Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha

advertisement
i
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA
RUMAH TANGGA
RIZKY ANGGRAINI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul
“Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha Rumah Tangga” benarbenar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah
pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini.
Bogor, Januari 2016
Rizky Anggraini
NIM. I34120093
iii
ABSTRAK
RIZKY ANGGRAINI. Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha
Rumah Tangga. Di bawah bimbingan RILUS A KINSENG.
Modal sosial merupakan salah satu faktor pendukung dalam perkembangan
usaha ataupun keberhasilan usaha. Di dalam keberhasilan usaha rumah tangga
selalu dikaitkan dengan modal finansial, modal fisik dan modal sumberdaya tanpa
memperhatikan modal sosial. Dimensi modal sosial jaringan, kepercayaan, dan
norma dapat digunakan sebagai pendukung pengembangan usaha yang akan
berdampak kepada modal, tingkat pendapatan, jumlah penjualan, output produksi
hingga jumlah tenaga kerja. Penulisan Studi Pustaka ini dengan menggunakan
metode analisa data sekunder yang dianggap relevan terhadap topik Studi Pustaka.
Hasil dari penulisan Studi Pustaka ini mengungkapkan bahwa terdapat hubungan
antara modal sosial dengan keberhasilan usaha baik di bidang usaha rumah
tangga, usaha pertanian ataupun di dalam masyarakat nelayan. Selain itu,
ditemukan di beberapa kasus bahwa terdapat salah satu dimensi modal sosial yang
dianggap berperan paling kuat diantara dimensi modal sosial yang lainnya. Dan
yang terakhir, ditemukannya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stok modal
sosial, antara lain adanya kebijakan pembangunan dan intervensi negara serta
penetrasi pasar sehingga modal sosial yang berperan didalamnya dapat melemah
atau menguat.
Kata Kunci : Modal Sosial, Keberhasilan Usaha Rumah Tangga, Usaha Kecil
Informal.
ABSTRACT
RIZKY ANGGRAINI. Role Of Social Capital In Household Business Success.
Supervise by RILUS A. KINSENG.
Social capital is one of supporting factors in business development or
business success. Household business success always related to financial capital,
physical capital, and resources capital without observed the social capital.
Dimension of social capital network, trust, and norms can used as business
development supporting which will have an impact for modal, level of income,
sales volume, output production, until labor. The writing of book study is using
the method of analysis of secondary data that is relevant to the topic of literature.
The result of the writting of this book study revealed that there is a relationship
between social capital with business success although in sector business
household, agriculture business, or in fisherman community. Beside that, in some
case there are one of dimension social capital which reputed have a role the most
strong between others dimension of social capital. And the last, finded factorsfactors which can have an influence stock of social capital, any development
policy, state intervention and market penetration with the result that social capital
which have a role in deep can weakers or strongers.
Key Word : Social Capital, Household Business Success, Informal Small
Business.
PERANAN MODAL SOSIAL DALAM KEBERHASILAN USAHA
RUMAH TANGGA
Oleh
RIZKY ANGGRAINI
I34120093
Laporan Studi Pustaka
Sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
v
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh :
Nama Mahasiswa
: Rizky Anggraini
NIM
: I34120093
Judul
: Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha Rumah
Tangga
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403)
pada Mayor Sains Komunkasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Disetujui oleh
Dr. Ir. Rilus A Kinseng, MA
Dosen Pembimbing I
Zessy A Barlan, S.KPm, M.Si
Dosen Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc.
Ketua Departemen
Tanggal Pengesahan : ____________________
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Semesta Alam,
yang telah memberikan nikmat jasmani dan rohani serta waktu yang bermanfaat
bagi penulis sehingga Studi Pustaka yang berjudul “Peranan Modal Sosial
Dalam Keberhasilan Usaha Rumah Tangga” dapat terselesaikan dengan baik
dan lancar. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah
SAW, keluarga serta para sahabat dan pengikutnya hingga hari akhir. Laporan
Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan MK. Studi Pustaka
(KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Rilus A
Kinseng, MA dan Kak Zessy A Barlan, S.KPm, M.Si sebagai dosen pemimbing
Studi Pustaka yang telah memberikan kritik dan saran selama proses penulisan
hingga penyelesaian laporan Studi Pustaka ini. Penulis juga menyampaikan rasa
hormat dan terimakasih kepada kedua orangtua tercinta Drs. Pandji Sinarko dan
Dra. Suci Suriyati, kakak tersayang Shinta Citra Wardani, nenek serta semua
keluarga besar yang selalu berdoa dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya
untuk penulis. Tidak lupa terimakasih juga penulis sampaikan kepada sahabat
terdekat yang selalu memberikan dukungan dan semangat. Dan juga ucapan
terimakasih untuk teman-teman seperjuangan SKPM 49 atas semangat dan
kebersamaan selama ini sehingga terselesaikannya laporan Studi Pustaka ini.
Semoga laporan Studi Pustaka ini bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Januari 2016
Rizky Anggraini
NIM. I34120093
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ............................................................................................................. vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
Tujuan Penulisan ................................................................................................. 3
Metode Penulisan ................................................................................................ 3
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ......................................................... 4
1. Peran Modal Sosial Pada Proses
Pengembangan Usaha (Studi Kasus :
Komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang) .............................................. 4
2. Hubungan Tingkat Modal Sosial Terhadap Tingkat Pendapatan Pelaku
UKM (Studi Pada Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang) ..................... 8
3. Pengaruh Modal Sosial Terhadap Perilaku Kewirausahaan (Suatu studi
pada pelaku usaha mikro kecil menengah di Kecamatan Kabaruan Kabupaten
Kepulauan Talaud) ............................................................................................ 10
4. Peran Modal Sosial (Social Capital) Dalam Perdagangan Hasil Pertanian
(The Role Of Social Capital In Agricultural Trade) ........................................ 12
5. Peran Modal Sosial pada Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Studi pada
Usaha Daur Ulang di Desa Kedungwonokerto, Kecamatan Prambon, Sidoarjo)
............................................................................................................................14
6. Peranan Modal Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Desa Bendar, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati ........................................... 16
7. Hubungan Modal Sosial Dengan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga Di
Daerah Perdesaan Jambi .................................................................................... 18
8. Modal Sosial Pada Komunitas Nelayan Di Pulau Baai (Studi pada Nelayan
di Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu) ..... 20
9. Identifikasi Modal Sosial Dalam Kelompok Tani Dan Implikasinya
Terhadap Kesejahteraan Anggota Kelompok Tani (Studi Kasus pada
Kelompok Tani Tebu Ali Wafa di Desa Rejoyoso Kecamatan Bantur
Kabupaten Malang) ........................................................................................... 22
10.
Peran Modal Sosial Dalam Penanggulangan Kemiskinan Masyarakat
Miskin Perkotaan Pada Pedagang Sektor Informal Di Kota Semarang ............ 24
11.
Keterkaitan Antara Modal Sosial Dan Kemiskinan Menurut Tahapan
Perkembangan Desa Di Provinsi Gorontalo ...................................................... 26
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN .............................................................. 29
Konsep Modal Sosial......................................................................................... 29
Hubungan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha ....................................... 31
Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha ........................................... 33
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stok Modal Sosial .................................... 34
SIMPULAN .......................................................................................................... 36
Hasil Rangkuman dan Pembahasan .................................................................. 36
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian ................................................ 37
Usulan Kerangka Pemikiran Baru ..................................................................... 37
Usulan Kerangka Pemikiran .............................................................................. 38
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 39
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 41
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Matriks Penggolongan Modal Sosial Berdasarkan Tipe/Obyek dalam
Pengembangan Usaha ............................................................................................. 5
Tabel 2. Matriks Keterangan Variabel, Dimensi dan Aspek dalam Modal Sosial
dan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga .................................................................. 19
Tabel 3. Perbandingan untuk Menentukan Definisi Modal Sosial ..................... 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Usulan Kerangka Pemikiran.................................................................... 38
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor perekonomian merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat
dibelahan negara dunia termasuk di negara Indonesia. Perkembangan ini tidak
hanya ditunjukkan dengan banyaknya jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia
tetapi juga meningkatnya jumlah sumberdaya manusia untuk saling berebut
mendapatkan kesempatan dalam memperoleh pekerjaan. Terbatasnya lapangan
pekerjaan ini yang membuat banyaknya tenaga kerja manusia menjadi
pengangguran dan terancam tidak mempunyai penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Hal ini akan berdampak kepada kemiskinan yang melanda
negara Indonesia dengan jumlah yang kian tahun kian meningkat. Menurut data
Badan Pusat Statistik (BPS) bulan September tahun 2014 jumlah penduduk
miskin yang ada di negara Indonesia sebesar 27727,78 jiwa. Angka tersebut
mengalami penurunan pada bulan Maret tahun 2014 yaitu sebesar 552,23 jiwa
namun dari bulan Maret tahun 2013 menuju bulan September tahun 2013 sempat
mengalami kenaikan. Data pada bulan Maret tahun 2013 menunjukkan angka
28066,55 jiwa sedangkan terjadi peningkatan pada bulan September 2013 hingga
mencapai angka 28553,93 jiwa. Seperti yang diketahui, lapangan pekerjaan tidak
hanya berbentuk sektor formal saja tetapi juga sektor informal. Menurut UndangUndang Nomor 9 Tahun 1995 terdapat tiga golongan usaha kecil. Usaha kecil
formal, usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil formal
adalah usaha yang telah terdaftar, tercatat dan telah berbadan hukum, sementara
usaha kecil informal adalah usaha yang belum terdaftar, belum tercatat dan belum
berbadan hukum. Contohnya seperti pedagang kaki lima, pedagang pasar,
pedagang asongan, petani dan pemulung. Dan usaha kecil tradisional adalah usaha
yang menggunakan alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun
temurun atau berkaitan dengan seni dan budaya. Dari fenomena tersebut,
munculnya ide-ide untuk membuka usaha sendiri atau yang sering disebut sebagai
berwirausaha. Berwirausaha ini merupakan salah satu upaya seseorang untuk
mempunyai penghasilan yang dapat mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Wirausaha merupakan salah satu cara untuk mengentaskan kemiskinan
dengan menambah penghasilan dari tenaga kerja yang tidak mempunyai
kesempatan untuk bekerja di sektor formal. Sudah banyak kajian yang dilakukan
untuk membuktikan bahwa wirausaha memiliki peranan penting dalam
perkembangan ekonomi suatu negara. Salah satu contohnya adalah negara adidaya
Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika bukan perusahaanperusahaan besar berteknologi tinggi, melainkan dunia wirausaha yang
menciptakan ribuan lapangan pekerjaan (Rofiq 2013). Di Indonesia, dalam hal
pendidikan kewirausahaan (entrepreneurship) masih jauh tertinggal dengan luar
negeri. Sebagai salah satu faktor produksi, kewirausahaan memungkinkan
pengorganisasian dan penggabungan faktor produksi lainnya (tanah, tenaga kerja,
modal) untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat secara
efisien dan menguntungkan (Rofiq 2013).
Dalam berwirausaha tidak hanya berfokus kepada dimensi ekonomi saja
namun juga harus memperhatikan dari berbagai dimensi yang ada seperti dimensi
pengetahuan lokal, dimensi sistem religi, dimensi kelembagaan, dan dimensi
sosial. Dimensi pengetahuan lokal penting untuk diketahui sebagai upaya untuk
memberikan pengetahuan tentang pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam
setempat secara arif. Dimensi sistem religi penting untuk diketahui supaya dapat
mengerti fungsi dan peranan agama atau kepercayaan yang dianut terhadap
aktivitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan dimensi
kelembagaan untuk memahami suatu tingkat kekekalan tertentu ketika himpunan
norma-norma yang terkandung di dalam lembaga sosial tersebut berkisar kepada
kebutuhan pokok dan sudah sewajarnya untuk dipelihara. Dan dimensi sosial
bertujuan untuk menciptakan jaminan pengaman sosial yang dapat menjamin
keberlangsungan hidup mereka seperti kebutuhan akan modal ketika saluransaluran formal yang ada tidak mampu untuk memberikan jaminan kepada
masyarakat. Disamping itu, sistem jaminan sosial mensyaratkan adanya bentuk
kerjasama diantara anggota masyarakat (Nasution, Sastrawidjaja et all 2007).
Lebih dari itu, suatu keberhasilan usaha tidak akan tercipta jika masyarakat
masih memiliki pola pemikiran yang individual. Disini perlu ditekankan adanya
peran modal sosial yang dapat menciptakan kerjasama, menumbuhkan rasa
kepercayaan antar sesama dengan berlandaskan norma-norma yang telah dipatuhi
dan dijalankan, serta membangun jaringan untuk pengembangan usahanya.
Namun, modal sosial cenderung kurang diperhatikan dan dilibatkan dalam upaya
pemberdayaan masyarakat khususnya dalam keberhasilan usaha. Padahal,
mobilisasi modal sosial sangat diperlukan karena disadari dengan adanya potensi
masyarakat sesungguhnya merupakan aset penting negara yang selama ini belum
banyak dimanfaatkan secara optimal dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
mandiri (Nasution, Sastrawidjaja et all 2007). Nilai modal sosial dari seseorang
ditentukan oleh seberapa jauh adanya unsur-unsur yang berupa rasa kagum,
perhatian, kepedulian dan lain-lainnya itu pada seseorang terhadap orang lain
(Nasution, Sastrawidjaja et all 2007). Menurut teori ada sedikit perbedaan dari
definisi modal sosial yang dikemukakan oleh sosiolog asal Amerika yaitu James
Coleman, dan Putnam. Coleman mendifinisikan modal sosial merupakan suatu
kemampuan masyarakat untuk dapat bekerja sama, demi mencapai tujuan-tujuan
bersama, didalam berbagai kelompok dan organisasi. Pengertian itu
mengungkapkan bahwa modal sosial berhubungan dengan karakteristik yang ada
pada masing-masing individu untuk dapat saling melakukan kerjasama.
Sedangkan, Putnam dalam Field (2010) memiliki pandangan yang berbeda
tentang modal sosial yaitu bagian dari kehidupan sosial, jaringan, norma, dan
3
kepercayaan yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih efektif
untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.
Dari berbagai penelitian yang ada membuktikan bahwa kontribusi
keberhasilan usaha dalam rangka meningkatkan pendapatan sebagai wujud dari
pengentasan kemiskinan tidak hanya dari modal ekonomi saja namun diantaranya
terdapat modal sosial yang dapat mempengaruhi. Hal ini dikarenakan peranan dari
modal sosial bersifat fleksibel dan mudah diaplikasikan di dalam kegiatan
perekonomian masyarakat yang dapat menunjang keberhasilan suatu usaha. Oleh
karena itu, dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana peranan modal
sosial dalam rangka untuk mendukung keberhasilan usaha pada tingkat rumah
tangga.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan tujuan
penulisan laporan Studi Pustaka ini :
1. Menganalisis hubungan modal sosial dengan keberhasilan usaha rumah
tangga.
2. Mengidentifikasi dimensi modal sosial yang paling berperan dalam
keberhasilan usaha rumah tangga.
3. Menganalisis faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dinamika stok
modal sosial di dalam keberhasilan usaha rumah tangga.
Metode Penulisan
Penyusunan laporan studi pustaka ini dilakukan melalui pengajian berbagai
pustaka. Pustaka yang digunakan sebagai penunjang antara lain jurnal ilmiah,
laporan hasil penelitian, skripsi, tesis, disertasi, hasil seminar yang diterbitkan
dalam prosiding, buku-buku yang membahas masalah-masalah terkait dan
dokumen resmi lainnya. Selanjutnya, untuk melakukan pengajian pustaka
dilakukan dengan proses membaca, meringkas, dan mengkritisi dari setiap judul
pustaka yang sesuai dengan topik yang akan dikaji untuk kemudian dianalisis
dengan teori-teori yang sesuai. Kemudian dari hasil ringkasan akan menghasilkan
suatu kerangka pemikiran baru sehingga memunculkan pertanyaan penelitian
yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pembuatan proposal penelitian.
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1.
Judul
: Peran Modal Sosial Pada Proses
Pengembangan Usaha (Studi Kasus : Komunitas
PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang)
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Jurnal Ilmiah
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Mohammad Fajar Mustofa
Nama Editor
:Judul Buku
:Kota dan Nama
:Penerbit
:Nama Jurnal
: Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Volume (Edisi); hal : 20 hlm
Alamat UPL/doi
:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=189060&val=646
7&title=Peran%20Modal%20Sosial%20pada%20Proses%20Pengemb
angan%20Usaha%20%28Studi%20Kasus:%20%20Komunitas%20PK
L%20SMAN%208%20Jalan%20Veteran%20Malang%29
Tanggal Unduh
: 4 Oktober 2015, pukul 10:33 WIB
Ringkasan Pustaka :
Jurnal tersebut menjelaskan bahwa modal sosial yang terdapat pada
komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang berpengaruh terhadap proses
perkembangan usaha berupa peningkatan keuntungan baik dari pelaku usaha
maupun karyawan. Dalam proses pengembangan usaha, PKL secara tidak
langsung menerapkan konsep modal sosial sebagai salah satu sumberdaya sosial
untuk merangsang dalam memperoleh sumber daya baru dalam masyarakat.
Modal sosial juga diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam
menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide, saling kepercayaan, dan saling
menguntungkan untuk mencapai kemajuan bersama. Kota Malang merupakan
kota yang memiliki potensi berkembangnya sektor informal terutama PKL. PKL
biasanya menggelar dagangannya di tempat yang strategis dan ramai dilewati oleh
banyak orang. Salah satunya adalah Jalan Veteran Malang. Di jalan ini, selain
terdapat beberapa sekolah juga terdapat beberapa perguruan tinggi dan pusat
perbelanjaan sehingga memungkinkan untuk mendapatkan konsumen lebih
banyak dari berbagai kalangan, baik dari siswa, mahasiswa, pekerja maupun
masyarakat secara umum.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Sedangkan unit
analisis dalam penelitian tersebut adalah modal sosial dan PKL yang berada di
5
kawasan Jalan Veteran Malang, tepatnya di samping SMAN 8 Malang.
Komunitas PKL di samping @MX Mall juga dijadikan sebagai informan
tambahan. Sumber data penelitian kualitatif antara lain catatan hasil observasi,
wawancara mendalam dan dokumen terkait. Untuk data, peneliti menggunakan
data primer yang diperolehnya dari sumber data penelitian yang telah tersedia
secara langsung dan data sekunder yang diperolehnya secara tidak langsung
melalui media perantara dengan membutuhkan responden atau informan. Modal
sosial yang berlaku didalam komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang
antara lain kepercayaan, norma dan jaringan. Didalam penelitiannya, peneliti
mengelompokkan ketiga dimensi modal sosial kedalam beberapa tipe sesuai
dengan kebutuhan, keadaan dilapang serta kegiatan perekonomian dari komunitas
PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang. Ketiga dimensi modal sosial tersebut
merupakan suatu proses untuk pengembangan usaha yang diarahkan kepada
tujuan bersama sehingga semua pelaku usaha dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal.
Analisis Pustaka :
Penelitian ini menemukan bahwa modal sosial yang diterapkan pada
komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang merupakan salah satu proses
pengembangan usaha yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Namun,
terdapat perbedaan dari hasil-hasil penelitian sebelumnya. Dalam penelitian ini,
peneliti cenderung mengelompokkan ketiga dimensi modal sosial yaitu
kepercayaan, norma dan jaringan berdasarkan tipenya. Tipe dari ketiga dimensi
tersebut antara lain :
Tabel 1. Matriks Penggolongan Modal Sosial Berdasarkan Tipe/Obyek
dalam Pengembangan Usaha
Dimensi
Tipe / Obyek
1.
Peluang
Pemasaran,
Peran
Jaringan
dengan
Konsumen
2.
Peluang
Lapangan Kerja, Peran
Jaringan Kekerabatan
Fakta Pendukung
Memanfaatkan aspek jaringan konsumen
untuk menyebarkan informasi kepada
konsumen yang lain (mulut ke mulut)
sebagai jalur pemasaran atas usahanya.
Menyerap tenaga kerja dari keluarganya
sendiri karena adanya ikatan kekerabatan
yang kuat antara pemilik usaha dan
karyawannya.
Jaringan
3.
Peluang Usaha Memanfaatkan aspek jaringan teman
Baru, Peran Jaringan sebagai peluang untuk membuka usaha baru
denngan Teman
atas usahanya sehingga dapat menjalin
hubungan
persahatan
yang
saling
menguntungkan.
4.
PerluasanUsaha Teman dan kerabat daat menjadi referensi
melalui Cabang Usaha, untuk menambah tenaga kerja dan
Peran Jaringan Teman, membuka cabang usaha. Selain itu, jaringan
Kekerabatan
dan konsumen
yang
kuat
juga
turut
Konsumen
mempengaruhi keputusan pemilik usaha
untuk membuka cabang usaha.
5.
Penetapan Mitra Antara pemilik usaha dan pemasok terjalin
Usaha, Peran Jaringan jaringan untuk memperoleh modal ekonomi
dengan Pemasok
berupa membeli bahan-bahan untuk usaha.
6.
Penghematan
Memanfaatkan adanya komunitas untuk
Biaya, Peran Jaringan menutupi
kebutuhan
akan
proses
antar PKL
produksinya sehingga dapat menekan biaya
produksi baik secara waktu maupun materiil
7.
Penetapan
Kekerabatan salah satu jaringan yang
Kualitas
Dagangan, memberikan
peranan
dalam
Peran
Jaringan mempertahankan segmentasi pasar dan
Kekerabatan
keberlangsungan dagangan.
8.
Kenyamanan
Kenyamanan dan kemanan dari lokasi
dan Keamanan Lokasi, berdagang akan mempengaruhi banyak
Peran Jaringan dengan sedikitnya jumlah konsumen yang membeli.
Teman
1.
Kesopanan,
Norma kesopanan diterapkan untuk
Bentuk Norma dari meminimalisir anggapan negatif dan
Karyawan
kepada sebagai pembelajaran dari karyawan lain
Pemilik Usaha
yang tidak menerapkan norma kesopanan.
2.
Pembagian
Pembagian waktu antara pemilik usaha dan
Waktu Kerja, Bentuk karyawan untuk memulai berdagang di
Norma dari Pemilik lokasi-lokasi yang telah ditentukan.
Usaha kepada Karyawan
3.
Pembagian
Dalam usaha tidak dapat dikerjakan dengan
Kerja, Bentuk Norma sendiri dan harus ada pembagian kerja
dari
Pemilik
Usaha didalamnya.
kepada Karyawan
4.
Setoran
Karyawan memberikan setoran kepada
Bentuk pemilik usaha sesuai dengan kesepakatan
Norma Penjualan,
Norma dari Pemilik dan pemilik usaha percaya dengan
Usaha kepada Karyawan karyawannya.
5.
Pengelolaan
Para pemilik usaha menerapkan normaProsuk, Bentuk Norma norma kepada karyawannya dengan salah
dari
Pemilik
Usaha satunya dalam proses pengelolaan produk.
kepada Karyawan
6.
Paguyuban,
Norma
paguyuban
dibentuk
untuk
Bentuk Norma antar menciptakan keteraturan dalam komunitas
PKL
sehingga meminimalisir hal-hal yang tidak
diinginkan seperti kesalahpahaman.
7.
Penguasaan
Para PKL cenderung akan tetap berada di
Lokasi, Bentuk Norma lokasi yang strategis karena lokasi tersebut
antar PKL
sudah dikenal oleh konsumen langganannya
Keperca 1.
Perekrutan dan Kepercayaan yang diberikan pemilik usaha
yaan Kinerja Tenaga Kerja, kepada para karyawannya dan sebaliknya
7
Bentuk
Kepercayaan
kepada Karyawan
2.
Permodalan
Awal,
Bentuk
Kepercayaan
kepada
Karyawan
3.
Saudara Dekat,
Bentuk
Kepercayaan
kepada Karyawan
dapat menjadi perekat kedua belah pihak.
Pemilik usaha memberikan kepercayaan
kepada karyawan dengan memberikan
modal awal untuk membantu karyawan
memperoleh pekerjaan.
Kerabat atau keluarga sendiri memiliki
kemungkinan kecil untuk merugikan
pemilik usaha dan akan lebih dipercaya oleh
para pemilik usaha itu sendiri.
4.
Pembayaran
Pembayaran rutin antara pemilik usaha
Rutin,
Bentuk dengan
pemasok
dilakukan
secara
Kepercayaan
kepada kontinuitas dengan rasa saling percaya satu
Pemasok
dengan yang lain.
5.
Pembayaran
Pemilik usaha dapat membayar setelah
Mundur,
bentuk menerima barang terlebih dahulu dalam
Keparcayaan
dari produksinya. Barulah pemilik usaha
Pemasok
memberikan bayaran kepada pemasok
setelah pemilik usaha mendapat pemasukan
dari barangnya.
6.
Berlangganan
Pemilik usaha menjadikan pemasok sebagai
Bahan,
Bentuk pemasok langganan tetap dan tidak membeli
Kepercayaan
kepada bahan baku ke pemasok lain. Hal ini karena
Pemasok
adanya kepercayaan yang kuat.
7.
Pengenalan
Pemilik usaha harus mematenkan merk
Merk Usaha, Bentuk dagangan mereka karena konsumen akan
Kepercayaan
dari cenderung ingat dan akan membeli merk
Konsumen
yang sama.
8.
Langganan
Ketika pemilik usaha telah mempunyai
Tetap,
Bentuk langgana tetap, maka proses jual beli cukup
Kepercayaan
dari dilakukan melalui telepon saja karena
Konsumen
memiliki rasa kepercayaan yang kuat.
9.
Penitipan
Antar PKL saling membantu untuk menjaga
Barang
Dagangan, barang dagangannya ketika pemilik usaha
Bentuk
Kepercayaan sedang ada urusan dan tidak bisa menjaga
antar PKL
dagangan mereka.
Dari ketiga dimensi modal sosial tersebut, berdasarkan tipenya yang paling
berpengaruh kuat terhadap proses pengembangan usaha sehingga bisa
mendapatkan keuntungan yang maksimal adalah jaringan teman, norma
penguatan lokasi dan bentuk kepercayaan kepada karyawan.
2.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi); hal
Alamat UPL/doi
: Hubungan Tingkat Modal Sosial Terhadap
Tingkat Pendapatan Pelaku UKM (Studi Pada
Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang)
: 2015
: Jurnal Ilmiah
: Elektronik
: Taupan Muhamad Hapiz
::::: Jurnal Sosiologi
: 17 hlm
:
jmsos.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jmsos/article/download/51/80
Tanggal Unduh
: 16 September 2015, pukul 14:20 WIB
Ringkasan Pustaka :
Jurnal tersebut menjelaskan bahwa terdapat hubungan kerjasama antara
pelaku UKM dengan para pekerjanya, dan rekan usahanya yan dipengaruhi oleh
kepercayaan, norma, dan jaringan dalam upaya meningkatkan pendapatan pelaku
UKM di salah satu wilayah Kota Malang yaitu Sanan yang merupakan pusat dari
home industry dengan memproduksi keripik tempe. Seperti yang diketahui bahwa
di Kota Malang sendiri, UKM tidak bisa dilepaskan dalam aktivitas ekonomi
masyarakat kota Malang. Hal ini senada dengan jargon yang diusung oleh Kota
Malang yaitu Malang sebagai kota pendidikan, industri dan pariwisata. Salah
satunya adalah Sanan yang merupakan daerah UKM di kota Malang yang
perekonomiannya berkembang karena usaha keripik tempenya. Dalam proses
kegiatan usahanya, mereka melibatkan orang-orang terdekat seperti anggota
keluarga, kerabat, sanak famili ataupun orang lain yang ditengarai ikut membantu
atau dipekerjakan dalam produksi keripik tempe tersebut. Adanya kesamaan
produk yang dihasilkan oleh pelaku UKM ini memunculkan persaingan yang
cukup kompetitif dalam penjualan keripik tempe. Hal ini mengakibatkan antara
pelaku UKM satu dengan yang lain harus mempunyai pasar sendiri-sendiri jika
mereka ingin mendapatkan hasil penjualan yang lebih. Kemajuan perekonomian
yang terus berkembang menuntut pelaku usaha untuk terus meningkatkan
usahanya baik dari segi kualitas, pemasaran, dan aspek permodalan. Permodalan
itu sendiri tidak hanya terbatas dengan modal finansial, modal sumberdaya
manusia, modal alam ataupun kemampuan memanfaatkan teknologi tetapi juga
perlu mengintegrasikan modal sosial yang selama ini mungkin dikesampingkan
oleh berbagai pelaku usaha UKM. Modal sosial merujuk kepada indikator
kepercayaan, norma dan jaringan yang dapat menyempurnakan efisiensi dengan
9
memfasilitasi aksi-aksi yang terkoordinasi (collective action) untuk mencapai
kemanfaatan. Kegiatan ekonomi yang dibangun melalui rasa saling percaya akan
mewujudkan interaksi yang positif dan saling menguntungkan karena antar
komponen memudahkan satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama.
Kehadiran norma menjadi sangat penting dengan adanya nilai-nilai, aturan atau
kesepakatan bersama sehingga tidak saling merugikan. Keberadaan jaringan
penting dalam usaha untuk mendapatkan hasil lebih banyak dalam usahanya.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yang digunakan untuk mencari
pengaruh tingkat modal sosial terhadap tingkat pendapatan pelaku usaha keripik
tempe dikampung Sanan. Adapun pengambilan sample menggunakan Non
Probability Sampling dengan menggunakan metode sensus atau sampling jenuh.
Sedangkan untuk jenis data yang digunakan adalah data interval dengan metode
pengumpulan data menggunakan skala Likert dan Guttman. Dan untuk teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, observasi dan
dokumentasi. Dari hasil penelitian dapat dikatakan 100% pelaku usaha keripik
tempe berada dalam kategori memiliki modal sosial yang sangat tinggi.
Analisis Pustaka :
Penelitian ini menemukan bahwa memang benar bahwa semua pelaku usaha
keripik tempe memiliki modal sosial yang sangat kuat. Namun hal tersebut tidak
terlalu berimplikasi atau tidak terlalu kuat (skor rendah 41% ; skor tinggi 59%)
terhadap tingkat pendapatan mereka. Artinya terdapat hubungan modal sosial
terhadap tingkat pendapatan tetapi tidak terlalu berpengaruh banyak. Hal tersebut
disebabkan sebagian besar dari mereka tidak menjual keripik tempe dengan
menitipkan ke tempat lain dan mereka juga tidak memanfaatkan media sosial
online sebagai metode penjualan dalam meningkatkan volume pendapatan
mereka. Dan mereka hanya menjual keripik tempe secara konvensional dengan
menjual di toko atau ruko masing-masing. Inilah yang menyebabkan produk
mereka tidak lebih cepat terjual kepada konsumen. Dalam penelitian ini
menyebutkan bahwa peranan modal sosial salah satu modal yang dimiliki pelaku
UKM di sentra industri keripik tempe Sanan yang dapat memberikan kontribusi
keuntungan terhadap tingkat pendapatan. Jika dilihat dari dimensi kepercayaan,
pelaku usaha keripik tempe di Sanan saling mempercayai satu sama lain dengan
pekerjanya. Hal ini dibuktikan dengan pekerja tetap bekerja seperti biasa
meskipun pemiliki usaha tidak ada ditempat dan meskipun tidak ada pengawasan
dari pemilik usaha. Sedangkan kepercayaan dengan rekan usaha dibuktikan
dengan pemberian informasi kepada rekan usaha terkait kondisi perkembangan
pasar mengenai harga keripik tempe melalui hasil produksi keripik tempe yang
berkualitas. Jika dilihat dari dimensi norma, pelaku usaha menerapkan reward dan
punishment kepada pekerjanya. Hal ini dibuktikan adanya aturan-aturan seperti
jam kerja, pelanggaran yang bersifat tidak tertulis dan hanya berupa teguran atau
nasihat saja jika melanggarnya. Jika dilihat dari dimensi jaringan, pelaku usaha
mengembangkan jaringan kepada konsumen, tetangga dan pemerintah. Pada
konsumen dilakukan dengan menerapkan prinsip customer satisfying supaya
ketika konsumen membeli keripik tempe kepada salah satu pelaku usaha maka
diharapkan konsumen tersebut dapat memberitahukan kepada teman, keluarga
atau kerabat mereka. Jaringan kepada tetangga (sesama pelaku usaha) mereka
bisa saling membantu dan bekerjasama jika terdapat masalah atau kesusahan.
Sedangkan jaringan kepada pemerintah sangat lemah karena adanya birokrasi
yang rumit ketika pelaku usaha akan menjalankan usahanya. Jadi, dari ketiga
dimensi sosial yang ada bisa dianalisis bahwa dari dimensi kepercayaan dan
norma yang tergolong kuat sedangkan untuk jaringan tergolong lemah
dikarenakan terhambatnya satu jaringan yaitu kepada pihak pemerintah.
3.
Judul
: Pengaruh Modal Sosial Terhadap
PerilakuKewirausahaan (Suatu studi pada
pelaku usaha mikro kecil menengah di
Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan
Talaud)
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Jurnal Ilmiah
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Erwin Thobias, Drs. A.K. Tungka, Msi , dan
Dra. J.J. Rogahang, Msi
Nama Editor
:Judul Buku
:Kota dan Nama
:Penerbit
:Nama Jurnal
: Journal “ACTA DIURNA”
Volume (Edisi); hal : Edisi April 2013 ; 12 hlm
Alamat UPL/doi
:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/viewFile/1412/
1120
Tanggal Unduh
: 10 Oktober 2015, pukul 11:18 WIB
Ringkasan Pustaka :
Jurnal tersebut menjelaskan bahwa modal sosial berpengaruh besar terhadap
perilaku kewirausahaan pada keberhasilan UMKM. Pemerintah mengaplikasi
kebijakan perekonomian yang bercorak kerakyatan dalam jangka pendek
difokuskan pada tujuan untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran.,
mengurangi kesenjangan yang terjadi antar daerah, meningkatkan kualitas hidup
manusia yang tercermin dari terpenuhnya hak-hak sosial masyarakat, adanya
peningkatan mutu lingkungan hidup dan terkelolanya sumberdaya alam serta
11
infrastruktur yang memadai. Seorang wirausaha merupakan orang-orang yang
memiliki sifat-sifat kewirausahaan dengan ciri-ciri berani untuk mengambil
resiko, keutamaan kreativitas, dan keteladanan dalam menangani usaha atau
perusahaan dengan berpijak pada kemauan dan kemampuan diri sendiri.
Pengembangan usaha merupakan bagian kekuatan pendorong pembangunan
ekonomi. Selain berperan untuk mempercepat pemerataan pertumbuhan ekonomi
dalam peningkatan pendapatan masyarakat, tetapi kegiatan usaha juga mampu
menyediakan lapangan kerja dan lapangan usaha. Penelitian ini menggunakan
metode analisis sperman rank dengan sample yang terdiri dari 74 responden.
Untuk sumber data diperoleh dari data primer. Data primer didapatkan dengan
menyebarkan kuesioner kepada 74 responden yang telah ditentukan khususnya
pengusaha UMKM di Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud.
Selanjutnya data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan
menggunakan metode analisis kuantitatif data yaitu penganalisaan data dengan
menggunakan rumus-rumus statistik yaitu koefisien korelasi dan uji hipotesis.
Unit yang dianalisis adalah pelaku usaha mikro kecil menengah.
Penelitian ini menujukkan bahwa modal sosial yang terdapat di dalam
masyarakat berupa jaringan, norma-norma dan kepercayaan sosial yang
memungkinkan untuk digunakan dalam berkoordinasi dan kerjasama untuk
keuntungan para pengusaha UMKM serta dapat mencapai tujuan bersama.
Keberhasilan pengembangan kewirausahaan tidak pernah terlepas dari peran
masyarakat itu sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan masyarakat terus memperbaiki
infrastruktur yang digunakan untuk memperlancar kegiatan perekonomian.
Dengan makin meningkatnya usaha pembangunan infrastruktur maka lebih
mempermudah untuk mobilitas penduduk dan memperlancar lalu lintas barang
dari satu desa ke desa yang lain. Transportasi yang digunakan oleh masyarakat
untuk memperlancar usaha mereka tidak hanya jalur darat tetapi juga
menggunakan jalur laut dengan menggunakan pengangkutan barang dengan
kapal. Pengadaan kapal ini dibantu oleh pemerintah kecamatan dan swasta
sehingga kapal dapat dibeli, sewa beli atau menyewa supaya fasilitas kapal yang
tersedia semakin banyak. Jika dari pembangunan infrastruktur semakin diperbaiki
maka pengusaha UMKM akan semakin berhasil dalam memasarkan barang
mereka kepada konsumen sehingga tujuan untuk pemerataan pertumbuhan
perekonomian dan peningkatan pendapatan dapat tercapai.
Analisis Pustaka :
Penelitian ini menemukan bahwa indikator modal sosial yang paling
berpengaruh adalah keyakinan (trust). Tujuan dari pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan pendapatan sangat berkorelasi dengan modal sosial. Yang mana
modal sosial melahirkan ikatan-ikatan emosional yang dapat menyatukan orang
untuk mencapai tujuan bersama yang kemudian menumbuhkan kepercayaan dan
keamanan yang tercipta dari adanya relasi yang relatif panjang. Meningkatnya
kepercayaan masyarakat yang dimanifestasikan dalam perilaku jujur, teratur dan
kerjasama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama. Yang mana kerjasama
ini diwarnai oleh suatu pola inter-relasi yang timbal balik dan saling
menguntungkan serta dibangun atas kepercayaan yang ditopang oleh normanorma dan nilai-nilai sosial yang positif dan kuat. Dalam kegiatan kewirausahaan
modal sosial juga dapat berfungsi sebagai pengungkit berhasilnya kegiatan usaha
sehingga dapat berpengaruh juga terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
pendapatan.
4.
Judul
: Peran Modal Sosial (Social Capital) Dalam
Perdagangan Hasil Pertanian (The Role Of
Social Capital In Agricultural Trade)
Tahun
: 2008
Jenis Pustaka
: Jurnal Ilmiah
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Syahyuti
Nama Editor
:Judul Buku
:Kota dan Nama
:Penerbit
:Nama Jurnal
: Jurnal Peneltian Agro Ekonomi
Volume (Edisi); hal : Volume 26 No. 1, Juli 2008 : 32-43
Alamat UPL/doi
:
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE26-1c.pdf
Tanggal Unduh
: 10 Oktober 2015, pukul 11:00 WIB
Ringkasan Pustaka :
Jurnal tersebut menjelaskan bahwa adanya bentuk relasi-relasi nonformal
antar pelaku dalam melakukan kegiatan perdagangan hasil pertanian di Indonesia.
Bentuk tersebut berupa modal sosial yang tumbuh menjadi tulang punggung
dalam menjalankan keseluruhan sistem perdagangan tersebut. Penelitian ini
merupakan kajian sistem sosial perdagangan hasil pertanian sebagai upaya
memahami kondisi yang melatarbelakangi sistem perdagangan yang berjalan.
Belakangan ini subjek penelitian lebih mengarah kepada barang yang
diperdagangkan bukan kepada manusia yang menggerakkan aktifitas tersebut.
Sering sekali melupakan bahwa keberhasilan dari suatu kegiatan perdagangan
karena adanya aktor seperti para pedagang, pengusaha transportasi, sopir dan
buruh angkutan, pengusaha transportaskuli angkut di pasar, buruh pasar, tukang
timbang, pemilik lapak, dan lain-lain yang mana didalamnya selalu melibatkan
modal sosial pada pelaku perdagangan. Adanya modal sosial juga berdampak
kepada percepatan proses-proses pembangunan dan akan lebih mudah dicapai jika
13
terdapat modal sosial yang besar. Modal sosial juga perlu dipahami secara baik
karena dapat mengurangi dampak ketidaksempurnaan kelembagaan pasar yang
umum dijumpai pada perdagangan hasil pertanian. Setidaknya ada delapan elemen
yang harus ada untuk mewujudkan modal sosial. Delapan elemen ini berbeda
dengan ahli lain yang rata-rata hanya mengatakan bahwa modal sosial terdiri dari
tiga atau empat elemen saja. Delapan elemen tersebut antara lain : partisipasi pada
komunitas lokal, proaktif dalam konteks sosial, trust and safety, neighborhood
connection, family and friend connection, tolerance of diversity, value of life, and
work connection. Khusus dalam kelembagaan perdagangan, terdapat empat hal
untuk mengukur modal sosial yang dimiliki seseorang pedagang antara lain :
jumlah hubungan dalam sistem perdagangan, jumlah pedagang yang diketahui,
jumlah orang yang dapat membantu dalam finansial, dan jumlah pedagang
pemasok dan penerima yang dikenal secara mendalam.
Penelitian ini memaparkan bahwa perdagangan pada level makro
dipengaruhi oleh modal sosial. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya trust, civic
norms, dan aspek lain modal sosial sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi
dan tumbuhnya nilai tambah pedagang secara signifikan dari hasil pertanian.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan perdagangan hasil
pertanian menurut pedagang adalah reputasi dan relasi. Reputasi dan relasi
merupakan dua komponen pokok dalam modal sosial. Reputasi dibangun melalui
kepercayaan yang diberikan pihak lain kepada kita, sedangkan relasi merupakan
wadah dimana interaksi dapat dijalankan. Hal ini diperkuat dengan kalimat bahwa
semakin kuat modal sosial yang digunakan pedagang, jaringan pemasarannya
akan semakin meluas sehingga pasarnya semakin berkembang dan ini akan
berimplikasi terhadap pertumbuhan perekonomian dan peningkatan pendapatan
dari para pelaku usaha atau pedagang.
Analisis Pustaka :
Penelitian ini menemukan bahwa modal sosial terbukti tumbuh dan
terakumulasi menurut waktu dan secara signifikan mempengaruhi kinerja sistem
perdagangan komoditas pertanian. Secara tidak langsung dapat dianalisis bahwa
terdapat hubungan antara modal sosial dengan peningkatan perekonomian
pedagang komoditas pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan modal sosial mampu
mengurangi dampak dari ketidaksempurnaan pasar yang dihadapi oleh pelaku
perdagangan. Selain itu, modal sosial mereduksi tingginya biaya transaksi melalui
tiga dimensi yaitu relasi dengan pedagang lain yang dapat membantu biaya
transaksi, relasi dengan orang-orang yang dapat membantu jika dihadapi kesulitan
keuangan dan relasi keluarga yang dapat mengefisienkan dan mereduksi
kesalahan-kesalahan dalam penilaian kualitas barang. Jadi, semakin rendah biaya
transaksi yang dikeluarkan maka para pedagang tidak mengeluarkan banyak uang
untuk biaya transaksi sehingga dari segi pendapatan pedagang dapat meningkat.
5.
Judul
: Peran Modal Sosial pada Pemberdayaan
Ekonomi Masyarakat (Studi pada Usaha Daur
Ulang di Desa Kedungwonokerto, Kecamatan
Prambon, Sidoarjo)
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Jurnal Ilmiah
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Meri Nurami
Nama Editor
:Judul Buku
:Kota dan Nama
:Penerbit
:Nama Jurnal
: Jurnal Penelitian
Volume (Edisi); hal : 15 hlm
Alamat UPL/doi
:
http://www.jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/viewFile/327/274
Tanggal Unduh
: 17 Oktober 2015, pukul 15:48 WIB
Ringkasan Pustaka :
Jurnal tersebut menjelaskan bahwa adanya peran dari modal sosial pada
pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya di desa Kedungwonokerto yang
mayoritas memiliki usaha daur ulang sampah. Adanya peranan modal sosial ini
disebabkan orientasi pembangunan Indonesia selama ini lebih mengarah pada
pencapaian tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Sebelumnya
pemberdayaan masyarakat melalui top down planning yang mana semua
peraturan ditentukan dari pemerintah. Sedangkan untuk masa sekarang
masyarakat ingin mengubah proses pemberdayaan masyarakat dari top down
menjadi bottom up yang lebih memperhatikan aspek kekayaan alam modal
manusia dan juga memiliki pengaruh yang sangat besar. Pergeseran dari top down
menjadi bottom up diharapkan dapat mengatasi ketimpangan daerah dan distribusi
pendapatan yang tidak merata yang artinya kemiskinan semakin bertambah.
Usaha untuk menanggulangi kemiskinan maka salah satu caranya adalah dengan
memberdayakan masyarakat. Program pemberdayaan masyarakat terbagi menjadi
dua cara yaitu top down planning yang mana perencanaanya dibuat secara terpusat
oleh aparat pemerintah dan bottom up planning yang mengidentifikasi masalah
dari tingkat masyarakat yang diakomodasi oleh pemerintah pusat dan dinas
terkait. Namun, pemberdayaan masyarakat melalui cara topdown planning tidak
dapat mengurangi kemiskinan secara sistematis. Hal ini dikarenakan segala
bentuk program pemberdayaan tidak melibatkan masyarakat disetiap prosesnya
dan tidak memanfaatkan kekayaan lokal. Untuk itu pada program PNPM Mandiri
dalam pelaksanaanya lebih terpola dan terlembaga dengan melalui proses belajar
sosial yang membutuhkan modal sosial didalamnya. Program pemberdayaan
15
sudah seharusnya melembagakan dan memperkaya modal sosial yang telah ada
dengan mensinergikan antara kepercayaan, nilai dan norma yang baik sehingga
dapat menciptakan situasi yang kondusif didalam kegiatan perekonomian
masyarakat yaitu usaha daur ulang sampah. Yang mana kegiatan tersebut berupa
pengolahan sampah kardus bekas yang diolah menjadi barang bernilai ekonomis
sehingga dapat meningkatkan potensi ekonomi masyarakat dan dapat membuka
peluang usaha baru serta menyerap tenaga kerja. Selain modal sosial, usaha ini
juga membutuhkan modal finansial dan modal fisik. Modal fisik dapat berupa alat
pemotong kardus, pencetak pola, alat transportasi dan sebagainya. Modal finansial
sangat membantu pelaku usaha untuk lebih mengembangkan bisnisnya. Modal
sosial juga tidak kalah penting peranannya. Adanya faktor kepercayaan, jaringan
dan norma tentu saja memiliki peranan penting dalam mengembangkan usaha ini,
terkait dengan adanya interaksi yang terjalin antara pelaku usaha yang ada, antara
pelaku usaha dengan penyedia bahan baku dan juga antara pelaku dengan
pembeli. Penelitian tersebut menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
fenomenologi berupa jenis penelitian deskriptif. Unit analisis disini adalah peran
modal sosial (kepercayaan, jaringan, dan norma) pada pemberdayaan ekonomi
masyarakat di Desa Kedungwonokerto. Sedangkan untuk teknik pengumpulan
data berupa wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi.
Analisis Pustaka :
Penelitian ini menemukan bahwa setiap elemen modal sosial baik itu
kepercayaan, jaringan, maupun norma tidak dapat berdiri sendiri-sendiri
melainkan saling terikat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kepercayaan yang
terjalin antara pelaku usaha dengan pembeli berupa pelayanan melalui telepon.
Jadi, pembeli tidak perlu repot-repot untuk datang ke toko cukup menelpon dan
memesan barang dan pembayaran juga dilakukan melalui transfer. Sedangkan
untuk jaringan sosial dapat menciptakan peluang usaha baru melalui jalur
kekerabatan, menjaga relasi dengan penyedia bahan serta adanya penyerapan
tenaga kerja dari masyarakat sekitar khususnya perempuan yang tidak memiliki
pekerjaan untuk jadi pegawai di usaha daur uang kardus sehingga dapat
meningkatkan dan membantu pendapatan suami atau keluarganya. Didalam
pelaku usaha daur ulang kardus terdapat norma baik tertulis maupun tidak tertulis.
Norma tersebut kurang lebih berisi semua pengusaha harus mematuhi aturan
bisnis sehingga masing-masing pelaku usaha tidak ada yang bersaing dengan cara
yang kurang etis dalam hal memperoleh bahan baku, yang artinya ada aturan
tertentu dan sanksi jika sesama pelaku usaha melanggar hal tersebut. Pemanfaatan
modal sosial secara optimal dalam usaha daur ulang mampu memberdayakan
masyarakat Desa Kedungwonokerto yang dapat dilihat dari munculnya peluangpeluang usaha baru seperti jasa pengangkutan, penyerapan tenaga kerja yang
dilakukan pelaku usaha kepada masyarakat sekitar usaha sehingga dapat
meningkatkan potensi ekonomi masyarakat. Kenaikan aset dan jumlah omset yang
diterima tidak hanya dinikmati oleh pengusaha saja tetapi ditularkan kepada
pegawai berupa peningkatan pendapatan khususnya yang berasal dari masyarakat
di lingkungan sekitar usaha.
6.
Judul
: Peranan Modal Sosial Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Desa Bendar,
Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Jurnal Ilmiah
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Supratiwi
Nama Editor
:Judul Buku
:Kota dan Nama
:Penerbit
:Nama Jurnal
: Jurnal Penelitian
Volume (Edisi); hal : 5 hlm
Alamat UPL/doi
:
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/view/4846
Tanggal Unduh
: 8 September 2015, pukul 09:45 WIB
Ringkasan Pustaka :
Jurnal tersebut menjelaskan bahwa otonomi daerah berkaitan erat dengan
desentralisasi. Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang atau kekuasaaan
dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah
tangga berdasarkan aspirasi dan partisipasi dari masyarakat. Sejak diberlakukan
otonomi daerah pada tahun 2000, kebijakan desentralisasi diikuti dengan
kebijakan fiskal dan hal ini yang membuat anggaran terus meningkat dua kali
lipat. Peningkatan dana seharusnya dapat memperkuat perekonomian desa, namun
dana tersebut berhenti pada lingkaran elit pejabat di daerah. Hal inilah yang
mendasari Desa Bendar, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati melakukan
penguatan otonomi desa dengan basis manajemen pemberdayaan dan penguatan
masyarakat desa melalui peningkatan peran modal sosial serta partisipasi dari
masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Hasil yang diharapkan adalah terjadinya penguatan ekonomi yang berdampak
pada kemandirian masyarakat desa. Desa Bendar merupakan desa pesisir yang
mana mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai nelayan. Pada awalnya desa
tersebut sama dengan desa-desa lain yang keadaannya kumuh dan miskin. Tetapi,
sekarang jauh lebih berbeda dan bahkan desa tersebut menjadi desa percontohan
bagi desa yang lain karena telah berhasil membangun desa dengan memanfaatkan
modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Tipe penelitian yang digunakan
adalah kualitatif deskriptif dengan menggunakan sumber data berupa sumber
17
primer yang didapatkan melalui proses wawancara mendalam dengan informan
dan dokumen-dokumen yang mendukung pernyataan informan.
Penelitian ini ingin menunjukkan bahwa terdapat hubungan modal sosial
Desa Bendar terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat. Dari hasil wawancara
didapatkan bahwa Desa Bendar memiliki empat elemen modal sosial yang
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Modal sosial tersebut
antara lain : modal sosial hubungannya dengan aspek ekonomi, modal sosial
hubungannya dengan aspek sosial, modal sosial hubungannya dengan aspek
kultural, dan modal sosial hubungannya dengan aspek peranan perempuan. Pola
seperti ini sudah lama dan terdapat dalam kearifan lokal masyarakat Bendar.
Modal sosial dari aspek sosial adalah kuatnya sistem kekeluargaan masyarakat
Bendar yang guyub dan akrab sehingga kerjasama mudah dilakukan. Jika dalam
kerjasama untuk kegiatan perekonomian berlangsung dengan landasan
kepercayaan yang mana masing-masing masyarakat percaya jika meminjamkan
alat melaut mereka kepada sesama nelayan. Modal sosial dari aspek kultural
adalah terdapat nilai-nilai berupa sifat kerja keras dan keuletan dalam bekerja.
Sedangkan untuk modal sosial dari aspek ekonomi adalah terbentuknya
paguyuban atau lembaga perekonomian berdasarkan profesi. Dan yang terakhir
modal sosial dari aspek peranan perempuan adalah peran dari perempuan untuk
ikut membantu meningkatkan perekonomian keluarga. Namun, penggunaan
modal sosial masyarakat terkikis disebabkan kebijakan pembangunan yang
tersentralisasi yang mana inisiasi lokal atau partisipasi masyarakat menjadi
lumpuh dan diganti dengan penyeragaman pusat.
Analisis Pustaka :
Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan antara modal sosial
yang berlaku di dalam masyarakat dan implikasinya terhadap kesejahteraan
masyarakat desa. Hal ini dibuktikan dengan berlakunya dimensi modal sosial
berupa kepercayaan, norma, jaringan dan ada tambahan yaitu peranan perempuan.
Modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat Bendar mempunyai hubungan dengan
aspek ekonomi, aspek sosial, aspek kultural dan aspek peranan perempuan. Hal
yang paling berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian adalah modal sosial
yang hubungannya dengan aspek ekonomi. Masyarakat Bendar mendirikan
lembaga perekonomian berdasarkan profesi nelayan yang menggunakan sistem
bagi hasil. Selain itu, lembaga ini juga memberikan pelayanan berupa peminjaman
alat tangkap dan peminjaman modal yang mana pengelolaan lembaga tersebut
didasari dengan rasa percaya, menjalankan norma dan mengembangkan jejaring.
Modal sosial tersebut bersinergi sehingga dapat mendukung untuk meningkatkan
perekonomian atau pendapatan mereka. Penelitian ini juga menemukan bahwa
terjadi perubahan stok modal sosial yang mana terjadi penurunan dari keempat
dimensi tersebut dikarenakan adanya kebijakan pembangunan yang sentralisasi
sehingga membuat partisipasi dari masyarakat mulai memudar.
7.
Judul
: Hubungan Modal Sosial Dengan Kesejahteraan
Ekonomi Keluarga Di Daerah Perdesaan Jambi
Tahun
: 2014
Jenis Pustaka
: Jurnal Ilmiah
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Suandi
Nama Editor
:Judul Buku
:Kota dan Nama
:Penerbit
:Nama Jurnal
: Jurnal Komunitas
Volume (Edisi); hal : Vol. 6 No. 1 (2014) : 38-46
Alamat UPL/doi
:
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/2940/p
df
Tanggal Unduh
: 10 Oktober 2015, pukul 11:18 WIB
Ringkasan Pustaka :
Jurnal tersebut menjelaskan bahwa terdapat pengaruh modal sosial terhadap
kesejahteraan ekonomi keluarga di daerah perdesaan Kabupaten Kerinci. Terdapat
tiga kelompok komunitas masyarakat di Provinsi Jambi, antara lain wilayah
dataran rendah yang di dominasi oleh masyarakat Melayu dan pendatang dengan
hasil utama karet dan kelapa sawit, wilayah pesisir pantai atau pasang surut yang
didominasi oleh masyarakat Melayu, Bugis dan Banjar dengan komoditas utama
perikanan laut dan perkebunan kelapa, dan wilayah dataran tinggi atau
pegunungan yang didominasi oleh suku Melayu-Kerinci dengan komoditas utama
perkebunan kulit manis, kopi dan usaha tani padi sawah irigasi. Dengan kata lain,
Provinsi Jambi terutama wilayah dataran tinggi memiliki tingkat kekerabatan
yang kuat karena terdiri dari satu kelompok kerukunan adat sehingga sangat
bermanfaat bagi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan. Kesejahteraan
diartikan sebagai tata nilai kehidupan bagi individu, keluarga dan masyarakat
terhadap berbagai aspek mulai dari ekonomi, sosial, dan spiritual untuk memenuhi
kebutuhan jasmani dan rohani. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
koneksi yang kuat dalam memanfaatkan modal sosial yang dimiliki. Penelitian ini
menggunakan metode cluster sampling. Data yang digunakan dari penelitian ini
adalah data primer dan sekunder. Data sekuder didpatkan dari penelitian
sebelumnya atau buku sedangkan data primer didpatkan dari hasil wawancara
dengan responden sejumlah 132 orang atau 10 persen dari jumlah rumah tangga
yang ada secara acak sederhana (simple random sampling).
19
Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat dua variabel penelitian yaitu (1)
kesejahteraan ekonomi keluarga yang meliputi kesejahteraan objektif dan
kesejahteraan subjektif. (2) Modal sosial yang meliputi asosiasi lokal dan karakter
masyarakat.
Tabel 2. Matriks Keterangan Variabel, Dimensi dan Aspek dalam Modal
Sosial dan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga
Variabel
Dimensi
Dimensi Asosiasi Lokal
Modal Sosial
Dimensi Karakter
Masyarakat
Kesejahteraan Objektif
Kesejahteraan
Ekonomi Keluarga
Kesejahteraan Subjektif
(tingkat kepuasan
keluarga)
Aspek
- Jumlah asosiasi yang diikuti
- Tingkat partisipasi keluarga
dalam kelompok
- Manfaat kelompok/organisasi
- Kepercayaan
- Solidaritas
- Semangat kerja (keuletan dan
ketergantungan)
- Kebutuhan pangan
- Kebutuhan nonpangan
- Kebutuhan
investasi
sumberdaya manusia
- Pemenuhan
kebutuhan
pangan
- Nonpangan
- Pemenuhan
investasi
sumberdaya manusia
Semakin tinggi tingkat modal sosial yang dimiliki oleh keluarga maka
semakin baik pula tingkat kesejahteraan mereka dan hal ini akan berdampak
terhadap penghasilan dan perekonomian rumah tangga. Modal sosial yang cukup
penting dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga adalah kelompok
“handle”. Hal ini diperkuat dengan temuan bahwa setiap satu orang keluarga aktif
megikuti kegiatan asosiasi lokal terutama asosiasi bidang produksi maka dapat
meningkatkan penghasilan keluarga sebesar 6,2 persen per kapita per tahun.
Analisis Pustaka :
Penelitian ini menemukan bahwa modal sosial (dimensi asosiasi lokal dan
dimensi karakter masyarakat) yang terdapat di daerah penelitian yang dimiliki
responden tergolong tinggi. Hubungan antara modal sosial dengan tingkat
penghasilan keluarga terlihat dari asosiasi lokal yang dimiliki dan diikuti
responden di daerah penelitian cukup bervariatif baik dilihat dari jumlah asosiasi
yang diikuti, tingkat partisipasi maupun manfaat dari asosiasi lokal itu sendiri.
Selain itu, hal yang sama ditunjukkan dengan tingginya tingkat kepercayaan,
solidaritas dan semangat kerja. Modal sosial (dimensi asosiasi lokal dan dimensi
karakter masyarakat) baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh
positif sangat nyata terhadap kesejahteraan ekonomi objektif dan subjektif petani.
Artinya, semakin tinggi tingkat modal sosial yang dimiliki oleh petani maka
semakin baik pula tingkat kesejahteraan petani sehingga pada gilirannya dapat
meningkatkan ekonomi masyarakat dengan keluarga yang tergolong kelompok
sejahtera mencapai 78,8 persen.
8.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi); hal
Alamat UPL/doi
Tanggal Unduh
: Modal Sosial Pada Komunitas Nelayan Di
Pulau Baai (Studi pada Nelayan di Kelurahan
Sumber Jaya Kecamatan Kampung Melayu
Kota Bengkulu)
: 2011
: Jurnal Ilmiah
: Elektronik
: Heni Nopianti dan Nia Elvina
::::: AKSES
: Vol. 8 No. 1. Pp 55-63
: http://repository.unib.ac.id/138/
: 8 September 2015, pukul 18:35 WIB
Ringkasan Pustaka :
Jurnal tersebut menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi sumberdaya
kelautan dan perikanan yang beragam. Namun, sumberdaya tersebut masih belum
dapat dimanfaatkan secara optimal. Hal inilah yang menyebabkan sumberdaya
alam belum memberikan kontribusi terhadap proses pembangunan bangsa secara
keseluruhan. Padahal jika sumberdaya kelautan dan perikanan dapat dimanfaatkan
secara optimal maka masyarakat yang tinggal di daerah pesisir akan dapat hidup
makmur dan sejahtera. Tetapi, kenyataannya masih banyak masyarakat nelayan
yang belum sejahtera. Persoalan yang paling dominan dihadapi di wilayah pesisir
adalah kemiskinan nelayan. Hal ini berbanding terbalik dengan kenyataan bahwa
sumberdaya laut yang dimiliki oleh Indonesia melimpah. Selain itu, kegagalan
dari setiap program pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan oleh
pemerintah juga menjadi salah satu faktor penyebab kemiskinan pada nelayan.
Program pengentasan kemiskinan itu berbentuk “proyek” yang mana setelah
dilakukan maka tidak peduli terhadap keberlanjutan dari program tersebut.
Kegagalan program ditunjukkan dengan pendekatan yang salah yaitu hanya
melihat dari aspek struktural tanpa melihat aspek kultural yang dimiliki oleh
masyarakat setempat. Dan adanya kebocoran dana program pada saat
implementasi juga dapat berpengaruh terhadap kegagalan program. Pendekatan
21
pemberdayaan yang baik seharusnya tidak hanya melihat dari aspek struktural
namun mengarah kepada aspek kultural. Aspek yang diperhatikan di dalam jurnal
tersebut adalah social capital (modal sosial) yang dimiliki oleh masyarakat
sebagai proses program pemberdayaan. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif dengan mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan studi
dokumentasi yang dilakukan kepada sejumlah informan yang dipilih berdasarkan
teknik snowball sampling.
Penelitian ini ingin menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat tidak
hanya dapat dilakukan dengan kebijakan dari pemerintah. Namun, masyarakat
dapat melakukan pembangunan dengan menggunakan modal sosial yang ada di
dalam masyarakat seperti yang dilakukan oleh nelayan di Kelurahan Sumber Jaya,
Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu. Pada konsep modal sosial terdiri
dari tiga elemen utama yaitu kepercayaan, pranata, dan jaringan sosial. Di dalam
jurnal tersebut menyebutkan bahwa ketiga elemen tersebut dimiliki oleh
masyarakat nelayan. Elemen pertama, hubungan saling percaya yang didalamnya
terdapat kejujuran, kewajaran, egaliter, toleransi dan kemurahan hati. Sedangkan
elemen pranata didalamnya terdapat nilai-nilai yang dianut bersama, norma dan
sanksi, dan aturan-aturan. Dan elemen ketiga jaringan sosial yang didalamnya
terdapat partisipasi, pertukaran timbal balik, solidaritas, kerjasama dan keadilan.
Modal sosial yang berlaku di komunitas nelayan pulau Baai digunakan dalam
pengorganisasian kelompok nelayan yang didirikan untuk membantu nelayan
ketika mempunyai masalah dengan keuangan.
Analisis Pustaka :
Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan antara modal sosial
dengan kesejahteraan masyarakat nelayan daerah pesisir yang nantinya akan
berimplikasi kepada peningkatan perekonomian masyarakat nelayan. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya rasa saling percaya antara anggota dan kelompok
nelayan yang mana kelompok nelayan ini didirikan untuk membantu ketika
mereka kesulitan dalam keuangan. Didalamnya juga terdapat kerjasama yang baik
antara juragan dengan buruh yang menggunakan sistem bagi tiga tetapi biasanya
juragan akan menambah bagian buruh 5% dari hasil laut. Untuk dimensi pranata
atau norma ditunjukkan dengan adanya aturan-aturan baik yang tertulis maupun
tidak salah satunya adalah aturan tentang pembagian hasil dalam penangkapan
ikan antara juragan dengan buruh. Berapapun hasil penangkapan ikan, sistem
pembagiannya tetap sama dan tidak berubah. Sedangkan dimensi jaringan
ditunjukkan dengan adanya hubungan timbal balik antara nelayan, juragan, bakul
ikan dan tengkulak. Komunitas nelayan pulau Baai memanfaatkan modal sosial
yang berlaku di dalam masyarakat untuk pengelolaan ikan sehingga masyarakat
dapat berdaya secara mandiri dan hal ini akan berdampak kepada kesejahteraan
masyarakat nelayan yang terus meningkat sehingga perekonomian mereka juga
semakin meningkat.
9.
Judul
: Identifikasi Modal Sosial Dalam Kelompok
Tani Dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan
Anggota Kelompok Tani (Studi Kasus pada
Kelompok Tani Tebu Ali Wafa di Desa Rejoyoso
Kecamatan Bantur Kabupaten Malang)
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Jurnal Ilmiah
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Khoirul Anam dan Agus Suman
Nama Editor
:Judul Buku
:Kota dan Nama
:Penerbit
:Nama Jurnal
: Jurnal Penelitian
Volume (Edisi); hal : 11 hlm
Alamat UPL/doi
:
http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/viewFile/719/661
Tanggal Unduh
: 4 Oktober 2015, pukul 10:29 WIB
Ringkasan Pustaka :
Jurnal tersebut menjelaskan bahwa kondisi Indonesia saat ini masih belum
berada pada tahap sejahtera dan makmur. Hal ini ditunjukkan dengan pemerataan
pembangunan masih menyisakan banyak permasalahan dan ketimpangan. Selain
itu, anggaran negara banyak dialokasikan ke kawasan perkotaan bukan ke
pedesaan. Padahal banyak penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian dan tinggal
di perdesaan. Saat ini modal finansial memang masih banyak digunakan untuk
membantu mengatasi hambatan pertanian anggota kelompok. Namun, tidak
dengan masyarakat perdesaan yang dikenal memiliki modal sosial yang tinggi
dalam mengatasi permasalahan. Hal ini tercermin dari tingginya solidaritas antar
warga dan juga kuatnya rasa kekeluargaan diantara mereka. Dengan demikian,
kepercayaan, norma, dan jaringan (persaudaraan) dapat dikatakan masih tinggi.
Ini merupakan modal yang baik untuk dapat dikembangkan menjadi benefit secara
ekonomi bagi mereka sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran modal
sosial pada kelompok petani tebu Ali Wafa di Desa Rejoyoso Kecamatan Bantur
Kabupaten Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan
menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sumber dari data adalah menggunakan
data primer dan sekunder. Sedangkan untuk unit analisis dalam penelitian ini
adalah peranan modal sosial dalam kelompok tani yang ditinjau dari dimensi
struktural dan kognitif. Modal sosial digunakan oleh petani tebu dengan cara
23
membentuk kelompok tani atas dasar munculnya hambatan dalam mengatasi
pertanian sehingga dalam menyelesaikan permasalahannya petani tebu dapat
secara mandiri menyelesaikan dengan menggunakan modal sosial yang
dimilikinya. Selain itu, tingginya tingkat saling percaya diantara masyarakat
adalah peluang yang baik dalam pembangunan desa. Didirikannya kelompok tani
ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada anggota berupa pinjaman dan
juga hiburan. Dari dimensi masalah dalam kelompok tani, terdapat hubungan
antara modal sosial dan dimensi masalah. Seperti dimensi jaringan dapat
menyelesaikan dimensi pertanian dengan cara peminjaman alat pertanian dan
tenaga manusia. Ada juga yang menyelesaikan masalah pertanian dengan cara
memberikan bantuan tenaga dan materi.
Peneliti menemukan bahwa modal sosial yang berlaku didalam anggota
kelompok petani tebu terdiri dari dua dimensi. Dimensi struktural dan dimensi
kognitif. Struktural yang dimaksud adalah jaringan, sementara kognitif yang
dimaksud adalah norma dan kepercayaan. Di dalam modal sosial struktural terdiri
dari kepadatan dan karakteristik kelompok tani yang menjelaskan tentang kualitas
dari pemimpin di dalam kelompok petani tebu, jaringan dan dukungan sesama
anggota yang menjelaskan tentang terjalinnya hubungan baik seperti
pengangkutan hasil penebangan hingga penyediaan pupuk bersubsidi, dan
tindakan kolektif yang menjelaskan tentang pertemuan rutin dari anggota
kelompok dalam kurun waktu 2 minggu sekali. Sedangkan untuk dimensi kognitif
terdiri dari solidaritas yang menjelaskan tentang terbentuknya rasa solidaritas
antar anggota dalam membantu pada saat kegiatan sehari-hari, kepercayaan dan
kerjasama yang menjelaskan tentang kepercayaan anggota untuk meminjamkan
aset berupa alat pertanian kepada anggota lain, dan keharmonisan yang
ditunjukkan dengan hampir tidak pernah ada konflik diantara anggota kelompok
petani tebu.
Analisis Pustaka :
Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan antara peranan modal
sosial terhadap tingkat kesejahteraan petani. Kesejahteraan disini diartikan sebagai
kemampuan seseorang untuk hidup layak dan tercukupi. Anggota kelompok yang
dapat dikatakan hidupnya sejahtera maka mereka dapat memenuhi kewajiban
agama, memiliki aset pribadi dan dapat menyekolahkan anak sampai ke jenjang
lebih tinggi. Modal sosial yang berkembang dalam masyarakat desa turut berperan
dalam penyelesaian permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat sehingga petani
dapat hidup lebih sejahtera dan dapat berimplikasi terhadap peningkatan
pendapatan petani. Hal ini mengidentifikasikan bahwa semakin tinggi modal
sosial akan semakin memberikan manfaat bagi petani dalam menyelesaikan
problem pertanian yang bersifat lokal. Namun, penelitian tersebut menemukan
bahwa dengan meningkatnya pendapatan petani tebu maka akan berdampak
negatif terhadap keberlangsungan pertanian. Yang mana hal ini ditunjukkan
dengan habisnya sumber daya dan permodalan petani tebu.
10.
Judul
: Peran Modal Sosial Dalam Penanggulangan
Kemiskinan Masyarakat Miskin Perkotaan
Pada Pedagang Sektor Informal Di Kota
Semarang
Tahun
: 2010
Jenis Pustaka
: Jurnal Ilmiah
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Moh. Aris Munandar
Nama Editor
:Judul Buku
:Kota dan Nama
:Penerbit
:Nama Jurnal
: Forum Ilmu Sosial
Volume (Edisi); hal : Vol. 37 No. 2 Desember 2010 ; 11 hlm
Alamat UPL/doi
:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=136548&val=566
4&title=PERAN%20MODAL%20SOSIAL%20DALAM%20PENANG
GULANGAN%20KEMISKINAN%20MASYARAKAT%20MISKIN%
20PERKOTAAN%20PADA%20PEDAGANG%20SEKTOR%20INFO
RMAL%20DI%20KOTA%20SEMARANG
Tanggal Unduh
: 4 Oktober 2015, pukul 10:34 WIB
Ringkasan Pustaka :
Jurnal tersebut menjelaskan bahwa masyarakat miskin tidak hanya berada
pada daerah perdesaan saja. Namun terdapat juga masyarakat miskin yang berada
di daerah perkotaan. Kebanyakan masyarakat miskin tersebut adalah buruh formal
atau infomal, pedagang informal seperti pedagang kaki lima, dan pegawai dengan
pangkat yang rendah. Pedagang kaki lima memiliki peluang yang lebih besar
dibandingan profesi lainnya guna melakukan mobilisasi vertikal pada kalangan
orang yang berpenghasilan rendah. Seperti yang diketahui, di Indonesia sendiri
pernah terjadi krisis ekonomi yang mana jumlah penduduk miskin semakin
bertambah. Kondisi seperti ini belum ditemukannya suatu solusi untuk
penanggulangan kemiskinan secara permanen yang dapat memberdayakan mereka
dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Meskipun upaya tersebut sudah
dilakukan tetapi upaya penanggulangan kemiskinan dengan menggunakan modal
sosial masih belum optimal. Modal sosial bersifat produktif yang memungkinkan
untuk mencapai tujuan bersama, karena tanpa adanya kebersamaan maka tujuan
tersebut tidak dapat tercapai. Untuk pengukuran modal sosial supaya dapat
dikatakan kuat atau lemah ada didalam hasil interaksi yaitu ikatan-ikatan
25
emosional yang menyatukan orang untuk mencpai tujuan bersama yang saling
menguntungkan. Dalam pengembangan modal sosial juga harus memperhatikan
pengembangan kapasitas agar organisasi atau sistem untuk menjalankan fungsi
sebagaimana mestinya secara efisien, efektif dan terus menerus.
Penelitian ini ingin mengaitkan antara modal sosial, modal manusia, modal
alam dan modal ekonomi yang nantinya akan menghasilkan community capital.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif bertipe deskriptif. Untuk data
diperoleh melalui teknik taksonomi sehingga didapatkan kategorisasi dari modal
sosial yang dilakukan dan pengembangan kapasitas masyarakat miskin perkotaan
dan kemudian akan dikaitkan dengan faktor penyebab serta langkah antisipatif.
Responden meliputi para pedagang sektor informal dengan teknik pengumpulan
data melalui observasi, angket, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Di
dalam penelitian ini menujukkan bahwa komunitas masyarakat pedagang di
Semarang memiliki modal sosial dalam mengatur sistem perdagangan yang ada.
Tetapi disini ditemukan bahwa dari dimensi modal sosial yaitu kepercayaan,
jaringan, norma dan kerjasama masing-masing memiliki kategorisasi yang
berbeda dengan tingkat kategori rendah, sedang atau cukup, dan tinggi. Selain itu,
didalam penelitian juga mengemukakan bahwa konsepsi modal sosial yang
berlaku dalam komunitas pedagang memiliki kaitannya dengan penanggulangan
kemiskinan, karena usaha untuk mengentaskan kemiskinan pada sektor informal
harus dilakukan dengan meningkatkan pendapatan mereka.
Analisis Pustaka :
Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan antara modal sosial
yang berlaku di dalam komunitas pedagang terhadap upaya penanggulangan
kemiskinan yang nantinya akan berimplikasi kepada meningkatkan pendapatan
mereka. Hal ini ditunjukkan dengan dari dimensi modal sosial saling bersinergi
dalam mengatur kegiatan atau sistem perdagangan pada komunitas pedagang.
Meskipun dari masing-masing dimensi modal sosial tersebut dikategorisasikan
oleh peneliti ke dalam kategori rendah, sedang dan tinggi. Seperti contoh untuk
dimensi kepercayaan jika rendah maka belum memiliki kepercayaan untuk
melakukan tindakan bersama, jika sedang maka sudah ada kepercayaan untuk
meminjamkan materi untuk pengembangan usaha kepada pedagang lain, jika
tinggi maka sudah ada usaha untuk pengumpulan modal untuk kepentingan
bersama. Untuk dimensi kerjasama ditunjukkan dengan sudah adanya pembagian
tugas dalam berdagang yang mana ada yang berperan sebagai penyuplai barang
dagangan, ada yang berperan sebagai pembuka lapak, ada juga yang berperan
sebagai pengaman area dagang. Kegiatan ini dilakukan bertujuan untuk mencapai
tujuan bersama dan saling membantu satu sama lain untuk meningkatkan
pendapatan dari masing-masing pelaku usaha. Sedangkan untuk dimensi jaringan,
masing-masing pedagang memiliki makelar yang berfungsi untuk mencari
informasi tentang pembeli dan diantara mereka tidak terdapat aturan tertulis hanya
saja berpedoman bahwa mereka tidak boleh saling menjatuhkan dan merugikan.
Namun, dalam penelitian ini masih menemukan tidak adanya kepercayaan bahwa
kerjasama antara pedagang dapat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan
pedagang.
11.
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Editor
Judul Buku
Kota dan Nama
Penerbit
Nama Jurnal
Volume (Edisi); hal
Alamat UPL/doi
Tanggal Unduh
: Keterkaitan Antara Modal Sosial Dan
Kemiskinan Menurut Tahapan Perkembangan
Desa Di Provinsi Gorontalo
: 2015
: Disertasi
: Cetak
: Sherly Gladys Jocom
::::::::-
Ringkasan Pustaka :
Disertasi tersebut menjelaskan tentang masalah kemiskinan yang sering
terjadi di perdesaan dan pertanian. Kemiskinan di Indonesia menunjukkan bahwa
penurunan kemiskinan di daerah perdesaan merupakan penyumbang terbesar
terhadap penurunan kemiskinan secara agregrat dan pertumbuhan perekonomian
merupakan salah satu komponen terpenting dari upaya pengurangan kemiskinan
di Indonesia. Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
kemiskinan, kesehatan, pendidikan dan ketersediaan modal di tingkat rumah
tangga adalah dengan pemanfaatan modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat
setempat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan kemiskinan perdesaan, komponen atau dimensi modal sosial
apa yang paling dominan di perdesaan, pengaruh dari masing-masing dimensi
terhadap kemiskinan perdesaan dan hubungan anatra modal sosial dan kemiskinan
pada berbagai tingkat perkembangan desa. Seperti yang diketahui, modal sosial
merupakan sekumpulan sumberdaya yang dimiliki setiap keanggotaan dalam
suatu kelompok yang digunakan secara bersama-sama. Misalnya ketersediaan
jaringan sosial dalam masyarakat dapat membantu peningkatan produksi dan
ekonomi keluarga melalui pemanfaatan koneksi sosial sehingga secara tidak
langsung dapat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan rumah tangga. Secara
teori, modal sosial dapat membantu mengurangi kemiskinan dari aras mikro dan
27
makro. Pada aras makro modal sosial dapat memainkan peran tidak langsung
dalam mengurangi kemiskinan dan ketimpangan melalui pengaruhnya terhadap
pertumbuhan ekonomi rumah tangga. Sedangkan pada aras mikro terdapat
jaringan yang merupakan wadah untuk membangun mekanisme saling
membangun sebagai strategi untuk bertahan hidup. Selain ituikatan sosial atau
akses ke kredit formal akan mendorong difusi informasi dan kepercayaan. Modal
sosial juga dapat membantu masyarakat untuk memperbaiki kondisi mereka
dengan tindakan kolektif.
Penelitian ini menggunakan metode model Logit dan Model Persamaan
Struktural dengan data yang diperoleh dari data primer dan sekunder. Tempat
yang dipilih adalah Kabupaten Gorontalo dan Kabupaten Pohuwato. Hal ini
dilakukan untuk membandingkan modal sosial yang berlaku diantara dua
kabupaten tersebut yang memiliki karakteristik dan letak geografis yang berbeda
dengan unit analisis rumah tangga. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini,
pertama komponen modal sosial sebagai variabel laten eksogen dan variabel yang
kedua kemiskinan sebagai variabel laten endogen. Komponen modal sosial
masyarakat Provinsi Gorontalo terdiri dari tiga dimensi yaitu rasa percaya,
jaringan dan norma. Pada dimensi jaringan, norma dan dimensi modal manusia
terbukti berkaitan dengan kesejahteraan rumah tangga masyarakat desa provinsi
Gorontalo.
Analisis Pustaka :
Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan antara modal sosial
dengan penurunan kemiskinan yang nantinya akan berimplikasi terhadap
peningkatan perekonomian rumah tangga. Dimensi jaringan, norma dan
kepercayaan memiliki keterkaitan positif terhadap penurunan kemiskinan. Hal ini
ditunjukkan dengan pada dimensi jaringan masyarakat memiliki perasaan simpati
dan hubungan kekeluargaan untuk saling membantu. Pada dimensi norma karena
masyarakat masih memegang norma-norma adat dan budaya yang berlaku.
Sedangkan pada dimensi kepercayaan adanya interaksi yang berulang sehingga
dapat mengembangkan kepercayaan diantara orang-orang dalam masyarakat dan
dapat memudahkan untuk memperoleh informasi. Di dalam penelitian ini juga
mengidentifikasi bahwa dimensi modal sosial yang paling dominan digunakan di
dalam masyarakat adalah rasa percaya baru diikuti oleh norma dan jaringan. Hal
ini dikarenakan masyarakat perdesaan relatif sangat toleran dengan membaurnya
masyarakat lokal dengan masyarakat transmigran yang ada di kabupaten tersebut.
Namun, stok modal sosial rasa percaya masih terfokus pada kepercayaan pada
lingkup yang terbatas yaitu percaya pada tetangga dan orang yang dekat atau
bounding social capital. Sedangkan dimensi modal sosial yang paling
berpengaruh terhadap penurunan kemiskinan yang dapat berimplikasi kepada
peningkatan perekonomian rumah tangga adalah jaringan, norma, rasa percaya,
dan modal manusia yang meliputi umur, tingkat pendidikan kepala keluarga, dan
jumlah tanggungan kepala keluarga. Dimensi rasa percaya berkaitan dengan
kemiskinan apabila berinteraksi dengan dimensi jaringan. Kontribusi rasa percaya
dan jaringan sebanding dengan dimensi modal manusia.
29
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Konsep Modal Sosial
Konsep modal sosial muncul sebagai respons dari kondisi semakin
meregangnya hubungan antar manusia dan semakin munculnya ketidakpedulian
terhadap sesama manusia (Sasongko : 2012). Menurut Mustofa (2013) modal
sosial merupakan salah satu sumber daya sosial yang dapat dijadikan investasi
untuk mendapatkan sumber daya baru lain di dalam masyarakat. Hal ini
dikarenakan modal sosial dapat dikaitkan dengan komunitas, masyarakat sipil,
maupun identitas-identitas lainnya yang kokoh. Keberadaan modal sosial di dalam
masyarakat harus didayagunakan dan dioptimalkan karena di dalam masyarakat
pasti memiliki modal sosial namun sudah lama tidak difungsikan yang disebabkan
oleh adanya sistem sentralisasi pada Orde Baru yang mana peraturan harus
berdasarkan dari pusat (Supratiwi, 2013). Pada dasarnya modal sosial tidak selalu
mengacu terhadap tiga dimensi saja yaitu kepercayaan, norma dan jaringan saja.
Menurut Field (2010), seseorang akan berhubungan melalui serangkaian jaringan
dan mereka cenderung memiliki kesamaan nilai dengan anggota lainnya dalam
jaringan tersebut, sejauh jaringan tersebut menjadi sumber daya maka hal tersebut
dapat dipandang sebagai modal sosial. Tetapi hal tersebut dapat dirumuskan
berdasarkan kasus-kasus tertentu yang dapat ditemui pada saat dilapang. Menurut
Nasution et all (2007), pendekatan modal sosial merupakan salah satu langkah
alternatif dari suatu strategi pengembangan ekonomi masyarakat golongan
ekonomi lemah yang ditunjang dengan dana berasal dari bantuan proyek yang
dikelola oleh pemerintah. Sehubungan dengan ini, Gittell et all (2001) dalam
Syahra (2003) yang dikutip oleh Nasution et all (2007) menyatakan bahwa
selebihnya terdapat dua peranan yang dapat dimainkan dari modal sosial dalam
upaya peningkatan kemampuan masyarakat dalam menjalankan kegiatan
perekonomian mereka. Pada peranan yang pertama berkaitan dengan bagaimana
modal sosial dapat memperkuat dalam kegiatan perekonomian melalui kapasitas
organisasi dan yang kedua mencakup perasaan simpati dari seseorang atau
kelompoknya yang meliputi rasa kepedulian, perhatian, kagum dan empati. Field
(2010) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara modal sosial dengan
ekonomi yang mana Coleman mengembangkan konsep modal sosial sebagai cara
untuk mengintegrasikan teori sosial dengan teori ekonomi dan mengklain bahwa
modal sosial dan modal manusia secara umum saling melengkapi.
Menurut Putnam dalam Hauberer (2011) mendefinisikan modal sosial
sebagai jaringan, kepercayaan, dan norma-norma dari timbal balik dan fokus
kepada keluaran sosial. Modal sosial diasumsikan positif untuk mempengaruhi
politik dan pembangunan ekonomi (sebagai jembatan dan ikatan modal sosial).
Sedangkan menurut Coleman dalam Field (2010) modal sosial dipresentasikan
sumber daya karena hal ini melibatkan harapan akan resiprositas dan melampaui
individu mana pun sehingga melibatkan jaringan yang lebih luas dengan
hubungan-hubungannya diatur oleh tingginya tingkat kepercayaan dan nilai-nilai
bersama. Tidak berbeda dengan Coleman, Bourdieu dalam Field (2010)
menyatakan bahwa modal sosial sebagai jumlah sumberdaya, aktual atau maya
yang berkumpul pada seorang individu atau kelompok karena memiliki jaringan
tahan lama berupa hubungan timbal balik perkenalan dan pengakuan yang sedikit
banyak terinstitusionalisasikan. Pengertian lain dari modal sosial juga
disampaikan oleh Syahyuti (2008) dalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa
terdapat variabel-variabel dalam modal sosial, antara lain : kepercayaan, norma
dan jaringan.
1. Kepercayaan : kehidupan ekonomi sangat bergantung kepada ikatan
moral kepercayaan sosial yang dapat memperlancar transaksi,
memberdayakan kreatifitas perorangan, dan dapat menjadi alasan
kepada perlunya aksi kolektif yang mana ikatannya tidak terucap dan
tidak tertulis.
2. Norma : modal sosial selalu berhubungan dengan norma. Artinya jika
didalam suatu masyarakat modal sosial rendah, maka norma-nya akan
sedikit dan kerjasama antar orang hanya dapat berlangsung di bawah
sistem hukum dan regulasi yang bersifat formal.
3. Jaringan : adanya partisipasi dalam jaringan, resiprositas, trust, social
norm, sifat keumuman pemilikan, dan sikap warga yang proaktif
sehingga modal sosial dapat dioperasikan dengan baik. Artinya suatu
jaringan tidak hanya memperhitungkan pertukaran dan keuntungan yang
didapat dalam jangka pendek tetapi lebih memikirkan hubungan untuk
jangka panjang.
Tidak berbeda dengan lainnya, didalam penelitiannya Nopianti dan Elvina
(2011) menyebutkan bahwa terdapat tiga dimensi dalam modal sosial yaitu
hubungan saling percaya, pranata, dan jaringan sosial. Pada dimensi hubungan
saling percaya dapat dilihat dari adanya kejujuran, kewajaran, egaliter, toleransi,
dan kemurahan hati. Dimensi pranata dapat dilihat dari adanya nilai-nilai yang
dianut bersama, norma-norma dan sanksi-sanksi, dan aturan-aturan. Sedangkan
pada dimensi jaringan sosial dapat dilihat dari adanya partisipasi, pertukaran
timbal balik, solidaritas, kerjasama, dan keadilan. Menurut Hasbullah (2006)
dalam Thobias, Tungka dan Rogahang (2013) terdapat enam unsur pokok dalam
modal sosial berdasarkan berbagai pengertian modal sosial yang telah ada, antara
lain : participation in a network, reciprocity, trust, social norms, values dan
proactive action.
31
Tabel 3. Perbandingan untuk Menentukan Definisi Modal Sosial
No
1
Nama Ahli
Putnam
dalam
Hauberer (2011)
2
Coleman
dalam
Field (2010)
3
Bourdieu
dalam
Field (2010)
Definisi
Modal sosial sebagai jaringan, kepercayaan, dan
norma-norma dari timbal balik dan fokus kepada
keluaran sosial. Modal sosial diasumsikan positif
untuk mempengaruhi politik dan pembangunan
ekonomi (sebagai jembatan dan ikatan modal sosial).
Modal sosial dipresentasikan sumber daya karena hal
ini melibatkan harapan akan resiprositas dan
melampaui individu mana pun sehingga melibatkan
jaringan yang lebih luas dengan hubunganhubungannya diatur oleh tingginya tingkat
kepercayaan dan nilai-nilai bersama.
Modal sosial sebagai jumlah sumberdaya, aktual atau
maya yang berkumpul pada seorang individu atau
kelompok karena memiliki jaringan tahan lama
berupa hubungan timbal balik perkenalan dan
pengakuan
yang
sedikit
banyak
terinstitusionalisasikan
Hubungan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha
Modal sosial selalu memiliki hubungan baik secara langsung ataupun tidak
langsung terhadap suatu keberhasilan usaha. Keberhasilan usaha disini tidak
hanya dapat dilihat dari peningkatan perekonomian saja namun juga dapat dilihat
dari pengembangan usaha, keberlanjutan usaha, pemberdayaan masyarakat,
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan yang dilihat dari
konteks perdagangan atau peningkatan perekonomian masyarakat. Terdapat
berbagai hasil penelitian yang menyebutkan bahwa dengan adanya modal sosial
dapat berpengaruh terhadap proses-proses yang ada di dalam masyarakat mulai
dari sektor usaha melalui UMKM, sektor pertanian melalui perdagangan hasilhasil pertanian sampai dengan sektor perikanan melalui komunitas nelayan dalam
pengelolaan ikan. Adapun hubungan modal sosial dalam keberhasilan usaha,
menurut Mustofa (2013) lebih kepada proses perkembangan usaha berupa
peningkatan keuntungan baik dari pelaku usaha maupun karyawan. Pada
penelitiannya ditemukan bahwa ketiga dimensi modal sosial yaitu jaringan,
kepercayaan dan norma merupakan suatu proses untuk pengembangan usaha yang
diarahkan kepada tujuan bersama sehingga semua pelaku usaha dapat memperoleh
keuntungan yang maksimal. Sedangkan, menurut Hapiz (2015) didalam
penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat hubungan kerjasama antara pelaku
UKM dengan para pekerjanya dan rekan usahanya yang dipengaruhi oleh adanya
modal sosial yaitu kepercayaan, norma dan jaringan dalam upaya meningkatkan
pendapatan pelaku UKM di salah satu wilayah Kota Malang. Hal ini diperkuat
dengan studi yang menemukan jika suatu kegiatan ekonomi dibangun melalui rasa
kepercayaan maka akan mewujudkan interaksi yang positif dan saling
menguntungkan satu sama lain karena dapat memudahkan. Berbeda dengan hasil
penelitian dari Thobias, Tungka dan Rogahang (2013) yang menyebutkan
hubungan modal sosial terhadap perilaku kewirausahaan pada keberhasilan
UMKM melalui pengembangan usaha dikarenakan modal sosial dapat melahirkan
ikatan-ikatan emosional yang dapat menyatukan orang untuk mencapai tujuan
bersama melalui pembangunan infrastruktur sehingga pengusaha UMKM akan
semakin berhasil dalam memasarkan barang mereka kepada konsumen dan dapat
mencapai tujuan untuk pemerataan pertumbuhan perekonomian. Disisi lain, modal
sosial juga dapat berpengaruh dalam perdagangan hasil pertanian seperti yang
dikemukakan dari penelitian Syahyuti (2008) yang menyebutkan bahwa
keberhasilan dari suatu kegiatan perdagangan didasarkan dengan adanya modal
sosial yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan perekonomian pedagangan
komoditas pertanian. Hal ini ditunjukkan dengan modal sosial mampu
mengurangi dampak dari ketidaksempurnaan pasar yang dihadapi oleh pelaku
perdagangan. Selain itu, modal sosial mereduksi tingginya biaya transaksi melalui
tiga dimensi yaitu relasi dengan pedagang lain yang dapat membantu biaya
transaksi, relasi dengan orang-orang yang dapat membantu jika dihadapi kesulitan
keuangan dan relasi keluarga yang dapat mengefisienkan dan mereduksi
kesalahan-kesalahan dalam penilaian kualitas barang.
Tidak hanya itu, Nurami (2013) menyebutkan bahwa hubungan modal
sosial melalui program pemberdayaan ekonomi masyarakat dapat membantu
meningkatkan potensi ekonomi masyarakat dengan cara memunculkan peluang
usaha baru seperti jasa pengangkutan dan penyerapan tenaga kerja yang dilakukan
pelaku usaha kepada masyarakat sekitar usaha. Hal ini dikarenakan modal sosial
yang telah ada dapat disinergikan dengan kepercayaan, nilai dan norma yang baik
sehingga dapat menciptaka situasi yang kondusif didalam kegiatan perekonomian
masyarakat. Berbeda dengan Suandi (2014) yang menyebutkan terdapat hubungan
modal sosial dengan kesejahteraan ekonomi keluarga. Menurut Suandi (2014)
Kesejahteraan diartikan sebagai tata nilai kehidupan bagi individu, keluarga dan
masyarakat terhadap berbagai aspek mulai dari ekonomi, sosial dan spiritual
untuk memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani. Dan untuk mencapai hal tersebut
sangat diperlukan koneksi kuat dalam memanfaatkan modal sosial yang dimiliki.
Didalam penelitiannya, modal sosial digolongkan menjadi dua dimensi yaitu
dimensi asosiasi lokal dan dimensi karakteristik karakter masyarakat. Hubungan
antara modal sosial dengan tingkat penghasilan keluarga terlihat dari asosiasi
lokal yang dimiliki dan diikuti responden di daerah penelitian cukup bervariatif
baik dilihat dari jumlah asosiasi yang diikuti, tingkat partisipasi maupun manfaat
dari asosiasi lokal itu sendiri. Selain itu, hal yang sama ditunjukkan dengan
tingginya tingkat kepercayaan, solidaritas dan semangat kerja. Modal sosial
33
(dimensi asosiasi lokal dan dimensi karakter masyarakat) baik secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh positif sangat nyata terhadap kesejahteraan
ekonomi objektif dan subjektif. Selanjutnya, hubungan modal sosial juga dapat
dilihat pada komunitas nelayan seperti hasil penelitian Nopianti dan Elvina (2011)
yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara modal sosial untuk
pengelolaan ikan dengan kesejahteraan masyarakat nelayan daerah pesisir yang
nantinya akan berimplikasi kepada peningkatan perekonomian masyarakat
nelayan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya rasa saling percaya antara anggota
dan kelompok nelayan yang mana kelompok nelayan ini didirikan untuk
membantu ketika mereka kesulitan dalam keuangan. Didalamnya juga terdapat
kerjasama yang baik antara juragan dengan buruh yang menggunakan sistem bagi
tiga tetapi biasanya juragan akan menambah bagian buruh 5% dari hasil laut.
Untuk dimensi pranata atau norma ditunjukkan dengan adanya aturan-aturan baik
yang tertulis maupun tidak salah satunya adalah aturan tentang pembagian hasil
dalam penangkapan ikan antara juragan dengan buruh. Sedangkan dimensi
jaringan ditunjukkan dengan adanya hubungan timbal balik antara nelayan,
juragan, bakul ikan dan tengkulak. Dan yang terakhir adalah hasil penelitian dari
Munandar (2010) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara modal
sosial yang berlaku di dalam komunitas pedagang terhadap upaya
penanggulangan kemiskinan melalui usahanya di sektor informal. Hal ini
ditunjukkan dengan dari dimensi modal sosial yaitu jaringan, kepercayaan, norma
dan kerjasama saling bersinergi dalam mengatur kegiatan atau sistem perdagangan
pada komunitas pedagang.
Dari berbagai hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
modal sosial yang berlaku didalam proses-proses yang ada di masyarakat berbedabeda. Ada yang menggolongkan modal sosial menjadi enam dimensi yaitu
participation in a network, reciprocity, trust, social norms, values dan proactive
action. Ada pula yang menggolongkan menjadi dua yaitu struktural dan kognitif
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Uphoff. Dan yang paling sering
ditemui adalah modal sosial yang dilihat dari tiga dimensi yaitu jaringan,
kepercayaan dan norma berdasarkan dengan teori yang dikemukakan oleh
Fukuyama, Putnam dan Coleman. Selain itu, hubungan modal sosial selalu
tampak di dalam masyarakat baik yang implikasinya dengan keberhasilan usaha,
pemberdayaan masyarakat atau kesejahteraan. Hal ini dikarenakan modal sosial
memiliki sifat yang fleksibel yang mana untuk menentukan berhasil atau tidaknya
modal sosial itu tergantung dari peran masyarakat itu sendiri.
Peranan Modal Sosial Dalam Keberhasilan Usaha
Terdapat peran modal sosial didalam keberhasilan suatu usaha. Dari
berbagai dimensi modal sosial yang ada dan digunakan didalam penelitian, pasti
terdapat salah satu dimensi modal sosial yang dianggap paling kuat atau
berpengaruh atau bisa juga dianggap sebagai paling lemah diantara dimensi modal
sosial yang lain dalam proses keberhasilan usaha. Namun, tidak sedikit juga
penelitian yang menemukan bahwa dari semua dimensi modal sosial yang
digunakan didalam penelitian menunjukkan bahwa semua dimensi sama-sama
kuat dan berpengaruh. Pada penelitian Mustofa (2013) menggunakan dimensi
modal sosial menurut Putnam dan Coleman yaitu jaringan, kepercayaan, dan
norma. Namun, terdapat beberapa tipe/objek dari masing-masing dimensi yang
berhasil di identifikasi oleh peneliti menurut data di lapang. Dari masing-masing
dimensi tersebut terdapat satu tipe/objek yang dianggap paling kuat atau
berpengaruh. Adapun dimensi modal sosial yang paling kuat atau berpengaruh
menurut Mustofa (2013) di dalam penelitiannya adalah jaringan teman, norma
penguatan lokasi dan bentuk kepercayaan kepada karyawan. Hal ini tidak jauh
berbeda dengan hasil penelitian Hapiz (2015) yang menyebutkan bahwa dimensi
modal sosial yang paling kuat adalah kepercayaan dan norma. Sedangkan untuk
jaringan justru dianggap paling lemah. Hal tersebut dikarenakan terhambatnya
satu jaringan yaitu kepada pihak pemerintah, yang mana adanya birokrasi rumit
ketika pelaku usaha akan menjalankan usahanya. Berbeda lagi dengan hasil
penelitian Thobias, Tungka, dan Rogahang (2013) yang menyebutkan bahwa
indikator modal sosial yang paling berpengaruh adalah kepercayaan (trust) karena
pelaku usaha UMKM setempat mempunyai tujuan bersama untuk pertumbuhan
ekonomi yang kemudian menumbuhkan kepercayaan dan keamanan yang tercipta
antar pelaku usaha UMKM dari adanya relasi yang relatif panjang.
Elemen modal sosial yang digunakan oleh Supratiwi (2013) sedikit berbeda
dengan peneliti yang lain. Terdapat empat elemen modal sosial yang digunakan
disini, antara lain : modal sosial hubungannya dengan aspek ekonomi, modal
sosial hubungannya dengan aspek sosial, modal sosial hubungannya dengan aspek
kultural, dan modal sosial hubungannya dengan aspek peranan perempuan. Dari
empat elemen tersebut yang paling kuat adalah modal sosial yang hubungannya
dengan aspek ekonomi. Hal ini dikarenakan adanya lembaga perekonomian yang
memberika pelayanan peminjaman dan kebutuhan untuk mendukung usahanya
dan didasari dengan rasa kepercayaan yang tinggi. Dan yang terakhir menurut
Jocom (2015) yang menyebutkan bahwa dari ketiga dimensi modal sosial yang
digunakan yaitu jaringan, norma dan kepercayaan yang paling dominan atau
berpengaruh adalah rasa percaya baru diikuti oleh norma dan jaringan. Hal ini
dikarenakan masyarakat memiliki rasa toleran dan mudah berbaur serta
memahami masyarakat transmigran.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stok Modal Sosial
Modal sosial di dalam masyarakat dapat sewaktu-waktu mengalami
perubahan atau dinamis. Perubahan tersebut terbukti dengan semakin kuat atau
lemahnya dimensi modal sosial yang ada di dalam masyarakat. Perubahan dari
35
masing-masing dimensi modal sosial dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari
dalam maupun dari luar. Menurut World Bank (1998) dalam Syahyuti (2008)
setidaknya terdapat empat asumsi yang secara tidak langsung dapat berpengaruh
dengan terhadap stok modal sosial. (a) Modal sosial berada didalam kaitan
ekonomi, politik dan sosial serta hubungan sosial sehingga dapat mempengaruhi
bagaimana pasar dan negara bekerja, dan sebaliknya pasar dan negara juga akan
membentuk bagaimana modal sosial di masyarakat bersangkutan, (b) hubungan
yang stabil antar aktor dapat mendorong keefektifan dan efisiensi baik perilaku
kolektif atau individual, (c) modal sosial dalam masyarakat dapat diperkuat, tetapi
membutuhkan sumberdaya untuk memperkuatnya, dan (d) adanya hubungan yang
baik dan anggota masyarakat harus mendukungnya. Hal berbeda dikemukakan
Sakaria (2014) didalam penelitiannya yang menyebutkan bahwa terdapat dua
faktor yang dapat mempengaruhi perubahan modal sosial. Pertama, terdapat
intervensi negara dan penetrasi pasar melalui program pengembangan struktur
kelembagaan pemerintahan, pembangunan infrastruktur jalan dan proses
pembangunan dapat menggerus dan menambah kapital sosial. Selain itu, hal
terebut dapat menggerus kapasitas kewenangan pemerintah dalam pelaksanaan
program pembangunan di wilayahnya. Kedua, tingkat pertambahan
(rekapitalisasi) kapital sosial sebagai dampak dari intervensi negara dan penetrasi
pasar lebih kecil dari pada proses penggerusan (dekapitalisasi) kapital sosial.
Sedangkan menurut Jocom (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa stok
modal sosial rasa percaya masih terfokus pada kepercayaan pada lingkup yang
terbatas yaitu percaya pada tetangga dan orang yang dekat atau bounding social
capital. Dan yang terakhir, adanya stok modal sosial ditemukan didalam
penelitian Supratiwi (2013) yang mana terjadi penurunan atau perubahan dari
keempat dimensi modal sosial yang digunakan oleh peneliti yaitu modal sosial
hubungannya dengan aspek ekonomi, modal sosial hubungannya dengan aspek
sosial, modal sosial hubungannya dengan aspek kultural, dan modal sosial
hubungannya dengan aspek peranan perempuan dikarenakan adanya kebijakan
pembangunan yang sentralisasi sehingga membuat partisipasi dari masyarakat
mulai memudar.
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Munculnya konsep modal sosial di dalam masyarakat diakibatkan semakin
renggangnya hubungan antar manusia serta semakin tidakpedulinya terhadap
sesama. Peran modal sosial penting dan mampu berkontribusi untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial,
dan budaya. Dapat dikatakan modal sosial merupakan salah satu alat yang
digunakan bersama-sama untuk mencapai tujuan. Bentuk modal sosial yang
digunakan di dalam masyarakat dapat berbeda-beda sesuai dengan kondisi atau
keadaan di lapang. Terdapat berbagai penelitian yang menemukan bentuk modal
sosial yang ada di dalam masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
Adapun bentuk modal sosial yang disimpulkan, diantaranya adalah : jaringan,
norma, dan kepercayaan. Dari masing-masing dimensi terdapat indikator yang
dapat dilihat untuk mengukur tingkat ketiga dimensi modal sosial tersebut.
Dimensi kepercayaan dapat dilihat dari kejujuran, kewajaran, egaliter, toleransi,
dan kemurahan hati. Sedangkan dimensi norma dapat dilihat dari nilai-nilai yang
dianut bersama, norma-norma, dan sanksi-sanksi, serta aturan. Dan dimensi
jaringan dapat dilihat dari partisipasi, reciprocity (pertukaran timbal balik),
solidaritas, kerjasama, dan keadilan. Modal sosial memiliki hubungan terhadap
keberhasilan suatu usaha. Keberhasilan usaha disini tidak hanya dilihat dari
tingkat pendapatan saja tetapi terdapat berbagai indikator yang ditemukan dari
berbagai hasil penelitian terkait dengan keberhasilan usaha. Selain tingkat
pendapatan, keberhasilan usaha dapat dilihat dari proses perkembangan usaha,
melalui program pemberdayaan ekonomi masyarakat, bisa juga meningkatkan
kesejahteraan ekonomi keluarga. Yang mana dari semua itu, nantinya tujuan akhir
yang akan dicapai adalah peningkatan perekonomian masyarakat baik dalam
lingkup komunitas usaha, masyarakat petani atau masyarakat nelayan. Untuk
itulah modal sosial digunakan supaya dapat mencapai tujuan tersebut disamping
menggunakan modal finansial, modal sumberdaya manusia dan modal lainnya.
Dari ketiga dimensi modal sosial yang digunakan tidak selalu ketiganya
dapat berpengaruh kuat terhadap keberhasilan usaha, pemberdayaan masyarakat
ataupun tingkat kesejahteraan masyarakat. Terkadang dapat ditemukan salah satu
dimensi modal sosial justru lebih dominan dan lebih kuat diantara dimensi yang
lain. Hal ini dikarenakan salah satu dimensi tersebut terhambat atau kurang
diprioritaskan dalam menggunakan modal sosial. Secara garis besar dari berbagai
penelitian yang telah dianalisis, mengemukakan bahwa dimensi kepercayaan
(trust) yang lebih dominan. Hal ini disebabkan kebanyakan dari pelaku usaha
memiliki tujuan bersama untuk meningkatkan perekonomian mereka sehingga
dapat menumbuhkan rasa kepercayaan satu sama lain dan kenyamanan yang
cenderung terjadi relatif lama.
37
Tidak hanya dimensi modal sosial yang dominan saja yang dapat ditemukan
di dalam berbagai penelitian, tetapi juga perubahan stok modal sosial juga dapat
terjadi di dalam masyarakat. Stok modal sosial dapat berubah seiring dengan
bergantinya waktu dan disebabkan oleh berbagai faktor eksternal diluar
masyarakat yang dapat mempengaruhinya. Faktor yang paling terlihat adalah
adanya sektor ekonomi, politik, dan sosial serta adanya hubungan sosial yang
dapat mempengaruhi bagaimana pasar dan negara bekerja, dan pasar dan negara
akan membentuk bagaimana kerja modal sosial di dalam masyarakat. Selain itu,
adanya kebijakan pemerintah atau kebijakan pembangunan juga dapat
mempengaruhi hal tersebut melalui pembangunan infrastruktur yang justru dapat
menggerus serta dapat juga menambah tidak hanya modal sosial tetapi juga
kewenangan pemerintah setempat.
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian baik jurnal ataupun disertasi yang telah di
rangkum serta di analisis, ditemukan beberapa hal yang menarik dan tambahan
yang akan penulis perdalam didalam penelitian. Penulisan studi pustaka ini akan
berlanjut kepada penelitian baru yang akan lebih fokus untuk mengkaji hubungan
modal sosial dan keberhasilan usaha, dimensi modal sosial yang paling kuat atau
berpengaruh dalam proses keberhasilan usaha, dan faktor yang dapat
menyebabkan perubahan dari stok modal sosial yang ada di dalam masyarakat
khususnya pelaku usaha. Berikut adalah perumusan pertanyaan penelitian dari
hasil studi pustaka ini adalah :
1. Bagaimana hubungan karakteristik pelaku usaha dengan modal sosial ?
2. Bagaimana hubungan modal sosial dengan keberhasilan usaha rumah
tangga ?
3. Dimensi modal sosial apakah yang paling kuat atau berpengaruh
terhadap keberhasilan usaha rumah tangga ?
4. Apa saja faktor-faktor yang dapat mempengaruhi stok modal sosial
pelaku usaha ?
Usulan Kerangka Pemikiran Baru
Dimensi modal sosial tidak berperan didalam masyarakat tanpa adanya
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ditemukan faktor karakteristik pelaku
usaha yang dilihat dari usia, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja dan jam
kerja dapat mempengaruhi peranan modal sosial. Kemudian dari dimensi modal
sosial yaitu jaringan, kepercayaan, dan norma dapat berpengaruh terhadap
keberhasilan usaha yang dilihat dari modal, tingkat pendapatan, volume
penjualan, output produksi, dan tenaga kerja. Selain itu, peneliti juga akan
menganalisis untuk mengetahui lebih jauh modal sosial apa yang lebih dominan
serta menganalisis faktor yang menyebabkan adanya perubahan terhadap stok
modal sosial
.
Gambar 1.
Usulan Kerangka Pemikiran
Karakteristik Pelaku Usaha
o
o
o
o
Usia
Tingkat Pendidikan
Pengalaman Bekerja
Jam Kerja
Dimensions of Social Capital
o Network
o Trust
o Norms
Keberhasilan Usaha Industri
o
o
o
o
o
Modal
Pendapatan
Volume Penjualan
Output Produksi
Tenaga Kerja
Keterangan :
Hubungan Pengaruh :
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Stok
Modal Sosial
39
DAFTAR PUSTAKA
Anam K dan Suman A. 2013. Identifikasi Modal Sosial Dalam Kelompok Tani
Dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan Anggota Kelompok Tani (Studi
Kasus pada Kelompok Tani Tebu Ali Wafa di Desa Rejoyoso Kecamatan
Bantur Kabupaten Malang). Jurnal Penelitian : 1-11. [Internet]. [Diunduh
tanggal 4 Oktober 2015, pukul 10:29 WIB]. Tersedia pada alamat :
http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/viewFile/719/661
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah dan Presentase Penduduk Miskin,
Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, 2013-2014. [Internet].
Dapat diunduh di : http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1488
Field J. 2010. Modal Sosial (Alih bahasa dari bahasa Inggris oleh NURHADI).
Bantul [ID]: Kreasi Wacana. [Judul asli Social Capital]
Hapiz T. M. 2015. Hubungan Tingkat Modal Sosial Terhadap Tingkat Pendapatan
Pelaku UKM (Studi Pada Sentra Industri Keripik Tempe Sanan Malang).
Jurnal Sosiologi : 1-17. [Internet]. [Diunduh tanggal 16 September 2015,
pukul
14:20
WIB].
Tersedia
pada
alamat
:
jmsos.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jmsos/article/download/51/80
Hauberer J. 2011. Social Capital Theory (Toward a Methodological Foundation.
330 hlm
Jocom S. G. 2015. Keterkaitan Antara Modal Sosial dan Kemiskinan Menurut
Tahapan Perkembangan Desa di Provinsi Gorontalo. [Disertasi]: Institut
Pertanian Bogor.
Munajat A. 2007. Hubungan Perilaku Kewirausahaan dengan Keberhasilan
Usaha. [Skripsi]: Universitas Pendidikan Indonesia.
Munandar M. A. 2010. Peran Modal Sosial Dalam Penanggulangan Kemiskinan
Masyarakat Miskin Perkotaan Pada Pedagang Sektor Informal Di Kota
Semarang. Forum Ilmu Sosial Vol. 37 No. 2 Desember 2010 : 1-11.
[Internet]. [Diunduh tanggal 4 Oktober 2015, pukul 10:34 WIB]. Tersedia
pada
alamat
:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=136548&val=56
64&title=PERAN%20MODAL%20SOSIAL%20DALAM%20PENA
NGGULANGAN%20KEMISKINAN%20MASYARAKAT%20MISK
IN%20PERKOTAAN%20PADA%20PEDAGANG%20SEKTOR%2
0INFORMAL%20DI%20KOTA%20SEMARANG
Mustofa M. F. 2013. Peran Modal Sosial Pada Proses Pengembangan Usaha
(Studi Kasus : Komunitas PKL SMAN 8 Jalan Veteran Malang). Jurnal
Ekonomi dan Bisnis : 1-20. [Internet]. [Diunduh tanggal 4 Oktober 2015,
pukul
10:33
WIB].
Tersedia
pada
alamat
:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=189060&val=646
7&title=Peran%20Modal%20Sosial%20pada%20Proses%20Pengemb
angan%20Usaha%20%28Studi%20Kasus:%20%20Komunitas%20PK
L%20SMAN%208%20Jalan%20Veteran%20Malang%29
Nasution Z, Sastrawidjaja et all. 2007. Sosial Budaya Masyarakat Nelayan
(Konsep dan Indikator Pemberdayaan). Jakarta [ID]: Badan Riset
Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan. 147 hlm.
Nopianti H dan Elvina N. 2011. Modal Sosial Pada Komunitas Nelayan Di Pulau
Baai (Studi pada Nelayan di Kelurahan Sumber Jaya Kecamatan Kampung
Melayu Kota Bengkulu). AKSES Vol.8 No.1. Pp 55-63. [Internet].
[Diunduh tanggal 8 September 2015, pukul 18:35 WIB]. Tersedia pada
alamat : http://repository.unib.ac.id/138/
Nurami M. 2013. Peran Modal Sosial pada Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
(Studi pada Usaha Daur Ulang di Desa Kedungwonokerto, Kecamatan
Prambon, Sidoarjo). Jurnal Penelitian : 1-15. [Internet]. [Diunduh tanggal
17 Oktober 2015, pukul 15:48 WIB]. Tersedia pada alamat :
http://www.jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/viewFile/327/274
Rofiq A. 2013. Kemajuan Ekonomi Indonesia (Isu Strategis, Tantangan, dan
Kebijakan). Bogor [ID]: PT Penerbit IPB Press. 177 hlm.
Sakaria. 2014. Kapital Sosial, Negara dan Pasar : Studi pada Komunitas PulauPulau Kecil (Kasus Komunitas Nelayan di Pulau Barrang Lompo Kota
Makassar-Provinsi Sulawesi Selatan). [Disertasi]: Institut Pertanian Bogor.
Santiko B. M. 2009. Analisis keterkaitan : Pengeluaran Pemerintah, Pertanian,
dan Kemiskinan di Pedesaan Indonesia Periode 1993-2005.
Suandi. 2014. Hubungan Modal Sosial Dengan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga
Di Daerah Perdesaan Jambi. Jurnal Komunitas Vol.6 No.1 (2014) : 38-46.
[Internet]. [Diunduh tanggal 10 Oktober 2015, pukul 11:18 WIB]. Tersedia
pada
alamat
:
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/komunitas/article/view/2940/
pdf
Supratiwi. 2013. Peranan Modal Sosial Dalam Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat Desa Bendar, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati. Jurnal
Penelitian : 1-5. [Internet]. [Diunduh tanggal 8 September 2015, pukul
09:45
WIB].
Tersedia
pada
alamat
:
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/view/4846
Syahyuti. 2008. Peran Modal Sosial (Social Capital) Dalam Perdagangan Hasil
Pertanian (The Role Of Social Capital In Agricultural Trade). Jurnal
Penelitian Agro Ekonomi Vol.26 No.1 : 32-43. [Internet]. [Diunduh
tanggal 10 Oktober 2015, pukul 11:00 WIB]. Tersedia pada alamat :
http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE26-1c.pdf
Thobias E, Tungka A. K, dan Rogahang J. J. 2013. Pengaruh Modal Sosial
Terhadap Perilaku Kewirausahaan (Suatu studi pada pelaku usaha mikro
kecil menengah di Kecamatan Kabaruan Kabupaten Kepulauan Talaud).
Journal “ACTA DIURNA” Edisi April 2013 : 1-12. [Internet]. [Diunduh
tanggal 10 Oktober 2015, pukul 11:18 WIB]. Tersedia pada alamat :
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actadiurna/article/viewFile/141
2/1120
41
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Rizky Anggraini dilahirkan di Madiun pada
tanggal 5 Juni 1994 dari pasangan Pandji Sinarko dan Suci Suriyati. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang telah
ditempuh oleh penulis adalah TK RA Masyithoh (1999-2000), MI Islamiyah 01
Kota Madiun (2000-2006), SMP Negeri 6 Kota Madiun (2006-2009), dan SMA
Negeri 1 Kota Madiun (2009-2012). Pada tahun 2012, penulis diterima menjadi
mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat,
Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN
Undangan.
Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif dalam beberapa
organisasi, antara lain : Anggota Divisi Public Relation Sanggar Juara (20132014), Anggota Divisi Fotografer Majalah Komunitas (2013-2015), Anggota
Departemen Komunikasi dan Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas
Ekologi Manusia (2014-2015). Selain itu, penulis juga pernah aktif dalam
beberapa kepanitiaan di dalam kampus, diantaranya : Anggota Divisi
Dokumentasi dan Dekorasi pada Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) 2014,
Anggota Divisi Public Relation pada Sanggar Juara Festival 2014, Anggota Divisi
Public Relation dalam acara Newmont Goes To Campus 2015.
Download