UNESA Journal of Chemistry Vol 5. No. 1 January 2016 KEMAMPUAN KITINASE SEBAGAI ANTIJAMUR TERHADAP PERTUMBUHAN Fusarium oxysporum f.sp. capsici PADA TANAMAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) CHITINASE ABILITY AS ANTIFUNGAL TO THE GROWTH OF Fusarium oxysporum f.sp. capsici ON RED CHILI PEPPER PLANT (Capsicum annuum L.) Intan Ayu Apriliana* dan Nuniek Herdyastuti Department of Chemistry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences State University of Surabaya Jl. Ketintang Surabaya (60231) Telp. 031-8298761 *Corresponding author, e-mail: [email protected] Abstrak. Bakteri Bacillus sp LA 21 yang diambil dari tambak udang di Lamongan mempunyai kemampuan untuk menghasilkan enzim kitinase. Enzim kitinase diketahui berfungsi sebagai antijamur pada tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan enzim kitinase dari Bacillus sp LA 21 sebagai antijamur terhadap F.oxysporum f.sp. capsici yang merugikan pada tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.). Metode yang digunakan adalah penentuan aktivitas kitinase dengan Monreal dan Reese dan metode cakram untuk menentukan penghambatan jamur. Hasil optimasi terhadap konsentrasi enzim menunjukkan bahwa konsentrasi enzim sebesar 1 U/mL dapat menghasilkan NAG sebesar 1,957%. Uji daya hambat terhadap F.oxysporum f.sp. capsici menunjukkan bahwa waktu inkubasi 7 hari memberikan penghambatan sebesar 1,89 cm. Kata-kata kunci: Antijamur, F.oxysporum f.sp. capsici, Kitinase. Abstract. Bacillus sp LA 21 taken from shrimp pond in Lamongan has the ability to produce the chitinase enzyme. Chitinase enzymes are known to function as antifungal in plants. This research aimed to test the ability of the enzyme chitinase from Bacillus sp LA 21 as antifungals against F.oxysporum f.sp. capsici in red pepper plant (Capsicum annuum L.). The method used is the determination of chitinase activity by Monreal and Reese and dics method for determining the inhibition of fungal. Results of the optimization of the concentration of the enzyme showed that enzyme concentration of 1 U / mL can produce NAG amounting to 1.957%. Test of inhibition against F.oxysporum f.sp. capsici showed that the incubation time of 7 days gives the inhibition of 1.89 cm. Keywords: Antifungal, Chitinase, F.oxysporum f.sp. capsici. Kitin banyak ditemukan sebagai komponen struktur kepiting, serangga, cacing, dan jamur [2]. Kitin yang merupakan komponen utama dari jamur terdapat pada dinding sel jamur. Keberadaan kitin di alam dapat dengan cepat terdegradasi karena adanya PENDAHULUAN Mikroorganisme kitinolitik merupakan mikroorganisme yang kompeten memproduksi enzim kitinase. Enzim tersebut mampu mendegradasi kitin menjadi senyawa oligomer sampai dimernya. [1]. 62 UNESA Journal of Chemistry Vol 5. No. 1 January 2016 beberapa bakteri dan jamur yang menghasilkan enzim kitinase [3]. Kitinase adalah enzim yang mengkatalisis degradasi kitin membentuk ikatan linier β-1,4. Kitinase mempunyai berbagai macam manfaat, salah satunya adalah dalam bidang pertanian. Dalam bidang pertanian kitinase berperan sebagai antijamur pada tanaman yang disebabkan oleh jamur patogen. capsici dan C. capsici (Laboratorium Mikrobiologi UNAIR), paper disc, kitin (Rongsheng, Cina), isolat bakteri Bacillus sp LA 21, HCl 37%, NaCl, tripton (Becton Dickinson), yeast extract (Becton Dickinson), aquades, N-asetilglukosamin (Sigma), KH2PO4 (Merck), NaOH (Merck), KOH, 3,5dinitrosalisilat (Sigma), Natrium kalium tartrat tetrahidrat, media Potato Dextrose Agar. Mekanisme enzim kitinase sebagai antijamur terkait dengan adanya kitin pada komponen dinding sel pada tanaman. kitinase dapat menghidrolisis struktur kitin yang terdapat pada dinding sel jamur, sehingga jamur tidak mampu menginfeksi tanaman [4]. Jamur yang menyebabkan penyakit merugikan pada tanaman disebut jamur patogen. Salah satu jamur yang bersifat patogen adalah F.oxysporum f.sp capsici yang menyebabkan penyakit layu tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) pada jaringan empulur batang melalui akar yang luka dan terinfeksi [5]. Untuk mengatasi penyakit yang disebabkan oleh jamur tersebut dapat ditanggulangi dengan menggunakan mikroorganisme kitinolitik yang dapat mengganggu proses biokimiawi jamur [6]. PROSEDUR PENELITIAN Pembuatan Kitin Koloidal Kitin koloidal dibuat dengan metode Hsu and Lockwood (1975) dengan cara menambahkan asam klorida pekat. [7]. Produksi Enzim Kitinase Produksi enzim kitinase dilakukan dengan menumbuhkan biakan murni bakteri pada media Luria Bertani cair (1 % b/v NaCl, 1 % b/v tripton, 0,5 % b/v yeast extract dalam 100 mL aquades) yang mengandung kitin koloidal 1 % b/v. Larutan di shaker pada suhu kamar selama 20 jam. Kemudian disentrifugasi pada suhu 4º C dengan kecepatan 4000 rpm selama 15 menit, supernatan yang diperoleh tersebut merupakan larutan enzim. Penyakit yang disebabkan oleh jamur dapat ditanggulangi dengan bakteri kitinolitik yang menghasilkan enzim kitinase dengan aktivitas tertentu yang dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan jamur. METODE PENELITIAN Pengukuran Aktivitas Enzim Kitinase Alat Prinsip pengukuran aktivitas enzim kitinase berdasarkan pada jumlah gula pereduksi yang dilepaskan. Pengukuran aktivitas kitinase menggunakan 2 mL campuran kitin 1 % b/v dan buffer kalium fosfat, ditambah enzim 0,5 mL. Di shaker dengan kecepatan 150 rpm selama 2 jam. Dimasukkan dalam air mendidih, dan disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Supernatan yang diperoleh ditambah reagen pewarna yang mengandung larutan natrium kalium tartrat 5,3 M dan asam 3,5-dinitrosalisilat 96 mM, dimasukkan dalam air mendidih, kemudian Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu peralatan gelas yang umum digunakan, sentrifugasi dingin (5810 R), spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1800), incubator (Isomec 17025), oven, laminar air flow (1386 PEL 2 Type A2) , rotary shaker, magnetic strirrer, pH meter (Handheld Series), autoklaf (HVE-50). Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah jamur F. oxysporum f.sp 63 UNESA Journal of Chemistry Vol 5. No. 1 January 2016 diukur serapannya dengan UV-Vis pada λ = 540. Enzim kitinase yang diperoleh ditentukan aktivitasnya dengan menggunakan metode Monreal dan Reese. Prinsip metode tersebut didasarkan pada pelepasan produk Nasetilglukosamin dari proses degradasi kitin oleh enzim kitinase. Aktivitas enzim kitinase dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah konsentrasi enzim. Konsentrasi enzim berbeda mengakibatkan hasil persentase NAG yang dilepaskan berbeda pula. Variasi konsentrasi enzim sebesar 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1 U/mL berpengaruh terhadap persentase NAG yang dihasilkan seperti pada Tabel 1 dan Gambar 2. Variasi Konsentrasi Enzim Penentuan variasi konsentrasi enzim dilakukan dengan metode Monreal dan Reese(1969) [8]. Uji variasi konsentrasi enzim bertujuan untuk menentukan konsentrasi enzim optimum. Variasi konsentrasi enzim yang digunakan yaitu sebesar 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1 U/mL. Uji Daya Hambat Pertumbuhan Jamur Jamur F. oxysporum f.sp. capsici ditumbuhkan pada medium Potato Dextrose Agar (PDA). Kemudian dimasukkan paper disc yang telah direndam dalam ekstrak kasar enzim kitinase selama 5 detik dengan konsentrasi optimum yang didapat pada prosedur sebelumnya. Uji daya hambat diamati selama 1, 3, 5 , 7 dan 11 hari pada 30°C. Tabel 1. Pengaruh konsentrasi enzim terhadap produksi NAG yang dilepaskan HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Aktivitas Enzim Kitinase Variasi Konsentrasi Enzim. dengan Enzim kitinase diproduksi dari bakteri Bacillus sp LA 21 yang ditumbuhkan pada media Luria Bertani (LB) yang mengandung kitin koloidal. Bacillus sp LA 21 (Gambar 1) merupakan bakteri yang telah diisolasi dari tambak udang Lamongan dan mempunyai aktivitas tertinggi. Konsentrasi Enzim (U/mL) Persentase NAG (%) 0,2 0,4 0,6 0,8 1 0,713 0.823 1,452 1,560 1,957 Gambar 2. Grafik pengaruh konsentrasi enzim terhadap produksi NAG yang dilepaskan Gambar 1. Koloni bakteri Bacillus sp LA 21 yang ditumbuhan pada media LB padat 64 UNESA Journal of Chemistry Vol 5. No. 1 January 2016 Konsentrasi enzim kitinase berbanding lurus dengan persentase NAG yang dilepaskan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi enzim, maka NAG yang dilepaskan akan semakin bertambah. Aktivitas enzim yang rendah mengakibatkan kemampuan enzim untuk mendegradasi substrat tidak berlangsung secara optimal, hal tersebut mengakibatkan produk yang dihasilkan rendah. Penelitian El-Sayed et al. (2000) menyebutkan bahwa kitinase yang berasal dari daun Beta vulgaris dengan konsentrasi 10-40 µg menghasilkan aktivitas enzim yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi enzim [9]. Khandeparker et al. (2013) menggunakan kitinase dari Steptomyces griseus dengan konsentrasi enzim 1–4 U menghasilkan aktivitas yang semakin meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi enzim [10]. a1 a2 a3 a4 a5 a6 Gambar 3. Zona hambat jamur F. oxysporum f.sp. capsici (a1) FK (kontrol), FS2 (sampel kitinase) dengan waktu inkubasi (a2) 1 hari, (a3) 3 hari, (a4) 5 hari, (a5) 7 hari, (a6) 11 hari. Tabel 2. Daya hambat pertumbuhan F.oxysporum f.sp. capsici jamur Zona Hambat (cm) Hari Ke- Uji Daya Hambat Pertumbuhan Jamur Perlakuan Enzim kitinase mempunyai berbagai macam manfaat dalam berbagai bidang, salah satunya yaitu dalam bidang pertanian. Enzim kitinase dapat dimanfaatkan sebagai antijamur pada jamur F. oxysporum f.sp. capsici pada tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.). Uji antijamur dilakukan berdasarkan daya hambat kitinase terhadap pertumbuhan jamur patogen tersebut. 1 3 5 7 11 Enzim Kitinase 0,80 0,84 1,64 1,89 1,89 Kontrol 0 0 0 0 0 Mekanisme kerja enzim kitinase dalam menghambat pertumbuhan jamur yaitu dengan cara mendegradasi kitin yang terkandung di dalam dinding sel jamur. Dinding sel yang terdegradasi menyebabkan jamur menjadi lemah atau mati. Penghambatan enzim kitinase terhadap jamur F. oxysporum f.sp. capsici menunjukkan adanya peningkatan zona bening sampai hari ke 7. Hal ini menunjukkan bahwa penghambatan semakin meningkat seiring bertambahnya waktu inkubasi. Terjadinya peningkatan zona bening pada waktu inkubasi 1-7 hari disebabkan oleh waktu inkubasi yang digunakan semakin lama, sehingga kerja enzim kitinase untuk mendegradasi dinding sel jamur semakin optimal. Sedangkan pada hari ke 11 tidak menunjukkan adanya peningkatan zona bening dikarenakan enzim menjadi jenuh. Ketika enzim dalam keadaan jenuh, enzim tidak dapat mendegradasi dinding sel kembali sehingga zona bening tidak bertambah. Metode yang digunakan adalah metode cakram yaitu dengan meletakkan paper disc pada permukaan media pertumbuhan jamur yang mengandung enzim kitinase yang telah diketahui aktivitasnya. Penghambatan kitinase terhadap jamur tersebut diidentifikasi melalui adanya zona berwarna bening yang terbentuk disekitar koloni jamur seperti pada Gambar 3. Diameter hambat pertumbuhan jamur seperti pada Tabel 2. 65 UNESA Journal of Chemistry Vol 5. No. 1 January 2016 Penelitian Tarman (2010) menyebutkan bahwa penghambatan enzim kitinase dari Trichoderma sp terhadap jamur F. oxysporum semakin bertambah seiring bertambahnya waktu inkubasi, persentase penghambatan yang diperoleh mencapai 98% dengan waktu inkubasi optimum yaitu selama 7 hari [11]. Suryanto (2011) menggunakan enzim kitinase dengan waktu inkubasi selama 4-7 hari untuk menghambat pertumbuhan jamur G.boninense, F.oxysporum, P.citrinum. Penghambatan terbesar enzim kitinase dari isolat BK09 yang diperoleh berturut-turut adalah 18,13; 2,49; dan 7,92 mm. Daya hambat tersebut merupakan daya hambat optimum yang diperoleh pada waktu inkubasi optimum selama 7 hari [12]. 3. 4. 5. SIMPULAN Berdasarkan hasil yang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. 2. 6. diperoleh 7. Konsentrasi enzim kitinase berpengaruh terhadap pembentukan NAG, konsentrasi optimum enzim kitinase sebesar 1 U/mL menghasilkan NAG sebesar 1,957% dalam waktu 2 jam. Enzim kitinase dengan aktivitas sebesar 0,975 U/mL berpengaruh terhadap penghambatan jamur F. oxysporum f.sp. capsici. Waktu inkubasi 7 hari enzim kitinase dapat menghambat pertumbuhan jamur F. oxysporum f.sp. capsici sebesar 1,89 cm. 8. 9. SARAN 10. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai penghambatan enzim kitinase terhadap pertumbuhan jamur patogen dengan menggunakan enzim kitinase yang telah dimurnikan. 11. DAFTAR PUSTAKA 1. Natsir, H., Patong, A.R., Suhartono, M.T. and Ahmad, A. 2012. Produksi dan Aplikasi Kitinase dari B. licheniformis HSA3-1a dalam Menghidrolisis Kitin dari Limbah Udang dan Dinding Sel Jamur Ganoderma sp. Makasar: Jurnal Universitas Hasanuddin 2. Ahmad, R.Z. 2007. Aktivitas Enzim Kitinase dan Protease pada Cendawan Nematofagus (Duddingtonia flagrans dan Saccharomyces 12. 66 cerevisiae). Bogor: Seminar Nasional Teknologi Pertenakan dan Veteriner. Herdyastuti, N., Raharjo, T.J., Mudasir, and Matsjeh, S. 2009. Chitinase and Chitinolityc Microorganism : Isolation, Characterization and Potential. Indo.J.Chem. 9(1): 37-47. Dewi, I.M. 2008. Isolasi Bakteri dan Uji Aktivitas Kitinase Termofilik Kasar dari Sumber Air Panas Tinggi Raja, Simalungun Sumatra Utara. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Raharini, A.O., Kawuri, R. dan Khalimi, K. 2012. Penggunaan Streptomyces sp. Sebagai Biokontrol Penyakit Layu pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum L.) yang Disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. capsici. Agrotrop. 2(2): 151-159. Piay, S.S., Tyasdjaja, A., Ermawati, Y., Hantoro, F.R.P. 2010. Budidaya dan Pascapanen Cabai Merah (Capsicum annum L.) Ungaran: BPTP Jawa Tengah. Hsu, S.C. and Lockwood J.L. 1975. Powdered Chitin Agar as a Selective Medium for Enumeration of Actinomycetes in Water and Soil. 1975. Applied Microbiology. 29(3): 422426. Monreal, J. and Reese, E.T. 1969. The Chitinase of Serratia marcescens. Can.J.Microbiol., 15:689-696. El Sayed, Sanaa. T., Salem, Ahmed M., Shehata, Abeer N., Jwanny, Etidal W. 2000. Chitinase from Leaves of Beta Vulgaris and other Higher Plants. Pakistan Journal of Biological Sciences. 3(2): 250-256. Khandeparker, L., Gaonkar, C.C., Desai, D.V. 2013. Degradation of Barnacle Nauplii : Implications to Chitin Regulation in the Marine Environment. Biologia. 68(4): 696-706 Tarman, P.E. 2010. Pengaruh Lama Inkubasi Jamur Antagonis Trichoderma harzianum terhadap Daya Hambat Perkembangan Jamur Patogen Fusarium oxyporum Penyebab Penyakit Layu Tanaman Tomat Secara In Vitro. 5(13). Suryanto, D., Irawati, N., and Munir, E. 2011. Isolation and Characterization of Chitinolytic Bacteria and Their Potential to Inhibit Plant Pathogenic Fungi. Microbiol Indones. 5(3): 144-148.