Sebab-Sebab Penyimpangan Dari Fithrah

advertisement
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
Sebab-Sebab Penyimpangan Dari Fithrah
SEBAB-SEBAB PENYIMPANGAN DARI FITHRAH
Oleh
Ustadz Kholid Syamhudi Lc
Kita diciptakan oleh Allâh Azza wa Jalla dikaruniai dengan fitrah. Fitrah tersebut adalah menjadi
hamba Allâh, maka fitrah yang dimaksud adalah agama Allâh. Sebagaimana dijelaskan dalam
firman Allâh Azza wa Jalla :
‫َﻻ ﺗَﺒْﺪِﻳﻞَ ﻟِﺨَﻠْﻖِ ﺍﻟﻠﱠﻪِۚ ﻓِﻄْﺮَﺕَ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺍﻟﱠﺘِﻲ ﻓَﻄَﺮَ ﺍﻟﻨﱠﺎﺱَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎۚ ﻓَﺄَﻗِﻢْ ﻭَﺟْﻬَﻚَ ﻟِﻠﺪﱢﻳﻦِ ﺣَﻨِﻴﻔًﺎ‬
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allâh); (tetaplah atas) fitrah Allâh
yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allâh [ArRûm/30:30]
1/8
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
Juga Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam jelaskan dalam sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam :
ِ‫ ﺃَﻭْ ﻳُﻤَﺠﱢﺴَﺎﻧِﻪ‬،ِ‫ ﺃَﻭْ ﻳُﻨَﺼﱢﺮَﺍﻧِﻪ‬،ِ‫ ﻓَﺄَﺑَﻮَﺍﻩُ ﻳُﻬَﻮﱢﺩَﺍﻧِﻪ‬،ِ‫ﻛُﻞﱡ ﻣَﻮْﻟُﻮﺩٍ ﻳُﻮﻟَﺪُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻔِﻄْﺮَﺓ‬
Setiap anak dilahirkan diatas fitrah, maka bapaknya yang menjadikan agamanya yahudi atau
nasrani atau majusi [HR. Al-Bukhâri, no. 1319, (1/465)]
Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Dan yang paling benar artinya adalah setiap anak yang
dilahirkan mempunyai kesiapan untuk (menerima) Islam.”[1]
Sedangkan Ibnu Qayyim rahimahullah mengatakan, “Inilah yang dikenal dikalangan umumnya
Ulama ahli tafsir dari kalangan salaf. Mereka sepakat dalam menafsirkan firman Allâh Azza wa
Jalla , “Fitrah Allâh yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu” dengan fitrah Allâh itu
adalah agama Allâh Islam.”[2]
Namun di dalam perjalanan hidup ada manusia yang menyimpang dari fitrahnya. Mereka
meninggalkan agama Allâh Azza wa Jalla . Mereka tidak mau mengikuti perintah Allâh dan
menolak untuk beribadah dan tunduk kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala .
Fitrah ini tidak menyimpang kecuali dengan sebab dan pengaruh yang mampu merubah
perjalanannya. Diantara sebab itu adalah:
1. Syaitan atau Iblis
Ajakan dan godaan Syaitan merupakan sebab pertama dan pokok dalam penyimpangan fitrah
manusia. Dijelaskan dalam hadits ‘Iyâdh bin Himâr Radhiyallahu anhu, Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam berkata dalam hadits Qudsi, bahwa Allâh Azza wa Jalla berfirman:
ْ‫ ﻭَﺃَﻣَﺮَﺗْﻬُﻢْ ﺃَﻥْ ﻳُﺸْﺮِﻛُﻮﺍ ﺑِﻲ ﻣَﺎ ﻟَﻢ‬،ْ‫ ﻭَﺣَﺮﱠﻣَﺖْ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﻣَﺎ ﺃَﺣْﻠَﻠْﺖُ ﻟَﻬُﻢ‬،ْ‫ ﻭَﺇِﻧﱠﻬُﻢْ ﺃَﺗَﺘْﻬُﻢُ ﺍﻟﺸﱠﻴَﺎﻃِﻴﻦُ ﻓَﺎﺟْﺘَﺎﻟَﺘْﻬُﻢْ ﻋَﻦْ ﺩِﻳﻨِﻬِﻢ‬،ْ‫ﻭَﺇِﻧﱢﻲ ﺧَﻠَﻘْﺖُ ﻋِﺒَﺎﺩِﻱ ﺣُﻨَﻔَﺎﺀَ ﻛُﻠﱠﻬُﻢ‬
‫ﺃُﻧْﺰِﻝْ ﺑِﻪِ ﺳُﻠْﻄَﺎﻧًﺎ‬
Sesungguhnya Aku telah ciptakan para hamba-Ku dalam keadaan hanîf (lurus dan cenderung
pada kebenaran) dan sungguhnya mereka didatangi syaitan lalu menyeret mereka dari
agamanya dan mengharamkan atas mereka yang Aku halalkan buat mereka dan
memerintahkan mereka untuk menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada dasarnya dariKu. [HR. Muslim, no.2865]
Syaitan berusaha menjadikan manusia bergantung kepada selain Allâh Azza wa Jalla sehingga
memalingkan dan menyimpangkan fitrahnya. Berbuat kesyirikan merupakan ibadah kepada
syaitan sebagaimana dijelaskan nabi Ibrâhîm Alaihissallam dalam pernyataan beliau:
َ‫ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﺸﱠﻴْﻄَﺎﻥَ ﻛَﺎﻥَ ﻟِﻠﺮﱠﺣْﻤَٰﻦِ ﻋَﺼِﻴًّﺎۖ ﻳَﺎ ﺃَﺑَﺖِ َﻻ ﺗَﻌْﺒُﺪِ ﺍﻟﺸﱠﻴْﻄَﺎﻥ‬
Wahai bapakku! Janganlah kamu meyembah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu durhaka
kepada Yang Maha Pemurah. [Maryam/19:44]
2/8
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
Imam Ibnu Katsîr rahimahullah menyatakan bahwa pengertiannya adalah jangan taati syaitan
dalam penyembehan berhala, sebab syaitanlah yang mengajak dan meridhainya.
Oleh karena itu, Allâh Azza wa Jalla berfirman:
َ‫ﺇِﻧﱠﻪُ ﻟَﻜُﻢْ ﻋَﺪُﻭﱞ ﻣُﺒِﻴﻦٌۖ ﺃَﻟَﻢْ ﺃَﻋْﻬَﺪْ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﻳَﺎ ﺑَﻨِﻲ ﺁﺩَﻡَ ﺃَﻥْ َﻻ ﺗَﻌْﺒُﺪُﻭﺍ ﺍﻟﺸﱠﻴْﻄَﺎﻥ‬
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu, wahai Bani Adam supaya kamu tidak
menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu [Yâsîn/36:60][3]
Iblis juga berjanji akan merubah fitrah manusia agar menjadi kufur, sebagaimana disampaikan
Allâh Azza wa Jalla dalam firman-Nya:
‫﴿ ﺇِﻥْ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻧِﻪِ ﺇِﱠﻻ ﺇِﻧَﺎﺛًﺎ ﻭَﺇِﻥْ ﻳَﺪْﻋُﻮﻥَ ﺇِﱠﻻ ﺷَﻴْﻄَﺎﻧًﺎ ﻣَﺮِﻳﺪًﺍ‬١١٧﴾ ُ‫﴿ ﻭَﻗَﺎﻝَ َﻷَﺗﱠﺨِﺬَﻥﱠ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩِﻙَ ﻧَﺼِﻴﺒًﺎ ﻣَﻔْﺮُﻭﺿًﺎۘ ﻟَﻌَﻨَﻪُ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬١١٨﴾ ْ‫ﻭَﻷُﺿِﻠﱠﻨﱠﻬُﻢ‬
ِ‫ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺘﱠﺨِﺬِ ﺍﻟﺸﱠﻴْﻄَﺎﻥَ ﻭَﻟِﻴًّﺎ ﻣِﻦْ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻓَﻘَﺪْ ﺧَﺴِﺮَ ﺧُﺴْﺮَﺍﻧًﺎ ﻣُﺒِﻴﻨًﺎۚ ﻭَﻷُﻣَﻨﱢﻴَﻨﱠﻬُﻢْ ﻭََﻵﻣُﺮَﻧﱠﻬُﻢْ ﻓَﻠَﻴُﺒَﺘﱢﻜُﻦﱠ ﺁﺫَﺍﻥَ ﺍْﻷَﻧْﻌَﺎﻡِ ﻭََﻵﻣُﺮَﻧﱠﻬُﻢْ ﻓَﻠَﻴُﻐَﻴﱢﺮُﻥﱠ ﺧَﻠْﻖَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬
﴿١١٩﴾ ْ‫ﻭَﻣَﺎ ﻳَﻌِﺪُﻫُﻢُ ﺍﻟﺸﱠﻴْﻄَﺎﻥُ ﺇِﱠﻻ ﻏُﺮُﻭﺭًﺍۖ ﻳَﻌِﺪُﻫُﻢْ ﻭَﻳُﻤَﻨﱢﻴﻬِﻢ‬
Yang mereka sembah selain Allâh itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah
berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka, yang dila’nati Allâh
dan syaitan itu mengatakan, “Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau
bahagian yang sudah ditentukan (untuk saya), dan aku benar-benar akan menyesatkan
mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan menyuruh
mereka (memotong telinga-telinga binatang ternak), lalu mereka benar-benar memotongnya,
dan akan aku suruh mereka (merubah ciptaan Allâh), lalu benar-benar mereka merobahnya”.
Barangsiapa yang menjadikan syaitan menjadi pelindung selain Allâh, maka sesungguhnya ia
menderita kerugian yang nyata. Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan
membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan
kepada mereka selain dari tipuan belaka. [An-Nisâ’/4:117-120]
2. Meniru (Taklid) Lingkungan Dan Kedua Orang Tuanya
Tidak bisa pungkiri bahwa lingkungan memiliki pengaruh yang sangat besar pada diri
seseorang, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Oleh karena itu
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ِ‫ ﺃَﻭْ ﻳُﻤَﺠﱢﺴَﺎﻧِﻪ‬،ِ‫ ﺃَﻭْ ﻳُﻨَﺼﱢﺮَﺍﻧِﻪ‬،ِ‫ ﻓَﺄَﺑَﻮَﺍﻩُ ﻳُﻬَﻮﱢﺩَﺍﻧِﻪ‬،ِ‫ﻛُﻞﱡ ﻣَﻮْﻟُﻮﺩٍ ﻳُﻮﻟَﺪُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻔِﻄْﺮَﺓ‬
Setiap anak dilahirkan diatas fitrah, maka bapaknya yang menjadikan agamanya yahudi atau
nasrani atau majusi [HR. Al-Bukhâri, no.1319, (1/465)]
Lingkungan bisa memperngaruhi seseorang sehingga menjadi semakin shalih atau sebaliknya,
membuatnya terjerumus dalam kesalahan. Saat seseorang sudah terbiasa dengan kesalahan
aapalagi menyukainya, berarti dia telah menyimpang dari fitrahnya.
Penyelewangan dan penyimpangan terhadap fitrah, tidak terelakkan jika lingkungannya tidak
baik. Penyebabnya, bisa dengan mentaklid kepada orang tua atau nenek moyang atau taklid
3/8
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
kepada tokoh-tokoh. Ini merupakan salah satu jalan syaitan menghalangi manusia dari jalan
Allâh Azza wa Jalla . Dijelaskan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
َ‫ ﺛُﻢﱠ ﻗَﻌَﺪ‬،َ‫ ﻓَﻌَﺼَﺎﻩُ ﻓَﺄَﺳْﻠَﻢ‬،َ‫ ﺗُﺴْﻠِﻢُ ﻭَﺗَﺬَﺭُ ﺩِﻳﻨَﻚَ ﻭَﺩِﻳﻦَ ﺁﺑَﺎﺋِﻚَ ﻭَﺁﺑَﺎﺀِ ﺃَﺑِﻴﻚ‬:َ‫ ﻓَﻘَﺎﻝ‬،ِ‫ ﻓَﻘَﻌَﺪَ ﻟَﻪُ ﺑِﻄَﺮِﻳﻖِ ﺍْﻹِﺳَْﻼﻡ‬،ِ‫ﺇِﻥﱠ ﺍﻟﺸﱠﻴْﻄَﺎﻥَ ﻗَﻌَﺪَ ِﻻﺑْﻦِ ﺁﺩَﻡَ ﺑِﺄَﻃْﺮُﻗِﻪ‬
ِ‫ ﺛُﻢﱠ ﻗَﻌَﺪَ ﻟَﻪُ ﺑِﻄَﺮِﻳﻖ‬،َ‫ ﻓَﻌَﺼَﺎﻩُ ﻓَﻬَﺎﺟَﺮ‬،ِ‫ ﻭَﺇِﻧﱠﻤَﺎ ﻣَﺜَﻞُ ﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِ ﻛَﻤَﺜَﻞِ ﺍﻟْﻔَﺮَﺱِ ﻓِﻲ ﺍﻟﻄﱢﻮَﻝ‬،َ‫ ﺗُﻬَﺎﺟِﺮُ ﻭَﺗَﺪَﻉُ ﺃَﺭْﺿَﻚَ ﻭَﺳَﻤَﺎءَﻙ‬:َ‫ ﻓَﻘَﺎﻝ‬،ِ‫ﻟَﻪُ ﺑِﻄَﺮِﻳﻖِ ﺍﻟْﻬِﺠْﺮَﺓ‬
ُ‫ ﻓَﻘَﺎﻝَ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺻَﻠﱠﻰ ﺍﷲ‬،َ‫ ﻓَﻌَﺼَﺎﻩُ ﻓَﺠَﺎﻫَﺪ‬،ُ‫ ﻭَﻳُﻘْﺴَﻢُ ﺍﻟْﻤَﺎﻝ‬،ُ‫ ﻓَﺘُﻨْﻜَﺢُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓ‬،ُ‫ ﻓَﺘُﻘَﺎﺗِﻞُ ﻓَﺘُﻘْﺘَﻞ‬،ِ‫ ﺗُﺠَﺎﻫِﺪُ ﻓَﻬُﻮَ ﺟَﻬْﺪُ ﺍﻟﻨﱠﻔْﺲِ ﻭَﺍﻟْﻤَﺎﻝ‬:َ‫ ﻓَﻘَﺎﻝ‬،ِ‫ﺍﻟْﺠِﻬَﺎﺩ‬
َ‫ ﻭَﺇِﻥْ ﻏَﺮِﻕ‬،َ‫ ﻭَﻣَﻦْ ﻗُﺘِﻞَ ﻛَﺎﻥَ ﺣَﻘًّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻋَﺰﱠ ﻭَﺟَﻞﱠ ﺃَﻥْ ﻳُﺪْﺧِﻠَﻪُ ﺍﻟْﺠَﻨﱠﺔ‬،َ‫ »ﻓَﻤَﻦْ ﻓَﻌَﻞَ ﺫَﻟِﻚَ ﻛَﺎﻥَ ﺣَﻘًّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﻋَﺰﱠ ﻭَﺟَﻞﱠ ﺃَﻥْ ﻳُﺪْﺧِﻠَﻪُ ﺍﻟْﺠَﻨﱠﺔ‬:َ‫ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠﱠﻢ‬
«َ‫ ﺃَﻭْ ﻭَﻗَﺼَﺘْﻪُ ﺩَﺍﺑﱠﺘُﻪُ ﻛَﺎﻥَ ﺣَﻘًّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺃَﻥْ ﻳُﺪْﺧِﻠَﻪُ ﺍﻟْﺠَﻨﱠﺔ‬،َ‫ﻛَﺎﻥَ ﺣَﻘًّﺎ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻠﱠﻪِ ﺃَﻥْ ﻳُﺪْﺧِﻠَﻪُ ﺍﻟْﺠَﻨﱠﺔ‬
Sesungguhnya syaitan duduk menghalangi manusia di jalan-jalannya. Syaitan duduk dijalan
Islam dan berkata, ‘Kamu masuk Islam dengan meninggalkan agamamu, agama bapak kamu
dan nenek moyangmu?’ Lalu ia tidak menurutinya dan tetap masuk Islam.
Kemudian syaitan duduk di jalan hijrah dan berkata, ‘Kamu mau berhijrah dengan
meninggalkan tanah dan langitmu. Perumpamaan orang berhijrah itu seperti kuda yang terikat
(tidak bisa berbuat bebas).’ Lalu orang tersebut tidak menurutinya dan tetap berhijrah.
Kemudian syaitan duduk di jalan jihad dan berkata, ‘Kamu mau berjihad padahal itu akan
menghabiskan jiwa dan harta, lalu kamu berperang dan terbunuh, istrimu dinikahi orang dan
hartamu dibagi-bagi.’ Lalu orang tersebut tidak mengikutinya dan tetap berjihad.
Rasâlullâh n bersabda, “Siapa yang berbuat demikian, maka sudah menjadi haknya atas Allâh
Azza wa Jalla untuk memasukkannya ke surga. Siapa yang terbunuh maka menjadi haknya
atas Allâh Azza wa Jalla untuk memasukkannya ke surga dan jika tenggelam maka sudah
menjadi haknya atas Allâh Azza wa Jalla untuk memasukkannya ke surga atau diinjak hewan
tunggangannya maka sudah menjadi haknya atas Allâh Azza wa Jalla untuk memasukkannya
ke surga. [HR. an-Nasâ’i, no. 3134. Hadits ini dipandang sebagai hadits shahih oleh al-Albani
dalam Shahîh Sunan an-Nasâ’i]
Demikian juga tasyabbuh (meniru-niru orang kafir) termasuk penyebab penyimpangan fitrah,
bahkan tasyabbuh ini adalah akar bencana dan sumber kerusakan umat ini, sebagaimana
dijelaskan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam :
:َ‫ ﺍﻟﻴَﻬُﻮﺩُ ﻭَﺍﻟﻨﱠﺼَﺎﺭَﻯ؟ ﻗَﺎﻝ‬،ِ‫ ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝَ ﺍﻟﻠﱠﻪ‬:‫ ﻗُﻠْﻨَﺎ‬،«ْ‫ ﺣَﺘﱠﻰ ﻟَﻮْ ﺩَﺧَﻠُﻮﺍ ﺟُﺤْﺮَ ﺿَﺐﱟ ﺗَﺒِﻌْﺘُﻤُﻮﻫُﻢ‬،ٍ‫ ﺷِﺒْﺮًﺍ ﺷِﺒْﺮًﺍ ﻭَﺫِﺭَﺍﻋًﺎ ﺑِﺬِﺭَﺍﻉ‬،ْ‫»ﻟَﺘَﺘْﺒَﻌُﻦﱠ ﺳَﻨَﻦَ ﻣَﻦْ ﻛَﺎﻥَ ﻗَﺒْﻠَﻜُﻢ‬
«ْ‫»ﻓَﻤَﻦ‬
Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan
sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhab
(yang sempit sekalipun, -pen), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para Sahabat)
berkata, “Wahai Rasûlullah! Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Lantas siapa lagi?” [HR. Muslim, no. 2669]
Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan, tidak diragukan lagi bahwa kelak akan ada umat
Islam yang mengikuti jejak Yahudi dan Nashrani dalam sebagian perkara.[4]
4/8
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
Imam Nawawi t ketika menjelaskan hadits di atas mengatakan, “Yang dimaksud dengan syibr
(sejengkal) dan dzirô’ (hasta) serta lubang dhab (lubang hewan tanah yang penuh lika-liku),
adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum Muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah
Yahudi dan Nashrani. Yaitu kaum Muslimin menyamai mereka dalam kemaksiatan dan
berbagai penyimpangan, bukan dalam hal-hal kekafiran mereka yang diikuti. Perkataan Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini adalah suatu mukjizat bagi Beliau karena apa yang Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan telah terjadi saat-saat ini.”[5]
Tasyabuh ini dilarang karena mempengaruhi akhlak dan fitrah manusia dan bisa merusaknya,
seperti dijelaskan Ibnu Taimiyah t dalam pernyataan beliau, “Serupa dalam perkara lahiriyah
bisa berpengaruh pada keserupaan dalam akhlak dan amalan. Oleh karena itu, kita dilarang
tasyabbuh dengan orang kafir”. [6]
Beliau juga menyatakan, “Jika dalam perkara adat (kebiasaan) saja kita dilarang tasyabbuh
dengan mereka, bagaimana lagi dalam perkara yang lebih dari itu?!”[7] Bahkan beliau
menyatakan, “Apabila tasyabuh dalam perkara dunia bisa menimbulkan rasa cinta dan loyalitas
kepada mereka, lalu bagaimana dengan tasyabuh dalam perkara agama? Tentunya
menyebabkan jenis loyalitas yang lebih besar dan lebih tebal, padahal cinta dan loyalitas
kepada mereka menghilangkan keimanan.[8]
3. Lalai dan Sibuk Mengikuti Syahwat
Lalai dengan sebab gemerlap dunia dan sibuk menikmati perhiasannya sering kali melalaikan
manusia dari Rabbnya dan memalingkannya dari fitrah, sebagaimana dijelaskan oleh Allâh
Azza wa Jalla dalam firman-Nya:
ْ‫ﺃَﻥْ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺇِﻧﱠﺎۛ ﺷَﻬِﺪْﻧَﺎۛ ﻗَﺎﻟُﻮﺍ ﺑَﻠَﻰٰۖ ﻭَﺇِﺫْ ﺃَﺧَﺬَ ﺭَﺑﱡﻚَ ﻣِﻦْ ﺑَﻨِﻲ ﺁﺩَﻡَ ﻣِﻦْ ﻇُﻬُﻮﺭِﻫِﻢْ ﺫُﺭﱢﻳﱠﺘَﻬُﻢْ ﻭَﺃَﺷْﻬَﺪَﻫُﻢْ ﻋَﻠَﻰٰ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻬِﻢْ ﺃَﻟَﺴْﺖُ ﺑِﺮَﺑﱢﻜُﻢ‬
َ‫﴿ ﻛُﻨﱠﺎ ﻋَﻦْ ﻫَٰﺬَﺍ ﻏَﺎﻓِﻠِﻴﻦ‬١٧٢﴾ ْ‫ﺃَﻓَﺘُﻬْﻠِﻜُﻨَﺎ ﺑِﻤَﺎ ﻓَﻌَﻞَ ﺍﻟْﻤُﺒْﻄِﻠُﻮﻥَۖ ﺃَﻭْ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﺇِﻧﱠﻤَﺎ ﺃَﺷْﺮَﻙَ ﺁﺑَﺎؤُﻧَﺎ ﻣِﻦْ ﻗَﺒْﻞُ ﻭَﻛُﻨﱠﺎ ﺫُﺭﱢﻳﱠﺔً ﻣِﻦْ ﺑَﻌْﺪِﻫِﻢ‬
Dan (ingatlah), ketika Rabbmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allâh mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini
Rabbmu”. Mereka menjawab, “Betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami (Bani
Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Rabb)”. atau agar kamu tidak
mengatakan, “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Ilah sejak dahulu,
sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah
Engkau membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang yang sesat dahulu”. [AlA’râf/7:172-173]
Ayat yang mulia ini menjelaskan sikap lalai termasuk sebab terbesar penyimpangan fitrah
manusia.
Demikian juga harta dapat melalaikan manusia dan menjadi sebab kehancuran dan
penyimpangan fitrahnya, karena harta termasuk sebab yang membuat manusia menjadi
sombong dan melampaui batas serta berpaling dari kebenaran. Oleh karena itu, Allâh Azza wa
Jalla berfirman:
5/8
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
ُ‫ﺇِﻧﱠﻪُ ﺑِﻌِﺒَﺎﺩِﻩِ ﺧَﺒِﻴﺮٌ ﺑَﺼِﻴﺮٌۚ ﻭَﻟَﻮْ ﺑَﺴَﻂَ ﺍﻟﻠﱠﻪُ ﺍﻟﺮﱢﺯْﻕَ ﻟِﻌِﺒَﺎﺩِﻩِ ﻟَﺒَﻐَﻮْﺍ ﻓِﻲ ﺍْﻷَﺭْﺽِ ﻭَﻟَٰﻜِﻦْ ﻳُﻨَﺰﱢﻝُ ﺑِﻘَﺪَﺭٍ ﻣَﺎ ﻳَﺸَﺎﺀ‬
Dan jikalau Allâh melapangkan rezeki kepada para hamba-Nya tentulah mereka akan
melampaui batas di muka bumi, tetapi Allâh menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan
ukuran. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat
[Asy-Syûrâ/42:27]
Harta dan ketamakan juga menjadi jalan iblis menyesatkan manusia dan menyimpangkan
mereka dari fitrah yang lurus, seperti dijelaskan Allâh Azza wa Jalla dalam firmannya:
ْ‫ﻭَﻣَﺎ ﻳَﻌِﺪُﻫُﻢُ ﺍﻟﺸﱠﻴْﻄَﺎﻥُ ﺇِﱠﻻ ﻏُﺮُﻭﺭًﺍۖ ﻳَﻌِﺪُﻫُﻢْ ﻭَﻳُﻤَﻨﱢﻴﻬِﻢ‬
Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong
pada mereka, padahal syaitan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.
[An-Nisâ’/4:120]
4. Hasad
Hasad termasuk sebab penyimpangan fitrah manusia dan penghilang agama, sebagaimana
dijelaskan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam :
َ‫ ﻭَ ﻫِﻲَ ﺍﻟْﺤَﺎﻟِﻘَﺔُ َﻻ ﺃَﻗُﻮﻝُ ﺗَﺤْﻠِﻖُ ﺍﻟﺸﱠﻌْﺮَ ﻭَﻟَﻜِﻨﱠﻬَﺎ ﺗَﺤْﻠِﻖُ ﺍﻟﺪﱢﻳﻦ‬،ُ‫ﺩَﺏﱠ ﺇِﻟَﻴْﻜُﻢْ ﺩَﺍﺀُ ﺍْﻷُﻣَﻢِ ﻗَﺒْﻠَﻜُﻢُ ﺍﻟْﺤَﺴَﺪُ ﻭَﺍﻟْﺒَﻐْﻀَﺎﺀ‬
Masuk kepada kalian penyakit umat sebelum kalian hasad dan kebencian. Penyakit ini adalah
pemotong, tidak saya katakan pemotong rambut tapi pemotong agama [HR. At-Tirmidzi dalam
sunannya no. 2510. Hadits dipandang sebagai hadits yang hasan oleh syaikh al-Albani dalam
Sahîh Sunan at-Tirmidzi]
Hasad menjadi sebab yang membuat iblis tidak mau sujud kepada Adam, sebagaimana
jawaban iblis ketika Allâh Azza wa Jalla berfirman kepadanya:
ِ‫﴾ ﻭَﺇِﻥﱠ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺍﻟﻠﱠﻌْﻨَﺔَ ﺇِﻟَﻰٰ ﻳَﻮْﻡِ ﺍﻟﺪﱢﻳﻦ‬٣٤﴿ ٌ‫﴾ ﻗَﺎﻝَ ﻓَﺎﺧْﺮُﺝْ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻓَﺈِﻧﱠﻚَ ﺭَﺟِﻴﻢ‬٣٣﴿ ٍ‫ﻗَﺎﻝَ ﻟَﻢْ ﺃَﻛُﻦْ ِﻷَﺳْﺠُﺪَ ﻟِﺒَﺸَﺮٍ ﺧَﻠَﻘْﺘَﻪُ ﻣِﻦْ ﺻَﻠْﺼَﺎﻝٍ ﻣِﻦْ ﺣَﻤَﺈٍ ﻣَﺴْﻨُﻮﻥ‬
Allâh berfirman, “Hai iblis! Apa sebabnya kamu tidak (ikut sujud) bersama-sama mereka yang
sujud itu” Berkata iblis, “Aku sekali-kali tidak akan sujud kepada manusia yang Engkau telah
menciptakannya dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk””.
Allâh berfirman, “Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk, dan
sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat”. [Al-Hijr/15:33-35]
Oleh karena itu Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Induk semua dosa ada tiga; kesombongan
yang membuat iblis hancur dan ketamakan yang menyebabkan Nabi Adam Alaihissallam keluar
dari surga serta hasad yang membuat salah seorang anak Adam membunuh saudaranya.
Siapa yang berlindung dari tiga penyakit ini maka telah berlindung dari semua keburukan.
Kekafiran berasal dari kesombongan, kemaksiatan berasal dari ketamakan dan sikap melampai
batas dan zhalim berasal dari hasad.”[9]
6/8
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
Demikianlah sebagian sebab yang mendorong penyimpangan fitrah, Semoga Allâh Azza wa
Jalla menjauhi kita dari semua penyimpangan fitrah dan sebab-sebabnya dan dimudahkan
untuk kembali ke fitrah kita.
Billâhittaufîq.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp.
0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647,
081575792961, Redaksi 08122589079]
_______
Footnote
[1] Lihat, Syarah Sahîh Muslim, 16/208
[2] Syifâ al-‘Alîl, hlm. 285 dan Igâtsatul Lâhafân, 2/226-228
[3] Tafsîr Ibnu Katsîr, 5/208
[4] Lihat, Majmû’ al-Fatâwa, 27/286
[5] Syarh Shahîh Muslim, 16/219
[6] Majmû’ al-Fatâwa, 22/154
[7] Majmû’ al-Fatâwa, 25/332
[8] Iqtidhâ as-Shirâtil Mustaqîm, 1/550
[9] Lihat, al-Fawâ`id 1/58
7/8
my BLOG
http://blog.tohaboy.web.id
sumber : almanhaj.or.id
Source:
http://blog.tohaboy.web.id/2017/sebab-sebab-penyimpangan-dari-fithrah.view
8/8
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Download