hubungan berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur

advertisement
HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN
RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI BPS ROSIDA
HIMAWATI DESA TAMBAKREJO KECAMATAN PURWOREJO
KABUPATEN PURWOREJO
Fetty Chandra Wulandari, Nur Widayanti
ABSTRAK
AKI di Jateng mencapai 114,42 per 100.000 kelahiran pada tahun 2010. Di
purworejo 37 bayi (29,4%) merupakan penyebab tertinggi terjadinya rupture perineum.
Berdasarkan hasil wawancara di BPS Rosida Himawati angka kejadian rupture
perineum sebanyak 63 orang (36,2%) dari 165 kelahiran. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui adanya hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian
rupture perineum di BPS Rosida Himawati Desa Tambakrejo Kecamatan Purworejo
Kabupaten Purworejo.
Desain penelitian secara Survey Analitik dengan pendekatan Case Control. Subyek
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu bersalin yang mengalami rupture
perineum dan yang tidak mengalami rupture perineum berjumlah 126 orang.
Pengambilan sampel menggunakan Total Sampling. Analisa data yang digunakan
adalah uji chi square. Uji Statistik yang digunakan adalah Coefisien Contingensi.
Hasil penelitian didapatkan harga signifikan antara berat badan bayi dengan kejadian
rupture perineum, dengan uji nilai Chi Square 33,652, nilai ρ value 0,000 < 0,05 dan
Coefisien Contingensi 0,459 yang artinya berhubungan sedang. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara berat badan bayi baru lahir
dengan kejaidan rupture perineum pada persalinan normal di BPS Rosida Himawati
Kabupaten Purworejo
Kata Kunci : Berat Badan Bayi Baru Lahir, Kejadian Ruptur Perineum.
forceps yang sukar, distosia bahu, dan
PENDAHULUAN
Asuhan persalinan normal adalah
asuhan yang bersih dan aman selama
anomaly
congenital
(Oxorn
dan
William, 2010).
Robekan jalan lahir bersumber dari
persalinan dan setelah bayi lahir, serta
merupakan
upaya
pencegahan
berbagai organ diantaranya meliputi
komplikasi
terutama
perdarahan
vagina, perineum, porsio, serviks, dan
persalinan, hipotermia, dan asfiksia
uterus. Ciri yang khas dari robekan
bayi baru lahir untuk mengurangi angka
jalan lahir yaitu kontraksi kuat, keras
kesakitan dan kematian ibu. Tujuan dari
dan
asuhan persalinan normal itu sendiri
langsung setelah anak lahir dan tidak
untuk
kelangsungan
berkurang setelah dilakukan massase
hidup dan mencapai derajat kesehatan
dan pemberian uterotonika. Robekan
yang
jalan lahir ini harus dapat diminimalkan
mengupayakan
tinggi
bagi
ibu
dan
bayi
Masalah yang terjadi pada ibu
adalah
terjadinya
rupture
perineum yang disebabkan oleh faktor
maternal dan faktor janin. Faktor
maternal
itu
presipitatus,
berhenti
sendiri
pasien
mengejan,
diselesaikan
dengan
perdarahan
terjadi
karena tidak jarang perdarahan terjadi
(Prawirohardjo, 2009).
bersalin
mengecil,
karena robekan dan ini menimbulkan
akibat yang fatal seperti syok (Rukiyah,
2010).
Telah diketahui bahwa 3 penyebab
partus
utama kematian ibu di bidang obstetri
mampu
adalah perdarahan 45%, infeksi 15%,
yang
dan hipertensi dalam kehamilan 13%
tergesa-gesa
(SKRT, 2010). Sejalan dengan data
yaitu
tidak
partus
yang
tersebut kebanyakan kematian maternal
berlebihan, edema dan kerapuhan pada
terjadi 3 hari sehabis melahirkan karena
perineum,
yang
terserang infeksi. Oleh karena itu baik
melemahkan jaringan perineum, arcus
ibu, keluarga maupun tenaga kesehatan
pubis sempit dengan pintu bawah
perlu belajar hal-hal yang berkaitan
panggul yang sempit sehingga menekan
dengan
kepala bayi ke arah posterior, perluasan
postpartum ini (Manuaba, 2010).
dengan
dorongan
varikositas
fundus
vulva
episiotomi. Dan faktor dari janin yaitu
bayi
besar,
posisi
kepala
yang
abnormal, kelahiran bokong, ekstraksi
komplikasi
perdarahan
Dari hasil penelitian di BPM
Suhartinah Krasak, Salaman pada bulan
Januari
sampai
Februari
2013
menunjukkan angka 62,9% kasus (17
dari 27 persalinan normal) dengan
laserasi.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan
metode
penelitianSurvey
pendekatan
Analitik
hasil
studi
dengan
dilakukan
oleh
Penelitian ini dilakukan di BPS Rosida
di BPS Rosida Himawati
Himawati Desa Tambakrejo Kecamatan
diperoleh data jumlah ibu bersalin
Purworejo Kabupaten Purworejo pada
normal adalah 165 orang. Ibu bersalin
tangal 17 Maret - 9 Mei 2014. Populasi
yang
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu
Berdasarkan
pendahuluan
peneliti
yang
mengalami
rupture
perineum
sejumlah 63 orang. Dan ibu yang yang
bersalin
mengalami rupture perineum karena
Perineum di BPS Rosida Himawati
berat badan bayi dari > 3500 gram
adalah 63 orang terhitung dari 1
adalah 21 orang.
Januari- 31 Desember 2013.
Berat
badan
bayi
penting
dalam
rupture
perineum
pada
normal.
Berat
mempengaruhi
terjadinya
Ruptur
Sampel dalam penelitian ini adalah
kejadian
seluruh ibu bersalin yang mengalami
persalinan
badan
mengalami
lahir
baru
berperan
yang
Retrospektif.
rupture
perineum
di
BPS
Rosida
bayi
Himawati yaitu sebanyak 63 orang yang
rupture
masuk dalam kriteria inklusi, teknik
perineum. Semakin besar berat janin
sampling menggunakan total sampling.
maka perluasan luka perineum semakin
Proses pengumpulan data dalam
besar, sehingga insiden perdarahan
penelitian ini akan dilakukan dengan
postpartum
semakin
menggunakan tentang kejadian rupture
meningkat.Berdasarkan latar belakang
perineum ini berisi tentang nama ibu,
tersebut maka penulis tertarik untuk
berat badan bayi dan kejadian rupture
melakukan penelitian dengan judul
perineum. Uji statistik menggunakan
“Hubungan Berat Badan Bayi Baru
Chi Square.
Lahir
HASIL PENELITIAN
Dengan
Kejadian
Ruptur
Perineum pada Persalinan Normal di
Analisis Univariat
BPS
a. Karakteristik responden berdasarkan
Rosida
Tambakrejo
Himawati
Kecamatan
Kabupaten Purworejo”.
Desa
Purworejo
berat badan bayi baru lahir
Kriteria berat badan bayi baru
lahir dibagi menjadi 3 kategori yaitu
berat badan 2500-3000 gram, berat
dilakukan analisa data hasilnya dapat
badan >3000-3500 gram dan berat
dilihat pada tabel sebagai berikut :
badan >3500-4000 gram. Setelah
Tabel
dilakukan
Responden Berdasarkan Kejadian
analisis
data
hasilnya
dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut :
Tabel
No
Distribusi
Distribusi
Frekuensi
Ruptur Perineum
No
3
4
Frekuensi
Rupture
perineum
Frekuensi
Presentase
Responden Berdasarkan Berat Badan
1
Ya
63
38,2
Bayi
2
Tidak
102
61,8
165
100
Berat Badan Bayi
Kasus
Kontrol
Total
Sumber : Data Sekunder 2013
F
%
F
%
1
2500-3000 gram
11
8,7
43
34,1
2
>3000-3500 gram
37
29,4
16
12,7 pada tabel dapat diketahui bahwa
3
>3500-4000 gram
15
11,9
4
3,2
dari 165 ibu yang bersalin normal
63
50
63
50
yang mengalami rupture perineum
Total
Berdasarkan hasil analisa data
Sumber : Data Sekunder 2013
sebanyak 63 orang (38,2%) dan ibu
Berdasarkan hasil analisa data pada
yang
tabel 5 dapat diketahui bahwa dari
perineum
kelompok kasus sebagian besar berat
(61,8%).
badan bayi
Tabel
badan
antara
terdapat pada berat
>3000-3500
gram
tidak
5
mengalami
sebanyak
Distribusi
rupture
102
orang
Frekuensi
Kelompok Kasus Dan Kelompok
(29,4%). Sedangkan dari kelompok
Kontrol
Berdasarkan
kontrol sebagian besar berat badan
Rupture Perineum
Kejadian
bayi terdapat berat badan No
antara Ruptur
Frekuensi Presentase %
Perineum
2500-3000 gram (34,1%).
1 Ya (kelompok
63
50
b. Kejadian Rupture Perineum
kasus)
2 Tidak
63
50
Kejadian ruptur perineum pada
(kelompok
penelitian ini di bagi menjadi kontrol)
2
Total
126
100
kategori yaitu ibu yang mengalami
Sumber : Data Sekunder 2013
ruptur perineum dan ibu yang tidak
Pada
penelitian
di
ini
mengalami ruptur perineum. Setelah
dilaksanakan terhadap 2 kelompok,
yaitu kelompok kasus ibu bersalin
dengan ruptur perineum sebanyak 63
rupture perineum yaitu antaraberat
orang (50%) dan kelompok kontrol
badan >3000-3500 gram (29,4%).
ibu bersalin yang tidak mengalami
Sedangkan kelompok kontrol yang
ruptur perineum sebanyak 63 orang
tidak mengalami ruptur perineum
(50%).
yang paling banyak yaitu antara berat
badan 2500-3000 gram (34,1%).
Analisis Bivariat
a. Analisis
hubungan
badan
bayi
baru
antara
lahir
berat
dengan
kejadian ruptur perineum
Tabel
7menunjukkan
hubungan menggunakan Chi Square
X2hitungsebesar
diperoleh
Hubungan antara berat badan bayi
analisis
33,652>X2tabel
sebesar 5,591, nilai
baru lahir dengan kejadian ruptur
Coefisien Contingensi sebesar 0,459
perineum pada persalinan normal di
dengan ρ = 0,000 pada df = 2 dengan
BPS
taraf signifikansi 5%.Bila dilihat
Rosida
Himawati
Desa
Tambakrejo.
pada nilai ρ value yaitu 0,000 yang
Tabel 6Tabulasi Silang antara Berat
berarti
Badan Bayi Baru Lahir dengan
demikianmaka H0 ditolak dan Ha
Kejadian Ruptur Perineum
diterima
Rupture perineum
Ya
Tidak
Total
(Kasus) (Kontrol)
F
%
F
%
F
%
Berat
badan
25003000
gram
>30003500
gram
>35004000
gram
Total
2
X
11
8,7
43
34,
1
54
42,
8
37
29,
4
16
12,
7
53
42,
1
11,
9
4
3,2
19
15,
1
50
12
6
10
0
15
63
hitung
50
63
= 33,652 (ρ= 0,000)
antara
ρ<
0,05
artinya
berat
lahirdengan
dengan
“ada
badan
hubungan
bayi
kejadian
baru
ruptur
perineum pada persalinan normal di
BPS Rosida Himawati”.
PEMBAHASAN
1. Berat Badan Bayi Baru Lahir
Dari hasil penelitian diketahui
bayi yang di lahirkan di BPS Rosida
Himawati sebanyak 165 bayi yang
diketahui bahwa sebagian besar bayi
X2tabel= 5,591 (df = 2)
yang dilahirkan yaitu dengan berat
Data tabel 6 menunjukkan bahwa
2500-3000 gram (42,9%).
kelompok kasus dengan berat badan
Berat badan bayi baru lahir
bayi yang paling banyak mengalami
sebaiknya jangan terlalu besar atau
terlalu kecil. Dilihat dari tabel 3 bayi
adanya potensi bayi besar. Upaya
yang lahir dengan berat badan >3500
yang dapat mencegah adanya bayi
gram sebanyak 19 bayi (15,1%). Hal
besar, ibu hamil perlu melakukan
ini sesuai dengan pendapat Yanti
pemeriksaan
(2009) bahwa bayi sedang sampai
teratur. Pencegahan ini dilakukan
besar memiliki resiko yang dapat
dengan
terjadi pada ibu bila kondisi panggul
berat
patologik yaitu terjadinya kesulitan
pengukuran tinggi fundus uteri dan
dalam melahirkan, perdarahan pasca
pola makan yang benar. Banyak
bersalin, rupture uterus dan robekan
orang beranggapan bahwa ibu hamil
jalan lahir. Sedangkan masalah pada
harus makan untuk porsi 2 orang
janin
terjadi
karena membutuhkan energi yang
asfiksia, bahu dapat tersangkut, bayi
banyak, padahal ibu hamil hanya
akan lahir dengan gangguan nafas
memerlukan
janin, trauma leher dan gawat janin
sebanyak 10-15 persen kebutuhan
(Rukiyah dan Lia, 2010).
normal.
diantaranya
dapat
kehamilan
melakukan
badan
ibu
secara
penimbangan
secara teratur,
kebutuhan
energi
Penting bagi seorang ibu hamil
Berat badan bayi yang normal
dilahirkan oleh seorang ibu adalah
untuk
antara 2500-4000 gram, karena pada
ultrasonografi
berat tersebut menunjukkan bahwa
pemeriksaan kadar gula dalam darah
selama didalam kandungan nutrisi
selama
bayi terpenuhi dan biasanya pada
besar bayi dengan menggunakan
berat 2500-4000 gram bayi sudah
USG memberikan ketepatan sampai
mampu mampu beradaptasi di luar
90
kandungan untuk menyesuaikan diri
dengan tinggi fundus uteri
dengan lingkungan baru (Vivian,
memberikan ketepatan sampai 50
2010).
persen. Pada pemeriksaan kadar gula
Pencegahan terjadinya bayi lahir
melakukan
pemeriksaan
(USG)
kehamilan.
persen
sedangkan
dan
Pemeriksaan
mengukur
hanya
dalam darah sangat diperlukan untuk
besar sangat diperlukan agar tidak
mencegah
terjadi
tidak
kematian janin didalam kandungan
diinginkan bagi ibu dan janin dengan
karena ibu dengan riwayat sakit gula
melakukan
mengakibatkan ibu melahirkan bayi
komplikasi
diagnosa
yang
lebih
awal
terjadinya
komplikasi
besar. Bila kadar gula dalam darah
yang dapat terjadi akibat dari rupture
tidak normal, dapat dinormalkan
perineum
dengan
hematoma, dan infeksi.
menggunakan
suntikan
yaitu
perdarahan,
hormon insulin. Sehingga jangan
Hal ini dapat dihindari dengan
malu untuk menceritakan riwayat
cara mencegah dan menangani agar
kehamilan yang buruk jika sedang
tidak terjadi rupture perineum yaitu
berkonsultasi
pemijatan perineum yang dilakukan
dengan
dokter
(Rukiyah dan Lia, 2010).
beberapa minggu sebelum bersalin
2. Kejadian Ruptur Perineum
untuk melemaskan otot-otot disekitar
atau
perineum menjadi lentur dan lebih
koyaknya jaringan secara paksa.
meregang pada saat melahirkan,
Perineum adalah bagian yang teletak
lakukan
antara vulva dan anus panjang rata-
mencegah lemahnya sfingter uretra
rata 4 cm. Menurut Wiknjosastro,
atau otot yang digunakan untuk
rupture perineum adalah luka pada
berkemih dan nutrisi bagi ibu juga
perineum yang terjadi karena sebab-
sangat diperlukan untuk membantu
sebab
mengelastisitaskan
Ruptur
adalah
tertentu
robekan
tanpa
dilakukan
senam
kegel
kulit
untuk
agar
tindakan perobekan atau disengaja.
perineum dapat meregang selama
Luka ini terjadi pada saat persalinan
melahirkan (Yanti, 2009).
3. Hubungan Berat Badan Bayi Baru
dan biasanya tidak teratur.
Dilihat dari tabel 4 kejadian
rupture perineum di BPS Rosida
Lahir Dengan Kejadian Rupture
Perineum
Himawati yaitu sebanyak 63 orang
Bila dilihat pada nilai ρ value
(38,2%) dari 165 kelahiran.Rupture
yaitu 0,000 yang berarti ρ< 0,05
perineum ini biasanya disebabkan
dengan demikian maka H0 ditolak Ha
oleh
yaitu
diterima sehingga dapat disimpulkan
partus
“ada hubungan antara berat badan
presipitatus, bayi besar, presentasi
bayi baru lahir dengan kejadian
muka, primigravida, letak sungsang,
rupture perineum pada kelahiran di
pimpinan persalinan yang salah dan
BPS Rosida Himawati Kabupaten
persalinan
Purworejo”.
beberapa
diantaranya
faktor
karena
dengan
tindakan
(Mochtar, 2012). Resiko komplikasi
Hal ini menunjukkan bahwa berat
badan
badan
janin
dapat
tampak serta perineum dan anus
mulai meregang, letakkan jari kanan
mengakibatkan terjadinya rupture
pada
perineum yaitu terutama berat badan
perineum. Dan ketika kepala janin
janin diatas 3500 gram, karena resiko
melakukan
trauma partus melalui vagina seperti
tangan kiri menahan bagian belakang
distosia bahu dan kerusakan jaringan
kepala agar defleksi tidak terlalu
lunak ibu. Hal ini sesuai dengan
cepat sehingga rupture perineum
pendapat Harry Oxorn bahwa ruptur
dapat dihindarkan.
perineum
resiko
untuk
defleksi,
menahan
sebaiknya
salah
satu
Dari hasil penelitian dapat dilihat
melahirkan
bayi
pada tabel 6 ibu bersalin yang
merupakan
terbesar
perineum
mengalami rupture perineum yang
besar.
Berdasarkan
robekan
teori
perineum
yang
terjadi
ada,
melahirkan bayinya dengan berat
pada
antara
>3000-3500
gram
yaitu
kelahiran dengan berat badan bayi
sebanyak 37 orang (29,4%) dari 63
yang besar. Hal ini terjadi karena
ibu bersalin yang mengalami rupture
semakin besar berat badan bayi yang
perineum.Meskipun sudah dilakukan
dilahirkan akan meningkatkan resiko
upaya pencegahan rupture perineum
terjadinya ruptur perineum karena
pada proses kelahiran dengan berat
perineum tidak cukup kuat menahan
badan bayi besar, tetap saja masih
regangan kepala bayi dengan berat
ada kemungkinan terjadinya rupture
badan bayi yang besar, sehingga
perineum tinggi.
pada proses kelahiran bayi dengan
Penanganan yang dilakukan bila
berat badan bayi lahir yang besar
diketahui terdapat rupture perineum
sering
yaitu dilakukan episiotomi untuk
terjadi
ruptur
perineum.
mencegah luka dipinggir yang tidak
(Varney, 2008).
Upaya yang dapat dilakukan pada
rata.
Bila
dijumpai
robekan
saat melahirkan bayi sesuai dengan
perineum, dapatdilakukan penjahitan
teori
yaitu
luka dengan baik lapis demi lapis,
ketika kepala bayi sudah berada
dengan memperhatikan jangan ada
didasar
sudah
robekan yang terbuka ke arah vagina
membuka dan rambut bayi mulai
yang biasanya dapat dimasuki oleh
Wiknjosastro
panggul,
(2005)
vulva
bekuan
darah
yang
Dalam
penelitian
ini
peneliti
lama
hanya menganalisis 2 variabel saja
Dan memberikan ibu
yaitu berat badan bayi baru lahir
antibiotik yang cukup agar tidak
dengan kejadian rupture perineum
terjadi infeksi (Mochtar, 2010).
dan juga peneliti tidak meneliti
akanmenyebabkan
sembuh.
luka
Perawatan rupture perineum dapat
semua
faktor-faktor
yang
dilakukan setiap waktu yaitu pada
menyebabkan ibu bersalin terjadi
saat mandi, setelah buang air kecil
rupture perineum.
dan setelah buang air besar. Pada
2. Sampel
saat mandi ibu postpartum harus
Dalam penelitian ini pengambilan
mengganti pembalut yang digunakan
sampel hanya menggunakan data
karena ada kemungkinan terjadi
sekunder yaitu data yang diambil
kontaminasi bakteri pada cairan yang
peneliti di rekam medis sehingga
tertampung
tidak memperoleh kesan langsung
dipembalut,
serta
diperlukan pula pembersihan pada
perineum. Perawatan luka rupture
dari responden.
SIMPULAN
perineum dilakukan juga pada saat
Dari hasil penelitian hubungan berat
setelah buang air kecil dan besar.
badan bayi baru lahir dengan kejadian
Pada
rupture
saat
buang
air
kecil
perineum
di
BPS
Rosida
terjadi
Himawati Kabupaten Purworejo pada
kontaminasi air seni pada rectum
tahun 2013 dengan jumlah sampel 126
yang akan memicu pertumbuhan
maka dapat diambil kesimpulan sebagai
bakteri
berikut :
kemungkinan
pada
besar
perineum
sehingga
diperlukan pembersihan. Sedangkan
1. Bayi yang dilahirkan di BPS Rosida
setelah buang air besar diperlukan
Himawati yaitu dengan berat badan
pembersihan sisa-sisa kotoran yang
<2500-3000 gram sebanyak 80 bayi
berada
untuk
(48,5%), berat badan >3000-3500
kontaminasi
gram sebanyak 61 bayi (37%), dan
mencegah
disekitar
terjadinya
anus
bakteri dari anus ke perineum.
>3500-4000
gram
sebanyak
24
(14,5%)bayi dari 165 kelahiran.
KETERBATASAN
1. Analisis
2. Kejadian rupture perineum di BPS
Rosida
Himawati
Kabupaten
Purworejo berjumlah 63 ibu bersalin
menggunakan
yang mengalami rupture perineum
sebagai bahan ajar dan lebih
(38,2%) dan ibu bersalin yang tidak
benyak menyediakan referensi
mengalami
tentang
rupture
perineum
b.
3. Terdapat hubungan yang signifikan
penanganan
atau
Bagi
tenaga
kesehatan
sebagai
kejadian rupture perineum di BPS
tentang rupture perineum
Himawati
Kabupaten
agar
dapat menjadikan penelitian ini
antara berat badan bayi dengan
Rosida
ini
pencegahan rupture perineum.
sebanyak 102 orang (61,8%) dari
165 kelahiran.
penelitian
referensi
preventif
1) Fase Antenatal
Purworejo dengan nilaiChi Square
Tenaga
kesehatan
33,652 > 5,591, nilaiρ value = 0,000
memberikan informasi tentang
(ρ< 0,05), uji statistik Chi Square
pencegahan
33,652, Coefisien Contingensi 0,459
badan bayi besar dan rupture
yang artinya keeratan hubungannya
perineum pada saat pemeriksaan
sedang.
antenatal.
terjadinya
harus
berat
2) Fase Intranatal
Tenaga
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas maka
saran
yang
diberikan
sehubungan
1. Bagi
peneliti
digunakan
selanjutnya
data
primer
selanjutnya
melakukan
persalinan
yang
dalam
APN.
dengan
secara teori berhubungan dengan
kejadian rupture perineum.
2. Bagi institusi
Bagi instansi pendidikan agar
dapat
dengan
aman dan tepat sesuai dengan
variabel selain berat badan yang
a.
perineum
dapat
penelitian ini untuk mengembangkan
penelitian
harus
meminimalisir terjadinya rupture
pertolongan
dengan penelitian ini adalah :
kesehatan
meningkatkan
pengetahuan mahasiswa dengan
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, 2011. Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Refika Aditama
Manuaba, Ida Ayu Chandranita, Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, dkk. 2010. Ilmu
Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC
Marmi, 2012. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.Yogyakarta
:Pustaka Pelajar
Mochtar, Rustam. 2012. Synopsis Obstetric Edisi 3. Jakarta: EGC
Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :
Salemba Medika
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta
Oxorn dan William. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta : YEM
Prawirohardjo, S. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: YBPSP
______________. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : BP-SPP
Rosdiana, 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Ruptur
Perineum
Pada
Ibu
Bersalin
Normal.Stmikubudiyah.http://simtakp.stmikubudiyah.ac.id/docjurnal/ROSDIAN
A-jurnal_d-iv_kebidanan.pdf. 27 Februari 2014
Rukiyah dan Lia. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : TIM
Saras Ayu Mustika dan Evi Sri Suryani. 2010. Hubungan Umur Ibu Dan Lama
Persalinan Dengan Kejadian Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin Primipara Di
BPS Ida Farida Desa Pancasa Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas
.Purwokerto.
Akbidylpp.
http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/Prada/article/download/18/16. 30 April
2014
Siti, D. (2012). Hubungan umur paritas dan berat badan bayi baru lahir dengan
kejadian laserasi perineum di didan praktek swasta Hj. Sri wahyuni, SSiT.
Semarang. Unimus. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=10929. 30
April 2014
Sugiyono, 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sujiyatini, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Yogyakarta : arohima Press
Sukarni dan Margareth, 2013. Asuhan Kehamilan, Persalinan Dan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika
Wahyuningsih. 2009. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya
Yanti, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Rihama
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24088/12/Chapter%20II.pdf
Download