HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI BPS ROSIDA HIMAWATI DESA TAMBAKREJO KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO Fetty Chandra Wulandari, Nur Widayanti ABSTRAK AKI di Jateng mencapai 114,42 per 100.000 kelahiran pada tahun 2010. Di purworejo 37 bayi (29,4%) merupakan penyebab tertinggi terjadinya rupture perineum. Berdasarkan hasil wawancara di BPS Rosida Himawati angka kejadian rupture perineum sebanyak 63 orang (36,2%) dari 165 kelahiran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian rupture perineum di BPS Rosida Himawati Desa Tambakrejo Kecamatan Purworejo Kabupaten Purworejo. Desain penelitian secara Survey Analitik dengan pendekatan Case Control. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu seluruh ibu bersalin yang mengalami rupture perineum dan yang tidak mengalami rupture perineum berjumlah 126 orang. Pengambilan sampel menggunakan Total Sampling. Analisa data yang digunakan adalah uji chi square. Uji Statistik yang digunakan adalah Coefisien Contingensi. Hasil penelitian didapatkan harga signifikan antara berat badan bayi dengan kejadian rupture perineum, dengan uji nilai Chi Square 33,652, nilai ρ value 0,000 < 0,05 dan Coefisien Contingensi 0,459 yang artinya berhubungan sedang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejaidan rupture perineum pada persalinan normal di BPS Rosida Himawati Kabupaten Purworejo Kata Kunci : Berat Badan Bayi Baru Lahir, Kejadian Ruptur Perineum. forceps yang sukar, distosia bahu, dan PENDAHULUAN Asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama anomaly congenital (Oxorn dan William, 2010). Robekan jalan lahir bersumber dari persalinan dan setelah bayi lahir, serta merupakan upaya pencegahan berbagai organ diantaranya meliputi komplikasi terutama perdarahan vagina, perineum, porsio, serviks, dan persalinan, hipotermia, dan asfiksia uterus. Ciri yang khas dari robekan bayi baru lahir untuk mengurangi angka jalan lahir yaitu kontraksi kuat, keras kesakitan dan kematian ibu. Tujuan dari dan asuhan persalinan normal itu sendiri langsung setelah anak lahir dan tidak untuk kelangsungan berkurang setelah dilakukan massase hidup dan mencapai derajat kesehatan dan pemberian uterotonika. Robekan yang jalan lahir ini harus dapat diminimalkan mengupayakan tinggi bagi ibu dan bayi Masalah yang terjadi pada ibu adalah terjadinya rupture perineum yang disebabkan oleh faktor maternal dan faktor janin. Faktor maternal itu presipitatus, berhenti sendiri pasien mengejan, diselesaikan dengan perdarahan terjadi karena tidak jarang perdarahan terjadi (Prawirohardjo, 2009). bersalin mengecil, karena robekan dan ini menimbulkan akibat yang fatal seperti syok (Rukiyah, 2010). Telah diketahui bahwa 3 penyebab partus utama kematian ibu di bidang obstetri mampu adalah perdarahan 45%, infeksi 15%, yang dan hipertensi dalam kehamilan 13% tergesa-gesa (SKRT, 2010). Sejalan dengan data yaitu tidak partus yang tersebut kebanyakan kematian maternal berlebihan, edema dan kerapuhan pada terjadi 3 hari sehabis melahirkan karena perineum, yang terserang infeksi. Oleh karena itu baik melemahkan jaringan perineum, arcus ibu, keluarga maupun tenaga kesehatan pubis sempit dengan pintu bawah perlu belajar hal-hal yang berkaitan panggul yang sempit sehingga menekan dengan kepala bayi ke arah posterior, perluasan postpartum ini (Manuaba, 2010). dengan dorongan varikositas fundus vulva episiotomi. Dan faktor dari janin yaitu bayi besar, posisi kepala yang abnormal, kelahiran bokong, ekstraksi komplikasi perdarahan Dari hasil penelitian di BPM Suhartinah Krasak, Salaman pada bulan Januari sampai Februari 2013 menunjukkan angka 62,9% kasus (17 dari 27 persalinan normal) dengan laserasi. METODE PENELITIAN Desain penelitian ini menggunakan metode penelitianSurvey pendekatan Analitik hasil studi dengan dilakukan oleh Penelitian ini dilakukan di BPS Rosida di BPS Rosida Himawati Himawati Desa Tambakrejo Kecamatan diperoleh data jumlah ibu bersalin Purworejo Kabupaten Purworejo pada normal adalah 165 orang. Ibu bersalin tangal 17 Maret - 9 Mei 2014. Populasi yang dalam penelitian ini adalah seluruh ibu Berdasarkan pendahuluan peneliti yang mengalami rupture perineum sejumlah 63 orang. Dan ibu yang yang bersalin mengalami rupture perineum karena Perineum di BPS Rosida Himawati berat badan bayi dari > 3500 gram adalah 63 orang terhitung dari 1 adalah 21 orang. Januari- 31 Desember 2013. Berat badan bayi penting dalam rupture perineum pada normal. Berat mempengaruhi terjadinya Ruptur Sampel dalam penelitian ini adalah kejadian seluruh ibu bersalin yang mengalami persalinan badan mengalami lahir baru berperan yang Retrospektif. rupture perineum di BPS Rosida bayi Himawati yaitu sebanyak 63 orang yang rupture masuk dalam kriteria inklusi, teknik perineum. Semakin besar berat janin sampling menggunakan total sampling. maka perluasan luka perineum semakin Proses pengumpulan data dalam besar, sehingga insiden perdarahan penelitian ini akan dilakukan dengan postpartum semakin menggunakan tentang kejadian rupture meningkat.Berdasarkan latar belakang perineum ini berisi tentang nama ibu, tersebut maka penulis tertarik untuk berat badan bayi dan kejadian rupture melakukan penelitian dengan judul perineum. Uji statistik menggunakan “Hubungan Berat Badan Bayi Baru Chi Square. Lahir HASIL PENELITIAN Dengan Kejadian Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di Analisis Univariat BPS a. Karakteristik responden berdasarkan Rosida Tambakrejo Himawati Kecamatan Kabupaten Purworejo”. Desa Purworejo berat badan bayi baru lahir Kriteria berat badan bayi baru lahir dibagi menjadi 3 kategori yaitu berat badan 2500-3000 gram, berat dilakukan analisa data hasilnya dapat badan >3000-3500 gram dan berat dilihat pada tabel sebagai berikut : badan >3500-4000 gram. Setelah Tabel dilakukan Responden Berdasarkan Kejadian analisis data hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel No Distribusi Distribusi Frekuensi Ruptur Perineum No 3 4 Frekuensi Rupture perineum Frekuensi Presentase Responden Berdasarkan Berat Badan 1 Ya 63 38,2 Bayi 2 Tidak 102 61,8 165 100 Berat Badan Bayi Kasus Kontrol Total Sumber : Data Sekunder 2013 F % F % 1 2500-3000 gram 11 8,7 43 34,1 2 >3000-3500 gram 37 29,4 16 12,7 pada tabel dapat diketahui bahwa 3 >3500-4000 gram 15 11,9 4 3,2 dari 165 ibu yang bersalin normal 63 50 63 50 yang mengalami rupture perineum Total Berdasarkan hasil analisa data Sumber : Data Sekunder 2013 sebanyak 63 orang (38,2%) dan ibu Berdasarkan hasil analisa data pada yang tabel 5 dapat diketahui bahwa dari perineum kelompok kasus sebagian besar berat (61,8%). badan bayi Tabel badan antara terdapat pada berat >3000-3500 gram tidak 5 mengalami sebanyak Distribusi rupture 102 orang Frekuensi Kelompok Kasus Dan Kelompok (29,4%). Sedangkan dari kelompok Kontrol Berdasarkan kontrol sebagian besar berat badan Rupture Perineum Kejadian bayi terdapat berat badan No antara Ruptur Frekuensi Presentase % Perineum 2500-3000 gram (34,1%). 1 Ya (kelompok 63 50 b. Kejadian Rupture Perineum kasus) 2 Tidak 63 50 Kejadian ruptur perineum pada (kelompok penelitian ini di bagi menjadi kontrol) 2 Total 126 100 kategori yaitu ibu yang mengalami Sumber : Data Sekunder 2013 ruptur perineum dan ibu yang tidak Pada penelitian di ini mengalami ruptur perineum. Setelah dilaksanakan terhadap 2 kelompok, yaitu kelompok kasus ibu bersalin dengan ruptur perineum sebanyak 63 rupture perineum yaitu antaraberat orang (50%) dan kelompok kontrol badan >3000-3500 gram (29,4%). ibu bersalin yang tidak mengalami Sedangkan kelompok kontrol yang ruptur perineum sebanyak 63 orang tidak mengalami ruptur perineum (50%). yang paling banyak yaitu antara berat badan 2500-3000 gram (34,1%). Analisis Bivariat a. Analisis hubungan badan bayi baru antara lahir berat dengan kejadian ruptur perineum Tabel 7menunjukkan hubungan menggunakan Chi Square X2hitungsebesar diperoleh Hubungan antara berat badan bayi analisis 33,652>X2tabel sebesar 5,591, nilai baru lahir dengan kejadian ruptur Coefisien Contingensi sebesar 0,459 perineum pada persalinan normal di dengan ρ = 0,000 pada df = 2 dengan BPS taraf signifikansi 5%.Bila dilihat Rosida Himawati Desa Tambakrejo. pada nilai ρ value yaitu 0,000 yang Tabel 6Tabulasi Silang antara Berat berarti Badan Bayi Baru Lahir dengan demikianmaka H0 ditolak dan Ha Kejadian Ruptur Perineum diterima Rupture perineum Ya Tidak Total (Kasus) (Kontrol) F % F % F % Berat badan 25003000 gram >30003500 gram >35004000 gram Total 2 X 11 8,7 43 34, 1 54 42, 8 37 29, 4 16 12, 7 53 42, 1 11, 9 4 3,2 19 15, 1 50 12 6 10 0 15 63 hitung 50 63 = 33,652 (ρ= 0,000) antara ρ< 0,05 artinya berat lahirdengan dengan “ada badan hubungan bayi kejadian baru ruptur perineum pada persalinan normal di BPS Rosida Himawati”. PEMBAHASAN 1. Berat Badan Bayi Baru Lahir Dari hasil penelitian diketahui bayi yang di lahirkan di BPS Rosida Himawati sebanyak 165 bayi yang diketahui bahwa sebagian besar bayi X2tabel= 5,591 (df = 2) yang dilahirkan yaitu dengan berat Data tabel 6 menunjukkan bahwa 2500-3000 gram (42,9%). kelompok kasus dengan berat badan Berat badan bayi baru lahir bayi yang paling banyak mengalami sebaiknya jangan terlalu besar atau terlalu kecil. Dilihat dari tabel 3 bayi adanya potensi bayi besar. Upaya yang lahir dengan berat badan >3500 yang dapat mencegah adanya bayi gram sebanyak 19 bayi (15,1%). Hal besar, ibu hamil perlu melakukan ini sesuai dengan pendapat Yanti pemeriksaan (2009) bahwa bayi sedang sampai teratur. Pencegahan ini dilakukan besar memiliki resiko yang dapat dengan terjadi pada ibu bila kondisi panggul berat patologik yaitu terjadinya kesulitan pengukuran tinggi fundus uteri dan dalam melahirkan, perdarahan pasca pola makan yang benar. Banyak bersalin, rupture uterus dan robekan orang beranggapan bahwa ibu hamil jalan lahir. Sedangkan masalah pada harus makan untuk porsi 2 orang janin terjadi karena membutuhkan energi yang asfiksia, bahu dapat tersangkut, bayi banyak, padahal ibu hamil hanya akan lahir dengan gangguan nafas memerlukan janin, trauma leher dan gawat janin sebanyak 10-15 persen kebutuhan (Rukiyah dan Lia, 2010). normal. diantaranya dapat kehamilan melakukan badan ibu secara penimbangan secara teratur, kebutuhan energi Penting bagi seorang ibu hamil Berat badan bayi yang normal dilahirkan oleh seorang ibu adalah untuk antara 2500-4000 gram, karena pada ultrasonografi berat tersebut menunjukkan bahwa pemeriksaan kadar gula dalam darah selama didalam kandungan nutrisi selama bayi terpenuhi dan biasanya pada besar bayi dengan menggunakan berat 2500-4000 gram bayi sudah USG memberikan ketepatan sampai mampu mampu beradaptasi di luar 90 kandungan untuk menyesuaikan diri dengan tinggi fundus uteri dengan lingkungan baru (Vivian, memberikan ketepatan sampai 50 2010). persen. Pada pemeriksaan kadar gula Pencegahan terjadinya bayi lahir melakukan pemeriksaan (USG) kehamilan. persen sedangkan dan Pemeriksaan mengukur hanya dalam darah sangat diperlukan untuk besar sangat diperlukan agar tidak mencegah terjadi tidak kematian janin didalam kandungan diinginkan bagi ibu dan janin dengan karena ibu dengan riwayat sakit gula melakukan mengakibatkan ibu melahirkan bayi komplikasi diagnosa yang lebih awal terjadinya komplikasi besar. Bila kadar gula dalam darah yang dapat terjadi akibat dari rupture tidak normal, dapat dinormalkan perineum dengan hematoma, dan infeksi. menggunakan suntikan yaitu perdarahan, hormon insulin. Sehingga jangan Hal ini dapat dihindari dengan malu untuk menceritakan riwayat cara mencegah dan menangani agar kehamilan yang buruk jika sedang tidak terjadi rupture perineum yaitu berkonsultasi pemijatan perineum yang dilakukan dengan dokter (Rukiyah dan Lia, 2010). beberapa minggu sebelum bersalin 2. Kejadian Ruptur Perineum untuk melemaskan otot-otot disekitar atau perineum menjadi lentur dan lebih koyaknya jaringan secara paksa. meregang pada saat melahirkan, Perineum adalah bagian yang teletak lakukan antara vulva dan anus panjang rata- mencegah lemahnya sfingter uretra rata 4 cm. Menurut Wiknjosastro, atau otot yang digunakan untuk rupture perineum adalah luka pada berkemih dan nutrisi bagi ibu juga perineum yang terjadi karena sebab- sangat diperlukan untuk membantu sebab mengelastisitaskan Ruptur adalah tertentu robekan tanpa dilakukan senam kegel kulit untuk agar tindakan perobekan atau disengaja. perineum dapat meregang selama Luka ini terjadi pada saat persalinan melahirkan (Yanti, 2009). 3. Hubungan Berat Badan Bayi Baru dan biasanya tidak teratur. Dilihat dari tabel 4 kejadian rupture perineum di BPS Rosida Lahir Dengan Kejadian Rupture Perineum Himawati yaitu sebanyak 63 orang Bila dilihat pada nilai ρ value (38,2%) dari 165 kelahiran.Rupture yaitu 0,000 yang berarti ρ< 0,05 perineum ini biasanya disebabkan dengan demikian maka H0 ditolak Ha oleh yaitu diterima sehingga dapat disimpulkan partus “ada hubungan antara berat badan presipitatus, bayi besar, presentasi bayi baru lahir dengan kejadian muka, primigravida, letak sungsang, rupture perineum pada kelahiran di pimpinan persalinan yang salah dan BPS Rosida Himawati Kabupaten persalinan Purworejo”. beberapa diantaranya faktor karena dengan tindakan (Mochtar, 2012). Resiko komplikasi Hal ini menunjukkan bahwa berat badan badan janin dapat tampak serta perineum dan anus mulai meregang, letakkan jari kanan mengakibatkan terjadinya rupture pada perineum yaitu terutama berat badan perineum. Dan ketika kepala janin janin diatas 3500 gram, karena resiko melakukan trauma partus melalui vagina seperti tangan kiri menahan bagian belakang distosia bahu dan kerusakan jaringan kepala agar defleksi tidak terlalu lunak ibu. Hal ini sesuai dengan cepat sehingga rupture perineum pendapat Harry Oxorn bahwa ruptur dapat dihindarkan. perineum resiko untuk defleksi, menahan sebaiknya salah satu Dari hasil penelitian dapat dilihat melahirkan bayi pada tabel 6 ibu bersalin yang merupakan terbesar perineum mengalami rupture perineum yang besar. Berdasarkan robekan teori perineum yang terjadi ada, melahirkan bayinya dengan berat pada antara >3000-3500 gram yaitu kelahiran dengan berat badan bayi sebanyak 37 orang (29,4%) dari 63 yang besar. Hal ini terjadi karena ibu bersalin yang mengalami rupture semakin besar berat badan bayi yang perineum.Meskipun sudah dilakukan dilahirkan akan meningkatkan resiko upaya pencegahan rupture perineum terjadinya ruptur perineum karena pada proses kelahiran dengan berat perineum tidak cukup kuat menahan badan bayi besar, tetap saja masih regangan kepala bayi dengan berat ada kemungkinan terjadinya rupture badan bayi yang besar, sehingga perineum tinggi. pada proses kelahiran bayi dengan Penanganan yang dilakukan bila berat badan bayi lahir yang besar diketahui terdapat rupture perineum sering yaitu dilakukan episiotomi untuk terjadi ruptur perineum. mencegah luka dipinggir yang tidak (Varney, 2008). Upaya yang dapat dilakukan pada rata. Bila dijumpai robekan saat melahirkan bayi sesuai dengan perineum, dapatdilakukan penjahitan teori yaitu luka dengan baik lapis demi lapis, ketika kepala bayi sudah berada dengan memperhatikan jangan ada didasar sudah robekan yang terbuka ke arah vagina membuka dan rambut bayi mulai yang biasanya dapat dimasuki oleh Wiknjosastro panggul, (2005) vulva bekuan darah yang Dalam penelitian ini peneliti lama hanya menganalisis 2 variabel saja Dan memberikan ibu yaitu berat badan bayi baru lahir antibiotik yang cukup agar tidak dengan kejadian rupture perineum terjadi infeksi (Mochtar, 2010). dan juga peneliti tidak meneliti akanmenyebabkan sembuh. luka Perawatan rupture perineum dapat semua faktor-faktor yang dilakukan setiap waktu yaitu pada menyebabkan ibu bersalin terjadi saat mandi, setelah buang air kecil rupture perineum. dan setelah buang air besar. Pada 2. Sampel saat mandi ibu postpartum harus Dalam penelitian ini pengambilan mengganti pembalut yang digunakan sampel hanya menggunakan data karena ada kemungkinan terjadi sekunder yaitu data yang diambil kontaminasi bakteri pada cairan yang peneliti di rekam medis sehingga tertampung tidak memperoleh kesan langsung dipembalut, serta diperlukan pula pembersihan pada perineum. Perawatan luka rupture dari responden. SIMPULAN perineum dilakukan juga pada saat Dari hasil penelitian hubungan berat setelah buang air kecil dan besar. badan bayi baru lahir dengan kejadian Pada rupture saat buang air kecil perineum di BPS Rosida terjadi Himawati Kabupaten Purworejo pada kontaminasi air seni pada rectum tahun 2013 dengan jumlah sampel 126 yang akan memicu pertumbuhan maka dapat diambil kesimpulan sebagai bakteri berikut : kemungkinan pada besar perineum sehingga diperlukan pembersihan. Sedangkan 1. Bayi yang dilahirkan di BPS Rosida setelah buang air besar diperlukan Himawati yaitu dengan berat badan pembersihan sisa-sisa kotoran yang <2500-3000 gram sebanyak 80 bayi berada untuk (48,5%), berat badan >3000-3500 kontaminasi gram sebanyak 61 bayi (37%), dan mencegah disekitar terjadinya anus bakteri dari anus ke perineum. >3500-4000 gram sebanyak 24 (14,5%)bayi dari 165 kelahiran. KETERBATASAN 1. Analisis 2. Kejadian rupture perineum di BPS Rosida Himawati Kabupaten Purworejo berjumlah 63 ibu bersalin menggunakan yang mengalami rupture perineum sebagai bahan ajar dan lebih (38,2%) dan ibu bersalin yang tidak benyak menyediakan referensi mengalami tentang rupture perineum b. 3. Terdapat hubungan yang signifikan penanganan atau Bagi tenaga kesehatan sebagai kejadian rupture perineum di BPS tentang rupture perineum Himawati Kabupaten agar dapat menjadikan penelitian ini antara berat badan bayi dengan Rosida ini pencegahan rupture perineum. sebanyak 102 orang (61,8%) dari 165 kelahiran. penelitian referensi preventif 1) Fase Antenatal Purworejo dengan nilaiChi Square Tenaga kesehatan 33,652 > 5,591, nilaiρ value = 0,000 memberikan informasi tentang (ρ< 0,05), uji statistik Chi Square pencegahan 33,652, Coefisien Contingensi 0,459 badan bayi besar dan rupture yang artinya keeratan hubungannya perineum pada saat pemeriksaan sedang. antenatal. terjadinya harus berat 2) Fase Intranatal Tenaga SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang diberikan sehubungan 1. Bagi peneliti digunakan selanjutnya data primer selanjutnya melakukan persalinan yang dalam APN. dengan secara teori berhubungan dengan kejadian rupture perineum. 2. Bagi institusi Bagi instansi pendidikan agar dapat dengan aman dan tepat sesuai dengan variabel selain berat badan yang a. perineum dapat penelitian ini untuk mengembangkan penelitian harus meminimalisir terjadinya rupture pertolongan dengan penelitian ini adalah : kesehatan meningkatkan pengetahuan mahasiswa dengan DAFTAR PUSTAKA Budiman, 2011. Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Refika Aditama Manuaba, Ida Ayu Chandranita, Ida Bagus Gde Fajar Manuaba, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta : EGC Marmi, 2012. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.Yogyakarta :Pustaka Pelajar Mochtar, Rustam. 2012. Synopsis Obstetric Edisi 3. Jakarta: EGC Nanny Lia Dewi, Vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Oxorn dan William. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi Dan Fisiologi Persalinan. Yogyakarta : YEM Prawirohardjo, S. 2010. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: YBPSP ______________. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : BP-SPP Rosdiana, 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin Normal.Stmikubudiyah.http://simtakp.stmikubudiyah.ac.id/docjurnal/ROSDIAN A-jurnal_d-iv_kebidanan.pdf. 27 Februari 2014 Rukiyah dan Lia. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan). Jakarta : TIM Saras Ayu Mustika dan Evi Sri Suryani. 2010. Hubungan Umur Ibu Dan Lama Persalinan Dengan Kejadian Rupture Perineum Pada Ibu Bersalin Primipara Di BPS Ida Farida Desa Pancasa Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas .Purwokerto. Akbidylpp. http://ojs.akbidylpp.ac.id/index.php/Prada/article/download/18/16. 30 April 2014 Siti, D. (2012). Hubungan umur paritas dan berat badan bayi baru lahir dengan kejadian laserasi perineum di didan praktek swasta Hj. Sri wahyuni, SSiT. Semarang. Unimus. http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=10929. 30 April 2014 Sugiyono, 2012. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sujiyatini, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Yogyakarta : arohima Press Sukarni dan Margareth, 2013. Asuhan Kehamilan, Persalinan Dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika Wahyuningsih. 2009. Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya Yanti, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka Rihama http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24088/12/Chapter%20II.pdf