PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP AUDIT DELAY (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI) Oleh : SHOHELMA SA’ADAH NIM . 2008 / 02151 PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI PADANG Wisuda Periode Juni 2013 1 PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP AUDIT DELAY Shohelma Sa‟adah Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus Air Tawar Padang Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh (1) ukuran perusahaan terhadap audit delay, dan (2) sistem pengendalian internal terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jenis penelitian ini digolongkan sebagai penelitian yang bersifat kausatif. Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling, sebanyak 41 perusahaan. Data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan www.idx.co.id. Teknik analisis data dengan menggunakan teknik regresi berganda yang dianalisis. Hasil penelitian membuktikan bahwa (1) ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay ditunjukkan dengan tingkat sig 0,000< 0,05 dan β negatif yaitu -2,151 dan (2) sistem pengendalian internal berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay dengan tingkat sig 0,002< 0,05 dan β negatif yaitu -10,332. Dalam penelitian ini disarankan : (1) Bagi perusahaan publik untuk memberikan keleluasaan kepada auditor untuk melakukan pekerjaan lapangan sebelum tanggal penutupan tahun buku. Perusahaan diharapkan dapat membatu pekerjaan auditor dengan memberikan data-data yang diperlukan selama proses pemeriksaan, memberikan jawabanjawaban yang benar dan wajar atas pertanyaan yang diajukan oleh auditor sehingga laporan keuangan auditan dapat diterbitkan lebih awal. (2) Bagi penelitian selanjutnya untuk melakukan perluasan variabel yang diperkirakan mempengaruhi audit delay guna memperoleh penjelasan lebih baik mengenai fenomena tersebut.(3) Bagi auditor untuk merencanakan pekerjaan lapangan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Mengingat jumlah klien yang diaudit dari tahun ke tahun semakin meningkat maka auditor harus merencanakan dengan saksama agar laporan keuangan auditan yang dihasilkan tepat waktu. Kata kunci: ukuran perusahaan, sistem pengendalian internal, audit delay ABSTRACT The aims of this study were to determine the effect of firm size on the audit delay and the effect of internal control system on the audit delay at a manufacturing company registered on the Indonesia Stock Exchange. This study was classified as causative study. The population of this study was manufacturing company registered on the Stock Exchange in 2008 until 2011. A total of 41 companies were enrolled in this study,determined by the purposive sampling method. The data obtained from the Indonesian Capital Market Directory (ICMD) and www.idx.co.id. Data analysis techniques using double regression test. From this study we can conclude that firm size had adverse affect on the audit delay indicated by the level of sig 0,000 < 0,05 and β negative is -2,151 and of internal control system had adverse affect on the audit delay indicated by the level of sig 0,002< 0,05 and β negative is -10,332. In this study Suggested: (1) For public companies to provide flexibility to the auditor to conduct field work before the closing date of the fiscal year. Company auditor jobs are expected to be petrified by providing the necessary data during the checkout process, providing correct answers and reasonable to questions by auditors that audited financial statements be issued early. (2) For further research to expand a variable that is estimated to affect audit delay in order to obtain a better explanation of the phenomena. (3) For the auditor to plan the field work as well as possible so that the work can be done effectively and efficiently. Given the number of clients being audited from year to year increases the auditor should plan carefully so that the resulting audited financial statements on time. Key words: firm size, internal control system, audit delay. 1 1. PENDAHULUAN Laporan keuangan merupakan sarana utama yang digunakan oleh perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan perusahaan kepada pihak luar. Tujuan laporan keuangan adalah sebagai media bagi perusahaan untuk mengkomunikasikan berbagai informasi dan pengukuran secara ekonomis mengenai kinerja keuangan perusahaan, perubahan posisi keuangan, arus kas serta sumber daya yang dimiliki perusahaan kepada berbagai pihak yang mempunyai kepentingan terhadap informasi tersebut. Laporan keuangan sebaiknya dibuat dan dipublikasikan sesegera mungkin agar tidak mempengaruhi kapasitasnya dalam mempengaruhi pengambilan keputusan para pemakainya. Perusahaan diharapkan untuk tidak menunda penyajian laporan keuangan yang dapat menyebabkan manfaat informasi disajikan menjadi berkurang. Regulator memandang perlu menentukan suatu regulasi yang mengatur batas waktu penerbitan laporan keuangan yang harus dipenuhi oleh setiap emiten (Made Gede W, 2004). Hal ini diperkuat dengan adanya peraturan dari Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) yang menyatakan bahwa setiap perusahaan yang go public diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan dan telah diaudit tepat waktu. Peraturan ini diatur dalam Keputusan Ketua Bapepam No. KEP-346/BL/2011. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa emiten dan perusahaan publik wajib menyampaikan laporan keuangan tahunan disertai dengan laporan akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan, selambat lambatnya pada akhir bulan ketiga (90 hari) setelah tanggal laporan keuangan perusahaan. Dari tahun ke tahun masih banyak perusahaan yang go publik terlambat menyampaikan laporan keuangan auditan atas audit laporan keuangan perusahaan. Tabel 1 2 menyajikan fakta keterlambatan penyampaian laporan keuangan emiten tahun 2001-2011 ke Bapepam-LK. Tabel 1 Jumlah Emiten Yang Terlambat Menyampaikan Laporan Keuangan Auditan Tahun Jumlah Emiten 2001 64 2002 86 2003 81 2004 67 2005 160 2006 170 2007 183 2008 111 2009 50 2010 40 2011 54 Sumber:http//www.okezone.com/bapepamdenda-emiten Untuk mendapatkan laporan akuntan dalam rangka audit atas laporan keuangan, diperlukan proses audit dengan jangka waktu yang berakibat adanya audit delay. Lamanya proses penyelesaian audit ini dapat mempengaruhi ketepatan waktu perusahaan dalam mempublikasikan laporan keuangan kepada masyarakat umum dan kepada BAPEPAM. Rentan waktu penyelesaian pelaksanaan audit atas laporan keuangan tahunan, diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan. Lamanya waktu penyelesaian audit dihitung mulai dari tanggal penutupan tahun buku sampai dengan tanggal diterbitkannya laporan audit disebut audit delay (Dyer & McHugh, 1975). Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur dari besarnya total aset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. (Dyer & McHugh, 1975) menyatakan, hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan karena manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Ansah (2000) menjelaskan bahwa perusahaan berskala besar memiliki sumberdaya dan staf akuntan yang lebih banyak dan memiliki sistem informasi akuntansi canggih dari pada perusahaan dengan skala kecil. Selain itu perusahaan berskala besar juga memiliki sumberdaya untuk membayar audit fees yang lebih tinggi sehingga dapat menekan auditor untuk melaksanakan pekerjaannya lebih awal dan menyelesaikan audit tepat waktu bila dibandingkan dengan perusahaan kecil. Sistem pengendalian internal adalah prosedur yang dirancang untuk memberikan kepastian yang layak mengenai pencapaian tujuan manajemen yang terdiri atas reliabilitas pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi, dan ketaatan pada ketentuan hukum dan peraturan (Arens, 2008). UU SarbanesOxley Section 404, auditor diharuskan untuk memberikan atestasi mengenai efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Atestasi merupakan jasa assurance dimana KAP mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Atestasi berupa audit atas laporan keuangan dan atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Atestasi menghasilkan pendapat opini yang dikeluarkan auditor atas efektivitas pengendalian internal. Efektivitas pengendalian internal dapat dilihat dari opini audit yang diterima oleh perusahaan. Perusahaan yang pengendalian internalnya efektif menerima opini wajar tanpa pengecualian dan perusahaan pengendalian internalnya kurang efektif menerima opini selain wajar tanpa pengecualian. Perusahaan yang memiliki sistem pengendalian internal yang baik dapat mengurangi kesalahan dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan, sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan keuangan. Lemahnya pengendalian internal memberikan dampak audit delay yang semakin lama karena auditor membutuhkan sejumlah waktu untuk mencari bahan bukti yang lengkap dan komplek untuk mendukung opininya (Whitterd, 1976) dalam (Ade, 2011). Beberapa penelitian sebelumnya Carslaw dan Kaplan (1991) di New Zelland yang menggunakan total asset sebagai proksi ukuran perusahaan menunjukkan bahwa audit delay mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan ukuran perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan besar memiliki pengendalian internal yang lebih kuat yang akan mengurangi kecendrungan kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan meyakinkan auditor untuk mengendalikan pengendalian yang lebih luas dan untuk melakukan pekerjaan internal. Perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang kuat maka auditor memerlukan waktu yang relatif singkat dalam melakukan pengujian substansif dan pengujian ketaatan, sehingga mempercepat proses pengauditan laporan keuangan dan meminimalisasi penundaan laporan keuangan yang telah diaudit kepada publik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. 2. TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Audit delay Menurut Ashton, Willingham, dan Elliot (1987) dikatakan bahwa „proses audit sangat memerlukan waktu yang berakibat 3 adanya audit delay yang nantinya akan sangat berpengaruh pada ketepatan waktu pelaporan keuangan‟. Audit Delay adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku, hingga tanggal diselesaikannya laporan audit independen (Wiwik Utami, 2006). Menurut Dyer & McHugh (1975), “Auditors’ report lag is the open interval of number of days from the year end to the date recorded as the opinion signature date in the auditor’s report”. Menurut Knechel dan Payne (2001) dalam Lophiga Surbakti (2009) audit delay atau audit reporting lag dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Scheduling lag, yaitu selisih waktu antara tahun penutupan buku perusahaan dengan dimulainya pekerjaan lapangan auditor. 2. Fieldwork lag, yaitu selisih waktu antara dimulainya pekerjaan lapangan dan saat penyelesaiannya. 3. Reporting lag, yaitu selisih waktu antara saat penyelesaian pekerjaan lapangan dengan tanggal laporan auditor. audit delay diukur berdasarkan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yaitu dari lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan. Dilihat sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. 2.2 Ukuran Perusahaan Skala perusahaan menunjukkan besarnya suatu ukuran (besar atau kecil) dari suatu perusahaan atau badan usaha Edilius (1992). Ukuran perusahaan adalah besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur dari besarnya total aset atau kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Menurut keputusan BAPEPAM No. 9 tahun 1995 pada dasarnya ukuran perusahaan dapat digolongkan dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut: 4 a. Perusahaan menengah/kecil Perusahaan menengah/kecil merupakan badan hukum yang didirikan di Indonesia yang: 1) Memiliki sejumlah kekayaan (total aset) tidak lebih dari Rp 20 milyar. 2) Bukan merupakan afiliasi atau dikendalikan oleh suatu perusahaan yang bukan perusahaan menengah/kecil. 3) Bukan merupakan reksadana. b. Perusahaan menengah/besar Perusahaan menengah/besar merupakan kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan usaha. Usaha ini meliputi usaha nasional (milik negara atau swasta) dan usaha asing yang melakukan kegiatan di Indonesia. Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit delay adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil, Dyer dan McHugh (1975) dalam Lestari (2010). Manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaanperusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Carslaw dan Kaplan (1991) dalam Lestari (2010) di New Zelland yang menggunakan total asset sebagai proksi ukuran perusahaan menunjukkan bahwa audit delay mempunyai hubungan yang berkebalikan dengan ukuran perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan yang lebih besar mempunyai pengendalian internal yang lebih kuat yang akan mengurangi kecenderungan kesalahan pelaporan keuangan yang mungkin terjadi dan meyakinkan auditor untuk mengendalikan pengendalian yang lebih luas dan untuk melakukan pekerjaan internal. Selain itu berkaitan dengan pelayanan yang lebih baik oleh perusahaan, untuk memastikan kepuasan dari klien yang lebih besar. 2.3 Sistem Pengendalian Internal Menurut Arens & Mark S. Beaslev (2008) sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Tujuan tersebut terdiri atas: Reliabilitas pelaporan keuangan, Efisiensi dan efektifitas operasi, Ketaatan pada hukum dan peraturan. Lima elemen pengendalian internal COSO menurut Arens (2008): a. Lingkungan pengendalian Lingkungan pengendalian terdiri atas tindakan, kebijakan, dan prosedur yang mencerminkan sikap manajemen puncak, para direktur, dan pemilik entitas secara keseluruhan. Subelemen yang harus dipertimbangkan auditor untuk memahami dan menilai lingkungan pengendalian: 1) Integritas dan nilai-nilai etis 2) Komitmen pada kompetensi 3) Partisipasi dewan komisaris atau komite audit 4) Filosofi dan gaya operasi manajemen 5) Struktur organisasi 6) Kebijakan dan praktik sumber daya manusia b. Penilaian risiko Penilaian risiko atas pelaporan keuangan adalah tindakan yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko-risiko yang relavan dengan laporan keuangan yang sesuai dengan GAAP. c. Aktivitas pengendalian Kebijakan dan prosedur, selain yang termasuk dalam komponen lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, dan pemantauan, yang membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan telah diambil untuk menangani risiko guna mencapai tujuan entitas. Lima jenis aktivitas pengendalian: 1) Pemisahan tugas yang memadai 2) Otorisasi yang tepat atas transaksi dan aktivitas 3) Dokumen yang memadai 4) Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan 5) Pemeriksaan independen atas kinerja d. Informasi dan komunikasi Tujuan sistem informasi dan komunikasi akuntansi dari entitas adalah untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi yang dilakukan entitas tersebut serta mempertahankan akuntabilitas aktiva terkait. Sistem informasi dan komunikasi akuntansi mempunyai beberapa subkompenen, yang biasanya terdiri atas kelas-kelas transaksi seperti penjualan, retur penjualan, penerimaan kas, akuisisi, dan sebagainya. e. Pemantauan Penilaian mutu pengendalian internal secara berkelanjutan atau periodik oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian tersebut telah beroperasi seperti yang diharapkan, dan telah dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi. Tanggung jawab auditor untuk memahami pengendalian internal: Standar pekerjaan lapangan yang kedua dari GAAS (Arens, 2008) menyatakan “Auditor harus memiliki pemahaman yang cukup tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai apakah risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan, dan untuk merancang sifat, penetapan waktu, dan luas prosedur audit lebih lanjut”. Pemahaman pengendalian yang terutama diperhatikan auditor dalam pengendalian internal (Arens, 2008): 1. Pengendalian atas reliabilitas pelaporan keuangan 5 2. Pengendalian atas kelas-kelas transaksi UU Sarbanes-Oxley Section 404 (Arens, 2008) menyatakan auditor diharuskan untuk memberikan atestasi mengenai efektivitas pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Atestasi merupakan jasa assurance dimana KAP mengeluarkan laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Atestasi berupa audit atas laporan keuangan dan atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Atestasi menghasilkan pendapat opini yang dikeluarkan auditor atas efektivitas pengendalian internal. Efektivitas pengendalian internal dapat dilihat dari opini audit yang diterima oleh perusahaan. Perusahaan yang pengendalian internalnya efektif menerima opini wajar tanpa pengecualian dan perusahaan pengendalian internalnya kurang efektif menerima opini selain wajar tanpa pengecualian. Menurut Carslaw (1991), perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang kuat maka auditor memerlukan waktu yang relatif singkat dalam melakukan pengujian substansi dan pengujian ketaatan, sehingga mempercepat proses pengauditan laporan keuangan dan meminimalisasi penundaan laporan keuangan yang telah diaudit kepada publik. Perusahaan yang memiliki sistem pengendalian internal yang baik dapat mengurangi kesalahan dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan, sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan keuangan. Lemahnya pengendalian internal memberikan dampak audit delay yang semakin lama karena auditor membutuhkan sejumlah waktu untuk mencari bahan bukti yang lengkap dan komplek untuk mendukung opininya (Whitterd, 1976) dalam (Ade, 2011). Berdasarkan latar belakang diatas maka hipotesis didapat sebagai berikut: H1: Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay. 6 H2: Semakin efektif pengendalian internal perusahaan maka semakin cepat audit delay. . 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Berdasarkan tujuan dan hipotesis yang telah dikemukakan di atas maka penelitian ini digolongkan penelitian kausatif. Penelitian kausatif berguna untuk menganalisis pengaruh antara satu variabel dengan variabel lainnya, dimana penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa jauh variabel bebas mempengaruhi variabel terikat. Dalam hal ini melihat seberapa jauh pengaruh ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal terhadap audit delay. 3.2 Populasi dan Sampel Populasi yang akan diamati dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 – 2011 dengan jumlah populasi sebanyak 159 perusahaan. Pemilihan sampel yang akan dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu pemilihan sampel yang didasarkan pada suatu kriteria tertentu yaitu berjumlah 18 perusahaan. Kriteria yang akan digunakan adalah: a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar pada bursa efek Indonesia tahun 2008-2011 b. Perusahaan yang memiliki data laporan keuangan yang lengkap berupa laporan keuangan tahunan dan laporan auditor independen selama periode 2008 sampai 2011. Tabel 1 Penyaringan Sampel Perusahaan Jumlah Keterangan Perusahaan a. Perusahaan manufaktur 159 yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2011 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data dokumenter, yaitu data penelitian yang berupa laporan-laporan. Sumber data penelitian ini data sekunder yaitu data yang diperoleh dari perusahaan yang tergolong perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2011. Menurut Mudrajat (2003:127), data sekunder yaitu data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Variabel yang diteliti tersebut tersedia dengan lengkap dalam laporan keuangan tahun 2008-2011. Sumber data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Monthly IDX www.idx.co.id. 3.6 Pengukuran Variabel Dalam penelitian ini audit delay diukur berdasarkan rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan, yaitu dari lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan. Dihitung sejak tanggal tutup buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. ukuran (size) perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki perusahaan sampel. Penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa dengan total aktiva lebih menunjukan ukuran perusahaan dibandingkan dengan kapitalisasi pasar. Sistem pengendalian internal ini diukur dengan menggunakan penilaian berupa pendapat yang diberikan oleh auditor atas pelaporan keuangan perusahaan. Penelitian ini menggunakan dua klasifikasi pendapat auditor, yaitu wajar tanpa pengecualian (nilai dummy 1) dan selain wajar tanpa pengecualian (dummy 0). Pengukuran ini juga digunakan oleh Ade, 2011. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik dokumentasi dari data-data yang dipublikasikan oleh perusahaan mengenai nilai total aset, opini auditor, tanggal penyelesaian audit, dan tanggal penyerahan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit dengan cara akses langsung dari situs Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Monthly IDX www.idx.co.id. 1.7 Teknik Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah analisis regresi berganda untuk melihat pengaruh antara ukuran perusahaan dan system pengendalian internal terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur. Sebelum melakukan pengujian dengan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan berbagai uji asumsi klasik agar dapat dihasilkan suatu kesimpulan yang benar dan akurat. 3.5 Variabel Penelitian Variabel terikat dalam penelitian ini adalah audit delay dengan variabel bebas Ukuran perusahaan Sistem pengendalian internal. . Uji Normalitas Menurut Ghazali (2005) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Jumlah Perusahaan b. Perusahaan yang tidak (118) memiliki data laporan keuangan lengkap dari tahun 2008 sampai 2010 Jumlah sampel yang 41 digunakan dalam penelitian Sumber :www.idx.co.id Keterangan 7 Penelitian ini menggunakan pengujian data dengan analisi statistik menggunakan analisis Kolmogorov-Smirnov. Jika nilai uji Kolmogorov-Smirnov > 0,05 berarti data terdistribusi normal. Jika nilai signifikan uji Kolmogorov-Smirnov < 0,05 maka data dinyatakan tidak terdistribusi dengan normal. Uji Multikolinearitas Sebelum dilakukan regresi, terlebih dahulu dilakukan uji multikolinearitas. Multikoliniaritas adalah salah satu asumsi penting untuk model regresi berganda. Asumsi ini menyatakan bahwa antara variabel independen terjadi gejala korelasi atau memiliki hubungan yang signifikan. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dilihat melalui nilai tolerance value dan variance inflation factor(VIF). Angka yang menunjukkan tidak adanya multikolonearitas apabila nilai tolerance diatas 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2005). Uji Autokorelasi Uji autokorelasi adalah uji yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antar data yang berdasarkan urutan waktu (time series). Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan t-1 (sebelumnya). Jika terjadi berarti ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik harus bebas dari autokorelasi. Menurut Ghazali (2005) pengujian autokorelasi yang banyak digunakan adalah dengan metode DurbinWatson dengan kriteria sebagai berikut: 1) Bila 0 < d < dl atau dl ≤ d ≤ du berarti tidak ada autokorelasi positif 2) Bila 4 – dl < d < 4 atau 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl berarti tidak ada korelasi negatif 3) Bila du < d < 4 – du berarti tidak ada korelasi positif atau negative 8 Uji Heteroskedastisitas Heterokedastisitas yaitu variabel pengganggu memiliki varian yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Menurut Imam (2006:105), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pangamatan lain. Cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan Uji Glejser. Uji Glejser mengusulkan untuk meregresi nilai absolut residual terhadap variabel independen. Jika variabel independen tidak signifikan (sig > 0.05) berarti model bebas dari heterokedastisitas. Analisis Regresi Berganda Analisa data menggunakan regresi berganda (multiple regression). Pengujian ini berguna untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan analisis berganda adalah: Y1 = a + b1X1 + b2X2 + ε Dimana: Y1 = Audit delay a = konstanta b1, b2,=Koefisien masing-masing variabel X X1 =Ukuran perusahaan X2 =Sistem pengendalian internal =Error Uji Koefisien Determinan (R2) Koefisien Determinan (R2) digunakan untuk mengetahui kontribusi variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Semakin besar nilai koefisien determinasi, maka menunjukkan semakin besar pula pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini digunakan Adjusted R Square, karena variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu. Koefisien determinasi merupakan pengukuran seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel satu (Ghozali, 2001). Uji F (F- test) Uji F dilakukan bertujuan untuk menguji apakah secara serentak variabelvariabel independen mampu menjelaskan variabel dependen secara baik dan untuk menguji apakah model yang digunakan sudah fix atau belum. Patokan yang digunakan dalam pengujian ini adalah membandingkan nilai sig yang diperoleh dengan derajat signifikansi pada level α = 0.05. Apabila nilai F yang diperoleh lebih kecil dari derajat signifikansi maka model yang digunakan sudah fix. Uji t (t-test) Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dalam persamaan regresi berganda secara parsial. Untuk melihat nilai signifikansi masing-masing parameter yang diestimasi, maka digunakan t-Test dengan rumus: βi t-Test = Sβi dimana : βi = koefisien regresi Sβi = Standar error atas koefisien regresi variabel Dengan kriteria pengujian: 1. Jika tingkat signifikansi < α 0,05, t tabel < t hitung, dengan koefisien β negatif maka hipotesis diterima. 2. Jika tingkat signifikansi > α 0,05, t tabel > t hitung, maka hipotesis ditolak laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. 2. Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu skala pengklasifikasian besar kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dihitung dengan menggunakan total aset atau toatal aktiva perusahaan yang tercantum pada laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diaudit. . 3. Sistem Pengendalian Internal Sistem pengendalian inernal merupakan suatu kebijakan dan proses yang dirancang untuk memberikan memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan mampu mancapai tujuan dan sasarannya yang terdiri dari reliabilitas pelaporan keuangan, efisiensi dan efektivitas operasi, dan ketaatan pada hukum dan peraturan. 4 HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Data Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat yaitu audit delay, sedangkan yang menjadi variabel bebas adalah adalah ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal. Berikut ini tabel yang menyajikan deskripsi variabel penelitian secara statistik: Tabel 2 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics 1.8 Defenisi Operasional Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap penelitian ini maka perlu dijelaskan istilah pokok yang akan digunakan dalam pembahasan selanjutnya, diantaranya yaitu : 1. Audit Delay Audit delay merupakan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh N Ukuran Perusahaan 164 Minimum 4.23E8 Maximum Mean 1.47E13 1.6586E12 Std. Deviation 2.59815E1 2 SPI 164 .00 1.00 .8598 .34830 Audit Delay 164 31.00 152.00 72.5732 16.25829 Valid N (listwise) 164 9 Group Statistics SPI Audit Selain WTP Delay WTP N Mean Std. Deviation Std. Error Mean 23 82.0435 13.10613 2.73282 141 71.0284 16.23662 1.36737 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Tahun 2012 Tabel 2 menjelaskan secara deskriptif variabel-variabel dalam penelitian ini. Variabel audit delay (Y) pada perusahaan manufaktur di PT. Bursa Efek Indonesia ratarata yaitu sebesar 72,57 hari dengan standar deviasi 16,26. Audit yang paling lama (maximum) yaitu 152 hari dan audit paling pendek (minimum) yaitu 31 hari. Variabel ukuran perusahaan (X1) diproksikan dengan total asset, memiliki ratarata sebesar 1,658 atau Rp. 1,658 triliun dengan standar deviasi sebesar 2,598 atau Rp. 2,598 triliun. Ukuran perusahaan tertinggi (maxsimum) adalah 1,47 atau Rp. 14,7 triliun sedangkan ukuran perusahaan terendah (minimum) sebesar 4,23 atau Rp. 423 juta. Pada Tabel 8.2 sistem pengendalian internal (X2) yang diproksikan dengan opini wajar tanpa pengecualian memiliki rata-rata sebesar 71,03 dengan standar deviasi sebesar 16,24 dan opini selain wajar tanpa pengecualian memiliki rata-rata sebesar 82,04 dengan standar deviasi sebesar 13,11. Sedangkan nilai tertinggi (maximum) adalah 1 dan nilai terendah (minimum) adalah 0. Sebelum melakukan analisis regresi linear berganda, ada beberapa syarat pengujian yang harus dipenuhi agar hasil olahan data benar-benar dapat menggambarkan apa yang menjadi tujuan penelitian yaitu uji normalitas, uji multikolonearitas, uji autokorelasi dan heterokedastisitas. Menurut Ghazali (2005) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas yang dipergunakan adalah uji Kolmogorov10 Smirnov. Penentuan nomal atau tidaknya suatu distribusi data ditentukan berdasarkan taraf signifikansi hasil hitung. Jika taraf signifikansi di atas 0,05 maka data diinterpretasikan terdistribusi normal, dan sebaliknya, jika taraf signifikansi hasil hitung di bawah 0,05 maka diinterpretasikan bahwa data tidak terdistribusi secara normal. Setelah dilakukan pengolahan data, di dapat hasil yang menyatakan bahwa data terdistribusi dengan normal. menunjukkan bahwa taraf signifikansi hasil hitung asymp. Sig. (2-tailed) adalah sebesar 0,147 yang berada di atas 0,05. Dengan demikian nilai residual terdistribusi secara normal sehingga model penelitian dinyatakan telah memenuhi asumsi normalitas. Hasil uji multikolonearitas menunujukkan hasil perhitungan nilai VIF dan tolerance. Nilai VIF untuk variabel ukuran perusahaan (X1) sebesar 1,002 dengan tolerance sebesar 0,998 dan sistem pengendalian internal (X2) VIF sebesar 1,002 dengan tolerance sebesar 0,998. Masingmasing variabel bebas tersebut memiliki nilai VIF < 10 dan nilai tolerance > 0,1, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinearitas antar variabel independen. Hasil uji heterokedastisitas menunjukkan bahwa hasil perhitungan dari masing-masing variabel menunjukkan bahwa level sig > α 0.05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penelitian ini bebas dari gejala Heterokedastisitas dan layak digunakan dalam analisis regresi berganda. Hasil uji autokorelasi menunujukkan bahwa angka Durbin Watson sebesar 2,181 lebih besar dari batas atas (du) 1.769 (pada Tabel Durbin Watson) dan kurang dari 4 – 1.769 (4 – du). Maka dapat disimpulkan tidak adanya autokorelasi dalam penelitian ini. Tabel 3 Hasil Koefisien Regresi Berganda Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1 B Std. Error Standardized Coefficients Beta t Sig. (Constant) 85.024 3.163 26.884 .000 Ukuran Perusahaan -2.151E12 .000 -.344 -4.793 .000 SPI -10.332 3.347 -.221 -3.087 .002 a. Dependent Variable: Audit Delay Sumber: olahan data SPSS, 2012 Dari pengolahan data statistik pada Tabel 3 di atas maka diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut: Y = 85,024 – 2,151UP – 10,332 SPI Angka yang dihasilkan dari pengujian tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Dari persamaan di atas dapat dilihat bahwa terdapat nilai konstanta 85,024 yang berarti bahwa tanpa ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal maka audit delay adalah 85,024. Nilai koefisien dari variabel ukuran perusahaan (X1) adalah sebesar -2,151 ini berarti bahwa dengan meningkatnya ukuran perusahaan sebesar satu satuan maka akan menurunkan audit delay sebesar -2,151. Nilai koefisien variabel sistem pengendalian internal (X2) adalah sebesar -10,332, ini berarti bahwa dengan meningkatnya sistem pengendalian internal sebesar satu satuan maka akan menurunkan audit delay sebesar 10,332. Hasil uji koefisien menghasilkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,163. Nilai AdjustedR Square ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebesar 16,3%, sedangkan sisanya sebesar 83,7% ditentukan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam model. Hasil pengolahan data menunjukkan hasil F hitung sebesar 16,909 yang signifikan pada 0,000. Jadi F hitung > F tabel ( sig 0,000 < 0,05). Hal ini berarti bahwa variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Uji t dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Patokan yang digunakan adalah dengan membandingkan nilai signifikan yang dihasilkan dengan alpha 0,05. Penelitian ini menggunakan α = 0,05 Berdasarkan hasil penelitian, maka didapat pengaruh antar variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut: 1. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay Dari hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh bahwa hasil ukuran perusahaan (X1) berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay (Y). Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi (sig t) ukuran perusahaan sebesar 0,000 (< 0,05) dengan β negatif sebesar -2,151. Dengan demikian H1 dalam penelitian ini diterima. 2. Sistem Pengendalian Internal berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay Dari hasil pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa sistem pengendalian internal (X2) berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay (Y). Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi (sig t) sistem pengendalian internal sebesar 0,002 (< 0,05) dengan β negatif -10,332. Dengan demikian H2 dalam penelitian ini diterima. 4.2 Pembahasan 1. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansi sebesar 0,000 dimana signifikansinya lebih kecil dari nilai α 0,05. dengan nilai 11 koefesien β negatif sebesar -2,151. Artinya bahwa hubungan ukuran perusahaan dengan audit delay adalah semakin besar ukuran perusahaan maka semakin cepat audit delay. Kesimpulan ini sependapat dengan Ade (2011). Menurut Dyer dan McHugh (1975) yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan besar memiliki dorongan untuk mengurangi masalah audit delay dan penundaan laporan keuangan. Hal ini disebabkan manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi audit delay dikarenakan perusahaan tersebut dimonitor secara ketat oleh investor, pengawas permodalan dan pemerintah. Oleh karena itu, perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal. Berdasarkan keputusan BAPEPAM No. 9 tahun 1995 yang telah dijelaskan pada Bab II, Perusahaan dikategorikan perusahaan kecil apabila total aset yang dimiliki perusahaan tidak lebih dari Rp. 20 Milyar dan sebaliknya apabila lebih dari Rp. 20 Milyar maka perusahaan tersebut dikategorikan perusahaan besar. Dilihat dari data penelitian, hampir seluruh perusahaan dikategorikan besar, hanya sebagian kecil perusahaan yang memiliki total aset tidak lebih dari Rp. 20 milyar. Kekayaan yang dimiliki perusahaan ternyata mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap jangka waktu penyelesaian laporan audit atas laporan keuangan. Hal ini disebabkan semakin besar perusahaan, maka semakin banyak memiliki sumber daya, memiliki staf akuntan, dan sistem informasi yang canggih, sehingga perusahaan akan semakin cepat menyajikan laporan keuangan dan auditorpun dapat melaksanakan audit lebih awal sehingga proses penyelesaian laporan audit atas 12 laporan keuangan dapat diselesaikan tepat waktu. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Ahmad dan Kamarudin (2002) dan Ade (2011) bahwa perusahaan besar mempunyai sumber daya untuk membayar audit fee yang lebih besar guna mendapatkan pelayanan audit yang lebih cepat. Perusahaan-perusahaan besar cenderung mendapatkan tekanan yang tinggi dari pihak eksternal terhadap kinerja keuangan perusahaan, sehingga manajemen akan berusaha untuk mempublikasikan laporan keuangan audit lebih tepat waktu. 2. Pengaruh sistem pengendalian internal terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia Berdasarkan hasil analisis statistik dalam penelitian ini ditemukan bahwa sistem pengendalian internal berpengaruh signifikan negatif terhadap audit delay. Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansi sebesar 0,002 dimana signifikansinya lebih kecil dari nilai α 0,05. dengan nilai koefesien β negatif sebesar -10,332. Artinya, bahwa hubungan sistem pengendalian internal dengan audit delay adalah semakin efektif pengendalian internal perusahaan maka semakin cepat audit delay. Dalam Arens (2008) Pengendalian internal yang bagus menentukan proses audit yang digunakan, besar kecilnya sampel yang harus dikumpulkan oleh auditor yang akhirnya dapat menghemat biaya dan waktu, sehingga audit delay akan semakin cepat. Menurt Carslaw dan Kaplan (1991) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang kuat maka auditor memerlukan waktu yang relatif singkat dalam melakukan pengujian substansif dan pengujian ketaatan, sehingga mempercepat proses pengauditan laporan keuangan dan meminimalisasi penundaan laporan keuangan yang telah diaudit kepada publik. Arens (2008), auditor akan mengeluarkan opini wajar tanpa pengecualian mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan apabila pada dua kondisi. Pertama, tidak adanya kelemahan material yang teridentifikasi. Kedua, tidak adanya pembatasan ruang lingkup pekerjaan auditor. Apabila salah satu kondisi tersebut terjadi, maka auditor akan mengeluarkan pendapat selain dari wajar tanpa pengecualian. Dilihat dari data penelitian, hampir semua perusahaan yang menjadi sampel memiliki pengendalian internal yang efektif. Hal ini ditunjukkan dari perusahaan yang menerima opini WTP dari tahun 2008 sampai dengan 2011 sebesar 82,93%, 87,81%, 87,81%, 82,93%, dan hanya sebagian kecil yang menerima opini selain dari WTP. Kondisi ini menunjukkan perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang efektif dapat mengurangi kesalahan dalam menyajikan laporan keuangan, sehingga memudahkan auditor dalam melakukan pengauditan laporan keuangan dan memberikan dampak audit delay yang semakin cepat. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Titik (2003) dalam Ade (2011) bahwa perusahaan yang memiliki internal auditor yang berkompeten dan mempunyai personalisme yang tinggi dapat menjadikan pengendalian internal dalam perusahaan tersebut baik. Hal ini dikarenakan salah satu tugas fungsi dari internal auditor adalah untuk memeriksa dan mengevaluasi kecukupan struktur pengendalian internal perusahaan secara periodik dan membuat rekomendasi tentang perbaikan yang diperlukan dalam perusahaan. Dengan demikian auditor tidak membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan pengujian dalam laporan keuangan auditan dan hal ini meminimalisasi terjadinya penundaan panyajian laporan keuangan (audit delay) auditan perusahaan tersebut. 1. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji secara empiris pengaruh ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Penelitian dilakukan selama empat tahun berturut-turut, mulai dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2011 dan mencakup 164 sampel perusahaan manufaktur di PT. Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda, dimana uji asumsi klasik dilakukan sebelum uji hipotesis dan diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Rata-rata audit delay perusahaan sampel di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun 2008-2011 adalah 72,57 hari. Model penelitian dinyatakan lolos uji asumsi klasik, yakni memenuhi asumsi normalitas, tidak terdapat gejala heteroskedastisitas, multikolinearitas, maupun autokorelasi. Kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikat pada model penelitian sebesar 16,30 persen. 2. Hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi audit delay adalah ukuran perusahaan dan sistem pengendalian internal. Tingkat signifikansi variabel ukuran perusahaan sebesar 0,000 dan variabel sistem pengendalian sebesar 0,002. Hasil pengujian secara simultan memperlihatkan bahwa keseluruhan variabel secara serempak mempunyai pengaruh signifikan terhadap audit delay. 5.2 Keterbatasan Meskipun peneliti telah berusaha merancang dan mengembangkan penelitian 13 sedemikian rupa, namun masih terdapat keterbatasan dalam penelitian ini yaitu: 1. Penelitian ini hanya menggunakan dua variabel independen saja dalam menguji audit delay, beberapa faktor lain yang memiliki pengaruh terhadap audit delay seperti faktor luas audit yang dilakukan dan faktor lamanya menjadi klien KAP tidak dimasukkan dalam penelitian ini. 2. Penelitian ini hanya menggunakan data sekunder, sedangkan data-data primer yang tidak dipublikasikan seperti luas audit yang dilakukan dan risiko audit tidak dimasukkan. 5.3 Saran Berdasarkan keterbatasan yang ada, maka saran pada penelitian ini: 1. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan perluasan variabel yang diperkirakan mempengaruhi audit delay guna memperoleh penjelasan lebih baik mengenai fenomena tersebut. 2. Kepada auditor disarankan untuk merencanakan pekerjaan lapangan dengan sebaik-baiknya sehingga pekerjaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Mengingat jumlah klien yang diaudit dari tahun ke tahun semakin meningkat maka auditor harus merencanakan dengan saksama agar laporan keuangan auditan yang dihasilkan tepat waktu. 3. Kepada perusahaan publik disarankan untuk memberikan keleluasaan kepada auditor untuk melakukan pekerjaan lapangan sebelum tanggal penutupan tahun buku. Perusahaan diharapkan dapat membatu pekerjaan auditor dengan memberikan data-data yang diperlukan selama proses pemeriksaan, memberikan jawaban-jawaban yang benar dan wajar atas pertanyaan yang diajukan oleh auditor sehingga laporan keuangan auditan dapat diterbitkan lebih awal. 14 DAFTAR PUSTAKA Arens. A. Alvin, Randal J. Elder & Mark S. Beasley, Alvin A. 2008. Auditing dan Jasa Assurance Pendekatan Terintigrasi. Edisi Kedua Belas. Jilid Kedua. Jakarta: Erlangga. Ashton, R.H., Willingham, J.J, dan Elliot, R.K. 1987. An Emprical Analysis of Audit Delay. Journal of Accounting Research. Vol. 25 No 2. (Autumn): 275292. Baridwan, Zaki. 1997. Intermediate Accounting. Edisi Ketujuh. Cetakan Kelima. Yogyakarta: BPFE. Bapepam Denda Emiten. 2012. http://www. Okezone.com. [12/10/12] Bursa Efek Indonesia. http://www.idx.co.id Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, Varianda. 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris Perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol. 2 No 1: hlm 63-75. Hilmi, Utari dan Syaiful Ali. 2008. ”Analisis Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di BEJ)”. Simposium Nasional Akuntansi XI Ikatan Akuntan Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Edisi Pertama Cetakan Pertama. Yogyakarta. Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Standar Akuntansi Keuangan. Edisi Pertama Cetakan Pertama. Yogyakarta. Kartika, Andi. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia. Journal Bisnis dan Ekonomi. Maret 2009. Vol. 16. No 1: hlm 1-17. Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan Keuangan Nomor: Kep-134/BL/2006. Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Jakarta. http://www. Bapepam.go.id. 2006. [16/12/12] Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Laporan Keuangan Nomor: Kep-40/BL/2007. Jangka Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Berkala dan Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya Tercatat Di Bursa Efek Indonesia dan Di Bursa Efek Negara Lain. Jakarta. http://www. Bapepam.go.id. 2006. [16/12/12] Lestari, Dewi. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Audit Delay: Studi Empiris pada Perusahaan Consumers Goods yang Terdaftar di Busra Efek Indonesia. Skripsi Akuntansi: Universitas Diponegoro. Mas‟ud Machfoedz. 1994. Financial Ratio Characteristic Analysis and The Prediction of Earning Changes in Indonesia, Kelola No. 7: 114-133. Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Jakarta: Salemba Empat. Munawir, S. 1981. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberty. Na‟im, Ainun. 1999. Nilai Informasi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keungan: Analisis Empiris regulasi Informasi di Indonesia. Journal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 14. No 2: 85-100. Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Delay dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 10. No 1: 1-10. Respati, Novita Weningtyas. 2004. “FaktorFaktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan: Studi Empiris di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Maksi 4: 67-81 Subekti, Imam. Dan N.W Widiyanti. 2004. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII: hlm 991-1002. Sulistyo, Wahyu Adhy Noor. 2010. Analisis Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Ketepatwaktuan Penyampaian Laporan Keuangan pada Perusahaan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Skripsi Akuntansi. Universitas Diponegoro. Suwardjono. 2002. Akuntansi Pengantar, Proses Penciptaan Data Pendekatan Sistem. Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE. Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Delay Kajian Empiris di Bursa Efek Jakarta. Buletin Penelitian No. 09. Ka. Pusat Penelitian dan Dosen FE, Universitas Mercu Buana. Wirakusuma, Made Gede. 2004. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Rentan Waktu Penyajian Laporan Keuangan ke Publik (Studi Empiris Mengenai Keberadaan Divisi Internal Audit pada Perusahaan-perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalah Seminar Nasional Akuntansi VII, Denpasar-Bali, 2-3 Desember, hlm 1202-1223. Wira, Ade Yudha P. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Audit Delay. Skripsi Akuntansi: Universitas Negeri Padang. Yuliana dan Aloysia Yanti Ardianti. (2004). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Audit Delay di Indonesia. Modus, Vol 16 (2): 135-146. Yulianti, Ani. 2011. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Delay: Studi Empiris di BEJ. Skripsi Akuntansi: Universitas Negeri Yogyakarta. 15 LAMPIRAN c. Uji Heterokedastisitas Coefficientsa 1. Statistik Deskriptif Unstandardized Coefficients Descriptive Statistics N Minimum Maximum Ukuran Perusahaan 164 4.23E8 SPI 164 .00 1.00 Audit Delay 164 31.00 152.00 Valid N (listwise) 164 Mean Std. Deviation Model 1 1.6586E1 2.59815E 1.47E13 2 12 .8598 B Std. Error Beta (Constant) 8.288 2.032 Ukuran Perusahaan 2.438E -13 .000 2.943 2.151 .34830 SPI 72.5732 16.25829 Standardized Coefficients t 4.078 .000 .066 .845 .399 .107 1.368 .173 a. Dependent Variable: ABSUT d. Uji Autokorelasi Group Statistics SPI Audit Selain WTP Delay WTP N Model Summaryb Std. Error Std. Deviation Mean Mean 23 82.0435 13.10613 2.73282 141 71.0284 16.23662 1.36737 Model R 1 .417a R Square Adjusted R Std. Error of the DurbinSquare Estimate Watson .174 .163 14.87151 2.181 a. Predictors: (Constant), SPI, Ukuran Perusahaan b. Dependent Variable: Audit Delay 2. Uji Asumsi Klasik 3. Uji Model a. Uji Normalitas Residual a. Uji F ANOVAb One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Dif f erences Unstandardized Residual 164 .0000000 14.77998974 .089 .089 -.065 1.142 .147 Mean Std. Dev iation Absolute Positiv e Negativ e Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed) 1 Model Sum of Squares Mean Square Regression 7479.082 2 Residual 35607.040 161 Total 43086.122 163 df F Sig. 3739.541 16.909 .000a 221.162 a. Predictors: (Constant), SPI, Ukuran Perusahaan b. Dependent Variable: Audit Delay a. Test distribution is Normal. b. Calculated f rom data. b. Adjust R2 b. Uji Multikolonearitas Model Summary Model Coeffici entsa Model 1 Ukuran Perusahaan SPI Collinearity Statistics Tolerance VIF .998 1.002 .998 1.002 a. Dependent Variable: Audit Delay 16 1 R .417a R Square .174 Adjusted R Square Std. Error of the Estimate .163 a. Predictors: (Constant), SPI, Ukuran Perusahaan Sig. 14.87151 c. Persamaan Regresi dan Uji t Coefficientsa Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Model 1 B Std. Error Beta t Sig. (Constant) 85.024 3.163 26.884 .000 Ukuran Perusahaan -2.151E.000 12 -.344 -4.793 .000 SPI -10.332 3.347 -.221 -3.087 .002 a. Dependent Variable: Audit Delay 17