1 MAKALAH KOLOKIUM Nama Pemrasaran/NIM Departemen Pembahas Dosen Pembimbing/NIP Judul Rencana Penelitian : : : : : Tanggal dan Waktu : Muhammad Ajron Abdullah / I34100152 Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ganies Oktaviana /I34100091 Dr. Ivanovich Agusta, SP. M.Si/19700816 199702 1 001 Modal Sosial dalam Usaha Pengelolaan Limbah Industri dan Pengaruhnya terhadap Tingkat Kesejahteraan (Kasus Pelaku Usaha Pengelolaan Limbah Industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung) 3 Maret 2014 pukul 08.00-09.00 WIB 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat modern dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sebagian besar penduduk dunia, terutama di negara-negara maju (Kristanto , 2002). Sampai tingkat tertentu industri pasti mencerminkan karakter komunitas di mana industri itu bertempat: sarana transportasinya, lokasinya di tepi sungai atau jalan kereta api atau danau, sikapnya terhadap kerja, terhadap manajemen, terhadap buruh (Scheneider 1986). Begitu juga dengan hadirnya industri di pedesaan, kemunculannya memberikan perubahan besar terhadap kehidupan masyarakat di pedesaan. Industri diharapkan dapat menjadi motor penggerak perekonomian masyarakat, terutama masyarakat yang berada di sekitar lingkungan industri. Undang Undang dasar No.5 Tahun 1984 menyatakan dalam pasal 3 bahwa salah satu tujuan pembangungan industri adalah untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata dengan memanfaatkan sumber daya alam, dan/atau hasil budidaya serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Kehadiran industri tidak selamannya memberikan dampak positif secara langsung bagi masyarakat. Industri-industri yang sangat tergantung pada sumber daya lingkungan dan banyak menimbulkan pencemaran tumbuh dengan pesat di negara-negara sedang berkembang, di mana pertumbuhan di negara tersebut memang sangat dibutuhkan (Kristanto 2002). Di Indonesia pada tahun 2007 tercatat ada sekitar 13 ribu industri besar dan menengah yang berpotensi mencemari air permukaan dan air tanah (SLHI 2010). Beberapa kasus yang terjadi di berbagai daerah di Jawa Barat, kehadiran industri banyak menimbulkan masalah baru, baik yang berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi maupun kerusakan lingkungan. Salah satu limbah buangan dari proses inudstri dikategorikan sebagai limbah padat. Limbah padat yaitu limbah yang berbentuk larutan buangan proses, seperti plastik-plastik dan resin-resin buangan proses, logam berat, dan katalis buangan proses, garam-garam anorganik yang terbuang, dan organik padat buangan proses (Susilo 2012). Limbah pada dasarnya bersifat merugikan lingkungan. Limbah yang dihasilkan oleh industri dapat mencemari udara, tanah,bahkan sumber air yang terdapat di sekitar wilayah industri. Sampai pada kategori yang sangat parah, pencemaran lingkungan akibat timbunan limbah industri akan mengancam kehidupan mahluk hidup, termasuk manusia. Philips Kristanto (2002) mengemukakan klasifikasi limbah padat menjadi limbah yang dapat didaur ulang/bernilai ekonomis (misalnya plastik, tekstil, potongan logam) dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah yang bernilai ekonomis diolah dengan tiga cara pemisahan, penyusutan, dan pengomposan (Kristanto 2002). Pengolahan limbah tersebut dapat dilakukan oleh perusahaan/industri yang bersangkutan atau dilakukan oleh masyarakat sekitar industri. Masyarakat di sekitar industri merasakan dampak negatif dari cemaran yang dihasilkan limbah 2 industri. Lebih jauh lagi, akumulasi dari jumlah limbah yang tidak terkelola akan merusak lingkungan tempat dimana masyarakat tinggal. Kasus yang terjadi di Kelurahan Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung menunjukan pengolahan limbah yang dilakukan oleh masyarakat sekitar industri. Kemunculan industri di wilayah Kelurahan Cigondewah Kaler yang memproduksi berbagai macam pakaian dan kebutuhan rumah tangga berbahan dasar tekstil telah mengubah mata pencaharian kebanyakan penduduk di Kelurahan Cigondewah Kaler. Pengelolaan limbah yang dilakukan oleh masyarakat di desa Kelurahan Cigondewah Kaler melibatkan banyak masyarakat yang kemudian membentuk usaha pengelolaan limbah industri di kawasan Kelurahan Cigondewah Kaler, bahkan beberapa diantaranya telah bergeser menjadi kegiatan jual beli kain kiloan sekaligus jual beli pakaian jadi. Kegiatan usaha yang dilakukan masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler kemudian mengalami pertumbuhan. Usaha tersebut tidak hanya mengelola limbah kain saja tetapi mulai mengelola limbah-limbah plastik, kardus, dan berbagai produk sampingan kegiatan industri lainnya. Kegiatan usaha pengelolaan limbah industri lambat laun menjadi matapencaharian yang banyak digeluti oleh masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler. Banyak bermunculan usaha pengelolaan limbah industri dari skala rumah tangga sampai skala industri. Usaha pengelolaan limbah industri tersebut banyak menyerap tenaga kerja di Kelurahan Cigondewah Kaler. Potensi yang dimiliki Kelurahan Cigondewah Kaler tersebut dapat dikembangkan sebagai salah satu alternatif kegiatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Potensi UKM mengacu pada jumlah populasi UKM pada tahun 2007 mencapai 49, 8 juta unit usaha atau 99,99 persen terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya mencapati 91, 8 juta orang atau 97,3 persen terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia (BPS 2008). Kemampuan sektor ini menahan goncangan krisis dibandingkan perusahaanperusahaan besar, membuat ada keyakinan bahwa masa depan perekonomian Indonesia berada di sektor ini (Supriyanto 2006). Sejalan dengan usaha yang digalakan oleh pemerintah dalam menggalakan kegiatan usaha kecil menengah, kegiatan usaha pengelolaan limbah industri di wilayah Cigondewah mendapat apresiasi dari Pemerintah Kota Bandung. Pada tahun 2007 Pemerintah Kota Bandung memasukan wilayah Cigondewah ke dalam kawasan strategis melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung 2011-2031 kategori sentra tekstil (sentra kain Cigondewah). Sejak kemunculan industri tekstil skala nasional pada tahun 85-an di Kelurahan Cigondewah Kaler, kegiatan usaha pengelolaan limbah tersebut masih berlangsung sampai hari ini. Banyak perubahan yang terjadi pada masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler, salah satunya perubahan pada aspek fisik (pembangungan insfrastruktur) dan aspek sosial ekonomi (tingkat kesejahteraan). Selain modal fisik dan modal finansial, masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler memiliki modal sosial yang memperkuat kegiatan usaha mereka. Modal sosial dalam usaha pengelolaan limbah industri di Kelurahan Cigondewah Kaler menjadi isu yang menarik untuk dikaji. Penelitian mengenai modal sosial dalam kegiatan usaha telah dilakukan oleh beberapa peneliti di tempat dan waktu yang berbeda. Salah satunya adalah Meri Nurami yang meneliti peran modal sosial pada pemberdayaan ekonomi masyarakat pada usaha daur ulang di Desa Kedungwonokerto, Kecamatan Prambon, Sidoarjo. Pemanfaatan modal sosial secara optimal dalam usaha daur ulang mampu memberdayakan masyarakat Desa Kedungwonokerto yang dapat dilihat dari munculnya peluang-peluang usaha baru seperti jasa pengangkutan, penyerapan tenaga kerja, dan meningkatnya potensi ekonomi masyarakat (Nurami 2013). 1.2. MASALAH PENELITIAN Pengelolaan limbah oleh masyarakat telah membantu upaya perusahaan dalam penanggulangan dampak negatif munculnya limbah padat bagi kerusakan lingkungan, bahkan telah membantu mengurangi biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk mengolah limbah padat tersebut. Pengolahan limbah yang telah berubah menjadi kegiatan usaha akan menjadi salah satu matapencaharian alternatif di tengah-tengah kondisi sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Nilai manfaat yang didapatkan oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri dapat menjadi salah satu faktor pemercepat pertumbuhan ekonomi dan peningkatan status kesejahteraan. Oleh karena itu 3 yang akan dikaji pada penelitian ini adalah sejauhmana usaha pengelolaan limbah industri berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan Hubungan yang dijalin oleh industri dengan masyarakat sekitar industri memiliki pengaruh terhadap akses limbah-limbah yang dihasilkan oleh industri. Tidak semua masyarakat memiliki akses (mendapatkan jatah) limbah-limbah yang dihasilkan oleh perusahaan. Disamping modal fisik dan modal finansial terdapat modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat pengelola limbah industri. Oleh karena itu perlu dianalisis apa saja modal sosial yang dimiliki oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri. Dinamika perdagangan mendorong kelompok usaha pengelolaan limbah industri untuk bersaing dengan para pelaku usaha dari wilayah lain. Tidak sedikit para pelaku usaha yang mengalami pailit. Keadaan tersebut tidak menguntungkan bagi kegiatan usaha tersebut. Karena itu menarik untuk dikaji sejauhmana modal sosial berpengaruh terhadap tingkat pendapatan usaha pengelolaan limbah industri . Kegiatan pengelolaan limbah industri diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Nilai jual limbah yang bertambah setelah dilakukan pengolahan akan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat. Pendapatan tesebut diperoleh dari proses produksi, penjualan, sampai pendistribusian barang yang telah diolah. Oleh karena itu perlu dianailisis bagaimana bentuk-bentuk pengelolaan limbah industri yang dilakukan oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri. 1.3. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah penelitian, maka tujuan umum pada penelitian ini adalah mengukur sejauhmana modal sosial dalam usaha pengelolaan limbah industri berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Adapun tujuan-tujuan khusus pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis sejarah pengelolaan limbah industri oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri. 2. Menganalisis modal sosial yang dimiliki oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri 3. Menganalisis pengaruh modal sosial terhadap tingkat pendapatan usaha pengelolaan limbah industri 4. Menganalisis pengaruh tingkat pendapatan pada usaha pengelolaan limbah industri terhadap tingkat kesejahteraan. 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan untuk berbagai pihak, antara lain: 1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah penelitian mengenai pengaruh pengelolaan limbah industri terhadap kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan atau literatur bagi akademisi yang ingin meneliti lebih jauh mengenai pengaruh pengelolaan limbah industri terhadap kesejahteraan. 2. Bagi pembuat kebijakan dalam hal ini pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, melalui kementrian dan dinas terkait, berusaha memberikan gambaran utuh mengenai kondisi real masyarakat di sekitar industri serta peluang pengembangan kegiatan usaha kecil menengah yang berbasis pengelolaan limbah industri. 3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pengaruh pengelolaan limbah industri terhadap tingkat kesejahteraan pada masyarakat di sekitar industri. 4 2. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Limbah Industri Karakteristik komunitas yang tinggal di sekitar wilayah industri sangat dipengaruhi oleh jenis industri yang didirikan. Sampai tingkat tertentu industri pasti mencerminkan karakter komunitas di mana industri itu bertempat: sarana transportasinya, lokasinya di tepi sungai atau jalan kereta api atau danau, sikapnya terhadap kerja, terhadap manajemen, terhadap buruh (Schneider 1986). Termasuk dampak yang ditimbulkan oleh industri, salah satunya adalah limbah. Komunitas sekitar industri dihadapkan pada permasalahan lingkungan yang timbul akibat penimbunan limbah industri, terutama yang bersifat merugikan. Padahal dalam pasal 7 UU. No 44 Tahun 1982 menyatakan setiap orang yang menjalankan suatu bidang usaha wajib memelihara kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan. Limbah , baik dalam jumlah besar maupun kecil, dalam jangka panjang ataupun pendek akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada lingkungan (Kristanto, 2012). Skema sistem input-output dan kemungkinan limbah pada proses industri : Input Proses Proses Limbah - Bahan Baku - Tenaga Kerja - Mesin dan Peralatan - Limbah - Industri Primer - Industri Sekunder - Industri tersier - Produk utama - Produk Sampingan - Limbah - Bernilai ekonomis - Tak bernilai ekonomis Gambar 1. Skema sistem output-input dalam proses industri (Kristanto 2002) Taufik (2006) menjelaskan pasal 14 Peraturan Pemerintah menyatakan bahwa sesuai dengan Izin Usaha Industri yang diperolehnya, perusahan industri wajib : a. Melaksanakan upaya keseimbangan dan kelestarian sumber daya alam serta pencegahan timbulnya kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan hidup akibat kegiatan industri yang dilakukan; b. Melaksanakan upaya yang menyangkut keamanan dan keselamatan alat, proses serta hasil produksinya termasuk pengangkatannya, dan keselamatan kerja; c. Melaksanakan upaya hubungan kerja sama antar para pengusaha nasoinal untuk mewujudkan keterkaitan yang saling menguntungkan. Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi (Kristanto 2002). Proses produksi pada sebuah industri menghasilkan limbah industri. Limbah dalam bentuk apapun (apakah padat, cair, maupun gas) jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang buruk bagi lingkungan. Kristanto (2002) mengklasifikasikan limbah berdasarkan nilai ekonomis dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah yang memiliki nilai ekonomis yaitu limbah di mana dengan melalui suatu proses lanjut akan memberikan suatu nilai tambah. Limbah non-ekonomis adalah 5 suatu limbah walaupun telah dilakukan proses lanjut dengan cara apapun tidak akan memberikan nilai tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan (Kristanto 2002). Mulia (2005) mendefinisikan limbah padat sebagai segala sesuatu yang tidak terpakai dan berbentuk padatan atau semi padatan. Lebih lanjut lagi Mulia (2005) menegaskan bahwa limbah padat merupakan campuran dari berbagai bahan baik yang tidak berbahaya seperti sisa makanan maupun yang berbahaya seperti limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang berasal dari industri. Tabel 1. Beberapa sumber dan jenis limbah padat Sumber Fasilitas Domestik Rumah tangga, apartemen Komersial Industri Pertokoan, restoran, hotel, institusi, dan lain-lain Kilang minyak, pabrik, pertambangan, dan lain-lain Konstruksi Sumber : Wageningen University(1999) dalam Mulia (2005) Mekanisme pengolahan Jenis Sisa makanan, pembungkus makanan, dan lain-lain Kertas, kardus, abu, dan lain-lain Limbah industri, Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), dan lain-lain Tanah, Semen, baja, dan lain-lain limbah dikemukakan oleh Ir. Philips Kristanto (2002) sebagai berikut : Bahan Baku Sumber Daya Lingkungan Limbah Industri Beracun dan Berbahaya Produk Konsumen Pengolahan Daur Ulang Produk Konsumen Limbah Pembuangan Pengolahan Limbah Pembangunan memenuhi syarat Gambar 2. Mekanisme pengolahan limbah (Kristanto 2002) Usaha Mikro Kecil Menengah Pengolahan limbah industri yang dilakukan masyarakat di sekitar industri telah banyak dilakukan, khususnya limbah yang masih bernilai ekonomis seperti potongan kain, limbah plastik, dan limbah kertas. Lambat laun kegiatan tersebut menjadi kegiatan yang mendatangkan banyak manfaat secara ekonomis. Sampai pada tingkat jual beli dengan konsumen dalam jumlah besar, akhirnya kegiatan pengolahan limbah hingga menjadi barang yang bernilai ekonomis berubah menjadi kegiatan jual beli, meskipun cakupannya masih dalam skala Usaha Mikro dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Undang-undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menjelaskan beberapa hal pokok mengenai UMKM : 6 1. Pengertian Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan.atau 2. 3. badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini (aset maksimal 50 juta dan omset maksimal 300 juta) Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. (aset >50 juta – 500 uta dan omset >300 juta - 2,5 M) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil dan usaha besar dengan jumlah kekauaan bersih atau hasil penjualan diatur dalam Undang-Undang ini. (Aset > 500 juta - 10 M dan omzet > 2,5 M – 50 M) Modal Sosial Respon masyarakat sekitar industri digambarkan melalui kegiatan pemanfaatan limbah industri. Selain membantu industri dalam penanganan dampak negatif limbah, karakteristik masyarakat pun terbentuk oleh aktivitas tersebut. Masyarakat memiliki modal sosial (social capital) yang mempedomani mereka dalam hubungannya dengan industri, baik sebagai hubungan industrial maupun sebagai pemangku kepentingan dalam cakupan wilayah yang sama dengan industri. Putnam (1995) dalam Sumardjo (2010) mendefinisikan modal sosial sebagai bagian dari organisasi sosial berupa hubungan sosial dan rasa saling percaya yang memfasilitasi koordinasi dan kerja sama untuk kepentingan bersama. Modal Sosial dapat menjadi kekuatan yang menggerakan masyarakat, yang terbentuk melalui berbagai interaksi sosial dan institusi sosial (Sumardjo 2010). Dikutip dalam Supriono et all Bank Dunia (1999) meyakini modal sosial adalah sebagai suatu yang merujuk ke dimensi institusional, hubungan-hubungan yang tercipta, dan norma-norma yang membentuk kualitas serta kuantitas hubungan sosial dalam masyarakat Definisi lain modal sosial seperti Colleta dalam Nasdian (2005) adalah sebagai suatu sistem yang mengacu kepada atau hasil dari organisasi sosial dan ekonomi, seperti pandangan umum (world view), kepercayaan (trust), pertukaran timbal balik (reciprocity), pertukaran ekonomi dan informasi (informational and economic exchange), kelompok-kelompok formal dan informal (formal and informal groups), serta asosiasi-asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya (fisik, manusiawi, budaya) sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif, pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Dimensi-dimensi yang terkandung dalam modal sosial meliputi : 1. Integrasi (integration), yaitu ikatan yang kuat antara anggota keluarga, dan keluarga dengan tetangga sekitarnya. Contohnya ikatan berdasarkan kekerabatan, etnik, dan agama 2. Pertalian (linkage), yaitu ikatan dengan komunitas lain di luar komunitas asal, berupa jejaring (network) dan asosiasi-asosiasi yang bersifat kewarganegaraan yang menembus perbedaan kekerabatan, etnik dan agama 3. Integritas organisasional (organizational integrity), yaitu keefektifan dan kemampuan institusi negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian hukum dan menegakan peraturan 4. Sinergi (sinergy), yaitu relasi antara pemimpin dan institusi pemerintah dengan komunitas (state-community relations). 7 Robert M.Z. Lawang (2004) membagi kapital sosial1 ke dalam kepercayaan, norma, dan jaringan. Sedangkan konsep-konsep tambahan terdiri dari tindakan sosial, interaksi sosial, dan sikap. Beberapa konsep tersebut adalah :2 1. Kepercayaan (trust) Hubungan antar dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial. 2. Jaringan (network) Sumber pengetahuan yang menjadi dasar utama dalam pembentukan kepercayaan strategik. Salah satu karekteristiknya adalah ada ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan dengan media (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat dengan kepercayaan, boleh dalam bentuk strategik, boleh pula dalam bentuk moralistik. Terdapat jaringan antar personal, jaringan antar individu dan institusi, serta jaringan antar institusi. 3. Norma Norma itu muncul dari pertukaran saling menguntungkan (Blau 1963, Fukuyama 1999) artinya kalau dalam pertukaran itu keuntungan dinikmati oleh salah satu pihak saja, pertukaran selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Karena itu norma yang muncul di sini bukan sekali jadi melalui satu pertukaran saja. Norma bersifat reosiprokal, artinya isi norma menyangkut hak dan kewajiban suatu kegiatan tertentu. Yang melanggar prinsip keadilan akan dikenakan sanksi yang keras juga (Blau). Tingkat Kesejahteraan Kesejahteraan dapat diposisikan sebagai output/hasil dari sebuah proses Pengelolaan input (sumberdaya) yang tersedia, dimana kesejahteraan sebagai ouput pada suatu titik dapat menjadi sumberdaya atau input untuk diproses menghasilkan tingkat kesejahteraan keluarga pada tahap berikutnya (Sunarti 2006). Keluarga sebagai sebuah kumpulan terkecil dari individu-individu yang saling berinteraksi. Selanjutnya Sunarti (2006) menggolongkan kesejahteraan keluarga ke dalam kesejahteraan ekonomi (family well-being) yang diukur dari pemenuhan input keluarga (misalnya diukur dari pendapatan, upah, asser, dan pengeluaran keluarga) dan kesejahteraan material (family material well-being) yang diukur dari berbagai bentuk barang dan jasa yang diakses oleh keluarga. (Ferguson, Horwood, dan Beutrais 1981) dalam Sunarti (2006) mendefinisikan kesejahteraan ekonomi sebagai tingkat terpenuhinya input secara finansial oleh keluarga. Input yang dimaksud berupa pendapatan, niali aset keluarga, maupun pengeluaran, sementara indikator output memberikan gambaran manfaat langsung dari investasi tersebut pada tingkat individu, keluarga, dan penduduk. Kesejahteraan ekonomi merupakan sebuah variabel yang bisa diukur baik secara kuantitaif maupun kualitatif. Pengukuran kesejahteraan sering menggunakan pembagian kesejahteraan ke dalam dua bagian yaitu kesejahteraan subyektif dan obyektif (Sunarti 2006). Mengacu pada UU No.10 Tahun 1992 yang memuat didalamnya konsep kesejahteraan keluarga, BKKBN (1998) mengembangkan indikator Keluarga Sejahtera yang memuat 23 indikator turunan (Sunarti 2006). Martin (2006) dalam Sunarti (2006) menyebutkan terminologi yang sering digunakan dalam penelitian yang membahas kesejahteraan adalah “living standar, will being, welfare, quality life”. Kanada menggunakan 19 indikator kualitas hidup masyarakatnya yang meliputi (Sunarti 2006 ): 1. Indikator Ekonomi : GDP per kapita, pendapatan per kapita, inovasi, lapangan kerja, melek hurup, dan tingkat pendidikan 2. Indikator Kesehatan : usia harapan hidup, status kesehatan, tingkat kematian bayi (IMR), aktivitas fisik, 3. Indikator lingkungan : kualitas udara, kualitas air, biodiversity, lingkungan yang sehat 1 Robert M.Z. Lawang memilih istilah kapital sosial dibandingkan dengan modal sosial, penjelasan ilmiah mengenai hal tersebut dapat dilihat melalui bukunya yang berjudul Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologik Suatu Pengantar (2004), pada Hal 2-84. 2 Diambil dari Buku Robert M.Z. Lwaang yang berjudul Kapital Sosial Dalam Perspektif Sosiologik Suatu Pengantar terbitan dari FISIP UI Press Tahun 2004. 8 4. Indikator keamanan dan keselamatan masyarakat : kesukarelaan, keragaman (diversity), partisipasi dalam aktivitas budaya, partisipasi dalam kegiatan politik, kemanan dan keselamatan BKKBN merumuskan konsep keluarga sejahtera yang dikelompokan secara bertahap menjadi keluarga sejahtera tahap 1, keluarga sejahtera tahap II, keluarga sejahtera tahap III, serta keluarga sejahtera tahap III plus. Batasan operasional keluarga sejahtera adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial, kebutuhan psikologis, kebutuhan pengembangan, dan kepedulian sosial (Sunarti 2006). Dikutip dalam Sunarti (2006) bahwa penelitian Rambe (2004) menunjukan bahwa indikator Kesejahteraan BKKBN dianggap paling baik karena selain mudah dalam pengoperasiannya hingga ke level administrasi terendah dan dengan cepat dapat mengklarifikasikan keluarga miskin. BKKBN (1998) dalam Iskandar (2012) mengukur pengelompokan konsep keluarga sejahtera dengan 23 indikator. Dua puluh tiga indikator tersebut adalah : 1. Melaksanakan Ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga; 2. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih; 3. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian; 4. Bagian terluas dari lantai rumah bukan dari tanah; 5. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber-KB, dibawa ke sarana kesehatan; 6. Anggota keluarga memperoleh melaksanakan ibadah secara teratur; 7. Paling kurang seminggu sekali keluarga menyediakan daging/telur/ikan; 8. Seluruh anggota keluarga paling tidak memperoleh paling kurang satu setel pakaian baru per-tahun; 9. Luas lantai paling kurang 8 meter persegi untuk tiap penghuni rumah; 10. Seluruh anggota keluarga untuk tiga bulan terakhir dalam keadaan sehat; 11. Paling kurang satu anggota keluarga usia 15 tahun ke atas berpenghasilan tetap; 12. Seluruh anggota keluarga yang berusia 10-60 tahun bisa baca tulis huruf latin; 13. Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah pada saat ini; 14. Bila anak yang masih hidup dua atau lebih, keluarga pasangan usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil); 15. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama 16. Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarganya; 17. Biasanya makan bersama paling sedikit sekali sehari dan kesempatan itu dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar keluarga; 18. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya; 19. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah paling kurang 1 kali dalam 6 bulan 20. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah 21. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana tranportasi sesuai kondisi daerah; 22. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk material; 23. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus perkumpulan, yayasan, instansi, dan masyarakat. Dua puluh tiga indikator tersebut diklasifikasikan ke dalam empat kategori keluarga sejahtera3. Kategori pertama adalah Keluarga Pra-Sejahtera , yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal. Kebutuhan dasar itu mencakup indikator (1 s.d 5). Kategori kedua adalah Keluarga Sejahtera I, yaitu keluarga yang telah terpenuhi kebutuhan dasar (1 s.d 5) tetapi kebutuhan sosial psikologi belum terpenuhi. Kebutuhan sosial psikologi tersebut mencakup indikator (6 s.d 14). Kategori ketiga adalah Keluarga Sejahtera II, yaitu keluarga yang telah mampu memenuhi kebutuhan nomor 1 s.d 14 tetapi kebutuhan pengembangannya belum sepenuhnya terpenuhi. Kebutuhan pengembangan tersebut mencakup indikator (15 s.d 21). Kategori keempat adalah Keluarga Sejahtera III, yaitu keluarga yang telah memenuhi kebutuhan 3 Penjelasan dua puluh tiga indikator kesejahteraan dari BKKBN ini dikutip dari Iskandar (2012). Paradigma Baru (Banchmarking) Kemiskinan (Suatu Studi ke Arah Penggunaan Indikator Tunggal) 9 fisik, sosial, psikologi dan pengembangannya ( memenuhi indikator 1. Sd 21) tetapi kepedulian sosial belum terpenuhi. Kepedulian sosial tersbut mencakup indikator (22 s.d 23). Kategori kelima adalah Keluarga Sejahtera III Plus, yaitu keluarga yang telah memenuhi kebutuhan fisik, sosial, psikologis, dan pengembangannya, serta memiliki kepedulian sosial yang tinggi (memenuhi indikator 1 s.d 23). 2.2. KERANGKA PEMIKIRAN Tujuan dari penelitian ini salah satunya adalah mengetahui sejauhmana modal sosial memiliki pengaruh dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri. Kegiatan Usaha pengelolaan limbah industri oleh masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler melibatkan modal fisik, modal finansial, dan modal sosial. Modal sosial terdiri dari tingkat kekuatan norma, tingkat kepercayaan, dan tingkat jaringan. Hasil penelitian Santoso (2012) menunjukan bahwa modal sosial telah berperan diantara para pedagang warung angkringan di Kota Ponorogo. Modal sosial tersebut yakni saling memberikan informasi dan bantuan, baik terkait dengan informasi peluang usaha, lokasi usaha yang strategis, modal usaha, kelompok usaha maupun tempat tinggal (Santoso 2012). Modal sosial yang pertama adalah tingkat kekuatan norma. Tingkat kekuatan norma ini diukur oleh tingkatan norma yang terdiri dari cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores) dan adat istiadat (customs). (Nurami 2013) menjelaskan bahwa pemilihan pelanggan baik yang memilih dengan sistem bayar tunai, tepat waktu maupun melalui proses hutang piutang, semua itu tidak terlepas dari peran norma yang melekat pada pola kerja sama yang terjalin Modal sosial yang kedua adalah tingkat kepercayaan. Lawang (2004) menjelaskan bahwa inti dari kepercayaan antar manusia ada tiga hal yang saling terkait : (i) hubungan sosial antara dua orang atau lebih, termasuk dalam hubungan ini adalah institusi yang dalam pengertian ini diwakili orang; (ii) harapan yang terkandung dalam hubungan itu, yang kalau direalisasikan tidak akan merugikan salah satu atau kedua belah pihak; (iii) interaksi sosial yang memungkinakan hubungan dan harapan itu terwujud. Dengan ketiga dasar itu pula, kepercayaan yang dimaksudkan di sini menunjuk pada hubungan antara dua pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu atau kedua belah pihak melalui interaksi sosial (Lawang 2004). Tingkat kepercayaan pada penelitian ini diukur oleh: (i) intensitas transaksi jual beli dan (ii) intensitas melakukan kegiatan pinjaman / kredit usaha. Hasil penelitian Nurami (2013) berkaitan dengan modal sosial dalam usaha daur ulang di Desa Kedungwonokerto, Sidoarjo menunjukan dengan pemilihan rekanan penyedia bahan yang amanah dan dapat dipercaya bahkan dapat menjanjikan keuntungan karena dapat mengurangi biaya survey bahan baku dalam hal ini akan mengurangi ongkos produksi yang harus dikeluarkan dan juga menghemat waktu. Siregar (2011) dalam Nurami (2013) menyebutkan bahwa eksistensi kepercayaan dalam transaksi ini menjadi faktor kunci sebagai modal sosial, yang menyebabkan biaya transaksi dan biaya kontrol menjadi rendah. Modal sosial yang ketiga adalah tingkat jaringan. Lawang (2004) menjelaskan masih dalam fungsinya untuk memperlancar (pelumas) kegiatan ekonomi, jaringan sosial harus memiliki sifat keterbukaan pada semua orang untuk memberikan kesempatan kepada publik menilai fungsinya yang mendukung kepentingan umum. Lebih lanjut lagi Lawang (2004) menyebutkan fungsi akses menunjuk pada kesempatan yang dapat diberikan oleh adanya jaringan dengan orang lain dalam penyediaan suatu barang atau jasa yang tidak dapat dipenuhi secara internal oleh organisasi (Otsgaard and Birley 1994). Tingkat jaringan pada penelitian ini diukur oleh (i)tingkat akses pelaku usaha terhadap barang dan jasa; (ii)tingkat keterbukaan jaringan usaha ; dan (iii)intensitas interaksi antar pelaku usaha pengelolaan limbah industri. Selain mengetahui sejauhmana modal sosial memiliki pengaruh dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri, penelitian ini ingin mengetahui sejauhmana pengaruh kegiatan usaha pengelolaan limbah industri terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Cigondewah Kaler. Tingkat kesejahteraan tersebut diukur oleh beberapa indikator kualitas hidup. Indikator tersebut adalah : tingkat pendapatan, tingkat melek hurup, tingkat pendidikan, status kesehatan, 10 dan tingkat partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan (kegiatan publik) (Sunarti 2006 4). Penggolongan keluarga sejahtera mengacu pada kriteria keluarga sejahtera yang disusun oleh BKKBN yang dalam indikatornya memuat indikator kualitas hidup ( tingkat melek hurup, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, status kesehatan dan tingkat partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan). Akan dianalisis secara kualitatif bagaimana kegiatan pengelolaan limbah industri oleh kelompok usaha pengelolaan limbah industri di Cigondewah berpengeruh terhadap penyerapan limbah yang dihasilkan oleh industri. Penyerapan tersebut menyangkut perbandingan jumlah limbah yang digunakan usaha dan yang tidak digunakan sebagai bahan baku usaha. Akan diuji melalui pendekatan studi kasus beberapa industri penghasil limbah yang digunakan langsung oleh pelaku usaha pengelolaan limbah sebagai bahan baku. 4 Sunarti (2006) mengambil 19 indikator kualitas hidup masyarakat dari negara Kanada. Indikator Keluarga Sejahtera : Sejarah Pengembangan, Evaluasi, dan Keberlanjutannya. 2006. Fakultas Ekologi Mannusia Institut Pertanian Bogor 11 Modal Sosial Kekuatan Norma - Tingkat kekuatan norma dalam kelompok usaha Tingkat penyerapan limbah industri Tingkat Kepercayaan - Intensitas Transaksi Jual Beli - Intensitas pinjaman/ kredit usaha Tingkat Jaringan - Tingkat akses barang dan jasa - Tingkat keterbukaan jaringan - Intensitas interaksi antar pelaku usaha Tingkat Usaha Pengelolaan Limbah Industri - Mempengaruhi (kuantitatif) Hubungan (kualitatif) GAMBAR 2. KERANGKA PEMIKIRAN Tingkat pendapatan Usaha/ omzet Jumlah tenaga kerja Jumlah Aset Tingkat teknologi Pengelolaan limbah Tingkat Kesejahteraan Masyarakat - Tingkat Pendidikan, Tingkat Melek Huruf Tingkat Kesehatan, Tingkat Pendapatan Akses terhadap sarana kesehatan Tingkat Partisipasi dalam kegiatan Publik 12 2.3. HIPOTESIS PENELITIAN Hipotesis penelitian ini disajikan sebagai berikut: 1. Semakin tinggi modal sosial yang dimiliki oleh kelompok usaha pengelolaan limbah industri maka semakin tinggi nilai ekonomi usaha tersebut 2. Semakin tinggi usaha pengelolaan limbah industri maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan masyarakat 2.4. DEFINISI OPERASIONAL Tabel 2. Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Indikator Jenis Data Intensitas Intensitas aktivitas - Rendah Ordinal Transaksi Jual Beli transaksi jual beli barang - Tinggi barang komoditi pengelolaan limbah industri yang dilakukan oleh pelaku usaha pengelolaan limbah industri Tingkat kekuatan Tingkatan sanksi yang Sanksi dalam Ordinal norma akan diberikan oleh tingkatan norma: masyarakat pelaku usaha - Usage pengelolan limbah industri - Folkways jika ada anggota - Norm komunitasnya yang - Custom melanggar norma Tingkat akses barang dan jasa Tingkat kemampuan seseorang untuk mendapatkan kesempatan memperoleh barang dan mendapatkan jasa dalam usaha pengelolaan limbah industri dari jaringan bisnis yang sudah terbentuk Tingkat Tingkat pengetahuan keterbukaan masyarakat di luar jaringan kelompok usaha terhadap usaha pengelolaan limbah industri dalam satu. Intensitas interaksi hubungan bisnis, antar kelompok pertukaran informasi, dan usaha banyaknya kehadiran dalam forum bersama sesama pelaku usaha pengelolaan limbah industri. Tingkat akumulasi keuntungan Pendapatan/omzet yang diperoleh usaha selama satu tahun terakhir Jumlah tenaga banyaknya tenaga kerja kerja yang dipekerjakan dalam proses usaha selama satu tahun terakhir. Jumlah aset kepemilikan terhadap aset berupa : bangunan/gudang, alat - Sulit Nominal - Mudah - Terbuka Nominal - Tertutup - Rendah - Tinggi Ordinal - Rendah - Tinggi Ordinal - Sedikit - Banyak Nominal - Sedikit - Banyak Nominal 13 timbang kain, sistem pengolahan data (kalkulator/komputer), alat transportasi (mobil pickup, truk) selama satu tahun terakhir Tingkat teknologi sejauhmana teknologi pengelolaan dilibatkan dalam proses limbah usaha selama satu tahun terakhir. Tingkat pendidikan tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang didapatkan oleh kelompok masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri dalam satu tahun terakhir. Tingkat huruf melek tinggi rendahnya tingkat kemampuan baca yang dimiliki oleh kelompok masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan usaha Pengelolaan limbah industri dalam satu tahun terakhir. Status kesehatan tinggi rendahnya kualitas kesehatan yang dimiliki oleh kelompok masyarakat yang terlibat langsung dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri dalam satu tahun terakhir Akses terhadap kesempatan yang dimiliki sarana kesehatan pelaku usaha pengelolaan limbah industri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ketika berobat atau sedang sakit selama satu tahun terakhir. Tingkat partisipasi Tingkat keterlibatan dalam dalam kegiatan kegiatan kemasyarakatan publik adalah selama satu tahun terakhir. Tingkat perbandingan volume penyerapan limbah industri yang limbah industri digunakan sebagai komoditi usaha pengelolaan limbah industri dengan volume limbah yang tidak digunakan sebagai komoditi usaha dalam satu tahun terakhir. - Rendah - Tinggi Ordinal - Rendah - Tinggi Ordinal - Rendah - Tinggi Ordinal - Rendah - Tinggi Ordinal - Sulit Nominal - Mudah - Rendah - Tinggi Ordinal - Rendah - Tinggi Ordinal 14 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun et al. 1989). Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengujian hipotesa atau penelitian penjelasan (explanatory research) yang tergolong dalam metode penelitian survei. Penelitian pengujian hipotesa merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa (Singarimbun et al. 1989). Pendekatan kualitatif dilakukan untuk mendeskripsikan bagaimana industri tekstil dan masyarakat sekitar industri bersinergi dalam pengelolaan limbah yang dihasilkan dalam proses industri. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk menganalisis sejauhmana modal sosial berperan dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri dan sejauhmana pengaruhnya terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Cigondewah Kaler. Pendekatan penelitian kualitatif dan kualitatif digunakan untuk memperoleh data primer. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survei. Kuisioner (lampiran 1)yang diberikan kepada responden mengenai kondisi sosial ekonomi responden yang berupa tingkat pendapatan usaha, tingkat pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, tingkat melek huruf, tingkat kesehatan, dan tingkat partisipasi dalam kegiatan masyarakat. Selain itu, kuisioner tersebut diberikan kepada responden untuk mengetahui modal sosial yang terdiri dari tingkat kepercayaan, kekuatan norma, dan kekuatan jaringan. Pendekatan kualitatif menggunakan metode wawancara mendalam (lampiran 2) terhadap informan dan narasumber. Informan dan narasumber tersebut terdiri dari pemilik usaha pengelolaan limbah industri, tokoh masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler, instansi terkait dengan bidang UKM, dan bidang pengelolaan limbah. Penentuan informan dan narasumber ditentukan dengan metode purposive sampling. 3.2. LOKASI DAN WAKTU Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung (lampiran 3). Kelurahan Cigondewah Kaler merupakan wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah Kota Bandung sebagai kawasan strategis melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung 2011-2031 kategori sentra tekstil (sentra kain Cigondewah). Selain itu di wilayah Kelurahan Cigondewah Kaler banyak berdiri kegiatan usaha pengelolaan limbah, baik limbah langsung dari kegiatan industri maupun limbah-limbah dari bahan plastik dan kertas. Pengambilan data sekunder dilakukan pada bulan Maret 2014. Pengambilan data primer dilakukan pada bulan Maret 2014 sampai dengan April 2013, pengolahan data dilakukan pada bulan Mei 2014. Analisis data dan penulisan dilakukan pada bulan Mei 2014. Kegiatan penelitian meliputi peyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Lama pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 3. Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014 Kegiatan Penyusunan proposal skripsi Kolokium Januari Februari Maret April Mei 15 Perbaikan proposal penelitian Pengambilan data lapangan Pengolahan data dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan skripsi 3.3. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler Kaler, Kecamatan Bandung Kulon. Responden adalah kelompok masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler yang terlibat dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri. Sehingga populasi sampel dalam penelitian ini adalah kelompok masyarakat yang memiliki kegiatan usaha dan / terlibat dalam kegiatan usaha pengelolaan limbah industri di Kelurahan Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung. Unit analisis penelitian adalah rumah tangga pelaku usaha pengelolaan limbah industri di Kelurahan Cigondewah Kaler. Hal tersebut sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mengetahui sejauhmana pengelolaan limbah industri berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan. Metode sampling adalah pembicaraan bagaimana menara berbagai teknik dalam penarikan atau pengambilan sampel penelitian, bagaimana kitamerancang tata cara pengambilan sampel agar menjadi sampel yang refresentatif (Bungin 2005). Teknik penarikan sampel menggunakan teknik simple random sampling dimana data pelaku usaha akan diacak kemudian diambil sebanyak 35 responden yang mewakili rumah tangga pelaku usaha pengelolaan limbah industri. 3.4. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Data sekunder didapatkan dari studi literatur yang berkaitan dengan proses industri, pengolahan limbah industri oleh perusahaan, sejarah berdirinya industri tekstil di wilayah Kelurahan Cigondewah Kaler, potensi wilayah , dan data mengenai perkembangan Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM) di Kota Bandung dari Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Kota Bandung. Data primer diperoleh dari hasil pengambilan data langsung di lapangan melalui kuisioner dan wawancara mendalam kepada responden dan informan. Kuisioner diberikan kepada 35 responden. Responden merupakan pelaku usaha pengelolaan limbah industri dan/ orang yang terlibat dalam kegiatan pengelolaan limbah industri. Kuisioner yang diberikan kepada responden terdiri dari tiga bagian. Ketiga bagian tersebut adalah (i)modal sosial berupa tingkat kepercayaan, kekuatan jaringan, dan kekuatan norma sosial (ii)karakteristik usaha berupa tingkat pendapatan usaha/omzet, jumlah tenaga kerja, jumlah aset, dan jenis teknologi yang digunakan dalam pengelolaan limbah (ii)tingkat kesejahteraan yang diukur oleh tingkat pendapatan, tingkat melek hurup, tingkat pendidikan, status kesehatan, dan tingkat partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Wawancara mendalam diberikan kepada responden dan informan berdasarkan panduan pertanyaan yang telah disiapkan dan diikuti dengan pemikiran responden yang berhubungan dengan pertanyaan. Wawancara tersebut digunakan untuk mengetahui sejauhmana 16 pengaruh pengelolaan limbah industri terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di Kelurahan Cigondewah Kaler. Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuisioner akan diolah secara kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows versi 19.0. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi, tabulasi silang dan uji korelasi spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal. Rank Spearman digunakan untuk uji korelasi yang menghubungkan variabel-variabel pada modal sosial terhadap variabel-variabel pada tingkat usaha pengelolaan limbah industri. Rank Spearmen digunakan juga untuk uji korelasi yang menghubungkan variabe-variabel pada tingkat usaha pengelolaan limbah industri terhadap variabel-variabel pada tingkat kesejahteraan. Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif. Data kualitatif akan diolah melalui tiga tahap analisis data kualitatif, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten. 17 DAFTAR PUSTAKA [BPS] Badan Pusat Statistik.2011. Perkembangan Industri Manufaktur. [UU] Undang- undang No.5 Tahun 1984 Tentang Industri. [UU] Undang-undang No.44 Tahun 1982 Tentang Mendirikan Usaha. [UU] Undang-undang No.20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Badan Pengawasan Pasar Modal. 2002. Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten atau Perusahaan Publik Industri Manufaktur. Jakarta Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta [ID] : Kencana Prenada M Group Iskandar, A. 2012. Paradigma Baru Benchmarking Kemiskinan Suatu Studi ke Arah Penggunaan Indikator Tunggal. [ID] Bogor : IPB Press. Kementrian Lingkungan Hidup RI. 2010. Status Lingkungan Hidup 2010. [Internet][diunduh tanggal 27 Februari 2014] Dapat diunduh dari http://www.menlh.go.id/DATA/SLHI_2010.pdf Kristanto, Ir. Philip. 2004.Ekologi Industri. Yogyakarta [ID]: ANDI. Lawang, R. MZ. 2004. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologik, Suatu Pengantar. Jakarta [ID] : FISIP UI Press. Mulia, Ricki M. 2005. Kesehatan Lingkungan. [ID] Yogyakarta : Graha Ilmu dan UIEU-University Press Nasdian, F. Tonny. 2006. Modul Kuliah Pengembangan Masyarakat. Tidak Diterbitkan. Institut Pertanian Bogor [ID]. Nurami, Meri. 2013. Peran Modal Sosial pada Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi pada Usaha Daur Ulang di Desa Kedungwonokerto, Kecamatan Prambon, Sidoarjo). [Internet][diunduh tanggal 27 Februari 2014]Dapat diunduh dari http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/327 Scheneider, Eugeuene V. 1986. Sosiologi Industri. Jakarta [ID]: AKSARA PERSADA. Sumardjo, Prof. 2010. Pembangunan Perdesaan dalam Rangka Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. Bogor[ID]: IPB Press Sunarti, Euis. 2006. Indikator Keluarga Sejahtera : Sejarah Pengembangan, Evaluasi, dan Keberlanjutannya. [Internet][diunduh tanggal 27 Februari 2014 ]Dapat diunduh dari http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/files/2012/04/Dr.-Euis-Sunarti-Indikator-KeluargaSejahtera.pdf Supriono, A.,Flassy, D J.,Rais S. 2009. Modal Sosial : Definisi, Dimensi , dan Tipologi. [Inernet][diunduh tanggal 27 Februari 2014 ] Dapat diunduh dari : http://www.scribd.com/doc/62161204/Modal-Sosial-Definisi-Dimensi-Dan-Tipologi Susilo, Rachmad K.D. 2012. Sosiologi Lingkungan. Jakarta : Rajawali Press Sutrisna, Endang.2008. Dampak Industrialisasi Terhadap Aspek Sosial Ekonomi Masyarakat. Jurnal Industri dan Perkotaan. [Internet] [diunduh tanggal 11 November 2013].08(22). Dapat diunduh dari : http://adiyatnapages.files.wordpress.com/2011/04/dampakindustriliasi-terhadap-aspek-sosial-ekonomi-masyarakat1.pdf 18 Lampiran 1. Peta Kelurahan Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat. Keterangan : Nama Wilayah : Kelurahan Cigondewah Kaler, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung. Batas-batas geografis : Timur : berbatasan dengan wilayah kelurahan Caringin dan Perumahan Sumber Sari Barat : berbatasan dengan jalan tol Padalarang Cileunyi Utara : berbatasan dengan kelurahan Gempol Asri Selatan: berbatasan dengan kelurahan Cigondewah Rahayu 19 Lampiran 2. Kuesioner INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT MODAL SOSIAL DALAM USAHA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN Petunjuk : Berilah centang (√) pada kolom yang telah disediakan Untuk kolom yang di dalamnya terdapat titik-titik, maka isilah sesuai dengan informasi yang ditanya I. 1 2 3 3 4 5 6 7 8 Identitas Responden No Responden Tanggal Survei Nama Lengkap Umur Jenis kelamin Agama Alamat Rumah No telepon (HP/Rumah) Pendidikan : : : : : : : ......................... ......................... ……………………………………………… ……………………………………………… tahun Laki-Laki / Perempuan …………………………………………………………………... …………………………………………………………………... ( ( ( ( ( ( ) Tidak Tamat SD ) Tamat SD ) Tamat SLTP/SMP ) Tamat SLTA/SMA ) Perguruan Tinggi ) Lainnya :………………………………………………… II. Identitas Usaha Pengelolaan Limbah Industri A. Pelaku Usaha No Jabatan/ Posisi kerja Jenis Kelamin (L/P) Upah dalam satu bulan terakhir (Rupiah) Lama Bekerja (tahun) 20 B. Aset Usaha I. Kepemilikan Gudang/Tempat Usaha No Kepemilikan *) Luas Harga Sewa i. Lama penggunaan *) 1.Milik Pribadi 2. Menyewa 3. Menumpang 4. Lainnya, sebutkan ............. II. Aset Lainnya No Nama Barang Jumlah Kepemilikan Harga Sewa 21 Identitas Usaha Pengelolaan Limbah Industri III. 1 2 Tehun Mendirikan Usaha 3 Penghasilan Bersih Usaha selama satu tahun terakhir Jumlah Tenaga Kerja 4 Sumber limbah/ bahan baku usaha (Kode) Lainnya.. ............... ............... ............... ............... ......... Kode Kol 4 1. Langsung membeli dari pabrik (industri) 2. Langsung membeli dari industri rumah tangga 3. Pindahan (nyolek) 4. Dikumpul dari pemulung 5. Lainnya sebutkan! 5 Jenis Limbah yang dikelola (Kode) Lainnya.. ............... ............... ............... ............... ......... Kode Kol 5 Kode Kol 6 1. Potongan Kain 2. Plastik 3. Karung 4. Sterofom 5. Kardus 6. Kain Rolan 7. Tali 8. Dekron 9. Lainnya sebutkan ! 1. Mesin Jahit 2.Mesin pencacah plastik 3. Mesin Pencetak bijih plastik 4. Mesin penggiling kain 5. Mesin Potong 6. Teknologi rajut 7.Lainnya, sebutkan ! 6 Teknologi yang digunakan (Kode) Lainnya.... ................ ................ ................ ................ ....... 7 Barang Hasil Usaha (Kode) Lainnya.. ............... ............... ............... ............... ......... Kode Kol 7 1. 2. 3. 4. 5. Jaket Kaos sablon Topi Sarung bantal Potongan Kain terpilah 6. Kardus terpilah 7. Bijih plastik 8. Plastik terpilah 9. Lem 10. Kain kiloan 11. Bahan industri rumah tangga 12. Lainnya sebutkan ! 22 IV. Mengukur Tingkat Kepercayaan A Intensitas Transaksi Jual Beli 9 Apakah Anda memiliki pelanggan atau konsumen tetap dalam satu tahun terakhir ini? Kapan terakhir kali Anda bertransaksi dengan pelanggan tetap ? Apakah ada hubungan lain selain hubunngan bisnis ? Jika ada Sebutkan! Berapa kali Anda melakukan transaksi jual beli dengan pelanggan tetap tersebut? Apa bentuk pembayaran yang dilakukan dilakukan ? 10 11 12 13 14 (1)Ya (2) Tidak ( ) Ada, Hubungan ...................................................... ( ) Tidak Ada ( ( ( ( )Cash (tunai) )Cashbound (berhutang) )Ditukar dengan barang )Lainnya.................................................................. Apakah Anda melakukan pembayaran pada transaksi jual beli dengan berhutang (cashboound) ? Apakah pembayaran hutang dilakukan tepat waktu ? Kegiatan pinjaman/ kredit usaha ( ) Ya ( ) Tidak 16 Apakah anda pernah/sedang melakukan pinjaman uang / kredit usaha dalam satu tahun terakhir ini ? ( )Ya 17 Kapan terakhir kali Anda melakukan peminjaman uang/ kredit usaha dengan pelanggan tetap ? Kepada siapa Anda melakukan ( )Lembaga peminjaman milik swasta peminjaman uang/ kredit usaha ( )Lembaga peminjaman milik pemerintah dalam satu tahun terakhir ini? ( )Kerabat/Tetangga/Saudara ( )Lainnnya................................................................. Berapa kali Anda melakukan peminjaman uang / kredit usaha dalam satu tahun terakhir ini ? Berapa kali Anda melakukan pengembalian uang pinjaman sebelum jatuh tempo dalam satu tahun terakhir ini ? Berapa kali Anda melakukan pengembalian uang pinjaman setelah jatuh tempo dalam satu tahun terakhir ini ? 15 B 18 19 20 21 ( )Ya ( )Tidak ( ) Tidak 23 Mengukur Kekuatan Norma V. Tingkat Kepatuhan Norma Bentuk Aturan Aturan 1.Tertulis 2.Tidak Tertulis 1.Pernah 2.Tidak Pernah Sanksi Bagi yang melanggar (Tuliskan untuk masing-masing aturan di atas) : VI. A 22 23 24 Mengukur Kekuatan Jaringan Tingkat Akses Barang dan Jasa Selama satu tahun terakhir ini, apakah Anda mendapatkan informasi barang (harga jual dan harga beli) dari rekan bisnis Anda dengan mudah? Selama satu tahun terakhir ini, apakah Anda mendapatkan barang/limbah dari sesama rekan bisnis untuk diolah kembali (sistem nyolek) dengan mudah ? Selama satu tahun terakhir ini, apakah Anda memasarkan/ menjual limbah hasil olahan kepada rekan bisnis anda dengan mudah? ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Ya ( ) Tidak B Tingkat Keterbukaan Jaringan 25 Apakah masyarakat mengetahui ( ) Ya jaringan bisnis Pengelolaan limbah ( ) Tidak ini ? Apakah masyarakat umum bisa ( ) Ya masuk menjadi bagian dari usaha ( ) Tidak Pengelolaan limbah ini ? Berapa lama Anda memulai usaha pengelolaan limbah industri sampai kembali balik modal ? 26 27 Melanggar 24 C Intensitas interaksi antara pelaku Usaha Pengelolaan Limbah 28 Apakah terdapat lembaga/perkumpulan komunitas pengusaha pengelola limbah? Apakah terdapat aktivitas lembaga/perkumpulan komunitas pengusaha pengelola limbah tersebut dalam satu bulan terakhir ini ? Berapa kali Anda berinteraksi dengan sesama pengusaha limbah di luar kegiatan jual beli dalam satu bulan ? Berapa kali Anda melakukan kegiatan bersama (misal : berlibur, mendapatkan undangan dari luar kota dalam urusan bisnis) sesama pengusaha limbah industri pada dalam satu tahun terakhir ? Apa kegiatan di luar bisnis yang Anda lakukan ketika berkumpul dengan sesama pelaku Usaha Pengelolaan Limbah ? 29 30 31 32 ( ) Ada ( ) Tidak Ada ( ) Ada ( ) Tidak Ada ( ( ( ( ( ( ) Memancing ) Memainkan permainan Burung Merpati ) Menghadiri pengajian rutinan ) Melakukan kegiatan sosial di masyarakat ) Melakukan perjalanan ke luar kota ) Lainnya................................................................ .............................................................................. VI. Karakteristik Rumah Tangga 25 Pekerjaan No. Jumlah Keluarga Nama Anggota Keluarga JK Umur Status Perkawinan Tingkat Pendidikan Utama Tambahan Terakhir Kemampuan Melek Huruf VII. Mengukur Tingkat Pendapatan Keluarga 26 Periode Anggota Rumah Jenis Tangga Pekerjaan (ART) 1. Suami Rp/hr a. b. c. 2. Istri a. b. c. 3. Anak a. b. c. 4. ART lain Hari a. b. C Hr/mg Minggu Rp/mg Mg/bln Bulan Rp/bln Bln/thn 27 5. Usaha Keluarga a. b. c. TOTAL Total Pengeluaran Rumah Tangga bulan: Total Investasi Rumah Tangga per bulan: per 28 IV. Mengukur Tingkat Konsumsi Pengeluaran Konsumsi/Bulan Diisi oleh Responden 33. Pengeluaran/Bulan Rp. Rincian Pengeluaraan : 34 Beras Rp. 35 Ikan Rp. 36 Daging Rp. 37 Telur dan susu Rp. 38 Sayur-sayuran Rp. 39 Buah-buahan Rp. 40 Minyak dan Lemak Rp. 41 Bumbu-bumbuan Rp. 42 Tembakau dan sirih Rp. 43 Makanan dan minuman jadi Rp. 44 Konsumsi Lainnya : ……...….. Rp. Berapa kali Anda dan keluarga mengkonsumsi makanan dibawah ini dalam satu minggu? 1 45 46 47 48 Daging Telur dan susu Ayam Ikan 49 50 Sayur-sayuran Buah-buahan 51. Berapa kali Anda dan keluarga makan dalam satu hari? 1 kali dalam satu hari 2 kali dalam satu hari 3 kali dalam satu hari 4 kali dalam satu hari x 29 IV. Tingkat Kesehatan Pernah sakit dalam 6 bulan terakhir, 1. Ada 2. Tidak ada a. b. c. d. Muntaber/ diare Demam berdarah Campak Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) e. Malaria f. Flu burung g. TBC h. Gizi buruk/ busung lapar a. b. c. d. e. f. g. h. Berapa kali berobat dalam 6 bulan terakhir a. Rumah Sakit b. Puskesmas c. Pustu Apakah tersedia angkutan umum ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat? Jumlah penderita Di anggota keluarga Jumlah yang meninggal di anggota keluarga a. b. c. d. e. f. g. h. a. b. c. d. e. f. g. h. d. Dokter e. Bidan Praktek f. lainnya 1. Ya 2. Tidak VIII. Karakteristik Tempat Tinggal Kondisi Fisik dan Fasilitas Bangunan Indikator 52 Luas lantai ………...m² 53 Jenis lantai 1. Keramik 2. Bambu 3. Kayu murah 4. Tanah 5. Lainnya… 54 Jenis dinding 1. Tembok 2. Bambu 3. Kayu 4. Rumbia 5. Lainnya 55 Fasilitas MCK 1. Sendiri 2. Bersama 3. Umum 4. Tidak Ada 56 Sumber penerangan 1. Listrik PLN 2. Listrik non-PLN 3. Petromak 4. Obor/senter 5. Lainnya…. 30 57 Sumber air minum 58 Bahan bakar untuk memasak 59 Barang yang dimiliki 1. Air dalam Kemasan 2. ledeng 3. pompa/sumur 4. Mata air/air hujan/ air sungai 5. Sungai 6. Lainnya…… 1. Listrik 2. Gas 3. Minyak Tanah 4. Kayu Bakar 5. Lainnya…… 1. Mobil 2. Sepeda motor 3. Komputer 4. Emas 5. Lemari es 6. Televisi 7. HP 8. Tape Radio IX. Tingkat Partisipasi dalam kegiatan publik Berapa kali Anda beraktivitas seperti di bawah ini dalam satu tahun ? 1 60 61 62 63 64 65 Mengikuti kegiatan kerja Bakti membangun tempat ibadah Mengikuti kegiatan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar rumah Mengikuti kegiatan bakti sosial yang diadakan karang taruna Mengikuti kegiatan peringatan hari besar islam yang diadakan warga Mengikuti kegiatan tahlilan/ngariung/sholawatan malam jumat Mengikuti kegiatan ronda malam yang sudah terjadwal x 31 Lampiran 2. Pertanyaan mendalam A. Profil Lokasi Penelitian Untuk Lurah Cigondewah Kaler, Tokoh Masyarakat, dan informan lainnya yang mampu memberikan informasi terkait Hari/ tanggal wawancara : Lokasi wawancara : Nama dan umur informan : Jabatan : 1 Bagaimana perkembangan kependudukan di wilayah Kelurahan Cigondewah Kaler, khususnya yang berkaitan dengan tenaga kerja (lapangan pekerjaan)? 2 Bagaimana perkembangan kondisi insfrastuktur publik (sarana pendidikan, sarana ibadah, ruang publik) yang ada di wilayah Kelurahan Cigondewah Kaler ? 3 Apa saja potensi Sumber Daya Manusia dan Sumber Daya Alam yang dimiliki oleh wilayah Cidondewah kaler? Baik yang sudah maupun yang belum dikembangkan. 4 Bagaimana perkembangan industri yang terdapat di wilayah Kelurahan Cigondewah Kaler ? 5 Bagaimana tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler ? 6 Bagaimana bentuk-bentuk matapencaharian warga Kelurahan Cigondewah Kaler? 7 Bagaimana perkembangan usaha Pengelolaan limbah industri yang berkembang di Kelurahan Cigondewah Kaler? Apa saja tradisi dan budaya yang sampai saat ini masih dipegang oleh masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler? 8 B. Usaha Pengelolaan Limbah Industri Untuk Lurah Cigondewah Kaler, Tokoh Masyarakat, Pelaku usaha Pengelolaan limbah industri, Pimpinan Industri (penyuplai limbah) dan informan lainnya yang mampu memberikan informasi terkait Hari/ tanggal wawancara : Lokasi wawancara : Nama dan umur informan : Jabatan : 1 Bagaimana sejarah Pengelolaan limbah industri oleh masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler ? 2 Bagaimana mekanisme mendapatkan limbah dari perusahaan ? 3 Bagaimana pola waktu pengambilan limbah dari perusahaan? 4 Bagaimana perusahaan mengelola limbah jika tidak disalurkan kepada msayarakat Kelurahan Cigondewah Kaler untuk dikelola ? Bagaimana respon masyarakat terhadap adanya usaha Pengelolaan limbah industri di wilayah Kelurahan Cigondewah Kaler? Berapa persentase warga masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler yang terlibat dalam usaha Pengelolaan limbah industri? Bagaimana bentuk-bentuk Pengelolaan limbah yang dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler ? Siapa sajakah stakeholder yang terlibat dalam usaha Pengelolaan limbah industri di Kelurahan Cigondewah Kaler ? 5 6 7 8 32 9 Apa saja peran Stakeholder tersebut dalam usaha Pengelolaan limbah industri di Kelurahan Cigondewah Kaler ? C. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Untuk Lurah Cigondewah Kaler Kaler, Tokoh Masyarakat, Pelaku usaha Pengelolaan limbah industri, dan informan lainnya yang mampu memberikan informasi terkait Hari/ tanggal wawancara : Lokasi wawancara : Nama dan umur informan : Jabatan : 1 Apa saja matapencaharian masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler sebelum dan setelah adanya industri dan Pengelolaan limbah industri ? 2 Bagaimana tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler? 3 4 Bagaimana dengan matapencaharian sebagai petani, apakah masih ada? Bagaimana posisi mereka (pelaku usaha tani) di tengah-tengah kondisi lahan pertanian yang semakin sempit? Bagaimana perkembangan aktivitas sosial di masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler? 5 Bagaimana perkembangan aktivitas keagamaan di masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler? 6 Bagaimana tingkat kesehatan masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler? 7 Bagaimana akses masyarakat Kelurahan Cigondewah Kaler terhadap fasilitas kesehatan? 33 Lampiran 3. Outline Proposal Skripsi 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Masalah Penelitian 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Kegunaan Penelitian 2. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.2. Kerangka Pemikiran 2.3. Hipotesis 2.4. Definisi Operasional 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data 3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis 4.2. Kondisi Ekonomi 4.3. Kondisi Sosial 5. USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH 5.1. Kawasan Strategis Sentra Industri Kain Cigondewah 5.2. Usaha Pengelolaan Limbah Industri Masyarakat Cigondewah 5.3. Ikhtisar 6. MODAL SOSIAL USAHA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI 6.1. Identifikasi Modal Sosial Pelaku Usaha Pengelolaan Limbah Industri 6.2. Peran Modal Sosial Terhadap Tingkat Pendapatan Usaha 6.3. Ikhtisar 7. HUBUNGAN MODAL SOSIAL DALAM PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN 7.1. Hubungan Modal Sosial Dengan Tingkat Pendapatan 7.2. Hubungan Tingkat Pendapatan Dengan Tingkat Kesejahteraan 8. PENUTUP 8.1. Kesimpulan 8.2. Saran 9. DAFTAR PUSTAKA 10. LAMPIRAN 11. RIWAYAT HIDUP