BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia, hewan dan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia, hewan dan tumbuhan merupakan mahluk hidup yang memiliki
keterkaitan satu sama lain. Fenomena – fenomena alam yang terjadi belakangan
seperti perubahan cuaca yang tidak biasa, tanah longsor, gempa bumi, dan lain
sebagainya menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan mahluk hidup yang
berada didalamnya. Mahluk hidup tersebut dapat menjadi sebab ataupun terkena
dampak dari fenomena alam tersebut. Apabila ingin mendapat hasil yang positif dari
alam ini, mahluk hidup tentunya perlu menjalankan peran dan fungsinya sebagaimana
mestinya.
Berbicara mengenai peran dan fungsi dalam menjaga keseimbangan alam,
manusia memiliki peran dan fungsi yang penting didalamnya. Bagaimana manusia
berinteraksi dengan sesama mahluk hidup ataupun memperlakukan benda – benda
lain di alam ini. Persepsi manusia akan alam ini dapat menjadi dasar manusia
memperlakukan alam ini. Manusia dapat memperlakukan alam sekitarnya sebagai
harta yang dapat diambil dengan sebebas-bebasnya, ataupun bersinergi dengan alam.
Manusia dapat bersinergi dengan alam sekitarnya yaitu dengan mengambil hasil alam
seperlunya dan tetap menjaga kelangsungan hidup alam sekitarnya.
Perilaku
manusia
yang
mengambil
hasil
alam
semaunya
tanpa
memperhitungkan ketersediaan dan keberlangsungannya hanya akan menimbulkan
kekurangan sumber alam dan lebih jauh lagi akan menimbulkan kepunahan.
Demikian juga, apabila perilaku manusia yang tidak menjaga kelangsungan hidup
alam sekitarnya. Walaupun manusia tersebut tidak turut mengambil hasil alam.
Namun ketika manusia tidak dapat menjaga, hal tersebut dapat menjadi “bom waktu”
yang menimbulkan dampak seperti tersebut diatas.
Universitas Indonesia
Lemahnya kesadaran kita terhadap lingkungan hidup juga terjadi karena
adanya anggapan yang memandang bahwa pemanfaatan alam bagi manusia itu adalah
hal yang “wajar”. Menebang pohon guna kebutuhan manusia adalah hal yang sangat
lumrah, Misalnya, membuang sampah sembarangan di mana pun sepertinya adalah
suatu hal yang juga wajar, belum ada aturan yang ketat untuk itu. Dan proses yang
sama kiranya juga terjadi atas sikap kita terhadap alam dan lingkungan hidup. Kita
tahu bahwa menebang pohon seenaknya
atau membuang sampah sembarangan
adalah suatu hal yang jelas-jelas salah, tapi kita juga tetap melakukannya berulangulang, sebab kita diuntungkan, tidak menjadi repot dan itu adalah hal yang sudah
biasa dan mungkin kita menikmatinya. Barangkali kita baru akan benar-benar
tersadar ketika terjadi bencana besar menimpa hidup kita atau sesama kita.
Para ahli lingkungan juga telah menemukan indikasi adanya dampak yang
terbesar bagi lingkungan dan dunia secara global seperti akibat usaha perindustrian
yang dilakukan dan telah berkembang pesat ini. Dampak negatif ini adalah terjadinya
pemanasan di dunia dan sering disebut sebagai Global Warming. Namun, masalah
Global Warming sebagai masalah lingkungan ini masih diperdebatkan kebenarannya
oleh beberapa pihak yang menganggap Global Warming adalah alasan yang
diciptakan untuk membatasi laju perkembangan perindustrian. Sehingga masalah
kerusakan lingkungan hidup dan akibat-akibat yang ditimbulkan bukanlah suatu hal
yang asing lagi di telinga kita. Misalnya, dengan cepat dan sistematis kita dapat
mengerti bahwa eksploitasi alam dan penebangan hutan yang terlalu berlebihan dapat
menyebabkan bencana banjir, tanah longsor dan kelangkaan air bersih; membuang
limbah industri ke sungai dapat menyebabkan kematian ikan dan merusak habitatnya;
penggunaan dinamit untuk menangkap ikan dapat merusak terumbu karang dan biota
laut dan masih banyak lagi daftar sebab akibat yang biasa terjadi dalam lingkungan
hidup kita.
Oleh karena itu masalah kerusakan lingkungan hidup ini mempunyai cakupan
yang cukup luas. Ia tidak hanya dibatasi di dalam bentuk kerusakan pada dirinya
sendiri. Namun, ia juga terkait dengan masalah lain. Masalah yang dimaksud adalah
terkait masalah etika dan moral. Hal yang penting tentunya ketika manusia memiliki
Universitas Indonesia
aturan dan etika terhadap alam sekitarnya. Bagaimana manusia sebaiknya
memperlakukan alam dan tentu sesama mahluk hidup di dalamnya. Fenomena –
fenomena alam yang terjadi diharapkan dapat membawa hasil positif bagi
kelangsungan hidup manusia dan alam sekitarnya. Bukan hal sebaliknya, perilaku
manusia menjadi penyebab terjadinya fenomena alam seperti pemanasan global yang
membawa dampak negatif bagi kelangsungan hidup manusia.
1 2. Perumusan Permasalahan
Tim penulis merumuskan masalah pada beberapa hal sebagai berikut :
1. Identifikasi mengenai prilaku manusia yang menyebabkan pemanasan global
2. Dampak dari prilaku manusia yang menyebakan terjadinya pemanasan global
bagi lingkungan hidup
3. Solusi dalam penerapan etika lingkungan dalam menagani pemanasan global
1.3 Tujuan Penulisan
makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Mengenal lebih jauh mengenai pemanasan global yang terjadi didunia
khususnya di Indonesia yang diakibatkan oleh prilaku manusia yang tidak
memperhatikan unsur – unsur etika lingkungan
2. Membuka wawasan penulis dan pembaca tentang penyebab serta dampak
dari pemanasan global khususnya di Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Teori Etika Administrasi
Etika dapat dipahami sebagai filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar
tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika memberikan orientasi
pada manusia agar manusia tidak hidup dengan cara ikut-ikutan saja terhadap
berbagai pihak yang mau menetapkan bagaimana kita harus hidup, melainkan agar
kita dapat mengerti sendiri mengapa kita harus bersikap begini atau begitu. Sehingga
diharapkan
etika
mau
membantu,
agar
kita
lebih
mampu
untuk
mempertanggungjawabkan kehidupan kita.
Beberapa pengertian (teori) mengenai etika administrasi adalah sebagai
berikut:
1.
Etika adalah dunianya filsafat, nilai, dan moral. Administrasi adalah dunia
keputusan dan tindakan. Etika bersifat abstrak dan berkenaan dengan
persoalan baik dan buruk, sedangkan administrasi adalah konkrit dan
harus mewujudkan apa yang diinginkan (get thejob done). Pembicaraan
tentang etika dalam administrasi adalah bagaimana mengaitkan keduanya,
bagaimana gagasan-gagasan administrasi —seperti ketertiban, efisiensi,
kemanfaatan, produktivitas— dapat menjelaskan etika dalam prakteknya,
dan bagaimana gagasangagasan dasar etika –mewujudkan yang baik dan
menghindari yang buruk itu—dapat menjelaskan hakikat administrasi.
(Ginandjar Kartasasmita, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Ketua
Bappenas;
diambil
dari
http://www.ginandjar.com/public/01EtikaBirokrasi.pdf)
2.
Etika administrasi di kalangan pegawai negeri tertentu disebut dengan
kode etik. Misal Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki kode etik KORPRI
yang disebut dengan Sapta Prasetya Korps Pegawai Republik Indonesia
dan Doktrin Korps Pegawai Negara Indonesia.(Drs. AW. Widjaja: 1994
dalam buku Etika Administrasi Negara)
Universitas Indonesia
2.2 Teori Etika Lingkungan Hidup
Krisis ekologi dewasa ini telah meluas dan sangat berpengaruh pada
pandangan kosmologi
yang menimbulkan
eksploitasi
terhadap
lingkungan.
Sedangkan, suatu etika yang mampu memberi penjelasan dan pertanggungjawaban
rasional tentang nilai-nilai, asas dan norma-norma moral bagi perilaku manusia
terhadap alam lingkungan ini akan sulit didapatkan tanpa melibatkan manusia.
Sehingga masalah ekologi tidak cukup dihadapi dengan mengembangkan etika
lingkungan hidup. Untuk itu perlu diketahui berbagai teori yang membangun
pemikiran tentang etika lingkungan hidup (J. Sudriyanto, 1992:13).
1.
Etika Egosentris yaitu etika yang mendasarkan diri pada berbagai
kepentingan individu (self). Egosentris didasarkan pada keharusan
individu untuk memfokuskan diri dengan tindakan apa yang dirasa baik
untuk dirinya. Egosentris mengklaim bahwa yang baik bagi individu
adalah baik untuk masyarakat. Orientasi etika egosentris bukannya
mendasarkan diri pada narsisisme, tetapi lebih didasarkan pada filsafat
yang menitikberatkan pada individu atau kelompok privat yang berdiri
sendiri secara terpisah seperti “atom sosial” (J. Sudriyanto, 1992:4)
sehingga, etika egosentris mendasarkan diri pada tindakan manusia
sebagai pelaku rasional untuk memperlakukan alam menurut insting
“netral”.
2.
Ekosentris, Ekologi, dan Ekosistem
ekosentris adalah suatu pandangan tentang lingkungan yang memihak
pada oikos (eko = rumah = lingkungan = alam). Segala pandangan harus
cocok, selaras dan tidak bertentangan dengan alam. Misalnya ketika
menghadapi persoalan mana yang harus dipilih membuat rumah baru dari
kayu dari sebuah pohon atau memilih pohon itu tetap tumbuh, orang yang
berpandangan ekosentris tidak akan menebang pohon tersebut untuk
membangun sebuah rumah.
Ekologi berasal dari dua kata oikos (eko = rumah = lingkungan = alam)
dan logos (logi = pengetahuan tentang = ilmu yang mempelajari =
Universitas Indonesia
pemikiran logis) jadi ekologi dapat diterjemahkan sebagai suatu ilmu
yang mempelajari alam atau lingkungan beserta komponen yang ada di
dalamnya. Perlu ditekankan di sini bahwa ekologi adalah suatu bidang
ilmu. Penggunaan yang benar atas terminologi ekologi dapat dicontohkan
tidak pahamnya masyarakat akan pentingnya kebersihan lingkungan
dapat disebabkan karena tidak adanya pendidikan ekologi, atau ekologi
akhir-akhir ini menjadi suatu bidang yang diminati karena permasalahan
lingkungan mulai menjamur dan sering didiskusikan.
Ekosistem adalah suatu keterkaitan lingkungan tertentu beserta isinya
dengan lingkungan lainnya yang apabila salah satunya rusak maka akan
menyebabkan pengaruh buruk bagi yang lain.
Teori etika lingkungan hidup sendiri secara singkat dapat diartikan sebagai
sebuah usaha untuk membangun dasar-dasar rasional bagi sebuah sistem prinsipprinsip moral
yang dapat dipakai sebagai panduan bagi upaya manusia untuk
memperlakukan ekosistem alam dan lingkungan sekitarnya. Paling tidak pendekatan
etika lingkungan hidup dapat dikategorikan dalam dua tipe yaitu tipe pendekatan
human-centered (berpusat pada manusia atau antroposentris) dan tipe pendekatan lifecentered (berpusat pada kehidupan atau biosentris). Teori etika human-centered
mendukung kewajiban moral manusia untuk menghargai alam karena didasarkan atas
kewajiban untuk menghargai sesama sebagai manusia. Sedangkan teori etika lifecentered adalah teori etika yang berpendapat bahwa kewajiban manusia terhadap
alam tidak berasal dari kewajiban yang dimiliki terhadap manusia.
Pada umumnya, orang lebih suka menggunakan pendekatan etika human-centered
dalam memperlakukan lingkungan hidup. Melalui pendekatan etika ini, terjadilah
ketidakseimbangan relasi antara manusia dan lingkungan hidup. Dalam kegiatan
praktis, alam kemudian dijadikan “obyek” yang dapat dieksploitasi sedemikian rupa
untuk menjamin pemenuhan kebutuhan manusia. Sedangkan pendekatan life-centered
dianggap lebih memadai sebab dalam prakteknya tidak menjadikan lingkungan hidup
dan makhluk-makhluk yang terdapat di dalamnya sebagai obyek yang begitu saja
Universitas Indonesia
dapat dieksploitasi. Sebaliknya, pendekatan etika ini justru sungguh menghargai
mereka sebagai “subyek” yang memiliki nilai pada dirinya. Mereka memiliki nilai
tersendiri sebagai anggota komunitas kehidupan di bumi. Nilai mereka tidak
ditentukan dari sejauh mana mereka memiliki kegunaan bagi manusia. Mereka
memiliki nilai kebaikan tersendiri seperti manusia juga memilikinya, oleh karena itu
mereka juga layak diperlakukan dengan respect seperti kita melakukanya terhadap
manusia.
2.3 Pengertian Global Warming atau Pemanasan Global
Global Warming secara harfiah diterjemahkan sebagai pemanasan Global.
Terjadinya pemanasan Global di bumi dimulai dari kenyataan bahwa energi panas
yang dipancarkan berasal dari matahari yang masuk ke bumi menciptakan cuaca dan
iklim serta panas pada permukaan bumi secara Global.
2.4 Pengertian Perubahan Cuaca
Peningkatan konsentrasi gas pada lapisan atmosfir telah mempercepat
perubahan rata-rata cuaca. Sejak abad 19 yang lalu sampai dengan abad 20,
peningkatan 0.5 –
mencapai 1-
-rata menurut para ahli akan
-
2.5 bumi.Pembuktiannya terlihat dalam perubahan kondisi nyata yang terjadi dengan
mancairnya salju pada Northern Hampshire dan menurunnya es apung pada Samudra
Arktik.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti di seluruh
dunia akan dijelaskan di bawah ini:
1.
Pada tanggal 26/04/2002, Para ilmuwan menyatakan temperatur Global
selama 3 bulan pertama di tahun 2002 telah mengalami peningkatan, dan
lebih tinggi dari temperatur yang pernah dicapai buni dalam 1000 tahun
terakhir. Penelitian ini dimotori oleh Dr. Geoff Jenkins, direktur UK
Universitas Indonesia
government’s Hadley Centre yang khusus meneliti dan memprediksikan
perubahan iklim dunia.
2.
Pada tanggal 24/12/1999, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
James Baker, sekretaris dari U.S. National Oceanic and Atmospheric
Administration, bersamaa dengan Peter Ewins, ketua dari British
Meteorological Office, memperingatkan bahwa iklim dunia berubah
dengan cepat, dan manusia harus segera menindaki perubahan ini dengan
mencoba untuk mengurangi emisi karbon dioksida ke udara.
3.
Pada tanggal 01/03/1999, American Geophysical Union, suatu badan
keilmuan internasional yang membawahi sekitar tiga puluh lima ribu
ilmuwan yang mengkhususkan diri pada penelitian tentang Bumi dan
planet-planet mengeluarkan pernyatan yang berani mengenai perubahan
iklim dan hubungannya dengan gas-gas efek rumah kaca. Pernyataan ini
dikeluarkan setelah mengadakan serangkaian penelitian mengenai
pemanasan Global.
4.
Pada tanggal 17/01/2002, didapatkan data dari statelit dari hasil penelitian
yang dilakukan oleh NASA di Langley Research Centre, yang
membantah pernyataan Richard Lindzen, seorang skeptis,
yang
menyatakan bahwa pengurangan jumlah awan di daerah tropis akan
menyebabkan pendinginan terhadap bumi dan mengatasi pemanasan
Global yang mungkin terjadi. Hasil penelitian NASA menunjukkan
bahwa awan-awan ini akan memperkuat efek rumah kaca, dan memicu
terjadinya pemanasan Global.
5.
Pada tanggal 18/12/2001, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
Organisasi Meteorologi Dunia memperingatkan bahwa temperatur Global
mengalami peningkatan tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan waktuwaktu lalu.
3.2 Penyebab pemanasan global
3.2.1 Efek rumah kaca
Universitas Indonesia
Kondisi yang menyerupai akibat yang ditimbulkan dalam rumah kaca
terjadi pula dalam bumi ini, yaitu terperangkapnya energi dalam permukaan
bumi oleh konsentrasi gas-gas dalam lapisan atmosfir. Pada kenyataannya,
pemanasan Global merupakan peningkatan suhu bumi secara bertahap sebagai
akibat dari peningkatan konsentrasi gas efek rumah kaca dalam lapisan luar
atmosfir. Dan ketika bumi meradiasikan kembali energi yang diterimanya ke
luar angkasa, sebagian dari energi matahari yang masuk ke bumi,
terperangkap dalam permukaan bumi akibat terhalang oleh gas-gas dalam
atmosfir seperti uap air dan karbon dioksida.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca.
Dengan semakin meningkatnya konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin
banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup
yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin.
Dengan temperatur rata-rata sebesar 15 °C (59 °F), bumi sebenarnya telah
lebih panas 33 °C (59 °F)dari temperaturnya semula, jika tidak ada efek
rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah
berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.
3.2.2 Efek umpan balik
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai
proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada
penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah
kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih
banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan
gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap
air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek
rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas
CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut
Universitas Indonesia
di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun
karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara
perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
3.2.3 Variasi Matahari selama 30 tahun terakhir.
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari,
dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi
kontribusi dalam pemanasan saat ini. Ada beberapa hasil penelitian yang
menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam
pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa
Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan
temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35%
antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model
iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap
efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka
juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol
sulfat
juga
telah
dipandang
remeh.
Walaupun
demikian,
mereka
menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim
terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi
pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan
Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan
tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus
Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat
"keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk
berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood
dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global
dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output
Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
Universitas Indonesia
3.3. Dampak pemanasan global yang disebabkan manusia
Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola
presipitasi, dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global.
Berdasarkan model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan
mengenai dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air
laut, pantai, pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.
3.3.1. Iklim Mulai Tidak Stabil
Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan
perubahan temperature global hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir,
tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari iklim. Model-model ini tidak
secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara tahun 1910
hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia; akan tetapi;
mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh
emisi gas-gas yang dihasilkan manusia seperti pemakaian kendaraan bermotor
yang berlebihan..
Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan
ketidakpastian terhadap model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun
sekarang telah ada kemajuan dalam menyelesaikan masalah ini. Saat ini juga
terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai apakah model-model
iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung dari variasi
Matahari.
3.3.2. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar
dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia.
Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub
atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya,
mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan
tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. SpesiesUniversitas Indonesia
spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota
atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.dan banyaknya terjadi
penebangan liar besar-besaran, Beberapa tipe spesies yang tidak mampu
secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
3.3.3. Gradasi Lingkungan
Gradasi Lingkungan disebabkan oleh pencemaran limbah sepertiLimbah
pabrik yagn tidak disaring atau membuang sampah di sungai juga
berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah
pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol
selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit saluran pernafasan
seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis,
dan lain-lain.
3.4. UPAYA PENGENDALIAN
Pengendalian pemanasan global Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia
meningkat sebesar 1 persen per-tahun, Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan
berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang
untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu
populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas
rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan
menyimpan gas tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini
disebut carbon sequestration (menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi
produksi gas rumah kaca. menghilangkan karbon dengan cara yang paling mudah
untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan memelihara
pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda
dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak,
memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Serta
Universitas Indonesia
dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin
bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya
dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak
untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil
Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah
seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer.
3.4.1. Upaya lain seperti penggunaan energi ramah lingkungan
1.
Energi Matahari
Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di banyak belahan
dunia dan jika dieksplotasi dengan tepat, energi ini berpotensi mampu
menyediakan kebutuhan konsumsi energi dunia saat ini dalam waktu yang
lebih lama. Matahari dapat digunakan secara langsung untuk memproduksi
listrik atau untuk memanaskan bahkan untuk mendinginkan.
2. Tenaga Angin
Teknologi tenaga angin, sumber energi paling cepat berkembang di
dunia, sepintas terlihat sederhana. Namun dibalik menara tinggi, langsing dan
bilahan besi putar terdapat pergerakan yang kompleks dari bahan-bahan yang
ringan seperti desain aerodinamis dan komputer yang dijalankan secara
elektronik
3. Tenaga Air
Air bergerak menyimpan energi alami yang sangat besar, apakah air
bagian dari sungai yang mengalir atau ombak di lautan. Bayangkan kekuatan
merusak dari sungai yang merusak tempat penyimpanannya dan menyebabkan
banjir atau ombak tinggi yang merusak garis pantai pendek dan kamu dapat
memvisualisasikan jumah kekuatan yang terlibat.
Universitas Indonesia
BAB 4
PENUTUP
Lingkungan hidup dan segala unsur yang terdapat di dalamnya memiliki daya
pikat yang luar biasa. menyajikan berbagai macam bentuk sumber kehidupan entah
itu berupa udara, makanan, kekayaan, tempat tinggal dan lain sebagainya. Maka,
tidak mengherankan jika manusia memiliki kehendak yang bagitu kuat untuk
menguasai dan memiliki sember-sumber kehidupan tersebut. Tidak jarang terjadi
bahwa sumber-sumber kehidupan yang terbatas itu diperebutkan dan kemudian
diabaikan sebagai entitas yang seharusnya dipelihara dan dirawat. Yang terjadi
kemudian adalah kegiatan eksploitasi dan pengrusakan lingkungan hidup untuk
berbagai macam tujuan, entah dengan alasan bagi penghidupan manusia itu sendiri
atau hanya sekedar untuk menumpuk kekayaan. Dalam keadaan seperti itu,
lingkungan hidup dan segala isinya semakin “dilupakan”. Manusia tidak lagi peduli
bahwa lingkungan hidup yang memiliki keterbatasan telah menderita, mengalami
kerusakan dan merana ditinggalkan.
Kerusakan lingkungan hidup sebenarnya tidak akan terjadi jika saja setiap dari
kita memiliki rasa tanggungjawab dan sense of belonging yang tinggi Untuk itu, kita
hasus selalu dapat mempertanggungjawabkan setiap perbuatan yang kita lakukan
terhadap lingkungan hidup dan unsur-unsur lain yang ada di dalamnya. Salah satu
caranya adalah melalui tindakan etis dan sikap moral yang tepat.
Manusia memiliki tanggung jawab yang lebih luas. Ia tidak hanya dituntut
untuk menghargai diri dan sesamanya, tetapi juga menghargai makluk hidup lain
yang juga menjadi bagian dalam komunitas kehidupan di bumi dengan tindakan etis
dan sikap moral yang sesuai. Jika hal itu sungguh-sungguh dilakukan maka akan
terwujudlah suatu keharmonisan. Keharmonisan itu sendiri merupakan sebuah citacita yang ingin selalu di capai oleh cara hidup organik. Cara hidup organik adalah
sebuah cara hidup yang memandang bahwa antara manusia dengan lingkungan hidup,
segala makhluk dan benda yang ada di dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat
Universitas Indonesia
dalam dan dapat hidup dalam keselarasan. Cara hidup organik adalah sebuah cara
hidup yang mengundang kita untuk merasa kerasan dengan kehidupan di bumi ini.
Universitas Indonesia
Download