produsen minyak bumi nomor satu di dunia. Tingginya
cadangan minyak bumi Rusia juga diikuti dengan Cadangan Gas Alam
Rusia yang mencapai 44,8 triliun kaki kubik per tahun 2011. Hal ini
menempatkan Rusia sebagai negara dengan cadangan dan produksi gas
bumi terbesar di dunia. Keunggulan Rusia juga dibuktikan dengan potensi
cadangan batu bara Rusia yang menempatkan Rusia di posisi kedua
sekaligus negara terbesar kelima dalam hal produksi batu bara.
Tabel 3.1. Profil Minyak Bumi Rusia Tahun 2000-2008
Unsur Strategis Cadangan Produksi
Tahun
Bpd
Mpd
2000
60
6,723,638
2001
60
7,597,347
2002
60
7,588,911
2003
60
8,547,785
2004
60
9,737,703
2005
60
9,511,241
2006
60
9.677.398
2007
60
9.878.389
2008
60
9.794.119
Ekspor
Mpd
1,067,004
1,134,810
1,287,530
1,342,804
1,413,076
1,575,451
1,738,328
1,871,137
1,923,924
Impor
Mpd
6.283
3.959
176
70
12.666
576
960
752
21.342
Konsumsi
Mpd
2,578,498
2,590,231
2,636,408
2,681,862
2,750,813
2,785,136
2,830,000
2,697,000
2,856,000
Sumber: Diolah dari www.EIA.gov, akses tanggal 20 November 2012
Dari tabel di atas dapat dilihat profil potensi minyak bumi Rusia.
Cadangan minyak bumi yang mencapai 60 miliar, memungkinkan Rusia
untuk melakukan produksi
minyak bumi dalam jumlah yang massif.
Produksi minyak Rusia tercatat sebagai negara dengan produksi minyak
terbesar kedua di dunia. Dari tahun 2000-2008 tercatat Rusia mengalami
peningkatan dari segi produksi yaitu sekitar 9 juta barel per hari.
43
Produksi minyak bumi Rusia cenderung mengalami kenaikan
setiap tahunnya. Pada tahun 2006, produksi Rusia tercatat pada angka
6,723,638 barel per hari. Angka ini terus meningkat sepanjang tahun. Pada
2003 kisaran produksi minyak bumi Rusia sebesar 8,547,758 per hari.
Produksi tersebut terus-menerus meningkat hingga pada tahun 2007
sebesar 9,878,389 barel per hari. Hanya pada tahun 2008 produksi minyak
Rusia turun pada kisaran 9,794,119 barel per hari. Kondisi ini lebih
diakibatkan oleh perang ossetia selatan yang menyebabkan terganggunya
produksi Rusia. Namun, jumlahnya tidak sangat signifikan dalam total
produksi minyak bumi Rusia.
Konsumsi minyak bumi dalam negeri Rusia tergolong besar.
Sepanjang tahun 2000-2008 cenderung stabil pada kisaran 2 juta barel per
hari. Bahkan pada tahun 2007 ke tahun 2008 terjadi peningkatan konsumsi
dari 2,6 juta barel per hari ke 2,8 juta barel per hari. Hal tersebut
menempatkan Rusia sebagai negara dengan konsumsi minyak bumi
terbesar keempat di dunia.
Besarnya selisih antara produksi dan konsumsi dalam negeri
memungkinkan Rusia untuk menjaga kestabilan ekspornya. Produksi yang
mencapai angka 9 juta barel per hari per 2008 dan konsumsi yang hanya
mencapai 2 juta barel per hari per 2008 berdampak pada besaran angka
ekspor minyak sebesar 1 juta barel per hari. Bahkan terus meningkat, pada
tahun 2007 ekspor berada pada kisaran 1,8 juta barel per hari dan
meningkat di tahun 2008 mencapai 1, 9 juta barel per hari.
44
Potensi minyak bumi yang dimiliki oleh Rusia sebagian besar
diperoleh dari wilayah Siberia yang merupakan wilayah dengan cadangan
terbesar minyak terbesar kedua di dunia. Sejarah penambangan minyak di
Rusia telah dimulai sejak zaman kerajaan Rusia pada akhir abad ke-19.53
Wilayah Baku yang dahulu merupakan wilayah kerajaan Rusia merupakan
wilayah ekslpoitasi minyak pertama di kawasan tersebut.
Selain itu,
banyak sumur-sumur minyak di wilayah sekitar aliran sungai Volga,
Timan-Pechora, Pinggiran Laut Kaspia, Kaukasus Utara, Lena-Viluy,
Baltic Buutinge serta Pulau Sakhalin.54
Potensi energi lain yang menjadi andalan Rusia adalah gas alam,
Rusia merupakan negara dengan cadangan gas alam terbesar di dunia.
Potensi gas alam tersebut dimanfaatkan betul oleh Rusia dengan
menjadikan gas alam sebagai salah satu komoditas utama mereka di
bidang ekspor. Rusia merupakan negara dengan produksi gas alam
terbesar di dunia. Tingginya potensi gas alam tersebut juga didukung
tersedianya pasar yang luas dan jaringan pipa gas yang terbentang hingga
pesisir Samudera Atlantik dan Laut Meditarania.
53
Marshal I. Goldman, 2008, Putin, Power and The New Russia : Petrostate, New York:
Oxford University Press, hal. 17
54
Aswin Baharuddin, 2009, “Konflik Energi Rusia-Ukraina dalam bidang Energi dan
Dampaknya terhadap Negara-Negara Eropa”. Skripsi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fisip
Unhas, Makassar
45
Tabel 3.2. Profil Gas Alam Rusia Tahun 2000-2008
Unsur
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Cadangan
TCF
Produksi
Impor
Ekspor
Billion Cubic Feet (BCF)
Konsumsi
44,8
19334.9625
314.3035
6590.4853
13058.7807
44,8
44,8
44,8
44,8
44,8
44,8
44,8
44,8
19221.9545
0
6316.4409
12905.5136
13564.13835
19684.581
77.693
6198.13565
20507.4205
486.6407
6789.6619
14204.3993
20991.236
794.5875
7218.73915
14567.08435
21224.315
967.631
7861.47215
14330.47385
21736.3825
1889.3525
8401.79165
15223.94335
21595.1225
1818.7225
8187.07645
15226.76855
21515
1984.703
8380.2495
15545.663
Sumber: Diolah dari www.EIA.gov, akses tanggal 20 November 2012
Potensi energi lain yang juga menjadi andalan dari Rusia adalah
gas alam. Dengan cadangan gas alam yang mencapai 44,8 triliun meter
kubik. Rusia merupakan negara dengan cadangan gas alam terbesar di
dunia. Adapun total produksi gas alam Rusia pada tahun 2010 mencapai
588,9 juta meter kubik per tahun. Dengan konsumsi dalam negeri yang
mencapai 414,8 juta kubik per meter, Rusia mampu menyalurkan 199 juta
kubik per meter ke luar negeri. Ini menempatkan Rusia sebagai negara
eksportir gas alam terbesar di dunia.
Produksi gas alam Rusia cenderung meningkat. Dari tabel di atas
terlihat jelas dari tahun 2000-2008 produksi Rusia stabil di atas 19000
billion cubic feet. Bahkan, meningkat hingga kisaran angka 21000 billion
cubic feet pada tahun 2008. Iklim Rusia yang terdiri dari empat musim
dengan musim dingin yang terkenal sangat kejam dan panjang. Di
beberapa wilayah seperti Siberia suhu mampu mencapai puluhan derajat
celcius di bawah nol.
46
Berdasarkan hal tersebut, keberadaan gas alam sebagai tenaga
untuk mengaktifkan penghangat ruangan menjadi sangatlah penting. Hal
ini mengakibatkan konsumsi gas alam dalam negeri Rusia cukup tinggi.
Menurut data dari CIA World Fact Book, konsumsi gas alam Rusia per
tahun 2008 sebesar 15548 billion cubic feet. Angka tersebut menempatkan
Rusia sebagai negara dengan konsumsi gas alam terbesar ketiga di dunia.
Meskipun dengan konsumsi yang besar, Rusia tetap mampu
menjadi negara dengan nilai ekspor terbesar di dunia. Dari tabel di atas,
dapat dilihat bahwa ekspor gas alam Rusia sepanjang tahun 2000-2008
stabil diatas angka 6000-8000 billion cubic feet. Bahkan, data yang ada
menunjukkan kecenderungan meningkat setiap tahun.
Adapun tujuan ekspor utama dari gas alam Rusia ialah negaranegara di kawasan Eropa. Hal ini dikarenakan faktor kebutuhan Eropa
terhadap gas alam yang sangat tinggi untuk kebutuhan rumah tangga dan
juga industri. Kondisi iklim juga sangat berpengaruh terhadap tingginya
kebutuhan Eropa terhadap gas alam.
Negara-negara Eropa umumnya adalah negara industri dengan
konsumsi energi fosil yang besar. Namun, hal itu tidak diikuti oleh
ketersediaan sumber daya alam yang cukup. Krisis energi pada tahun 1973
sebagai akibat diturunkannya produksi minyak Arab Saudi. Arab Saudi
dan Negara-Negara Arab lainnya sepakat menurunkan produksi minyak
bumi untuk menunjukkan protesnya terhadap keberpihakan negara barat
dalam menudukung Israel dalam perang melawan negara-negara Arab.
47
Berdasarkan
krisis
tersebut,
Eropa
kemudian
tidak
menggantungkan kebutuhan di bidang energi sepenuhnya pada Kawasan
Timur Tengah yang rawan konflik. Proses diversifikasi energi yang
dilakukan oleh negara-negara di Eropa tidak sepenuhnya mengganti
sumber energi dari segi pemasok. Namun juga mengganti bahan baku
penghasil energi. Proses ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap
minyak bumi dan batu bara. Negara seperti Perancis mencoba
mengkonversi kebutuhan energinya dengan menggunakan nuklir. Pada
tahun 2004, 78% kebutuhan listrik dalam negeri Perancis dipenuhi oleh
tenaga nuklir.55
Upaya diversifikasi sumber energi juga dilakukan oleh Jerman.
Sebagai negara industri dengan kebutuhan energi fosil yang sangat tinggi,
Jerman rentan terhadap isu krisis energi. Perdana Menteri Jerman, Helmut
Kohl, pada pertengahan dekade 80-an dan kemudian dilanjutkan Gerhard
Schoereder pada tahun 1998 melakukan proses diversifikasi energi
Jerman. Sumber energi kemudian diarahkan pada Uni Soviet dan negara
pecahan terbesarnya yaitu Rusia.
Pada pertengahan dekade 80-an, Pemerintah Jerman mulai mencari
sumber energi yang lebih aman dan terjangkau. Faktor geografis
kedekatan wilayah dengan Uni Soviet mendorong pemerintah Jerman
untuk menerima pasokan gas alam dari pemerintah Uni Soviet. Pasokan
55
Marshall I. Goldman, op. cit., hal. 150
48
gas alam Jerman berasal dari laut utara yang dibawa ke Jerman melalui
jalur pipa gas milik Uni Soviet.
Kerjasama
tersebut
dari
sisi
Jerman
dianggap
sangat
menguntungkan. Jerman mampu mengurangi resiko kecelakaan nuklir
serta mampu mengurangi ketergantungannya terhadap minyak dari
wilayah Timur Tengah yang sangat tidak stabil. Dari sisi transportasi,
ekspor gas alam melalui pipa milik Rusia dianggap jauh lebih aman
dibandingkan melalui kapal tanker melewati kawasan yang rawan
perompak seperti Laut Merah.
Faktor pendukung yang juga sangat berperan dalam produksi gas
alam Rusia adalah kebijakan pemerintah Rusia di bidang gas alam.
Ketersediaan pipa penyalur gas alam merupakan bagian penting dalam
strategi Rusia menjadi Major Actor di bidang energi terutama gas alam.
Gas alam milik Rusia disalurkan melalui pipa-pipa yang dimilikinya
menuju Eropa.
Eropa merupakan konsumen terbesar gas alam Rusia. Bahkan
beberapa negara seperti di Kawasan Skandinavia menggantungkan 100%
kebutuhan gas alamnya pada Rusia. Selain itu, Pemerintah Rusia mampu
menguasai keseluruhan pengelolaan industri gas alamnya dari tahapan
eksplorasi, produksi, distribusi hingga konsumsi. Pemerintah melalui
Gazprom BUMN yang khusus menangani industri gas berhasil
menyelaraskan kepentingan politik sekaligus motif ekonomi dalam
49
pengelolaan industri gas alam Rusia. Berikut adalah daftar negara
konsumen gas alam Rusia di Eropa menurut Gazprom (2011).56
Tabel 3.3. Nilai Impor Negara-negara Konsumen Gas Alam Rusia
Negara Konsumen Gas Alam Rusia
Jerman
Turki
Italia
Polandia
Perancis
Inggris
Republik Checnya
Hungaria
Slovakia
Austria
Belanda
Yunani
Rumania
Bulgaria
Serbia
Slovenia
Switzerland
Bosnia Herzegovina
Macedonia
Denmark
Total
Nilai Impor Gas Alam
(billion cubic feet)
34,02
25,99
17,08
10,25
9,53
8,16
7,59
6,26
5,89
5,43
4,37
2,90
2,82
2,81
1,39
0,53
0,31
0,28
0,13
0,05
150
Sumber : Diolah dari http://uk.reuters.com/article/2012/01/30/russia-gas-tableidUKL5E8CU1NX20120130, akses tanggal 17 November 2012
Selain itu, sumber energi fosil lain yang menjadi andalan Rusia
adalah batu bara. Potensi batu bara yang dimiliki oleh Rusia
menempatkannya dalam negara dengan potensi batu bara terbesar kedua di
dunia di bawah Amerika serikat. Rusia memiliki cadangan batu bara
sebesar 173.073 million short tons. Dengan cadangan batu bara sebesar
56
Diakses
dari
http://uk.reuters.com/article/2012/01/30/russia-gas-tableidUKL5E8CU1NX20120130 pada tanggal 20 November 2012.
50
itu, Rusia menyimpan tidak kurang dari 18% total cadangan batu bara di
dunia.
Cadangan batu bara sangat besar tersebut adalah komoditi ekspor
yang bernilai ekonomi tinggi. Sebagian besar cadangan batu bara Rusia
terdapat di kota-kota penting yaitu Omsk dan Chelyabinsk yang terletak di
dekat Pegunungan Ural. Sepanjang tahun 200-2008, ekspor batu bara
Rusia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000, ekspor Rusia
mencapai angka 43.981 thousand short tons. Sedangkan pada tahun 2004
mencapai angka 80.250 thousand short tons. Kemudian pada tahun 2008
mencapai 111.495. Angka-angka diatas menunjukkan signifikansi ekspor
batu bara Rusia.
Nilai ekspor yang menunjukkan peningkatan, secara tidak langsung
menunjukkan peningkatan dalam produksi batu bara Rusia. Nilai ekspor
yang tinggi hanya dapat dilakukan jika diikuti dengan ketersediaan
komoditas. Dalam hal ini ketersediaan bahan baku dan proses produksi
berperan penting. Pada tahun 2000, produksi batu bara Rusia mencapai
angka 264911 thousand short tons. Selanjutnya, pada tahun 2004 pada
angka 285436.9127 thousand short tons. Kemudian pada tahun 2008
produksi batu bara Rusia mencapai angka 336163 thousand short tons.
Faktor lain yang juga penting dalam membahas nilai strategis
Rusia di bidang energi adalah kemampuan negara dalam mengelola
infratruktur di bidang energi. Infrastruktur di bidang energi terutama yang
menyangkut isu transportasi adalah salah satu kelebihan utama dan
51
keunggulan utama Rusia dibandingkan kompetitornya di bidang energi
lain.
Fasilitas seperti pipa gas dan minyak bumi (pipeline) yang
jaringannya tersebar di wilayah Eropa hingga Samudera Atlantik. Di
timur, jaringan pipa tersebut telah mencapai China. Bahkan, Rusia telah
menjajaki kemungkinan kerjasama distribusi minyak dan gas alam ke
Jepang melalui wilayah Serbia. Upaya pembangunan jaringan distribusi
minyak ini mendorong Rusia untuk membangun kerja sama dan kemitraan
terhadap negara-negara yang dilalui oleh pipa Rusia.
Berikut ini adalah beberapa jalur distribusi energi Rusia:
a. Dhruzba Pipelines
Jalur pipa ini merupakan jalur arteri utama pasokan minyak
dari Rusia menuju Eropa. Jalur ini membentang dari wilayah
Almetyesvk di daerah timur Rusia Eropa. Minyak bumi yang
dibawa melalui pipa ini berasal dari wilayah Siberia, Pegunungan
Ural dan Laut Kaspia. Jalur pipa kemudian membentang melewati
wilayah Mozyr di selatan negara Belarusia.
Jalur pipa kemudian terbagi dua menjadi utara dan selatan.
Jalur utara melewati Belarusia menuju Polandia dan berakhir di
Jerman. Di Jerman, jalur pipa ini melewati daerah Plock, dan juga
menyuplai penyulingan minyak di wilayah Schwadt. Jalur utara
juga berhubungan dengan Plock-Gdansk pipeline yang merupakan
jalur pipa ekspor minyak dan pelabuhan. Jalur selatan melewati
52
Negara Ukraina, di wilayah Brody, yang terhubung dengan
Odessa-Brody Pipeline yang digunakan untuk mengekspor minyak
menuju pelabuhan di Laut Hitam.57 Secara keseluruhan jalur pipa
ini membentang dan menyalurkan minyak sejauh 4000 km.
Dengan rincian masing-masing sebagai berikut :
Tabel 3.4. Jalur Pipa Minyak Bumi Rusia
Jalur Pipa Minyak Bumi Rusia
Belarusia
Ukraina
Polandia
Hungaria
Lithuania
Latvia
Republik Ceko dan Slovakia
Panjang Pipa (km)
2910
1490
670
130
332
420
400
Sumber : Diolah dari http://pipelinesinternational.com/news/druzhba_pipeline/008045/ ,
akses tanggal 18 November 2012
Jalur pipa ini melewati 45 sungai besar di Eropa, 200 jalur
kereta api dan jalur tol. Dengan kapasitas distribusi mencapai 1,2
hingga 1,4 juta barel per hari. Adapun pemilihan nama Dhruzba
Pipelines yang berarti Friendship Pipelines untuk menunjukkan
bentuk kerjasama dari negara-negara yang dilalui oleh pipa ini
dengan tujuan bersama.
b. Adria Pipelines
Jalur pipa ini merupakan kelanjutan dari Dhruzba Pipelines
jalur selatan. Pipa ini melewati wilayah Slovenia dan kemudian
melewati perbatasan Kroasia-Hungaria. Jalur ini memungkinkan
57
Diakses dari http://pipelinesinternational.com/news/druzhba_pipeline/008045/ pada
tanggal 18 November 2012
53
Rusia mengakses pelabuhan Omišalj di wilayah Laut Meditarania.
Adapun kapasitas jalur ini mampu membawa minyak hingga 3,68
juta ton minyak per tahun.58
c. Baltic Pipelines System
Jalur dari pipa ini bermula di wilayah Yaroslavl di dekat
Moskow. Minyak bumi yang melewati wilayah ini berasal dari
Siberia Barat, Timon-Pechora, wilayah di sekitar sungai Volga dan
Pegunungan Ural. Jalur pipa ini memiliki kapasitas menyalurkan
pipa minyak sebanyak 76,5 juta ton per tahun. Jalur ini dikelola
oleh BUMN Transneft. Tujuan dari jalur pipa ini adalah membawa
minyak dari wilayah Heartland Rusia menuju pelabuhan Primorsk
di wilayah Telluk Finlandia.
d. CPC (Caspian Pipeline Consortium)
Caspian
Pipeline
Consortium
merupakan
pipa
yang
membentang di wilayah Kazakhstan dan Rusia. Jalur pipa ini
hanya melewati dua negara. Namun, Rusia mampu menciptakan
kondisi dimana semua minyak dari Kazakhstan yang akan diekspor
harus melalui jalur ini. Minyak yang dialirkan dari CPC berasal
dari sumur terbesar milik Kazakhstan yaitu Tengiz. CPC memiliki
kapasitas menyalurkan 67 juta ton minyak bumi pertahun.
Selain empat jalur arteri utama dalam jalur transportasi minyak,
Rusia juga mengembangkan jalur kerja sama yang lain. Seperti ke China
58
Diakses dari http://www.britannica.com/EBchecked/topic/1507904/Adria-pipeline pada
tanggal 20 November 2012
54
melalui Kazakhstan dan ke Jepang melaui wilayah Siberia. Melalui
kapasitas pipa yang besar, Rusia juga mencoba menjadi pintu utama
distribusi energi yang keluar dari Kawasan Asia Tengah.
Sebagai negara dengan produksi gas alam terbesar di dunia, Rusia
memiliki infrastruktur yang mendukung dalam proses distribusi gas alam.
Rusia memiliki tidak kurang dari 17 jalur pipa gas.59 Jalur pipa gas yang
utama adalah Yamal-Europe gas pipeline dan Transgas pipelines . Jalur
pipa gas ini merupakan jalur pipa gas dari Rusia untuk kemudian di
distribusikan ke seluruh Eropa. Kedua jalur pipa gas ini mampu
mengangkut 1 trilyun Kubik meter gas per tahun.
2.
Kazakhstan
Uni Soviet berhasil menaklukkan wilayah yang kini kita kenal
sebagai Kazakhstan pada tahun 1936. Kazakhstan sebagai sebuah negara
memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1991. Wilayahnya yang
berbatasan langsung dengan Rusia menjadikan hingga saat ini Rusia tetap
menjadikan Kazakhstan sebagai partner strategis bagi Rusia. Rusia tetap
menjaga agar Kazakhstan memiliki kepentingan terhadap Rusia sehingga
dalam kebijakannya, Kremlin dapat memberikan intervensi baik secara
langsung ataupun tidak langsung bagi Kazakhstan.
Kazakhtan adalah negara pecahan Uni Soviet terbesar di Kawasan
Asia Tengah. Dengan luas wilayah 2.724.900 km2 Kazakhstan merupakan
negara dengan luas wilayah terbesar ke-9 di dunia. Potensi energi yang
59
Diakses dari http://www.gazprom.com/about/production/projects/pipelines/
tanggal 20 November 2012
pada
55
dimiliki negara ini cukup lengkap. Bahkan, Kazakhstan merupakan negara
dengan cadangan minyak bumi dan gas alam terbesar di Kawasan Asia
Tengah. Wilayahnya yang luas dan mencapai kawasan Laut Kaspia
merupakan salah satu penyebabnya. Kawasan Laut Kaspia merupakan
salah satu daerah di dunia yang memiliki cadangan minyak terbesar selain
Timur Tengah dan Siberia.
Kazakhstan memiliki cadangan minyak sebesar 30 miliar barel,
dengan produksi harian mencapai 1.640.021 barel per hari. Produksi ini
menempatkan Kazakhstan sebagai produsen minyak bumi ke-19 di dunia,
sekaligus penghasil minyak bumi terbesar di kawasan Asia Tengah.
Konsumsi minyak bumi dalam negeri dari Kazakhstan, meskipun
meningkat tiap tahunnya masih tergolong rendah. Sepanjang tahun 20002008, konsumsi minyak bumi Kazakhstan berada diatas angka 190
thousand barel per day. Menurut data dari CIA World Fact Book, tahun
2008 Kazakhstan menempati posisi ke-53 negara dengan konsumsi
minyak bumi sebesar 247.504 thousand barel per day.
Dengan demikian, Kazakhstan dapat melakukan ekspor produksi
minyak bumi dan tetap dapat mencukupi kebutuhan dalam negerinya.
Ekspor minyak bumi Kazakhstan mengalami peningkatan yang
signifikan.
Dalam
rentang
tahun
8
tahun,
Kazakhstan
mampu
meningkatkan ekspor minyak bumi sebanyak 400%. Pada tahun 2000,
Kazakhstan mampu mengekspor minyak bumi sebanyak 19 Mbd.
56
Selanjutnya tahun 2004, ekspor minyak bumi Kazakhstan
mencapai angka 72 thousand barel per day. Sedangkan pada tahun 2008,
ekspor minyak bumi Kazakhstan mencapai angka 92 thousand barel per
day. Signifikansi nilai ekspor Kazakhstan sangat dipengaruhi oleh
kebijakan pemerintahnya untuk melakukan kerja sama dengan perusahaan
asing.
Ladang minyak terbesar Kazakhstan terletak di wilayah Tengiz.
Data tahun 2006 menyebutkan Tengiz Field mampu memproduksi minyak
bumi hingga mencapai 22 ton per tahun atau mencapai tahap produksi
lebih dari satu juta barel per hari. Penting untuk diperhatikan bahwa
pemerintah Kazakhstan memiliki kebijakan investasi yang sangat terbuka
di bidang energi. Seperti di Tengiz, kepemilikan saham terbesar dikuasai
oleh Chevron Texaco sebesar 50%, kemudian Tengiz Munay Gaz (milik
pemerintah Kazakhstan ) sebesar 20%. Kemudian berturut-turut Exxon
Mobile sebesar 25% dan Lukarko sebesar 5%. Pengolahan kilang ini
diserahkan sepenuhnya pada Chevron Texaco selaku operator dan
sekaligus pemiliki saham terbesar.
Potensi minyak bumi juga akan diikuti oleh gas alam dikarenakan
gas alam merupakan side effect dari sumur minyak. Potensi gas alam yang
dimiliki oleh Kazakhstan tahun 2011 mencapai 20,2 triliun meter kubik
57
per tahun.60 Dengan potensi tersebut, gas alam kemudian menjadi salah
satu komoditas ekspor utama Kazakhstan.
Tabel 3.5. Profil Minyak Bumi Kazakhstan Tahun 2000-2008
Unsur
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Cadangan
Triliun bd
33,8
Produksi
Impor
Ekspor
(Thousand Barel per Day)
Konsumsi
725.629
28.78464
19.80626
194.74788
835.971
31.33948
39.69636
210.45053
967.514
36.03567
42.40526
217.15918
1061.97374
31.26392
41.54027
206.9837
1245.867
48.76249
73.71951
221.25186
1337.173
53.07216
89.33696
228.97926
1387.866
35.25904
76.74707
234.46372
1445.6
51.47855
88.66616
235.97005
1430.681
54.79165
92.87617
247.50436
Sumber : Diolah dari www.EIA.gov, akses tanggal 20 November 2012
Produksi gas alam Kazakhstan sepanjang tahun 2000-2008
cenderung stabil pada kisaran angka 300 billion cu m. Pada tahun 2000,
produksi gas alam mencapai kisaran angka 314 billion cu m. Di tahun
2004, produksi gas alam mengalami kenaikan meskipun tidak terlalu
signifikan sebesar 316 billion cu m. Kemudian pada tahun 2008, produksi
gas alam mencapai 398 billion cu m.
Namun, konsumsi gas dalam negeri Kazakhstan juga cenderung
tinggi. Dari tahun 2000-2008, angka konsumsi gas dalam negeri
Kazakshtan cenderung fluktuatif. Pada tahun 2000, konsumsi gas alam
dalam negeri Kazakhstan mencapai 490 billion cu m. Kemudian pada
tahun 2006, mencapai kisaran angka 521 billion cu m. Berlanjut pada
60
Diakses dari https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/kz.html
tanggal 15 November 2012
58
tahun 2008, konsumsi gas alam dalam negeri Kazakhstan turun di kisaran
angka 313 billion cu m.
Tabel 3.6. Profil Gas Alam Kazakhstan Tahun 2000-2008
Unsur
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Cadangan
T Cu m
22, 8
Produksi
Impor
Ekspor
B Cu m (Billion Cubic Meter)
Konsumsi
314.3035
296.646
120.071
490.8785
355.9752
293.1145
144.7915
505.0045
462.6265
289.583
226.016
526.1935
254.12674
307.2405
240.142
321.22524
316.74024
413.1855
247.205
482.72074
336.09286
408.2414
267.65238
476.68187
341.31948
459.095
278.9885
521.42598
345.76917
381.402
286.0515
441.11967
398.106
336.09286
325.63962
313.20874
Sumber : Diolah dari www.EIA.gov, akses tanggal 20 November 2012
Dari tabel di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa eksplorasi gas
alam di wilayah Kazakhstan masih belum optimal. Meskipun cadangan
yang dimiliki besar, tingginya tingkat konsumsi dalam negeri yang
melebihi kemampuan produksi menyebabkan negara mengharuskan
mengimpor gas alam dari Rusia. Secara ekonomis, hal itu tentu saja
bersifat merugikan.
Meskipun potensi gas alam belum mampu dimaksimalkan oleh
pemerintah Kazakhstan, hal ini berbeda dengan potensi batu bara. Sejak
tahun 1930, wilayah Basin Karaganda telah menjadi salah satu penyuplai
utama batu bara Kazakhstan. Namun terdapat wilayah tambang batu bara
terbesar lain yang terletak di 200 km arah utara Karaganda, di dekat kota
Pavlodar di sisi Sungai Irtyish. Wilayah ini dikenal dengan nama
59
Ekibaztus. Ini menjadi lokasi wilayah tambang batu bara terbesar di
Kazakhstan.61
Tabel 3.7. Profil Batu Bara Kazakhstan Tahun 2000-2008
Unsur
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Cadangan
Bst
37,5
Produksi
Impor
Ekspor
Mst (Million Short Tons)
Konsumsi
85367.40093
1427.49321
37990.05869
49238.04381
87167.47538
1168.45004
34798.86731
52736.78006
81566.63136
2487.91674
29831.85232
54317.49455
93819.92443
2669.79811
36108.4132
59202.9385
95912.11139
1646.85317
27489.44068
69144.68465
96118.24362
2018.3321
27181.89581
71368.04666
106554.9276
1561.9752
31816.01277
76565.44472
107836.9157
1250.02108
28937.87781
81095.94441
122437.0296
1047.19579
36535.0077
86939.29693
Sumber : Diolah dari www.EIA.gov, akses tanggal 20 November 2012
Kazakhstan merupakan negara dengan cadangan batu bara terbesar
di Kawasan Asia Tengah. Kazakhstan memiliki cadangan batu bara
sebesar 37,5 billion short tons. Dengan cadangan sebesar itu, Kazakhstan
mampu menjaga kestabilan dan meningkatkan produksi batu baranya.
Pada tahun 2000, produksi batu bara mencapai angka 85367.40093 Mst.
Kemudian pada tahun 2004, produksi batu bara Kazakhstan mampu
mencapai angka 95912.24362 Mst. Dilanjutkan data pada tahun 2008,
produksi batu bara Kazakhstan mencapai angka 122437.0296 Mst. Data di
atas memperlihatkan peningkatan dalam produksi batu bara Kazakhstan.
Sedangkan dari sisi konsumsi dalam negeri, data pada tahun 2000
menunjukkan angka konsumsi batu bara dalam negeri Kazakhstan
mencapai angka 49238 Mst. Hal ini meningkat hampir dua kali lipat pada
61
Diakses dari http://aboutkazakhstan.com/about-kazakhstan-economy/coal pada tanggal
20 November 2012
60
tahun 2005 dikisaran angka 71368 Mst. Sedangkan pada tahun 2008,
konsumsi dalam negeri meningkat sebesar 86939 Mst.
Konsumsi dalam negeri yang meningkat pesat menunjukkan
bergeraknya industri dalam negeri yang membutuhkan pasokan batu bara.
Secara keseluruhan aktivitas pertambangan, minyak bumi, gas alam, batu
bara itu sendiri ataupun aktivitas rumah tangga menjadi alasan meningkat
pesatnya kebutuhan dalam negeri Kazakhstan.
Peningkatan produksi yang juga diikuti oleh peningkatan konsumsi
dalam negeri mengakibatkan stagnansi dalam ekspor batu bara
Kazakhstan. Pada tahun 2000, ekspor Kazakhstan mencapai angka 37990
Mst. Seperti yang disebutkan di atas, adanya peningkatan signifikan
terhadap konsumsi batu bara dalam negeri pada tahun 2005 mengharuskan
pemerintah menurunkan kapasitas ekspornya.
Pada tahun 2005, kapasitas ekspor batu bara Kazakhstan hanya
mencapai 27181 Mst. Kapasitas ekspor tersebut turun sekitar 20% dari
kapasitas ekspor pada tahun 2000. Namun program pemerintah untuk
meningkatkan kembali produksi batu bara mampu mengantarkan produksi
batu bara Kazakhstan pada tahun 2008 di kisaran angka 36535 Mst.
Dengan potensi yang sedemikian besarnya, Kazakhstan mampu menjadi
main actor dalam industri batu bara di kawasan.
61
B.
Bentuk Kerjasama Energi Rusia-Kazakhstan
1.
Kerjasama Bidang Eksplorasi dan Distribusi
Daerah di sekitar Laut Kaspia telah sejak lama terkenal menjadi
wilayah yang kaya akan sumber bahan bakar fosil. Laut Kaspia merupakan
danau air asin terbesar di dunia dengan luas mencapai 371.000 km2.62
Kazakhstan merupakan negara yang menguasai wilayah barat dan
utara Laut Kaspia. Mayoritas cadangan minyak di Laut kaspia terletak di
wilayah yang dikuasai Kazakhstan. Kondisi ini mengarahkan Rusia untuk
menanamkan pengaruhnya pada proses eksplorasi minyak bumi di
Kawasan Laut Kaspia. Rusia melalui LuKoil BUMN di bidang energi
terlibat dihampir seluruh pembukaan blok minyak Kazakhstan di Laut
Kaspia. Terdapat tiga proyek eksplorasi minyak besar yang menunjukkan
besarnya pengaruh Rusia dalam kerjasama eksplorasi minyak Kazakhstan
di Laut Kaspia.
Pada tahun 2003, Pemerintah Rusia dan Kazakhstan berhasil
menemukan kesepakatan terhadap pembagian wilayah di Laut Kaspia.
Masing-masing negara menentukan garis embarkasinya di wilayah Laut
Kaspia dan mengklaim sumber daya alam yang terdapat di dalamnya.
Perjanjian ini merupakan tindak lanjut dari intergovernmental protocol
pada tahun 1998 yang membagi blok minyak Kurmangazy didalam
wilayah kedaulatan Kazakhstan. Sedangkan blok minyak Khvalynskoye
dan Tsentralnaya di wilayah kedaulatan Rusia. Protokol tersebut kemudian
62
Microsoft Student With Encarta 2010 Premium DVD, 2010.
62
menjadi landasan dalam PSA di Blok Kurmangazy dan persetujuan
produksi di blok Khvalynskoye dan Tsentralnaya.
Ladang Minyak Kurmangazy terletak di bagian utara Laut Kaspia.
Cadangan minyak yang dimiliki diperkirakan mencapai angka 550-1800
juta ton. Cadangan minyak bumi terdapat pada kedalaman 300-2000 meter
di bawah tanah. Pada tanggal 13 Mei 2002, Presiden Rusia Vladimir Putin
dan Presiden Kazakhstan Nuzutan Nazarbaev menandatangani protokol
kerja sama eksploitasi dasar laut bagian utara Laut Kaspia.
Perjanjian ini menyerahkan bentuk operasi lapangan pada masingmasing perusahaan yang menjadi perwakilan negara. Rosneft- Kazakhstan
LLC yang merupakan anak perusahaan dari Rosneft, BUMN Rusia
menjadi pelaksana teknis dalam eksplorasi di Kurmangazy. Keterlibatan
Rosneft dalam eksplorasi di kurmangazy disahkan melalui surat keputusan
Kementrian energi Kazakhstan no. 1094-r pada tanggal 8 Agustus 2003.63
Sedangkan dari sisi Kazakhstan operator lapangan dilakukan oleh
MNK KazMunai Gas Oil Company, yang merupakan anak perusahaan dari
KazMunai Gas Oil Company, BUMN milik Kazakhstan. Melalui
perjanjian peraturan yang terangkum dalam PSA, Rusia dan Kazakhstan
serta konsorsium menyetujui struktur kepemilikan di Kurmangazy yaitu
sebagai berikut :
a. KazMunai Gas Oil Company 50%;
b. Rosneft-Kazakhstan LLC 25%;
63
Dr. Ariel Cohen, 2006. Kazakhstan: Energy Cooperation with Russia-Oil, Gas and
Beyond. London. Global Market Briefings, hal. 20
63
c. Pihak swasta 25% (melalui revisi UU dimungkinkan pihak Rusia
menguasai hingga 50%).
Meskipun terjadi tarik-menarik kepentingan dan perdebatan di
dalam negeri Kazakstan, melalui amandemen UU Perpajakan dan
Investasi. Rusia mampu meningkatkan kepemilikannya mencapai 50%.
Penandatangan PSA blok minyak Kurmangazy ditandatangani tanggal 6
Juli 2005 dan menandai dimulainya proses produksi di blok Kurmangazy.
Bentuk kerjasama lain adalah pembukaan blok Atash. Berdasarkan
kontrak No.1289 antara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
serta KazMunayGas pada tanggal 29 Desember 2003, yang bertindak
selaku operator dalam eksplorasi blok atash adalah Atash JV. Operator ini
tidak lain merupakan gabungan dari KazMunayGaz dan Lukoil, BUMN
Rusia di bidang eksplorasi dan produksi sumber daya mineral. Investasi
untuk blok ini dipersiapkan sebesar US$4.78 Million pada tahun 2004 dan
sebesar US$ 123.6 Million pada tahun 2005. Adapun proses produksi
mulai berjalan tahun 2005.
2.
Kerjasama Bidang Transportasi
CPC atau Caspian Pipeline Consortium adalah pipa yang
membentang di wilayah Kazakhstan dan Rusia. Pipa ini bermula di
wilayah Kazakhstan dan berakhir di kota pelabuhan Novorossysk (wilayah
Kedaulatan Rusia) di tepi Laut Hitam. Di Kota Novorossysk kemudian
minyak bumi dikapalkan dan siap untuk disalurkan ke negara konsumen.
64
Adapun keterangan lebih jelas mengenai jalur CPC ini dapat dilihat
melalui gambar berikut :
Gambar 3.1. Jalur Caspian Pipeline Consortium
Sumber : Diakses dari http://www.marcon.com/library/country_briefs/caspian_sea/casp_pipe_map.gif,
akses tanggal 28 Desember 2012
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat jalur Caspian Pipeline
Consortium membentang dan melewati perbatasan negara Kazakhstan
menuju Rusia. Ketiadaan pelabuhan dan posisi geografis negara
menyebabkan Kazakhstan tidak dapat mengekspor minyak bumi tanpa
melalui wilayah kedaulatan negara lain. CPC kemudian menjadi satusatunya akses keluar minyak bumi dari Kazakhstan dengan kapasitas
distribusi mencapai 67 juta ton miinyak bumi per tahun.
Sejak tahun 1980-an, Chevron telah memulai kerjasama eksplorasi
dan produksi minyak di Blok Tengiz kepada Uni Soviet. Minyak tersebut
65
kemudian dibawa dan dikapalkan di kota pelabuhan di tepi Laut Kaspia.
Disintegrasi Uni Soviet menjadi negara-negara independen di Asia
Tengah, menyebabkan terjadi permasalahan di sisi transportasi minyak
bumi.dan gas alam. Minyak yang dihasilkan di Blok Tengiz (termasuk
daerah teritorial Kazakhstan) harus melalui wilayah Kedaulatan Rusia agar
bisa di pasarkan ke dunia internasional.
Pada tanggal 13 Oktober 2001, CPC pertama kali beroperasi untuk
menyalurkan minyak dari blok Tengiz menuju Pelabuhan Laut di dekart
kota Novorossysk di tepi Laut kaspia. Hal ini menandai dimulainya proses
pengapalan minyak bumi dari Kazakhstan menuju pasar internasional.
Dalam meningkatkan kerja sama dan kualitas minyak bumi, didirikan
fasilitas serta lembaga yang akan mengontrol dan menjaga kualitas minyak
bumi yang melewati CPC. Pada 13 September 2002, berdirilah “Oil
Quality Bank”.
Bank ini menunjukkan komitmen CPC untuk menerapkan sistem
ekonomi bebas yang akan menjamin kebebasan setiap pihak untuk
membeli minyak melalui CPC dan menjaga agar pihak pengelola CPC
senantiasa mendapatkan keuntungan. Kemajuan berikutnya didapatkan
pada tahun 2003, ditandai dengan dikeluarkannnya pernyataan oleh The
State Acceptence Comission bahwa CPC telah berhasil melalui uji
kelayakan. Sehingga CPC dianggap telah memenuhi standar keamanan
baik dari segi teknisnya ataupun dampaknya terhadap lingkungan. Hingga
kini, CPC tetap menjadi jalur ekspor utama minyak bumi dari Kazakhstan.
66
BAB IV
POLITIK ENERGI RUSIA DAN KEPENTINGAN NASIONAL
RUSIA DI KAZAKHSTAN
A.
Arti Penting Kawasan Asia Tengah terhadap Kepentingan Nasional
Rusia
Interaksi antar negara merupakan salah satu penyebab perlunya
pendalaman terhadap kajian ilmu hubungan internasional. Ketidakmampuan
negara untuk memenuhi kebutuhannya menjadi faktor pendorong utama
timbulnya interaksi yangh melewati batas-batas yuridiksi antar negara. Namun,
perkembangan teknologi dan semakin kompleksnya kebutuhan mansia juga
memberikan pengaruh yang tidak sedikit bagi pola interaksi yang terbentuk antara
negara-negara di dunia.
Faktor kedekatan geografis juga menjadi salah satu faktor dari interaksi
antar negara. Kedekatan atau bahkan adanya wilayah yang berbatasan menjadi
alasan yang tidak dapat dihindarkan oleh negara-negara. Letak geografis negara
dalam satu kawasan menjadi stimulus lebih untuk meningkatkan kerjasama dan
interaksi antara negara-negara di dalamnya. Pembentukan aliansi antara negara di
dalam Kawasan telah menjadi fenomena yang lazim dalam dunia hubungan
internasional.
Pasca runtuhnya UniSoviet pada awal tahun 1990-an. Terjadi gelombang
kemerdekaan bagi negara-negara yang bernaung dibawahnya. Kondisi tersebut
tidak hanya terjadi di Kawasan Eropa Timur. Namun juga terjadi di Kawasan Asia
Tengah yang dalam hal sejarah tidak sebesar Eropa Timur yang memang telah
67
tersntuh pengetahuan sejak berabad-abad silam. Negara di Kawasan Asia Tengah
umumnya hanya terdiri dari stepa atau daerah penduduk dengan persebaran
penduduk yang masih sangat minim.
Kemerdekaan yang diproklamirkan negara di Kawasan Asia Tengah
sedikit banyak mengubah konstalasi politik di Kawasan. Meskipun belum dalam
tingkatan independen seperti Ukraina. Negara-negara di Asia Tengah mulai
membuka diri untuk bekerjasama dan menerima bantuan dari negara barat.
Kehadiran negara-negara di barat di Kawasan jelas menjadi ancaman bagi Rusia
sebagai negara pecahan UniSoviet terbesar. Kondisi ini didukung oleh nilai
strategi negara-negara di Kawasan Asia Tengah dalam bidang sumber daya energi
dan barang tambang.
Kawasan Asia Tengah merupakan daerah penghasil sumber daya energi
terbesar ketiga di dunia. Dengan potensi alamnya yang begitu besar, Kawasan
Asia Tengah hanya dikalahkan oleh Timur Tengah dan Siberia Timur dalam hal
produksi minyak bumi. Kondisi politik yang cenderung lebih stabil serta
pemerintahan yang baru terbentuk juga menjadi pertimbangan negara barat untuk
memperbesar pengaruhnya di Kawasan tersebut. Kondisi ini dipandang oleh Rusia
sebagai kekuatan tradisional di Kawasan sebagai alsan untuk menjaga
kepentingan nasionalnya.
Berangkat dari Defenisi Holsti mengenai Kepentingan nasional sebagai
upaya negara untuk mendapatkan power. Maka, dapat kita analisis unsur-unsur
yang mendukung power suatu negara. Dalam konteks hubungan antara Rusia dan
negara di Kawasan Asia Tengah, khususnya Kazakhstan. Power yang dimiliki
68
oleh Rusia adalah keunggulan di bidang militer. Namun, perkembangan ilmu
hubungan internasional dewasa ini menjadikan pendekatan militer dalam
membangun pengaruh sebagai langkah yang cenderung tidak populer. Meskipun
kenyataan bahwa kekuatan militer merupakan kekuatan riil yang harus dibangun
negara. Penggunaan instrumen militer hanya ditempatkan sebagai kekuatan
penggertak atau pertahanan untuk menjaga kedaulatan negara.
Dari sudut pandang pertahanan dan keamanan, Kawasan Asia tengah yang
berbatasan langsung dan berdekatan dengan wilayah Rusia memiliki nilai strategis
bagi Rusia. Rusia menganggap kondisi ini menjadi berbahaya sangat jika
intervensi dan pengaruh negara asing terutama negara barat menjadi besar di
Kawasan Asia Tengah. Kondisi serupa terlihat ketika kebijakan Polandia untuk
membangun kedekatan dengan negara barat. Rusia memutuskan untuk menaikkan
harga gas alam menuju Ukraina. Dengan alasan Ukraina telah menyalahi
perjanjian kerjasama. Kondisi ini dilakukan Rusia melihat kepentingan nasional
yang Rusia miliki sebagai kekuatan tradisional di Kawasan mulai terganggu oleh
adanya negara-negara bekas jajahan UniSoviet yang membangun kerjasama
militer dengan Negara Barat.
Melihat Kawasan Asia Tengah dari sudut pandang Rusia seperti
memandang Kawasan Amerika Selatan dan Tengah dari sudut pandang USA.
Sebagai wilayah strategis yang memiliki kedekatan secara geografis dan
banyaknya bidang-bidang kehidupan yang saling terkait dan mempengaruhi.
Kelebihannya, Rusia memiliki kedekatan secara historis dengan Kawasan Asia
Tengah sebagai sesama negara bekas jajahan UniSoviet. Sedangkan USA hampir
69
tidak memiliki kedekatan sejarah kecuali bentuk interaksi yang cenderung berat
sebelah dan cenderung menguntungkan USA semata.
Strategisnya wilayah Kawasan Asia Tengah bagi Rusia menempatkan
Kawasan Asia Tengah sebagai salah satu wilayah yang menjadi perhatian
Pemerintah Rusia. Dalam bentuk kebijakan, Pemerintah Rusia senantiasa
menciptakana ketergantungan dari negara di Kawasan Asia Tengah terhadap
Rusia. Baik dalam bentuk sokongan energi seperti listrik, bantuan dalam bentuk
ekonomi
ataupun penempatan
Armada Militer Rusia sebagai
pasukan
pengamanan.
Faktor lain yang menyebabkan besarnya kepentingan Rusia di kawasan
Asia Tengah adalah potensi energi dalam hal ini minyak bumi dan gas alam yang
sangat besar. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, potensi migas Kawasan
Asia Tengah secara produksi hanya dibawah Timur Tengah dan Wilayah Siberia.
Rusia harus mampu mempertahankan pengaruhnya terhadap negara produsen
minyak bumi dan gas di kawasan agar tidak menjalin kerjasama dengan
perusahaan minyak asing. Dengan mengontrol produksi dan distibusi migas di
Kawasan. Rusia dapat membentuk organisasi kartel yang dapat menjaga
kestabilan harga dan produksi migas di pasar internasional.
1. Kazakhstan
Bentuk interaksi yang terjadi antara Rusia dan Kazakhstan
menimbulkan
interdependensi
antara
kedua
negara.
Kondisi
ini
diakibatkan oleh beberapa faktor. Seperti faktor historis kedua negara yang
merupakan bekas negara Uni Soviet. Pemimpin dari Kazakhstan, Presiden
70
Nuzultan Nuzurbaev yang merupakan politisi senior sejak era Uni Soviet.
Faktor kedekatan wilayah secara geografis juga menjadi faktor penting
dalam mendorong pesatnya proses interaksi antara kedua negara.
Serangkaian faktor-faktor ini bila diakumulasikan akan menjadi alasan dan
latar belakang dari pola interaksi, kerja sama dan rasa saling
ketergantungan yang timbul antara Rusia dan Kazakhstan.
Meskipun interakis kedua negara digambarkan sebagai kerjasama
yang bersifat menguntungkan dua pihak. Tidak dapat dipinggirkan asumsi
bahwa
setia
negara
bergerak
secara
rasional.
Rasional
dalam
artian,masing-masing negara bergerak untuk memenuhi kepentingan
nasionalnya. Dalam konteksi kerjasama antara Rusia dan Kazakhstan.
Posisi Rusia sebagai negara ang lebih superior dari Kazakhstan
menyebabkan pola kerjasama cenderung ditentukan dan untuk memenuhi
kepentingan nasional Rusia. Hal ini menunjukkan posisi penting
Kazakhstan sebagai sebuah negara dalam proses pencapaian kepentingan
nasional Rusia.
Di bidang ekonomi, dari 89 provinsi yang dimiliki Rusia 72
diantaranya
memiliki
jaringan
kerjasama
dengan
Pemerintah
Kazakhstan.64 Rusia juga merupakan negara importir utama batu bara dari
Kazakhstan. Kerjasama kedua negara juga berlangsung di bidang suplai
64
Ariel Cohen, Op. cit ., Hal. 2.
71
energi. Kazakhstan bergantung pada pasokan listrik dari Rusia. Jaringan
listrik peninggalan
B.
Strategi Politik Energi Rusia di Kazakhstan
Akhir tahun 90-an menjadi persimpangan bagi Rusia. Pembaharuan yang
dicetuskan oleh Mikhael Gorbachev sepuluh tahun sebelumnya kini mulai terlihat
hasilnya. Runtuhnya Uni Soviet dan disintegrasi menjadi negara-negara
independen di Kawasan Eropa Timur dan Asia Tengah menjadi harga yang harus
dibayar atas pembaharuan tersebut. Krisis ekonomi berkepanjangan sekaligus
hilangnya kontrol negara terhadap aset milik negara menjadi gambaran riil yang
harus dihadapi oleh Rusia kedepannya. Krisis politik diakibatkan oleh buruknya
kepemimpinan Presiden Boris Yeltsin menyebabkan dorongan dari masyarakat
untuk melakukan perubahan.
Proses liberalisasi dan privatisasi yang terkesan dipaksakan dan tergesagesa digambarkan dari kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi. Terutama
yang menyangkut komoditas-komoditas utama seperti minyak bumi. Dua
kebijakan pemerintah yang menjadi acuan adalah proses privatisasi perusahaan
negara dalam pasar saham. Pada bulan September 1991, Kementerian Minyak
Bumi dan Energi dikonversi menjadi perusahaan Go Public dengan nama
Rosneftegaz (Russian Oil and Gas). Kebijakan ini menyebabkan banyak pejabat
yang kemudian membeli saham dengan harga murah. Untuk kemudian
mendirikan perusahaan eksplorasi dan produksi minyak pribadi dengan harga
yang relatif murah.
72
Kebijakan lain yang dikeluarkan pemerintah Rusia adalah pembagian
voucher saham perusahaan negara kepada masyarakat Rusia. Kebijakan ini oleh
Presiden Boris Yeltsin dianggap sebagai upaya demokratisasi ekonomi. Agar
masyarakat Rusia sadar dan memiliki akses terhadap kekayaan negara. Namun,
yang kemudian tidak diperhitungkan oleh Pemerintah Rusia adalah masyarakat
tidak mengerti kegunaan dan cara mengakses voucher tersebut. Hal itu
dimanfaatkan oleh para konglomerat yang menawarkan penukaran voucher
dengan uang. Didorong oleh kondisi ekonomi negara yang krisis dan keterbatasan
informasi serta pengetahuan. Masyarakat Rusia banyak yang menjual voucher
saham tersebut. Seperti yang dilakukan oleh Bank Menatep milik Mikail
Khodorkovsky. Dengan voucher yang dikumpulkan, Khodorkovsky mampu
mendirikan Yukoz. 65
Terpilihnya Presiden Putin, membawa perubahan besar dalam kebijakan
Rusia. Putin melihat kebijakan ekonomi negara yang terlalu liberal dan sangat
berorientasi pasar telah menghancurkan negara. Penjualan aset-aset negara dengan
harga yang sangat murah kepada para oligarki, dan semakin banyaknya negaranegara pecahan Uni Soviet yang cenderung bergerak ke barat dianggap sebagai
ancaman serius bagi negara Rusia.
Presiden Vladimir Putin menggunakan instrumen energi menjadi tools
dalam upaya mengembalikan status Rusia sebagai negara superpower. Vladimir
Putin mencanangkan Rusia sebagai negara superpower dibidang energi. Dengan
melihat kondisi ketergantungan negara-negara di dunia terhadap energi yang
65
Marshall I. Goldman, op, cit.,hal. 106
73
semakin besar terutama minyak dan gas bumi. Instrumen energi dalam hal ini
minyak dan gas bumi dapat menjadi tools Rusia untuk menekan ataupun
mempengaruhi negara lain agar Rusia dapat mencapai kepentingan nasionalnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Rusia harus mampu menguasai kembali
perusahaan-perusahaan yang memiliki nilai strategis bagi Rusia. Perusahaan yang
bergerak disektor eksplorasi, produksi dan distribusi energi dalam hal ini minyak
bumi dan gas alam. Rosneft sebagai induk dari perusahaan minyak negara,
merupakan perusahaan eksplorasi dan produksi minyak bumi. Sedangkan di
sektor distribusi minyak bumi dikendalikan oleh Transneft. Adapun di komoditas
gas alam, Gazprom menjadi aktor utama. Gazprom bergerak di bidang eksplorasi,
produksi dan distribusi gas alam. Ketiga perusahaan ini adalah kunci utama Rusia
jika ingin menguasai sektor migas.
Oleh karena itu, dengan memandang politik luar negeri suatu bangsa
sebagai cerminan kebutuhan dalam negeri, dibentuklah dua kebijakan yang saling
terkait dan berkelanjutan. Kebijakan ini yaitu nasionalisasi perusahaan di bidang
energi, dan pemanfaatan jalur distribusi energi.
1. Nasionalisasi Perusahaan di Bidang Energi
Putin dalam disertasinya yang dibacakan pada bulan Juni tahun
1997 di St. Petersburg Mining Institute dan juga dalam artikel yang dia
tulis pada tahun 1999 menekankan pentingnya penguasaan negara
terhadap sumber daya alam. “ The process of restructuring the national
economy must have the goal of creating the most effective and competitive
74
companies on both the domestic and world markets”.66 Putin menekankan
bahwa
satu-satunya
cara
yang
dapat
ditempuh
Rusia
untuk
mengembalikan posisinya dan mengkonsolidasikan kekuatan sebagai
negara superpower adalah dengan menjadikan Rusia menjadi negara
superpower di bidang energi. Negara harus mampu menjadikan seluruh
sumber dayanya sebagai instrumen untuk mencapai kepentingan nasional.
Bukan dengan membebaskan pasar dan oligarki untuk menghabiskan
sumber daya alam negara.
Kesalahan dimasa Presiden Boris Yeltsin yang membiarkan
oligarki menguasai aset-aset negara dibidang energi dan ekonomi harus
diperbaiki dengan menasionalisasi perusahaan-perusahaan tersebut dan
mengintegrasikannya dalam sebuah sistem yang modern, namun tetap
dibawah kontrol negara. Agar perusahaan tersebut dapat bersaing dengan
perusahaan-perusahaan asing seperti Exxon-Mobile dan Shell. Setelah
dilantik sebagai Presiden Rusia pada tahun 2000, Putin segera mengambil
langkah strategisnya untuk mewujudkan idenya menjadikan Rusia sebagai
negara superpower. Putin mulai membidik Gazprom dan Yukoz,
perusahaan energi skala besar yang dikuasai oleh oligarki untuk kemudian
dinasionalisasi.
Kondisi Ekonomi negara pada era Presiden Boris Yeltsin seringkali
digambarkan sebagai kondisi dimana terjadi privatisasi besar-besaran
66
Balzer Harley, . “The Putin Thesis and Russian Energy Policy”, Post-Soviet Affairs
vol. 21, no. 3, Hal. 211, 2005
75
terhadap aset negara dan diwarnai oleh sekelompok golongan baik swasta
ataupun kalangan politisi yang memanfaatkan kondisi negara yang minim
peraturan dan pengawasan untuk memperkaya diri dan kelompoknya.
Victor Chernomyrdin merupakan salah satu contoh dari politisi yang
berhasil memanfaatkan kelemahan sistem ekonomi di era Presiden Boris
Yeltsin. Victor terpilih sebagai Menteri Industri Gas pada tahun 1989.
Menjelang keruntuhan Uni Soviet, Victor mengambil inisiatif untuk
mengubah kementeriannya menjadi sebuah perusahaan dan mengangkat
dirinya sendiri sebagai Presiden dari perusahaan tersebut.
Pada tahun 1992, Victor Chernomyrdin kemudian dipercaya oleh
Presiden Boris Yeltsin sebagai Wakil Perdana Menteri Rusia.67 Victor
kemudian menunjuk Rem Vyakhirev sebagai CEO dari Gazprom.
Meskipun demikian, secara tersirat Victor tetap menjadi aktor utama dari
Gazprom. Beberapa bulan kemudian, Victor dipilih oleh Boris Yeltsin
sebagai Perdana Menteri Rusia. Di tahun yang sama, 1992, Gazprom
kemudian menjadi perusahaan Go Public yang sahamnya diperdagangkan
di Russian Joint Stock Company. Hal ini menunjukkan kemajuan pesat
yang dilakukan oleh Gazprom sehingga bisa menjadi perusahaan Go
Public.
Gazprom, dibawah Victor kemudian menjadi pendukung finansial
utama dari partai milik Viktor Chernomyrdin dalam pemilu DUMA
(Majelis
Rendah)
pada
tahun
1995.
Victor
juga
menunjukkan
67
http://www.gazprom.com/about/history/people/chernomyrdin/ diakses pada tanggal
18 Februari 2013
76
kedekatannya dengan Presiden Boris Yeltsin dengan menjadikan Gazprom
sebagai salah satu sponsor finansial utama dalam pencalonan Boris Yeltsin
sebagai Presiden Rusia pada Juni 1996. Kedekatan antara Boris Yeltsin
dan Victor Chernomyrdin menimbulkan asumsi akan begitu dekatnya
kaum oligarki dengan pusat pengambil kebijakan di Rusia. Victor
Chernomyrdin
berhasil
menjadi
sosok
penting
dalam
struktur
pemerintahan Rusia, sekaligus menjadikan perusahaannya memiliki akses
istimewa
dalam
menjalankan
bisnisnya.
Media
massa
Rusia
menggambarkan kedekatan antara Boris Yeltsin dan Victro Chernomyrdin
dengan mengubah slogan partai milik Viktor Chernomyrdin dari “Nash
Dom, Vash Dom (Our Home, Your Home) menjadi “Nash Dom, Gazprom
(Our Home, Gazprom).”
Salah satu bentuk penyelewengan yang dilakukan oleh Gazprom
adalah bekerjasama dengan ITERA, perusahaan yang berkantor di
Jacksonville, Florida USA. ITERA adalah perusahaan yang bergerak di
bidang eksplorasi dan produksi gas alam. Pihak manajemen Gazprom
bekerja sama agar ITERA dapat memperoleh kemudahan dalam
berinvestasi di Rusia. Gazprom menjual secara murah ladang gas milik
Rusia kepada ITERA. Dalam hal ini, pihak manajemen Gazprom
mendapatkan keuntungan pribadi atas akses yang diberikan kepada
ITERA.
Praktek penjualan aset negara menjadi hal yang biasa dan umum
terjadi di masa pemerintahan Presiden Boris Yeltsin. Perusahaan swasta
77
seperti Gazprom menjadi perantara penjualan aset negara kepada pihak
asing. Negara hanya mendapatkan sedikit keuntungan dari proses transaksi
tersebut. Bahkan, negara cenderung rugi diakibatkan penggelapan pajak
dan kerusakan di bidang lingkungan. Seperti pada tahun 1996, Gazprom
mendapatkan keuntungan sebesar US$ 2 Triliun, sedangkan pembagian
yang diberikan kepada negara hanya sebesar US$ 3,5 Million. Padahal saat
itu, pemerintah Rusia memiliki saham sebesar 38,4 % di Gazprom.68
Penggelapan pajak juga dilakukan pada tahun 1999, akuntan Rusia
melaporkan Gazprom mendapatkan keuntungan sebesar US$ 1,3 Billion.
Namun, kantor akuntan swasta dari barat menyatakan profit yang
didapatkan Gazprom pada tahun 1999 sebesar US$ 3,2 Billion.69 Selain
itu, kerusakan di bidang sosial dengan adanya gap yang sangat besar
antara golongan Oligarki yang hidup kaya raya. Pembangunan kantor
pusat Gazprom secara besar-besaran, hingga dijuluki “Taj Mahal from
Russia”. Sedangkan Negara dan masyarakat secara umum mengalami
tahun-tahun krisis ekonomi yang berat.
Terpilihnya Presiden Putin sebagai Presiden pada awal tahun 2000
sebagaimana dikemukakan sebelumnya membawa perubahan besar dalam
sistem ekonomi dan politik Rusia. Putin menginginkan agar potensi
ekonomi yang dimiliki oleh negara harus mampu dimaksimalkan
kinerjanya dalam membantu memperbaiki kondisi ekonomi negara. Di
tahun 2000, negara hanya memperoleh 16% share dalam total crude oil
68
Marshall I. Goldman, op. cit., 45
Ibid.
69
78
production. Hal ini menunjukkan minimnya kontribusi minyak bumi
sebagai komoditas ekspor terbesar negara Rusia. Sebagaimana kita
ketahui, Rusia merupakan negara penghasil minyak bumi terbesar kedua di
dunia. Jika melihat trend harga minyak bumi yang meningkat. Rusia
seharusnya mampu mengambil keuntungan besar dari fenomena tersebut.
Langkah pertama yang diambil Presiden Vladimir Putin memecat
Victor Chernomyrdin sebagai Chairman dari Gazprom pada Juni 2000.
Pemecatan Victor menunjukkan keseriusan Putin untuk membenahi
pengelolaan aset negara. Putin kemudian mengijinkan pemerintah Rusia
untuk membeli saham Gazprom di Bursa Efek Rusia. Dan akhirnya pada
Mei 2001, Putin melalui saham yang dimiliki Pemerintah Rusia di
Gazprom mendesak agar Rem Vhyakirev diberhentikan selaku CEO
Gazprom.
Sebagai gantinya, Putin mendatangkan Dmitri Medvedev dan
Alexei Miller sebagai pengganti Viktor Chernomyrdin dan Rem
Vhyakirev. Dua orang birokrat yang dikenal dekat dengan Putin dan
pernah bekerja sama dengan Putin di Kota St. Petersburg. Kedua orang ini
kemudian diserahi tugas untuk menghentikan kontrak kerja sama yang
berimplikasi pada penjualan aset negara yang menguntungkan pihak asing
dan merugikan negara. Tetapi, Medvedev serta Miller juga dituntut untuk
mengembalikan aset-aset negara yang telah dijual.
Tugas untuk mengembalikan aset negara terlihat jelas dengan
kebijakan yang dilakukan Gazprom untuk mengakusisi Sibneft. Sibneft
79
merupakan perusahaan minyak milik Boris Berezovsky. Boris Berezovsky
diketahui memiliki kedekatan dengan Boris Yeltsin, melalui salah seorang
anak Boris Yeltsin. Melalui Surat Keputusan Presiden tanggal 25 Agustus
1995 memutuskan untuk memisahkan Sibneft dari Kementerian Energi
dan Rosneft. Sibneft kemudian dibeli oleh Boris Berezovsky dengan harga
yang relatif murah. Sebagai gantinya, Boris Berezovsky memastikan akan
mendukung pencalonan Boris Yeltsin sebagai Presiden pada pemilu tahun
1996.
Melalui ORT, jaringan media cetak dan elektronik yang dimiliki
oleh Boris Berezovsky. Kejanggalan itu semakin terlihat melalui sistem
pembelian saham Sibneft yang menggunakan dana Loans For Shares.
Sebuah sistem investasi yang diciptakan oleh Wakil Perdana Menteri
Vladimir
Potanin.
Sistem
ini
sangat
merugikan
negara,
sebab
memungkinkan negara meminjam uang dari bank swasta milik para
oligarki dan menukarnya dengan saham perusahaan minyak milik negara.
Pasca terpilihnya Putin sebagai Presiden Rusia, Boris kemudian
dituntut dengan ancaman penjara atas tuduhan penggelapan pajak dan
penipuan terhadap negara. Menghadapi ancaman penjara atas dirinya,
Boris Berezovsky melarikan diri ke London. Namun, Boris telah terlebih
dahulu menjual sahamnya di Sibneft kepada Roman Abrahamovich.
Roman Abrahamovich kemudian berniat untuk menjual sahamnya di
Sibneft kepada perusahaan asing. Chevron-Texaco, Shell dan Total.
80
Langkah cepat diambil pemerintah Rusia dengan mengancam
Roman Abrahamovich dengan tuduhan penggelapan pajak dan penipuan
senilai US$ 1,4 Billions. Akhirnya pada bulan september 2005,
Abrahamovich setuju untuk menjual sahamnya di Sibneft kepada Gazprom
senilai US$ 13 Billions. Sibneft kemudian diubah menjadi Gazpromneft
(Industri Gas dan Minyak Bumi). Akusisi Sibneft memungkinkan
Gazprom menjadi perusahaan negara yang menguasai sebagaian besar
industri minyak nasional. Penguasaan negara terhadap minyak bumi
meningkat 30%.70
Gazprom juga menerapkan monopoli dalam produksi gas nasional.
Melalui penguasaannya terhadap jalur distribusi gas dari dalam negeri.
Seperti pada kasus transportasi gas di Siberia Timur. Gazprom tidak
mengizinkan TNK-BP (Perusahaan Gas Swasta) untuk membuat pipa
distribusi gas ke jalur distribusi gas atau pasar gas internasional.71 Hal ini
menyebabkan TNK-BP tidak mampu memenuhi target distribusi gas
sebesar 9 Billions Cubic Meter gas per tahun. Gazprom hanya mengijinkan
TNK-BP untuk menjual gas ke Gazprom seharga US$ 30 per 1000 Cubic
Meter. Padahal Gazprom menjual gas di pasar gas internasional seharga
US$ 190 per meter kubik. TNK-BP tidak memiliki pilihan lain kecuali
menjual langsung gas yang diproduksi ke Gazprom. Gazprom, meskipun
jarak antara Siberia Timur dan konsumen gas utama mereka yakni Eropa
70
Ibid.
http://www.rzd-partner.com/press/288516/?print diakses tanggal 28 Desember 2012
71
81
cukup jauh. Dengan keuntungan yang berlipat ganda atas kerja sama
antara Gazprom dan TNK-BP.
Bentuk kontra kerja sama yang merugikan Rusia juga menjadi
bagian dari perbaikan yang dilakukan oleh Gazprom dibawah Medvedev
dan Miller. Sakhalin, sebuah pulau yang terletak di bagian paling timur
Rusia,
diindikasikan
memiliki
kandungan
minyak.
Namun,
ketidakmampuan Pemerintah Rusia untuk melakukan eksplorasi dan
produksi membuat mereka mengijinkan perusahaan asing untuk terlibat
dalam pengerjaan proyek Sakhalin.
Shell dan Exxon adalah dua perusahaan asing yang menyatakan
kesiapannya untuk terlibat dalam pengerjaan proyek Sakhalin. Dalam PSA
(Production Sharing Agreement) yang dilakukan antara Shell dan
Pemerintah Rusia. Shell mengkalkulasikan kebutuhan dana sebesar US$
10 Billion untuk memulai ekplorasi dan produksi di Sakhalin. Namun,
pada Juli 2005, Shell mengajukan kenaikan ongkos produksi sebesar US$
20-22 Billion72 diakibatkan oleh kenaikan harga besi baja dan tingkat
kesulitan pekerjaan yang ternyata melebihi estimasi awal. Exxon mencoba
memberikan penawaran senilai US$ 17 Billion kepada Pemerintah
Rusia.73 Namun penawaran ini juga ditolak.
Tingginya penawaran yang diajukan oleh Shell, mengubah
kebijakan Pemerintah Rusia. Pemerintah Rusia menekan Shell agar
72
http://royaldutchshellplc.com/2011/08/31/rosneft-deal-shows-exxon-to-be-the-onlysupermajor-with-heft-in-russia/ diakses pada tanggal 28 Februari 2012
73
Ibid.
82
diadakan renegosiasi PSA. Hal ini dimaksudkan agar ada perusahaan
Rusia yang menjadi rekanan Shell dalam proyek Sakhalin. Menyadari
kondisi Pemerintah Rusia yang berani mengambil langkah tegas terhadap
perusahaan asing yang menolak melakukan renegosiasi kontrak PSA.
Shell bersedia menjual 50 persen sahamnya kepada Gazprom senilai US$
7.45 Billion. Gazprom mampu menghemat US$ 3, 45 Billion. Dari harga
yang seharusnya dibayar Pemerintah Rusia atau seperdua dari harga yang
harus dibayar dalam PSA senilai US$ 22 Billion.74
Gazprom kemudian menjadi lebih dari sekedar perusahaan
eksplorasi dan produksi gas serta minyak bumi. Lebih dari itu, Gazprom
menjadi simbol dari kontrol Pemerintah Rusia terhadap sumber daya
alamnya. Tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri.
Pemerintah
Rusia
dan
Gazprom
memiliki
keselarasan
dan
kebersinambungan dalam kebijakannya. Pemerintah Rusia senantiasa
memberikan Gazprom jalur dan kesempatan untuk memperluas jaringan
bisnis. Selain itu juga melindungi Gazprom dari ancaman kompetitorkompetitor asing di Rusia, Kawasan Asia Tengah. Serta Gazprom sudah
mulai memasuki pasar energi Afrika.
Di lain pihak, Gazprom memberikan keuntungan kepada
Pemerintah Rusia sebagai pemilik saham tunggal di Gazprom. Pada Mei
2006, Presiden Vladimir Putin dalam pidato kenegaraan menekankan akan
74
Ibid.
83
prestasi yang dicapai oleh Gazprom.75 Gazprom berhasil menjadi
perusahaan dengan nilai saham di pasar saham internasional ketiga
terbesar di dunia. Gazprom hanya kalah dari Exxon Mobile dan General
Electric. Padahal Gazprom hanya beroperasi di wilayah Rusia, Asia
Tengah dan Eropa Timur saja. Adapun Exxon-Mobile dan General
Electric yang telah memasuki pasar hampir seluruh negara di dunia.
Selain Gazprom, perusahaan lain yang menjadi bagian dari strategi
Presiden Vladimir Putin untuk mengembalikan kejayaan Rusia dan
menjadikan Rusia sebagai negara superpower dibidang energi adalah
Yukos. Yukos adalah perusahaan minyak milik Mikhail khodorkovsky.
Melalui proses liberalisasi pada awal dekade 90-an. Khodorkovksy
mendirikan Bank Menatep. Dengan Menatep, Khodorkovsky melakukan
serangkaian penipuan dan penggelapan pajak. Puncaknya, Mikhail
Khodorkovsky berhasil mengakusisi saham pemerintah melalui penipuan
perbankan dan memanfaatkan program Loans For Share. Mikhail
Khodorkovsky membeli 88 persen saham Yukos dari pemerintah seharga
US$ 350 Milllion. Padahal pada kisaran harga sebenarnya, nilai harga
saham Yukos berada pada kisaran angka US$ 3-5 Billion.76
Pada awal dekade 2000-an, Yukos berhasil menjadi produsen
minyak terbesar di Rusia. Bahkan mengalahkan produksi negara itu
sendiri.
Hal
ini
menyebabkan kebijakan
yang diambil
Mikhail
Kodorkovksy juga semakin berani untuk menantang Presiden Vladimir
75
. Ibid. Hal. 142.
Ibid. Hal. 72
76
84
Putin. Mikhail Kodorkovsky merencanakan untuk membangun pipa
minyak bawah laut. Usaha ini merupakan saingan terhadap Transneft.
Transneft adalah satu-satunya perusahaan milik negara yang menguasai
dan mengendalikan seluruh aktivitas distribusi minyak dan pengelolaan
pipa minyak Rusia. Mikhail Kodorkovsky juga menandatangani kerjasama
antara Yukos dan China dalam hal pembangunan pipa minyak dari Siberia
menuju China.
Presiden Putin menganggap kerja sama ini tidak melibatkan Rusia
sebagai negara asal Yukos. Pada tahun 2003, Kodorkovksy bermaksud
menjual saham Yukos kepada perusahaan asing seperti Chevron dan
Exxon-Mobile. Kodorkovsky juga telah melakukan kesepakatannya untuk
melakukan merger dengan Sibneft perusahaan milik Berezovsky.
Kodorkovksy ditangkap oleh kepolisian Rusia pada 23 Oktober 2003.
Penangkapan dilakukan atas tuduhan penggelapan pajak, pencucian uang,
penipuan, melakukan tindak kekerasan dan pembunuhan berencana.
Kodorkovsky dihukum 8 tahun penjara dan dikirim ke penjara
Krasnokamensk di Siberia. Kasasi yang dilakukan pada tingkat pengadilan
tinggi pada tahun 2007 menambah masa hukuman Kodorkovsky hingga 15
tahun penjara. 77
Yukos diharuskan membayar ganti rugi kepada negara sebesar US$
33 Billion. Untuk menutupi utang tersebut, pada Desember 2004, aset
paling berharga Yukos yaitu Yuganskneftegaz dijual seharga US$ 9.35
77
Ariel Cohen, Op.cit., Hal.31
85
Billion. Aset ini dibeli oleh Baikal Finance Group. Ketidakmampuan
Yukos memenuhi tuntutan tersebut mengakibatkan Yukos dinyatakan
bangkrut pada tahun 2006.78
Keseluruhan aset Yukos dijual untuk melunasi utangnya terhadap
negara. Saham Yukos diperkirakan mencapai angka US$ 22-26 Billion.
Rosneft, induk perusahaan perminyakan Rusia berhasil mengakusisi
mayoritas saham Yukos.79 Kondisi ini dimungkinkan setelah pemerintah
Rusia melakuan serangkaian manipulasi dan tekanan agar tidak ada
penawar lain yang mampu membeli saham Yukos. Diakusisinya Yukos
oleh Rosneft mengembalikan Rusia sebagai produsen utama minyak bumi
dalam negeri, posisi yang sebelumnya dipegang oleh Yukos di bawah
kepemimpinan Mikhail Kodorkovsky.
2. Penguasaan Jalur Transportasi di Bidang Energi
Secara geografis Kazakhstan tergolong negara yang mengalami
kondisi Landlock. Hal ini diakibatkan oleh wilayah negara yang tidak
memiliki perbatasan dengan laut lepas. Kondisi tersebut berimplikasi pada
ketergantungan Kazakhstan terhadap negara-negara di sekitarnya agar
Kazakhstan dapat berinteraksi dengan dunia internasional, terutama dalam
bidang ekonomi dan perdagangan. Pola interaksi yang terbentuk kemudian
menjadi pola interaksi yang saling berkaitan satu sama lain.
Di lain pihak, Kazakhstan memiliki modal yang kuat serta nilai
strategis dalam kondisi dan lokasi geografisnya. Kazakhstan merupakan
78
Ibid.
Perovic, Jeronim and Robert W. Ortung. 2009. Russian Energy Power and Foreign
Relations : Implications for Conflict and Cooperation. London. Routledge. Hal. 138
79
86
negara dengan wilayah teritorial terluas di Kawasan Asia Tengah. Dengan
letaknya yang terletak di perbatasan Eropa dan Asia. Kazakhstan memiliki
akses pada dua negara besar, China dan Rusia. Kondisi ini menjadi
keunggulan dari segi ekonomi. Kazakhstan memiliki akses terhadap pasar
terbesar di kawasan. Di lain pihak, Kazakhstan menjadi sangat rawan
mendapatkan tekanan dan intervensi dari dua negara yang lebih superior
dari Kazakhstan tersebut. Lebih jelasnya lihat Peta Kazakhstan pada
Gambar Peta 4.1.
87
Gambar 4.1 Peta Wilayah Negara Kazakhstan
Sumber : Diakses dari http://map.primorye.ru/raster/maps/commonwealth/cis_central_asia_pol_95.jpg , tanggal ...
88
Rusia sebagai negara pecahan Uni Soviet terbesar tidak dapat
melepaskan begitu saja negara-negara di daerah sekitarnya menjadi
negara-negara independen dan bebas dalam menjalin kerja sama dengan
pihak asing. Rusia memiliki kepentingan untuk tetap menjaga kontrolnya
terhadap negara-negara pecahan Uni Soviet. Dalam kasus Kazakhstan,
Rusia melakukan instrumen jalur distribusi energi sebagai tools untuk
menekan pemerintah Kazakhstan.
Rusia mencoba melakukan manipulasi jalur transportasi minyak.
Hal tersebut untuk menjadi senjata bagi pemerintah Rusia agar Kazakhstan
tetap mengikuti aturan-aturan dan kepentingan Rusia di Kazakhstan dapat
tercapai. Dua jalur ekspor minyak termurah dan paling efisien Kazakhstan
adalah melalui pipa milik Rusia yang dikelola oleh Transneft. Transneft
sebagaimana dibahas sebelumnya merupakan BUMN milik Rusia yang
mengelola jalur transportasi minyak yang melalui wilayah teritorial Rusia.
Jalur pertama adalah melalui Pipa Atyrau-Samara. Jalur pipa ini
menghubungkan Kazakshtan’s Oil Pipeline Network dengan jalur pipa
minyak Rusia. Jalur pipa Atyrau-Samara dimiliki bersama oleh
KazTransOil dan Transneft. Melalui jalur ini, minyak milik Kazakhstahn
disalurkan menuju wilayah Rusia. Kemudian disalurkan ke Eropa melalui
jalur pipa Dhruzba menuju Belarusia. Konsumen utama dari jalur ini
adalah Jerman, Belanda, dan negara Skandinavia.
Biaya transit yang dikenakan oleh Transneft adalah US$ 0.73/Ton/
100 Km atau jika dikalkulasikan sekitar US$ 2-3 per barel minyak.
89
Meskipun terbilang sebagai jalur paling murah, pemerintah Rusia melalui
Transneft menekan agar kuota ekspor yang diberikan kepada Kazakhstan
hanya mencapai 15-17.5 juta ton minyak bumi per tahun. Jalur ini juga
terbilang lambat, sebab minyak yang berasal dari Kazakhstan seringkali
harus tertunda pengirimannya. Ini dikarenakan Transneft mendahulukan
penigiriman minyak yang berasal dari Produksi Rosneft terlebih dahulu.
Pilihan kedua adalah melalui pipa CPC. Pipa CPC meskipun
merupakan jalur pipa minyak utama dan memiliki kapasitas terbesar,
namun dianggap memberatkan. Ini dikarenakan harga per barel mencapai
US$ 3.70. Jika dibandingkan dengan Atyrau-Samara yang hanya seharga
US$ 2-3 per barel. Namun, CPC tetap menjadi jalur ekspor utama minyak
Kazakhstan. Oleh karena itu, Kazakhstan sangat berkepentingan dalam
menjaga kerjasamanya dengan Rusia.
Pemerintah Kazahstan telah mencoba mencari alternatif jalur
distribusi minyak bumi. Namun pemerintah Rusia senantiasa melakukan
kebijakan untuk mencegah agar jalur alternatif tersebut tidak menjadi jalur
utama distribusi minyak Kazakhstan. Sebagai contoh adalah jalur pipa
minyak bawah laut yang melintasi Laut Kaspia untuk dihubungkan dengan
pipa BTC (Baku-Tbilisi-Ceyhan), lihat Gambar Peta 4.2. Pilihan ini
dihalangi oleh Pemerintah Rusia. Meskipun telah ada perundingan tentang
hak eksplorasi dan pemetaan wilayah di Laut Kaspia pada tahun 1998.
90
Peta 4.2. Peta Pipa BTC (Baku-Tbilisi-Ceyhan)
Sumber dari : http://onceuponatimeinthewest1.files.wordpress.com/2008/08/btcpipeline2.gif
diakses pada tanggal 5 januari 2013
Rusia tidak mengijinkan dibuatnya jalur pipa minyak bawah laut di
Laut kaspia.80 Meskipun telah diadakan pertemuan di Asgabat pada tahun
2001 dan di Teheran pada tahun 2007. Rusia tetap menolak memberikan
izin untuk membangun pipa bawah laut di Laut Kaspia. Pembangunan
pipa ini akan mengakibatkan Rusia kehilangan posisinya sebagai jalur
utama ekspor minyak Kazakhstan.
Jalur distribusi minyak hanya dapat melalui Kapal Tanker. Proses
pengiriman minyak melalui jalur laut juga sangat ketat. Rusia sebagai
merupakan negara dengan Armada militer laut terbesar di laut kaspai dan
sebagian besar merupakan peninggalan dari UniSoviet. Armada Laut
80
http://www.payvand.com/news/10/dec/1061.html Bahgman Agai Dhiba, “Caspian Sea:
Potential for Conflict”.
91
Rusia mengontrol dengan ketat lalu lintas kapal di Laut Kaspia. Faktor lain
yang memberatkan dari jalur ini adalah biaya distribusi yang mencapai
US$ 3-4 per barel. Belum termasuk biaya pengapalan melintasi Laut
kaspia.
Pilihan lain yang coba dibuat pemerintah Kazakhstan adalah
dengan mengapalkan minyak bumi melalui pelabuhan Aktau di wilayah
teritorial Kazakhstan menuju ke Pelabuhan Baku di negara Azerbaijan atau
Makhackala di wilayah teritorial Rusia. Jalur ini memungkinkan minyak
dari Kazakhstan dapat menuju pasar internasional melaui pipa BTC.
Pemerintah Rusia memandang Presiden Nuzultan Nuzurbaev
sebagai sosok strategis dalam pengambilan kebijakan Kazakhstan. Oleh
karena itu, Presiden Vladimir Putin melakukan pendekatan melalui
serangkaian pertemuan dengan Nuzultan Nuzurbaev. Sepanjang akhir
2005 hingga 2006, tercatat Putin dan Nuzurbaev bertemu sebanyak empat
kali.81
Posisi Kazakhstan yang sedemikian penting dalam strategi politik
energi Rusia dapat dilihat dari intensitas kunjungan dan interaksi yang
dilakukan Presiden Vladimir Putin terhadap Kazakhstan. Kazakkhstan
merupakan negara tujuan pertama dari kunjungan kenegaraan Presiden
Vladimir Putin tahun 2006. Kunjungan ini memberikan kesan kepada
Kazakhstan agar memberikan dukungannya dalam kebijakan politik energi
Rusia di kawasan. Terutama, kemungkinan Kazakhstan untuk membangun
81
http://archive.kremlin.ru/eng/speeches/2006/06/17/2118_type82914type82915_107
337.shtml diakses pada tanggal 28 Desember 2012.
92
pipa bawah laut untuk menghubungkan Kazakhstan dan Baku. Namun,
kunjungan Wakil Presiden AS Dick Cheney ke Kazakhstan pada tanggal 5
Mei 200682 telah membuat kondisi di Kawasan Asia Tengah menjadi
semakin kompleks. Kedatangan Dick Cheney berupaya meyakinkan
Presiden Nuzultan Nuzurbaev untuk membuka jalur pipa minyak di bawah
Laut Kaspia dan menggunakan jalur BTC sebagai jalur ekspor utama
minyak Kazakhstan.
Melalui pernyataan resminya, Presiden Dick Cheney mengkritik
kebijakan energi yang diambil oleh Rusia terkait penguasaan jalur
transportasi energi di Kawasan Asia Tengah dan Eropa. Langkah yang
diambil Dick Cheney selaku Wapres AS dan pernyataan resminya
menunjukkan concern yang besar dari AS terhadap Kawasan Asia Tengah.
Terutama di sekitaran Laut Kaspia yang kaya akan sumber energi fosil.
Pemerintah Rusia mengambil langkah taktis pasca kunjungan Dick
Cheney. Pertemuan antara Presiden Vladimir Putin dan Presiden Nusultan
Nuzurbaev berlangsung pada tanggal 20 Mei 2006. Pertemuan ini juga
dihadiri oleh Perdana Menteri Rusia, Menteri Pertahanan dan Menteri
Energi Rusia. Dalam peertemuan tersebut, Putin dan NUzurbaev
membahas isu-isu strategis seputar energi dan kerjasama di bidang militer.
Rusia menjanjikan akan meningkatkan bantuan militer dan ekonomi
kepada Kazakhstan.
82
http://www.nytimes.com/2006/05/06/world/europe/06cheney.html?pagewanted=all
&_r=0 diakses pada tanggal 28 Desember 2012
93
Dalam pidato resmi yang dilakukan oleh kedua pemimpin negara
pasca pertemuan.
83
Presiden Vladimir Putin menyatakan Kazakhstan
sebagai mitra strategis Rusia dalam bidang energi. Melalui pertemuan ini,
juga dibahas bentuk bantuan militer kepada Kazakhsatan yaitu melalui
pelatihan militer kepada Angkatan Bersenjata Kazakhstan oleh Rusia di
Wilayah
Teritorial
Rusia.
Melalui
pidatonya,
Putin
bermaksud
menempatkan Kazakhstan sebagai partner dalam bidang energi. Bantuan
baik dalam militer ataupun ekonomi merupakan bentuk persuasif Rusia
agar Kazakhstan menjaga kedekatannya terhadap dunia barat terutama AS.
Dalam kesempatan yang sama, Presiden Nusultan Nuzurbaev
menyatakan pentingnya kerjasama ekonomi yang terbentuk antara negaranegara di Kawasan Asia Tengah, dan Rusia sebagai aktor penting dalam
kerjasama regional.84 Namun, hasil penting dari pertemuan tersebut adalah
disepakatinya perlibatan Rusia dalam industri gas Kazakhstan. Kerjasama
akan dikerjakan oleh Gazprom selaku perusahaan gas milik negara Rusia
sebagai
mitra
dari
KazMunasGaz.
Perlibatan
Gazprom
semakin
menunjukkan besarnya kekuasaan Gazprom di Kawasan Asia Tengah.
Setelah sebelumnya menguasai produksi, transportasi hingga distribusi gas
alam hingga ke Rusia. Gazprom juga terlibat dalam proses produksi gas
alam di Kazakhstan, yang nantinya juga akan dijual ke Gazprom sebagai
pemegang satu-satunya jalur ekspor gas alam di Kawasan.
83
http://www.mid.ru/bdomp/brp_4.nsf/e78a48070f128a7b43256999005bcbb3/80dbf3f
05205f3fcc3257176002a2d39!OpenDocument diakses pada tanggal 28 Desember 2012
84
Ibid
94
Melalui pertemuan ini juga, Presiden Nuzurbaev menyatakan
kesiapannya untuk memulai proses ekplorasi dan produksi minyak di
wilayah Kurmangazy di bagian utara Laut Kaspia. Wilayah yang
sebelumnya menjadi pusat perhatian dari dua negara yaitu Rusia dan
Kazakhstan. Hal ini diakibatkan tidak jelasnya proses pembagian wilayah
dan perbatasan di daerah Laut Kaspia. Dengan pernyataan resmi tersebut,
kini Rusia dan kazakhstan bekerjasama untuk melakukan kegiatan
penambangan minyak bumi di Kurmangazy yang cadangan minyak
buminya diperkirakan mencapai 1 miliar ton.85
Setelah kunjungan Presiden Vladimir Putin ke Kazakhstan pada
tanggal 17 juni 2006, pertemuan penting yang kemudian menunjukkan
keberhasilan Putin dalam mempengaruhi kebijakan Presiden Nuzurbaev
adalah pertemuan yang berlangsung di Kazakhstan pada tanggal 10 Mei
2007. Dalam pertemuan resmi yang dilakukan oleh kedua kepala negara,
Putin berhasil meyakinkan Nuzurbaev. Meskipun minyak Kazakhstan
dibawa ke Baku melalui jalur Laut Kaspia. Pemerintah Kazakhstan
menyetujui untuk tidak mengekspor minyak melalui BTC melainkan
melalui jalur pipa minyak dari Baku menuju Novorossysik. 86 Pelabuhan
yang sama jika minyak Kazakhstan diekspor melalui pipa CPC.
Dalam pertemuan yang sama juga banyak diputuskan isu-isu
penting. Rusia menyetujui perlibatan Kazakhstan dalam program
85
http://www.oilvoice.com/well/Kurmangazy_Oil_Field/4a0331f28030.aspx diakses
pada tanggal 6 Maret 2013
86
http://archive.kremlin.ru/eng/speeches/2007/05/10/1734_type82914type82915_128
103.html diakses pada tanggal 6 Maret 2013
95
pengembangan uranium. Hal ini bisa dilihat sebagai upaya Rusia untuk
meuakinkan Kazakhstan sebagai mitra strategis Rusia. Tidak hanya
sebagai negara satelit yang harus tunduk dan patuh oleh kebijakan Rusia.
Dalam pernyataan resminya, Putin juga menyatakan kesediaan Nuzurbaev
untuk melibatkan Gazprom dalam produksi sumur gas milik Kazakhstan.
Langkah
yang
diambil
Presiden
Vladimir
Putin
melalui
serangkaian kunjungan kenegaraan, dan pertemuan mampu menjaga sikap
dan dukungan Kazakhstan terhadap Rusia di Kawasan. Kehadiran AS oleh
Rusia dianggap sebagai ancaman. Oleh karena itu, Kazakhstan sebagai
sebuah negara yang penting bagi Rusia berhasil diyakinkan agar menjaga
sikap dan dukungannya. Rusia berhasil menutup jalur ekspor bagi
Kazakhstan untuk tetap melewati daerah teritorial Rusia.
Dalam beberapa kasus, Rusia akan menggunakan pendekatan yang
lebih represif apabila upaya persuasif tidak berhasi. Sebagai contoh,
dialami oleh negara-negara lain yang memilih untuk menjauh dari
pengaruh Rusia. Ukraina karena dianggap lebih dekat ke barat dan tidak
mendukung Rusia di Kawasan harus rela menerima sanksi berupa
kenaikan harga gas alam. Meskipun dalam pernyataan resminya, Gazprom
menyatakan peristiwa ini sebagai masalah bisnis semata. Namun, posisi
Pemerintah Rusia sebagai pemegang saham utama di Gazprom menjadi
alasan utama munculnya asumsi ini.
Georgia yang melakukan perlawanan dalam bentuk militer kepada
Rusia dan menerima bantuan AS mengalami perlakuan yang serupa
96
bahkan cenderung lebih keras. Selain melakukan aktivitas militer terhadap
Kazakhstan, Rusia juga memutuskan pasokan listrik ke Georgia. Hal ini
dimungkinkan sebab, Rusia merupakan negara ekportir utama di kawasan.
Opsi jalur ekspor minyak yang dimiliki Pemerintah kazakhstan
semakin sedikit. Kazakhstan mencoba menjajaki jalur ekspor minyak
melalui Pelabuhan Neka milik Iran. Kota pelabuhan milik Iran yang
terletak di sisi selatan Laut Kaspia. Jalur ini memungkinkan minyak
disalurkan ke Pelabuhan milik Iran di wilayah Teluk Persia. Namun,
ketiadaan jalur pipa minyak menyebabkan minyak harus melalui jalur
transportasi darat yang sangat rawan kebocoran dan kecelakaan. Selain itu,
Pemerintah Rusia juga menggunakan jalur ini untuk menyalurkan minyak.
Pemerintah Rusia menekan Pemerintah Iran melalui tawaran tarif yang
lebih tinggi dan kedekatannya secara politik agar Iran menahan kuota
ekspor minyak Kazakhstan. Faktor harga yang mencapai US$ 4 per barel
juga menjadi faktor yang memberatkan jalur distribusi minyak ini.
Kondisi yang menjadi alasan Kazakhstan menggunakan jalur pipa
minyak milik Rusia, terutama CPC bukanlah suatu kebetulan semata.
Lebih jauh adalah hasil kebijakan taktis dari Pemerintah Rusia. Melalui
kerja sama dan penekanan secara halus, Rusia berhasil memaksa negaranegara di sekitar Laut Kaspia untuk mengikuti skenario yang dibuat oleh
Pemerintah Rusia. Penggunaan instrumen energi, dalam hal ini jalur pipa
minyak menjadikan Rusia sebagai negara yang berpengaruh dan bersifat
determinan bagi negara di sekitarnya.
97
Pada kasus Kazakhstan, Rusia menciptakan kondisi agar mampu
memaksa Pemerintah Kazakhstan untuk menggunakan CPC sebagai jalur
utama distribusi minyak bumi. Dengan demikian, Rusia menciptakan
kondisi ketergantungan dari Kazakhstan terhadap Pemerintah Rusia.
Kebijakan ini memiliki tujuan yang jelas untuk menjaga kedekatan antara
Kremlin dan Astana.
3. Pembentukan Aliansi Regional di Bidang Energi
Rusia sebagai negara pecahan Uni Soviet terbesar mencoba
merangkul kembali negara-negara di Kawasan Asia Tengah melalui isu
energi. Upaya ini terlihat dari pembentukan organisasi-organisasi regional.
Perbedaan mendasar dari organisasi di Era Uni Soviet adalah motif dan
kepentingan dari pembuatan organisasi regional tersebut. Rusia dan
Kazakhstan tergabung dalam organisasi negara produsen gas di Asia
Tengah atau Eurasian Gas Alliance. Organisasi ini beranggotakan Rusia,
Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan dan Azerbaijan.
Presiden Rusia Vladimir Putin secara langsung mendekati Presiden
negara-negara produsen gas di Asia Tengah agar segera bergabung dalam
aliansi ini. Putin melakukan pendekatan khusus seperti dalam bentuk
kunjungan kenegaraan ke Turkmenistan. Putin berhasil meyakinkan
Pemimpin negara lain untuk bergabung dalam aliansi ini. Sebagai bentuk
keuntungan yang ditawarkan, Putin menjanjikan kerja sama ini mampu
meingkatkan harga gas alam dunia dan melipatgandakan keuntungan
negara anggota aliansi.
98
Putin juga menekankan bahwa wilayah kerja sama dalam aliansi ini
meliputi koordinasi kuota produksi agar harga lebih stabil. Pembangunan
bersama pipa gas dengan kemampuan distribusi yang lebih besar.
Pengurangan tarif transit melalui pipa gas milik Rusia. Dan yang paling
menguntungkan adalah kemampuan organisasi ini dalam menentukan
harga gas alam. Organisasi ini bertindak menyerupai kartel yang menjadi
pemain tunggal dalam pasar gas alam.
Serangkaian strategi politik energi Rusia merupakan sebuah
kebijakan strategis yang saling terkait. Diawali dengan penguasaan
terhadap perusahaan energi strategis di dalam negeri dalam rangka
mengamankan pasokan energi dalam negeri. Sekaligus, sebagai alat untuk
melakukan penguasaan keluar negeri. Keberhasilan menguasai perusahaan
energi strategis dalam bidang eksplorasi, produksi dan distribusi menjadi
alat bagi negara dalam mengendalikan dan menekan negara lain. Rusia
kemudian mencoba merangkul negara produsen di kawasan agar Rusia
dapat menjaga pengaruhnya. Dalam sudut pandang ekonomi, Rusia
menciptakan kartel energi raksasa yang akan memanksa negara konsumen
untuk mematuhi kebijakan aliansi tersebut. Sebab, Aliansi ini tidak
memiliki saingan dalam pasar pemasok gas alam terutama di Eropa.
C.
Efektivitas Politik Energi Rusia di Kazakhstan
Namun, bagaimanapun bentuk interaksi antara dua negara dalam dunia
hubungan internasional akan didasari oleh kepentingan nasional masing-masing
negara. Dalam konteks kerja sama tersebut, masing-masing negara akan mencapai
99
tujuannya. Proses pencapaian tujuan itulah yang diturunkan menjadi metodemetode disesuaikan dengan faktor eksternal dan internal dari negara tersebut.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, sebagai negara yang lebih
superior. Pola kerjasama antara Rusia dan Kazakhstan cenderung memperlihatkan
upaya Rusia untuk mencapai kepentingan nasionalnya terhadap Kazakhstan.
Melalui strategi politik energi yang telah dijelaskan oleh penulis. Dapat dilihat
dan diukur tingkat keberhasilan strategi tersebut melalui ukuran pencapaian power
Rusia terhadap Kazakhstan.
Kepentingan nasional dimaknai sebagai upaya negara untuk mengejar
power. Power diaknai tidak semata-mata sebagai kekuatan dalam bentuk represif
seperti kekuatan militer. Namun, power juga dimaknai potensi-potensi yang
dimiliki untuk mempengaruhi negara lain. Politik energi yang dijalankan Rusia di
Kawasan Asia Tengah secara umum, dan khususnya Kazakhstan merupakan
strategi Rusia dalam menjaga kepentingan nasional terhadap Kazakhstan. Adapun
ukuran kepentingan nasional tersebut dapat kita ukur melalui pencapaian terhadap
dua hal, yaitu di bidang ekonomi dan politik.
Di bidang ekonomi, kepentingan Rusia adalah untuk menjaga keunggulan
mereka sebagai aktor tunggal dalam pasar produsen dan distributor gas alam di
Eropa. Melalui strategi penguasaan terhadap jalur distribusi gas. Rusia mampu
menekan Kazakhstan agar menjual gas alamnya kepada Gazprom, perusahaan gas
alam milik Rusia. Rusia juga memanfaatkan isu jalur distribusi energi sebagai
tekanan agar Kazakhstan bersedia menandatangani kontrak kerja sama eksplorasi
gas alam dengan Gazprom.
100
Jika Kazakhstan berhasil mengembangkan jalur pipa gas yang tidak
terhubung dengan pipa gas milik Rusia. Maka Rusia akan memiliki kompetitor
dan akan berdampak buruk terhadap harga gas alam di pasaran. Rusia juga
mencoba merangkul negara penghasil gas alam di Kawasan Asia Tengah dengan
mendirikan aliansi negara produsen gas alam. Dalam aliansi ini, Rusia
menjanjikan adanya kerjasama dan pendampingan bagi negara naggota dalam
proses eksplorasi, produksi dan distribusi gas alam. Namun, di lain pihak Rusia
menekankan pentingnya negara anggota untuk memenuhi standar harga dan
operasional yang telah ditetapkan oleh Rusia.
Hal ini untuk mencegah jatuhnya harga gas alam dunia. Selain itu, Rusia
ingin mengamankan kepentingan nasionalnya terhadap gas alam yang selama ini
telah digunakan Rusia sebagai instrumen politik luar negeri dalam interaksinya
dengan negara konsumen gas alam Rusia terutama di Eropa. Hal ini penting,
mengingat jalur pipa gas alam milik Rusia adalah satu-satunya jalur pipa gas yang
membawa gas alam negara-negara Asia Tengah menuju ke Eropa. Rusia
merangkul negara-negara produsen agar tidak bekerjasama dan membuka jalur
pipa gas baru yang dapat menandingi atau menjadi rival dari gas alam Rusia di
Eropa.
Kondisi serupa juga terjadi pada proses ekplorasi, produksi dan distribusi
minyak bumi milik Kazakhstan. Dengan memanfaatkan isu jalur distribusi minyak
utama Kazakhstan yang berada di bawah penguasaan Transneft. Rusia menekan
pemerintah Kazakhstan agar memberikan bagian pada Rosneft dalam hal
eksplorasi dan produksi minyak bumi Kazakshtan. Terutama pada sumur minyak
101
baru di Kawasan Laut Kaspia. Isu sengketa perbatasan juga dimanfaatkan Rusia
terutama untuk menguasai wilayah kaya minyak di beberapa titik di Laut Kaspia.
Jumlah uang sebesar US$ 525 Million dibayarkan pemerintah Kazakhstan
ke Rusia dalam bentuk pajak, fee, dan dana kemanusiaan sepanjang tahun 20002008.87 Selain itu, melalui kepemilikan sahamnya di CPC Rusia menekankan
keharusan dilibatkannya perusahaan Rusia dalam berbagai bentuk pekerjaan di
CPC seperti pengawasan, kontraktor dan pengadaan logistik.
Pada industri minyak bumi, Rusia melalui perusahaan minyak negara
seperti Rosneft, dan Sibneft melakukan upaya penguasaan terhadap aktivitas
eksplorasi dan produksi minyak bumi Kazakhstan. Rusia tidak mau mengulangi
kesalahaan seperti di Tengiz. Ladang minyak terbesar milik Kazakhstan yang
dikelola bersama oleh TengizMunayGaz, Chevron dan Exxon. Rusia meberikan
perlindungan kepada perusahaan minyak Rosneft melalui pendekatan Government
to Government. Sehingga, Perusahaan minyak milik Rusia tersebut bisa bersaing
dengan perusahaan asing. Terutama untuk pengelolaan ladang minyak Kazakhstan
di Wilayah Laut Kaspia.
Serangkaian kepentingan ekonomi bisnis diatas jika dianalisis lebih jauh
akan menggambarkan persepsi Pemerintah Rusia, terutama Presiden Vladimir
Putin akan pentingnya penguasaan terhadap lingkungan Kawasan Asia Tengah.
Terutama Kazakhstan sebagai negara yang berbatasan langsung dengan wilayah
teritorial Rusia. Kedekatan Pemerintah Kazakhstan dengan pihak Barat atau USA
87
Ariel Cohen, op.cit., Hal. 2.
102
terlihat jelas dari iklim investasi yang liberal. Kondisi ini memungkinkan
perusahaan asing menanamkan investasi di industri migas Kazakhstan.
Presiden Vladimir Putin melihat fenomena ini sebagai ancaman atas
keamanan Rusia. Apabila negara di Kawasan Asia Tengah yang berbatasan
langsung dengan Rusia membangun kerja sama yang erat dan mengarah pada
kerja sama di bidang militer. Pada kasus Kazakhstan, pemerintah putin berhasil
memaksa Presiden Nuzultan Nusurbaev agar menjaga sikapnya terhadap
masuknya pengaruh asing di Kawasan terutama USA dan sekutunya dari Eropa.
Peristiwa konfrontasi militer antara Georgia yang mendapatkan dukungan dari
negara barat melawan Rusia menjadi gambaran jelas akan kekhawatiran Putin.
Pendekatan politik energi dengan menggunakan instrumen energi sebagai
tools dalam polugri Rusia terhadap Kazakhstan merupakan sebuah keberhasilan
Presiden Vladimir Putin. Presiden Vladimir Putin meninggalkan instrumen
doktrin ideologi dan kekuatan militer untuk menjaga hubungan dan pengaruhnya
kepada Kazakhstan. Dari sisi kepentingan nasional Rusia, hal ini menjaga
Kazakhstan tetap di bawah pengaru Rusia secara politik. Sekaligus, menjadi
partner bisnis yang menguntungkan dalam hal industri migas.
Efektivitas dari politik energi yang dijalankan Rusia di Kawasan Asia
Tengah, khususnya Kazakhstan dapat dilihat dari keuntungan yang dicapai
Pemerintah Rusia dalam dalam bidang ekonomi dan politik. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Holsti bahwa dengan Kazakhstan di bidang energi. Rusia
mampu menggali profit secara maksimal. Sekaligus mempengaruhi pengambilan
keputusan dan sikap Pemerintah Kazakhstan. Sebagaimana yang dikemukakan
103
Holsti bahwa semakin terpadu sebuah sistem hierarkis, maka semakin sedikit
ruang gerak pilihan atau kebebasan bertindak bagi anggota yang lebih lemah
dalam sistem.
Rusia melalui keunggulannya dalam bidang geografis mampu menyusun
konsep geopolitik dengan melihat kondisi internal dan peluang eksternal negara.
Dnegan memanfaatkan instrumen energi terutama jalur distribusi, Rusia berhasil
memebrikan sedikit ruang gerak dan pilihan bagi Kazakhstan. Sehingga,
Kazakhstan akan lebih memilih untuk bekerjasama dan mematuhi peraturan yang
dibuat oleh Pemerintah Rusia.
Rusia berhasil menjaga posisinya sebagai Pemimpin Kawasan tanpa harus
menggunakan instrumen militer secara berlebihan. Rusia menjaga agar wilayah
Asia Tengah, tetap menjadi Kawasan yang bebas dari intervensi negara asing baik
dalam bidang politik ataupun militer. Hal ini penting mengingat posisi Kawasan
Asia Tengah yang sangat strategis dari sudut pandang keamanan Rusia.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa penggunaan isu energi sebagai
tools dalam polugri memiliki keunggulan. Bagi negara yang mampu menilai dan
memanfaatkan nilai strategisnya di bidang geografi dan juga mampu melihat
peluang dari nilai strategis negara di sekitarnya. Politik energi mampu
memberikan bentuk interaksi yang lebih baik. Namun tidak mengurangi
kemampuan negara tersebut untuk mempengaruhi dan menjaga kebijakan negara
lain agar tetap memenuhi kepentingan dalam negerinya. Seperti yang dilakukan
Rusia di bawah Presiden Vladimir Putin terhadap Kazakhstan sepanjang dua kali
periode pemerintahan Presiden Vladimir Putin (2000-2004 dan 2004-2008).
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kazakhstan memiliki nilai yang sangat strategis terhadap kepentingan
nasional Rusia. Posisi geografi Kazakhstan yang berbatasan langsung
dengan Rusia menjadi salah satu alasan utama bagi Rusia agar
menjaga kedekatan dan pengaruhnya terhadap Kazakhstan. Dari
bidang ekonomi, Kazakhstan menjadi partner ekonomi
yang
menguntungkan bagi Rusia. Potensi migas yang besar yang dimiliki
Kazakhstan menjadi peluang ekonomi bagi Rusia melalui perusahaan
negara di bidang energi seperti Gazprom, Rosneft dan Transneft
2. Rusia sebagai sebuah negara mampu menempatkan sumber daya alam
di bidang energi sebagai sebuah tools dalam politik luar negeri.Strategi
yang ditempuh Rusia adalah dengan mereklaim aset yang dimiliki oleh
negara
untuk
kemudian
dipergunakan
sebagai
media
dalam
berinteraksi dengan negara lain. Pemerintah Rusia melakukan sinergi
kebijakan sehingga Perusahaan milik Rusia di bidang Energi
mendapatkan kemudahan dan keistimewaan dalam berinteraksi dan
bekerjasama dengan negara lain.
B. Saran
1. Hendaknya negara-negara Eropa melakukan Diversifikasi energi agar
dapat menghilangkan ketergantungannya yang sangat tinggi terhadap
105
gas alam dari Rusia. Kondisi ini menyebabkan Negara-negara Eropa
menjadi sangat rapuh dan bergantung terhadap Rusia
2. Kazakhstan hendaknya mampu menjalin kerja sama dan membuka
jalur ekspor minyak bumi dan gas alam kepada negara selain Rusia.
Hal ini untuk mencegah ketergantungan Kazahstan terhadap Rusia.
Juga untuk menjaga bargaining position Kazakhstan terhdap Rusia di
bidang harga gas dan minyak bumi.
3. Rusia hendaknya memanfaatkan keunggulan di bidang sumber daya
energi untuk mengembangkan industri strategis lainnya. Tidak sematamata menggantungkan pendapatan negara pada sektor migas.
106
Download