meningkatkan proses dan hasil belajar materi struktur bagian

advertisement
MENINGKATKAN PROSES DAN HASIL BELAJAR MATERI STRUKTUR
BAGIAN TUMBUHAN MELALUI PEMBELAJARAN BERDASARKAN
PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV
SDN BINGKULU 2 KECAMATAN TAMBANG ULANG
Siti Aisyah1; H. Muhammad Zaini2
Abstrak
Proses pembelajaran yang belangsung di SDN Bingkulu 2
selama ini guru masih berpegang pada konsep belajar bukan
membelajarkan siswa. Oleh karena itu peneliti ingin melakukan
inovasi dalam pembelajaran. Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa
yang meliputi proses dan hasil belajar siswa, mengetahui aktivitas
siswa dan guru, terhadap kegiatan pembelajaran materi struktur bagian
tumbuhan melalui pendekatan kooperatif tipe jigsaw. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Bingkulu 2 yang berjumlah
12 orang siswa. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus dan
masing-masing siklus terdiri dari 1 kali pertemuan yang mana siklus 1
membahas tentang akar dan batang dan pada siklus 2 membahas
tentang daun dan bunga. Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan. Data
dianalisis secara deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan
pemahaman siswa kelas IV SDN Bingkulu 2 pada materi struktur
bagian tumbuhan. Hasil ini ditunjukkan oleh hasil belajar siswa pada
siklus 1 sebesar 66,66% dan pada siklus 2 sebesar 100%. Hasil selama
proses pembelajaran mengalami peningkatan pada siklus 1 tergolong
dalam kategori sedang dan pada siklus 2 tergolong dalam kategori
baik. Guru masih mendominasi dalam mengelola kegiatan
pembelajaran, tetapi keaktifan siswa sudah menunjukkan adanya
tanda-tanda keaktifan siswa dalam pembelajaran.
Kata kunci : Struktur bagian tumbuhan, Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw, Proses
dan Hasil Belajar Siswa.
Berdasarkan pengalaman mengajar di kelas IV SDN Bingkulu 2, khususnya
ketika dilakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran IPA ketuntasan klasikal
hanya 58,33 % yaitu dari 12 orang siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA hanya 7
orang siswa yang mencapai nilai ketuntasan individual, artinya ketuntasan klasikal
yang ditetapkan sekolah sebesar 85% belum tercapai. Di dalam pembelajaran,
1
2
Guru SD Negeri Bingkulu 2 Kabupaten Tanah Laut
Dosen FKIP Unlam Banjarmasin
khususnya mata pelajaran IPA keterampilan bertanya siswa kepada guru masih belum
terbina dengan baik. Jika hal ini dibiarkan maka berdampak pada rendahnya kualitas
pembelajaran di sekolah. Berdasarkan temuan ini maka dilakukan perbaikan
pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran IPA.
Usaha-usaha guru untuk memperbaiki pembelajaran sudah dilaksanakan
misalnya melakukan pembelajaran kelompok, menggunakan alat peraga, mengadakan
remedial/ perbaikan, dan melengkapi bahan pembelajaran. Tetapi proses dan hasil
belajar siswa belum memuaskan. Salah satu penyebabnya adalah guru masih
berpegang pada konsep belajar bukan membelajarkan siswa, siswa dianggap berhasil
dalam belajar bila mereka telah menguasai isi buku yang disampaikan guru. Salah
satu cara untuk membelajarkan siswa tadi adalah dengan menggunakan pendekatan
kooperatif tipe jigsaw di dalam pembelajaran.
Pendekatan kooperatif dalam pembelajaran telah banyak dilakukan pada
berbagai bidang studi termasuk IPA. Akan tetapi pembelajaran kooperatif dalam
pembelajaran IPA belum pernah dilaksanakan di SDN Bingkulu 2 khususnya
pendekatan kooperatif tipe jigsaw.
Menurut Sunaryanto (1997) karakteristik
pembelajaran kooperatif yang melibatkan kerjasama siswa sebagai kelompok akan
meningkatkan keterampilan sosial dan prestasi akademik siswa.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian,
“siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara
kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, 1994). Para anggota dari
tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling
membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada
mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk
menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh
Aronson dkk di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif dan
setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi
yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang
lain. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok ahli dan
kelompok asal. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa
anggota kelompok ahli yang dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar
belakang. Guru harus trampil dan mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya
suasana yang baik bagi setiap anggota kelompok. Sedangkan kelompok ahli, yaitu
kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang
ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal.
Berdasarkan penelitian Khikmah (2010) melaporkan bahwa penerapan
pendekatan kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran IPS di kelas V dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam hal kerja sama dan partisipasi belajar dan hasil
belajar siswa juga mengalami peningkatan setelah penerapan tindakan dengan
menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw.
Berdasarkan uraian di atas pendekatan kooperatif dapat dijadikan sebagai
salah satu pilihan dalam pembelajaran IPA, maka perlu dilaksanakan penelitian
tentang meningkatkan proses dan hasil belajar materi struktur bagian tumbuhan
melalui pembelajaran bardasarkan pendekatan kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas
IV SDN Bingkulu 2 Kecamatan Tambang Ulang.
METODE
Penelitian tentang meningkatkan proses dan hasil belajar materi struktur
bagian tumbuhan melalui pembelajaran bardasarkan pendekatan kooperatif tipe
jigsaw pada siswa kelas IV SDN Bingkulu 2 Kecamatan Tambang Ulang merupakan
penelitian tindakan kelas. Penetapan jenis PTK bertujuan agar dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran, meningkatkan pemahaman, dan memperbaiki proses
pembelajaran. Menurut Hopkins (1993) PTK merupakan kegiatan yang dilakukan
guru dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mengajarnya atau kualitas mengajar
teman sejawatnya, atau untuk menguji asumsi-asumsi dari teori-teori pendidikan
dalam praktik di kelas.
Penelitian ini dilaksanakan 2 siklus dengan waktu belajar efektif sebanyak 2
jam pelajaran, setiap siklus terdiri dari 2 jam pelajaran. Siklus 1 terdiri dari 1 kali
pertemuan yang mengkaji tentang akar dan batang. Siklus 2 terdiri dari 1 kali
pertemuan yang mengkaji tentang daun dan bunga.
Perencanaan pembelajaran pada siklus I meliputi : 1) Peneliti mememinta
ijin kesediaan sekolah sebagai media pelaksanaan penelitian tindakan. 2) Peneliti
mengkaji kurikulum dan menyiapkan bahan belajar yang diperlukan. 3) Menyusun
rencana pembelajaran (RP) dan LKS. 3) Merancang model pembelajaran
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA,
termasuk di dalamnya menyusun tes hasil belajar yang menjadi satu kesatuan dengan
rencana pembelajaran, yang menyatu dengan LKS. 4) Menyusun instrumen kinerja
siswa selama proses pembelajaran, instrumen yang digunakan bersumber dari
instrumen pengelolaan pembelajaran, aktivitas guru, aktivitas siswa yang diadaptasi
dari (Borich, 1994 dalam Supramono, 2005). 5) Para siswa ditugaskan mempelajari
LKS maksudnya agar materi yang dipelajari telah dipahami para siswa sehingga
diperoleh kesiapan belajar. Perencanaan pada siklus II merupakan kelanjutan dari
siklus I. Kegiatan yang dilakukan pada siklus ini adalah menyusun rencana yang
bertitik tolak pada masalah-masalah yang ditemukan pada siklus I. Penetapan
alternatif pemecahannya untuk perbaikan pelaksanaan tindakan siklus II.
Pelaksanaan tindakan dilakukan beberapa langkah, yaitu: 1) Para siswa
ditugaskan mempelajari LKS agar materi yang dipelajari telah dipahami para siswa
sehingga diperoleh kesiapan belajar. 2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran, dalam
kegiatan ini para siswa mengerjakan LKS dengan bimbingan LKS.
Tahap observasi, kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Observasi terhadap
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi
yang diadaptasi dari (Borich, 1994 dalam Supramono, 2005). 2) Penugasan materi
pelajaran diperoleh dari tes hasil belajar dan tes selama proses pembelajaran. Seluruh
data hasil penelitian dicatat untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam melaksanakan
refleksi tahap ke dua.
Tahap refleksi dilakukan evaluasi terhadap proses pembelajaran pada siklus I
dan menjadi perrtimbangan untuk memasuki siklus II. Pertimbangan yang digunakan
adalah bila salah satu dari komponen di bawah
ini belum terpenuhi: 1) Nilai
ketuntasan klasikal dibawah 85%. 2) Aktivitas siswa masih rendah, sesuai dengan
hasil observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran.
3) Aktivitas guru masih
mendominasi proses pembelajaran sesuai dengan hasil observasi aktivitas guru dalam
proses pembelajaran.
Secara umum pelaksanaan penelitian tindakan pada siklus II sama dengan
pada siklus I, kecuali topik pelajaran yang dibelajarkan. Pada siklus II ini
dilaksanakan dengan memperhatikan hasil evaluasi dari siklus I, antaralain dengan
mempertahankan butir-butir yang kuat pada siklus I dan meningkatkan perhatian
pada butir-butir yang lemah, sehingga dapat meningkatlkan hasil dan proses belajar
pada siklus II.
Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar dan tes selama proses belajar.
Sedangkan data kualitatif berupa hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
diambil dengan menggunakan lembar observasi yang mengacu pada lembar observasi
Borich (1994) dalam Supramono (2005) yang terdiri dari lembar observasi
pengelolaan proses pembelajaran, observasi aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan
belajar mengajar, observasi keterampilan siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran,
respon guru dan siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
Data yang terkumpul dianalisis sesuai dengan jenis datanya:
1.
Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif dilakukan secara
deskriptif, yakni dengan menghitung ketuntasan klasikal dan ketuntasan
individual dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Ketuntasan individual
=
Jumlah skor
x 100%
Jumlah skor maksimal
Ketuntasan klasikal
= Jumlah siswa yang tuntas belajar x 100%
Jumlah seluruh siswa
Keterangan:
Ketuntasan individual: Jika siswa mencapai nilai ≥ 70.
Ketuntasan Klasikal: Jika ≥ 85% dari seluruh siswa mencapai nilai ≥70.
2.
Hasil dari proses belajar yang diperoleh dari kemampuan siswa mengerjakan
LKS ditafsirkan ke dalam kalimat kualitatif yakni baik (76-100%), sedang (5675%), kurang (40-55%), dan buruk (<40%) (Arikunto,1998).
3.
Data aktivitas guru dan siswa dalam PBM dengan menggunakan lembar
observasi kinerja guru dan siswa yang diadaptasi dari Borich (1994) dalam
Supramono (2005).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian data kualitatatif pada siklus 1 dan siklus 2 dari aktivitas guru
dalam pengelolaan pembelajaran seperti pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat
Tabel 1. Aktivitas Guru dalam Pengelolaan Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2
Siklus
Parameter (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
1
20
20
10
10
5
15
10
10
2
25
10
10
10
10
15
10
10
Keterangan:
1. Membimbing siswa memahami LKS
2. Membimbing siswa melakukan pengamatan
3. Membimbing siswa menulis hal-hal yang relevan dengan KBM
4. Membimbing siswa berdiskusi antarsiswa/kelompok/guru
5. Membimbing siswa melakukan refleksi dan mengevaluasi proses penyelidikan
6. Mendorong siswa bertanya kepada siswa lain atau guru
7. Membimbing siswa menyusun/melaporkan dan menyajikan hasil penyelidikan
8. Membimbing siswa membuat/menulis rangkuman pelajaran
persentase aktivitas guru ada yang mengalami penurunan tetapi ada juga yang
meningkat, aktivitas guru yang mengalami penurunan hanya dilakukan pada 1
parameter saja dan 2 parameter aktivitas guru yang mengalami peningkatan. Hal ini
menunjukkan bahwa guru masih mendominasi dalam mengelola kegiatan
pembelajaran. Adapun hasil deskripsi aktivitas siswa selama proses pembelajaran
pada siklus 1 dan siklus 2 seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Aktivitas Siswa selama Proses Pembelajaran pada Siklus 1 dan Siklus 2
NO
Siklus
Parameter (%)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1.
1
20
15
16,25
7,5
10
1,25
8,75
11,25
10
2.
2
22,5
10
15
10
11,25
1,25
7,5
11,25
11,25
Keterangan :
1.
2.
3.
4.
5.
Memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain.
Membaca LKS atau buku-buku yang relevan.
Melakukan pengamatan/percobaan.
Menulis hal-hal yang relevan dengan KBM.
Berdiskusi antar siswa/kelompok/guru.
6.
7.
8.
9.
Melakukan refleksi dan mengevaluasi proses penyelidikan.
Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru.
Menyusun/melaporkan dan menyajikan hasil penyelidikan.
Membuat/menulis rangkuman pelajaran.
Berdasarkan deskripsi data di atas tidak ada parameter aktivitas siswa yang
tidak muncul sama sekali. Sedangkan parameter-parameter aktivitas siswa yang
menunjukkan keaktifan siswa yakni pada parameter
(1), (4), (5), dan (9).
Berdasarkan data di atas keaktifan siswa sudah menonjol, akan tetapi pada parameter
tertentu persentasenya masih ada yang mengalami penurunan. Jadi dapat disimpulkan
pembelajaran sudah menunjukkan adanya tanda-tanda keaktifan siswa dalam
pembelajaran.
Hasil penelitian secara kualitatif, guru masih mendominasi dalam mengelola
kegiatan pembelajaran. Dari 8 parameter yang diamati hanya 1 parameter aktivitas
guru mengalami penurunan. Parameter aktivitas guru yang mengalami penurunan
adalah membimbing siswa melakukan pengamatan. Keaktifan siswa sudah
menunjukkan adanya tanda-tanda keaktifan siswa dalam pembelajaran. Dari 9
parameter yang diamati ada 4 parameter yang menunjukan peningkatan aktivitas
siswa sedangkan 5 parameter yang lain cenderung mengalami penurunan. Keempat
parameter tersebut adalah 1) memperhatikan penjelasan guru atau siswa lain, 4)
menulis hal-hal yang relevan dengan KBM, 5) berdiskusi antar siswa/kelompok/guru
dan 9) membuat/menulis rangkuman pelajaran. Sedangkan 4 parameter lain yang
mengalami penurunan adalah 2) membaca LKS atau buku-buku yang relevan, 3)
melakukan pengamatan/percobaan dan, 6) melakukan refleksi dan mengevaluasi
proses penyelidikan, 7) bertanya kepada siswa lain atau kepada guru, 8)
menyusun/melaporkan dan menyajikan hasil penyelidikan.
Aktivitas siswa selama proses pembelajaran sudah menunjukkan tanda-tanda
keaktifan. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
menerima secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas
sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi
peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan
saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan
kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain. Berdasarkan uraian di atas
dapat dikatakan bahwa pendekatan koopertif tipe jigsaw pada dasarnya dapat
meningkatkan aktivitas siswa yang dikendaki selama proses pembelajaran.
Deskripsi hasil belajar yang diperoleh terlihat pada Tabel 3. Pada Tabel 3 ada
peningkatan pada siklus 1 ke siklus 2.
Tabel 3. Hasil Pre tes dan Post tes pada Siklus 1 dan Siklus 2
Siklus
Hasil Belajar (%)
Pre tes
Post tes
1
41,66
66,66
2
58,33
100
Peningkatan ini mencapai batas ketuntasan klasikal yang telah ditetapkan. Dengan
demikian, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan
kooperatif tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar.
Hasil selama proses pembelajaran merupakan penilaian terhadap kemampuan
siswa mengerjakan LKS pada siklus 1 dan siklus 2 yang diringkas seperti pada Tabel
4. Berdasarkan Tabel 4 terlihat ada peningkatan hasil belajar selama proses
pembelajaran.
Tabel 4. Hasil Tes Selama Proses Pembelajaran Siklus 1 dan Siklus 2
Kelompok
Siklus
Persentase Hasil
Kategori
I
1
75
Sedang
2
85
Baik
1
70
Sedang
2
80
Baik
1
75
Sedang
2
80
Baik
1
70
Sedang
2
90
Baik
II
III
IV
Keterangan:
Baik (76 – 100%); Sedang ( 56 – 75%); Kurang (40 – 55%); Buruk (< 40%)
Berdasarkan Tabel 4, semua kelompok mengalami peningkatan persentase hasil
selama proses pembelajaran. Secara keseluruhan persentase hasil selama proses
pembelajaran pada siklus 1 tergolong sedang dan meningkat pada siklus 2 menjadi
tergolong baik.
Dalam kegiatan pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 yang mempelaari
tentang struktur bagian tumbuhan terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada siklus 1
ke siklus 2. Berdasarkan hasil post test pada siklus 1 belum mencapai ketuntasan
klasikal (66,66 %), sedangkan pada siklus 2 sudah mencapai ketuntasan klasikal (100
%). Apabila dilihat dari proses pembelajaran yaitu pengetahuan berupa LKS
umumnya tergolong pada kategori sedang menjadi kategori baik. Hal ini dikarenakan
pada pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi
mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota
kelompoknya yang lain. Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk
mempelajari materi yang ditugaskan.
Berdasarkan indikator yang dilihat dari proses dan hasil belajar serta dari data
kuantitatif pada siklus 1 dan siklus 2 dapat dinyatakan bahwa pembelajaran
menggunakan pendekatan kooperatif tipe jigsaw telah dapat mengoptimalkan proses
dan hasil belajar yang ingin dicapai. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan baik
yang dilihat dari data kuantitatif berupa hasil belajar post tes, hasil selama proses
pembelajaran, maupun data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi dalam
kegiatan pembelajaran.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.
Aktivitas guru masih mendominasi dalam mengelola kegiatan pembelajaran,
keaktifan siswa sudah menunjukkan adanya tanda-tanda keaktifan siswa dalam
pembelajaran.
2.
Pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan kooperatif tipe
jigsaw
mendapatkan hasil selama proses pembelajaran tergolong pada kategori baik, dan
hasil belajar siswa sudah meningkat dan mencapai ketuntasan klasikal.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka
Cipta. Jakarta.
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi
Aksara. Jakarta.
Khikmah, Nurul. 2010. Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V MI.Miftahul Ulum
Tunggulwulung Pandaan Pasuruan. Skripsi. Jurusan Kependidikan
Sekolah Dasar dan Prasekolah. FKIP Universitas Negeri Malang.
Supramono. 2005. Pengembangan Perangkat Pembelajaran dan Penerapannya
dalam KBM dengan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah untuk
Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Berpikir Siswa SD.
Disertasi. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Malang. Malang. (tidak
dipublikasikan).
Download