INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172 USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI LOKAL*) Riana Panggabean**) Abstract This paper aims to explain that agribusiness ventures in conceptual and factual is able to strengthen institutional of Cooperative because that was the way agribusiness automatically happening interactions among members, and interactions between members and the Cooperative. In this paper the case for institutional strengthening of the cooperative is proved. The paper is written based on agribusiness activities evaluated at the agribusiness Farm Partners Parahyangan in Cianjur. Key to the success of the Mitra Tani Parahyangan Cooperative lies in the seriousness and cooperation of the Board of Directors and members at the businesses that have a system. This activity also provides added value for all business players; farmers, cooperatives and SMEs. Keywords: agribusiness, integration and seriousness of its actors. Abstrak Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa usaha agribisnis secara konseptual dan faktual mampu memperkuat kelembagaan Koperasi karena dalam kegiatan agribisnis yang sudah jalan secara otomatis terjadi interaksi antar anggota dan antar anggota dengan Koperasi. Dalam tulisan ini yang menjadi kasus untuk membuktikan agribisnis memperkuat kelembagaan Koperasi dievaluasi kegiatan agribisnis di Mitra Tani Parahyangan Kabupaten Cianjur. Kunci keberhasilan Koperasi Mitra Tani Parahyangan terletak pada keseriusan pengurus dan anggota secara bersama mewujudkan usaha yang tersistem. Kegiatan ini juga memberikan nilai tambah bagi semua pelaku baik petani,koperasi dan UKM. Kata kunci: agribisnis, integrasi dan keseriusan para pelaku. *) Artikel diterima 5 Maret 2012, peer review 20 April 2012, review akhir 15 Mei 2012 **) Riana Panggabena adalah Peneliti utama pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK 158 USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI LOKAL ( Riana Panggabean ) I. Pendahuluan Kemajuan yang dicapai oleh koperasi pada kenyataannya adalah karena “bantuan pemerintah” atau belas kasihan. Bantuan ini selain membawa sisi positif, terdapat juga dampak negatif dan inilah yang merugikan koperasi yaitu “ketergantungan” koperasi kepada pemerintah yang semakin besar, sehingga koperasi tak lain merupakan “alat pemerintah” Kita ketahui bahwa prinsip koperasi yang utama yang berbunyi : “to help people help themselves” sedangkan “to help the people” agar mereka mampu “to help themselves” belum pernah dilakukan (Herman Suwardi, 1983). Faktor lain yang menyebabkan lemahnya pertumbuhan koperasi, adalah bahwa program pembinaan koperasi dan pengusaha kecil difokuskan pada usaha mengatasi kelemahan permodalan tanpa memperkuat unsur manajerial. Oleh sebab itu koperasi harus merubah pendekatan manajerial terhadap perubahan-perubahan yang cepat (Ace Partadireja, 1986). Agribisnis merupakan suatu kegiatan pertanian, himpunan rangkaian kegiatan beberapa subsistem dan mempengaruhi satu sama lain. Subsistem tersebut adalah subsistem pengadaan faktor produksi atau input pertanian, subsistem pemasaran baik untuk faktor produksi, hasil produksi maupun olahannya dan susbsistem kelembagaan penunjang (Drillon, 2011). Keterkaitan antar susbsistem agribisnis menunjukkan bahwa sumberdaya manusia (SDM) berkaitan langsung dengan subsistem yang ada, sementara itu sumberdaya alam berkaitan dengan sarana produksi dan usaha tani. Intinya adalah bahwa kualitas SDM sangat menentukan kinerja agribisnis (Soekartawa, 2002). Dengan SDM yang berkualitas dapat mengefektifkan suatu organisasi untuk penanganan dan pengolahan produksi pertanian (tanaman, ternak, dsb) lebih lanjut. Dalam hal ini peran manajer sangat sentral untuk menentukan berhasil tidaknya suatu usaha agribisnis (Doney dan Erickson, 2002). Keterlibatan koperasi dalam kegiatan agribisnis sudah lama terutama KUD yang tumbuh di pusat kegiatan pertanian yang tersebar diseluruh perdesaan. Selama Orde Baru kegiatan agribisnis yang dilakukan KUD diantaranya sebagai penyedia kebutuhan pertanian, pemasaran, serta aneka usaha untuk melakukan berbagai fungsi ekonomi dari berbagai komoditi yang dihasilkan oleh petani di wilayah kerja KUD yang bersangkutan. Walaupun begitu masih kurang terasa peran KUD/Koperasi dalam sistem agribisnis. KUD/Koperasi cenderung hanya berfungsi sebagai alat dalam subsistem- 159 INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172 subsistem agribinis dan masih belum berfungsi sebagai pemeran utama dalam mengembangkan agribisnis. KUD/Koperasi juga cenderung menangani kegiatan agribisnis. KUD/Koperasi dapat berperan secara utuh dalam kegiatan agribisnis karena koperasi adalah salah satu organisasi untuk membina kemampuan ekonomi. Pada pembangunan lebih lanjut perlu diusahakan agar KUD/Koperasi dapat berperan secara utuh dalam berbagai subsistem agribisnis. Sebagai bentuk usaha ada beberapa kemungkinan kedudukan KUD/ Koperasi jika melaksanakan agribisnis perlu dibina untuk memanfaatkan nilai tambah, yaitu: (1) KUD/Koperasi sebagai wahana pengumpul daya anggota, (2) sebagai fasilitator bagi kegiatan usaha anggota dan (3) sebagai suatu perusahaan yang mandiri atau bahkan menjalankan ketiga fungsi tersebut (Saragih, 1995). Dari penjelasan di atas usaha agribisnis jika dilakukan oleh Koperasi dapat melengkapi dan memperkuat kelembagaan koperasi. Usaha agribisnis akan berhasil dilakukan dengan syarat: (1) keteraturan, (2) keseragaman, (3) kesinambungan, (4) ketepatan waktu penyediaan bahan baku hingga dikonsumsi konsumen akhir, (5) berjalan dan semakin meningkatnya peran subsistem, (6) kesinambungan menjamin perkembangan agribisnis yang berkelanjutan, (7) setiap pelaku yang terlibat didalamnya memperoleh imbalan sesuai dengan korbanannya (Memed Gunawan, 1993) (8) pengadaan bahan baku dengan jumlah cukup serta mutu yang baik, (9) teknologi yang sesuai, (10) tenaga ahli, (11) pengadaan kapital/modal, (12) hubungan keterkaitan antar pelaku ekonomi saling menguntungkan dan (13) hubungan usaha yang harmonis antara sektor pertanian dan industri (Irawadi, 1996). II. Tujuan Penulisan Sesuai dengan tema yang ditentukan oleh panitia, tujuan penulisan ini adalah menjelaskan bahwa usaha agribisnis mampu menguatkan kelembagaan Koperasi. III. Usaha Agribisnis Memperkuat Kelembagaan Koperasi Pengembangan koperasi perlu dilakukan dengan pendekatan agribisnis karena kegiatan agribisnis dapat mendorong berkembangnya koperasi ke arah yang lebih dinamis mengikuti bergeraknya sistem agribisnis. Kebijakan ini berkaitan dengan arah pembangunan wilayah di desa (Wardoyo, 1993). Kegiatan agribisnis mampu memenuhi kebutuhan anggota dan masyarakat pedesaan, khususnya melalui penggunaan teknologi pertanian 160 USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI LOKAL ( Riana Panggabean ) di desa, ditambah laju pertambahan penduduk dan semakin sempitnya areal pertanian di desa, telah menyebabkan meningkatnya urbanisasi. Oleh sebab itu, koperasi dan anggotanya dapat berinteraksi secara intens dalam mengembangkan usaha. Intensitas ini dapat mempererat hubungan anggota dengan Manajer/Pengurus (koperasi). Dalam proses ini anggota akan merasakan adanya keterkaitan usaha anggota dengan koperasi dan memacu tingkat partisipasi anggota kepada koperasi. Tingkat partisipasi anggota akan semakin meningkat jika kegiatan ini berkelanjutan dan semua nilai tambah yang ada dari kegiatan akan diterima semua pelaku. Anggota sebagai produsen bahan baku menjual hasil produksinya kepada koperasi. Koperasi mengolah hasil ini dan menjual ke pasar seperti dilakukan oleh Koperasi Susu di Jawa Barat, JawaTengah dan Koperasi di Jawa Timur, serta Koperasi Mitra Tani Parahyangan di Kabupaten Cianjur (Panggabean, 2011). Pemikiran yang lebih luas dikemukakan oleh Owens (1987), yaitu bahwa perubahan kelembagaan dan organisasi petani membentuk mereka bisa berpartisipasi dan menikmati hasil pembangunan, disamping mendorong pertumbuhan industri yang menyebar di desa. Dalam pemikiran ini tersimpul gagasan mendekatkan kegiatan anggota dengan industri pertanian yang saling menunjang. Selain untuk meningkatkan nilai tambah, pengembangan usaha agribisnis juga akan menyebabkan diversifikasi produk. Agar petani dapat menikmati lebih banyak nilai tambah yang mereka hasilkan, mereka harus berusaha sejauh mungkin memiliki dan melaksanakan kegiatan tersebut. Karena off farm agribisnis cenderung memiliki kondisi skala usaha yang besar, sedangkan petani umumnya berskala kecil, maka koperasi merupakan badan usaha yang layak untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Untuk itu koperasi harus berusaha melaksanakan lebih banyak kegiatan off-farm agar nilai tambah yang dihasilkan juga dapat dinikmati oleh anggotanya. Berkaitan dengan pentingnya kegiatan agribisnis ditangani oleh Koperasi, Amin Aziz (1993) berpendapat bahwa kegiatan agribisnis dapat (1) meningkatkan kemampuan koperasi untuk menciptakan dan memanfaatkan peluang usaha, khususnya yang terkait langsung dengan kegiatan anggota. Bila hal ini dilakukan maka koperasi dapat memberi peluang kepada anggotanya sekaligus meningkatkan skala usaha yang layak dan meningkatkan daya saing untuk mendapatkan akses pasar dan pangsa pasar yang lebih besar bagi koperasi , (2) meningkatkan kemampuan koperasi untuk menjamin pasar dan 161 INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172 harga, sehingga memampukan koperasi untuk menciptakan suatu mekanisme kegiatan usaha koperasi dan anggotanya bagi produk hasil komoditi yang ditangani dan menjadi sumber pendapatan utama bagi anggota dan masyarakat. Artinya, akan mendorong produktivitas dan efisiensi usaha anggota dan masyarakat sehingga memperkuat posisi koperasi dalam menghadapi kondisi mekanisme pasar. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen dapat ditempuh dengan menyempurnakan struktur organisasi koperasi, sehingga terwujud organisasi yang kuat dan luwes untuk dapat memanfaatkan berbagai peluang usaha yang ada secara efektif. Kondisi ini akan tercipta melalui pelibatan anggota dalam proses perencanaan dan pengawasan. Keadaan ini dapat dicapai melalui meningkatkan kepercayaan anggota dan masyarakat untuk menyimpan dan menyertakan modal dalam koperasi, disamping merupakan modal dari dalam koperasi melalui cadangan yang lebih besar akibat meningkatnya skala usaha. Jaringan usaha merupakan wujud keterkaitan integratif atau interdependen antar koperasi maupun antara koperasi dengan Usaha Milik Swasta dan Negara. Kegiatan tersebut merupakan titik masuk bagi koperasi untuk meningkatkan kepercayaan anggota dan untuk jangka panjang tercipta semangat kekeluargaan dalam koperasi. IV. Peran Koperasi dan Perencanaan Agribisnis Menurut Herrick (1983) pergeseran struktur dan sistem perekonomian dari pertanian ke industri (agribisnis) memerlukan perubahan sikap ke arah yang lebih modern, “Pabrik dan Fatalisme”. Pernyataan ini menunjukkan bahwa usaha Koperasi yang mengarah pada industrialisasi mengharuskan pengurus koperasi maupun anggotanya memiliki sifat-sifat modern. Ciri-ciri manusia modern menurut Soekanto (1983), yaitu : (a) terbukanya terhadap pengalaman baru, (b) senantiasa siap menerima perubahan, (c) peka terhadap masalah yang terjadi di sekitarnya, (d) mempunyai informasi yang lengkap, (e) tidak pasrah pada nasib, (f) menyadari potensi, dan (g) berorientasi ke masa datang. Melalui koperasi terbuka kemungkinan melakukan perubahan sikap ke arah yang lebih modern. Berkaitan dengan itu, pertanian yang mengarah ke industrialisasi memerlukan percepatan perubahan teknologi. Teknologi lebih cepat maju dalam aplikasi industri dari pada pertanian, sebab penelitian lebih banyak diarahkan kepada industri. Sukirno (1985), menyatakan perubahan struktur ekonomi dari pertanian ke industri disebabkan perubahan teknologi yang 162 USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI LOKAL ( Riana Panggabean ) terus menerus berlangsung. Perubahan teknologi yang terjadi dalam proses pembangunan akan menimbulkan perubahan struktur produksi yang bersifat “compulsory” dan “inducive”. Artinya, teknologi dapat meningkatkan produktifitas kegiatan-kegiatan ekonomi dan pada gilirannya akan memperluas pasar serta kegiatan perdagangan. Walaupun dalam kegiatan usaha Koperasi selama ini, masalah peningkatan teknologi telah diperhatikan, akan tetapi dalam menangani agribisnis perlu penanganan yang berbeda, karena dalam penanganannya perlu terintegrasi satu sama lain. Usaha agribisnis menuntut ketersediaan bahan baku berupa produk pertanian yang tidak boleh putus. Dengan demikian sektor pertanian harus menjamin kualitas hasil sehingga menjamin terwujudnya keunggulan komparatif. Banyak faktor yang mempengaruhi tersedianya bahan baku pertanian dalam jumlah yang tepat. Dalam hal ini peranan koperasi perlu ditingkatkan terutama dalam melayani petani sebagai pelaku dalam meningkatkan produksi. Dengan demikian peningkatan produktivitas kerja merupakan sesuatu yang dituntut oleh sektor industri termasuk agribisnis. Menurut Herrick (1993), peningkatan produktivitas kerja ini akan meningkatkan pendapatan dan melalui peningkatan pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi. Artinya, tenaga kerja lebih banyak mengkonsumsi barang hasil industri (pertanian). Peranan koperasi dalam mempertinggi produktivitas kerja terkait dengan kemungkinan perluasan lapangan kerja, tidak saja meliputi pertanian akan tetapi juga dalam memproduksi beberapa jenis-jenis barang atau memproses bahan makanan yang diperuntukkan bagi konsumsi penduduk di kota-kota. Koperasi perlu diarahkan pada pembentukan keterampilan-keterampilan yang diperlukan oleh industri pengolahan. Berikutnya pengembangan agribisnis cenderung memerlukan modal (padat modal), dimana sebagian besar dari modal ini dapat diperoleh dari tabungan anggota baik ia sebagai petani, peternak dan pengrajin yang telah dapat meningkatkan pendapatannya. Untuk lebih menunjang perkembangan agribisnis dapat dilakukan dengan skala ekonomi (economics of scale), yaitu upaya penurunan ongkos unit dalam perusahaan yang menyertai kenaikan ongkos unit dalam perusahaan yang menyertai kenaikan keluaran (output). Menurut Herrick (1993), skala ekonomi (internal) harus dikaitkan dengan perubahan dalam ukuran perusahaan dan keluaran per unit waktu. Selanjutnya, skala ekonomi 163 INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172 dapat diwujudkan oleh adanya pembagian kerja (jika ditangani oleh tenaga kerja yang profesional), penggunaan mesin-mesin kapasitas yang besar, kesempatan menggunakan prinsip pertanggungan dalam keseluruhan barangbarang. Bungaran Saragih, (1994) berpendapat, agar produk agribisnis tersebut memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, maka produk yang dikembangkan adalah tropical based comodities yang memiliki nilai komersial yang tinggi. Untuk dapat merebut dan mempertahankan pangsa pasar, maka produk agribisnis juga harus dapat bersaing dalam hal kualitas dan harga, kepastian/jaminan kelangsungan pasok dan mengikuti corak commodities product. Lebih lanjut Saragih (1994) berpendapat bahwa karena kegiatan yang memberikan nilai tambah terbesar adalah disisi off-farm agribisnis, maka peranan agroindustri dan perdagangan menjadi sangat penting. Selama ini, agroindustri masih dilaksanakan dalam proses yang bersifat sederhana. Untuk itu, agar nilai tambah dapat lebih ditingkatkan, diperlukan pendalaman terhadap struktur agroindustri dengan menggunakan teknologi yang lebih maju. Keterkaitan antara berbagai subsistem dalam agribisnis adalah melalui transaksi, sehingga sistem agribisnis akan berkembang bila biaya transaksi dapat ditekan karena kegiatan itu langsung ditangani oleh Koperasi, sehingga volume transaksi dapat ditingkatkan. Untuk itu, pengembangan koperasi yang terkait langsung dengan pelaku ekonomi lainnya merupakan alternatif pengembangan agribisnis agar biaya transaksi dapat diminimumkan. Sebagai bentuk kelembagaan usaha, ada beberapa kemungkinan meningkatkan kedudukan Koperasi dengan anggotanya. Dalam beberapa tempat yang menangani agribisnis hal ini sudah diterapkan di beberapa koperasi (Panggabean, 2011), Koperasi dapat memiliki kedudukan sebagai wahana pengumpulan daya anggota, sebagai fasilitator bagi kegiatan usaha anggota serta sebagai suatu perusahaan yang mandiri atau bahkan menjalankan beberapa kegiatan dalam kegiatan agribisnis. Pengembangan entrepreneurship dan penerapan manajemen profesional juga harus dapat dinilai secara rasional. Dalam kaitannya dengan sistem agribisnis, koperasi harus mampu mengembangkan usaha-usaha yang bersifat komplementer terhadap usaha pokok (diversifikasi vertikal) ke arah hulu atau hilir baik melalui penggabungan usaha antar sesama koperasi maupun melalui kemitraan dengan BUMN atau perusahaan swasta (Bungaran Saragih, 1994). 164 USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI LOKAL ( Riana Panggabean ) Kerjasama vertikal antara Koperasi primer Puskoperasi Inkud perlu dikembangkan lebih lanjut agar koperasi dapat memenuhi economics of scale, sehingga dapat merebut kegiatan off-farm agribisnis termasuk perdagangan internasional. Kemitraan tersebut dapat dilakukan untuk mengelola secara utuh ataupun hanya mengelola suatu subsistem tertentu dalam keseluruhan kegiatan agribisnis. (ibid, 1994). Alternatif lain untuk mengembangkan Koperasi sebagai “pemeran utama” dalam agribisnis suatu komoditi secara lebih utuh adalah dengan menjadikan koperasi sebagai inti dan anggotanya sebagai plasma, seperti konsep PIR atau TRI. (ibid, 1994). V. Kasus Agribisnis Hortikultura Berikut ini dijelaskan hasil evaluasi keberadaan Koperasi dalam agribisnis hortikultura dilaksanakan di Koperasi Mitra Tani Parahyangan Kabupaten Cianjur, Dalam kegiatan evaluasi ini variabel yang diamati melihat menguatnya kelembagaan Koperasi sesuai dengan judul makalah ini adalah (1) sehat organisasi, (2) sehat usaha, (3) kohesifnes, (4) partisipasi anggota dan (5) peran Koperasi dalam usaha bisnis hortikultura (Panggabean.2011). 1. ProfilKoperasiMitraTaniParahyangan Koperasi Mitra Tani Parahyangan dibentuk oleh petani dan Kelompok Tani hortikultura pada tanggal 2 September 1998. Koperasi ini berbadan hukum tanggal 18 Desember 2000 dengan No BH: 185/BH/KDK-10.7/ XII/20000. Koperasi ini terletak di Kampung Padakati Desa Tegallega Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Koperasi bergerak di bidang usaha (1) unit agrobisnis hortikultura (sayuran,buah-buahan dan tanaman hias), (2) unit agribisnis saprotan, dan unit layanan serba ada (Waserda). Jumlah karyawan 103 orang dan jumlah anggota sebanyak 329 orang tersebar di 8 Kecamatan yaitu (1) Warungkondang, (2) Cigenang, (3) Pacet, (4) Cipanas, (5) Sukaresmi, (6) Takakok, (7) Cianjur dan (8) Kecamatan Karang tengah. Unit agribisnis pada Koperasi ini sejak tahun 2000 sampai tahun 2007 dibina oleh Dinas Pertanian setempat dengan seorang penyuluh budidaya pertanian. 2. Organisasi Koperasi Mitra Tani Parahyangan Koperasi Mitra Tani Parahyangan dipimpin oleh satu orang pengurus, satu sekertariat, satu orang manajer umum dan satu orang pengawasan serta empat orang kepala unit meliputi : waserda, agribisnis hortikultura, pangan, dan unit saprotan (kompos). Koperasi ini melakukan kegiatan usaha agribisnis sejak awal sebagaimana disebut dibagian depan. 165 INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172 Organisasi dilihat dari pelaksanaan RAT dan Manajemen Koperasi menunjukkan bahwa RAT dilakukan setiap tahun. Menurut 19 orang anggota Koperasi mengatakan bahwa selama 19 tahun, pelaksanaan RAT dilakukan setiap tahun, terakhir dilakukan pada tanggal 11 Maret 2011. Pelaksanaan RAT adalah bentuk pertanggung jawaban pengurus kepada anggota . Proses RAT dimulai dengan rapatrapat, rapat gabungan antara Pengurus dan Pengawas sebanyak 7 kali membahas masalah organisasi dan manajemen, rencana kerja dan anggaran, bidang keuangan dan masalah penambahan modal. Rapat pengurus sebanyak 8 kali membahas saran/usul anggota, membahas kesepakatan tentang harga pasar dan pembahasan tentang manfaat One Village One Product (OVOP) dan membahas realisasi rencana kerja dan rencana pendapatan dan membahas pembinaan anggota dan pelatihan. Proses rapat-rapat dan pelaksanaan RAT yang rutin setiap tahun menggambarkan bahwa kelembagaan Koperasi Mitra Tani Parahyangan diindikasikan semakin menguat. 3. Kinerja Usaha Kinerja usaha yang semakin sehat ditunjukkan dengan membaiknya struktur permodalan, kondisi kemampuan penyediaan dana, penambahan asset, peningkatan volume usaha, peningkatan kapasitas produksi dan peningkatan keuntungan. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa usaha koperasi pada Tabel 2, menunjukkan bahwa struktur permodalan Koperasi antara modal sendiri dengan modal luar 1: 1,05 digolongkan pada kategori baik. Total modal meningkat rata-rata 55% per tahun (Tahun 2009-2011), SHU meningkat 7%, volume usaha meningkat 44%, aset meningkat 7%. Peningkatan ini menunjukkan adanya aktifitas yang semakin positif setiap tahun. Peningkatan usaha mendorong penguatan kelembagaan yang semakin solid pada koperasi ini. 4. Kohesifnes Kohesifnes adalah rasa keterikatan anggota terhadap organisasi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan (1) adanya kesesuaian usaha anggota dengan koperasi, (2) presentase kehadiran dalam rapat, (3) loyalitas/ kesetiaan terhadap keputusan organisasi, dan (4) tanggung renteng (risk sharing). 166 USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI LOKAL ( Riana Panggabean ) Rasa keterkaitan anggota terhadap organisasi koperasi adalah adanya keterkaitan usaha anggota dengan usaha koperasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 100% anggota responden mengatakan bahwa usaha koperasi sangat terkait dengan usaha anggota. Persentasi kehadiran rapat setiap RAT rata-rata 82,5% selama tiga tahun terakhir. Loyalitas atau kesetiaan terhadap keputusan organisasi ditunjukkan oleh para anggota diminta untuk membersihkan dan mengemas produk sebelum disetor ke supplier dimana hal ini semuanya dituruti oleh anggota. Loyalitas dalam koperasi ini sudah berjalan karena sistem agribisnis sudah jalan. Selain itu mereka telah menaati pasokan produk agar kontinyu dipasarkan. Dari kondisi di atas dapat dikatakan bahwa kohesifnes dalam koperasi sangat baik. Dengan kata lain, jika sistem agribisnis dalam koperasi sudah berjalan maka anggota dengan anggota dan dengan koperasi semakin kohesif. Hal ini boleh menjadi acuan bagi koperasi lain untuk meningkatkan keterikatan usaha dengan koperasi dapat dicapai melalui agribisnis. 5. Partisipasi Anggota Partisipasi anggota diamati melalui jumlah anggota, simpanan pokok dan simpanan wajib. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa partisipasi anggota dilihat dari ketiga indikator ini cukup baik. Anggota dalam Koperasi ini adalah anggota yang jenis usahanya sayur-sayuran, buah dan petani padi. Data terakhir pada tahun 2010 tentang jumlah anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan, tercatat bahwa jumlah anggota sebanyak 392 orang. Dalam kurun waktu 5 tahun mulai tahun 2006 sampai tahun 2010, jumlah anggota rata-rata per tahun sebanyak 288 orang. Tingkat pertumbuhan anggota per tahun rata-rata 3,32 %. Simpanan anggota terdiri dari simpanan pokok, wajib dan simpanan sukarela. Total simpanan tahun 2011 rata-rata meningkat 5%. Demikian juga simpanan wajib dan simpanan sukarela meningkat 5%. Menurut penjelasan Ketua simpanan wajib langsung dipotong dari hasil penjualan sayur ke Supermarket disisihkan langsung di Bank BCA. Karena simpanan ini langsung disisihkan dari penjualan produk anggota. Semua anggota dibuatkan nomor rekening masingmasing sehingga pembayaran produk dari supermarket dan Super Indo dan lain-lain langsung diberikan kepada petani dan penyisihan untuk simpanan wajib anggota dibukukan di Bank bersangkutan. 167 INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172 6. Pelayanan Pelayanan koperasi dinilai dari sejauhmana koperasi memberikan pelatihan kepada anggota dan pelayanan usaha koperasi sesuai usaha anggota. Menurut responden, koperasi memberikan pendidikan ratalain-lain langsung diberikan kepada petani dan penyisihan untuk rata dua kali dalam setahun secara teratur. Pelatihan pada koperasi ini simpanan wajib anggota dibukukan di Bank bersangkutan. 6. merupakan Pelayanankegiatan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan usaha. Misalnya supermarket Giant meminta buncis sebelum dibungkus harus Pelayanan koperasi dinilai dari sejauhmana koperasi memberikan dibersihkan dulu anggota dan diatur menurut usaha panjang buncis. Demikian juga pelatihan kepada dan pelayanan koperasi sesuai usaha anggota. Menurut responden, koperasi memberikan pendidikan rata-rata untuk jenis sayuran lainnya. Dengan telah berjalannya sistem usaha dua kali dalam setahun secara teratur. Pelatihan pada koperasi ini agribisnis dalam koperasi ini, maka pelatihan dari Koperasi juga merupakan kegiatan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan usaha. mengikuti perkembangan walaupun pelatihan itu tidak Misalnya super market Giantusaha, meminta buncis sebelum dibungkus harusdilakuan dibersihkan dulu dan diatur menurut panjang buncis. Demikian juga di kelas tetapi ada pembelajaran yang selalu dilakukan. untuk jenis sayuran lainnya. Dengan telah berjalannya sistem usaha agribisnis dalam lain koperasi maka pelatihan dari Koperasi juga Pelayanan yang ini, diberikan oleh Koperasi selain memberikan mengikuti perkembangan usaha, walaupun pelatihan itu tidak dilakuan pelatihan, sesuai dengan peran Koperasi dalam agribisnis yaitu peran di kelas tetapi ada pembelajaran yang selalu dilakukan. dalam budidaya, pasar, simpan pinjam dan pengangkutan. Pelayanan lain yang diberikan oleh Koperasi selain memberikan pelatihan, sesuai dengan peran Koperasi dalam agribisnis yaitu unit peransaprotan Peranan dalam budidaya dilaksanakan melalui usaha dalam budidaya, pasar, simpan pinjam dan pengangkutan. atau pupuk kompos. Koperasi menjual pupuk kepada anggota. Pupuk dilaksanakan melalui pemasaran usaha unit saprotan dibayarPeranan dengandalam tunaibudidaya atau kredit. Peran dalam sebagaimana atau pupuk kompos. Koperasi menjual pupuk kepada anggota. Pupuk disebut semuapemasaran produk anggota selanjutnya dibayardiatas dengankoperasi tunai ataumenampung kredit. Peran dalam sebagaimana disebut koperasi menampung produk selanjutnya Arwin dijual ke diatas supplier: Putra Cianjur,semua Hatop Tani,anggota Putri Pasundan dijual ke supplier : Putra Cianjur, Hatop Tani, Putri Pasundan Arwin Frain. Frain. Kesimpulan penjelasan diatas pada1.Tabel 1. Kesimpulan dari dari penjelasan diatas dapatdapat dilihatdilihat pada Tabel Tabel 1. Kelembagaan Koperasi Mitra Tani Parahyangan No Variabel Nilai 1 Sehat Organisasi Baik 2 Sehat Usaha Ada peningkatan 3 Kohesifnes Sangat kohesif 4 Partisipasi Anggota Baik 5 Pelayanan Koperasi Baik Rata-rata Baik Sumber : Anggota Koperasi (diolah), Tahun 2011 PerananKoperasi Koperasi Mitra Tani Parahyangan DalamDalam Agribisnis 7. 7. Peranan Mitra Tani Parahyangan Agribisnis Menurut responden anggota Koperasi telah berperan baik Menurut responden telah berperan baik budidaya, produksi, pemasaran anggota dan simpanKoperasi pinjam. Dijelaskan sebagai budidaya, berikut: produksi, pemasaran dan simpan pinjam. Dijelaskan sebagai berikut: (1) Bahan Baku 168 Koperasi menyediakan pupuk organik untuk petani sayur, buah-buahan dan untuk tanaman hias kebutuhan pupuk organik untuk petani sawah rata-rata 132 ton per musim tanam dan untuk tanaman hias sebanyak 35 ton per musim tanam. Pupuk ini masih 9 USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI LOKAL ( Riana Panggabean ) (1) Bahan Baku Koperasi menyediakan pupuk organik untuk petani sayur, buahbuahan dan untuk tanaman hias kebutuhan pupuk organik untuk petani sawah rata-rata 132 ton per musim tanam dan untuk tanaman hias sebanyak 35 ton per musim tanam. Pupuk ini masih mempunyai peluang untuk ditingkatkan yaitu untuk tanaman sawah masih diperlukan sebanyak 960 ton dan untuk tanaman hias sebanyak 915 ton per musim tanam. (2) Produk dan Pemasaran Produk petani adalah hortikultura yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan. Jumlah jenis produk petani sebanyak 117 macam ditampung oleh Koperasi di Tempat Penampungan Agribisnis (TPA). Selain Koperasi Mitra Tani Parahyangan ada beberapa mitra kerja yang ada di TPA berperan menampung produk petani tersebut yaitu Putra Cianjur Mandiri, Hatop Tani Putra Pasundan dan Anwin Fram. Produk petani dipasarkan kepada Midi DC Bekasi,Giant, Super Indo, Alfa Midi dan Pasar Induk Cililitan. (3) Perkembangan Usaha Koperasi Mitra Tani Parahyangan. Jumlah pengrajin di sentra hortikultura tahun 2009 meningkat dari 126 UKM menjadi 329 UKM naik 161%. Selanjutnya omset rata-rata perbulan naik 62,5%. Karena jenis komoditas di sentra cukup banyak yaitu 171 jenis Petani sebagai UKM bermitra dengan 5 perusahaan dibawah kordinasi Koperasi Mitra Tani Parahiangan yaitu (1) Putra Cianjur Mandiri (PCM), (2) Mitra Tani Parahyangan,(3) Hatop Tani, (4) Putra Pasundan dan (5) Anwin Fram. Pendapatan Petani sayur meningkat dua kali lipat dari rata-rata Rp 993.000 menjadi Rp 2.073.684.000 per tahun (2009 sampai 2011). Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa Koperasi Mitra Tani Parahyangan dilihat dari kelembagaannya cukup baik demikian juga dengan pengembangan usaha karena semua subsistem hortikultura yang dilakukan sudah berjalan dengan baik dari budidaya hingga pemasaran. Namun masih diperlukan beberapa hal agar kegiatan usaha tersebut dapat bertahan sehingga semua nilai tambah dari kegiatan tersebut dapat dinikmati oleh Petani, UKM dan Koperasi, 169 INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172 meliputi: (1) pembinaan petani sesuai dengan pengembangan usaha, (2) pengembangan pemasaran beras belum lancar, dan (3) mensinergikan sistem corporate farming dengan usaha agribisnis. Menurut pengamatan corperate farming dapat di integrasikan melalui usaha simpan pinjam yang ada pada unit usaha Koperasi. Tabel 2. Profil UKM dan Peran Koperasi di Sentra Hortikultura Tabel 2. Profil UKM dan Peran Koperasi di Sentra Hortikultura No Variabel 1 Jenis Usaha Sentra/klaster 2 3 4 5 6 7 8 Jumlah UKM di Sentra Jumlah Pengrajin di Sentra Jumlah tenaga kerja di sentra Omset/bulan (Juta/bln) Bahan baku (asal) Kebutuhan sayuran/ bulan Kebutuhan pupuk Organik Tanaman Sawah Tanaman hias Pemasaran (1) Lokal (2) Luar Negeri Teknologi yang digunakan dlm 1.Budidaya 2.Produksi 3.Pengolahan: 4. Pemasaran 5.Sarana Penunjang Sarana dan Prasarana (Listrik, Jalan, Telp, Bank dan Pasar) Kemitraan Sayuran 9 10 11 12 Satuan Unit Orang Orang Juta/Rp. *) ton/bln Per MT ton % % Tahun 2008 Tahun 2011 Agribisnis sayuran, Buah-buahan dan tanaman hias 1 126 126 400 Petani Agribisnis sayuran Buah-buahan Tanaman hias 2 329 126 650 Petani 298 132 35 100 100 Sederhana Sederhana Jalan kurang memadai Green house Jalan kurang memadai Putra Cianjur Mandiri (PCM) Mitra Tani Parayagan Hatop Tani Putra Pasundan Anwin Farm Putra Cianjur Mandiri (PCM) Mitra Tani Parayagan Hatop Tani Putra Pasundan Anwin Farm Penyuluh Pertanian Ada pendidikan anggota Penyuluh Pertanian Ada pendidikan anggota Pasar lokal Pupuk Organik Pasar lokal Mobil cooling unit Masalah Sentra Pembina Petani Gabah /beras 16 Peran Instansi terkait: Dinas Pertanian Dinas Koperasi Pembinaan Petani Sistem corperate faming Dinas Pertanian Dinas Koperasi 17 Pendapatan 1.Pengrajin/petan 2. Pendapatan UKM 13 14 15 Sarana Penunjang (1) Pendampingan (2) Pendidikan (3) Modal Peran Koperasi di Sentra 1.Input Produksi/Budidaya 2.Pemasaran 3.Penunjang Kondisi % (naik/ turun) 100 161 62,5 Peluang 960 Peluang 915 Cukup baik Meningkat 2 kali Meningkat 2kali 11 170 USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI LOKAL ( Riana Panggabean ) VI. KESIMPULAN DAN SARAN Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut secara konseptual kegiatan agribisnis mampu memperkuat kelembagaan Koperasi jika dikelola pengurus secara serius dan konsisten. Dalam praktek usaha agribisnis hortikultura Koperasi Mitra Tani Parahyangan di Kabupaten Cianjur memperkuat kelembagaan Koperasi. Perkuatan kelembagaan ini ditopang oleh berjalannya usaha agribisnis dan keseriusan para pengurus. Usaha agribisnis hortikultura secara otomatis meningkatkan intensitas pertemuan anggota dengan Koperasi. Meningkatnya intensitas pertemuan ini membentuk kohesifnes antar anggota dan Koperasi. Kohesifnes memperkuat kelembagaan Koperasi. Koperasi Parahyangan telah berperan dalam agribisnis hortikultura. Peranan ini diikuti oleh partisipasi anggota yang semakin meningkat setiap tahun. Usaha agribisnis yang sudah tersistem didukung oleh kemauan dan kemampuan Pengurus serta anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan Koperasi Mitra Tani Parahyangan perlu membuat rencana pengintegrasian semua usaha kepada usaha agribisnis hortikultura di Koperasi dan membuat rencana aksi untuk tahun 2012. Agar kegiatan usaha Koperasi Tani Parahyangan dapat bertahan dan berkelanjutan sehingga semua nilai tambah dari kegiatan hortikultura dan kegiatan lain dapat dinikmati oleh Petani, UKM dan Koperasi, perlu dilakukan beberapa hal, meliputi : (a) pembinaan petani sesuai dengan pengembangan usaha, (b) pengembangan pemasaran beras yang belum lancar, dan (c) mensinergikan sistem corporate farming dengan usaha agribisnis. DAFTAR PUSTAKA Azis, Amin (1993). Strategi Operasional Pengembangan Koperasi Dalam Investasi dan Perdagangan Agroindustri. Penerbit Bangkit; Bungaran, Saragih (1995). Pengembangan Agribisnis Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional Menghadapi Abad 21, Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Ekonomi dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian Bogor 21 Desember 1995; Drilon Jr, J.D. (1971). Introduction to Agribisines Management.Asian Productivity Organization. Tokyo; 171 INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172 Ericson, Downey David W Steven P (2002). Agribusiness Managemen Second Edition Terjemahan Dalam Bahasa Indonesia Manajemen Agribisnis Edisi ketiga Erlangga Jakarta; Gunawan, Memed (1993). Makalah Kuliah Agribisnis. Managemen Agribisnis Bogor; Herrick, Bruce / Charles P P Kindleberger (1983). Economic Development Mc Graw Hill, Inc.; Irawadi (1996). Makalah Kuliah. Managemen Agribisnis Bogor; Partadireja, Ace (1986). Manajemen Koperasi. Penerbit Bharata Jakarta; Panggabean, Riana (2011). Evaluasi Keberadaan Koperasi Dalam Agribisnis Hortikultura Kabupaten Cianjur. Laporan Hasil Penelitian 2011; Soekartawati (2002). Strategi Ganda Dalam Pembangunan Agribisnis Di Indonesia. Penerbit Gramedia; Saragih, Bungaran (1994). Pengembangan Agribisnis dan Peran Agroindustri sebagai “ a Leading Sector”. Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian Bogor; Soewardi, Herman (1983). Menuju Ke Arah Pola Partisipasi Yang Ideal Dalam Koperasi Kerah Bangun Perusahaan Koperasi. Univesitas Indonesia; Wardoyo (1993). Dalam Amin Azis, 1993. Strategi Operasional Pengembangan Koperasi Dalam Investasi dan Perdagangan Agroindustri. Penerbit Bangkit. 172