PIMPINAN DPRD KOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DPRD KOTA PONTIANAK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA BERACARA PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DPRD KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN DPRD KOTA PONTIANAK, Menimbang : a. bahwa perkembangan ketatanegaraan dalam era Indonesia baru merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari data proses reformasi dalam berbagai aspek kehidupan kenegaraan yang antara lain, ditentukan oleh kualitas kerja dan kinerja lembaga legislatif yang memiliki komitmen politik, moralitas, dan profesionalitas yang lebih tangguh dalam proses pelaksanaan ketatanegaraan yang didasarkan pada terciptanya suatu sistem pengawasan dan keseimbangan antar lembaga daerah, sebagai upaya untuk terwujudnya DPRD Kota Pontianak yang kuat, produktif, terpercaya, dan berwibawa dalam pelaksanaan fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan; b. bahwa Anggota DPRD Kota Pontianak merupakan wakil rakyat yang mulia dan terhormat, serta bertanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa, negara, masyarakat, dan konstituennya dalam melaksanakan tugas yang diamanatkan; c. bahwa untuk melaksanakan tugas konstitusionalnya, Anggota DPRD Kota Pontianak telah menyusun suatu Kode Etik yang berlaku secara internal, bersifat mengikat serta wajib dipatuhi oleh setiap Anggota DPRD Kota Pontianak dalam menjalankan tugasnya selama di dalam ataupun di luar gedung demi menjaga martabat, kehormatan, citra, dan kredibilitas DPRD Kota Pontianak; -2d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan DPRD Kota Pontianak tentang Tata Beracara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Badan Kehormatan DPRD Kota Pontianak. Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut, Daerah Tingkat II Tapin dan Daerah Tingkat II Tabalong dengan mengubah Undang-undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor Republik Indonesia Nomor 2756); 3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Tentang Partai Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-UNdang NOmor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5189) ; 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 117,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara republiK Indonesia Nomor 5679); -36. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4416), sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4712) ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Pedoman Penyusunan Perwakilan Rakyat Daerah Republik Indonesia Tahun Tambahan Lembaran Negara Nomor 5104); 16 Tahun 2010 Tata Tertib Dewan (Lembaran Negara 2010 Nomor 22, Republik Indonesia 8. Peraturan DPRD Kota Pontianak Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Tata Tertib DPRD Kota Pontianak (Berita Daerah Kota Pontianak Tahun 2014 Nomor 10); 9. Peraturan DPRD Kota Pontianak Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Kode Etik DPRD Kota Pontianak (Bertita Daerah Kota Pontianak Tahun 2016 Nomor 1 ). MEMUTUSKAN : Menetapkan DPRD TENTANG TATA BERACARA : PERATURAN PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PONTIANAK. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan DPRD ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggara urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. -42. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga perwakilan rakyat daerah yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Anggota DPRD Kota Pontianak yang selanjutnya disebut Anggota, adalah wakil rakyat yang telah bersumpah atau berjanji sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan dalam melaksanakan tugasnya sungguhsungguh memperhatikan kepentingan rakyat ; 5. Badan Kehormatan DPRD Kota Pontianak yang selanjutnya disebut sebagai Badan Kehormatan, adalah alat kelengkapan DPRD Kota Pontianak yang bersifat tetap sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan dan peraturan Tata Tertib DPRD Kota Pontianak; 6. Peraturan Tata Tertib DPRD Kota Pontianak adalah peraturan yang mengatur kedudukan, susunan, tugas, wewenang, hak, dan tanggung jawab Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pontianak beserta alat kelengkapannya dalam rangka melaksanakan kehidupan kenegaraan yang demokratis konstitusional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; 7. Kode Etik DPRD Kota Pontianak, yang selanjutnya disebut Kode Etik, adalah norma-norma moral yang ditujukan untuk menilai perilaku dan/atau ucapan Anggota DPRD Kota Pontianak agar memenuhi kaidah kepatutan, kewajiban dan larangan ; 8. Tata beracara adalah Aturan pelaksanaan tuntutan hak baik yang mengandung pelanggaran maupun yang tidak mengandung pelanggaran yang diajukan oleh pihak yang bekepentingan. 9. Pelanggaran adalah perbuatan yang melanggar norma atau aturan mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh Anggota ; 10. Pimpinan DPRD Kota Pontianak adalah terdiri atas seorang Ketua dan tiga orang Wakil Ketua sebagaimana diatur dalam perundang-undangan yang berlaku ; 11. Pengaduan atau Pelaporan yang selanjutnya disebut dengan Pengaduan adalah pemberitahuan yang dibuat secara tertulis disertai bukti-bukti awal terhadap suatu tindakan dan/atau peristiwa yang patut diduga sebagai suatu pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota ; 12. Pengadu adalah Pimpinan DPRD Kota Pontianak, Masyarakat baik secara individual maupun kelompok, atau Pemilih ; 13. Teradu ialah Pimpinan DPRD, Pimpinan alat kelengkapan, atau Anggota yang diadukan atau dilaporkan; -514. Klarifikasi adalah proses pemeriksaan secara tatap muka dan langsung untuk mengetahui kebenaran atas suatu dugaan pelanggaran tentang kehadiran Anggota dan pelanggaran-pelanggaran lain yang merupakan jenis pelanggaran kepatutan ; 15. Verifikasi adalah proses pemeriksaan silang kepada para pihak yang mengetahui tentang dugaan pelanggaran, melalui tatap muka, alat bukti lainnya, atau keterangan yang akan menjelaskan tentang peristiwa/kejadian ; 16. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan untuk mencari dan menemukan informasi baik berupa bukti maupun kesaksian atas suatu peristiwa/kejadian yang diduga sebagai dugaan pelanggaran, guna menentukan pelanggaran tersebut terbukti atau tidak terbukti ; BAB II TUJUAN, TUGAS, FUNGSI, DAN WEWENANG BADAN KEHORMATAN Pasal 2 (1) Tujuan tata beracara Badan Kehormatan adalah untuk menegakkan tata tertib dan kode etik anggota DPRD Kota Pontianak. (2) Badan Kehormatan dibentuk oleh DPRD yang merupakan alat kelengkapan DPRD yang bersifat tetap dan bertujuan menjaga serta menegakan kehormatan dan keluhuran martabat DPRD sebagai Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah . (3) Badan Kehormatan mempunyai tugas, fungsi, dan tujuan : a. memantau dan mengevaluasi disiplin dan/atau kepatuhan terhadap moral, kode Etik, dan /atau Peraturan Tata Tertib dalam rangka menjaga martabat,kehormatan, citra dan kredibilitas DPRD; b. meneliti dugaan pelanggaran yang dilakukan Anggota DPRD terhadap Peraturan Tata Tertib dan/atau Kode Etik; c. melakukan penyeledikan, verifikasi, dan klarifikasi atas pengaduan Pimpinan DPRD, Anggota DPRD, dan/atau masyarakat; d. melaporkan keputusan Badan Kehormatan atas penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi sebnagaimana dimaksud pada huruf c dalam rapat paripurna DPRD;dan e. merehabilitasi nama baik Anggota yang terbukti tak bersalah. (4) Dalam melaksanakan penyelidikan, verifikasi, dan klarifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Badan Kehormatan dapat meminta bantuan kepada ahli independen. -6Pasal 3 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Menerima surat dari pihak penegak hukum tentang pemberitahuan dan/atau pemanggilan dan/atau penyidikan kepada Anggota DPRD atas dugaan melakukan tindak pidana; Meminta keterangan dari pihak penegak hukum tentang pemberitahuan dan/atau pemanggilan dan/atau penyedikan kepada Anggota DPRD atas dugaan melakukan tindak pidana; Meminta keterangan dari Anggota DPRD yang diduga melakukan tindak pidana; Memberikan atau tidak memberikan persetujuan secara tertulis mengenai pemanggilan dan permintaan keterangan dari pihak penegak hukum kepada Anggota DPRD yang diduga melakukan tindak pidana; Mendampingi penegak hukum dalam melakukan penggeledahan dan penyitaan terhadap Anggota DPRD yang diduga melakukan tindak pidana. Badan Kehormatan memberikan rekomendasi advokasi kepada pimpinan DPRD bagi anggota DPRD yang terindikasi melakukan tindak pidana. Pasal 4 Dalam melaksanakan tugas, Badan Kehormatan berwenang : a. memanggil Anggota DPRD untuk memberikan penjelasan dan pembelaan terhadap dugaan pelanggaran yang dilakukan; dan b. meminta keterangan pelapor, saksi, dan/atau pihak-pihak lain yang terkait, termasuk untuk meminta dikumen atau bukti lain . Pasal 5 (1) Badan Kehormatan menjatuhkan sanksi kepada Anggota DPRD yang terbukti melanggar Kode Etik dan/atau Peraturan Tata Tertib berdasarkan hasil penyelidikan, verifikasi dan klarifikasi oleh Badan Kehormatan. (2) Anggota DPRD yang dinyatakan terbukti melanggar ketentuan tentang Tata Tertib dan Kode Etik dapat dijatuhi sanksi berupa: a.teguran lisan; b.teguran tertulis; c.pemberhentian sebagai pimpinan alat kelengkapan DPRD; d.pemberhentian sementara sebagai Anggota DPRD; atau e.pemberhentian sebagai Anggota DPRD. (3) Keputusan Badan Kehormatan mengenai penjatuhan sanksi berupa teguran lisan, teguran tertulis, pemberhentian sebagai Pimpinan Alat Kelengkapan DPRD atau pemberhentian sementara sebagai Anggota DPRD disampaikan oleh Pimpinan DPRD kepada Anggota DPRD yang bersangkutan, Pimpinan Fraksi dan Pimpinan Partai Politik yang bersangkutan. -7(5) Keputusan Badan Kehormatan mengenai penjatuhan sanksi berupa pemberhentian sebagai Anggota DPRD diproses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 6 (1) Badan Kehormatan bertugas melakukan penyelidikan dan Verifikasi atas Pengaduan terhadap Anggota DPRD karena: a. tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam undangundang; b. tidak dapat melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap sebagai Anggota DPRD selama 3 (tiga) bulan berturut-turut tanpa alasan yang sah; c. tidak menghadiri Rapat Paripurna dan/atau rapat alat kelengkapan DPRD yang menjadi tugas dan kewajibannya sebanyak 6 (enam) kali berturut-turut tanpa alasan yang sah dan jelas; d. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon Anggota DPRD sesuai dengan peraturan perundang-undangan mengenai pemilihan umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD; dan/atau e. melanggar ketentuan larangan sebagaimana diatur dalam undangundang tentang Pemerintahan Daerah, Tata Tertib dan Kode Etik. (2) Kehadiran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah kehadiran fisik Anggota DPRD yang dibuktikan secara administratif melalui tanda tangan daftar hadir. (3) Sekretariat Rapat Paripurna dan sekretariat alat kelengkapan DPRD setelah rapat selesai, menyampaikan daftar kehadiran Anggota DPRD kepada Badan Kehormatan Pasal 7 (1) (2) (3) Pelanggaran yang tidak memerlukan Pengaduan adalah pelanggaran yang dilakukan oleh Anggota DPRD berupa: a. ketidakhadiran dalam rapat DPRD yang menjadi kewajibannya; b. tertangkap tangan atas pelanggaran peraturan perundang-undangan; c. dugaan pelanggaran Kode Etik dan Tata Tertib yang sudah tersiar di beberapa media cetak dan/atau elektronik; dan d. terbukti melakukan tindak pidana dengan ancaman lebih dari 5 (lima) tahun penjara dan telah mendapatkan putusan yang berkekuatan hukum tetap (in kracht van gewisjde/final and binding). Penanganan pelanggaran yang tidak memerlukan Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan: a. hasil Verifikasi terhadap pelanggaran yang tidak memerlukan Pengaduan b. usulan anggota Badan Kehormatan atau pimpinan Badan Kehormatan. Rapat Badan Kehormatan memutuskan tindak lanjut terhadap penanganan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) . -8(4) Badan Kehormatan menyampaikan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD terhadap penanganan terhadap pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1). BAB III MATERI DAN TATA CARA PENGADUAN Pasal 8 Badan Kehormatan melakukan tugas dan wewenangnya terhadap materi pengaduan yang memenuhi syarat secara materiil dan administratif. Pasal 9 Pengaduan atau pelaporan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia oleh Pengadu yang memuat: a. Identitas Pengadu, meliputi : Nama Tempat/tanggal lahir/umur Agama Pekerjaan Kewarganegaraan Alamat lengkap Nomor telepon/faksimili/telepon seluler/email (bila ada) : : : : : : : : b. Uraian mengenai hal yang menjadi dasar permohonan yang meliputi: tugas dan wewenang Badan Kehormatan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan dan Peraturan Tata Tertib, kedudukan pengadu dan keterkaitannya langsung dengan materi pengaduan, alasan pengaduan harus diuraikan secara jelas dan rinci bahwa seorang Teradu telah patut diduga melanggar ketentuan larangan, melanggar kewajiban, dan/atau melanggar kepatutan, yang diatur dalam peraturan perundang-undangan, Peraturan Tata Tertib DPRD Kota Pontianak, atau Kode Etik DPRD Kota Pontianak. c. Pengaduan atau pelaporan harus disertai dengan alasan dan/atau alat bukti lain yang mendukung pengaduan atau pelaporan tersebut. d. Hal-hal yang dimohonkan untuk diputus dalam pengaduan, yaitu: mengabulkan pengaduan Pengadu, menyatakan bahwa perilaku Teradu tidak sesuai dengan Kode Etik DPRD Kota Pontianak, Peraturan Tata Tertib DPRD Kota Pontianak dan peraturan perundang-undangan lain, meminta agar Teradu diberi sanksi sesuai ketentuan dalam Peraturan Tata Tertib DPRD Kota Pontianak. -9Pasal 10 Pengaduan yang diajukan wajib ditandatangani/cap jempol langsung oleh pengadu dan dapat didampingi oleh pihak yang ditunjuk. Pasal 11 Dalam hal absensi, sebagaimana diatur dalam Kode Etik, tidak diperlukan pengaduan. Pasal 12 Tata cara pengajuan pengaduan yaitu : a. b. Pengaduan diajukan kepada Badan Kehormatan melalui Sekretariat . Sekretariat wajib memeriksa kelengkapan administrasi dan alat bukti yang mendukung pengaduan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, sekurang-kurangnya berupa: 1. Bukti diri Pengadu yaitu : a) Surat resmi dengan logo DPRD dalam hal Pengadu adalah Pimpinan DPRD ; b) Foto copy identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk dalam hal Pengadu adalah masyarakat perorangan warga negara Indonesia ; c) Foto copy identitas diri berupa kartu anggota dalam hal Pengadu adalah selaku pemilih. c. d. e. f. 2. bukti surat atau tulisan yang berkaitan dengan alasan pengaduan ; 3. bila diperlukan, pengadu dapat mengajukan daftar calon saksi disertai pernyataan singkat tentang hal-hal yang akan diterangkan terkait dengan alasan pengaduan, serta pernyataan bersedia menghadiri persidangan, dalam hal ini, Pengadu bermaksud mengajukan saksi ; 4. daftar bukti-bukti lain yang dapat berupa informasi yang terkait dengan alasan pengaduan. apabila berkas pengaduan dinilai telah lengkap, berkas pengaduan dinyatakan diterima oleh Sekretariat dengan memberikan Surat Penerimaan Berkas Perkara kepada Pengadu ; apabila berkas pengaduan belum lengkap, Sekretariat memberitahukan kepada Pengadu tentang kelengkapan pengaduan yang harus dipenuhi, dan Pengadu harus sudah melengkapinya dalam waktu selambatlambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak diterimanya Surat Pemberitahuan kekurang-lengkapan Berkas ; apabila kelengkapan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) tidak dipenuhi, maka Sekretariat menerbitkan surat yang menyatakan bahwa pengaduan tersebut tidak diregistrasi dalam Buku Registrasi Perkara Etik dan diberitahukan kepada Pengadu. pengaduan diajukan tanpa dibebani biaya. -10Pasal 13 (1) Badan Kehormatan wajib merahasiakan identitas pengadu. (2) Apabila diperlukan, Badan Kehormatan dapat meminta kepada penegak hukum untuk memberikan perlindungan keamanan kepada pengadu. BAB IV REGISTRASI PENGADUAN, PENJADWALANRAPAT DAN PANGGILAN SIDANG Bagian Kesatu Registrasi Pengaduan Pasal 14 Pengaduan yang sudah lengkap dan memenuhi persyaratan dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Etik dan diberi nomor perkara. Pasal 15 Badan Kehormatan menyampaikan salinan surat pengaduan kepada Teradu dengan disertai nomor perkara, selambat-lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari dengan surat resmi. Pasal 16 (1) (2) Dalam hal pengaduan yang telah dicatat dalam Buku Registrasi Perkara Etik dan dilakukan penarikan kembali oleh Pengadu, maka Sekretariat menerbitkan Surat Pembatalan Registrasi atas pengaduan yang telah diajukan Pengadu, dan diberitahukan kepada Pengadu disertai dengan pengembalian berkas pengaduan jika diminta ; Teradu dinyatakan tidak melakukan pelanggaran kode etik apabila terjadi penarikan kembali, sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Bagian Kedua Penjadwalan Rapat Pasal 17 Sekretariat menyampaikan berkas perkara yang sudah diregistrasi kepada Pimpinan Badan Kehormatan untuk menetapkan jadwal pemeriksaan perkara tersebut. Pasal 18 Pimpinan Badan Kehormatan menetapkan hari sidang pertama dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari. -11Bagian Ketiga Panggilan Sidang Pasal 19 (1) (2) (3) (4) Badan Kehormatan menyampaikan panggilan kepada Teradu setelah lewat 14 (empat belas) hari sejak salinan surat pengaduan disampaikan kepada Teradu ; Surat panggilan harus diterima oleh Teradu paling lambat 3 (tiga) hari sebelum Sidang Badan Kehormatan yang ditentukan ; Teradu harus datang/memenuhi panggilan sendiri dalam persidangan yang dilakukan oleh Badan Kehormatan dan tidak dapat memberi kuasa kepada orang lain ; Dalam hal Teradu tidak memenuhi panggilan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sampai 3 (tiga) kali, Badan Kehormatan dapat segera membahas tanpa kehadiran Teradu. BAB V VERIVIKASI Bagian kesatu Sidang Verivikasi Pasal 20 (1) (2) (3) (4) Pemeriksaan persidangan dilakukan dalam sidang Badan Kehormatan yang bersifat tertutup. Pemeriksaan persidangan dilakukan secara tertutup dan rahasia yang dipimpin oleh Ketua Badan Kehormatan. Dalam hal Ketua Badan Kehormatan berhalangan memimpin pemeriksaan, maka pemeriksaan dipimpin oleh Wakil Ketua Badan Kehormatan. Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua Badan Kehormatan berhalangan memimpin pemeriksaan, maka pemeriksaan ditunda sampai dengan salah seorang pimpinan Badan Kehormatan hadir. Pasal 21 Badan Kehormatan wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari Pengadu, Teradu, saksi atau Pihak Terkait. -12Pasal 22 Pemeriksaan persidangan sebagaimana dimaksud Pasal 20 adalah : a. b. c. d. e. f. g. h. i. pemeriksaan pokok-pokok pengaduan ; pemeriksaan alat-alat bukti ; mendengarkan keterangan Pengadu ; mendengarkan keterangan Teradu ; mendengarkan keterangan saksi ; mendengarkan keterangan ahli ; mendengarkan keterangan Pihak Terkait ; pemeriksaan rangkaian data, keterangan, perbuatan, keadaan dan/atau peristiwa yang bersesuaian dengan alat-alat bukti lain yang dapat dijadikan petunjuk ; pemeriksaan alat-alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik atau yang serupa dengan itu. Pasal 23 Dalam hal Pengadu mengajukan permohonan penarikan kembali di tengah jalannya pemeriksaan persidangan, Rapat Badan Kehormatan dapat mengambil keputusan penarikan kembali dan meminta kepada Sekretariat untuk mencatat dalam Buku Registrasi Perkara Etik. Bagian Kedua Pembuktian Pasal 24 (1) (2) (3) Pembuktian dibebankan kepada Pengadu. Apabila dipandang perlu, Badan Kehormatan dapat pula membebankan pembuktian kepada Teradu. Pengadu, Teradu, saksi dan Pihak Terkait dapat mengajukan bukti sebaliknya. Bagian Ketiga Alat Bukti Pasal 25 (1) (2) Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 yang tidak dapat dipertanggungjawabkan secara hukum, tidak dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah ; Badan Kehormatan menentukan sah atau tidak sahnya suatu alat bukti dalam persidangan di Badan Kehormatan ; -13(3) Badan Kehormatan menilai alat-alat bukti yang diajukan dalam pemeriksaan dengan memperhatikan persesuaian antara alat bukti yang satu dan alat bukti yang lain. Pasal 26 (1) (2) (3) Pemeriksaan alat bukti surat atau tulisan dimulai dengan menanyakan cara perolehannya yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum ; Pemeriksaan alat bukti, surat atau tulisan yang berupa foto copy meliputi : a. materi pengaduan ; dan b. legalisasi dan/atau pencocokan dengan surat asliya. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipenuhi, Ketua Sidang menyatakan sah dalam persidangan Badan Kehormatan. Pasal 27 (1) (2) Saksi dapat diajukan oleh Pengadu, Teradu, Pihak Terkait atau dipanggil atas perintah Badan Kehormatan. Pemeriksaan saksi dimulai dengan menanyakan identitas (nama, tempat tanggal lahir/umur, agama, pekerjaan, dan alamat) saksi dan kesediaannya diambil sumpah atau janji berdasarkan agamanya untuk menerangkan apa yang didengar, dilihat, dan dialaminya sendiri. Bagian Keempat Verivikasi terhadap Pimpinan dan/atau anggota badan kehormatan Pasal 28 (1) (2) (3) Ahli dapat diajukan oleh Pengadu, Teradu, Pihak Terkait atau dipanggil atas perintah Badan Kehormatan. Pemeriksaan ahli dimulai dengan menanyakan identitas (nama, tempat tanggal lahir/umur, agama, pekerjaan, dan alamat) dan Riwayat hidup serta keahliannya, dan ditanyakan pula kesediaannya diambil sumpah atau janji berdasarkan agamanya untuk menerangkan sesuai keahliannya. Keterangan ahli dapat dipertimbangkan oleh Badan Kehormatan bila tidak memiliki kepentingan yang bersifat pribadi dengan Pengadu, Teradu, Pihak Terkait dan kasus yang diadukan. Pasal 29 Pemeriksaan terhadap pihak terkait dilakukan dengan mendengar keterangan yang berkaitan dengan pokok pengaduan. -14Pasal 30 Dalam hal diperlukan untuk memperoleh keyakinan dalam melakukan pembuktian, Badan Kehormatan dapat melakukan penyelidikan di daerah dan kelembagaan tertentu. Bagian Kelima Pembelaan Pasal 31 (1) (2) (3) Pengadu dapat mengemukakan alasan pembelaan berdasarkan alat bukti di hadapan Sidang Badan Kehormatan ; Teradu dapat mengemukakan alasan pembelaan berdasarkan alat bukti di hadapan Sidang Badan Kehormatan. Sidang Badan Kehormatan harus mempertimbangkan alasan pembelaan. Pasal 32 (1) (2) (3) Pengadu dapat didampingi oleh pihak yang ditunjuk ; Teradu dapat didampingi oleh pihak yang ditunjuk ; Pihak pendamping tidak mempunyai hak berbicara dalam persidangan Badan Kehormatan. Pasal 33 (1) (2) Sidang Badan Kehormatan dapat menerima atau menolak sebagian atau keseluruhan alasan pembelaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ; Sidang Badan Kehormatan memasukkan alasan pembelaan sebagaimana dimaksud pasal31 ayat (3) ke dalam naskah Keputusan Badan Kehormatan. BAB VI RAPAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 34 (1) (2) (3) Rapat pengambilan keputusan Badan Kehormatan dilakukan secara tertutup dan rahasia yang dipimpin oleh Ketua Badan Kehormatan. Dalam hal Ketua Badan Kehormatan berhalangan memimpin sidang, rapat pengambilan keputusan dipimpin oleh Wakil Ketua Badan Kehormatan. Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua Badan Kehormatan berhalangan memimpin sidang, rapat pengambilan keputusan ditunda sampai dengan salah seorang pimpinan Badan Kehormatan hadir. -15Pasal 35 Rapat pengambilan keputusan melakukan verifikasi terlebih dahulu terhadap : a. risalah rapat atau transkrip pemeriksaan persidangan; dan b. pendapat etik Ketua, Wakil Ketua dan Anggota Badan Kehormatan. Pasal 36 Rapat pengambilan keputusan Badan Kehormatan mengambil keputusan setelah menimbang : a. b. c. d. e. Asas-asas dalam Kode Etik ; Fakta-fakta dalam hasil pemeriksaan persidangan ; Fakta-fakta dalam pembuktian ; Fakta-fakta dalam pembelaan ;dan Ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan, Peraturan Tata Tertib DPRD serta Kode Etik. BAB VII KEPUTUSAN Pasal 37 (1) Keputusan Badan Kehormatan sedapat mungkin diambil secara musyawarah untuk mufakat. (2) Dalam hal tidak dicapai mufakat maka pengambilan keputusan ditunda paling lambat 3 (tiga) hari sampai rapat berikutnya. (3) Setelah diusahakan dengan sungguh-sungguh dan tidak dapat dicapai mufakat maka keputusan diambil dengan suara terbanyak. (4) Dalam menghormati pendapat anggota Badan Kehormatan yang berbeda terhadap keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka pendapat tersebut dapat dimuat dalam keputusan, kecuali anggota Badan Kehormatan yang bersangkutan tidak menghendaki. Pasal 38 Setiap keputusan Badan Kehormatan harus memuat : 1. 2. 3. 4. 5. Kepala putusan berbunyi “DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA” ; Identitas Pengadu ; Identitas Teradu ; Ringkasan pengaduan ; Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam pemeriksaan persidangan ; -16- 6. 7. 8. 9. 10. 11. Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam pembuktian ; Pertimbangan terhadap fakta yang terungkap dalam pembelaan ; Pertimbangan hukum yang menjadi dasar keputusan ; Amar putusan ; Pendapat etik yang berbeda dari anggota Badan Kehormatan ; dan Hari dan tanggal keputusan, nama dan tanda tangan seluruh Pimpinan dan Anggota Badan Kehormatan. Pasal 39 Amar keputusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 angka 9 berbunyi : (1) (2) (3) (4) (5) Menyatakan pengaduan Pengadu tidak dapat diterima ; Mengabulkan pengaduan Pengadu ; Menyatakan pengaduan Pengadu ditolak ; Menyatakan Teradu tidak terbukti melanggar Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik dan memperoleh Rehabilitasi ; Menyatakan Teradu terbukti melanggar Peraturan Tata Tertib dan Kode Etik, serta diberi sanksi. Pasal 40 Keputusan Sidang Badan Kehormatan bersifat mengikat. Pasal 41 Salinan keputusan Badan Kehormatan dikirimkan kepada Pengadu dan/atau Teradu, serta tembusan kepada Pimpinan DPRD Kota Pontianak, dalam jangka waktu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak keputusan ditetapkan dalam rapat pengambilan keputusan Badan Kehormatan. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 42 Peraturan DPRD ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. -17Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan DPRD ini dengan Penempatannya dalam Berita Daerah Kota Pontianak. Ditetapkan di Pontianak pada tanggal 23 Mei 2016 KETUA DPRD KOTA PONTIANAK, SATARUDIN Diundangkan di Pontianak pada tanggal 23 Mei 2016 SEKRETARIS DAERAH KOTA PONTIANAK, MOCHAMAD AKIP BERITA DAERAH KOTA PONTIANAK TAHUN 2016 NOMOR 2