Peran human capital dan structural capital Dalam meningkatkan

advertisement
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
Peran human capital dan structural capital
Dalam meningkatkan kinerja organisasi
(suatu kajian konseptual)
Usup Riassy Christa
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Palangka Raya
ABSTRACTS Human Capital and Structural Capitals a major component of intellectual
capital (IC) as an internal resource who mobilize the entire organization of productive
activity that was instrumental in the creation of value and the competitiveness of the
organization. This study seeks to review the role of both there sources of some of the
literature and empirical studies that have been conducted by some researchers as a basic
conceptual argument. Some research revealed that the contribution of human capital
and structural capital dominant influenced organizational performance improvement.
Optimization of human capital empowerment and organizational capital utilization will
be drive achievement of high performance.
Keywords: Human Capital, Structural Capital, Organizational Performance.
PENDAHULUAN
Persaingan dalam dunia industri di era globalisasi saat ini, menunjukkan kompetitivitas
bisnis yang semakin kompetitif dan menuntut perubahan paradigma bisnis klasik kearah bisnis
modern berbasis ilmu pengetahuan (knowledge- management). Istilah intellectual capital
digunakan untuk menjastifikasi faktor-faktor tak wujud (intangible-factors) organisasi yang dapat
menciptakan nilai dan daya saing serta bermakna lebih dari sekedar “intelektual murni” tetapi
memasukkan “tindakan intelektual” sebagai bagian dari ilmu pengetahuan (Galbraith., 1969
dalam Bontis., 2000). Faktor-faktor laten (intangible) tersebut berupa pengetahuan, pengalaman,
kompetensi/keahlian, keterampilan (skills) dan berbagai aset lunak (soft assets), berpengaruh
paling kuat meningkatkan nilai dan keunggulan daya saing perusahaan (Klein., 1988 dalam Moon
dan Kym., 2006).
Pergeseran paradigma bisnis yang mengarah pada tindakan intelektual, akhir-akhir ini
semakin sering diperdebatkan manakala integrasi human capital dan structural capital sebagai
sumber daya internal sebagai kompetensi intiorganisasi /perusahaan sangat kompeten sebagai
penentu keberhasilan pencapaian kinerja terbaik organisasi. Setiap organisasi/perusahaan
bertujuan untuk mencapai kinerja terbaik, efektif dan berkesenambungan, namun keterbatasan
ketersediaan sumber daya internal memiliki andil cukup signifikan sebagai faktor penghambat
pencapaian kinerja.
Mengatasi permasalahan tersebut diatas membutuhkan strategi tertentu dan ketajaman
berfikir manajemen, dalam mengekplorasi aset human capital dan structural capital melalui
optimalisasi pemberdayaan aset-aset sumber daya internal organisasi. Dengan demikian
organisasi mampu menghasilkan keunggulan bersaing (competitiveness) sebagai “kompetensi
inti” organisasi/perusahaan.
Human capital (aset laten) merupakan komponen utama yang paling urgen dari modal
intelektual (IC) lainnya, sebab dapat menciptakan nilai dan kemampuan bersaing bagi
Peran human capital dan structural capital dalam meningkatkan kinerja organisasi (suatu kajian konseptual)
1
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
organisasi/perusahaan melalui kemampuan transformasi potensi manusia (brainpower) menjadi
produk atau jasa (Seetharaman et al., 2001 dalam Sangkala., 2006).
Human capital menurut Sveiby (1998) merupakan kompetensi individu sebagai kapasitas
karyawan untuk bertindak didalam berbagai situasi. Dilengkapi pandangan lain yang menyatakan
bahwa, human capital adalah pengetahuan yang dimiliki oleh karyawan melalui proses
pendidikan dan pelatihan (Azua dan Azua., 1998 dalam sangkala., 2006).
Selanjutnya Marti (2001) mengemukakan human capitalmerupakan darah kehidupan
bagi modal intelektual, sebagai generator dari seluruh nilai yang lahir dalam potensi inovasi dari
perusahaan sekaligus kekuatan dibalikinovasi. Oleh karenanya memiliki kemampuan mendorong
perbaikan produktivitas individual karyawan, meningkatkan kinerja perusahaan.
Kemampuan mengkomunikasikan dan mentransformasikan pengetahuan dengan
terampil dan profesional pada pekerjaan dapat membangun nilai relasional berkesinambungan
dalam bentuk kemitraan antara perusahaan sebagai stakeholder internal dengan pelanggan
sebagai stakeholder eksternal(Usup R. C., 2011).
Structural capital adalah komponen utama terpenting lainnya dari modal intelektual (IC)
dalam bentuk aset nyata bagi organisasi/perusahaan. Selain berfungsi sebagai wadah dimana
seluruh hasil aktivitas penciptaan nilai yang dihasilkan oleh modal manusia (HC) tersimpan,
Structural capital juga berfungsi sebagai infrastruktur ataupun sarana penunjang bagi modal
manusia (SDM)untuk menjalankan aktivitas penciptaan nilai bagi organisasi.
Dalam konteks pengelolaan modal intelektual, maka peran modal struktural menduduki
posisi yang stratejik. Peran dari structural capital dikatakan sangat strategik, karena mampu
memberikan berbagai kemungkinan penciptaan nilai/aset (kekayaan) bagi organisasi/perusahaan
melalui transformasi hasil kerja modal manusia.
SelanjutnyaMarti (2001) menyatakan bahwamodal structural adalah kemampuan
perusahaan memanfaatkan intelektualitas dan keinovasian manusia (SDM) menciptakan
kekayaan yang diaktualisasikan sebagai nilai dari prosedur, teknologi, rutinitas dan sistem yang
berada didalam perusahaan, dan juga merupakan cara-cara dimana komponen-komponen
didalam perusahaan disistematisir, diinternalisir dan diproses.
Pendapat diatas, mempertegas sekaligus mendukung pandangan Advinson dan Malone
(1997) yang menyatakan modal struktural sebagai kerangka kerja dan perekat bagi perusahaan
yang mencerminkan nilai dari sebuah perusahaan sebagai manifestasi nilai-nilai dari modal
inelektual (IC) yang dimilikinya.
II. Penelitian terdahulu
Beberapa dari temuan penelitian terdahulu menunjukkan bahwa peran
human capitaldan structural capitaladalah bagianterpenting dari sumber daya utama didalam
organisasi bisnis maupun non bisnis, sebagai penentu tingkat pencapaian kinerja (Bontis., 1998,
1999; Bontis et al.,2000; Advinson dan Malone., 1977; Stewart., 1997; Hitt et al., 2001; Bontis
dan Fitz-enz., 2002; Moon dan Kym., 2006; Maar., 2008)
Secara konseptual, peran sumber daya menjadi utamadan terpenting dikarenakan
sumber
daya
tersebut
mencakup
spektrum
fenomena
individu,
sosial
dan organisasi sebagai input dalam sebuah proses produksi, meliputi: peralatan modal, keahlian
pegawai individual, hak paten dan manajer-manajer berbakat sebagai aset tak wujud (intangible
asset) dalam Hitt et al. (2001)
Human capital salah satu komponen sumber daya utama terpenting, menurut
pandangan Seetharama et al. (2001) merupakan kemampuan untuk mentransfer potensi
manusia menjadi produk atau jasa. Stewart (1997) menyatakan bahwa, human capital adalah
kemampuan individu yang diperlukan perusahaan untuk menyediakan solusi bagi pelanggan,
serta menjadi sumber inovasi dan pembaharuan.
Sedangkan structural capital merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
permintaan pasar, bentuknya bisa berupa sistem informasi, laboraturium, competitive and
Peran human capital dan structural capital dalam meningkatkan kinerja organisasi (suatu kajian konseptual)
2
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
market intelligence, pengetahuan saluran pemasaran, dan fokus manajemen. Selanjutnya
Sangkala (2006) merangkum beberapa pandangan sebelumnya bahwa, human capital
direfleksikan didalam empat dimensi yaitu: (1) pendidikan dan pelatihan; (2) pengalaman; (3)
kompetensi dan (4) komitmen.
Edvinsson dan Malone (1977) mengelompokkan Structural capital kedalam dua
komponen yaitu: struktur internal (modal organisasional) dan struktur eksternal (modal
pelanggan). Struktur internal adalah kemampuan organisasi memproses produktivitas karyawan,
bisa dalam bentuk hardware, data-base, informasi, materi intelektual, dan struktur organisasi.
Sedangkan struktur eksternal (modal pelanggan) adalah hubungan yang dikembangkan dengan
pelanggan kunci, yang bentuknya bisa berupa citra perusahaan, loyalitas pelanggan, hak paten,
dan merek dagang.
Sejalan dengan pengembangan konsep teori dalam membangun model Intellectual
Capital organisasi, Bontis et al. (1998) telah berhasil membangun konsep teori Intellectual
Capital (IC) sebagai integrasi human capital, structural capital dan relational capital. Selanjutnya
Bontis et al. (2000) mereplikasi penelitiannya (Bontis., 1998) dengan tingkat keyakinan dan jenis
industri berbeda (α=1% industri jasa dan α=5% industry non-jasa).
Ditemukan signifikansi pengaruh human capital, structural capital dan relation capital
secara keseluruhan terhadap kinerja bisnis perusahaan. Kendati demikian, pada industri jasa
didapati korelasi yang tidak signifikan antara human capital dan structuralcapital,
mengindikasikan perbedaan kemampuan individual karyawan mentransformasikan pengetahuan
mereka pada pengetahuan non-manusia. Artinya, kemampuan karyawan industri non-jasa lebih
baik dari karyawan industri jasa (banyak pengetahuan karyawanindustri jasa yang tidak
terungkap), disebabkan perbedaan karakter dari jenis industri.
Perkembangan selanjutnya Bontis dan Fitz-enz (2002) mengembangkan penelitian
(Bontis et al., 1998 dan Bontis et al., 2000) di Canada, dengan memetakan dan mengelom-pokkan
sejumlah variabel penyebab (antecedent) dan akibat atau konsekuensi (consequent) melalui
pengukuran anteseden manajemen sumber daya manusia (MSDM) efektif di 25 perusahaan
industri jasa keuangan, dan 76 eksekutif senior di USA sebagai sampel penelitian.
Penelitian menggunakan data keuangan dalam bentuk metrik untuk mengukur variabel
akibat (consequent), sementara data nonmetrik berupa keterangan atau penjelasan untuk
mengukur variabel penyebab (antecedent) dandiukur menggunakan alat analisis SEM. Temuan
penelitian menunjukkan bahwa variabl human capital effective merupakan konsekwensi dari
variabel human capital, structural capital dan relational capital.
Variabel pengembangan modal manusia (human capital depelovement) merupakan
variabel konsekwensi dari berbagai variabel pengetahuan (knowledge-sharing) dan integrasi
pengetahuan (knowledge-integration), sementara variabel valuasi modal manusia (human capital
valuation) sebagai konsekwensi dari variabel kepemimpinan (leadership) dan sentimen pegawai
(employee-sentiment), berpengaruh terhadap tingkat kinerja perusahaan.
Hitt et al., 2001, melihat pengaruh langsung moderasi variabelhuman capital
organisasional melalui pengaruh human capital terhadap kinerja perusahaan berdasarkan
perspektif sumber daya (resources based-perspective) pada jasa profesi 100 perusahaan
pengacara (lawyer) terbesar di Amerika Serikat, menggunakan data selama 4 tahun. Hasil analisis
regresi moderasi menunjukkan bahwa dalam jangka panjang human capital memberi pengaruh
dalam bentuk kurva linier berbentuk U-shape melalui umur perusahaan terhadap kinerja
perusahaan yang awalnya negatif, menjadi positif ketika level human capital tinggi.
Implikasi penelitian, kinerja jasa profesi pengacara melalui umur perusahaan
memerlukan waktu penelitian jangka panjang dan jumlah data yang banyak. Dengan demikian
maka kinerja bisnis baru terukur ketika human capital berada pada level tinggi, artinya pengaruh
tetap berada pada posisi yang sama (rendah) dan meningkat secara perlahan.
Peran human capital dan structural capital dalam meningkatkan kinerja organisasi (suatu kajian konseptual)
3
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
Penelitian Moon dan Kym (2006) mendukung penelitian Bontis et al., 1998, dengan
melihat konsistensi sebuah model intellectual capital mencakup: human capital, structural capital
dan relational capital sebagai dimensi utamanya, dan masing-masing sub-sub faktor dari ketiga
dimensi sebagai indikator pengukuran, pada 50 industri manufaktur berbagai jenis manufaktur di
Canada.
Pengujian dilakukan menggunakan dua pendekatan yaitu: (1) pendekatan
mendefinisikan modal intelektual dan (2) mendefinisikan dimensi-dimensi dasar dari modal
intelektual tanpa mengajukan indeks-indeks untuk mengukurnya dengan tiga dimensi (10 subfaktor dan 35 indikator).
Konsistensi model secara keseluruhan berkontribusi signifikan meningkatkan kinerja
bisnis, sekaligus menyadarkan para manajer akan efek pentingnya peran modal intelektual dan
mendorong manajer untuk berinvestasi pada unsur-unsur modal intelektual potensial terbesar,
positif dan signifikan bagi peningkatan kinerja perusahaan. Meskipun demikian, hasil peneltian ini
masih merupakan penelitian awal (prototipy), tidak membedakan jenis dan ukuran perusahaan,
sehingga memungkinkan hasil penelitian kurang tepat jika diterapkan pada perusahaan tertentu
(spesifik).
Bertolak dari konsep modal intelektual (intellectual capital) dan beberapa temuan
penelitian terdahulu sebagaimana telah diuraikan diatas, nampaknya peran human capital dan
structural capital sebagai komponen utama modal intelektual - IC (Edvinsson dan Malone.,
1977), memiliki kontribusi signifikan mempengaruhi proses penciptaan nilai (value creation) dan
pencapaian kinerja efektif (sustainable) dari sebuah organisasi/perusahaan.
III. Peran Human Capital dan Struktural Capital
Peran human capital dalam penciptaan kekayaan intelektual (intellectual assets) sangat
strategis, karena hanya human capital (SDM) yang dapat menciptakan pengtahuan dan sekaligus
memiliki pengetahuan. Sedangkan pengetahuan itu sendiri merupakan unsur terpenting dalam
proses penciptaan nilai organisasi/perusahaan, sehingga penciptaan nilai perusahaan sangat
dipengaruhi oleh modal manusia (SDM strategik).
Pendapat diatas senada dengan pandangan Edvinsson dan Malone (1977) yang
menyatakan bahwa human capital (SDM strategik) merupakan kombinasi pengetahuan,
keterampilan, keinovasian, dan kemampuan karyawan untuk melaksanakan tugas-tugasnya
termasuk nilai-nilai perusahaan, kultur dan filosofi.
Peran structural capital dalam proses penciptaan nilai organisasi dapat dicermati
melalui perannya memfasilitasi human capital. Structural capital dikatakan sebagai bagian dari
modal intelektual itu sendiri, sebab pengetahuan yang sudah tercipta oleh karyawan (SDM)
kemudian tersimpan didalam structural capital sebagai aset perusahaan, dapat dipergunakan
kembali ketika dibutuhkan, sehingga membantu karyawan mengembangkan dan menciptakan
pengetahuan baru.
Peran penting structural capital (Sangkala., 2006) adalah memberi kemungkinan kepada
human capital untuk lebih produktif, lebih inovatif dan lebih cerdas dalam mengkreasikan nilai
bagi perusahaan. Peran lainnya yang juga tidak kalah penting adalah sebagai teknik atau cara
dari berbagai komponen didalam organisasi maupun perusahaan yang disistematisasikan,
diinternalisasikan dan diproses melalui struktur organisasi, infrastruktur organisasiserta
hubungan antar para pelanggan/klien perusahaan.
Dengan kata lain dapat diungkapkan bahwa, structural capital berperan penting dalam
proses penciptaan nilai (value creation) melalui serangkaian aktivitas pemprosesan pengetahuan
dari karyawan (SDM) atau pengetahuan yang sudah tersimpan didalam organisasi atau
perusahaan.
Peran human capital dan structural capital dalam meningkatkan kinerja organisasi (suatu kajian konseptual)
4
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
IV. Kinerja Organisasi
Kinerja dimaknai sebagai pencapaian hasil atas tugas tertentu. Kinerja
organisasi/perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan
organisasi atau perusahaan. Sedangkan pengertian manajemen kinerja adalah keseluruhan
aktivitas yang dilakukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk
kinerja individu dan kelompok kerja (human capital) dengan dukungan modal organisasi
(structural capital) meliputi: penyusunan struktur organisasi, pemilihan teknologi dan penyediaan
prasarana-sarana kerja.
Kinerja akan dapat ditingkatkan ketika pemberdayagunaan pegawai efektif dan
pemanfaatan modal struktural organisasi maksimal, maka semua pegawai akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya dan berkontribusi secara langsung terhadappeningkatan kinerja
organisasi. Dengan kata lain dikatakan bahwa, human capital dan structural capital berpengaruh
signifikan meningkatkan kinerja organisasi (bisnis-non bisnis).
 PengaruhHuman Capitalterhadap Peningkatan Kinerja Organisasi
Human capital adalah unsur yang sangat penting dari modal intelektual, karena dapat
menciptakan daya saing bagi organisasi/perusahaan. Secara operasional didefinisikan sebagai
kemampuan yang dimiliki setiap anggota organisasi untuk digunakan dalam proses penciptaan
aset intelektual (Sangkala., 2006). Karenanya, human capital memiliki peran sangat urgen sebagai
komponen kunci yang mempengaruhi tinggi-rendahnya tingkat kinerja sebuah
organisasi/perusahaan.
Human capital memiliki daya dorong yang kuat guna perbaikan produktivitas individual
karyawan,sekaligus meningkatkan kinerja perusahaan melalui kemampuan sumber daya manusia
(SDM) mengkomunikasikan pengetahuan (soft skills), terampil dan profesional dalam bekerja
dan mampu membangun nilai relasional berkesinambungan dalam bentuk kemitraan antara
perusahaan sebagai stakeholder internal dan pelanggan sebagai stakeholder eksternal (Usup R.
C., 2011).
 PengaruhStructural Capitalterhadap Peningkatan Kinerja Organisasi
Structural capital adalah bagian penting lainnya dari komponen utama modal
intelektual (IC), karena memberi kemungkinan kepada human capital (SDM strategik) untuk lebih
produktif, lebih inovatif dan lebih cerdas dalam mengkreasikan nilai sebagai kompetensi inti bagi
organisasi atau perusahaan. Secara operasional structural capital didefinisikan sebagai
kemampuan sumber daya internal (fisik) yang dimiliki organisasi, memfasilitasi aktivitas
prosestransformasi pengetahuan individual karyawan dalam proses penciptaan nilai.
Structural capitalsebagai mediator dan fasilitator pemberdayaan human capital (SDM
strategik) melalui sebuahproses transformasi pengetahuan-penciptaan nilai (value creation),
memiliki kemampuan signifikan mempengaruhi peningkatan kinerja individual karyawan (SDMS)
sehingga mampu mencapai kinerja efektif, dengan asumsi bahwa ketersediaan infrastruktur dan
pembiayaan mendukung (Usup R. C., 2011).
KESIMPULAN
Beberapa penelitian terdahulu telah berhasil membangun konklusi, dimana ditketahui
bahwa human capital dan structural capital berpengaruh signifikan meningkatkan kinerja
organisasi atau perusahaan. Keterkaitanp human capitaldan structural capitalbahwa, kedua
komponen tersebut merupakan serangkaian aktivitas penciptaan aset intelektual (value
creation), terintegrasi dan tidak dapat dipisahkan satu dan lainnya meskipun dengan peran
berbeda. Peran human capital dalam penciptaan aset intelektual sangat strategis, karena hanya
modal manusia (SDMS) saja yang dapat menciptakan pengetahuan dan memiliki pengetahuan
sebagai kompetensi individual,sekaligus sebagai pengelola asetintelektual organisasi, namun
Peran human capital dan structural capital dalam meningkatkan kinerja organisasi (suatu kajian konseptual)
5
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
tetapdengan dukungan structural capital. Korelasi human capital dan structural capital terkait
dengan penciptaan nilai perusahaan bersifat timbal balik (Sullivan., 2000) saling melengkapi bersinerji.
Human capital selain sebagai darah kehidupan bagi modal intelektual (IC) juga sebagai
mesin penggerak atau generator dari seluruh nilai yang lahir dalam potensi inovasi dan kekuatan
dibalik modal intelektual dan inovasi organisasi atau perusahaan. Oleh karenanya, peran human
capital menjadi faktor kunci kesuksesan sebuah organisasi yang menyediakan kemampuan
bersaing terhadap kompetitor untuk masa yang akan datang.
Peran structural capital sebagai fasilitator dan infrastruktur dalam memproses aktivitas
karyawan, mentransformasikan pengetahuan individual dalam penciptaan nilai, juga berfungsi
sebagai wadah atau tempat dimana hasil kreatif penciptaan nilai karyawan (MSDS) tersimpan,
sehingga sebagai pendukung utama seluruh aktivitas organisasi mampu mendorong peningkatan
kinerja organisasi atau perusahaan mencapai tujuan individu maupun organisasi.
Kapabilitas dan kredibilitas yang dimiliki human capital (SDMS) dalam mengkreasikan
nilai, tidak akan berlangsung secara baik dan berhasil jika tanpa dukungan structural capital
(fasilitas fisik-struktur organisasi) atau identik dengan kata tidak berarti apa-apa (tidak berguna).
Karenanya, interaksi timbal balik (reciprocal) human capital dan structural capital dalam konteks
penciptaan nilai sangatlah penting sebagai manifestasi peran masing–masing dan signifikan
meningkatkan kinerja organisasi (bisnis maupun non bisnis).
DAFTAR RUJUKAN
Bontis N. (1998). “Intellectual capital : an explanatory study that develops measures and
models”, Managements Decision, Vol. 36 No. 2, pp 63 – 76.
Bontis N. (1999). “Managing organi-zational knowledge by diagnosing intellectual capital: farming
and advancing the state of the field”, International Journal of Technology Management,
Vol. 18 Nos 5 – 8, pp. 433 – 62.
Bontis N., Keow, W. and Richardson, S. (2000). “Intellectual capital and business performance in
Malaysian industries”, Journal of Intellectual Capital, Vol. 1 No. 1, pp. 85 – 100.
Bontis, N. and Fitz-enz, J. (2002). “Intellectual capital ROI: a causal map of human capital
antecedents and consequents”, Journal of Intellectual Capital, Vol. 3 No. 3, pp 223 – 47.
Edvinsson, L., and Malone, M.S. (1997). “Intellectual Capital: Realizing Your Company”s True
Value by founding it Hidden Brainpower. New York: Harper Business.
Hitt, Michael A., R. Duane Ireland., H. Rrobert E. (2007). Konsep Manajemen Strategis Daya Saing
& Globalisasi. Salemba Empat, Jakarta.
Malone, Michael S. (1997). “New Metrics For A New Age: Two Experts Want This In Your Next
Annual Report”, Forbes ASAP, April 7, page 40 – 41.
Moon, Y.j. and Kym, H.G., (2006). A Model for The Value of Intellectual Capital. Canadian Journal
of Administration Sciences, 23(3), 253-269
Stewart, T.A. (1998). Intellectual Capital “Modal Intelektual Kekayaan Baru Organisasi”, Jakarta:
PT. Elekmedia Komputindo.
Peran human capital dan structural capital dalam meningkatkan kinerja organisasi (suatu kajian konseptual)
6
JSM (Jurnal Sains Manajemen)
Program Magister Sains Manajemen UNPAR
Sullivan,
ISSN : 2302-1411
Volume I, Nomor 1, April 2013
P. H. (2000). “A Brief History Of The Intellectual Capital Movement”,
http://www.brookings.org.es/research/projects/intangibles/ icexsum.pdfruch_luv.
Sangkala (2006). Intellectual Capital Management: Strategi Baru Membangun Daya Saing
Perusahaan. Edisi Pertama, Penerbit Ikatan Penerbit Indonesia DKI Jakarta. ISBN: 9793274-29-8.
Usup, R. C. (2011). Pengaruh Human Capital, Structural Capital, Relational Capital Terhadap
Kinerja Layanan Bank dan Kepuasan Pelanggan (Studi pada Industri Jasa Bank Umum di
Kalteng). Disertasi. Program Doktor Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi & Bisnis
Universitas Brawijaya. Malang.
Peran human capital dan structural capital dalam meningkatkan kinerja organisasi (suatu kajian konseptual)
7
Download