GAMBARAN STRATIFIKASI SOSIAL DALAM CERITA PENDEK THE SLEEPING BEAUTY IN THE WOOD KARYA CHARLES PERRAULT JURNAL SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Inggris Oleh FRANCHOYNESTTU EFRANA SALLOMO SINGKARA 120912051 SASTRA INGGRIS UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS ILMU BUDAYA MANADO 2016 ABSTRACT Short story is a piece of prose fiction. Short story features a small cast of named characters, and focuses on a "single effect" or mood which can lead to the next event and storyline. In doing so, short stories make use of plot, resonance, and other dynamic components to a far greater degree than is typical of an anecdote, yet to a far lesser degree than a novel. While the short story is largely distinct from the novel. The Sleeping Beauty in the Wood is one of the famous short story written by Charles Perrault, a famous French writer and important person on his time, depict the social condition on his time where the social stratification happened in the society. This research entitled “Gambaran Stratifikasi Sosial dalam Cerita Pendek The Sleeping Beauty in the Wood Karya Charles Perrault” is created to give explanation about the social stratification that Charles Perrault depict in the short story The Sleeping Beauty in the Wood by using the sociological aspects such as status and honor and intrinsic aspects which mainly focused on expressions, dialogues, and actions through the interaction among the characters. The objectives of this research are to identify and analyze the social stratification depicted by Charles Perrault in The Sleeping Beauty in the Woods. To identify and analyze the short story, the writer uses sociological approach and social theory from Talcott Parsons about social stratification. The Sleeping Beauty in the Wood shows the status of the characters affect the honor influence to the others or otherwise, the honor effect the status of the characters through the dialogues, actions, and expressions which found in the interaction among the characters as the depiction of social stratification. ______________________________________________________________________________ Keywords: short story, social stratification, status, honor, expression, dialogues, actions, expression, the Sleeping Beauty in the Wood. 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sastra adalah karya seni yang ditulis atau dicetak dan memiliki nilai-nilai artistik atau intelektual. Sastra juga bisa menjadi seni yang menggunakan bahasa yang berbeda dari bentuk awal atau fungsinya sebagai alat komunikasi. Sastra berasal dari bahasa Latin literatura/litteratura berasal diri dari littera, 'huruf' atau 'tulisan tangan'. Sastra dapat diklasifikasikan ke dalam fiksi atau non-fiksi dan puisi atau prosa, dan memiliki bentuk besar seperti novel, novela, drama, puisi, dan cerita pendek. Sebuah cerita pendek adalah sepotong fiksi prosa, yang dapat dibaca dalam satu kali duduk. Muncul dari tradisi cerita secara lisan di awal abad ke-17, cerita pendek telah berkembang untuk mencakup keseluruhan karya seperti untuk menghentikan penokohan yang kegampangan. Pada bentuk dan struktrur aslinya, cerita pendek memiliki pemeran kecil seperti tokoh bernama, dan berfokus pada insiden mandiri dengan maksud membangkitkan "efek tunggal" atau suasana hati. Dalam prakteknya, cerita pendek menggunakan plot, resonansi, dan komponen dinamis lainnya ke tingkat yang jauh lebih besar daripada sebuah anekdot, namun untuk tingkat yang jauh lebih rendah daripada novel. Dalam sistem sosial masyarakat Perancis yang dipengaruhi oleh Inggris pada masa Renaissance, orang-orang dibedakan ke dalam tiga kelas yang berbeda sesuai dengan pekerjaan, jabatan atau harta yang dimiliki, yaitu kelas bawah, kelas menengah, dan kelas atas. Orang-orang yang tergolong dalam kelas bawah, harus bekerja keras untuk bertahan hidup dan mendapatkan upah seperti budak, pengemis, pekerja bayaran, dan buruh, sedangkan orang-orang yang tergolong dalam kelas atas, hanya perlu sedikit bekerja karena kebutuhan dan gaya hidupnya yang berasal dari harta dan warisan ataupun jabatan yang diteruskan atau diganti oleh orang lain seperti raja, ratu, bangsawan, dan pemimpin-pemimpin agama. Perbedaan inilah yang menentukan sikap, kebiasaan, cara berbicara, bahkan hak seseorang dalam masyarakat. Hal inilah yang dimaksud dengan startifikasi sosial. Charles Perrault adalah penulis Perancis dan anggota Académie Française. Dia meletakkan dasar-dasar untuk sebuah genre sastra baru, dongeng, dengan karya-karyanya yang berasal dari cerita rakyat yang sudah ada. Yang paling dikenal dari cerita-ceritanya adalah Le Petit Chaperon Rouge (Little Red Riding Hood), Cendrillon (Cinderella), Le Chat Botte (Puss in Boots), La Belle au bois dormant (The Sleeping Beauty), dan Barbe Bleue (Bluebeard). The Sleeping Beauty in the Wood adalah cerita pendek yang menggambarkan stratifikasi sosial melalui aspek sosial yaitu stratifikasi sosial sebagai unsur ekstrinsik dan unsur intrinsik seperti peran para tokoh melalui ekspresi, dialog, dan tindakan dari para tokoh yang digunakan oleh Charles Perrault. Inilah sebabnya mengapa cerita pendek ini terpilih sebagai objek penelitian, dan pendekatan sosiologi dipilih untuk mendukung analisis yang dilakukan oleh penulis. 2 Rumusan Masalah Bagaimana Charles Perrault menggambarkan stratifikasi sosial dalam cerita pendek The Sleeping Beauty in the Wood? Objek Penelitian Untuk mengidentifikasi dan menganalisis gambaran stratifikasi sosial yang digambarkan oleh Charles Perrault dalam cerita pendek The Sleeping Beauty in the Wood. Manfaat Penelitian Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat membantu para pembaca untuk memahami stratifikasi sosial melalui cerita pendek The Sleeping Beauty in the Wood dan menggunakan teori sistem sosial dari Parsons. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk menunjang teori sosial dari Parsons.. Secara praktis, penulis berharap bahwa penelitian ini dapat membantu para pembaca untuk lebih sadar akan kondisi stratifikasi sosial yang kita hadapi dalam masyarakat melalui cerita pendek The Sleeping Beauty in the Wood oleh Charles Perrault. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat menginspirasi para pembaca dan memberikan pelajaran moral melalui The Sleeping Beauty di Wood dan ceria-cerita pendek lainnya. KERANGKA TEORI Karya sastra terdiri oleh dua unsur yang membentuk mereka. Dua unsur yang dimaksud adalah unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur-unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra dari dalam, seperti: tema, karakter, plot, keadaan, dan narasi. Sementara unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang membentuk karya sastra dari luar yang menyangkut aspekaspek seperti sosiologi, psikologi, dan lain-lain. Charles Perrault menggunakan elemen intrinsik seperti karakter, ekspresi, aksi, dan dialog sebagai gaya bahasa atau cara berbicara dari satu kepada yang lainnya. Penulis menghubungkan unsur-unsur intrinsik seperti tokoh, perilaku, ekspresi, dan dialog yang terdapat di dalam cerita pendek The Sleeping Beauty in the Wood dengan aspek sosial seperti status dan kehormatan sebagai unsur ekstrinsik yang menunjukkan stratifikasi sosial dalam cerita pendek The Sleeping Beauty in the Wood sebagai sistem sosial yang menjadi masalah sosial. Sebuah sistem sosial terdiri dari sejumlah individu yang berinteraksi satu sama lain dalam situasi yang memiliki setidaknya sebuah aspek fisik atau lingkungan. Parsons (1940; 841) menyatakan bahwa "stratifikasi sosial dianggap di sini sebagai perbedaan kelas, derajat atau posisi dari individu-individu manusia yang menyusun sistem sosial dan menentukan cara setiap orang memperlakukan orang lain sesuai dengan kelas mereka sebagai superior dan inferior atau relatif terhadap satu sama lain, sebagai bentuk rasa hormat". Parsons (1940; 849) juga mengatakan bahwa status setiap individu tertentu dalam sistem stratifikasi di dalam suatu masyarakat dapat dianggap sebagai hasil dari penilaian umum yang mendasari atribusi status didalam dimensi seperti prestasi, harta, hak, dan kekuasaan. Penjelasan Parsons tersebut memberikan gambaran jelas bahwa Stratifikasi sosial adalah sistem yang memisahkan manusia ke peringkat yang berbeda karena status dan kehormatan masing-masing individu. Dalam cerita pendek ini, akan ada perbedaan pada 3 setiap karakter karena status mereka yang berbeda yang menciptakan masalah sosial sebagai stratifikasi sosial. PEMBAHASAN DAN HASIL Interaksi antar Tokoh Interaksi sosial, yaitu hubungan timbal balik yang dinamis antara individu dan individu, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok dengan kelompok baik dalam kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian. Syarat terjadinya interaksi sosial adalah kontak dan komunikasi (http://www.zonasiswa.com/2014/07/interaksi-sosial-pengertian-faktor.html). Stratifikasi sosial sebagai bagian dari sistem sosial dan bagaimana stratifikasi sosial ditunjukkan melalui interaksi antar individu dalam masyarakat sebagaimana yang dijelaskan oleh Parsons (1940: 841). Perrault menunjukkan dalam cerita pendek The Sleeping Beauty in the Wood bagaimana interaksi setiap tokoh saling mempengaruhi satu sama lain baik langsung ataupun tidak langsung dengan tingkatan sosial seperti jabatan, status, dan kehormatan setiap tokoh. Dalam cerita pendek ini, setiap interaksi yang terjadi menunjukkan situasi sosial tertentu dan dapat menunjukkan adanya stratifikasi sosial yang terjadi seperti pada contoh di bawah ini: Interaksi antara Raja dengan Semua Orang Pada paragraf pertama diceritakan bahwa hiduplah seorang raja dan ratu yang sedang berduka sangat dalam karena mereka tidak mempunyai anak. Selanjutnya diceritakan bahwa sang Raja dan Ratu mencoba berbagai hal agar bisa mendapatkan anak, seperti mencoba semua air yang ada di setiap daerah, melakukan sumpah dan perjalanan, dan melakukan apapun yang bisa dilakukan, tetapi tidak membuahkan hasil. They tried the waters of every country, made vows and pilgrimages, and did everything that could be done, but without result. Akan tetapi, pada akhirnya keinginan sang Ratu terkabulkan. Dia akhirnya melahirkan seorang anak perempuan yang nantinya menjadi seorang tuan putri. Kita bisa melihat bahwa dengan status sebagai raja, kekuasaan yang raja miliki membuat dia dapat mencoba segala hal untuk mencapai tujuan tertentu yang tidak bisa dilakukan oleh orang biasa yang posisinya dibawah. Selanjutnya pada paragraf ke-2 kalimat pertama, sang Raja mengadakan sebuah acara pembaptisan yang besar dan mengundang juga seluruh peri yang bisa ditemukan agar menjadi ibu baptis dari tuan putri. A grand christening was held, and all the fairies that could be found in the realm (they numbered seven in all) were invited to be godmothers to the little princess. Dalam interaksi ini, kekuasaan seorang raja atas kepempimpinannya terlihat jelas dengan mengundang setiap peri yang ada untuk menjadi ibu baptis bagi putrinya. Meskipun sang raja hanyalah manusia, tetapi karena statusnya sebagai seorang pemimpin maka para peri yang tinggal dalam kekuasaan sang raja harus tetap menghormatinya. Pada paragraph ke-3, diceritakan setelah acara pembaptisan selesai, seluruh orang yang ada kembali ke istana dimana telah diadakan sebuah perjamuan untuk menghormati para peri yang telah hadir. When the christening ceremony was over, all the company returned to the king's palace, where a great banquet was held in honor of the fairies. Dengan mengadakan sebuah 4 jamuan besar untuk semua orang dan juga sebagai bentuk penghormatan kepada para peri, kita bisa melihat bahwa sang raja meskipun Pada paragraf ke-9, sang raja, dalam usahanya untuk mencegah kutukan yang diberikan oleh sang peri tua, segera menerbitkan dekrit raja yang melarang semua orang menggunakan mesin jahit dan atau menyimpan alat tenun di dalam rumahnya akan dihukum mati sebagai sankisnya. The king, in an attempt to avert the unhappy doom pronounced by the old fairy, at once published an edict forbidding all persons, under pain of death, to use a spinning wheel or keep a spindle in the house. Status sebagai seroang raja diperlihatkan kembali dengan diturunkannya titah kerajaan dimana semua orang yang ada di kerajaan tersebut mau tidak mau harus mematuhi titah tersebut karena siapapun yang melanggar akan dihukum mati meskipun raja itu sendiri. Pada paragraf ke-13, sang raja, yang datang ke lantai atas oleh kegaduhan, teringat kembali akan ramalan sang peri, merasa yakin bahwa apa yang telah terjadi tidak bisa dihindari, sesuai dengan apa yang telah sang peri tetapkan, sang raja memberikan perintah bahwa sang putri harus ditempatkan di tempat terbaik di dalam istana, di atas tempat tidur yang disulam dari emas dan perak. Then the king, who had been brought upstairs by the commotion, remembered the fairy prophecy. Feeling certain that what had happened was inevitable, since the fairies had decreed it, he gave orders that the princess should be placed in the finest apartment in the palace, upon a bed embroidered in gold and silver. Dalam interaksi ini, kita bisa melihat penggunaan status dan kekuasaan seorang raja dimana putrinya ditempatkan di tempat terbaik di dalam istana yang terdapat tempat tidur yang disulam dengan emas dan perak yang seorang prajurit tidak bisa miliki. Pada paragraf ke-14, sang raja kemudian memerintahkan kepada semua orang agar sang putri harus dibiarkan tertidur dalam ketenangan sampai waktu dimana dia akan terbangun tiba. The king commanded that she should be left to sleep in peace until the hour of her awakening should come. Dalam interaksi ini, sang raja kembali menggunakan kekuasaan dan statusnya dengan memberikan perintah agar semua orang meninggalkan sang putri sampai hari dimana dia akan bangun kembali. Pada paragraf ke-18, diceritakan bahwa setelah sang peri memberikan mantra ke setiap orang dengan tongkat sihirnya, agar semua orang yang ada di dalam istana tertidur dan akan terbangun saat sang putri juga terbangun. Sang raja dan ratu mencium anak mereka, dan sang raja langsung memproklamasikan melarang siapa saja yang mendekat ke kastil, tetapi peringatan itu tidak diperlukan lagi karena tidak lama tumbuh pohon-pohon yang besar dan kecil, dan semak belukar yang tajam dimana tidak bisa ditembus oleh manusia ataupun monster. Then the king and queen kissed their dear child, without waking her, and left the castle. Proclamations were issued, forbidding any approach to it, but these warnings were not needed, for within a quarter of an hour there grew up all round the park so vast a quantity of trees big and small, with interlacing brambles and thorns, that neither man nor beast could penetrate them. Sekali lagi sang raja menggunakan status dan kekuasaanya dengan memberikan larangan kepada siapapun untuk mendekati kastil tersebut kepada semua orang. 5 Dalam interaksi-interaksi yang dilakukan oleh setiap tokoh, terdapat dialog, tindakan, dan ekspresi yang dilakukan setiap tokoh sesuai dengan status dan kehormatan yang dimiliki atau yang diberikan oleh setiap tokoh untuk menunjukkan tingkat sosial mereka, baik tingkatan yang lebih timggi, rendah, ataupun sederajat dengan kehormatan yang berbeda pula. Analisis Stratifikasi Sosial dalam Cerita Pendek The Sleeping Beauty in the Wood Stratifikasi sosial merupakan pengelompokkan atau perbedaan akan setiap orang yang dapat dilihat dari pencapaian, status, kedudukan, kekuasaan, dan lain-lain. Kita dapat melihat dan merasakan stratifikasi sosial secara langsung maupun tidak langsung seperti antara atasan dengan bawahan, pembantu dengan majikan, atau antara sesama tetapi memiliki kehormatan yang lebih tinggi. Secara umum, kita bisa membedakan strata sosial seseorang berdasarkan apa yang diperoleh atau hal yang dicapai orang tersebut seperti rumah mewah, prestasi, jabatan, bahkan dari informasi-informasi lisan maupun tulisan. Kita juga dapat melihat stratifkasi sosial secara khusus karena sudah merupakan tradisi atau sistem yang sudah ada sejak dulu seperti sistem monarki yang masih menggunakan raja atau kaisar sebagai pemimpin Negara, atau sistem kasta bagi masyarakat India dimana mereka digolongkan ke dalam lima kasta yang berbeda sesuai dengan pekerjaan mereka masing-masing. Talcott Parsons mengemukakan struktur fungsinya dalam stratifikasi sosial bahwa stratifikasi sosial adalah sebuah struktur yang memiliki fungsi. Stratifikasi sosial merupakan suatu bagian dari sistem sosial. Dalam memahami stratifikasi sosial kita harus memahami status dan kehormatan. Kedua hal tersebut ditentukan oleh nilai moral yang diberikan orang lain kepada mereka yang memegang kedua komponen tersebut. Sistem moral dibentuk oleh suatu institusi yang dipengaruhi oleh sejarah maupun lingkungan. Orang-orang yang mampu hidup dengan memelihara nilai tersebut akan diterima baik di masyarakat (parsons, 1964. 70). Di bawah ini, penulis akan menjelaskan pokok-pokok pembahasan mengenai cara-cara Charles Perrault menggambarkan stratifikasi sosial melalui aksi/tindakan, dialog, dan ekspresi. Aksi atau Tindakan Tindakan merupakan suatu hal yang kita lakukan untuk berinteraksi dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. dalam suatu cerita, tokoh-tokoh yang ada dalam cerita dapat dinilai stastus dan kehormatannya sesuai dengan tindakan yang dia lakukan. Contohnya seperti seorang bangsawan yang kekayaanya berasal dari penipuan, maka kehormatannya sebagai seorang bangsawan akan dianggap remeh sehingga mengakibatkan perlakuan yang buruk dari masyarakat meskipun statusnya adalah seorang bangsawan. Talcott parsons memandang tindakan sebagai sebuah proses yang terstruktur, terdiri dari beberapa unit yang terkait, seperti aktor atau pelaku, tujuan, sarana, kondisi, norma-norma pembimbing, dan fenomena-fenomena yang terjadi pada sang aktor/pelaku (1949:74). Dengan mengaitkan unit-unit yang dikemukakan oleh parsons, penulis menganalisa keterkaitan antara unit-unti tersebut dalam cerita pendek ini dimana aksi atau tindakan yang dilakukan setiap tokoh akan memberikan pengaruh terhadap tokoh lainnya. Peri tua datang ke istana dan diperlakukan tidak semestinya. Pada peragraf ke-3 kalimat pertama dan kedua menceritakan bahwa setelah acara pembaptisan selesai, semua orang yang ada kembali ke istana karena telah dpersiapkan jamuan untuk 6 menghormati para peri yang telah hadir. Alat-alat makan yang terbuat dari emas dan batu mulia disiapkan bagi ketujuh peri yang ada. When the christening ceremony was over, all the company returned to the king's palace, where a great banquet was held in honor of the fairies. Places were laid for them in magnificent style, and before each was placed a solid gold casket containing a spoon, fork, and knife of fine gold, set with diamonds and rubies. Tiba-tiba seorang peri yang sudah tua masuk ke dalam istana untuk menghadiri perjamuan tersebut. But just as all were sitting down to table an aged fairy was seen to enter, whom no one had thought to invite -- the reason being that for more than fifty years she had never quitted the tower in which she lived, and people had supposed her to be dead or bewitched. Tidak ada yang menyangka bahwa sang peri tua tersebut masih hidup karena sudah lima puluh tahun dia tidak pernah keluar dari menaranya dan masyarakat menganggapnya telah mati. Sang raja kemudian memerintahkan untuk menyediakan tempat untuk peri tua tersebut. Tetapi karena hanya tujuh peri yang diundang maka peralatan-peralatan yang dipersiapkan untuknya hanyalah peralatan makan biasa. By the king's orders a place was laid for her, but it was impossible to give her a golden casket like the others, for only seven had been made for the seven fairies. Tindakan yang dilakukan oleh raja ini dianggap sebagai penghinaan dan menganggap remeh sang peri tua karena setelah tidak diundang, dia tidak diperlakukan seperti ketujuh peri lainnya. The old creature believed that she was intentionally slighted, and muttered threats between her teeth. Karena hal tersebut, sang peri tua menggumamkan ancaman di antara giginya. Dalam kejadian ini, stratifikasi sosial yang dilakukan oleh masyarakat terhadap sang peri tua karena tidak adanya interaksi dengan masyarakat. Orang-orang akhirnya menganggap dia telah mati dan dengan kondisinya yang sudah tua sebagai penurunan strata sosial. Dialog Dialog merupakan cara setiap orang untuk berinteraksi dengan lainnya. Dalam dialog kita bisa menemukan gaya bahasa yang digunakan terhadap satu dengan yang lainnya seperti kata-kata yang sopan seorang prajurit kepada jendralnya atau sesama prajurit dengan gaya bahasa yang non formal karena status mereka sama-sama prajurit. Dalam suatu cerita pendek selalu terdapat dialog yang menunjukkan jalannya cerita, watak dari tokoh, dan situasi dari suatu keadaan yang sedang dialami oleh para tokoh. "For my dinner tomorrow," she told him, "I will eat little Dawn." "Oh, Madam!" exclaimed the steward. "That is my will," said the queen; and she spoke in the tones of an ogre who longs for raw meat. "You will serve her with piquant sauce," she added. Dialog di atas terjadi setelah sang ratu Ogre memindahkan ratu muda dengan anak-anaknya ke tempat terpencil di dalam hutan. Sang ratu mengunjungi rumah tersebut dan ingin memuaskan sifat buruknya. Disini kita bisa menggambarkan dimana sang kepala pelayan hanya bisa mematuhi 7 perintah sang ratu meskipun perintahnya malah menyajikan daging manusia. Hal ini merupakan bentuk stratifikasi sosial dimana tingkatan kelas yang berada di bawah raja/pemimpin harus menaati keputusan atau perintah yang telah diberikan. Ekspresi Ekspresi adalah ungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan, dan sebagainya ataupun pandangan air muka/mimic wajah yang memperlihatkan perasaan seseorang (http://kbbi.web.id/ekspresi). Dalam cerita pendek The Sleeping Beauty in the Wood, penulis bisa menemukan ekspresi-ekspresi emosional seperti sakit hati, jatuh cinta, kecewa, marah, takut dan ekspresi-ekspresi lainnya baik berupa kata-kata yang diucapkan para tokoh atau ungkapan-ungkapan yang dijelaskan oleh sang penulis dalam cerita Dengan ekspresi setiap tokoh, kita bisa melihat maksud, perasaan, dan juga status sosial setiap tokoh yang ada dalam The Sleeping Beauty in the Wood. Ekspresi yang menyatakan rasa hormat "Oh, Madam!" exclaimed the steward. Saat sang ratu Ogre mengatakan bahwa dia ingin memakan si kecil Dawn, sang kepala pelayan terkejut sambil berseru “oh, Madam!”. Hal ini menunjukkan rasa hormat dari seorang kepala pelayan kepada ratu. Meskipun telah mengetahui sifat buruk sang ratu. Sang kepala pelayan tetap menghormati sang ratu karena takut akan kebuasannya. Ekspresi yang menyatakan status But just as all were sitting down to table an aged fairy was seen to enter, whom no one had thought to invite -- the reason being that for more than fifty years she had never quitted the tower in which she lived, and people had supposed her to be dead or bewitched. Saat semua orang telah duduk dalam perjamuan untuk menghormati para peri, tiba-tiba datang seorang peri yang sudah tua. Semua orang tidak menyangka kalau dia akan datang karena mereka menganggap sang peri tua telah mati atau disihir. Ekspresi terkejut dari semua orang menyatakan status sang peri tua bahwa dia telah meninggal tetapi ternyata masih hidup. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa cerita pendek The Sleeping Beauty in the Wood karya Charles Perrault menggambarkan kondisi sosial yang terjadi pada masanya dimana status dan kehormatan seseorang berperan penting dalam terjadinya stratifikasi sosial melalui tokoh-tokoh yang ada dalam cerita pendek ini. Status dari para tokoh seperti raja, peri, pangeran, putri, ratu ogre, dan kepala pelayan mempengaruhi tindakan mereka terhadap satu dengan yang lain, juga sebaliknya dimana setiap tindakan yang dilakukan setiap tokoh memiliki konsekuensi terhadap penilaian orang lain mengenai status sosial dan tingkat kehormatan seseorang. Dalam menentukan status dan kehormatan tersebut, Charles Perrault menggunakan interaksi, tindakan, dialog, dan ekspresi yang dilakukan oleh setiap tokoh yang 8 saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya sehingga status dan tingkat kehormatan seseorang bisa ditentukan sesuai dengan apa yang dilakukan oleh para tokoh tersebut. Saran Melalui penelitian ini, penulis mengharapkan agar setiap pembaca bisa mengambil pelajaran dan pesan moral dari cerita pendek The Sleeping Beauty In The Wood, dan juga kesadaran dan kewaspadaan diri dalam berinteraksi dalam lingkungan sosial, agar lebih berhati-hati dalam berkomunikasi dan memperlakukan lawan komunikasi dengan cara yang baik agar tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, seperti tokoh peri tua yang memberikan kutukan kepada putri karena perlakuan tidak pantas yang diterima olehnya karena status dan kehormatan yang diberikan masyarakat karena kurangnya interaksi sebagai konsekuensi yang harus diterima oleh masyarakat itu sendiri. Penulis juga berharap kepada mahasiswa dan mahasiswi lain dari jurusan sastra di Fakultas Ilmu Budaya dapat memperkaya pengetahuan mereka bukan hanya novel, drama, dan puisi, tetapi juga cerita pendek sebagai karya sastra yang juga dapat diteliti menggunakan pendekatan sosiologi sebagai unsur ekstrinsik sastra, seperti cerita pendek The Sleeping Beauty in ihe Wood yang mengggambarkan stratifikasi sosial melalui unsur-unsur yang terkandung dalam cerita pendek yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini dan dapat mengembangkan penelitian ini ke arah lebih lanjut dalam membahas cerita pendek ini menggunakan pendekatan-pendekatan lainnya seperti pendekatan psikologis, filosoifs dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Hamilton, Peter. 1990. Talcott Parsons dan Pemikirannya: Sebuah Pengantar. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana. Kiaidema’k, S.M. 2003. “Ide Kepercayaan dan Perilaku Bunuh Diri dalam Drama Othello Karya William Shakespeare”. Manado: Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi. Kapoh. 2003. “Tema Pelarian dari Dunia Nyata dalam Puisi William Butler Yeats”. Manado: Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi. Kennedy, R.F. 1937. Life choices: Applying Sociology. London: CBS College Publishing. Manengkey, 2011. “Pemberontakan Perempuan terhadap Sistem Patriarki dalam Novel Lady Chatterley’s Lover karya D.H Lawrence”. Manado: Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi. Parsons, T. 1951. The Social System. London: Routledge & Keagan Paul Ltd. Parsons, T. 1949. Social Class and Class Conflict in the Light of Recent Sociological Theory. U.S.A: American Economic Association. Parsons, T. 1940. An Analytical Approach to the Theory of Social Stratification. U.S.A: American Journal of Sociology. 9 Swingewood. A & Laurenson, D. 1984. A Short History of Sociological Thought. California: Macmillan Publisher Limited. Tamamilang, 2010. “Rasisme yang Terdapat dalam Otobiografi Maya Angelou I Know How the Caged Bird Sings”. Manado: Fakultas Sastra Universitas Sam Ratulangi. http://www.pitt.edu/~dash/perrault01.html (2015) http://www.theparisreview.org/interviews/4867/the-art-of-fiction-no-17-truman-capote (2016) https://en.wikipedia.org/wiki/Short_story (2016) http://www.thefinertimes.com/Middle-Ages/social-classes-in-the-middle-ages.html (2016) http://www.infoplease.com/encyclopedia/history/feudalism-history-feudalism-europe.htm (2016) http://www.encyclopedia.com/article-1G2-3426300013/rise-monarchies-france-england.html (2016) https://en.wikipedia.org/wiki/Charles_Perrault (2016) https://en.wikipedia.org/wiki/Sleeping_Beauty (2016) http://grammar.about.com/od/il/g/languageterm.htm (2016) 10