PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM PEMUTIH BERBAGAI MERK YANG BEREDAR DI YOGYAKARTA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Fridolina Liancy Pasau NIM : 048114034 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM PEMUTIH BERBAGAI MERK YANG BEREDAR DI YOGYAKARTA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh: Fridolina Liancy Pasau NIM : 048114034 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2008 ii PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI Skripsi PENETAPAN KADAR HIDROKUINON DALAM KRIM PEMUTIH BERBAGAI MERK YANG BEREDAR DI YOGYAKARTA DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL Yang diajukan oleh : Fridolina Liancy Pasau NIM : 048114034 telah disetujui oleh iii PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI iv PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ungkapan syukur” (Filipi 4 : 6) Karya ini kupersembahkan untuk : Jesus Christ for His Love Papa dan mama tercinta Adekku, Melly Teman-temanku serta almamaterku v PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Fridolina Liancy Pasau Nomor Mahasiswa : 048114034 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Pemutih Berbagai Merk yang Beredar di Yogyakarta dengan Metode Spektrofotometri Visibel” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 8 Agustus 2008 Yang menyatakan ( Fridolina Liancy Pasau ) vi PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul “Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Pemutih Berbagai Merk yang Beredar di Yogyakarta dengan Metode Spektrofotometri Visibel”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program studi Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan dan dukungan baik berupa materiil, moral maupun spiritual dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Christine Patramurti, S.Si., M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan kesabarannya membimbing, memberi saran dan kritik sejak penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini. 3. Lucia Wiwid Wijayanti, M.Si. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, saran dan kritik yang membangun selama penelitian. 4. Drs. Sulasmono, Apt. selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, saran dan kritik yang membangun bagi penulis. vii PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 5. Papa dan mama atas segala kasih sayang, dukungan, perhatian, nasehat dan doa yang senantiasa menyertai penulis. Terima kasih atas semua yang telah mama dan papa berikan. 6. Adekku, Meli, yang telah memberikan cinta dan semangat. 7. Sahabatku, Pandu, atas kebersamaan, perhatian, bantuan, nasehat, semangat, dan pengorbananmu selama ini yang sangat berarti bagi penulis. 8. My best friend, Avi, atas kasih, semangat, perhatian, bantuan kepada penulis. 9. Teman-teman UKF dolan-dolan atas persahabatan yang indah dan tak terlupakan ini. 10. Teman-teman Marching Band Atmajaya Yogyakarta (terutama Mas Budi, Pak Pelatih, Fajar Jr, Fajar W, Ata, Laras, cah middle brass) atas keceriaan, semangat, kekompakan yang mewarnai hari-hari penulis. 11. Mas Aloy, yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan, dan semangat kepada penulis. 12. Rekan tim penelitian hidrokuinon (Leo dan Shinta Lia) yang selama ini telah membantu, menemani, mendukung dan menyemangati penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. 13. Segenap staf laboran terutama laboran lantai IV, dan kepala gudang (mas Otok) atas masukan, bantuan, kebersamaan dan kerjasamanya selama penelitian. 14. Teman-teman FST 2004 atas persahabatan dan kekompakan selama kuliah. 15. Semua penghuni Wisma Ananda yang senantiasa memberikan keceriaan, persahabatan, bantuan, dan kebersamaan. viii PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penelitian dan penyusunan skripsi ini masih memiliki kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi orang lain yang membutuhkan. Yogyakarta, Juni 2008 Penulis ix PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, Juni 2008 Penulis, Fridolina Liancy Pasau x PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI INTISARI Hidrokuinon merupakan salah satu zat aktif yang digunakan dalam produk pemutih wajah. Penggunaan hidrokuinon sebagai agen pemutih dalam jumlah yang berlebihan akan menimbulkan efek samping yang berbahaya. Oleh karena itu, untuk melindungi kenyamanan dan keamanan bagi konsumen, kontrol kualitas mutu produk sangat diperlukan. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental deskriptif menggunakan metode spektrofotometri visibel dengan pereaksi o-phenanthroline. Pemilihan metode ini didasarkan atas sifat dari hidrokuinon sebagai agen pereduksi yang baik. Adanya logam besi (Fe3+) mengakibatkan hidrokuinon akan mengalami oksidasi menjadi kuinon dan Fe3+ dapat tereduksi menjadi Fe2+. Penambahan pereaksi o-phenanthroline dapat membentuk komplek warna antara Fe2+ dan o-phenanthroline. Kadar hidrokuinon dihitung dari banyaknya jumlah Fe2+ yang membentuk komplek warna dengan o-phenanthroline. Berdasarkan analisis hasil yang dilakukan pada taraf kepercayaan 99%, diperoleh kadar rata-rata hidrokuinon yang terkandung dalam sampel yaitu merk “A”diperoleh 1,71 % b/b; merk “B” diperoleh 1,99 % b/b, dan merk “C” diperoleh 4,99 % b/b. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa krim pemutih merk “A” tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan pada The United States Pharmacopeia 30th yaitu hanya mengandung 85,5% C6H6O2 sedangkan krim pemutih merk “B” dan “C” memenuhi persyaratan yang telah ditentukan yaitu mengandung berturut-turut 99,5% dan 99,8% C6H6O2. Kata kunci: krim pemutih, hidrokuinon, o-phenanthroline, spektrofotometri visibel xi PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI ABSTRACT Hydroquinone is one of active ingredient that can be used in bleaching cream products. The uses of hydroquinone as bleaching agent in a big concentrations may cause dangerous adverse effect. Therefore, quality control product is very needed to protect consument confortable and safety. This study was a non experimental descriptive which was using visible spectrometry method with o-phenanthroline reagent. The choice of the methods based on the characteristic of hydroquinone as a good reducing agent. The present of iron (Fe3+) can cause oxydation of hydroquinone into quinone and reduction of Fe3+ into Fe2+. A coloured complex ion was formed by additional amount of ophenanthroline reagent. The concentration of hydroquinone was determined from the amount of Fe2+ reacted with o-phenanthroline to form a coloured complex ion. Based on the result analysis on the significant level of 99%, it was found that the average concentration of hydroquinone in the sample with the trade mark “A” was 1,71 % b/b, with the trade mark “B” was 1,99 % b/b, and the trade mark “C” was 4,99 % b/b. Based on the data, it can be concluded that sample for merk “A” was not conditional fulfilled in The United States Pharmacopeia 30th that was only contain 85,5% C6H6O2, but sample with the trade mark “B” and the trade mark “C” were conditional fulfilled that were contain 99,5% and 99,8% C6H6O2 respectively. Keywords : bleaching cream, hydroquinone, spectrometry xii o-phenanthroline, visible PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................iii HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................v HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..........................................................vi PRAKATA.............................................................................................................vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..................................................................x INTISARI................................................................................................................xi ABSTRACT.............................................................................................................xii DAFTAR ISI.........................................................................................................xiii DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi DAFTAR GAMBAR…………………………………...……………....………xvii DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xviii BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1 A. Latar Belakang.............................................................................................1 1. Perumusan masalah.................................................................................3 2. Keaslian penelitian..................................................................................3 3. Manfaat penelitian...................................................................................3 B. Tujuan Penelitian.........................................................................................4 BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA......................................................................5 A. Hidrokuinon.................................................................................................5 xiii PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 1. Struktur dan sifat hidrokuinon.................................................................5 2. Penggunaan dan mekanisme kerja hidrokuinon......................................6 3. Efek samping hidrokuinon.......................................................................7 B. Senyawa Kompleks......................................................................................7 C. Krim Pemutih...............................................................................................8 D. Analisis Krim Pemutih.................................................................................9 E. Spektrofotometri Visibel..............................................................................9 F. Kolorimetri.................................................................................................15 G. Kesahihan Metode Analisis.......................................................................19 H. Kesalahan dalam Metode Analisis.............................................................21 I. Keterangan Empiris....................................................................................23 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian.................................................................24 B. Definisi Operasional...................................................................................24 C. Bahan Penelitian.........................................................................................24 D. Alat Penelitian............................................................................................25 E. Tata Cara Penelitian...................................................................................25 1. Pembuatan larutan baku hidrokuinon..................................................25 2. Pembuatan larutan Fe3+.......................................................................25 3. Pembuatan larutan o-phenanthroline..................................................26 4. Pembuatan larutan natrium asetat.......................................................26 5. Optimasi Metode.................................................................................26 6. Penetapan kadar hidrokuinon dalam sampel krim pemutih................27 xiv PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI F. Analisis Hasil.............................................................................................28 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................29 A. Optimasi Metode Penetapan Kadar Hidrokuinon......................................29 1. Penentuan operating time ( OT ).........................................................30 2. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum (λmaks)...................................................................31 3. Pembuatan kurva baku........................................................................33 B. Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Sampel Krim Pemutih....................35 1. Pemilihan sampel................................................................................35 2. Preparasi sampel..................................................................................36 3. Penetapan kadar hidrokuinon..............................................................37 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................41 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42 LAMPIRAN...........................................................................................................45 BIOGRAFI PENULIS...........................................................................................55 xv PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI DAFTAR TABEL Tabel I. Rentang akurasi yang masih dapat diterima.........................................20 Tabel II. Rentang KV yang masih dapat diterima...............................................21 Tabel III. Data pengukuran seri kurva baku hidrokuinon.....................................34 Tabel IV. Kadar rata-rata hidrokuinon dalam sampel krim pemutih....................39 Tabel V. Kadar hidrokuinon yang diperoleh dari tiap-tiap merk berdasarkan The United States Pharmacopeia 30th...............................40 xvi PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Struktur hidrokuinon...........................................................................5 Gambar 2. Reaksi oksidasi hidrokuinon menjadi kuinon.....................................6 Gambar 3. Diagram tingkat energi elektronik.....................................................11 Gambar 4. Diagram alir instrumentasi spektrofotometer visibel........................15 Gambar 5. Reaksi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+......................................................29 Gambar 6. Reaksi pembentukan kompleks warna Fe2+ dengan o-phenanthroline..........................................................30 Gambar 7. Hasil penetapan operating time pada λ = 510,0 nm..........................31 Gambar 8. Hasil pembacaan panjang gelombang serapan maksimum ...........................................................................33 Gambar 9. Kurva hubungan antara konsentrasi hidrokuinon dengan serapan.............................................................35 xvii PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Data penimbangan hidrokuinon baku untuk kurva baku..................45 Lampiran 2. Perhitungan seri kadar baku hidrokuinon.........................................45 Lampiran 3. Hasil Operating Time (OT)...............................................................48 Lampiran 4. Hasil scanning λmaks kadar hidrokuinon.............................................49 Lampiran 5. Data scanning λmaks kadar hidrokuinon.............................................49 Lampiran 6. Data kurva baku hidrokuinon............................................................49 Lampiran 7. Kurva baku dari 3 replikasi...............................................................50 Lampiran 8. Komposisi sampel krim pemutih hidrokuinon..................................51 Lampiran 9. Contoh perhitungan kadar hidrokuinon dalam sampel krim pemutih..............................................................51 Lampiran 10. Data penetapan kadar hidrokuinon dalam 3 merek krim pemutih............................................................53 Lampiran 11. Data perhitungan KV(%).................................................................54 Lampiran 12. Data perhitungan kadar hidrokuinon berdasarkan The United States Pharmacopeia 30th............................................54 xviii PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan produk kosmetik semakin berkembang di masyarakat terutama produk pemutih wajah yang biasa digunakan untuk mempercantik penampilan. Produk pemutih wajah ini dipercaya konsumen dapat membuat penampilan seseorang tampak bersih, tidak kusam dan menjadi lebih percaya diri. Sediaan pemutih wajah yang beredar di pasaran dalam bentuk krim paling banyak digunakan oleh konsumen, karena apabila dibandingkan dengan sediaan salep, krim lebih mudah menyebar rata di permukaan kulit, lebih tidak berminyak, tidak meninggalkan lapisan film yang basah, dan dapat memberikan efek menyejukkan pada jaringan inflamasi (Ansel, 1995). Salah satu zat aktif yang banyak terkandung dalam krim pemutih wajah adalah hidrokuinon yang berfungsi untuk menyerap sinar UV dan mengurangi produksi melanin, sehingga membuat kulit tampak lebih putih (Anonim, 2005). Penggunaan hidrokuinon sebagai agen pemutih kulit dapat dikategorikan menjadi dua yaitu sebagai produk kosmetik dan sebagai obat. Penggunaan hidrokuinon dalam kadar besar dapat menimbulkan efek samping yang berlebihan. Oleh karena itu, untuk melindungi kenyamanan dan keamanan bagi konsumen, kontrol kualitas mutu produk sangat diperlukan untuk mengetahui mutu dan kualitas dari produk yang dihasilkan. Pemilihan metode penetapan kadar sangat penting sebab dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Metode 1 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 2 pilihan untuk menetapkan kadar harus merupakan metode yang sensitif, selektif, dan praktis bagi senyawa tertentu. Metode-metode tersebut harus memenuhi kriteria validitas metode uji diantaranya akurasi, dan presisi. Metode penetapan kadar untuk hidrokuinon ada beberapa macam metode yaitu kolorimetri, spektrofotometri, dan kromatografi (Anonim, 1996). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah spektrofotometri visibel dengan menggunakan pereaksi o-phenanthroline yang mengacu pada metode untuk determinasi besi dalam tablet vitamin. Metode ini mempunyai keunggulan karena senyawa yang bersama-sama dengan hidrokuinon yang mengabsorpsi radiasi di daerah ultraviolet, tidak akan mengganggu pengukuran serapan radiasi pada daerah sinar tampak. Selain itu, pemilihan metode ini didasarkan atas sifat dari hidrokuinon yaitu sebagai agen pereduksi yang baik (Anonim, 1996). Hidrokuinon akan mengalami oksidasi menjadi kuinon dan Fe3+ dapat tereduksi menjadi Fe2+ dengan adanya logam besi (Fe3+). Penambahan pereaksi ophenanthroline dapat membentuk komplek warna antara Fe2+ dan ophenanthroline. Kadar hidrokuinon dapat dihitung dari banyaknya jumlah Fe2+ yang membentuk komplek warna dengan o-phenanthroline. Metode penetapan kadar hidrokuinon dengan pereaksi o-phenanthroline ini telah dilakukan validasi oleh Agustoo (2008) dan diperoleh hasil dengan tingkat akurasi dan presisi yang baik. PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 3 1. Perumusan masalah Berdasarkan latar belakang maka diperoleh permasalahan sebagai berikut: a. Berapakah kadar hidrokuinon dalam krim pemutih berbagai merk yang beredar di pasaran? b. Apakah kadar hidrokuinon dalam krim pemutih memenuhi ketentuan yang tertera dalam The United States Pharmacopeia 30th (Anonim, 2007b) yaitu krim hidrokuinon mengandung tidak kurang dari 94% dan tidak lebih 106% C6H6O2 yang tertera dalam label kemasan? 2. Keaslian penelitian Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian yang telah dilakukan berjudul Penetapan Kecermatan dan Keseksamaan Metode Kolorimetri Menggunakan Pereaksi Floroglusin untuk Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Pemucat (Ibrahim, dkk., 2004), sedangkan Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Pemutih Berbagai Merk yang Beredar di Pasaran menggunakan Pereaksi O-phenanthroline belum pernah dilakukan. 3. Manfaat penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat : a. Manfaat teoritis. Manfaat teoritis penelitian ini adalah menambah informasi bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang kefarmasian mengenai PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 4 penggunaan pereaksi o-phenanthroline pada penetapan kadar hidrokuinon dalam krim pemutih yang beredar di pasaran. b. Manfaat praktis. Manfaat praktis penelitian ini adalah memberi informasi bagi konsumen mengenai mutu, dan keamanan krim pemutih berbagai merk yang beredar di pasaran. B. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kadar hidrokuinon dalam krim pemutih berbagai merk yang beredar di pasaran. 2. Untuk mengetahui apakah kadar hidrokuinon dalam krim pemutih memenuhi ketentuan yang tertera dalam The United States Pharmacopeia 30th (Anonim, 2007b) yaitu krim hidrokuinon mengandung tidak kurang dari 94% dan tidak lebih 106% C6H6O2 yang tertera dalam label kemasan. PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Hidrokuinon 1. Struktur dan sifat hidrokuinon Hidrokuinon atau 1,4-Benzenediol adalah senyawa organik aromatik dengan tipe fenol yang mempunyai rumus kimia C6H6O2. Hidrokuinon memiliki 2 gugus hidroksi yang terikat cincin benzen pada posisi para. HO OH hidrokuinon Gambar 1. Struktur hidrokuinon (Wenninger, J.A.,2000) Hidrokuinon mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% C6H6O2 dihitung terhadap zat anhidrat. Hidrokuinon berbentuk jarum halus, putih, mudah menjadi gelap jika terpapar cahaya dan udara (Anonim, 2007b). Hidrokuinon mudah larut dalam air (1 dalam 17 bagian air), dalam etanol (1 dalam 4 bagian etanol), dalam kloroform (1 dalam 51 bagian kloroform), dan dalam eter (1 dalam 16,5 bagian eter) (Anonim, 1999). Larutan hidrokuinon akan berwarna coklat dikarenakan proses oksidasi dengan adanya udara. Hidrokuinon akan mengalami oksidasi dengan cepat dalam suasana basa karena hidrokuinon merupakan agen pereduksi, dan oksidasi terjadi secara reversibel menjadi kuinon. 5 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 6 O OH OH H 2O OH O Hidrokuinon Kuinon Gambar 2. Reaksi oksidasi hidrokuinon menjadi kuinon (Anonim, 1996) 2. Penggunaan dan mekanisme kerja hidrokuinon Hidrokuinon digunakan sebagai agen depigmentasi untuk kulit yang dalam kondisi hiperpigmentasi seperti melasma, bintik – bintik, dan lentigines. Penggunaannya membutuhkan waktu beberapa minggu sebelum muncul suatu efek, tapi depigmentasi terjadi setelah 2-6 bulan. Aplikasi hidrokuinon harus dihentikan jika tidak ada peningkatan setelah 2 bulan perawatan. Hidrokuinon harus digunakan dua hari sekali hanya untuk melindungi kulit dari sinar matahari dan mengurangi repigmentasi (Anonim, 1999). Hidrokuinon sendiri merupakan zat aktif yang paling banyak digunakan dalam sediaan pemutih wajah. Hal ini dikarenakan efektivitas kerja dari hidrokuinon yaitu dapat menginaktivasi enzim tirosinase melalui penghambatan reaksi oksidasi enzimatik dari tirosin ke 3,4-dihidroksifenilalanin (Wilkinson, J.B., 1982). Enzim tirosinase ini merupakan enzim utama dalam pembentukan melanin, sehingga jika kerjanya dihambat maka jumlah pigmen melanin pemberi warna kulitpun menjadi berkurang dan kulit dapat tampak lebih putih. Selain itu, hidrokuinon juga mampu mengelupas kulit bagian luar, sehingga akan tampak lapisan kulit di dalamnya yang lebih putih (Anonim, 2006). PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 3. 7 Efek samping hidrokuinon Penggunaan hidrokuinon lebih dari 2% b/b termasuk golongan obat keras yang hanya dapat digunakan berdasarkan resep dokter sebab dapat mengakibatkan iritasi kulit, kulit menjadi merah dan rasa terbakar juga dapat menyebabkan kelainan pada ginjal (nephropathy), kanker darah (leukemia) dan kanker sel hati (hepatocelluler adenoma) (Anonim, 2007a). Selain itu, penggunaan hidrokuinon yang berlebihan juga dapat menyebabkan oochronosis (kulit berbintil seperti pasir dan berwarna coklat kebiruan, serta terasa gatal dan seperti terbakar) terhadap orang yang berkulit gelap (Anonim, 2006). B. Senyawa Kompleks Ion kompleks merupakan ion logam yang terikat kuat pada anion atau molekul netral. Dalam zat-zat ini, ion logam berperilaku sebagai asam lewis dan menjadi terikat secara kovalen kepada senyawa lain yang berperan sebagai basa lewis. Basa lewis yang mengikatkan diri ke ion logam disebut ligan. Atom dalam ligan yang menyumbangkan pasangan elektron kepada ion logam disebut atom donor dan ion logam itu sendiri disebut akseptor. Karena pembentukan kompleks itu terjadi karena pembentukan ikatan kovalen koordinat dari ligan ke ion logam, senyawa yang mengandung kompleks disebut senyawa koordinasi (Brady, J.E., 1994). Ligan dalam kompleks adalah anion ataupun molekul netral yang terdiri atas satu atom atau lebih dengan sekurangnya sepasang elektron menyendiri yang dapat disumbangkan kepada ion logam (Brady, J.E., 1994). PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 8 C. Krim Pemutih Krim didefinisikan sebagai “cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air”. Krim biasanya digunakan sebagai emollient atau pemakaian obat pada kulit (Ansel, 2005). Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada 2 yaitu tipe air/minyak (A/M) dan minyak/air (M/A). Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik (eter alkohol sulfat, alkil sulfat, dan sulfosuccinates), kationik (quarternary ammonium compounds) dan nonionik (lanolin, polysorbate, sorbitan ester, polyoxyethilated (POE) alkyl phenols, dsb) (Anief, M., 2003). Krim pemutih merupakan campuran bahan kimia yang bertujuan untuk memucatkan noda hitam (cokelat) pada kulit. Dalam jangka waktu lama, krim tersebut dapat menghilangkan atau mengurangi hiperpigmentasi pada kulit. Namun, penggunaan yang terus-menerus justru akan menimbulkan pigmentasi dengan efek permanen (Anonim, 2006). Krim pemutih yang mengandung zat aktif hidrokuinon dapat berubah warna dari putih menjadi coklat setelah 3-4 bulan. Krim pemutih dengan kandungan hidrokuinon dapat digolongkan menjadi kosmetik dan obat. Krim pemutih dengan kandungan hidrokuinon termasuk kosmetik golongan Ic yaitu kosmetik yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan penandaan. (Anonim, 2003). PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 9 D. Analisis Krim Pemutih Sediaan krim pemutih merupakan suatu emulsi yang didalamnya terkandung zat yang akan dianalisis. Sebelum dilakukan analisis, sediaan krim tersebut dipreparasi dengan cara emulsi dirusak terlebih dahulu dan zat aktif diisolasi dari sistem emulsi. Stabilitas emulsi akan rusak jika sistem campurannya terganggu oleh: 1. Penambahan salah satu fase emulsi 2. Penambahan asam atau basa kuat seperti HCl, H2SO4, NaOH 3. Penggojogan yang kuat 4. Pengaturan pH 5. Perubahan suhu Setelah sistem emulsi rusak, zat aktif dipisahkan dari emulsi dengan cara dilarutkan dalam pembawanya. Selanjutnya dilakukan evaporasi pelarutnya, pengeringan ekstrak, dan dapat dilakukan analisis selanjutnya untuk penetapan kadar (Cunniff, P., 1995). E. Spektrofotometri Visibel Spektrofotometri visibel adalah analisis spektroskopik yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar tampak (380-780 nm) dengan menggunakan instrumen spektrofotometer. Radiasi elektromagnetik dalam rentang panjang gelombang 380-780 nm merupakan radiasi yang dapat dilihat indera penglihatan manusia sehingga disebut cahaya tampak (visible) (Mulja dan Suharman, 1995). PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 10 Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi (atom, ion, atau molekul). Serapan adalah interaksi yang menyebabkan perpindahan energi dari sinar radiasi ke materi. Serapan atom menyebabkan peralihan elektronik atau transisi elektronik, yaitu peningkatan energi elektron dari tingkat dasar (ground state) ke tingkat energi yang lebih tinggi (excited state). Transisi ini, terjadi bila energi yang dihasilkan oleh radiasi sama dengan energi yang diperlukan untuk melakukan transisi (Rohman, 2007). Ada 3 macam distribusi elektron di dalam suatu senyawa organik secara umum, yang dikenal sebagai orbital elektron phi (π), sigma (σ), dan elektron tidak berpasangan (n) (Mulja dan Suharman, 1995). Suatu molekul apabila dikenai radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai. Interaksi ini meningkatkan energi potensial elektron pada tingkat eksitasi. Apabila pada molekul tadi hanya terjadi transisi elektronik pada satu macam gugus, maka akan terjadi satu serapan yang merupakan garis spektrum. Pada kenyataannya, spektrum visible yang merupakan korelasi antara serapan (sebagai ordinat) dan panjang gelombang (sebagai absis) tidak merupakan garis spektrum akan tetapi sebagai pita spektrum. Terbentuknya pita spektrum visible tersebut disebabkan transisi energi yang tidak sejenis dan terjadinya eksitasi elektronik lebih dari satu macam pada gugus molekul yang kompleks (Rohman, 2007). PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI σ* Anti bonding π* Anti bonding n Non bonding π Bonding σ Bonding 11 E Gambar 3. Diagram tingkat energi elektronik (Mulja dan Suharman, 1995) Apabila suatu molekul dikenakan radiasi elektromagnetik maka kemungkinan akan terjadi eksitasi elektron ke tingkat energi yang lebih tinggi yang dikenal sebagai orbital elektron antibonding seperti terlihat pada gambar 3 (Mulja dan Suharman, 1995). Eksitasi elektron σ →σ* membutuhkan energi paling besar dan terjadi didaerah ultraviolet jauh yang dihasilkan ikatan tunggal. Eksitasi elektron π→π* dihasilkan ikatan rangkap dua dan tiga juga terjadi apabila molekul menyerap energi di daerah ultraviolet jauh (Mulja dan Suharman, 1995). Transisi elektronik pada senyawa organik yang dapat terjadi yaitu transisi elektron dari orbital σ → σ* , π → π* , n → σ*, dan n → π*. Transisi elektronik yang berguna dalam eksperimen adalah transisi π → π* dan n → π* karena memberikan spektra didaerah 200-700 nm (Rohman, 2007). Penyerapan radiasi oleh senyawa kompleks logam berbeda dengan senyawa organik karena melibatkan perpindahan muatan dari donor elektron ke akseptor elektron yaitu pergerakan elektron dari ion logam ke ligan atau sebaliknya. Spesies-spesies yang menunjukkan penyerapan karena perpindahan PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 12 muatan sangat penting karena daya serap molarnya sangat besar (ε > 10.000 liter.cm-1.mol-1) (Rohman, 2007). Saat transisi, terjadi reaksi reduksi-oksidasi antara ion logam dan ligan. Biasanya, ion logam tereduksi dan ligan teroksidasi. Ion logam berada pada status oksidasi terendah, dikompleks oleh ligan dengan afinitas elektron tinggi yang dapat teroksidasi tanpa merusak kompleks (Christian, 2004). Kecenderungan perpindahan elektron akan meningkat jika energi radiasi yang dibutuhkan untuk terjadinya proses perpindahan muatan kecil. Kompleks yang dihasilkan akan menyerap pada panjang gelombang yang besar (Rohman, 2007). Secara eksperimental sangat mudah untuk mengukur banyaknya radiasi yang diserap oleh suatu molekul sebagai fungsi frekuensi radiasi. Suatu grafik yang menghubungkan antara banyaknya sinar yang diserap dengan frekuensi (atau panjang gelombang) sinar merupakan spektrum absorpsi. Transisi yang dibolehkan untuk suatu molekul dengan struktur kimia yang berbeda adalah tidak sama sehingga spektra absorpsinya berbeda. Dengan demikian spektra dapat digunakan sebagai bahan informasi yang bermanfaat untuk analisis kualitatif. Banyaknya sinar yang diabsorbsi pada panjang gelombang tertentu sebanding dengan banyaknya molekul yang menyerap radiasi, sehingga spektra absorpsi juga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Rohman, 2007). Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan (larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas sinar yang diteruskan bila spesies penyerap tidak ada dengan intensitas sinar yang PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 13 diteruskan bila spesies penyerap ada. Intensitas sinar yang diteruskan bila tidak ada spesies penyerap merupakan intensitas sinar yang masuk dikurangi dengan yang hilang oleh penghamburan, pemantulan, dan serapan oleh konstituen lain (Sastrohamidjojo, 1991). Intensitas sinar yang diteruskan diukur serapannya pada panjang gelombang serapan maksimum. Alasan dilakukan pengukuran pada panjang gelombang serapan maksimum adalah perubahan serapan untuk setiap satuan konsentrasi pada panjang gelombang tersebut paling besar sehingga kepekaan maksimum. Selain itu, pita serapan pada panjang gelombang serapan maksimum datar sehingga memberikan kesalahan yang kecil dalam setiap pengulangan (Mulja dan Suharman, 1995). Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. T= A = log = 10-a.b.c = a.b.c dimana : T = persen tramsmitan I0 = intensitas radiasi yang datang I = intensitas radiasi yang diteruskan A = serapan a = daya serap b = tebal larutan (cm) c = konsentrasi (mol.L-1) (Anonim, 1995) PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 14 Daya serap (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal larutan dan intensitas radiasi yang mengenai sampel. Daya serap tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi. Satuan a ditentukan oleh satuan-satuan b dan c. Jika satuan c dalam molar (M) maka daya serap disebut dengan daya serap molar dan disimbolkan є dengan satuan M-1cm-1 atau L.mol-1cm-1 (Rohman, 2007) sehingga rumus lambert-beer dapat ditulis menjadi : A=єbc Serapan jenis didefinisikan sebagai serapan dari larutan 1% zat terlarut dalam sel dengan ketebalan 1 cm dan diberi lambang A(1%, 1cm). Hubungan antara nilai A(1%, 1cm) dengan daya serap molar (є) yaitu : є = A(1%, 1cm) x BM (Anonim, 1995). Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan yaitu : 1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis 2. Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas yang sama. 3. Senyawa yang menyerap dalam larutan tidak tergantung terhadap senyawa lain dalam larutan tersebut. 4. Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi 5. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan (Rohman, 2007) Spektrofotometer adalah suatu instrumen yang akan memisahkan radiasi polikromatis menjadi beberapa panjang gelombang yang berbeda. PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 15 Instrumentasi dari spektrofotometer adalah : 1) sumber radiasi kontinyu pada λ tertentu, 2) monokromator untuk mendapatkan berkas sempit dari sumber spektrum, 3) sel sampel, 4) detektor, 5) pembaca respon detektor atau recorder (Christian, 2004). source sample cell monochromator read out respons (recorder) detector Gambar 4. Diagram alir instrumentasi spektrofotometer visibel (Christian, 2004) F. Kolorimetri Kolorimetri adalah suatu teknik pengukuran cahaya yang diabsorbsi oleh zat berwarna baik warna yang terbentuk dari asalnya maupun akibat reaksi dengan zat lain (Khopkar, 1990). Menurut definisi yang diperluas, sebagai kolorimetri juga tercakup pengubahan senyawa tidak berwarna menjadi zat yang berwarna dan penentuan fotometrinya dilakukan dalam daerah sinar tampak (400 – 800 nm) (Roth dan Baschke, 1994). Senyawa yang semula tidak berwarna harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa berwarna karena senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tampak. Cara yang digunakan adalah dengan mengubah menjadi senyawa lain atau direaksikan dengan pereaksi tertentu. Pereaksi yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu : a. Reaksinya selektif dan sensitif b. Reaksinya cepat, kuantitatif, dan reprodusible PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 16 c. Hasil reaksi stabil dalam jangka waktu yang lama. Keselektifan dapat dinaikkan dengan mengatur pH, pemakaian masking agent, atau penggunaan teknik ekstraksi (Rohman, 2007). Metode kolorimetri melibatkan perbandingan intensitas warna secara visual artinya warna dari larutan senyawa yang tidak diketahui atau senyawa yang diteliti dibandingkan dengan warna dari satu standar ataupun beberapa seri standar. Perbandingan ini dibuat dengan mencapai kesesuaian antara warna senyawa yang diteliti dengan standar yang biasanya dibuat dalam tabung Nessler (Butz dan Nobel, 1961). Menurut Schirmer (1982), ada dua jenis kolorimetri : 1. Metode kolorimetri langsung Metode kolorimetri dapat digunakan untuk menentukan besarnya senyawa yang dapat menyerap cahaya tampak dengan kuat. Masalah mendasar pada metode ini adalah pemisahan analit dari senyawa lain yang dapat mengganggu. Proses pemisahan dapat dilakukan dengan ekstraksi dan teknik kromatografi. Bahan pengganggu pada metode kolorimetri relatif lebih sedikit daripada pada metode spektrofotometri UV, karena relatif sedikit substansi yang memberikan serapan pada panjang gelombang gelombang visible. Metode ini lebih selektif dibandingkan dengan spektrofotometri UV (Schirmer, 1982). 2. Metode kolorimetri tidak langsung Pada metode kolorimetri tidak langsung, senyawa yang akan ditetapkan jumlahnya tidak dapat menyerap cahaya tampak secara langsung. Oleh karena itu perlu ditambahkan suatu kromofor ke dalam sampel yang akan dianalisis. PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 17 Kromofor dapat diberikan pada suatu senyawa kimia dengan menggunakan prosedur yang relatif sederhana. Hal ini menyebabkan metode kolorimetri dengan spektrofotometri visible semakin luas penggunaannya untuk analisis obat. Didukung pula oleh sensitifitas dan presisi yang baik dari spektrofotometer. Pemilihan prosedur kolorimetri untuk menentukan substansi tergantung pada pertimbangan sebagai berikut : a. metode kolorimetri akan memberikan hasil yang lebih akurat pada konsentrasi rendah dan prosedur yang lebih sederhana daripada titrimetri atau gravimetri. b. metode kolorimetri sering digunakan pada kondisi dimana dengan metode titrimetri atau gravimetri memberikan hasil yang tidak memuaskan. c. metode kolorimetri memiliki keuntungan dalam menetapkan suatu substansi dari beberapa komponen dalam sejumlah sampel yang sama (Bassett, J.dkk., 1994). Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu komponen. Hal ini menjadi dasar dari apa yang lazim disebut analisis kolorimetri. Warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa berwarna dengan ditambahkannya reagensia yang tepat, atau warna itu dapat melekat dalam penyusun yang diinginkan itu sendiri (Bassett, J.dkk., 1994). Kriteria untuk analisis kolorimetri yang memuaskan: a. Kespesifikan reaksi warna Sangat sedikit reaksi yang khas untuk suatu zat tertentu, tetapi banyak reaksi menghasilkan warna untuk sekelompok kecil zat yang sehubungan saja, PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 18 artinya, reaksi-reaksi itu selektif. Dengan memanfaatkan peranti seperti memasukkan senyawa pembentuk-kompleks lain, dengan mengubah keadaan kondisi, dan pengendalian pH, seringkali dapat dicapai pendekatan ke kespesifikan itu. b. Kesebandingan antara warna dan konsentrasi Untuk kolorimetri visual pentinglah bahwa intensitas warna hendaknya meningkat secara linier dengan naiknya konsentrasi zat yang akan ditetapkan. c. Kestabilan warna Warna yang dihasilkan hendaknya cukup stabil untuk memungkinkan pengambilan pembacaan yang tepat. Ini berlaku juga untuk reaksi dalam mana warna itu cenderung mencapai maksimum setelah suatu saat: periode warna maksimum harus cukup panjang untuk membuat pengukuran cermat. d. Reprodusibilitas Prosedur kolorimetri harus memberi hasil yang dapat diulang pada kondisi eksperimen yang khas. Reaksi itu tidak perlu mewakili perubahan kimia yang kuantitatif secara stoikiometris. e. Kejernihan larutan Larutan haruslah bebas dari endapan jika harus dibandingkan dengan standar yang jernih. Kekeruhan akan menghamburkan maupun menyerap cahaya. f. Kepekaan tinggi Diinginkan, teristimewa bila harus ditetapkan zat berkuantitas sangat kecil, bahwa reaksi warna itu sangat peka. Juga diinginkan bahwa produk reaksi PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 19 menyerap dengan kuat dalam daerah nampak, bukan dalam daerah ultraviolet (Bassett, J.dkk., 1994). G. Kesahihan Metode Analisis Kesahihan metode analisis diartikan sebagai suatu prosedur yang digunakan untuk membuktikan bahwa metode analisis tersebut dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan dengan kecermatan dan ketelitian yang memadai. Metode analisis instrumen merupakan metode yang terpilih dan memadai untuk mengantisipasi persoalan analisis yaitu sangat kecilnya kadar senyawa yang dianalisis dan kompleksnya matriks sampel yang dianalisis (Mulja dan Suharman, 1995). Untuk itu diperlukan suatu pedoman mengenai kesahihan metode analisis yang didukung oleh parameter – parameter dibawah ini: 1. Akurasi Akurasi metode analisis adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kriteria kecermatan sangat tergantung kepada konsentrasi analit dalam matriks sampel dan pada keseksamaan metode (RSD) (Harmita, 2004). PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 20 Tabel I. Rentang akurasi yang masih dapat diterima Analit pada Matrik Sampel (%) 100 >10 >1 >0,1 0,01 0,001 0,000.1 (1 ppm) 0,000.01 (100 ppb) 0,000.001 (10 ppb) 0,000.000.1 (1 ppb) Rata-rata yang Diperoleh (%) 98-102 98-102 97-103 95-105 90-107 90-107 80-110 80-110 60-115 40-120 (Harmita, 2004). 2. Presisi Presisi adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari campuran yang homogen (Harmita, 2004). Presisi dari suatu metoda analisa meliputi repeatabilitas, presisi antara, dan reproduksibilitas. Repeatabilitas menyatakan presisi metoda analisis yang dilakukan dalam kondisi yang sama dalam interval waktu yang singkat. Dengan kata lain uji repeatabilitas dilakukan untuk mengetahui variabilitas data yang dihasilkan pada dua pengujian berurutan pada kondisi yang sama. Perbedaan absolut kedua data hasil uji diharapkan berada pada kisaran tingkat kepercayaan (konfidensi) 95%. Presisi antara menyatakan variasi dalam yang sama baik hari, analit, ataupun alat yang berbeda (Anonim, 2008). Reproduksibilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui variabilitas yang dihasilkan pada dua pengujian contoh identik pada kondisi berbeda. PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 21 Perbedaan absolut dari masing-masing data hasil uji diharapkan berada dalam kisaran tingkat kepercayaan (konfidensi) 95% (Anonim, 2008). Tabel II. Rentang KV yang masih dapat diterima Analit pada Matrik Sampel (%) >1 0,001 0,000.1 (1 ppm) 0,000.000.1 (1 ppb) KV (%) 2,5 5 16 32 (Harmita, 2004). 3. Linieritas Linieritas dari suatu prosedur analisis merupakan kemampuannya (pada rentang tertentu) untuk mendapatkan hasil uji yang secara langsung proporsional dengan konsentrasi (jumlah) analit di dalam sampel (Rohman, 2007). Persyaratan data linieritas yang bisa diterima jika memenuhi nilai koefisien korelasi (r) > 0,99 (Anonim, 2004). 4. Range Range adalah interval antara kadar terendah sampai kadar tertinggi dari suatu analit yang masih dapat diukur secara kuantitatif menggunakan metode tertentu yang masih dapat menghasilkan akurasi, presisi dan linieritas yang mencukupi Biasanya range memiliki satuan yang sama dengan satuan yang digunakan pada metode analisis, misalnya persen atau ppm (Anonim, 2007b). H. Kesalahan dalam Metode Analisis Kesalahan dalam metode analisis sangat sukar untuk dihilangkan namun sumber kesalahan tetap harus ditekan seminimal mungkin. Kesalahan dalam analisis kimia dapat dikategorikan menjadi 2 kelas utama, yaitu: PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 1. 22 Kesalahan sistematik Kesalahan sistematik adalah hasil analisis yang menyimpang secara tetap dari harga kadar yang sebenarnya karena proses pelaksanaan prosedur analisis, sehingga kesalahan ini disebut juga kesalahan prosedur (Mulja dan Suharman, 1995). Kesalahan sistematik dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: a. Kesalahan personil dan operasi. Kesalahan ini disebabkan oleh cara pelaksanaan analisis, bukan karena metode. Kesalahan operasi umumnya bersifat fisis (bukan khemis), misalnya kesalahan pengamatan visual pada titik akhir titrasi, kekeliruan cara pencucian endapan, dan sebagainya. Jadi kesalahan ini bersifat individual dan sangat dipengaruhi oleh keterampilan analis dalam melakukan pekerjaan analisis. b. Kesalahan alat dan pereaksi. Kesalahan ini disebabkan oleh pereaksi yang kurang murni, alat yang kurang valid atau pemakaian alat yang kurang tepat walaupun alatnya sendiri baik, contohnya pengambilan volume tepat dengan pipet ukur atau gelas ukur, penggunaan buret 50 ml (buret makro) untuk analisis mikro, dan sebagainya. c. Kesalahan metode analisis. Kesalahan ini dapat disebabkan oleh kesalahan pengambilan sampel, kesalahan akibat reaksi kimia yang tidak sempurna, atau ikut mengendapnya zat-zat yang tidak diinginkan. Kesalahan sistematik dapat dihindari atau diperkecil dengan: a. Mengkalibrasi instrumen dan melakukan koreksi secara berkala (biasanya tiap 3 bulan atau disesuaikan dengan frekuensi pemakaian alat). b. Memilih metode dan prosedur standar dari badan resmi. PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 23 c. Memakai bahan kimia dengan derajat untuk analisis (pro analysis = p.a). d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para analis. e. Melakukan penetapan blangko atau kontrol dengan zat baku. f. Melakukan penetapan paralel (in duplo atau in triplo) (Mulja dan Suharman, 1995; Rohman, 2007). 2. Kesalahan tidak sistematik Kesalahan tidak sistematik adalah penyimpangan yang tidak tetap dari hasil penentuan kadar dengan instrumen yang disebabkan fluktuasi dari instrumen yang dipakai (derau). Penyebab kesalahan ini tidak dapat ditentukan dan tidak dapat dikontrol maka kesalahan ini disebut juga kesalahan acak (random error). (Mulja dan Suharman, 1995). I. Keterangan Empiris Penelitian ini untuk mengetahui metode penetapan kadar hidrokuinon dengan pereaksi o-phenanthroline menggunakan spektrofotometri visibel dapat digunakan untuk menetapkan kadar hidrokuinon dalam krim pemutih berbagai merk yang beredar di pasaran. PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental deskriptif karena pada penelitian ini tidak terdapat manipulasi dan perlakuan terhadap subyek penelitian yang digunakan. B. Definisi Operasional 1. Kadar hidrokuinon adalah besarnya hidrokuinon (% b/b) yang terdapat dalam krim pemutih. 2. Krim pemutih yang dianalisis adalah krim pemutih yang mengandung hidrokuinon dalam label kemasan baik berupa produk kosmetik maupun obat yang beredar di Yogyakarta. 3. Spektrofotometri visibel adalah analisis spektroskopik yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik sinar tampak (380-780 nm) dengan menggunakan instrumen spektrofotometer. C. Bahan Penelitian Bahan – bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah hidrokuinon p.a. (E.Merck), o-phenanthroline p.a. (E.Merck), besi (III) klorida heksahidrat p.a. (E.Merck), natrium asetat p.a. (E.Merck), etanol p.a. (E.Merck), metanol p.a. (E.Merck), asam klorida p.a. (E.Merck), aquadest (Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma). 24 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 25 D. Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut: seperangkat spektrofotometer UV-VIS Perkin Elmer Lambda 20, neraca analitik BP 160 dan scaltec SBC 22 readability 0,01 mg, waterbath (Abo-tech), mikropipet 50-250 µl (Treff–Pipette), mikropipet 200-1000 μl (Acura 821, Socorex), penyaring Millipore, dan alat-alat gelas yang lazim digunakan untuk penelitian di laboratorium analisis (Pyrex, Germany). E. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan larutan baku hidrokuinon a. Larutan stok. Sepuluh miligram hidrokuinon p.a ditimbang lebih kurang seksama, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda. Larutan ini harus selalu dibuat baru. b. Larutan intermediate. Sebanyak 1,0 ml larutan stok diambil, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda. Larutan ini harus selalu dibuat baru. 2. Pembuatan larutan Fe3+ Sebanyak 0,019 g FeCl3.6H2O ditimbang, dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml dan diecerkan dengan aquadest hingga tanda. Ke dalam larutan ditambahkan 1 tetes HCl encer dan disimpan dalam tempat yang gelap. PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 3. 26 Pembuatan larutan o-phenanthroline Sebanyak 0,025 g o-phenanthroline ditimbang, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml dan diencerkan dengan 1 ml etanol p.a dan 9 ml aquadest hingga tanda. Larutan ini disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya. 4. Pembuatan larutan natrium asetat Sebanyak 0,025 g natrium asetat ditimbang, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda. Larutan ini dapat disimpan di lemari pendingin. 5. Optimasi metode a. Penentuan operating time (OT). Sebanyak 0,15 ml larutan intermediate hidrokuinon diambil, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml yang mengandung 0,15 ml larutan Fe standar. Beberapa tetes larutan natrium asetat (1-2tetes) ditambahkan hingga pH mencapai 3-4, digojog. Larutan ophenanthroline sebanyak 0,5 ml ditambahkan dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda, lalu dicampur hingga homogen. Serapan diukur pada panjang gelombang serapan maksimum. Grafik dibuat antara serapan dan waktu. Operating time dicari yang memberikan serapan yang stabil. b. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum (λmaks). Sebanyak 0,05 ml; 0,15 ml; 0,25ml larutan intermediate hidrokuinon diambil, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml yang mengandung 0,15 ml larutan Fe standar. Beberapa tetes larutan natrium asetat (1-2tetes) ditambahkan hingga pH mencapai 3-4, digojog. Larutan o-phenanthroline sebanyak 0,5 ml ditambahkan dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda, lalu dicampur hingga homogen dan PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 27 didiamkan selama OT. Serapan diukur pada panjang gelombang antara 450-550 nm. Panjang gelombang dicari yang memberikan serapan maksimum. c. Pembuatan kurva baku. Sebanyak 0,05 ml; 0,10 ml; 0,15 ml; 0,20 ml; 0,25 ml; 0,30 ml; 0,35 ml larutan intermediate hidrokuinon diambil dan dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml yang mengandung 0,15 ml larutan Fe standar. Beberapa tetes larutan natrium asetat (1-2tetes) ditambahkan hingga pH mencapai 3-4, digojog. Larutan o-phenanthroline sebanyak 0,5 ml ditambahkan dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda, lalu dicampur hingga homogen dan didiamkan selama OT. Serapan diukur pada panjang gelombang serapan maksimum. Kurva baku dibuat antara serapan dan konsentrasi kemudian dicari persamaannya. 6. Penetapan kadar hidrokuinon dalam sampel krim pemutih a. Pemilihan sampel. Sampel yang dipilih adalah krim pemutih yang beredar di Yogyakarta dan mencantumkan hidrokuinon pada kemasannya. Krim pemutih yang diambil sebagai sampel terdiri dari 3 merk yaitu 2 merk dari golongan kosmetik dan 1 merk dari golongan obat. Masing-masing merk memiliki nomor kode produksi yang sama dan dilakukan 10 kali replikasi. b. Preparasi sampel krim. Masing-masing merk krim diambil 10 kemasan dan dicampur hingga homogen. Sebanyak ± 1,0 g sampel krim ditimbang seksama, dan dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 ml. Sampel diekstraksi dengan 25,0 ml campuran aquadest : metanol (1:1 v/v), dan digojog dengan kuat selama ± 1 menit hingga suspensi homogen. Labu dipanaskan dalam waterbath pada suhu 600C selama 30 menit, dan didinginkan dalam air dingin. PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 28 Campuran aquadest : metanol (1:1) ditambahkan hingga tanda. Ekstrak disaring dengan kertas saring ke dalam flakon. c. Penetapan kadar hidrokuinon. Sebanyak 0,05 ml ekstrak sampel dimasukkan ke dalam labu ukur 10,0 ml yang mengandung 0,15 ml larutan Fe standar. Beberapa tetes larutan natrium asetat (1-2tetes) ditambahkan hingga pH mencapai 3-4, digojog. Larutan o-phenanthroline sebanyak 0,5 ml ditambahkan dan diencerkan dengan aquadest hingga tanda, lalu dicampur hingga homogen dan didiamkan selama OT. Serapan diukur pada panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum. Replikasi dilakukan sebanyak 10 kali. F. Analisis Hasil Analisis hasil yang dilakukan yaitu dengan menghitung kadar hidrokuinon yang terdapat dalam krim pemutih yang beredar di pasaran yang dimasukkan dalam persamaan kurva baku hidrokuinon y = bx + a. Kadar yang diperoleh kemudian dicermati secara deskriptif dengan kadar yang tertera dalam label kemasan baik itu golongan kosmetik maupun obat. PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Optimasi Metode Penetapan Kadar Hidrokuinon Krim hidrokuinon dalam penelitian ini merupakan suatu emulsi yang akan dirusak dan zat hidrokuinon yang terkandung di dalamnya akan diukur dengan cara larutan besi ( Fe3+ ) direduksi menjadi Fe2+ dengan bantuan hidrokuinon sebagai agen pereduksi. >>> Gambar 5. Reaksi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ Penambahan pereaksi o-phenanthroline dapat membentuk komplek warna merah antara Fe2+ dan o-phenanthroline. Dalam metode ini, kadar hidrokuinon dapat dihitung dari banyaknya jumlah Fe2+ yang membentuk komplek warna dengan o-phenanthroline. Mekanisme yang terjadi dalam metode ini dapat dilihat pada gambar 6. 29 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 30 λmaks = 510 nm senyawa kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+ Gambar 6. Reaksi pembentukan kompleks warna Fe2+ dengan o-phenanthroline 1. Penentuan Operating Time (OT) Pada penelitian ini, operating time (OT) dilakukan untuk mengetahui waktu yang diperlukan senyawa kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+ untuk memperoleh serapan yang stabil dan maksimum. Penentuan operating time sangat penting dalam pengukuran dengan metode analisis menggunakan prinsip kolorimetri karena warna hasil reaksi yang dihasilkan tidak selamanya stabil. Operating time ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran dengan serapan larutan. Penentuan operating time ini dilakukan pada larutan baku hidrokuinon dengan konsentrasi 1,5 ppm setelah pembentukan senyawa warna merah dilakukan, kemudian serapan diukur pada panjang gelombang teoritis yaitu 510,0 nm selama 30 menit. Berdasarkan kurva pengukuran operating time terlihat bahwa serapan warna yang dihasilkan telah stabil dari menit ke-0 sampai menit ke-30 dengan serapan 0,491. Kestabilan warna ini menandakan reaksi pembentukan warna PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 31 senyawa kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+ sudah optimum sehingga jika pengukuran serapan dilakukan pada rentang waktu tersebut dapat meminimalkan terjadinya kesalahan pengukuran. Pada penelitian ini, pengukuran dilakukan setelah menit ke-5, untuk menyamakan perlakuan. Hasil pembacaan operating time dapat dilihat pada gambar 7. Gambar 7. Hasil penetapan operating time pada λ = 510,0 nm 2. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum (λmaks) Penetapan panjang gelombang serapan maksimum bertujuan untuk menentukan panjang gelombang saat warna yang terbentuk pada kompleks [(C12H8N2)3Fe]2+ mempunyai serapan yang maksimum. Pengukuran serapan dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum karena perubahan serapan PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 32 untuk setiap satuan konsentasi adalah yang paling besar, sehingga akan diperoleh kepekaan analisis yang maksimum. Panjang gelombang serapan maksimum ini digunakan untuk mengukur serapan dari larutan yang akan dianalisis. Analisis yang dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimum dapat memberikan sensitivitas dan presisi yang maksimal. Pengukuran serapan maksimum pada daerah tampak dilakukan pada panjang gelombang 380 - 780 nm (Mulja dan Suharman, 1995). Menurut Agustoo (2008), panjang gelombang serapan maksimum untuk metode ini adalah 510,5 nm. Pada penelitian ini penetapan λmaks tetap harus dilakukan, meskipun λmaks hasil pembentukan komplek warna antara Fe2+ dan o-phenanthroline sudah diketahui dengan tujuan untuk mengetahui intermediate precision dari metode ini yaitu ketepatan pada kondisi percobaan yang berbeda, baik orangnya, peralatannya, maupun waktunya. Pengukuran panjang gelombang serapan maksimum kompleks warna dilakukan dengan menggunakan tiga konsentrasi larutan baku yang berbeda yaitu 0,5 ppm; 1,5 ppm; dan 2,5 ppm dengan tujuan untuk mengetahui repeatabilitas dari metode ini yaitu presisi metoda analisis yang dilakukan dalam kondisi yang sama dalam interval waktu yang singkat. Pengukuran panjang gelombang serapan maksimum kompleks warna diukur pada menit ke-5 yang masih dalam rentang waktu hasil penetapan operating time yaitu pada menit ke-0 sampai menit ke-30. Panjang gelombang yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari rentang panjang gelombang 450 nm - 550 nm dimana panjang gelombang teoritis yaitu PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 33 510,0 nm masih berada dalam rentang tersebut. Hasil penelitian diperoleh panjang gelombang serapan maksimum sebesar 510,5 nm. Panjang gelombang serapan maksimum yang diperoleh sesuai dengan panjang gelombang acuan yaitu 510,5 nm. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini memiliki repeatabilitas dan intermerdiate precision yang baik, sehingga panjang gelombang 510,5 nm dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Hasil penetapan panjang gelombang serapan maksimum dapat dilihat pada gambar 8. Gambar 8. Hasil pembacaan panjang gelombang serapan maksimum Keterangan : 3. A = konsentrasi 2,5 ppm; serapan 0,720; λmaks 510,5 nm B = konsentrasi 1,5 ppm; serapan 0,487; λmaks 510,5 nm C = konsentrasi 0,5 ppm; serapan 0,267; λmaks 510,5 nm Pembuatan kurva baku Kurva baku diperoleh dengan melakukan pengukuran 7 seri konsentrasi larutan baku hidrokuinon dengan replikasi 3 kali pada panjang gelombang serapan PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 34 maksimum hasil optimasi yaitu 510,5 nm. Pengukuran pada panjang gelombang serapan maksimum akan menghasilkan serapan yang lebih sensitif dan kesalahan yang kecil sehingga akan menghasilkan slope yang terbaik. Hasil pengukuran kurva baku diperoleh 3 persamaan kurva baku yang berbeda yang dapat dilihat pada tabel III. Tabel III. Data pengukuran seri kurva baku hidrokuinon Replikasi I Replikasi II Replikasi III Kadar (ppm) Serapan 0,51 0,267 1,02 0,381 1,54 0,504 2,05 0,625 2,56 0,777 3,07 0,891 3,58 0,989 Y = 0,241 X + 0,139 R = 0,999 Kadar (ppm) Serapan 0,50 0,254 1,00 0,342 1,50 0,443 2,00 0,589 2,50 0,754 2,99 0,870 3,49 0,934 Y = 0,244 X + 0,110 r = 0,994 Kadar (ppm) Serapan 0,50 0,253 1,00 0,344 1,50 0,421 2,01 0,586 2,52 0,779 3,02 0,871 3,52 0,976 Y = 0,254 X + 0,094 r = 0,993 Hubungan korelasi antara konsentrasi hidrokuinon dengan serapan yang dihasilkan dapat digambarkan dengan nilai koefisien korelasi ( r ) masing-masing replikasi yang mendekati satu dan lebih besar dari nilai r tabel yaitu 0,875 dengan derajat bebas 5 dan taraf kepercayaan 99%. Hasil perhitungan tabel diatas diperoleh nilai r yang paling besar yaitu 0,999 dengan persamaan kurva baku y = 0,241x + 0,139 ( replikasi I ). Persamaan kurva baku ini akan digunakan untuk menghitung kadar hidrokuinon dalam sampel. Penggambaran hubungan linier konsentrasi hidrokuinon dengan serapan yang dihasilkan dapat dilihat pada gambar 9. 35 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI Kurva Baku 1,2 y = 0,241x + 0,139 1 Serapan 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Konsentrasi (ppm) Gambar 9. Kurva hubungan antara konsentrasi hidrokuinon dengan serapan B. Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Sampel Krim Pemutih 1. Pemilihan sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu krim pemutih yang dimaksudkan untuk memutihkan dan menghilangkan bintik-bintik hitam pada wajah. Penelitian ini bersifat deskriptif sehingga untuk populasi besar diambil sampel sebanyak 10% dan untuk populasi kecil diambil 20% (Sevilla dkk., 1993). Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh penulis, di Yogyakarta terdapat 2 merk krim pemutih hidrokuinon golongan kosmetik dan 4 merk krim pemutih hidrokuinon golongan obat. Jumlah ini termasuk dalam populasi kecil, maka untuk penelitian ini diambil 20% dari merk krim pemutih hidrokuinon. Sampel golongan kosmetik diambil 2 merk karena 2 merk inilah yang sering digunakan konsumen dan banyak terdapat di toko-toko obat di wilayah Yogyakarta, PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 36 sedangkan sampel golongan obat diambil 1 merk karena 20% dari populasi golongan obat yaitu 1 merk. Sampel yang termasuk golongan obat ini diperoleh dari salah satu apotek di wilayah Yogyakarta dan tanpa menggunakan resep dokter. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.347 Tahun 1990 tentang Obat Wajib Apotek (OWA) yaitu obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter oleh apoteker di apotek, dinyatakan bahwa krim hidrokuinon termasuk dalam golongan OWA sehingga sampel krim hidrokuinon yang tergolong obat keras dapat diperoleh di apotek tanpa menggunakan resep dokter dan diserahkan oleh Apoteker. Sampel yang dipilih memiliki kode produksi yang sama karena setiap sampel memperoleh perlakuan yang sama pada saat proses pembuatan di industri. Tujuan dilakukan pemilihan sampel yaitu agar sampel yang dianalisis dapat memberikan hasil yang representatif yang artinya sampel yang dianalisis dapat mewakili populasi yang ada. 2. Preparasi sampel Preparasi sampel dimulai dengan mencampur seluruh krim dari tube kemasan agar kandungan hidrokuinon dalam tiap bagian sama. Sampel krim ini merupakan suatu emulsi O/W yang didalamnya terdapat kandungan hidrokuinon sehingga untuk dilakukan penetapan kadar hidrokuinon, hidrokuinon harus dipisahkan dari krim terlebih dahulu. Dalam penelitian ini, komposisi bahan tambahan yang digunakan dalam sampel tidak diketahui termasuk jenis surfaktan yang digunakan, sehingga cara PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 37 pemecahan sistem emulsinya juga berbeda tergantung jenis surfaktan yang digunakan. Oleh karena itu, penulis mengacu pada metode pembuatan krim simulasi secara umum yaitu menggunakan surfaktan nonionik seperti tween 80 sehingga dalam sampel, emulsi dirusak dengan cara menambahkan salah satu fase dari emulsi yaitu fase air yang terdapat dalam campuran aquadest : metanol (1:1 v/v). Adanya metanol dalam campuran aquadest : metanol ini bertujuan untuk menarik hidrokuinon dari sistem emulsi karena hidrokuinon larut dalam metanol. Pemanasan dalam waterbath pada suhu 600C dilakukan untuk membantu proses penarikan hidrokuinon agar lebih optimal. Preparasi sampel ini dilakukan untuk mendapatkan hidrokuinon yang telah terpisah dari komponen lain dalam sampel krim sehingga dapat digunakan untuk penetapan kadar hidrokuinon dari sampel krim pemutih. 3. Penetapan kadar hidrokuinon Metode pembentukan kompleks warna ini dimulai dengan mereaksikan larutan Fe3+ dengan larutan hidrokuinon dalam suasana asam. Tujuan mereaksikan larutan Fe3+ dengan larutan hidrokuinon dalam suasana asam adalah untuk menjaga agar tetap terbentuk Fe2+ dan tidak kembali membentuk Fe3+. Larutan natrium asetat digunakan dalam menjaga kestabilan pH pada reaksi ini agar tetap dalam suasana asam yaitu pada pH 3-4. Setelah larutan Fe3+ tereduksi menjadi Fe2+ dan hidrokuinon teroksidasi menjadi kuinon, adanya penambahan pereaksi ophenanthroline akan membentuk kompleks warna merah dengan Fe2+ yang kemudian akan diukur serapannya. Larutan Fe3+ dibuat berlebih agar jumlah PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 38 hidrokuinon yang mereduksi Fe3+ dapat dihitung dari pembentukan Fe2+ yang terjadi. Penetapan kadar hidrokuinon dalam sampel krim pemutih ini diukur pada panjang gelombang 510,5 nm. Penetapan kadar hidrokuinon ini dilakukan pada tiga merk krim pemutih yang mengandung hidrokuinon yang telah diketahui kadarnya dan dilakukan replikasi sebanyak 10 kali. Kadar yang diperoleh dari tiap-tiap replikasi dapat dilihat dalam tabel IV. 39 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI Tabel IV. Kadar rata-rata hidrokuinon dalam sampel krim pemutih Merk A B C Replikasi Serapan Kadar Hidrokuinon (%b/b) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,558 0,541 0,556 0,560 0,540 0,550 0,535 0,555 0,556 0,561 0,624 0,623 0,620 0,625 0,623 0,630 0,635 0,625 0,627 0,624 0,755 0,759 0,759 0,758 0,753 0,760 0,757 0,755 0,753 0,757 1,71 1,68 1,72 1,73 1,70 1,72 1,68 1,75 1,74 1,71 1,94 2,01 2,04 1,98 1,94 2,01 2,01 1,98 2,02 2,03 4,99 4,97 4,99 5,04 4,97 5,03 4,98 4,95 5,09 4,98 Hasil penetapan kadar hidrokuinon Χ (%b/b) ± SD KV (%) 1,71 ± 0,023 1,3 1,99 ± 0,035 1,8 4,99 ± 0,042 0,8 didapatkan kadar rata-rata hidrokuinon yang terkandung dalam sampel yaitu merk “A” diperoleh kadar ratarata 1,71 % b/b; merk “B” diperoleh kadar rata-rata 1,99 % b/b, dan merk “C” PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 40 diperoleh kadar rata-rata 4,99 % b/b, sedangkan kadar yang tertera pada kemasan adalah 2 % b/b untuk merk “A” dan “B”, dan 5 % b/b untuk merk “C”. Hasil penetapan % koefisien variansi (KV) menunjukkan bahwa % KV berada dalam rentang presisi yang dipersyaratkan yaitu < 2,5% (Harmita, 2004), sehingga dapat disimpulkan bahwa metode ini memiliki presisi yang baik untuk penetapan kadar hidrokuinon dalam krim pemutih. Berdasarkan The United States Pharmacopeia 30th (Anonim, 2007b), krim hidrokuinon mengandung tidak kurang dari 94% dan tidak lebih 106% C6H6O2 yang tertera dalam label kemasan. Kadar hidrokuinon yang diperoleh dari tiap-tiap merk berdasarkan The United States Pharmacopeia 30th (Anonim, 2007b) dapat dilihat dalam tabel V. Tabel V. Kadar hidrokuinon yang diperoleh dari tiap-tiap merk berdasarkan The United States Pharmacopeia 30th Merk Kadar Hidrokuinon (%) A B C 85,5 99,5 99,8 Rentang Kadar yang Dipersyaratkan (%) 94-106 Hasil TM M M Keterangan : TM = Tidak memenuhi persyaratan M = Memenuhi persyaratan Dari data diatas, terlihat bahwa hanya merk “A” tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan yaitu hanya mengandung 85,5% C6H6O2. Hal tersebut dapat disebabkan komposisi bahan tambahan termasuk jenis surfaktan yang digunakan dalam sampel tidak diketahui sehingga untuk preparasi sampelnya kurang optimum dan tidak semua zat hidrokuinon dapat ditetapkan kadarnya. PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kadar rata-rata hidrokuinon dalam krim pemutih merk “A”, “B”, dan “C” berturut-turut adalah 1,71 % b/b; 1,99 % b/b; dan 4,99 % b/b. 2. Krim pemutih merk “A” tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan yaitu mengandung 85,5% C6H6O2 sedangkan krim pemutih merk “B” dan “C” memenuhi persyaratan yang telah ditentukan yaitu mengandung berturutturut 99,5% dan 99,8% C6H6O2. B. Saran 1. Perlu dilakukan optimasi preparasi sampel untuk masing-masing merk dalam penetapan kadar hidrokuinon dalam krim pemutih dengan menggunakan pereaksi o-phenanthroline. 2. Perlu dilakukan perbandingan metode penetapan kadar hidrokuinon berdasarkan Farmakope Indonesia, The United States Pharmacopeia dengan pengembangan metode yang dilakukan dalam penelitian ini. 41 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 42 DAFTAR PUSTAKA Anief, M., 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek, 71-72, Gajah Mada Univercity Press, Yogyakarta Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 440, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1996, Hydroquinone Health and Safety Guide, http://www.inchem.org/documents/hsg/hsg/hsg101.htm, diakses tanggal 6 September 2007 Anonim, 1999, Martindale The Complete Drug Reference, 32nd ed., 1083,1116,1123, edited by Kathleen Parfitt, Pharmaceutical Press, London, UK. Anonim, 2003, Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia Nomor Hk.00.05.4.1745 Tentang Kosmetik, http://www.pom.go.id/, diakses pada tanggal 13 Februari 2007 Anonim, 2004, Guidelines for the Validation of Analytical Methods for Active Constituent, Agricultural and Veterinary Chemical Products, 4-5, www.apvma.gov.au/guidlines/downloads/g169_analytical_methoda.pdf , diakses tanggal 31 Mei 2008 Anonim, 2005, Skin Whitening, http://www.health-cares.net, diakses tanggal 10 September 2007 Anonim, 2006, Cermati Produk Pemutih Kulit, http://www.kompas.com, diakses pada tanggal 15 Februari 2007 Anonim, 2007a, Public Warning/Peringatan tentang Kosmetik mengandung Bahan Berbahaya dan Zat Warna yang dilarang, http://www.pom.go.id/public/peringatan_publik/pdf/PWKosBB.pdf, diakses pada tanggal 30 Agustus 2007 Anonim, 2007b, The United States Pharmacopeia 30th The National Formulary 25th, Vol II, 680, 2308, United States Pharmacopeial Convention, Inc., New York Anonim, 2008, Proposal KTI Validasi Metode Pemeriksaan Timbal Darah dengan AAS, http://ninjabiru.wordpress.com/ , diakses tanggal 6 Juni 2008 Ansel, H.C., 1995, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi IV ,513,515, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 43 Basset, J., Denney, R.C., Jeffery, G.H., Mendham, J., 1994, Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, edisi IV, 812-813, diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A.H. dan Setiono, L., Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta Brady, J.E., 1994, General Chemistry, 375-376, ,alih bahasa oleh Pudjaatmaka, A.H., dan Achmadi S., Erlangga, Jakarta Butz, H., and Nobels, H. J., 1961, Instrumental Methods for the Analysis of Food Additives, 109-123, Interscience Publisher, New York London Christian, G.D., 2004, Analytical Chemistry, 6th ed, 65, 66, 483,484, John Wiley & Sons, Inc., United States of America Cunniff, P., 1995, Official Methods of Analysis of AOAC International, Ed16th, Vol II, AOAC International Suite 400, Virginia Day, R.A. and Underwood, A.L., 1986, Analisis Kimia Kuantitatif, 290-291, 293-294, diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A.H., Erlangga, Jakarta Gillard, R.D., 1985, The Determination of Ferrous and Ferric Iron in Rocks and Minerals, http://www.minersoc.org/pages/ArchiveMM/Volume_49/49-350-101.pdf, diakses pada tanggal 31 Mei 2008 Harris, D.C., 1999, Quantitative Chemical Analysis, 863-864, 5th ed., W.H. Freeman and Company, New York Hartini, Y.S., Sulasmono, 2007, Apotek, Ulasan Beserta Naskah Peraturan Perundang-undangan Terkait Apotek Termasuk Naskah dan Ulasan Permenkes tentang Apotek Rakyat, 238, Edisi Revisi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Ibrahim, S.S., Damayanti, S., Riani, Y., 2004, Penetapan Kecermatan dan Keseksamaan Metode Kolorimetri menggunakan Pereaksi Floroglusin untuk Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Pemucat, http://acta.fa.itb.ac.id/pdf_dir/issue_29_1_4.pdf, diakses pada tanggal 13 Februari 2007 Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., Wood, J.H., 1992, Ilmu Kimia untuk Universitas, 36-37, edisi 6, jilid 2, Erlangga, Jakarta Khopkar, S.M., 1990, Basic Concepts of Analytical Chemistry, alih bahasa oleh Saptoraharjo, A., 193, 204, Universitas Indonesia Press, Jakarta PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 44 Mailbach. I.H., 2000, Cosmeceuticals Drugs vs Cosmetics, 123-143, edited by Peter Elsner, Marcel Dekker, Inc., New York Mulja, H.M., Suharman, 1995, Analisis Instrumental, 26-33, Airlangga University Press, Surabaya Mulja, M. dan Hanwar, D., 2003, Prinsip-prinsip Cara Berlaboratorium Yang Baik (Good Laboratory Practice), Majalah Farmasi Airlangga, Vol.III, No.2, 71-76, Universitas Airlangga Press, Surabaya Rohman, A., 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Belajar, Yogyakarta Roth, H.J., and Blaschke, G., 1994, Pharmaceutical Analysis, 359-361, 373, diterjemahkan oleh Sarjoko Kisman dan Slamet Ibrahim, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Sastrohamidjojo, H., 1991, Spektroskopi, 9, 11, 15, 22-26, Yogyakarta Liberty, Sevilla, C.G., Jesus, A.O., Twila, G.P., 1993, Pengantar Metode Penelitian,163, diterjemahkan oleh Ali Muddin Tuwu, UI Press, Jakarta Schirmer, R.E., 1982, Modern Methods of Pharmaceutical Analysis, 75-76, CRC Press, Inc., Bocaraton, Florida, Wenninger, J.A., Canterbery, R.C., McEwen Jr., G.N., 2000, International Cosmetics Ingredient Dictionary and Handbook, 8th ed., Vol.I, 673, The Cosmetic, Toiletry, and Fragrance Assosiation, Washington, DC Whitfield, -, Analysis of Iron in a Food Product, http://faculty.edcc.edu/mary.whitfield/IronProject.pdf , diakses tanggal 31 Mei 2008 Wilkinson, J.B., dkk., 1982, Harry’s Cosmeticology, 7th Ed., 264-270, Chemical Publishing Company, Inc., New York PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI LAMPIRAN Lampiran 1. Data penimbangan hidrokuinon baku untuk kurva baku Replikasi I : Berat kertas + zat = 0,26648 g Berat kertas + sisa = 0,25624 g ( - ) Berat zat = 0,01024 g Æ ad 10,0 mL H2O Berat kertas + zat = 0,26837 g Berat kertas + sisa = 0,25839 g ( - ) Berat zat = 0,00998 g Æ ad 10,0 mL H2O Berat kertas + zat = 0,26184 g Berat kertas + sisa = 0,25178 g ( - ) Berat zat = 0,01006 g Æ ad 10,0 mL H2O Replikasi II : Replikasi III : Lampiran 2. Perhitungan seri kadar baku hidrokuinon Replikasi I : Konsentrasi stok baku , 1024 ppm Konsentrasi intermediate = 1024 . 1 = 102,4 ppm 10 C1 = 102,4 ppm . 0,05 mL . 1 10 = 0,512 ppm ≈ 0,51 ppm C2 = 102,4 ppm . 0,10 mL . 1 10 = 1,024 ppm ≈ 1,02 ppm 45 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI C3 = 102,4 ppm . 0,15 mL . 1 10 = 1,536 ppm ≈ 1,54 ppm C4 = 102,4 ppm . 0,20 mL . 1 10 = 2,048 ppm ≈ 2,05 ppm C5 = 102,4 ppm . 0,25 mL . 1 10 = 2,560 ppm ≈ 2,56 ppm C6 = 102,4 ppm . 0,30 mL . 1 10 = 3,072 ppm ≈ 3,07 ppm C7 = 102,4 ppm . 0,35 mL . 1 10 = 3,584 ppm ≈ 3,58 ppm Replikasi II : Konsentrasi stok baku , 998 ppm Konsentrasi intermediate = 998 . = 99,8 ppm C1 = 99,8 ppm . 0,05 mL . 1 10 = 0,499 ppm ≈ 0,50 ppm C2 = 99,8 ppm . 0,10 mL . 1 10 = 0,998 ppm ≈ 1,00 ppm C3 = 99,8 ppm . 0,15 mL . 1 10 = 1,497 ppm ≈ 1,50 ppm C4 = 99,8 ppm . 0,20 mL . 1 10 = 1,996 ppm ≈ 2,00 ppm C5 = 99,8 ppm . 0,25 mL . 1 10 = 2,495 ppm ≈ 2,50 ppm C6 = 99,8 ppm . 0,30 mL . 1 10 = 2,994 ppm ≈ 3,00 ppm C7 = 99,8 ppm . 0,35 mL . 1 10 = 3,493 ppm ≈ 3,49 ppm 46 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI Replikasi III : Konsentrasi stok baku , Konsentrasi intermediate = 1006 = 1006 ppm . 100,6 ppm C1 = 100,6 ppm . 0,05 mL . 1 10 = 0,503 ppm ≈ 0,50 ppm C2 = 100,6 ppm . 0,10 mL . 1 10 = 1,006 ppm ≈ 1,00 ppm C3 = 100,6 ppm . 0,15 mL . 1 10 = 1,509 ppm ≈ 1,51 ppm C4 = 100,6 ppm . 0,20 mL . 1 10 = 2,012 ppm ≈ 2,01 ppm C5 = 100,6 ppm . 0,25 mL . 1 10 = 2,515 ppm ≈ 2,52 ppm C6 = 100,6 ppm . 0,30 mL . 1 10 = 3,018 ppm ≈ 3,02 ppm C7 = 100,6 ppm . 0,35 mL . 1 10 = 3,521 ppm ≈ 3,52 ppm 47 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI Lampiran n 3. Hasil Operating Time (OT) 48 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 49 Lampiran 4. Hasil scanning λmaks kadar hidrokuinon Lampiran 5. Data scanning λmaks kadar hidrokuinon Konsentrasi ( ppm ) 0,5 1,5 2,5 Serapan 0,267 0,487 0,720 λmaks ( nm ) 510,5 510,5 510,5 Lampiran 6. Data kurva baku hidrokuinon Replikasi I Replikasi II Replikasi III Kadar (ppm) Serapan 0,51 0,267 1,02 0,381 1,54 0,504 2,05 0,625 2,56 0,777 3,07 0,891 3,58 0,989 Y = 0,241 X + 0,139 R = 0,999 Kadar (ppm) Serapan 0,50 0,254 1,00 0,342 1,50 0,443 2,00 0,589 2,50 0,754 2,99 0,870 3,49 0,934 Y = 0,244 X + 0,110 r = 0,994 Kadar (ppm) Serapan 0,50 0,253 1,00 0,344 1,50 0,421 2,01 0,586 2,52 0,779 3,02 0,871 3,52 0,976 Y = 0,254 X + 0,094 r = 0,993 50 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI Lampiran 7. Kurva baku dari 3 replikasi Replikasi 1 : Kurva Baku 1,2 y = 0,241x + 0,139 R² = 0,997 Serapan 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Konsentrasi (ppm) Replikasi 2 : Kurva Baku 1,2 y = 0,244x + 0,110 R² = 0,988 1 Serapan 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 Konsentrasi ( ppm ) 3 3,5 4 51 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI Replikasi 3 : Kurva Baku 1,2 y = 0,253x + 0,094 R² = 0,985 Serapan 1 0,8 0,6 0,4 0,2 0 0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 Konsentrasi ( ppm ) Lampiran 8. Komposisi sampel krim pemutih hidrokuinon Merk “A”, CD 1006390129, Batch No. 580310 = Hidrokuinon 20 mg/g dalam dasar krim kosmetik yang cocok. Merk “B”, CD 1006390384, Batch No. GNW 10 = Hidrokuinon 2% dalam zat dasar krim yang dapat dicuci dengan air. Merk “C”, DKL 8328601029A1, Batch No. MNG 01 = Hidrokuinon 5% dalam zat dasar krim yang dapat dicuci dengan air Lampiran 9. Contoh perhitungan kadar hidrokuinon dalam sampel krim pemutih Diketahui serapan : 0,558 Serapan yang diperoleh dimasukkan dalam persamaan kurva baku Y = 0,241 X + 0,139 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 0,558 = 0,241 X + 0,139 X = 1,739 ppm Sebelum pengenceran = 1,739 ppm . , = 347,8 ppm = 0,3478 mg/mL Kadar dalam 50 mL sampel = 0,3478 mg . 50 mL = 17,39 mg Kadar hidrokuinon dalam tiap gram sampel = , , = 17,21 mg / g = 1,71 % b/b 52 53 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI Lampiran 10. Data penetapan kadar hidrokuinon dalam 3 merk krim pemutih Merk A B C Replikasi Serapan Kadar Hidrokuinon (%b/b) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,558 0,541 0,556 0,560 0,540 0,550 0,535 0,555 0,556 0,561 0,624 0,623 0,620 0,625 0,623 0,630 0,635 0,625 0,627 0,624 0,755 0,759 0,759 0,758 0,753 0,760 0,757 0,755 0,753 0,757 1,71 1,68 1,72 1,73 1,70 1,72 1,68 1,75 1,74 1,71 1,94 2,01 2,04 1,98 1,94 2,01 2,01 1,98 2,02 2,03 4,99 4,97 4,99 5,04 4,97 5,03 4,98 4,95 5,09 4,98 Χ (%b/b) ± SD KV (%) 1,71 ± 0,023 1,3 1,99 ± 0,035 1,8 4,99 ± 0,042 0,8 PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 54 Lampiran 11. Data perhitungan KV (%) Merk A = KV = . 100% = Merk B = KV = . 100% = Merk C = KV = . 100% = , . 100% = 1,3% , , . 100% = 1,8% , , . 100% = 0,8% , Lampiran 12. Data perhitungan kadar hidrokuinon berdasarkan The United States Pharmacopeia 30th Kadar hidrokuinon , Merk A = Merk B = , Merk C = , = % / % / % / % / % / % / x 100% = 85,5 % x 100% = 99,5 % x 100% = 99,8 % x 100% PLAGIAT PLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 55 BIOGRAFI PENULIS Fridolina Liancy Pasau, penulis skripsi berjudul Penetapan Kadar Hidrokuinon dalam Krim Pemutih Berbagai Merk yang Beredar di Yogyakarta dengan Metode Spektrofotometri Visibel, dilahirkan di kota Banjarmasin pada tanggal 6 Maret 1987 dari pasangan Bapak Belarnimus Kendek dan Ibu Hermina Sente Limbu. Penulis telah menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Sanjaya Putra, Banjarbaru pada tahun 1990 hingga 1992 lalu melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Sanjaya Putra Banjarbaru pada tahun 1992 hingga 1998. Penulis melanjutkan pendidikan menengah di SLTP Negeri 1 Banjarbaru pada tahun 1998 hingga 2001 dan SMU Stella Duce 1 Yogyakarta pada tahun 2001 hingga 2004. Setamat SMU, penulis melanjutkan kuliah S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2004 hingga tahun 2008.