Adopsi Teknologi Sosial Media oleh Usaha Mikro

advertisement
1
Adopsi Teknologi Sosial Media oleh Usaha Mikro, Kecil Dan
Menengah Di Kota Surakarta
Setyowati,N;Irianto,H;Widadie,F;Sulistyo,M.E
ABSTRAK
Penelitian ini berujuan untuk memetakan adopsi teknologi sosial media dan
mengidentifikasi tingkatan adopsi TSM oleh UMKM di Surakarta,. Penelitian
menggunakan metode deskriptif analitis. Pengumpulan data menggunakan teknik
survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 120 responden, sebanyak 68
responden (56,67%) telah menggunakan TSM dan sebanyak 52 responden (43,33%)
belum menggunakan. Jenis UMKM yang paling banyak menggunakan TSM adalah
Konveksi (24 UMKM) dan yang paling sedikit adalah meubelair (4 UMKM). Rata-rata
tingkatan adopsi teknologi sosial media oleh UMKM di Kota Surakarta sampai pada
tahap “interest” yaitu UMKM tertarik atau berminat menggunakan TSM dan masih
mengumpulkan informasi atau referensi mengenai teknologi sosial media. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah bahwa UMKM Kota Surakarta berpotensi untuk menggunakan
teknologi sosial media karena sebenarnya pelaku UMKM. Untuk itu, diperlukan upaya
pemerintah melalui sosialisasi, pelatihan dan pendampingan pembuatan media online
untuk mendukung penggunaan teknologi sosial media oleh UMKM.
Kata Kunci: Adopsi, Teknologi Sosial Media,UMKM, Surakarta
PENDAHULUAN
Teknologi informasi merupakan bentuk teknologi yang digunakan untuk
menciptakan, menyimpan, mengubah, dan menggunakan informasi dalam segala
bentuknya. Melalui pemanfaatan teknologi informasi ini, perusahaan mikro, kecil
maupun menengah dapat memasuki pasar global. Perusahaan yang awalnya kecil seperti
toko buku Amazon, portal Yahoo, dan perusahaan lelang sederhana Ebay, ketiganya
saat ini menjadi perusahaan raksasa hanya dalam waktu singkat karena memanfaatkan
teknologi informasi dalam mengembangkan usahanya (M. Suyanto, 2005).
Menurut Cleland (2000) terdapat tiga karakteristik khusus yang dimiliki oleh
internet membawa dampak besar terhadap jika digunakan pada pemasaran, yaitu : (1)
Internet secara dramatis mengurangi biaya informasi (2) Internet mengijinkan terjadinya
komunikasi dua arah dan interaktifitas (3) Internet mengatasi rintangan-rintangan
keterbatasan-keterbatasan ruang dan waktu.
Media online dapat dijadikan sebagai alat promosi yang menjanjikan bagi pelaku
usaha untuk memasarkan produknya tidak hanya di dalam negeri tapi juga ke pasar
2
global. Walau, kami akui jika banyak di antara pelaku usaha kami belum semuanya
melek internet, terutama yang berlokasi di daerah. Dari total sekitar 50 juta UKM di
Indonesia, potensi pasar bisnis lokal go online hanya berkisar 0,15 persen. Padahal,
jumlah pengguna internet yang cukup besar di Indonesia maupun seluruh dunia
merupakan peluang menjanjikan yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha (Gatot, 2012)
Partisipasi yang besar dalam dunia digital social media merupakan potensi yang
besar untuk mengubah peta pemasaran dengan mengurangi media konvensional (cetak
dan udara) menjadi penguatan branding melalui kekuatan jejaring social media. Strategi
top-down branding secara tradisional pengaruhnya semakin kecil terhadap konsumen.
Perilaku orang lebih mengandalkan personal network melalui social media untuk
memperoleh informasi mengenai produk dan jasa yang akan dibeli (Setyowati, 2012)
UMKM merupakan salah satu sektor yang mampu berkembang di Kota
Surakarta. Bahkan, sektor ini telah memberikan sumbangan terhadap perekonomian
daerah baik dari sisi penyerapan tenaga kerja maupun peningkatan pendapatan. UMKM
di Surakarta tercatat sebanyak 3710 unit (Bank Indonesia, 2008) dengan sentra antara
lain di Kecamatan Jebres (940), Pasar kliwon (1047), Serengan (594), Banjar Sari (957 )
dan Laweyan (172). Melihat besarnya potensi ini maka diperlukan upaya untuk
meningkatkan kinerja dan kapabilitas UMKM dalam kegiatan usahanya khususnya
terkait pemanfaatan teknologi sosial media dalam mendukung efektifitas usaha.
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan adopsi teknologi sosial media dan
mengidentifikasi tingkatan adopsi teknologi sosial media oleh UMKM di Kota
Surakarta.
METODE PENELITIAN
Metode Dasar Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis. Metode deskriptif
analitis yaitu kombinasi dari metode deskriptif dan metode analitis. Metode analitis
bertujuan menguji kebenaran hipotesis dan metode deskriptif bertujuan memperoleh
deskripsi yang terpercaya dan berguna. Penelitian deskriptif yang baik merupakan
bahan yang sangat diperlukan untuk penelitian analitis. Penelitian analitis tentulah
3
akhirnya untuk membuat deskripsi baru yang lebih sempurna (Soeratno dan Arsyad,
1995)
Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan survei terhadap responden, yaitu
teknik pengukuran yang digunakan untuk mengumpulkan informasi dengan interview
yang sangat terstruktur (Cooper dan Schindler, 2006) dengan menggunakan kuesioner
sebagai alat bantu.
Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh langsung dari
sumber penelitian (Cooper dan Schindller, 2006). Data primer yang digunakan berupa
data profil pengguna dan tingkatan adopsi teknologi social media oleh UMKM di
Surakarta.
Metode Pengambilan Sampel
Sampel penelitian diambil secara proporsional berdasarkan data sebaran UMKM
di Kota Surakarta, yaitu di 5 kecamatan antara lain kecamatan Pasar Kliwon, Laweyan,
Jebres, Serengan, Banjarsari. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah quota
sampling. Quota sampling adalah purposive sampling yang mengambil persentasi
sampelnya sesuai dengan persentasi jumlah di populasinya (Hartono, 2007).
Tabel 1. Penentuan Jumlah Sampel Penelitian
No No
1
2
3
4
5
Kecamatan
Banjarsari
Serengan
Laweyan
Pasar kliwon
Jebres
Total
Jumlah UMKM (unit)
Jumlah sampel (unit)
957
594
172
1047
940
31
19
6
34
30
3710
120
Metode Analisis Data :
1. Pemetaan Adopsi Teknologi Sosial Media oleh UMKM di Surakarta
Pemetaan ini dilakukan dengan mengidentifikasi jumlah UMKM yang
telah menggunakan teknologi sosial media dan yang belum menggunakan.
Selain jumlah pengguna, pada pemetaan ini akan didentifikasi tujuan
4
pemanfaatan teknologi sosial media dan profil/ keragaan UMKM (skala, jenis
produk, lingkup pemasaran, potensi SDM, keterlibatan dalam asosiasi dan lainlain).
2. Pemetaan Tingkat Adopsi Teknologi Sosial Media oleh UMKM di
Surakarta
Pemetaan dalam penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi tingkat
adopsi teknologi sosial media oleh UMKM di Kota Surakarta. Teori yang
mendasari dilakukannya pemetaan/ identifikasi tingkatan adopsi tersebut
mengacu pada teori Adopter terhadap produk baru oleh (Kotler, 2003:376) yang
menyatakan bahwa sebuah inovasi dapat diterima dan digunakan oleh seseorang
sebagaimana tujuan inovasi itu diciptakan, melalui sebuah proses adopsi. Proses
adopsi berfokus pada proses mental yang dilalui individu dari pertama
mendengar tentang inovasi sampai pada adopsi final. Proses adopsi terhadap
sebuah inovasi bergerak melalui lima tahapan:
a. Awareness/kesadaran: user menyadari inovasi tetapi kekurangan informasi
tentang itu
b. Interest/ketertarikan: user
dirangsang untuk mencari informasi tentang
inovasi
c. Evaluation/evaluasi: user mempertimbangkan apakah akan mencoba inovasi
d. Trial/mencoba-coba: user mencoba inovasi untuk meningkatkan estimasinya
tentang nilai
e. Adoption/adopsi: user memutuskan untuk menggunakan inovasi tersebut
secara penuh dan regular.
Untuk mengidentifikasi tahapan adopsi teknologi sosial media dilakukan
analisis deskriptif menggunakan metode scoring.
Adapun layanan teknologi sosial media yang akan diujikan/ diteliti antara
lain : Komunikasi & Interaksi (seperti SMS, Chatting, E-Mail, Fax); Akses
Informasi & Data (seperti News/Berita, Informasi spesifikasi produk, harga,
atribut produk, cara penggunaan produk, dll) ; Transaksi (seperti Perbankan,
Shopping/Belanja, Reservasi); Remote Control & Decision Making (aplikasi
automatic untuk kendali jarak jauh) dan Aplikasi & Layanan Lain (seperti
5
Searching/Browsing danTracking). Adapun kuesioner diadopsi dari Agustine
(2007).
Interpretasi tingkatan adopsi teknologi sosial media dilakukan dengan
menggunakan indikator sebagai berikut:
 Skor kurang dari 1,85
: tidak tahu
 Skor antara 1,85 – 2,67 : awareness
 Skor antara 2,68 – 3,50 : interest
 Skor antara 3,53 – 4,33 : evaluation
 Skor antara 4,34 – 5,16 : trial
 Skor antara 5,17 – 6,00 : adoption
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Pemetaan Adopsi Teknologi Sosial Media oleh UMKM di Surakarta
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa UMKM di Kota Surakarta
sebanyak 68 (56,67%) UMKM sudah menggunakan Teknologi Sosial Media
(TSM) sebagai salah satu alat untuk membantu usaha sedangkan sisanya 52
(43,33%) UMKM belum menggunakan. Mereka yang sudah menggunakan
Teknologi Sosial Media (TSM) dalam usahanya beralasan jika dengan
menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM) maka akan membantu memperluas
pangsa pasar, memudahkan konsumen untuk membeli produk secara online
sehingga dapat lebif efisien biaya, waktu, dan tenaga, mempermudah dan
meminimalisir biaya promosi dan pemasangan iklan.
Tabel 2. UMKM Pengguna Teknologi Sosial Media Berdasarkan Jenis Usaha
Jenis UMKM
Konveksi
Jasa
Makanan
Kerajinan
Meubelair
Lainnya
Total
Sumber: Setyowati, 2012
Jumlah
24 (35,3%)
14 (20,58%)
8 (11,76%)
6 (8,82%)
4 (5,9%)
12 (17,64%)
68 (100%)
6
Jenis UMKM yang paling banyak menggunakan Teknologi Sosial Media
(TSM) adalah usaha konveksi 24 buah (35,3%), UMKM yang bergerak di bidang
jasa sebanyak 14 buah (20,58%), lainnya sebanyak 12 buah (17,64%) yang meliputi
UMKM sepatu, kosmetik, dan aquarium. UMKM di bidang makanan sebanyak 8
buah (11,76%), kerajinan sebanyak 6 buah (8,82%), dan UMKM yang paling
sedikit menggunakan TSM adalah usaha meubelair sebanyak 4 buah (5,9%).
Konveksi menjadi UMKM dengan tingkat penggunaan TSM paling tinggi
dikarenakan usaha ini terus berkembang secara dinamis, banyaknya pesaing yang
terjun dalam usaha konveksi membuat produsen dituntut untuk selalu inovatif
dalam memperbaiki produknya, sehingga sosial media dipilih untuk memuaskan
konsumen yang letaknya di luar kota bahkan luar negeri. Sedangkan meubelair di
Kota Surakarta masih sedikit yang menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM)
untuk membantu usaha dikarenakan masih banyak konsumen yang menggunakan
cara tradisional yaitu dengan membeli langsung ke toko, menurut konsumen cara
tersebut lebih efektif untuk mendapatkan meubelair dengan bahan dan model yang
sesuai dengan keinginan konsumen. Faktor besarnya skala usaha juga turut
mempengaruhi penggunaan Teknologi Sosial Media (TSM) untuk membantu
usaha, karena sebagian besar pemilik UMKM Meubelair yang menggunakan
Teknologi Sosial Media (TSM) termasuk pada skala usaha kecil sedangkan yang
tidak menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM) skala usahanya masih rumah
tangga. Menurut produsen, cara “gethok tular” atau promosi langsung dari mulut ke
mulut juga lebih efektif.
Tabel 3. UMKM Pengguna Teknologi Sosial Media Berdasarkan Pendidikan
Jenis UMKM
Konveksi
Jasa
Makanan
Kerajinan
Meubelair
Lainnya
Total
SMP
1
1
Tingkat Pendidikan
SMA
DIII
11
2
7
4
2
1
8
32
3
SARJANA
11
7
4
3
3
4
32
Sumber: Setyowati, 2012
Berdasarkan hasil penelitian dari tingkat pendidikan, pemilik UMKM yang
sudah menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM) paling banyak berpendidikan
7
Sarjana 32 buah (47,05%) dan SMA 32 buah (47,05%). Sedangkan lainnya
memiliki pendidikan setingkat Diploma sebanyak 3 orang (4,4%) dan SMP
sebanyak 1 orang (0,6%). Tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya bagi
pengabdosian Teknologi Sosial Media (TSM) pada pelaku UMKM. Dengan
semakin tingginya tingkat pendidikan maka akan semakin banyak pula pengetahuan
yang dimiliki seseorang dalam mengoperasikan sosial media. Meskipun demikian,
tidak menutup kemungkinan mereka yang berpendidikan rendah juga mampu
menggunakan sosial media.
Tabel 4. UMKM Pengguna Teknologi Sosial Media Berdasarkan Lama
Mengusahakan
Jenis UMKM
Konveksi
Jasa
Makanan
Kerajinan
Meubelair
Lainnya
Total
0-1
5
3
5
13
Lama Mengusahakan (Tahun)
1-5
5-10
8
7
3
3
2
1
4
1
2
1
4
19
17
>10
4
8
2
2
1
2
19
Sumber: Setyowati, 2012
Berdasarkan lamanya mengusahakan, UMKM yang sudah menerapkan
Teknologi Sosial Media (TSM) paling banyak pada UMKM berdiri selama 1-5
tahun dan >10 tahun sebesar 19 buah (27,94%), selanjutnya UMKM yang berdiri
antara 5-10 tahun sebanyak 17 buah (25%), dan UMKM yang baru berdiri selama
0-1 tahun sebanyak 13 buah (19,12%).
Tabel 13. UMKM Pengguna Teknologi Sosial media Berdasarkan Skala Usaha
Jenis UMKM
Konveksi
Jasa
Makanan
Kerajinan
Meubelair
Lainnya
Total
Rumah Tangga
10
6
3
3
5
27
Skala Usaha
Usaha Kecil
13
6
4
2
4
6
35
Usaha Menengah
1
2
1
1
1
6
Sumber: Setyowati, 2012
Berdasarkan skala usaha, UMKM skala industri kecil menempati urutan
pertama pada UMKM yang telah menggunakan Teknologi Sosial Media (TSM),
8
yaitu sebesar 35 buah (51,47%), selanjutnya usaha rumah tangga 27 buah (39,71%),
dan usaha menengah 6 buah (8,82%). Berdasarkan hasil tersebut, dapat
disimpulkan apabila semakin kecilnya tingkat skala usaha tidak berarti penggunaan
Teknologi Sosial Media (TSM) dalam UMKM juga semakin kecil. Kebanyakan
dari pelaku UMKM masih tergolong pengusaha baru dalam industri usaha sehingga
mereka lebih banyak memanfaatkan sosial media seperti facebook, twitter, blog,
dan blackberry messanger (BBM) untuk mendukung pengembangan usaha serta
memperluas pangsa pasar. Karena pelaku UMKM masih banyak di dominasi
pengusaha baru dan generasi muda maka masih banyak yang tidak tergabung dalam
asosiasi UMKM. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui jika UMKM yang
sudah memanfaatkan Teknologi Sosial Media (TSM) sebanyak 22 buah (32,35%)
dan sebanyak 46 buah (67,65%) UMKM memilih tidak tergabung dalam asosiasi
UMKM mana pun. Hal ini dipilih karena pelaku baru UMKM tidak mengetahui
adanya asosiasi UMKM di sekitar lokasi usaha selain itu mereka juga belum
berminat untuk mengikuti asosiasi UMKM karena masih kecilnya skala usaha dan
masih mudanya usaha yang mereka geluti.
2.
Pemetaan Tingkat Adopsi Teknologi Sosial Media oleh UMKM di Surakarta
Berdasarkan hasil pemetaan tingkat adopsi TSM di Kota Surakarta
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5. Tingkat Adopsi Teknologi Sosial Media oleh UMKM di Surakarta
Jenis Layanan
Rerata
Komunikasi & Interaksi (seperti, Chatting/IM, E-Mail,
4,04
facebook,blog)
Akses Informasi & Data (seperti Berita, Informasi spesifikasi
3,82
produk, harga, atribut produk, cara penggunaan produk, dll)
Transaksi (seperti Perbankan, Shopping/Belanja, Reservasi)
3,51
Remote Control & Decision Making (aplikasi automatic
2,19
untuk kendali jarak jauh)
Aplikasi & Layanan Lain (Searching/Browsing danTracking)
3,61
3,44
Total skor rata-rata
Interpretasi
Evaluasi
Evaluasi
Interest
Awareness
Evaluasi
Interest
Sumber: Setyowati, 2012
Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa tingkatan adopsi teknologi sosial
media oleh UMKM di Kota Surakarta sampai pada tahapan “Interest”. Artinya,
secara keseluruhan UMKM di Kota Surakarta tertarik atau berminat menggunakan
teknologi sosial media dan masih mencari informasi dan referensi mengenai teknis
9
penggunaan dan sharing pengalaman dengan yang sudah menggunakan. Sebagai
contoh di kecamatan Banjarsari terdapat sentra Mebel namun belum banyak yang
menggunakan TSM. Hal ini dikarenakan lingkungan disekitar pengrajin belum
menggunakan sehingga kurang temotivasi. Pengrajin menghendaki agar di wilayah
pasar mebel dibangun hotspot area dan ada pelatihan karena sebenarnya pengrajin
tertarik untuk menggunakan TSM namun belum sepenuhnya memahami
penggunaan secara teknis. Lain halnya dengan sentra batik di Kauman, dapat
dikatakan bahwa hampir semua UMKM menggunakan TSM sebagai media bisnis.
Hal ini karena pengaruh lingkungan mendorong UMKM untuk menggunakannya.
Keberadaan paguyuban batik mendorong UMKM untuk menjadi anggota dan
melalui paguyuban inilah UMKM Batik saling memotivasi untuk menggunakan
TSM. Selain itu, ketatnya persaingan dimana hampir setiap rumah menjual batik
mendorong UMKM untuk menggunakan media online untuk memasarkan
produknya.
Minat UMKM terhadap jenis layanan TSM yang paling banyak adalah
layanan TSM untuk komunikasi dan interaksi seperti e-mail, facebook, twitter dan
blog. Nilai rerata skor sebesar 4,04 yang mengindikasikan bahwa tingkatan adopsi
TSM untuk manfaat komunikasi dan interaksi yaitu pada tahap Evaluasi. Artinya
bahwa rata-rata pelaku UMKM masih mempertimbangkan untuk menggunakan
TSM sebagai media komunikasi dan berinteraksi. Dari berbagai media tersebut
yang paling banyak digunakan adalah email dan facebook. Dari 68 responden yang
menggunakan teknologi sosial media sebanyak 100% memiliki email dan 46
UMKM (67,64%) menggunakan facebook. Teknologi sosial media digunakan
untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan stakeholder seperti supplier bahan
baku, karyawan, pemasar, sesama UMKM dan konsumen. Sebagai contoh, TSM
digunakan digunakan oleh UMKM Rental mobil pada saat terjadi kasus penipuan
(mobil dicuri oleh konsumen), antar sesama UMKM saling berkoordinasi dan
memberikan informasi sehingga akhirnya pencuri dapat ditangkap.
Untuk layanan akses informasi dan data, tingkat adopsi sampai pada tahap
evaluasi.
Artinya
rata-rata
pelaku
UMKM
di
Kota
Surakarta
masih
mempertimbangkan untuk menggunakan TSM sebagai alat mengakses informasi
dan data. Layanan untuk akses informasi dan data misalnya informasi produk,
10
informasi harga, atribut dan penggunaan produk. Sebagai contoh, untuk UMKM
Percetakan Hero Printing menggunakan TSM untuk mencari referensi gambar
sehingga desain dan performa produk yang dihasilkan lebih menarik dan variatif.
Layanan TSM untuk kegiatan transaksi oleh pelaku UMKM di Kota
Surakarta rata-rata sampai pada tahapan interest (berminat) dengan rerata skor 3,51.
Hal ini berarti bahwa rata-rata pelaku UMKM dikota Surakarta sebenarnya
berminat.tertarik untuk menggunakan TSM sebagai media transaksi. Pelaku
UMKM tertarik untuk menggunakan layanan ini namun masih belum berani
mengadopsi penuh karena masih minim informasi dan referensi. Selain itu, pelaku
UMKM
masih
meragukan
keamanan
bertransaksi
secara
online
karena
dikhawatirkan berpotensi terjadi penipuan. Layanan transaksi dalam hal ini meliputi
transaksi perbankan (e-banking) dan jual beli produk.
Untuk jenis layanan remote control dan decision making tahapan adopsi
baru sampai pada tahap awareness dengan rerata skor 2,19. Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata pelaku UMKM sebenarnya sudah menyadari manfaat TSM sebagai
decision making dan remote control, namun UMKM belum mempunyai informasi
mengenai manfaat ini sehingga belum terbangun minat untuk menggunakannya.
Sebagai contoh, UMKM Handicraft Rantiyem memiliki cabang usaha di wilayah
Jakarta dan Sumatra. TSM digunakan untuk mengontrol kondisi usaha antara lain
stok barang dan financial, Setiap bulan karyawan di Jakarta dan Sumatra mengirim
laporan keuangan secara online sehingga monitoring usaha dapat dilakukan dengan
lebih efisien dan efektif. Sedangkan pemanfaatan TSM oleh UMKM di Kota
Surakarta untuk jenis layanan aplikasi dan layanan lain sampai pada tahap evaluasi
dengan rerata skor 3,61. Dalam hal ini, pelaku UMKM sudah mendapatkan
informasi terkait teknis dan manfaat dari TSM untuk berbagai aplikasi dan layanan
namun masih pada tahap mempertimbangakan untuk menggunakannya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
11
1.
Sebanyak 56,67% UMKM menggunakan teknologi sosial media dan
52,33% belum menggunakan. Jenis UMKM paling banyak menggunakan
TSM adalah UMKM konveksi dan paling sedikit meubelair.
2.
Secara keseluruhan, tahapan adopsi teknologi sosial media oleh pelaku
UMKM di Kota Surakarta berada pada tahap interest yaitu pelaku UMKM
tertarik atau berminat menggunakan TSM dan aktif mencari informasi dan
referensi terkait penggunaan TSM.
Saran
Melihat potensi ini, hendaknya ada upaya aktif dari instansi pemerintah
untuk mendukung adopsi teknologi sosial media melalui pelatihan dan
pendampingan pembuatan dan pengelolaan website, blog atau media online
lainnya bagi UMKM.
DAFTAR PUSTAKA
Agustine Eva M.S. 2007. Persepsi Penggunaan Aplikasi Internet Untuk
Pemasaran Produk Usaha Kecil Menengah. Seminar Nasional Aplikasi
Teknologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 . Yogyakarta,
16 Juni 2007
Bank Indonesia (2008). Database UMKM Potensial di Kota Surakarta dan
Kabupaten Sragen, Kerjasama LPPM UNS dengan Bank Indonesia.
Laporan Penelitian. Surakarta
Cleland, D.I. dan King, W.R. 2000. Analisis Sistem dan Perencanaan
Manajemen (terjemahan). Bandung: Remaja Rosdakarya
Cooper, Donald R. dan Schindler, P. 2006. Business Research Methods. 9th ed.
Singapore : McGraw-Hill.
Gatot Prasetyo Adji, 2012. Pidato Pembukaan Seminar Online Marketing kerja
sama Kementerian Perdagangan dan Hong Kong Trade Development
Council (HKTDC), Selasa 26 Juni 2012. Jakarta
Hair, et al., (2006), Multivariate Data Analysis: Six Edition, Pearson
International Edition.
Hartono, J.M. (2007). Sistem Informasi Keperilakuan. Andi Offset,Yogyakarta.
12
Kotler, Philip.2003. “Marketing Management”. International Edition. 11th
Edition. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
M. Suyanto. 2005. Artikel : Aplikasi IT untuk UKM Menghadapi Persaingan
Global. Kedaulatan Rakyat. Yogyakarta.
Singarimbun, M dan Efendi, S. 1995. Metode Penelitian survei. LP3ES.
Jakarta
Setyowati,N; Irianti,H;Widadie, F dan Sulistyo, M.E.2012. Pemanfaatan
Teknologi Sosial Media Dalam Mendukung Pengembangan E–Business
Pada Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Di Kota Surakarta. Laporan
Penelitian. Surakarta.
Soeratno dan Lincoln Arsyad. 1995. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan
Bisnis. YKPN. Yogyakarta
Widadie, F.2011. Pemanfaatan Teknologi Social Media Sebagai E-Business
Dalam Membangun Networking Dan Marketing Community-Based Di
Tingkat Kelembagaan Petani. Prosiding Seminar Nasional Akselerasi
Pengembangan Informatika Pertanian Untuk Pemberdayaan dan
perlindungan Petani. ISBN 978-979-16972-3-1. Tanggal 20-21 Oktober
2011.Universitas Padjajaran, Bandung
.
Download