BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas definisi dan teori yang membahas mengenai sistem pakar, fuzzy logic dan penyakit Hepatitis. Serta bab ini juga membahas jurnal-jurnal yang menjadi referensi dalam pembuatan skripsi ini. 2.1 Landasan Teori Dalam penyusunan skripsi ini teori-teori yang digunakan adalah teori intelegensia semu,teori sistem pakar, teori fuzzy logic, dan teori penyakit Hepatitis. 2.1.1 Intelegensia Semu Menurut Levine, Drang, & Edelson (1990, p3 – p20), Artifical Inteligence(AI) dalam artian singkat dapat dikatakan sebagai suatu cara membuat sebuah komputer dapat berpikir pintar. Ini dapat dicapai dengan mempelajari bagaimana cara manusia berpikir ketika mereka mencoba untuk mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah, memecah proses tersebut kedalam beberapa langkah-langkah dasar dan mendesign sebuah program komputer yang menyelesaikan masalah dengan menggunakan langkah-langkah tersebut. Teknik AI mengijinkan konstruksi dari sebuah program yang setiap bagiannya dapat berdiri sendiri dan langkah kearah solusi dapat diidentifikasi. Sebuah program standard dapat mengerjakan apapun yang dapat dikerjakan oleh sebuah program AI lakukan, tetapi hal tersebut tidak dapat diprogram dengan mudah atau dengan cepat. Di dalam program AI memiliki karakteristik khusus yang sebanding dengan karakteristik dari Human Intelligence. Setiap bagian dari programnya dapat dimodifikasi tanpa mempengaruhi struktur dari program secara keseluruhan. Flexibilitas ini menyediakan program yang lebih efisien dan lebih demengerti, dalam kata lain intelligence. 7 8 Dikarenakan AI adalah sebuah ilmu yang memiliki dasar pada proses berpikir dari manusia, sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui cara manusia berpikir penting. Human Intelligence adalah sebuah fungsi kompleks yang mulai dimengerti oleh para ilmuwan, tetapi cukup untuk kita untuk membuat beberapa asumsi bagaimana cara kita berpikir dan memasukan asumsi tersebut dalam mendesign sebuah program AI. Dalam mendesign sebuah sistem AI, tujuan dari sebuah sistem harus selalu dijaga. Tanpa tujuan, kita tidak memiliki alasan untuk berpikir menyelesaikan sesuatu. Ada Beberapa contoh dari tujuan (Goals) yaitu: 1. Mencari rute terpendek dari kota A ke kota B 2. Memutuskan minuman terbaik untuk makanan tertentu 3. Mempelajari bagaimana mengikat tali sepatu 4. Memutuskan bagaimana agar seorang anak dapat mengerti arimatika. Kemudian kita juga memerlukakn facts and rules, dimana hal ini sangat penting untuk menentukan goal yang akan dicapai. Contoh facts and rules : Fact : Sebuah kompor yang menyala sangat panas. Rule : Jika saya menaruh tangan saya di atas kompor yang menyala, Maka saya akan terluka Pada contoh diatas menggunakan Jika-Maka. Jika suatu kondisi muncul, Maka sebuah kegiatan atau respon lain nya akan menjadi hasilnya. Pruning merupakan salah satu cara untuk mempercepat pengambilan keputusan, pruning merupakan sebuah aksi untuk menghilangkan sebuah cara berpikir yang tidak relevan dengan cara tercepat untuk mencapai tujuan. Seperti kita memotong cabang pohon terendah untuk mempercepat pertumbuhan, cara kerja pruning ini di dalam pikiran kita adalah untuk membuang fasts and rules yang tidak akan membawa kita kepada tujuan yang ingin dicapai. 9 2.1.2 Sistem Pakar Menurut Jackson (1998, p1-p4), seorang pakar tidak hanya seseorang memiliki pengetahuan atau memiliki kualifikasi melainkan seseorang yang telah memiliki pengetahuan yang mendalam dan telah diasah di dalam situasi yang khusus untuk tujuan tertentu. Sebuah sistem pakar adalah sebuah program komputer yang dapat merepresentasikan dan memberikan sebuah alasan dengan pengetahuan dari beberapa topik khusus dengan tujuan untuk menyelesaikan suatu masalah atau memberikan sebuah saran. Sistem Pakar merupakan salah satu cabang dari Artificial Intelligence (AI); AI merupakan salah satu cabang dari Computer Science yang berhubungan dengan design dan implementasi dari program dimana program tersebut dapat mensimulasikan kemampuan penalaran manusia seperti pemecahan manusia, persepsi secara visual, dan pemahaman bahasa. Ada beberapa contoh pekerjaan yang menggunakan sistem pakar yaitu: Penterjemahaan data (seperti sinyal sonar) Mendeteksi kegagalan (seperti kegagalan alat atau penyakit) Menganalisa struktur dari objek yang kompleks (seperti susunan kimia) Konfigurasi dari objek yang kompleks (seperti sistem komputer) Perencanaan tindakan yang diambil secara berurutan (seperti tugas yang dilaksanakan oleh robot) Beberapa karakteristik yang terdapat di sistem pakar : Berhubungan dengan masalah dengan kompleksifitas yang nyata yang biasanya dibutuhkan keahlian manusia yang cukup banyak. Harus menampilkan kecepatan dan ketepatan yang tinggi agar dapat menjadi alat yang berguna Harus dapat menjelaskan dan mengklarifikasi solusi atau rekomendasi bertujuan untuk meyakinkan pengguna bahwa alasan yang disediakan berdasarkan fakta 10 Topik-topik penting yang terdapat di dalam Sistem pakar diantaranya adalah : 1. Mendapatkan Pengetahuan 2. Merepresentasikan Pengetahuan yang dimiliki 3. Memiliki alasan yang terkontrol 4. Menjelaskan solusi yang diberikan 2.1.3 Fuzzy Logic Menurut Klir & Yuan (1995, p212), Logic adalah studi tentang metode dan prinsip-prinsip penalaran dalam segala bentuk yang mungkin. Logika transaksi klasik dengan proposisi yang diperlukan untuk menjadi benar atau salah. Setiap proposisi memiliki lawannya, yang biasanya disebut negasi dari proposisi. Sebuah proposisi dan negasinya diharuskan memikul nilainilai kebenaran yang berlawanan. Fuzzy Logic merupakan seuatu logika yang memiliki nilai kekaburan atau kesamaran (fuzzyness) antara benar atau salah. Dalam teori fuzzy logicsuatu nilai bias bernilai benar atau salah secara bersama. Fuzzy Logic sangat toleran terhadap data yang tidak tepat dan terhadap model yang nonlinier/ kompleksitas sedikit. Hal ini juga bisa dicampur dengan teknik kontrol konvensional. Ada tiga komponen utama dari sistem fuzzy yaitu Fuzzy set, aturan fuzzy, dan bilangan fuzzy. Fuzzy set merupakan ide dari seorang profesor emeritus ilmu komputer di University of California, Berkeley bernama Lotfali Askar Zadeh. Gagasan ini didasari oleh faktor ketidakpastian. Gagasan yang diusulkan oleh Lotfi Zadeh menyarankan bahwa keanggotaan set adalah kunci untuk pengambilan keputusan ketika menghadapi ketidakpastian. Dalam papernya, L.A. Zadeh menyatakan bawah Fuzzy set (Himpunan Fuzzy) merupakan suatu kelas objek dengan sebuat kontinum dari nilai suatu keanggotaan (1965). Sedangkan menurut Russell dan Norvig (2010, p550) 11 Teori Fuzzy set adalah kepastian suatu objek dari dari informasi yang samar-samar / tidak pasti. Sebagai contoh, kita dapat dengan mudah menilai kategori dari seseorang yang memiliki tinggi 6 kaki. Dalam aturan biner, orang tinggi atau bukan didasarkan pada ketepatan atau ketidaktepatan alat pengukur. Misalnya, jika "tinggi" didefinisikan sebagai orang yang memiliki ketinggian sama atau lebih besar dari 6 kaki. Maka komputer tidak akan mengenali individu dari ketinggian 5’11.999” sebagai anggota dari himpunan "tinggi”. Tapi bagaimana kami menilai ketidakpastian dalam pertanyaan berikut : Apakah orang dengan tinggi hampir 6 kaki? Ketidakpastian dalam hal ini dikarena ketidakjelasan atau ambiguitas kata sifat hampir. Dengan tinggi 5’11” orang dapat dengan mudah menjadikannya anggota himpunan orang "hampir 6 meter". Dalam situasi pertama, ketidakpastian seseorang yang tingginya tidak diketahui adalah 6 kaki atau tidak biner,kita dapat menghasilkan penilaian probabilitas yang di prospek berdasarkan data ketinggian dari banyak orang. Namun ketidakpastian apakah seseorang memiliki tinggi hampir 6 kaki adalah bukan secara acak. Tingkat dimana seseorang mendekati ketinggian 6 kaki adalah fuzzy. Pada kenyataannya, “ketinggian” adalah masalah derajat dan relatif. Di antara orang-orang dari suku Tutsi di Rwanda dan Burundi, untuk laki-laki yang memiliki tinggi 6 kaki dianggap pendek. Jadi, tinggi 6 kaki dapat dikategorikan tinggi dalam satu negara dan pendek pada negara lain. Dalam dunia nyata (fuzzy), himpunan orang yang tinggi dapat tumpang tindih dengan himpunan orang tidak tinggi, mustahil ketika seseorang mengikuti ajaran logika biner klasik.. Gagasan himpunan keanggotaan adalah pusat representasi objek dalam himpunan semesta. Himpunan klasik berisi objek yang memenuhi sifat yang tepat dari keanggotaan; fuzzy set berisi objek yang memenuhi sifat tidak terdapat dalam keanggotaan, yaitu, keanggotaan obyek dalam himpunan fuzzy berupa perkiraan. Misalnya, himpunan ketinggian dari 5 sampai 7 kaki adalah himpunantegas (crisp), himpunan ketinggian di 12 wilayah sekitar 6 kaki yang tidak tepat atau fuzzy. Untuk menjelaskan, misalkan kita memiliki koleksi lengkap dari elemen individu (singletons) x , yang membentuk himpunan semesta (discourse), X. Selanjutnya, berbagai kombinasi unsur-unsur individu membentuk himpunan katakan A di himpunan semesta . Untuk himpunan crisp, unsur x pada semesta X adalah salah seorang anggota dari beberapa himpunan crisp A atau tidak. Dapat direpresentasikan secara matematis dengan fungsi indikator, Di mana simbol XA(x) memberikan indikasi keanggotaan ambigu unsur x pada himpunan A, dan simbol dan menunjukkan terdapat dalam dan tidak terdapat dalam masing-masing. Sebagai contoh untuk perhitungan ketinggian seseorang, misalkan himpunan A adalah himpunan crisp dari semua orang dengan 5,0 ≤ x ≤ 7,0 kaki, yang ditunjukkan pada Gambar 1.1a. Sebuah individu tertentu, x1, memiliki ketinggian 6,0 kaki. Keanggotaan individu ini dalam set crisp adalah sama dengan 1, atau keanggotaan penuh, yang diberikan secara simbolis sebagai XA(x1) = 1. Individu lain, katakanlah x2, memiliki tinggi 4,99 kaki. Keanggotaan individu ini dalam himpunan A adalah sama dengan 0, atau bukan keanggotaan, maka XA (x2) = 0, juga terlihat pada Gambar 1.1a. Dalam kasus ini keanggotaan dalam satu himpunan adalah biner, baik elemen adalah anggota himpunan atau tidak. Zadeh menjelaskan gagasan keanggotan biner untuk mengakomodasi berbagai “derajat keanggotaan” pada interval riil [0,1], dimana titik akhir (endpoint)berada pada 0 dan 1 sesuai dengan bukan keanggotaan dan keanggotaan penuh, masing-masing sebagai fungsi indikator himpunan crisp, tetapi dimana jumlah nilai tak terbatas diantara endpoint dapat mewakili berbagai derajat keanggotaan elemen x dalam beberapa himpunan semsta. Himpunan semesta X yang dapat menampung “derajat keanggotaan” yang disebut oleh Zadeh sebagai fuzzy set. Melanjutkan contoh tentang ketinggian, mempertimbangkan himpunan H terdiri dari 13 ketinggian hampir 6 kaki. Karena hampir 6 kaki adalah fuzzy, tidak ada fungsi keanggotaan yang unik untuk H. Sebaliknya, analisi harus memutuskan apa fungsi keanggotaan, dinotasikan μH, akan terlihat seperti ini gambar 2.2. Gambar 2.1 Keanggotaan fungsi ketinggian (a) himpunan crisp dan (b) himpunan fuzzy H. Fungsi keanggotaan mewujudkan representasi matematis keanggotaan dalam satu himpunan, dan notasi yang digunakan dalam hal ini untuk himpunan fuzzy adalah simbol himpunan dengan tilde bawah, di mana pemetaan fungsional diberikan adalah: µA(x) ϵ[0,1] dan simbol adalah µA(x) derajat keanggotan dari elemen x dalam fuzzy set A. Kemudian dalam fuzzy logic terdapat beberapa membership function. Membership function (fungsi keanggotaan) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaannya yang memiliki interval antara 0 sampi 1. Kurva tersebut terbagi atas 4 yaitu: 1. Linier 14 Gambar 2.2 Membership Function Linier 2. Segitiga Gambar 2.3 Membership Function Segitiga 3. Trapesium 15 Gambar 2.4 Membership Function Trapesium 4. Kurva S S = Sigmoid. Mencerminkan kenaikan dan penurunan secara tidak liner. Gambar 2.5 Membership Function Kurva S 2.1.4 Hepatitis Menurut Longo, et al. (2011, p2537 – p2548), virus hepatitis akut adalah infeksi sistemik yang mempengaruhi sebagian besar hati. Hampir semua kasus virus hepatitis akut disebabkan oleh salah satu dari lima agen virus : virus hepatitis A ( HAV ) , virus hepatitis B ( HBV ) , virus hepatitis C ( HCV ) , delta agen HBV terkait atau virus hepatitis D ( HDV ) , dan virus hepatitis E ( HEV ). Agen yang ditularkan lewat transfusi lainnya (misalnya, virus "hepatitis G" dan "TT" virus, telah diidentifikasi tetapi tidak menyebabkan hepatitis). Semua virus ini adalah virus hepatitis manusia RNA, kecuali untuk hepatitis B, yang merupakan virus DNA. 16 Meskipun agen dapat dibedakan oleh sifat molekul dan antigenik mereka, semua jenis hepatitis virus menghasilkan penyakit klinis mirip. Ini berkisar dari tanpa gejala dan tanpa gejala infeksi fulminan dan fatal yang akut umum untuk semua jenis, di satu sisi, dan dari infeksi persisten subklinis untuk cepat penyakit hati kronis progresif dengan sirosis dan karsinoma hepatoseluler bahkan, umum untuk jenis terbawa darah (HBV, HCV, dan HDV), di sisi lain. Ada 3 tipe virus hepatitis yang dijelaskan yaitu Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitits C. 1. Hepatitis A Virologi dan etiologi pada virus hepatitis A adalah yang tidak memiliki amplop 27-nm, panas,-, asam dan virus RNA etherresistant dalam genus Hepatovirus dari keluarga picornavirus (Gambar 304-1). Virion yang berisi empat polipeptida kapsid, ditunjuk VP1 untuk VP4, yang dibelah pascatranslasi dari produk poliprotein dari genom 7500-nukleotida. Inaktivasi aktivitas virus dapat dicapai dengan mendidih selama 1 menit, melalui kontak dengan formalin dan klorin, atau dengan penyinaran ultraviolet. Meskipun variasi urutan nukleotida hingga 20% di antara isolat HAV, dan meskipun pengakuan dari empat genotipe mempengaruhi manusia, semua strain virus ini adalah kekebalannya dibedakan dan milik satu serotipe. Gambar 2.6 mikrograf elektron dari partikel virus hepatitis A dan serum dari pasien dengan hepatitis B. 17 Pada gambar 2.6 kiri, 27-nm partikel virus hepatitis A dimurnikan dari tinja pasien dengan hepatitis akut A dan dikumpulkan oleh antibodi terhadap virus hepatitis A dan gambar 2.6 kanan, serum Konsentrat dari pasien dengan hepatitis B, menunjukkan virion 42-nm, bentuk tubular, dan bola partikel 22-nm dari hepatitis B surface antigen. 132.000 ×. Hepatitis A memiliki masa inkubasi kurang lebih 4 minggu. Replikasi terbatas pada hati, tetapi virus ini hadir dalam hati, empedu, tinja, dan darah selama inkubasi akhir periode dan fase preicteric akut penyakit. Meskipun persistensi virus dalam hati, pelepasan virus dalam tinja, viremia, dan infektivitas berkurang dengan cepat setelah ikterus menjadi jelas. HAV dapat diusahakan reproducibly in vitro. Antibodi terhadap HAV (anti-HAV) dapat terdeteksi selama penyakit akut ketika aktivitas aminotransferase serum tinggi dan fecal HAV penumpahan masih terjadi. Hal ini respon antibodi awal didominasi dari kelas IgM dan berlangsung selama beberapa bulan, jarang selama 6-12 bulan. Selama pemulihan, namun, anti-HAV dari kelas IgG menjadi antibodi dominan (Gambar 2.7). Gambar 2.7 Skema fitur klinis dan laboratorium tipikal hepatitis A Oleh karena itu, diagnosis hepatitis A dibuat selama penyakit akut dengan menunjukkan anti-HAV dari kelas IgM. Setelah penyakit akut, anti-HAV dari kelas IgG tetap terdeteksi tanpa batas, dan pasien dengan serum anti-HAV kebal terhadap reinfeksi. 18 Aktivitas antibodi penetralisir sejajar dengan penampilan anti-HAV, dan IgG anti-HAV hadir dalam account immune globulin untuk perlindungan yang diberikannya terhadap infeksi HAV. Epidemiologi dan Fitur Global Virus ini ditularkan hampir secara eksklusif melalui rute fekaloral. Orang ke-orang penyebaran HAV ditingkatkan dengan kebersihan yang buruk pribadi dan kepadatan penduduk, wabah besar serta kasus sporadis telah dilacak ke terkontaminasi makanan, air, susu, raspberry beku dan stroberi, bawang hijau yang diimpor dari Meksiko, dan kerang. Intrafamily dan intrainstitutional menyebar juga umum. Pengamatan epidemiologi awal mendukung kegemaran atau hepatitis A terjadi di akhir musim gugur dan awal musim dingin. Di daerah beriklim sedang, gelombang epidemi telah dicatat setiap 5-20 tahun sebaga segmen baru populasi nonimmune muncul, namun, di negara maju, angka kejadian hepatitis A telah menurun, mungkin sebagai fungsi sanitasi, dan pola-pola siklik adalah tidak lagi diamati. Tidak ada pada negara maju telah diidentifikasi setelah hepatitis A akut; pengabadian virus di alam tergantung pada nonepidemic mungkin, infeksi subklinis tanpa gejala, konsumsi makanan yang terkontaminasi atau air, atau diimpor, daerah endemis, dan / atau pencemaran terkait dengan reservoir lingkungan. Dalam populasi umum, anti-HAV penanda infeksi HAV sebelumnya, peningkatan prevalensi sebagai fungsi dari bertambahnya usia dan penurunan status sosial ekonomi. Pada 1970-an, bukti serologis infeksi hepatitis A sebelum terjadi pada ~ 40% dari populasi perkotaan di Amerika Serikat, yang sebagian besar anggotanya tidak pernah ingat telah memiliki kasus gejala hepatitis. Pada dekade berikutnya, namun, prevalensi anti-HAV 19 telah menurun di Amerika Serikat. Di negara berkembang, infeksi paparan, dan kekebalan berikutnya hampir universal dalam masa kanak-kanak. Sebagai frekuensi infeksi subklinis anak menurun di negaranegara maju, kohort rentan muncul pada orang dewasa. Hepatitis A cenderung lebih gejala pada orang dewasa, karena itu, paradoks, karena frekuensi infeksi HAV menurun, kemungkinan klinis jelas, bahkan parah, penyakit HAV meningkat pada populasi orang dewasa yang rentan. Perjalanan ke daerah endemis merupakan sumber umum infeksi untuk orang dewasa dari daerah nonendemic. Baru-baru ini diakui epidemiologi fokus infeksi HAV meliputi pusat penitipan anak, unit perawatan intensif neonatal, pria promiscuous yang berhubungan seks dengan laki-laki, dan pengguna narkoba suntikan. Meskipun hepatitis A jarang ditularkan melalui darah, beberapa wabah telah diakui dalam penerima pembekuan-faktor konsentrat. Di Amerika Serikat, pengenalan hepatitis A program vaksinasi antara anak-anak dari negara-negara tinggi-kejadian telah menghasilkan pengurangan>70% dalam kejadian tahunan infeksi HAV baru dan telah menggeser beban infeksi baru dari anak-anak untuk orang dewasa muda (Longo, et al., 2011) 2. Hepatitis B Virologi dan etiologi pada virus hepatitis B adalah virus DNA dengan struktur genom sangat kompak, meskipun kecil, melingkar, ukuran 3200-bp, kode HBV DNA selama empat set produk virus dengan kompleks, struktur multiparticle. HBV mencapai ekonomi genom dengan mengandalkan strategi yang efisien pengkodean protein dari empat gen yang tumpang tindih: S, C, P, dan X (Gambar 2.4), seperti yang dijelaskan di bawah ini. Setelah dianggap virus yang unik diantaranya, HBV sekarang diakui sebagai salah satu dari keluarga virus hewan, hepadnaviruses (virus DNA hepatotropic), dan diklasifikasikan sebagai hepadnavirus tipe 1. 20 Virus yang sama menginfeksi spesies tertentu woodchucks, tanah dan tupai pohon, dan Pekin bebek, lagi yang paling hati-hati ditandai. Gambar 2.8 struktur genom Compact HBV. Seperti HBV, semua memiliki khas tiga bentuk morfologi yang sama, memiliki mitra untuk amplop dan antigen virus nukleokapsid HBV, bereplikasi dalam hati tapi ada di situs ekstrahepatik, mengandung DNA polimerase sendiri endogen, memiliki sebagian untai ganda dan parsial untai tunggal genom, yang berhubungan dengan hepatitis akut dan kronis dan karsinoma hepatoseluler, dan mengandalkan strategi replikatif unik di antara virus DNA tapi khas dari retrovirus. Alih-alih replikasi DNA langsung dari template DNA, hepadnaviruses mengandalkan transkripsi terbalik (dipengaruhi oleh DNA polimerase) minus-untai DNA dari "pregenomic" RNA menengah. Kemudian ditambah-untai DNA ditranskripsi dari template DNA untai minus oleh DNA-dependent DNA polimerase dan diubah dalam nukleus hepatosit ke DNA sirkular kovalen tertutup, yang berfungsi sebagai template untuk RNA dan RNA pregenomic. Protein virus dijabarkan oleh RNA, dan protein dan genom yang dikemas dalam virion dan disekresikan dari hepatosit. Meskipun HBV sulit untuk menumbuhkan in vitro dalam arti konvensional dari bahan klinis, beberapa baris sel telah transfeksikan dengan 21 HBV DNA. Seperti ditransfeksikan dukungan sel in vitro replikasi dari virus utuh dan komponen protein. Protein virus dan partikel dari tiga bentuk partikulat HBV (Tabel 304-1), yang paling banyak adalah partikel 22 nm, yang muncul sebagai bola atau panjang bentuk filamen, ini adalah antigen dibedakan dari permukaan luar atau protein amplop HBV dan diduga merupakan kelebihan protein amplop virus. Kalah jumlah dalam serum dengan faktor 100 atau 1000 hingga 1 dibandingkan dengan bola dan tubulus besar, 42-nm, partikel berbentuk bola ganda dikupas, yang mewakili utuh B virion hepatitis (Gambar 2.6). Protein menyelimuti diekspresikan pada permukaan luar dari virion dan struktur bola dan tubular kecil disebut sebagai antigen permukaan hepatitis B (HBsAg). Konsentrasi HBsAg dan partikel virus dalam darah bisa mencapai 500 mg / mL dan 10 triliun partikel per mililiter, masing-masing. Amplop protein, HBsAg, merupakan produk dari gen S pada HBV. Sejumlah subdeterminants HBsAg yang berbeda telah diidentifikasi. Ada antigen kelompok-reaktif,a, dibagi oleh semua mengisolasi HBsAg. Selain itu, HBsAg mungkin berisi salah satu dari beberapa subtipe spesifik antigen-yaitu, d atau y, w atau r-serta spesifisitas baru-baru ini ditandai lainnya. Hepatitis B mengisolasi jatuh ke salah satu dari sedikitnya delapan subtipe dan delapan genotipe (A-H). Distribusi geografis dari genotipe dan subtipe bervariasi, genotipe A (sesuai subtipe adw) dan D (ayw) mendominasi di Amerika Serikat dan Eropa, sedangkan genotipe B (adw) dan C (adr) mendominasi di Asia.Kursus klinis dan hasil independen terhadap subtipe, tetapi laporan awal menunjukkan bahwa genotipe B dikaitkan dengan penyakit kurang cepat progresif hati dan kemungkinan lebih rendah, atau penampilan tertunda, karsinoma hepatoseluler daripada genotipe C. Pasien dengan genotipe A tampaknya lebih mungkin untuk membersihkan sirkulasi 22 viremia dan untuk mencapai HBsAg, baik secara spontan dan dalam respon terhadap terapi anti virus. Selain itu, "precore" mutasi yang disukai oleh genotipe tertentu (lihat di bawah). Hulu dari gen S adalah gen pra-S (Gambar 2.8), yang kode untuk produk gen pra-S, termasuk reseptor pada permukaan HBV untuk terpolimerisasi albumin serum manusia dan protein membran hepatosit. Daerah praS sebenarnya terdiri dari kedua pra-S1 dan pra-S2. Tergantung di mana terjemahan dimulai, tiga produk gen HBsAg potensial disintesis. Produk protein dari gen S adalah HBsAg (protein utama), produk dari wilayah S ditambah wilayah pra-S2 yang berdekatan adalah protein menengah, dan produk dari pra-S1 ditambah pra-S2 ditambah daerah S adalah protein besar. Dibandingkan dengan yang lebih kecil partikel berbentuk bola dan tubular HBV, lengkap 42-nm virion diperkaya dalam protein besar. Kedua protein pre-S dan antibodi masing-masing dapat dideteksi selama infeksi HBV, dan periode pra-S antigenemia muncul bertepatan dengan penanda lain dari replikasi virus, seperti yang dijelaskan di bawah ini. Utuh 42nm virion mengandung 27-nm partikel inti nukleokapsid. Protein nukleokapsid disandikan oleh gen C. Antigen diekspresikan pada permukaan inti nukleokapsid disebut sebagai antigen inti hepatitis B (HBcAg), dan antibodi yang sesuai adalah anti-HBc. Sebuah HBV antigen ketiga adalah antigen e hepatitis B (HBeAg), yang larut, nonparticulate, protein nukleokapsid yang imunologis berbeda dari HBcAg utuh tetapi merupakan produk dari gen C yang sama. Gen C memiliki dua kodon inisiasi, precore dan daerah inti (Gambar 2.8). Jika terjemahan dimulai pada wilayah precore, produk protein HBeAg , yang memiliki sinyal peptida yang mengikat ke retikulum endoplasma halus dan menyebabkan sekresi ke dalam sirkulasi. Jika penerjemahan dimulai dengan wilayah inti, HBcAg merupakan produk protein, tidak memiliki sinyal peptida, itu tidak disekresi tapi merakit menjadi partikel nukleokapsid, yang mengikat dan memasukkan RNA, dan yang, pada akhirnya, mengandung 23 HBV DNA. Juga dikemas dalam inti nukleokapsid adalah DNA polimerase, yang mengarahkan replikasi dan perbaikan DNA HBV. Ketika kemasan dalam protein virus selesai, sintesis lengkap ditambah untai berhenti, ini account untuk kesenjangan untai tunggal dan perbedaan dalam ukuran jeda. Partikel HbcAg tetap dalam hepatosit, di mana mereka mudah terdeteksi dengan pewarnaan imunohistokimia, dan diekspor setelah encapsidation oleh amplop HBsAg. Oleh karena itu, partikel inti telanjang tidak beredar di dalam serum. The disekresikan nukleokapsid protein, HBeAg, menyediakan nyaman, mudah terdeteksi, penanda kualitatif HBV replikasi dan relatif infektivitas. HBsAg positif mengandung HBeAg serum lebih cenderung sangat menular dan diasosiasikan dengan keberadaan virion hepatitis B (HBV DNA dan terdeteksi, lihat di bawah) dibandingkan serum HBeAg-negatif atau anti-HBe positif. Misalnya, HBsAg ibu pembawa yang HBeAg-positif hampir selalu (> 90%) menularkan infeksi hepatitis B kepada keturunannya, sedangkan HBsAg ibu pembawa dengan anti-HBe jarang (10-15%) menginfeksi anak-anak mereka. Awal selama hepatitis B akut, HBeAg muncul transiently, lenyapnya mungkin menjadi pertanda perbaikan klinis dan resolusi infeksi. Persistensi HBeAg dalam serum melampaui tiga bulan pertama infeksi akut mungkin prediksi perkembangan infeksi kronis, dan keberadaan HBeAg selama hepatitis B kronis dikaitkan dengan replikasi virus yang sedang berlangsung, infektivitas, dan luka peradangan peradangan. Yang ketiga dari gen HBV merupakan yang terbesar, gen P (Gambar 2.4), yang kode untuk polimerase DNA, seperti tercantum di atas, enzim ini memiliki keduanya DNA polimerase DNAdependent dan RNA-dependent kegiatan reverse transcriptase. Gen keempat, X, kode untuk kecil, protein nonparticulate, hepatitis B x 24 antigen (HBxAg), yang mampu transactivating transkripsi gen kedua virus dan seluler (Gambar 2.8). Dalam sitoplasma, efek HBxAg pelepasan kalsium (mungkin dari mitokondria), yang mengaktifkan jalur sinyal transduksi-yang menyebabkan stimulasi HBV terbalik transkripsi dan replikasi HBV DNA. Transaktivasi tersebut dapat meningkatkan replikasi HBV, yang mengarah ke hubungan klinis diamati antara ekspresi HBxAg dan antibodi untuk itu pada pasien dengan hepatitis kronis berat dan karsinoma hepatoseluler. Kegiatan transactivating dapat meningkatkan transkripsi dan replikasi virus lain selain HBV, seperti HIV. Proses seluler transactivated oleh X termasuk manusia interferon γ dan gen kelas I gen major histocompatibility, berpotensi, efek ini dapat berkontribusi terhadap kerentanan disempurnakan hepatosit yang terinfeksi HBV ke sel T sitolitik. Ekspresi X juga dapat menginduksi kematian sel terprogram (apoptosis). Serologi dan penanda virologi pada virus hepatitis B (HBV). Setelah seseorang terinfeksi HBV, penanda virologi pertama terdeteksi dalam serum dalam waktu 1-12 minggu, biasanya antara 8-12 minggu, adalah HBsAg (Gambar 2.9). Bersirkulasi HBsAg mendahului peningkatan aktivitas serum aminotransferase dan gejala klinis oleh 2-6 minggu dan tetap terdeteksi selama fase ikterik atau gejala seluruh hepatitis B akut dan seterusnya. Pada kasus tertentu, HBsAg menjadi terdeteksi 1-2 bulan setelah timbulnya penyakit kuning dan jarang berlangsung lebih dari 6 bulan. Setelah HBsAg menghilang, antibodi terhadap HBsAg (anti-HBs) menjadi terdeteksi dalam serum dan tetap terdeteksi tanpa batas setelahnya. 25 Gambar 2.9 Skema yang tipikal klinis, dan fitur laboratorium ofacute penyakit hepatitis B. Sebaliknya, anti-HBc adalah mudah dibuktikan dalam serum, dimulai dalam 1-2 minggu pertama setelah munculnya HbsAg dan mendahului tingkat terdeteksi anti-HBs oleh minggu sampai bulan. Karena variabilitas ada di saat munculnya anti-HBs setelah infeksi HBV, sesekali jeda beberapa minggu atau lebih dapat memisahkan hilangnya HBsAg dan munculnya anti-HBs. Selama ini "celah" atau "jendela" periode, anti-HBc dapat mewakili satu-satunya bukti serologis infeksi HBV saat ini atau baru-baru ini, dan darah yang mengandung anti-HBc tanpa adanya HBsAg dan anti-HBs telah berdampak dalam pengembangan transfusi terkait hepatitis B. sebagian karena sensitivitas immunoassay untuk HBsAg dan antiHBs telah meningkat, namun, ini periode celah jarang ditemui. Pada beberapa orang, tahun setelah infeksi HBV, anti-HBc dapat bertahan dalam sirkulasi lebih lama daripada anti-HBs.Oleh karena itu, terisolasi anti-HBc tidak selalu mengindikasikan replikasi virus yang aktif, kebanyakan kejadian terisolasi anti-HBc merupakan infeksi hepatitis B di masa lampau. Jarang Namun, yang terisolasi anti-HBc tingkat rendah hepatitis B viremia, dengan HBsAg bawah ambang batas deteksi; sesekali, yang terisolasi anti-HBc merupakan spesifisitas kekebalan bereaksi silang atau positif palsu. Infeksi HBV terbaru dan remote dapat dibedakan dengan penentuan kelas imunoglobulin anti-HBc. Anti-HBc dari kelas IgM (IgM anti-HBc) 26 beratnya mendominasi selama enam bulan pertama setelah infeksi akut, sedangkan IgG anti-HBc adalah kelas dominan anti-HBc lebih enam bulan. Oleh karena itu, pasien dengan saat ini atau baru-baru hepatitis B akut, termasuk mereka yang di celah anti-HBc, IgM memiliki anti-HBc dalam serum mereka. Pada pasien yang telah sembuh dari hepatitis B di masa lalu terpencil serta orang-orang dengan infeksi HBV kronis, anti-HBc didominasi dari kelas IgG. Jarang, dalam ≤ 1-5% pasien dengan infeksi HBV akut, tingkat HBsAg terlalu rendah untuk dideteksi, dalam kasus tersebut, kehadiran IgM antiHBc menetapkan diagnosis hepatitis B. akut Ketika yang terisolasi anti-HBc terjadi pada pasien langka dengan hepatitis B kronis yang HBsAg tingkat di bawah ambang sensitivitas immunoassay kontemporer (pembawa tingkat rendah), anti-HBc adalah dari kelas IgG. Umumnya, pada orang yang telah sembuh dari hepatitis B, anti-HBs dan anti-HBc bertahan tanpa batas waktu. Asosiasi sementara antara munculnya infeksi anti-HBs dan resolusi HBV serta pengamatan bahwa orang dengan anti-HBs dalam serum dilindungi reinfeksi dengan HBV menunjukkan bahwa anti-HBs adalah antibodi protektif. Oleh karena itu, strategi untuk pencegahan infeksi HBV didasarkan pada penyediaan orang yang rentan dengan beredar anti-HBs (lihat di bawah). Kadang-kadang, pada 10-20% pasien dengan hepatitis B kronis, tingkat rendah, afinitas rendah anti-HBs dapat dideteksi. Antibodi ini ditujukan terhadap penentu subtipe yang berbeda dari yang diwakili oleh HBsAg pasien, kehadirannya dianggap mencerminkan stimulasi klon terkait sel pembentuk antibodi, tetapi tidak memiliki relevansi klinis dan tidak menandakan izin segera hepatitis B. pasien-pasien dengan HBsAg dan semacamnya nonneutralizing anti-HBs harus dikategorikan sebagai memiliki infeksi HBV kronis. 27 Yang lain penanda serologis mudah terdeteksi HBV infeksi, HBeAg, muncul bersamaan waktunya dengan atau sesaat setelah HBsAg. Penampilannya bertepatan temporal dengan tingkat tinggi replikasi virus dan mencerminkan adanya beredar virion utuh dan terdeteksi HBV DNA (dengan pengecualian pasien dengan mutasi precore yang tidak dapat mensintesis HBeAg melihat "Varian Molekuler"). Protein pre-S1 dan pre-S2 disini juga diekspresikan selama periode replikasi puncak, tetapi tes untuk produk gen ini tidak tersedia secara rutin. Pada infeksi HBV diri terbatas, HBeAg menjadi tidak terdeteksi tak lama setelah ketinggian puncak dalam kegiatan aminotransferase, sebelum hilangnya HBsAg dan anti-HBe kemudian menjadi terdeteksi, bertepatan dengan periode infektivitas relatif lebih rendah (Gambar 2.5). Berasal dari pola infeksi HBV yang akut menjadi HBV yang kronis,HBsAg tetap terdeteksi lebih enam bulan, anti-HBc terutama dari kelas IgG, anti-HBs merupakan salah satu yang tidak terdeteksi atau terdeteksi pada tingkat rendah dilihat pada fitur Laboratorium. (Gambar 304-5). Selama infeksi awal HBV kronis, HBV DNA dapat dideteksi kedua-duanya dalam serum dan dalam inti hepatosit, di mana bentuknya dalam bentuk bebas atau episomal. Tahap replikatif pada infeksi HBV adalah waktu infektivitas maksimal dan luka hati, HBeAg merupakan penanda kualitatif dan HBV DNA penanda kuantitatif pada fase replikatif, di mana semua tiga bentuk HBV beredar, termasuk virion utuh. Seiring waktu, fase replikatif dari infeksi HBV kronis memberikan cara untuk fase yang relatif maupun tidak relatif. 28 Gambar 2.10 Skema fitur laboratorium tipikal wild typechronic hepatitis B. Hal ini terjadi pada tingkat ~ 10% per tahun dan disertai dengan serokonversi dari HBeAg-positif untuk anti-HBe positif. Dalam kebanyakan kasus, serokonversi ini bertepatan dengan transien, elevasi hepatitis akut seperti dalam aktivitas aminotransferase, diyakini mencerminkan pembersihan imun cellmediated dari hepatosit yang terinfeksi virus. Pada tahap nonreplicative pada infeksi kronis, ketika HBV DNA dibuktikan dalam inti hepatosit,ia cenderung untuk diintegrasikan ke dalam genom inang. Pada fase ini, hanya berbentuk bulat dan tubular HBV, virion tidak utuh, beredar, dan luka hati cenderung mereda. Kebanyakan pasien tersebut akanditandai sebagai pembawa HBV tidak aktif. Pada kenyataannya, sebutan replikatif dan nonreplicative hanya relatif, bahkan dalam apayang disebut fase nonreplicative, replikasi HBV dapat dideteksi pada tingkat ~ ≤ 10 3 virion dengan probe amplifikasi yang sangat sensitif seperti polymerase chain reaction (PCR); bawah replikasi ini ambang batas, kerusakan hati dan infektivitas HBV dibatasi untuk dapat diabaikan. Namun, perbedaan yang pathophysiologically dan secara klinis bermakna. Kadang-kadang, infeksi HBV nonreplicative mengkonversi kembali ke infeksi replikatif. Reactivations spontan tersebut disertai dengan re-ekspresi HBeAg dan HBV DNA, dan 29 kadang-kadang dari IgM anti-HBc, maupun oleh eksaserbasi luka hati. Karena tinggi titer IgM anti-HBc dapat muncul kembali selama eksaserbasi akut hepatitis B kronis, mengandalkan IgM anti-HBc IgG terhadap anti-HBc untuk membedakan antara infeksi hepatitis B akut dan kronis, masing-masing, mungkin tidak selalu dapat diandalkan, dalam kasus seperti , riwayat pasien sangat berharga dalam membantu untuk membedakan infeksi hepatitis B akut de novo dari eksaserbasi akut ke infeksi hepatitis B kronis. Lokasi Ekstrahepatik Hepatitis B antigen dan HBV DNA telah diidentifikasi di lokasi ekstrahepatik, termasuk kelenjar getah bening, sumsum tulang, limfosit beredar, limpa, dan pankreas. Meskipun virus tidak tampak berhubungan dengan cedera jaringan di salah satu lokasi-lokasi ekstrahepatik, kehadirannya dalam "remote" penampungan telah dipanggil (tetapi tidak diperlukan) untuk menjelaskan kambuhnya infeksi HBV pemahaman setelah yang transplantasi lebih lengkap hati orthotopic. tentang relevansi Sebuah klinis ekstrahepatik HBV masih harus didefinisikan. Patogenesis penyakit virus hepatitis B Untuk HBV, keberadaan pembawa hepatitis B tidak aktif dengan histologi hati normal dan fungsi menunjukkan bahwa virus tidak langsung sitopatik. Kenyataan bahwa pasien dengan cacat pada kompetensi imun seluler lebih mungkin untuk tetap terinfeksi kronis daripada untuk membersihkan HBV mendukung peran respon imun seluler dalam patogenesis kerusakan hati terkait hepatitis B. Model yang memiliki dukungan paling eksperimental melibatkan sel T sitolitik peka khusus untuk mengenali inang dan hepatitis B antigen virus pada permukaan sel hati. Protein nukleokapsid (HBcAg dan mungkin HBeAg), hadir pada membran sel dalam jumlah menit, merupakan target antigen virus, dengan 30 antigen sel inang, mengundang sel T sitolitik untuk menghancurkan hepatosit yang terinfeksi HBV. Perbedaan dalam ketahanan dan luas polyclonality CD8 + cytolytic respon sel T dan di dalam elaborasi dari sitokin antivirus oleh sel T telah dipanggil untuk menjelaskan perbedaan hasil antara orang-orang yang pulih setelah hepatitis akut, dan mereka yang berkembang menjadi hepatitis kronis, atau antara mereka dengan ringan dan orang dengan infeksi akut HBV parah (fulminan). Meskipun respon kuat pada sel T cytolytic dan menghilangkan selsel hati yang terinfeksi virus selama hepatitis B akut>90% HBV RNA telah ditemukan pada simpanse yang terinfeksi eksperimental menghilang dari hati dan darah sebelum sel T maksimal infiltrasi hati dan sebelum sebagian besar bukti biokimia dan histologis dari luka hati. Pengamatan ini menunjukkan bahwa komponen dari sistem kekebalan tubuh bawaan maupun sitokin inflamasi, independen dari mekanisme antivirus sitopatik, berpartisipasi dalam respon imun awal terhadap infeksi HBV, efek ini telah ditunjukkan untuk merepresentasikan penghapusan HBV replikatif intermediet dari sitoplasma dan kovalen ditutup melingkar virus DNA dari inti hepatosit yang terinfeksi. Pada akhirnya, tanggapan sel T cytolytic HBV-HLA-spesifik sistem imun adaptif dirasakan bertanggung jawab untuk pemulihan dari infeksi HBV. Perdebatan berlanjut selama kepentingan relatif dari faktor virus dan pembawa dalam patogenesis HBV-terkait cedera hati dan hasil akhirnya. Seperti disebutkan di atas, mutan genetik prainti HBV telah dikaitkan dengan hasil yang lebih parah dari infeksi HBV (hepatitis berat kronis dan fulminan), menunjukkan bahwa, dalam keadaan tertentu, relatif patogenisitas adalah milik virus, bukan inang. Fakta bahwa bersamaan HDV dan HBV infeksi yang berhubungan dengan cedera hati yang lebih parah daripada infeksi 31 HBV saja dan fakta bahwa sel-sel transfected in vitro dengan gen untuk HDV (delta) antigen mengungkapkan HDV antigen dan kemudian menjadi nekrotik dalam tidak adanya pengaruh imunologi juga konsisten dengan efek virus pada patogenisitas. Demikian pula, pada pasien yang menjalani transplantasi hati untuk stadium akhir hepatitis B kronis, kadang-kadang, luka hati progresif cepat muncul di hati baru. Pola klinis dikaitkan dengan pola histologis yang tidak biasa dalam hati yang baru, fibrosing hepatitis kolestatik, yang, ultrastructurally, muncul untuk mewakili tersedak dari sel dengan jumlah yang luar biasa dari HBsAg. Pengamatan ini menunjukkan bahwa, di bawah pengaruh agen imunosupresif kuat diperlukan untuk mencegah penolakan allograft, HBV mungkin memiliki efek sitopatik langsung pada sel-sel hati, independen dari sistem kekebalan tubuh. Meskipun mekanisme yang tepat dari luka hati pada infeksi HBV tetap sulit dipahami, studi protein nukleokapsid telah menjelaskan toleransi imunologi yang mendalam terhadap HBV untuk bayi yang lahir dari ibu dengan sangat replikatif (HBeAgpositif), infeksi HBV kronis. Dalam HBeAg-mengekspresikan tikus transgenik, dalam eksposur rahim untuk HBeAg, yang cukup kecil untuk melintasi plasenta, menginduksi toleransi sel T untuk kedua protein nukleokapsid. Hal ini, pada gilirannya, dapat menjelaskan mengapa, ketika infeksi terjadi begitu awal dalam hidup, izin imunologi tidak terjadi, dan berlarut-larut, infeksi seumur hidup terjadi kemudian. Sebuah perbedaan penting harus ditarik antara infeksi HBV diperoleh saat lahir, umumnya di daerah endemis, seperti di Timur jauh, dan infeksi yang diperoleh pada usia dewasa, umumnya di barat. Infeksi pada periode neonatal dikaitkan dengan perolehan toleransi imunologi terhadap HBV, tidak adanya dari penyakit hepatitis akut, tetapi pembentukan hampir berubah-ubah dari kronis, 32 infeksi sering seumur hidup. Infeksi HBV diperoleh neonatal dapat berujung dekade kemudian pada sirosis dan karsinoma hepatoseluler. Sebaliknya, ketika infeksi HBV diperoleh selama masa remaja atau menjelang dewasa, respon kekebalan inang terhadap HBV hepatosit yang terinfeksi cenderung kuat, sebuah hepatitis seperti penyakit akut adalah aturan, dan kegagalan untuk memulihkan adalah pengecualian. Setelah dewasa tertular infeksi, kronisitas jarang, dan risiko karsinoma hepatoseluler sangat rendah. Berdasarkan pengamatan ini, beberapa pihak berwenang mengkategorikan infeksi HBV menjadi "imunotoleran"fase, sebuah "immunoreactive"fase, dan "non-active"fase. Formulasi agak sederhana tidak berlaku sama sekali untuk orang dewasa tipikal di barat dengan diri terbatas hepatitis B akut, di antaranya ada periode toleransi imunologi terjadi. Bahkan di antara mereka dengan neonatal diperoleh infeksi HBV, di antaranya toleransi imunologi didirikan definitif, semburan intermiten hepatik aktivitas necroinflammatory menekankan periode selama dekade awal kehidupan di mana luka hati tampaknya menjadi tanpa gerak (diberi label oleh beberapa orang sebagai "imunotoleran" fase ). Selain itu, bahkan ketika tampak secara klinis, luka hati dan progresif fibrosis muncul selama dekade kemudian (yang disebut immunoreactive fase, atau immunointolerantfase), tingkat toleransi imunologi HBV tetap substansial. Lebih tepatnya, pada pasien dengan neonatal diperoleh infeksi HBV, keseimbangan dinamis ada antara toleransi dan intoleransi, hasil yang menentukan ekspresi klinis dari infeksi kronis. Orang-orang yang terinfeksi sebagai neonatus cenderung memiliki tingkat yang relatif tinggi toleransi imunologi selama dekade awal kehidupan dan tingkat yang relatif rendah (tapi jarang kerugian) toleransi dalam dekade kemudian kehidupan. Respon imun diperantarai sel dan elaborasi oleh sel T dari sitokin antivirus berkontribusi terhadap penahanan dari infeksi dan 33 patogenesis cedera hati yang berhubungan dengan hepatitis C. Mungkin infeksi HCV dari sel limfoid berperan dalam moderasi respon kebal terhadap virus, serta intrahepatik HLA kelas I dibatasi sel T cytolytic diarahkan pada nukleokapsid, envelope, dan nonstruktural antigen protein virus telah dibuktikan pada pasien dengan hepatitis C kronis, namun respon virus-spesifik seperti cytolytic T sel tidak berkorelasi secara memadai dengan tingkat kerusakan hati atau dengan pemulihan . Namun, konsensus telah muncul mendukung peran dalam patogenesis HCV terkait luka hati sel T helper-virus diaktifkan CD4 yang merangsang, melalui sitokin yang mereka rumit, CD8 sel T sitotoksik spesifik HCV. Respon ini tampaknya lebih kuat (lebih tinggi jumlahnya, lebih beragam dalam antigen virus spesifisitas, lebih fungsional efektif, dan lebih tahan lama) pada mereka yang sembuh dari HCV dibandingkan dengan mereka yang memiliki infeksi kronis.Beberapa alel HLA telah dikaitkan dengan hepatitis C diri terbatas, yang paling meyakinkan yang merupakan C/C haplotipe gen IL28B. Meskipun perhatian telah difokuskan pada kekebalan adaptif, protein HCV telah terbukti mengganggu kekebalan bawaan dengan mengakibatkan pemblokiran tipe 1 tanggapan interferon dan penghambatan interferon sinyal dan molekul efektor di interferon kaskade sinyal. Juga ditunjukkan untuk berkontribusi membatasi infeksi HCV adalah sel pembunuh alami dari sistem kekebalan tubuh bawaan yang berfungsi bila HLA kelas 1 molekul yang diperlukan untuk kekebalan adaptif sukses underexpressed. Dari catatan, munculnya virus quasispecies keragaman besar dan variasi urutan HCV memungkinkan virus untuk menghindari upaya oleh inang mengandung infeksi HCV dengan kekebalan humoral dan seluler. Akhirnya, reaktivitas silang antara antigen virus (HCV NS3 dan NS5A) dan pembawa autoantigens (sitokrom P450 2D6) telah memicu untuk menjelaskan hubungan antara hepatitis C dan subset 34 dari pasien dengan hepatitis autoimun dan antibodi terhadap liverkidney mikrosomal (LKM) antigen (anti-LKM) Epidemiologi dan Fitur Global Percutaneous inokulasi telah lama dikenal sebagai rute utama penularan hepatitis B, tetapi penunjukan ketinggalan zaman "serum hepatitis" adalah label akurat untuk spektrum epidemiologi infeksi HBV diakui hari ini. Seperti diuraikan di bawah, sebagian besar hepatitis ditularkan melalui transfusi darah tidak disebabkan oleh HBV, apalagi, di sekitar dua pertiga pasien dengan akut jenis hepatitis B, tidak memiliki riwayat paparan perkutaneus diidentifikasi dapat diperoleh. Kami sekarang mengakui bahwa banyak kasus hasil hepatitis B dari mode yang kurang jelas nonpercutaneous atau terselubung transmisi perkutaneus. HBsAg telah diidentifikasi di hampir setiap cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, dan setidaknya beberapa tubuh ini cairan-terutama semen dan air liur-yang menular, meskipun kurang daripada serum, bila diberikan perkutan atau nonpercutaneously untuk hewan percobaan. Di antara mode nonpercutaneous penularan HBV, lisan penelanan telah didokumentasikan sebagai rute yang potensial tapi tidak efisien eksposur. Sebaliknya, dua rute nonpercutaneous dianggap memiliki dampak terbesar intim (terutama seksual) kontak dan transmisi perinatal. Di Afrika sub-Sahara, kontak intim antara balita dianggap berperan dalam memberikan kontribusi bagi pemeliharaan frekuensi tinggi dari hepatitis B dalam populasi. Penularan perinatal terjadi terutama pada bayi yang lahir dari ibu HBsAg pembawa atau ibu dengan hepatitis B akut selama trimester ketiga kehamilan atau selama periode postpartum awal. Penularan perinatal jarang di Amerika Utara dan Eropa Barat, tetapi terjadi 35 dengan frekuensi yang besar dan merupakan modus yang paling penting dari HBV pengabadian di negara-negara Timur Jauh dan berkembang. Meskipun modus yang tepat dari penularan perinatal tidak diketahui, dan meskipun ~ 10% infeksi dapat diperoleh dalam rahim, bukti epidemiologi menunjukkan bahwa sebagian besar infeksi terjadi kira-kira pada saat pengiriman dan tidak berkaitan dengan menyusui. Kemungkinan penularan perinatal HBV berkorelasi dengan kehadiran HBeAg dan replikasi virus tingkat tinggi; 90% ibu HBeAg-positif tetapi hanya 10-15% ibu anti-HBe positif menularkan infeksi HBV kepada keturunannya. Dalam kebanyakan kasus, infeksi akut pada neonatus secara klinis asimtomatik, tetapi anak sangat mungkin tetap terinfeksi secara kronis. Operator HBsAg Ini > 350-400000000 di dunia merupakan reservoir utama dari hepatitis B pada manusia. Sedangkan HBsAg serum jarang terjadi (0,1-0,5%) pada populasi yang normal di Amerika Serikat dan Eropa Barat, prevalensi hingga 5-20% telah ditemukan di Timur Jauh dan di beberapa negara tropis, pada orang dengan sindrom down, kusta lepromatosa, leukemia, penyakit Hodgkin, polyarteritis nodosa, pada pasien dengan penyakit ginjal kronis pada hemodialisis, dan pada pengguna narkoba suntikan. Kelompok-kelompok lain dengan tingginya tingkat infeksi HBV termasuk pasangan orang dengan infeksi akut, seksual promiscuous orang (terutama laki-laki promiscuous yang berhubungan seks dengan laki-laki), pekerja kesehatan terkena darah, orang-orang yang membutuhkan transfusi berulang terutama dengan menggenang darah-produk konsentrat (misalnya , penderita hemofilia), warga dan staf lembaga kustodian untuk perkembangan cacat, tahanan, dan, pada tingkat lebih rendah, anggota keluarga pasien terinfeksi secara kronis. Dalam donor darah sukarela, prevalensi anti-HBs, merupakan cerminan dari infeksi HBV sebelumnya, berkisar dari 5-10%, tetapi prevalensinya lebih tinggi 36 dalam strata sosial ekonomi rendah, kelompok usia yang lebih tua, dan orang-termasuk yang disebutkan di atas-terkena produk darah. Karena skrining virologi sangat sensitif donor darah, risiko tertular infeksi HBV dari transfusi darah adalah 1 dalam 230.000. Prevalensi infeksi, cara penularan, dan perilaku manusia berkonspirasi untuk membentuk pola epidemiologi geografis berbeda infeksi HBV. Di Timur Jauh dan Afrika, hepatitis B, penyakit yang baru lahir dan anak-anak muda, masih berlangsung terus oleh siklus penyebaran maternal-neonatal. Di Amerika Utara dan Eropa Barat, hepatitis B merupakan penyakit pada masa remaja dan dewasa awal, waktu hidup ketika kontak seksual intim serta rekreasi dan pekerjaan perkutan eksposur cenderung terjadi. Untuk tingkat tertentu, namun dikotomi antara wilayah geografis prevalensi tinggi dan lowprevalence telah diminimalkan oleh imigrasi dari prevalensi tinggi ke daerah prevalensi rendah. Pengenalan vaksin hepatitis B pada awal tahun 1980 dan penerapan kebijakan vaksinasi anak secara Universal di banyak negara menghasilkan dramatis, ~ 90%, penurunan kejadian infeksi HBV baru di negara-negara serta dalam konsekuensi dari infeksi kronis , termasuk karsinoma hepatoseluler (Longo, et al., 2011). 3. Hepatitis C Virus hepatitis C sebelum identifikasi diberi label " hepatitis non-A, non-B," adalah linear, untai tunggal, positif-sense, virus RNA 9600-nukleotida, genom yang mirip dalam organisasi itu dari flaviviruses dan pestiviruses, HCV adalah satu-satunya anggota dari genus Hepacivirus dalam keluarga Flaviviridae. Genom HCV mengandung tunggal, besar kerangka baca terbuka (gen) yang kode untuk poliprotein virus ~ 3000 asam amino, yang dibelah setelah translasi untuk menghasilkan 10 protein virus. Ujung 5 'genom terdiri dari daerah belum diterjemahkan (mengandung ribosom internal yang lokasi entri) berdekatan dengan gen untuk empat 37 protein struktural, protein inti nukleokapsid, C, dua glikoprotein amplop, E1 dan E2, dan protein p7 membran. 5'daerah belum diterjemahkan dan geneare inti yang sangat lestari antara genotipe, tetapi protein pembungkus disandikan oleh daerah hypervariable, yang bervariasi dari isolat untuk mengisolasi dan memungkinkan virus untuk menghindari inang imunologi penahanan diarahkan diakses protein virus-amplop. Ujung 3' dari genom juga mencakup daerah belum diterjemahkan dan mengandung gen selama enam nonstruktural (NS) protein NS2, NS3, NS4A, NS4B, NS5A, dan NS5B. The NS2 sistein protease memotong NS3 dari NS2, dan serin protease NS3-4A memotong semua protein hilir dari poliprotein tersebut. Protein NS penting yang terlibat dalam replikasi virus termasuk NS3 helikase, NS3NS4A serin protease, dan RNA-dependent RNA polimerase NS5B (Gambar 304-6). Karena HCV tidak mereplikasi melalui perantara DNA, tidak mengintegrasikan ke dalam inang genom. Karena HCV cenderung beredar dalam titer relatif rendah, 10 3 -10 7 virion / mL, visualisasi partikel virus, diperkirakan 40-60 nm diameter, tetap sulit. Namun, tingkat replikasi HCV sangat tinggi, 10 12 virion per hari, setengah-hidup adalah 2,7 jam. Simpanse adalah model hewan membantu tapi rumit. Meskipun dapat direproduksi, model hewan kecil kurang kuat. Replikasi HVC telah didokumentasikan dalam imunodefisiensi sebuah model tikus mengandung eksplan dari hati manusia dan dalam model tikus transgenik. Gambar 2.11 Organisasi virus genom hepatitis C dan, animo 3000 animo-acid (AA) protein yang terkait. 38 Meskipun dalam replikasi vitro sangat sulit, baris sel hepatoseluler karsinoma yang turun telah diuraikan (sistem replicon) yang mendukung replikasi dari manipulasi genetik, dipotong atau full-length HCV RNA (tapi tidak virion secara utuh). Baru-baru ini, replikasi lengkap HCV dan 55-nm virion utuh telah diuraikan dalam sistem biakan sel. Keuntungan HCV masuk ke hepatosit melalui nonliver-spesifik reseptor CD81 dan hati-spesifik protein persimpangan ketat claudin-1. Mengandalkan majelis yang sama dan sekresi jalur sebagai low-density lipoprotein (LPLs), HCV menyamar sebagai lipoprotein, yang dapat membatasi visibilitas terhadap sistem imun adaptif dan yang dapat menjelaskan kemampuannya untuk menghindari kontainmen kekebalan tubuh dan pembersihan. Setidaknya enam genotipe utama yang berbeda, dan juga> 50 subtipe dalam genotipe, HCV telah diidentifikasi oleh urutan nukleotida. Genotipe berbeda satu dari yang lain urutan homologi oleh ≥ 30%. Karena perbedaan dari isolat HCV dalam genotipe atau subtipe, dan dalam host yang sama, dapat kurang bervariasi untuk menentukan genotipe yang berbeda, perbedaan intragenotypic disebut sebagai quasispecies dan berbeda dalam urutan homologi dengan hanya beberapa persen. The genotipik dan quasispecies keragaman HCV, yang dihasilkan dari tingkat mutasi yang tinggi, mengganggu dengan imunitas humoral efektif. Menetralisir antibodi terhadap HCV telah dibuktikan, tetapi mereka cenderung pendek umurnya, dan infeksi HCV tidak menginduksi kekebalan terhadap reinfeksi dengan awet isolat virus yang berbeda atau bahkan virus yang sama mengisolasi. Dengan demikian, tidak heterolog maupun homolog imunitas muncul untuk mengembangkan umumnya setelah infeksi HCV akut. Beberapa genotipe HCV didistribusikan di seluruh dunia, sementara yang lain lebih geografis. Selain itu, ada perbedaan antar genotipe dalam respon terhadap terapi antivirus, namun laporan awal dari perbedaan dalam patogenisitas antar genotipe belum dikuatkan. 39 Saat ini tersedia, immunoassay generasi ketiga, yang menggabungkan protein dari daerah inti, NS3, dan NS5, mendeteksi antibodi anti-HCV selama infeksi akut. Indikator yang paling sensitif dari infeksi HCV adalah adanya HCV RNA, yang membutuhkan amplifikasi molekul dengan PCR atau transkripsidimediasi amplifikasi (TMA) (Gambar 304-7). Untuk memungkinkan standarisasi kuantifikasi HCV RNA di antara laboratorium dan pengujian komersial, HCV RNA dilaporkan sebagai unit internasional (IU) permilliliter, tes kuantitatif yang tersedia yang memungkinkan deteksi HCV RNA dengan sensitivitas serendah 5 IU / mL. HCV RNA dapat dideteksi dalam waktu beberapa hari paparan terhadap HCV, jauh hari sebelum munculnya anti-HCV dan cenderung untuk bertahan selama infeksi HCV, namun kadang pada pasien dengan infeksi HCV kronis, HCV RNA dapat terdeteksi hanya sesekali. Penerapan probe molekuler yang sensitif untuk HCV RNA telah mengungkapkan adanya replikatif HCV dalam limfosit darah perifer dari orang yang terinfeksi, namun, seperti halnya untuk HBV dalam limfosit, relevansi klinis infeksi HCV limfosit tidak diketahui. Gambar 2.12 Skema tipikal dari fitur laboratorium selama hepatitis C akut berkembang menjadi kronisitas. Epidemiologi dan Fitur Global 40 Skrining rutin donor darah untuk HBsAg dan penghapusan sumber darah komersial pada awal tahun 1970 mengurangi frekuensi, tetapi tidak menghilangkan, terkait transfusi hepatitis.Selama tahun 1970-an, kemungkinan tertular hepatitis setelah transfusi dengan menyumbangkan sukarela, darah HBsAgdisaring adalah ~ 10% per pasien (sampai dengan 0,9% per unit transfusi), 90-95% dari kasus tersebut diklasifikasikan, berdasarkan pengecualian serologis hepatitis A dan B, sebagai "non-A, non-B" hepatitis. Untuk pasien yang membutuhkan transfusi produk dikumpulkan, seperti konsentrat faktor pembekuan, risiko itu bahkan lebih tinggi, hingga 20-30%. Selama tahun 1980, sukarela pengecualian diri donor darah dengan faktor-faktor risiko untuk AIDS dan kemudian pengenalan skrining donor untuk anti-HIV dikurangi lebih lanjut kemungkinan hepatitis transfusi terkait sampai <5%. Selama 1980-an dan awal 1990-an, pengenalan pertama "pengganti" tes skrining untuk non-A, non-hepatitis B [aminotransferase alanin (ALT) dan anti-HBc, keduanya ditunjukkan untuk mengidentifikasi donor darah dengan kemungkinan yang lebih tinggi transmisi hepatitis non -A, non-B ke penerima] dan, kemudian, setelah penemuan HCV, immunoassay generasi pertama untuk anti-HCV mengurangi frekuensi hepatitis transfusi terkait lebih jauh. Sebuah analisis prospektif transfusi terkait hepatitis dilakukan antara tahun 1986 dan 1990 menunjukkan bahwa frekuensi transfusi terkait hepatitis di salah satu rumah sakit universitas perkotaan jatuh dari baseline 3,8% per pasien (0,45% per unit transfusi) menjadi 1,5% per pasien (0,19 % per unit) setelah pengenalan pengujian pengganti dan menjadi 0,6% per pasien (0,03% per unit) setelah pengenalan generasi pertama tes anti-HCV. Pengenalan generasi kedua tes anti-HCV mengurangi frekuensi transfusi terkait hepatitis C hampir tak terlihat tingkat-1 dalam 100.000 dan keuntungan 41 tersebut diperkuat oleh aplikasi generasi ketiga tes anti-HCV dan PCR pengujian otomatis darah yang disumbangkan untuk HCV RNA, yang telah menghasilkan pengurangan risiko infeksi HCV transfusi terkait dengan 1 dalam 2,3 juta transfusi.Selain yang ditularkan melalui transfusi, hepatitis C dapat ditularkan melalui rute perkutan lain, seperti penggunaan narkoba suntikan. Selain itu, virus ini dapat ditularkan melalui kecelakaan kerja dengan paparan darah, dan kemungkinan infeksi meningkat dalam unit hemodialisis. Meskipun frekuensi transfusi terkait hepatitis C jatuh sebagai akibat dari skrining donor darah, frekuensi keseluruhan hepatitis C tetap sama sampai awal 1990-an, ketika frekuensi secara keseluruhan turun 80%, seiring dengan penurunan jumlah kasus baru pada pengguna narkoba suntikan. Setelah pengecualian unit plasma antiHCV-positif dari kolam donor, langka, kasus sporadis telah terjadi hepatitis C antara penerima imunoglobulin (IG) persiapan intravena (tapi tidak intramuskular) digunakan.Bukti serologis infeksi HCV terjadi pada 90% pasien dengan riwayat transfusi terkait hepatitis (hampir semua yang terjadi sebelum tahun 1992, ketika generasi kedua tes HCV-screening diperkenalkan), penderita hemofilia dan lain-lain yang diobati dengan faktor pembekuan, pengguna narkoba suntikan; 60-70% pasien dengan sporadis "non-A, non-B" hepatitis yang tidak memiliki faktor risiko diidentifikasi; 0,5% dari donor darah sukarela, dan, dalam survei terbaru yang dilakukan di Amerika Serikat antara tahun 1999 dan 2000, 1,6% dari populasi umum di Amerika Serikat, yang diterjemahkan ke 4,1 juta orang (3,2 juta dengan viremia). Sebanding frekuensi infeksi HCV terjadi di sebagian besar negara di seluruh dunia, dengan 170 juta orang terinfeksi di seluruh dunia, namun prevalensi luar biasa tinggi infeksi HCV terjadi pada negara-negara tertentu seperti Mesir, di mana> 20% dari populasi di beberapa kota terinfeksi. Frekuensi tinggi di Mesir disebabkan peralatan yang terkontaminasi digunakan untuk prosedur medis dan 42 praktik injeksi tidak aman pada tahun 1970. Di Amerika Serikat, Afrika Amerika dan Meksiko Amerika memiliki frekuensi yang lebih tinggi dari infeksi HCV dibandingkan kulit putih.Antara 1988 dan 1994, 30 - untuk laki-laki dewasa 40 tahun memiliki prevalensi tertinggi infeksi HCV, namun, dalam survei yang dilakukan antara tahun 1999 dan 2000, desil usia puncak telah bergeser ke usia mereka 40-49 tahun, meningkat pada hepatitis C mortalitas terkait telah sejajar tren sekuler ini, meningkat sejak tahun 1995 terutama di kelompok usia 55-64 tahun.Jadi, meskipun pengurangan 80% pada infeksi HCV baru selama tahun 1990-an, prevalensi infeksi HCV pada populasi ditopang oleh kelompok penuaan yang telah memperoleh infeksi mereka 2 sampai 3 dekade sebelumnya, selama 1960-an dan 1970-an, sebagai hasilnya didominasi dari inokulasi narkoba. Rekening C Hepatitis sebesar 40% dari penyakit hati kronis, adalah indikasi yang paling sering untuk transplantasi hati, dan diperkirakan untuk memperhitungkan 8000-10,000 kematian per tahun di Amerika Serikat. Distribusi genotipe HCV bervariasi di berbagai belahan dunia. Di seluruh dunia, genotipe 1 adalah yang paling umum. Di Amerika Serikat, genotipe 1 menyumbang 70% dari infeksi HCV, sedangkan genotipe 2 dan 3 account untuk 30% sisanya, antara Afrika Amerika, frekuensi genotipe 1 bahkan lebih tinggi (yaitu, 90%). Genotipe 4 mendominasi di Mesir, genotipe 5 terlokalisir ke Afrika Selatan, dan genotipe 6 ke Hong Kong. Donor darah yang paling asimtomatik ditemukan memiliki antiHCV dan ~ 20-30% orang dengan kasus yang dilaporkan hepatitis C akut tidak jatuh ke dalam kelompok risiko diakui, namun banyak donor darah seperti melakukan recall perilaku berisiko terkait ketika ditanya hati-hati. Sebagai infeksi melalui darah, HCV berpotensi dapat menular seksual dan perinatal, namun kedua cara penularan tidak efisien 43 untuk hepatitis C. Meskipun 10-15% pasien dengan laporan hepatitis C akut memiliki potensi sumber infeksi seksual, Kebanyakan penelitian memiliki gagal mengidentifikasi penularan agen ini. Kemungkinan penularan seksual dan perinatal telah diperkirakan ~ 5%, jauh di bawah tingkat sebanding untuk infeksi HIV dan HBV.Selain itu, penularan seksual tampaknya terbatas pada sub kelompok seperti orang dengan mitra seksual dan penyakit menular seksual, penularan infeksi HCV jarang diantara pasangan seksual stabil monogami. Menyusui tidak meningkatkan risiko infeksi HCV antara ibu yang terinfeksi dan bayinya. Infeksi tenaga kesehatan tidak jauh lebih tinggi dibandingkan pada populasi umum, namun, petugas kesehatan lebih mungkin untuk mendapatkan infeksi HCV melalui tusukan jarum disengaja, efisiensi yang ~ 3%. Infeksi kontak rumah tangga jarang juga. Kelompok-kelompok lain dengan peningkatan frekuensi infeksi HCV termasuk pasien yang memerlukan hemodialisis dan transplantasi organ, mereka yang membutuhkan transfusi dalam pengaturan kemoterapi kanker, orang terinfeksiHIV, dan orangorang dengan riwayat peningkatan aminotransferase serum. Pada individu imunosupresi, tingkat anti-HCV mungkin tidak terdeteksi, dan diagnosis mungkin memerlukan pengujian untuk HCV RNA.Meskipun kasus akut baru hepatitis C jarang terjadi, kasus baru didiagnosa adalah umum di antara orang-orang sehat yang bereksperimen sebentar dengan obat injeksi, seperti disebutkan di atas, 2 atau 3 dekade sebelumnya. Contoh seperti ini biasanya tetap diakui selama bertahun-tahun, sampai ditemukan oleh skrining laboratorium untuk pemeriksaan rutin medis, aplikasi asuransi, dan donor darah percobaan (Longo, et al., 2011). 44 2.2 Relates Works 2.2.1 Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Untuk Mobile Devices Menggunakan J2ME Jurnal Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Untuk Mobile Devices Menggunakan J2ME dibuat oleh Chandra Putra Pradana, Sri Kusumadewi tahun 2007. Latar belakang dari jurnal ini adalah pekermbangan teknologi telah membawa dampak positif bagi perkembangan bangsa-bangsa di seluruh dunia termasuk bangsa Indonesia.Perkembangan sebuah perangkat mobile devices sangat cepat dan mudah untuk dibawa kemana saja.Sehingga memudahkan pengguna untuk mengunakannya.Dan juga Suatu gejala penyakit dapat merupakan awal dari sebuah penyakit yangdapat membahayakan pasien, tetapi pada kenyataannya gejala penyakit tersebutterkadang dianggap remeh oleh pasien.Dengan adanya kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi komunikasi saat ini bahaya yang ditimbulkan olehsuatu penyakit dapat diketahui dengan lebih cepat.Sehingga diharapkan dengan adanya aplikasi ini dapat meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan, serta dapat mengurangi timbulnya bahaya yang disebabkan oleh gejala penyakit karena telah dapat dideteksi dengan lebih cepat. Metode yang digunakan dalam pembuatan aplikasi dalam jurnal ini adalah menggunakan metode faktor kepastian untuk perhitungan probabilitas pengguna terjangkit penyakit hepatitis. Aplikasi ini terbatas hanya mendiagnosis penyakit Hepatitis A, Hepatitis B, dan Hepatitis C. Representasi pengetahuan yang digunakan adalah sistem pakar berbasis rule dan dalam penalaran menggunakan metode backward chaining.Sedangkan, Program ini dibangun menggunakan teknologi J2ME. Input berupa gejala-gejala penyakit Hepatitis yang menyerang pasien. Dan output berupa identifikasi kemungkinan jenis penyakit Hepatitis yang menyerang pasien serta nilai kepastian terhadap penyakit tersebut. 45 Faktor kepastian (certainty factor) pada aplikasi ini menggunakan rumus CF[h,e] = MB[h,e] – MD[h,e] (1) dengan: CF[h,e] : faktor kepastian MB[h,e] : ukuran kepercayaan terhadap hipotesis h, jika diberikan evidence e (antara 0 dan 1) MD[h,e] : ukuran ketidakpercayaan terhadap evidence h, jika diberikan evidencee (antara 0 dan 1) Rancangan aplikasi ini terdiri dari 1 aktor yang memiliki 4 action berupa diagnosa, lihat info pengetahuan, lihat info petunjuk, dan lihat info program. Penggunaan data pada aplikasi ini didasarkan pada perancangan berorentasi objek dimana terdiri dari beberapa kelas yaitu kelas data, kelas proses, kelas FrmTelusuri, Kelas FrmLihatData, Kelas FrmUtama, Kelas FrmDiagnosa, Kelas Frm Petnjuk, Kelas SPHepatitis, Kelas FrmPencegah, Kelas FrmPencegahA, Kelas FrmPencegahaB, danKelas FrmPencegahaC. Adapun skenario melakukan proses diagnosa yang dilakukan oleh aktor useradalah user memasukin halaman utama aplikasi dan masuk kedalam menu diagnosa, kemudian user akan memasukan data berupa gejala-gejala dan kemudian sistem akan memproses dan mengelola data dan memberikan hasil output diagnosa kepada user 46 Adapun skenario melakukan proses dalam aplikasi yang dilakukan oleh aktor useradalah Diagnosa User memasuki halaman utama kemudian memilih menu diagnose kemudian memasukan gejala. Sistem akan memproses data kemudian menampilkan hasil olahan data kepada User. Lihat info petunjuk User memasuki halaman utama kemudian memilih menu info petunjuk. User akan memasuki halaman yang menampilkan info petunjuk. Lihat info program User mamasuki halaman utama dan akan melihat informasi program pada bagian info program. Hasil dari aplikasi jurnal ini adalah aplikasi mengelolah data yang diinput user berupa gejala-gejala yang dialami. Kemudian aplikasi akan memberikan kesimpulan berupa nilai CF (Certainty Factor) yang terbesar. Nilai CF didapat dari pengurangan nilai MB dan MD pada gejala terakhri pada setiap penyakit hepatitis yang ada. Adapun alasan menjadikan jurnal ini sebagai salah satu referensi dari skripsi kami adalah pada jurnal ini berisikan penggunakan sistem pakar dalam mendiagnosis penyakit hepatitis.Selain itu, dalam jurnal ini terdapat data-data yang menunjang skripsi yang kami buat. 2.2.2 Analisis dan Perancangan Sistem Pakar BerbasisWeb Mendiagnosis Penyakit Hepatitis di RSUD Solok dengan Menggunakan Metode Forward Chaining Jurnal Analisis dan Perancangan Sistem Pakar BerbasisWeb Mendiagnosa Penyakit Hepatitis di RSUD Solok dengan Menggunakan 47 Metode Forward Chaining dibuat oleh Bobby Febrianda, Zaenal Wafa, Musli Yanto bulan Juni tahun 2013 Latar belakang dari jurnal ini adalah perkembangan kemajuan teknologi yang sangat pesat, maka suatu sistem teknologi dapat mampu mengadopsi proses dan cara berpikir manusia dengan kecerdasan buatan yaitu sistem pakar yang mengandung pengetahuan akan apa yang keahlian seseorang disimpan sehingga orang lain dapat menggunakan sistem pakar tersebut untuk membantu memecahkan permasalahan berhubungan dengan sistem pakar tersebut. Penerapan sistem pakar untuk mendiagnosa penyakit hepatitis yang di bahas oleh jurnal ini. Sistem pakar ini membahas tentang penyakit hepatitis A, Hepatitis B,hepatitis C,hepatitis D, dan hepatitis E. Seorang pasien atau user akan diberikan beberapa pertanyaan yang berdasarkan gejala dari semua penyakit, sehingga hasil dari diagnosa dapat sesuai dengan jawaban pertanyaan seorang pasien. Dimana menjelaskan gejala-gejala pada penyakit hepatitis A, hepatitis B, hepatitis C, hepatitis D dan hepatitis E dan pasien dapat mengetahui penyakitnya dan solusi penanganan penyakit hepatitis sebelum ke dokter. Metode yang digunakan dalam pembuatan aplikasi jurnal ini adalah menggunakan pohon keputusan untuk memperlihatkan nilai kemungkinan/probalitas yang akan mempengaruhi alternatif keputusan pada pengguna terjangkit penyakit hepatitis, disertai dengan estimasi hasil akhir yang akan didapat. Representasi pengetahuan yang digunakan adalah sistem pakar berbasis aturan Pelacakan Kebelakang (Forward Chaining). Jurnal ini membuat webserver dan database untuk menyimpan data gejala penyakit hepatitis. Merancang halaman website dengan aplikasi App server. Dalam website yang dibuat terdapat halaman home. Pada halaman home ini terdapat menu atas. Menu atas terdiri dari beberapa menu yaitu : Menu home, informasi penyakit, login user, cara kerja sistem, dan profil. Halaman register user berisikan Tampilan untuk seorang user yang belum menjadi 48 member. Maka user harus mengisi data pribadinya agar memiliki account sendiri dan dapat melakukan konsultasi langsung sehingga mengetahui hasil dari penyakit yang dideritanya. Tampilan halaman login berisikan menu login user, maka user member yang sudah selesai daftar dapat mengisi username dan password. Tampilan pada halaman home user member dapat memilih menu dari beberapa pilihan yang terdapat pada halaman home user. Menu pada halaman home user member yaitu Menu home, informasi penyakit, konsultasi, cara kerja sistem dan logout. Halaman awal konsultasi adalah memulai konsultasi gejala penyakit dan penentuan penyakit diderita oleh user dengan menjawab pertanyaan yang sesuai dengan gejala-gejala penyakit yang dirasakan oleh user. Di halaman pertanyaan untuk menentukan jenis penyakit user derita. Halaman hasil konsultasi akan menyampaikan hasil dari pertanyaan yang telah dijawab oleh user sebelumnya dan akan dicantumkan hasil dari penentuan jenis penyakit yang di derita oleh user. Pada halaman login, admin melakuka pengisian username dan password. Halaman home admin terdapat pengelola atau perancang sistem.Tampilan menu entry gangguan berisikan tentang gangguan dari penyakit, dimana seorang admin dapat menginputkan gangguan penyakit yang diderita pasien.Tampilan menu list gangguan berisikan tentang semua list dari penyakit, dimana seorang admin dapat mengimputkan gangguan, mengedit dan menghapusnya.Tampilan menu entry gejala berisikan tentang gangguan dari penyakit, dimana seorang admin dapat menginputkan gangguan penyakit yang diderita pasien.Tampilan menu list gejala berisikan tentang semua list dari penyakit, dimana seorang admin dapat mengimputkan gangguan, mengedit dan menghapusnya. Tampilan menu entry terapi berisikan tentang cara pencegahan dari penyakit, dimana seorang admin dapat menginputkan pencegahan penyakit yang diderita pasien. Tampilan menu list terapi berisikan tentang semua list dari terapi atau solusi penyakit, dimana seorang admin dapat mengimputkan terapi, mengedit dan menghapusnya.Tampilan menu manajemen user berisikan tentang semua user yang telah mendaftar jadi member, dimana seorang 49 admin dapat menghapus user.Tampilan halaman informasi penyakit berisikan tentang informasi penyakit hepatitis kepada user lebih mengenali penyakit ituTampilan halaman cara kerja sistemberisikan tentang informasi cara mengunakan program sistem pakar ini kepada user non member. Konsep web server pada sistem initerbukti mampu diakses secara real time online sehingga penyebaran info lebih cepat. Sistem pakar ini nantinya mampu melakukan penelusuran mengenai gejala penyakit hepatitis serta solusi dari penyakit tersebut. Metode forward chaining pada sistem ini terbukti mampu melakukan penelusuran berdasarkan gejala yang dialami oleh user. Mereka menggunakan sistem pakar untuk mampu melakukan penelusuran mengenai gejala penyakit hepatitis serta solusi dari pernyakit tersebut. Jurnal ini menggunakan metode forward chaining untuk mampu melakukan penulusuran berdasarkan gejala yang dialami user. Kelebihan dari website ini adalah menampilkan gambaran dari penyakit hepatitis dan mampu diakses secara real time online, mampu melakukan penelusuran mengenai gejala penyakit hepatitis serta solusi dari penyakit tersebut, menggunakan metode forward chaining pada sistem ini terbukti mampu melakukan penelusuran berdasarkan gejala yang dialami oleh user. Kekurangan dari website ini belum dapat mengoptimalkan tampilan website yang lebih menarik, keterbatasan informasi dalam penggunaan sistem ini masih kurang, perancangan aplikasi sistem pakar ini menggunakan bahasa pemrograman PHP (personal home page), dimana pada proses penampilan laporan hasil diagnosa masih banyak kekurangan. Adapun alasan menjadikan jurnal ini sebagai salah satu referensi dari skripsi kami adalah pada jurnal ini, menjelaskan akan sistem pakar hepatitis dibuat dengan web. 50 2.2.3 Design of Fuzzy Expert System for Diagnosis of Cardiac Diseases Jurnal ini dibuat oleh Smita S. Sikchi,dkk ini berisikan mengenai tentang design dari pembuatan fuzzy expert system dengan menggunakan visual basic dan matlab agar mudah digunakan. Sumber pengetahuan yang digunakan untuk membuat design aplikasi ini memiliki data yang static dan dinamis, kualitatif dan kuantitatif yang dapat digunakan untuk mengambil keputusan diagnosis. Metode yang digunakan adalah Fuzzy logic yang berisikan Fuzzification, Inference Engine dan defuzzification sebagai langkah utama. Pada aplikasi ini menggunakan fuzzy expert system yang sederhana dan efektif, serta memiliki 700 rules yang telah dibuat dengan menggunakan data penyakit serta pengetahuan dari expert yang bersangkutan mengenai penyakit tersebut. Sistem pakar ini didesain untuk mendiagnosis penyakit pasien dengan menggunakan hasil uji laboratorium dan gejala-gejala yang diderita oleh pasien. Hasil uji laboratorium diubah menjadi data fuzzy. Data ini digunakan untuk mencari hasil diagnosis dengan pengetahuan yang terdapat pad basis pengetahuan. Data yang telat diubah menjadi Fuzzy tersebut kemudian dihitung dengan menggunaka fuzzy sets yang telah diberikan oleh pasien . Hal ini sangat penting untuk mendapatkan crisp. Defuzzification digunakan untuk mendapatkan nilai crisp yang akan digunakan untuk output yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Di dalam sistem pakar, rules dibutuhkan untuk mengimplementasikan knowledge yang ada. Di dalam fuzzy logic mekanisme yang digunakan adalah menggunakan rules yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Semua rules digunakan dalam waktu yang bersamaan. Penulis menggunakan Visual basic dan Matlab. Gabungan dari kedua fitur ini menjadi fitur yang kuat yang menawarkan tampilan yang bersahabat bagi siapapun yang menggunakan sistem tersebut. Rule yang lengkap menjadikan sistem dapat menghasilkan output yang akurat. 51 Alasan kami menggunakan jurnal ini sebagai referensi dalam pembuatan tugas akhir dikarenakan jurnal ini menggunakan Fuzzy Expert System sebagai dasar pembuatan aplikasi mereka yang dapat menjadi contoh bagi kami dalam pembuatan tugas akhir kami. 52