Farmaka TEKNIK PEMBUATAN KULTUR SEL PRIMER, IMMORTAL

advertisement
Farmaka
Volume 4 Nomor 4 Suplemen 1
223
Review Artikel
TEKNIK PEMBUATAN KULTUR SEL PRIMER, IMMORTAL CELL LINE
DAN STEM CELL
Leni Rahmawati, Irma M. Puspitasari
Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran
Jl. Raya Bandung-Sumedang km 21 Jatinangor 45363
Korespondensi: Leni Rahmawati, Irma M. Puspitasari | [email protected],
[email protected]
ABSTRAK
Dalam dunia medis, sel yang berasal dari jaringan atau organ tertentu dapat digunakan sebagai
sarana untuk penelitian ataupun diagnosis suatu penyakit, misalnya pada penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Sel primer, immortal cell line dan stem cell merupakan
jenis sel yang paling banyak digunakan. Teknik pembuatan sel-sel tersebut penting dipelajari
untuk memudahkan para peneliti lain melakukan penelitian mendalam secara in vitro mengenai
berbagai macam penyakit yang sulit diidentifikasi. Metode yang digunakan dalam artikel ini yaitu
dengan cara penelusuran pustaka dari berbagai jurnal melalui Pubmed Electronic Database dan
mesin pencari Google. Dari hasil penelusuran pustaka ini diperoleh beberapa cara pembuatan sel
yaitu pembuatan sel primer lambung, immortal cell keratinosit dan mesenchymal stem cell.
Kata kunci: Sel Primer, Immortal Cell dan Stem Cell.
ABSTRACT
Cells derived from a particular tissue or organ can be used as a tool for research or diagnosis of
a disease, for example, the diseases caused by viral or bacterial infection. Primary cells,
immortal cells line and stem cells are the cell type that are most widely used. The technique of
making such cells is important to learn to facilitate other researchers conduct in-depth studies in
vitro on various diseases which are difficult to identify. The method used in this article is by
literature search of various journals through Pubmed Electronic Database and Google search
engine. Several procedures how to produce cell culture such as gastric primary cells,
keratinocytes immortal cells and mesenchymal stem cells were obtained.
Keyword: Primary cell, Immortal Cell and Stem Cell
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 4 Suplemen 1
224
pylori merupakan bakteri gram negatif yang
PENDAHULUAN
Kultur sel merupakan suatu metode
prevalensinya hampir 50% dari populasi
yang mengacu pada pengangkatan sel dari
dunia [5] dan merupakan satu-satunya
hewan atau tumbuhan yang kemudian
bakteri yang diklasifikasikan sebagai bakteri
dikultur dalam suatu lingkungan buatan yang
karsinogen tipe 1 oleh WHO [6]. Mekanisme
sesuai [1]. Sel tersebut dapat diangkat dari
yang menunjukkan bahwa H. pylori dapat
jaringan secara langsung dan dipilih secara
menginisiasi kanker lambung masih kurang
enzimatik, melalui suatu teknik yang berarti
dipahami, salah satu penyebabnya adalah
sebelum dibudidayakan, atau mungkin juga
kurangnya model hewan yang cocok sebagai
diambil dari cell line atau cell stain yang
hewan uji [7]. Oleh karena itu, dibutuhkan
sudah disediakan [1]. Kultur sel sudah
sistem sel primer untuk dapat melihat fase
dilakukan sejak awal tahun 20-an dan
awal terjadinya kanker terebut pada sel
digunakan sebagai sarana belajar mengenai
epitel lambung yang sehat [7]. Untuk
sel hewan secara in vitro [2].
memudahkan dalam penelitian berbagai
Dalam dunia medis, sel yang berasal
penyakit diperlukan pula sel yang tahan
dari jaringan atau organ tertentu dapat
lama agar penelitian dengan durasi waktu
digunakan sebagai sarana untuk penelitian
yang lama tidak mengalami kendala karena
ataupun diagnosis suatu penyakit, misalnya
sel mengalami kematian atau kerusakan pada
pada infeksi virus atau bakteri [2]. Penyakit
waktu tertentu, oleh karena itu dibuat pula
yang disebabkan oleh paparan virus atau
immortal cell line.
bakteri
dapat
menyebabkan
terjadinya
Selain beberapa hal di atas, baru-baru
kanker, salah satu contohnya adalah kanker
ini lahir terapi baru dalam bidang jaringan
lambung yang disebabkan oleh bakteri
yang sering disebut dengan stem cell, terapi
Helicobacter
ini
pylori
[3,4].
Helicobacter
berkembang
dengan
cepat
dalam
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 4 Suplemen 1
225
bidangnya [8] Terapi stem cell telah terbukti
membuat kultur sel primer, immortal cell
efektif
line dan stem cell dari sel hewan atau pun sel
secara
klinis
dan
berpotensi
menyebabkan hasil pengobatan yang kuat
manusia.
untuk regenerasi jaringan [9,10]. Oleh
METODE
karena itu, pengetahuan mengenai cara
Metode yang digunakan dalam review
membuat sel induk juga sangat dibutuhkan
artikel ini yaitu dengan cara penelusuran
untuk proses penelitian berbagai macam
pustaka dari berbagai jurnal melalui internet
penyakit.
pada mesin pencari Google dan Pubmed
Dalam artikel ini, telah dirangkum
Electronic Database dengan kata kunci
bagaimana cara membuat kultur sel primer,
primary cell culture, stem cell and immortal
immortal
cell
Perkembangan
line
ilmu
dan
stem
cell.
cell line review.
pengetahuan
dan
Kriteria seleksi data (eksklusi dan inklusi)
penelitian mengenai cara pembuatan sel
memudahkan
para
peneliti
lain
untuk
Dari
beberapa
jurnal
yang
telah
diperoleh, dilakukan penyeleksian artikel
melakukan penelitian mendalam secara in
berdasarkan
vitro mengenai berbagai macam penyakit
eksklusi yang telah ditentukan. Kriteria
yang sulit diidentifikasi jika menggunakan
inklusi yang digunakan ialah artikel-artikel
kultur
dapat
yang di dalamnya memuat cara pembuatan
disebabkan oleh waktu hidup sel yang hanya
sel primer, immortal cel line dan stem cell.
sebentar atau pun karena keterbatasan sel
Sedangkan untuk kriteria eksklusi yaitu
yang akan digunakan. Oleh karena itu, untuk
jurnal yang di terbitkan dibawah tahun 2005.
lebih memudahkan penelusuran mengenai
HASIL DAN PEMBAHASAN
cara membuat sel maka dilakukan review
1. Metode Pembuatan Kultur Sel Primer
terhadap
sel
biasa.
beberapa
Hal
jurnal
tersebut
tentang
cara
pada
kriteria
inklusi
dan
Isolasi Kelenjar Lambung
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 4 Suplemen 1
226
Untuk cara membuat sel primer,
HBSS
sebanyak
8-10
supernatannya
primer lambung sebagai contohnya[7].
dengan larutan pengkelat (air suling
Pembuatan kultur sel primer lambung ini
dengan 5,6 mM Na2HPO4; 8,0 mM
dilakukan
mengisolasi
KH2PO4’ 96,2 mM NaCl; 1,6 mM KCl;
kelenjar lambung dari jaringan perut yang
43,4 mM sukrosa; 54,9 mM D-sorbitol;
sehat, kemudian ditumbuhkan pada media
0,5 mM DL dithiothreitol, 2 mM EDTA)
yang
selama 30 menit dengan suhu 37°C pada
mengandung
cara
matrigel
dengan
[7].
diinkubasi
berbagai factor pertumbuhan, regulator
shaking
perkembangan dan inhibitor apoptosis
dipindahkan,
untuk menghasilkan sel epitel lambung
ditempatkan dalam cawan petri dan
yang normal dan tahan lama [7].
diperas dengan lembut menggunakan
Pembuatan sel primer lambung
platform
dan
sampai
Schlaermann et al.[7] menggunakan sel
dengan
bersih
kali
Supernatan
fragmen
jaringannya
slide kaca untuk mengisolasi kelenjar
diawali dengan pengambilan sampel dari
lambung
kelenjar lambug manusia sehat yang
diisolasi, disuspensi dalam medium yang
berasal dari klinik umum[7]. Komposisi
mengandung 10% fetal calf serum (FCS,
media
mengikuti
Biochrom) disimpan dalam tabung dan
protokol yang telah diterbitkan oleh
dibiarkan mengendap selama 1 menit
Clevers laboratory [11-13]. Sampel dari
sebelum supernatan yang mengandung
kelenjar dicuci dengan Hank’s Buffer
sebagian
Saline Solution (HBSS) dingin dan lemak
dipindahkan ke tabung baru [7]. Setelah
serta
lima kali dicuci, kelenjar dihitung di
yang
digunakan
jaringan
dihilangkan.
sekitar 5mm,
ikat
Sampel
lainnya
sudah
dipotong-potong
kemudian dicuci dengan
bawah
[7].
Kelenjar
besar
mikroskop
yang
kelenjar
dan
sudah
terisolasi
disentrifugasi
selama 5 menit (250 × g) untuk kemudian
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 4 Suplemen 1
227
dicuci kembali sebanyak tiga kali dengan
pertumbuhan fibroblast manusia (FGF)-
Dulbecco yang telah dimodifikasi media
10, 1,25 mM N-asetil-L-sistein, 10 mM
Eagle/ F12 (ADF; Infitrogen) [7].
nicotinamide, 10 nM gastrin manusia, 2
Kultur Kelenjar Lambung
mM SB202190 (semua Sigma) dan 1 mM
Kelenjar
lambung
dan
A83-01 (Calbiochem) [7]. 7,5 mM Y-
fragmen lambung yang telah dicampur
27632 (Sigma) ditambahkan selama 3
dengan
(faktor
hari pertama [7]. Kultur disimpan pada
fenol
suhu 37°C, 5% CO2 dalam inkubator
ice-cold
disolasi
Matrigel
pertumbuhan berkurang, bebas
merah; BD Biosciences) dan diunggulkan
lembab [7].
pada pra pemanasan 24-well plate dari
300
kelenjar/fragmen
per
40
µL
Matrigel/well [7]. Matrigel dipolimerisasi
selama 15 menit pada suhu 37oC dan
dilapis dengan 500 µL media ekspansi
hangat (ADF, 50% kondisi media Wnt3A
(seperti yang dijelaskan dalam Willert et
Gambar 1. Pembuatan kultur spheroid
al [14], 25% kendisi media R-spondin1
yang disuplemen dengan 10 mM 4- (2hidroksietil)
-1-asam
piperazineethanesulfonic, 1% Glutamax,
2% B27, 1% N2, 20 ng/mL faktor
pertumbuhan epidermal manusia (EGF)
(semua Invitrogen), 150 ng/mL noggin
manusia,
150
ng
/
mL
faktor
lambung manusia
Pemeliharaan
dan
diferensiasi
spheroids
Medium kultur ditukar setiap 2-4
hari dan spheroids passaged setiap 10-21
hari pada rasio 1: 8. Untuk passaging,
media kultur dipindahkan dan spheroids
bersama-sama dengan Matrigel dilarutkan
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 4 Suplemen 1
228
dalam ADF dingin. Setelah ditransfer ke
dalam media ekspansi dan kultur yang
15 mL tabung Falcon baru, dilakukan
disimpan selama 5 hari di bawah kondisi
pipetting spheroids dengan kuat (8-10
ini sebelum analisis. Untuk penyimpanan
kali) dengan menggunakan pipet Pasteur
jangka panjang, spheroids dipanen di
[7].
spheroids
CryoSFM dingin (1 mL per sumur,
disentrifugasi selama 5 menit pada suhu
PromoCell), perlahan beku turun pada -80
4°C dengan kecepatan 250×g dan pelet
° C dan ditransfer ke nitrogen cair. Untuk
yang
dengan
pemulihan, spheroids yang dicairkan
TrypLE Ekspres Enzim (5 menit; 37 ° C;
dengan cepat, dicuci dengan ADF, pellet
Invitrogen). TrypLE diinaktivasi dengan
dan diresuspensi dalam Matrigel sebelum
penambahan ADF dan 10% FCS, sheared
penyemaian seperti yang dijelaskan [7].
spheroids dipelet kemudian dicuci dalam
Kultur
ADF dan disentrifugasi [7]. Supernatan
dimensi
Selanjutnya,
sheared
dihasilkan
dibuang,
pelet
diinkubasi
disuspensikan
dalam
Matrigel dingin [7].
Untuk
menjadi
primer
lambung
dua
Spheroid dengan protokol yang
sama seperti yang telah dijelaskan di atas
diferensiasi
gastroids,
Sel
sel
spheroids
digunakan untuk passaging, ditempatkan
ditumbuhkan
dalam media dua dimensi (ADF, 10%
dalam medium ekspansi selama 5 hari.
FCS,
Diferensiasi diinduksi oleh kultur dalam
nicotinamide, 50 ng/mL human EGF, 7,5
media ekspansi Wnt3A-bebas dan RSPO-
mM Y-27632 and 1 mM A83-01) dan
bebas (media diferensiasi) untuk 5 hari
diunggulkan dengan dilapisi kolagen[7].
[7].
dengan
Kultur disimpan pada suhu 37°C, CO2
menghambat Notch signaling, 1 mM
5% dalam inkubator lembab [7]. Untuk
DBZ
mikroskopik, sel yang telah diunggulkan
Untuk
diferensiasi
(Calbiochem)
ditambahkan
ke
2%
B27,
1%
N2,
10
mM
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 4 Suplemen 1
dislip
menggunakan
229
penutup
kaca
berlapis kolagen [7]. Sebelum dilakukan
uji mikroskoik sel dicuci dengan buffer
salin, dan disimpan selama satu malam
pada suhu 4°C dengan paraformaldehid
3,7%, dicuci tiga kali dengan PBS pada
suhu 4°C sampai label berfluoresensi [7].
Pada pembuatan kultur sel primer
lambung ini dilakukan kultur tiga dimensi
(3D) dan dua dimensi (3D) [7]. Dari
proses
tersebut
pada
kultur
3D
menunjukkan ciri-ciri morfologi yang
khas dari jaringan perut manusia [7].
Ketika spheroid ditransfer ke dalam
kultur
2D
menyebabkan
terjadinya
pembentukan kultur planar yang padat
[7].
Gambar 2. Hasil transfer spheroid kulur
3D ke dalam kultur 2D
2. Metode Pembuatan Immortal Cell Line
Pembuatan immortal cell line dapat
dilakukan
dengan
pendekatan
yang
berbeda beda, diantaranya adalah melalui
proses telomerase reverse transcriptase
(TERT), mutase sel cek poin (p53/pRb),
dan onkogen serta onkoprotein [15]. Pada
penelitian
Hammiller
et
al
[16]
Pembuatan sel immortal menggunakan
sel epidermis atau sel keratinosit yang
dilakukan pada medium tinggi kalsium
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 4 Suplemen 1
230
(HiCa). Hica merupakan media yang
(0,05 mM kalsium) [16]. Pada waktu
terbuat
yang bersamaan disiapkan keratinosit dari
dari
Minimum
Lonza
Bio
Esensial
Whittaker
Medium
Eagle
tikus dengan genotip campuran, kulit
(EMEM), dengan larutan garam yang
abdominal
ditandai
dengan
seimbang, asam amino non-esensial, dan
identifikasi yang permanen [16].
l-glutamin tanpa kalsium klorida dan
Imortalisasi Kultur Primer
nomor
disuplemen denegan 8% fetal bovine
Keratinosit disiapkan pada medium
serum, 0,8% Pen Strep dan 60 µM CaCl2
HiCa dengan 6-well plates pada densitas
[16]. Pembuatan sel keratinosit primer ini
satu tikus/piringan [16]. Sekitar 18 jam
merupakan
kemudian,
pembuatan
sel
immortal
medium
dipindahkan,
sel
melalui cara onkogen [17].
dibilas dengan PBS dan disimpan selama
Preparasi dan Kultur Sel Keratinosit
2-3
Primer
mengandung 10ng/ml KGF [16]. Setelah
hari
pada
media
LoCa
yang
Kulit tikus yang baru lahir disimpan
sekitar satu bulan, keratinosit yang sehat
dalam 0,25% tripsin/EDTA pada suhu
dalam piringan sesekali diamati dan
4oC
dibagi menjadi koloni yang kecil dan
[16].
menggunakan
Epidermisnya
forceps,
diangkat
media
Hica
morfologinya
menyerupai
keratinosit
ditambahkan pada epidermis kemudian
primer [16]. Kemudian dibilas dengan
disentrifugasi [16]. Sel dihitung dan
PBS, diinkubasi selama beberapa menit
ditempakan pada media HiCa dengan
dengan 0,25% tripsin-EDTA sampai sel
berat jenis sekitar 2x105 sel/cm2 [16].
terpisah
Delapanbelas
media
selama 3 - 5 menit pada 800 rpm (0,2 G),
dipindahkan, piringannya dicuci dengan
supernatan dibuang, pelet sel disuspensi
PBS, dan sel disimpan pada media LoCa
dalam media HiCa dengan KGF, dan sel-
jam
kemudian
dari
piringan,
disentrifugasi
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 4 Suplemen 1
231
sel berlapis di piringan tanpa memperluas
kutur [16]. Delapan belas jam setelah
replating, kultur dicuci dengan PBS dan
diberi nutrisi dengan medium Loca 10ng /
ml KGF [16]. Kultur diberi nutrisi dengan
media tersebut setiap 2-3 hari sampai
menjadi konfluen lagi, dalam beberapa
minggu [16]. Sel sel tersebut kemudian
diberi perlakuan sama sepeti yang telah
dijelaskan di atas, namun kultur dibagi
menjadi 1:2 [16].
Dilakukan subkultur
dan pengulangan kembali dalam beberapa
hari
[16].
konsentrasi
Setelah
KGF
beberapa
dalam
hari,
medium
dikurangi menjadi 5ng/ml dan kemudian
ke 1 ng/ml [16]. Aliquot sel kemudian
dibekukan dengan mengikuti protokol
pembekuan
standar
dengan
10%
dimetilsulfoksida (DMSO) pada media
LoCa
di
P2-4[16].
Berikut
hasil
imortalisasi sel keratinosit primer dari
kulit tikus.
Gambar 3. Karakterisik morfologi sel
keratinosit primer hasil imortalisasi
3. Metode Pembuatan Stem Cell
Untuk cara membuat stem cell,
Nadri et al [18] menggunakan tikus
sebagai
hewan
uji
dan
sel
yang
dikulturnya adalah Mesenchymal stem
cells (MSCs). Pembuatannya diawali
dengan mengisolasi sel dari tikus yang
berusia 6-8 minggu [18]. Bagian tulang
paha diambil dengan hati-hati, kemudian
jaringan lunak yang melekat dibersihkan
[18]. Masing-masing tulang diangkat
dengan rongeur dan sumsum tulang
diambil dengan menggunakan syringe
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 4 Suplemen 1
232
dan dibilas dengan Dulbecco Modified
sebagai kontrol yang sering disebut
Eagle Medium (DMEM) [18]. Sel-sel
sebagai sel WFMC [18]. Sebagai kultur
sumsum tulang kemudian disaring dengan
sel kontrol, WFMCs dikultur dalam 6-
saringan mesh nilon 70-mm [18]. Sel-sel
well plate dengan densitas 25 sel x106
disimpan pada 6-well plate kultur sel
per well dalam DMEM dan media kultur
dengan densitas 25 x 106 sel/well dalam
diubah setelah 72 jam untuk pertama
DMEM yang mengandung 15% fetal
kalinya [18].
bovine serum, 2 mm L-glutamine, 100
u/ml
penisilin
dan
100
u/ml
streptomisin[18]. Kultur disimpan pada
suhu 37 ºC dalam suasana lembab dengan
kandungan CO2 5% [18]. Saat Kultur
primer mendekati konfluen, kultur dibuat
dalam 0,5 ml dari 0,025% [18]. Tripsin
yang
mengandung
0,02%
EDTA
disimpan selama 2 menit pada suhu
kamar[18]. Sel-sel yang sudah diangkat
pada menit ke 2, dipanen dan dikultur
dalam labu berukuran 25cm2[18]. Setelah
Gambar 4. Kultur sel Sumsum tulang
kultur mencapai 70-80% konfluen, sel-sel
tikus.
dipanen untuk dilakukan eksperimen
Berdasarkan hasil penelusuran pustaka
lebih lanjut [18].
Beberapa sel sumsum tulang yang
dikultur
tanpa
SIMPULAN
perlakuan
dijadikan
yang telah dilakukan dapat diketahui cara
pembuatan kultur sel primer, immortal cell
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 4 Suplemen 1
233
line dan stem cell dari sel hewan ataupun sel
1. Thermo
Fisher
Scientific:
Cell
manusia dengan menggunakan media yang
Culture
Basics
Handbook.
UK:
sama yaitu Modified Eagle Medium (MEM)
Gibco;2015:
dan menggunakan prosedur yang berbeda.
www.lifetechnologies.com/cellcultur
UCAPAN TERIMAKASIH
ebasics
Puji syukur kami panjatkan kepada
Allah.SWT
karena
berkat
karunia-Nya
review
artikel
diselesaikan
dengan
baik.
kepada
kedua
orang
tua
rahmat
ini
dan
dapat
Terimakasih
yang
selalu
mendoakan, dosen mata kuliah metodologi
2. Thorpe TA. History of Plant Tissue
Culture. Molecular Biotechnology.
2007;37(2):169-80.
3. Correa P. Bacterial infections as a
cause of cancer. J Natl Cancer Inst.
2003;95:E3.
penelitian yang telah memberikan ilmu yang
4. Plummer M, Franceschi S, Vignat J,
begitu bermanfaat, dan kepada Ibu Irma
Forman D, Martel C. Global burden
Melyani
dosen
of gastric cancer attributable to
pembimbing yang senantiasa membimbing
Helicobacter pylori. Int J Cancer.
penulis, memberikan saran serta perbaikan-
2015;136:487–90.
Puspitasari
selaku
perbaikan dalam penulisan review artikel ini.
KONFLIK KEPENTINGAN
Seluruh penulis menyatakan tidak
terdapat potensi konflik kepentingan dengan
penelitian, kepenulisan (authorship), dan
5. Parkin DM. The global health burden
of infection-associated cancers in the
year
2002.
Int
J
Cancer.
2006;118:3030–44.
6. IARC. Schistosomes, liver flukes and
atau publikasi artikel ini.
Helicobacter pylori. IARC Working
DAFTAR PUSTAKA
Group
on
Carcinogenic
the
Evaluation
Risks
to
of
Humans.
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 4 Suplemen 1
Lyon,
7–14
234
June
1994.
IARC
therapy for periodontitis in swine.
Monogr Eval Carcinog Risks Hum.
Stem Cells. 2010;28(10):1829–1838.
1994;61:1–241.
11. Barker N, Huch M, Kujala P, van de
7. Schlaermann P, Toelle B, Berger H,
Schmidt
SC,
Glanemann
Wetering M, Snippert HJ, van Es JH,
M,
et al. Lgr5(+ve) stem cells drive self-
Ordemann J, et al. A novel human
renewal in the stomach and build
gastric primary cell culture system
long-lived gastric units in vitro. Cell
for modelling Helicobacter pylori
Stem Cell 2010;6:25–36.
infection in vitro. Gut. 2016;65:202–
213
12. Sato T, Stange DE, Ferrante M, Vries
RG, Van Es JH, Van den Brink S, et
8. Iwata T, Washio K, Yoshida T,
al. Long-term expansion of epithelial
Ishikawa I, Ando T, Yamato M, et al.
organoids
from
Cell
adenoma,
adenocarcinoma,
sheet
application
engineering
for
and
its
periodontal
human
Barrett’s
regeneration. J Tissue Eng Regen
Gastroenterology.
Med. 2015;9(4):343–356.
72.
colon,
and
epithelium.
2011;141:1762–
9. Garbern JC, Lee RT. Cardiac stem
13. Stange DE, Koo BK, Huch M, Sibbel
cell therapy and the promise of heart
G, Lyubimova A, Kujala P, et al.
regeneration.
Differentiated Troy+ chief cells act
Cell
Stem
Cell.
2013;12(6):689–698.
as reserve stem cells to generate all
10. Ding G, Liu Y, Wang W, Wei F, Liu
D,
Fan
periodontal
Z,
et
al.
ligament
Allogeneic
stem
cell
lineages of the stomach epithelium.
Cell. 2013;155:357–68.
14. Willert K, Brown JD, Danenberg E,
Duncan AW, Weissman IL, Reya T,
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
Farmaka
Volume 4 Nomor 4 Suplemen 1
235
et al. Wnt proteins are lipid-modified
and can act as stem cell growth
factors. Nature. 2003;423:448–52
15. Masqood MI, Matin MM, Bahramii
AR, Ghasroldasht M. Immortality of
cell lines: challenges and advantages
of
establishment.
Cell
Biology
International. 2013.
16. Hammiler BO, El-Baseri TG, Dulgoz
AA, Hansen LA. A Methode for the
Immortalization of Newborn Mouse
Skin Keratinocytes. Front Oncol.
2015;5:177.
17. Balmain A, Yuspa SH. Milestones in
skin carcinogenesis: the biology of
multi stage carcinogenesis. J Invest
Dermatol. 2014;134(e1):E2–7.
18. Nadri S, Soleimani M, Hosseni RH,
Massumi M, Atashi A and Izadpanah
R. An efficient method for isolation
of
murine
bone
marrow
mesenchymal stem cells. Int. J. Dev.
Biol. 2007;51: 723-729.
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
236
Printed : 1693–1424
Online : 2089-9157
Download