158 USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT

advertisement
INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172
USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI
DAN EKONOMI LOKAL*)
Riana Panggabean**)
Abstract
This paper aims to explain that agribusiness ventures in conceptual and
factual is able to strengthen institutional of Cooperative because that was the
way agribusiness automatically happening interactions among members, and
interactions between members and the Cooperative. In this paper the case for
institutional strengthening of the cooperative is proved. The paper is written based
on agribusiness activities evaluated at the agribusiness Farm Partners Parahyangan
in Cianjur.
Key to the success of the Mitra Tani Parahyangan Cooperative lies in the
seriousness and cooperation of the Board of Directors and members at the businesses
that have a system. This activity also provides added value for all business players;
farmers, cooperatives and SMEs.
Keywords: agribusiness, integration and seriousness of its actors.
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa usaha agribisnis secara
konseptual dan faktual mampu memperkuat kelembagaan Koperasi karena dalam
kegiatan agribisnis yang sudah jalan secara otomatis terjadi interaksi antar anggota
dan antar anggota dengan Koperasi. Dalam tulisan ini yang menjadi kasus untuk
membuktikan agribisnis memperkuat kelembagaan Koperasi dievaluasi kegiatan
agribisnis di Mitra Tani Parahyangan Kabupaten Cianjur.
Kunci keberhasilan Koperasi Mitra Tani Parahyangan terletak pada keseriusan
pengurus dan anggota secara bersama mewujudkan usaha yang tersistem. Kegiatan
ini juga memberikan nilai tambah bagi semua pelaku baik petani,koperasi dan UKM.
Kata kunci: agribisnis, integrasi dan keseriusan para pelaku.
*)
Artikel diterima 5 Maret 2012, peer review 20 April 2012, review akhir 15 Mei 2012
**) Riana Panggabena adalah Peneliti utama pada Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK
158
USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI
LOKAL ( Riana Panggabean )
I.
Pendahuluan
Kemajuan yang dicapai oleh koperasi pada kenyataannya adalah karena
“bantuan pemerintah” atau belas kasihan. Bantuan ini selain membawa sisi
positif, terdapat juga dampak negatif dan inilah yang merugikan koperasi
yaitu “ketergantungan” koperasi kepada pemerintah yang semakin besar,
sehingga koperasi tak lain merupakan “alat pemerintah” Kita ketahui bahwa
prinsip koperasi yang utama yang berbunyi : “to help people help themselves”
sedangkan “to help the people” agar mereka mampu “to help themselves”
belum pernah dilakukan (Herman Suwardi, 1983).
Faktor lain yang menyebabkan lemahnya pertumbuhan koperasi, adalah
bahwa program pembinaan koperasi dan pengusaha kecil difokuskan pada
usaha mengatasi kelemahan permodalan tanpa memperkuat unsur manajerial.
Oleh sebab itu koperasi harus merubah pendekatan manajerial terhadap
perubahan-perubahan yang cepat (Ace Partadireja, 1986).
Agribisnis merupakan suatu kegiatan pertanian, himpunan rangkaian
kegiatan beberapa subsistem dan mempengaruhi satu sama lain. Subsistem
tersebut adalah subsistem pengadaan faktor produksi atau input pertanian,
subsistem pemasaran baik untuk faktor produksi, hasil produksi maupun
olahannya dan susbsistem kelembagaan penunjang (Drillon, 2011).
Keterkaitan antar susbsistem agribisnis menunjukkan bahwa
sumberdaya manusia (SDM) berkaitan langsung dengan subsistem yang
ada, sementara itu sumberdaya alam berkaitan dengan sarana produksi dan
usaha tani. Intinya adalah bahwa kualitas SDM sangat menentukan kinerja
agribisnis (Soekartawa, 2002).
Dengan SDM yang berkualitas dapat mengefektifkan suatu organisasi
untuk penanganan dan pengolahan produksi pertanian (tanaman, ternak, dsb)
lebih lanjut. Dalam hal ini peran manajer sangat sentral untuk menentukan
berhasil tidaknya suatu usaha agribisnis (Doney dan Erickson, 2002).
Keterlibatan koperasi dalam kegiatan agribisnis sudah lama terutama
KUD yang tumbuh di pusat kegiatan pertanian yang tersebar diseluruh
perdesaan. Selama Orde Baru kegiatan agribisnis yang dilakukan KUD
diantaranya sebagai penyedia kebutuhan pertanian, pemasaran, serta aneka
usaha untuk melakukan berbagai fungsi ekonomi dari berbagai komoditi yang
dihasilkan oleh petani di wilayah kerja KUD yang bersangkutan. Walaupun
begitu masih kurang terasa peran KUD/Koperasi dalam sistem agribisnis.
KUD/Koperasi cenderung hanya berfungsi sebagai alat dalam subsistem-
159
INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172
subsistem agribinis dan masih belum berfungsi sebagai pemeran utama dalam
mengembangkan agribisnis. KUD/Koperasi juga cenderung menangani
kegiatan agribisnis. KUD/Koperasi dapat berperan secara utuh dalam kegiatan
agribisnis karena koperasi adalah salah satu organisasi untuk membina
kemampuan ekonomi. Pada pembangunan lebih lanjut perlu diusahakan
agar KUD/Koperasi dapat berperan secara utuh dalam berbagai subsistem
agribisnis. Sebagai bentuk usaha ada beberapa kemungkinan kedudukan KUD/
Koperasi jika melaksanakan agribisnis perlu dibina untuk memanfaatkan nilai
tambah, yaitu: (1) KUD/Koperasi sebagai wahana pengumpul daya anggota,
(2) sebagai fasilitator bagi kegiatan usaha anggota dan (3) sebagai suatu
perusahaan yang mandiri atau bahkan menjalankan ketiga fungsi tersebut
(Saragih, 1995).
Dari penjelasan di atas usaha agribisnis jika dilakukan oleh Koperasi
dapat melengkapi dan memperkuat kelembagaan koperasi. Usaha agribisnis
akan berhasil dilakukan dengan syarat: (1) keteraturan, (2) keseragaman,
(3) kesinambungan, (4) ketepatan waktu penyediaan bahan baku hingga
dikonsumsi konsumen akhir, (5) berjalan dan semakin meningkatnya peran
subsistem, (6) kesinambungan menjamin perkembangan agribisnis yang
berkelanjutan, (7) setiap pelaku yang terlibat didalamnya memperoleh imbalan
sesuai dengan korbanannya (Memed Gunawan, 1993) (8) pengadaan bahan
baku dengan jumlah cukup serta mutu yang baik, (9) teknologi yang sesuai,
(10) tenaga ahli, (11) pengadaan kapital/modal, (12) hubungan keterkaitan
antar pelaku ekonomi saling menguntungkan dan (13) hubungan usaha yang
harmonis antara sektor pertanian dan industri (Irawadi, 1996).
II.
Tujuan Penulisan
Sesuai dengan tema yang ditentukan oleh panitia, tujuan penulisan ini
adalah menjelaskan bahwa usaha agribisnis mampu menguatkan kelembagaan
Koperasi.
III.
Usaha Agribisnis Memperkuat Kelembagaan Koperasi
Pengembangan koperasi perlu dilakukan dengan pendekatan agribisnis
karena kegiatan agribisnis dapat mendorong berkembangnya koperasi ke arah
yang lebih dinamis mengikuti bergeraknya sistem agribisnis. Kebijakan ini
berkaitan dengan arah pembangunan wilayah di desa (Wardoyo, 1993).
Kegiatan agribisnis mampu memenuhi kebutuhan anggota dan
masyarakat pedesaan, khususnya melalui penggunaan teknologi pertanian
160
USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI
LOKAL ( Riana Panggabean )
di desa, ditambah laju pertambahan penduduk dan semakin sempitnya
areal pertanian di desa, telah menyebabkan meningkatnya urbanisasi. Oleh
sebab itu, koperasi dan anggotanya dapat berinteraksi secara intens dalam
mengembangkan usaha. Intensitas ini dapat mempererat hubungan anggota
dengan Manajer/Pengurus (koperasi). Dalam proses ini anggota akan
merasakan adanya keterkaitan usaha anggota dengan koperasi dan memacu
tingkat partisipasi anggota kepada koperasi.
Tingkat partisipasi anggota akan semakin meningkat jika kegiatan
ini berkelanjutan dan semua nilai tambah yang ada dari kegiatan akan
diterima semua pelaku. Anggota sebagai produsen bahan baku menjual hasil
produksinya kepada koperasi. Koperasi mengolah hasil ini dan menjual ke
pasar seperti dilakukan oleh Koperasi Susu di Jawa Barat, JawaTengah dan
Koperasi di Jawa Timur, serta Koperasi Mitra Tani Parahyangan di Kabupaten
Cianjur (Panggabean, 2011).
Pemikiran yang lebih luas dikemukakan oleh Owens (1987), yaitu
bahwa perubahan kelembagaan dan organisasi petani membentuk mereka
bisa berpartisipasi dan menikmati hasil pembangunan, disamping mendorong
pertumbuhan industri yang menyebar di desa. Dalam pemikiran ini tersimpul
gagasan mendekatkan kegiatan anggota dengan industri pertanian yang saling
menunjang.
Selain untuk meningkatkan nilai tambah, pengembangan usaha
agribisnis juga akan menyebabkan diversifikasi produk. Agar petani dapat
menikmati lebih banyak nilai tambah yang mereka hasilkan, mereka harus
berusaha sejauh mungkin memiliki dan melaksanakan kegiatan tersebut.
Karena off farm agribisnis cenderung memiliki kondisi skala usaha yang
besar, sedangkan petani umumnya berskala kecil, maka koperasi merupakan
badan usaha yang layak untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Untuk itu
koperasi harus berusaha melaksanakan lebih banyak kegiatan off-farm agar
nilai tambah yang dihasilkan juga dapat dinikmati oleh anggotanya.
Berkaitan dengan pentingnya kegiatan agribisnis ditangani oleh
Koperasi, Amin Aziz (1993) berpendapat bahwa kegiatan agribisnis dapat
(1) meningkatkan kemampuan koperasi untuk menciptakan dan memanfaatkan
peluang usaha, khususnya yang terkait langsung dengan kegiatan anggota. Bila
hal ini dilakukan maka koperasi dapat memberi peluang kepada anggotanya
sekaligus meningkatkan skala usaha yang layak dan meningkatkan daya
saing untuk mendapatkan akses pasar dan pangsa pasar yang lebih besar bagi
koperasi , (2) meningkatkan kemampuan koperasi untuk menjamin pasar dan
161
INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172
harga, sehingga memampukan koperasi untuk menciptakan suatu mekanisme
kegiatan usaha koperasi dan anggotanya bagi produk hasil komoditi yang
ditangani dan menjadi sumber pendapatan utama bagi anggota dan masyarakat.
Artinya, akan mendorong produktivitas dan efisiensi usaha anggota dan
masyarakat sehingga memperkuat posisi koperasi dalam menghadapi kondisi
mekanisme pasar. Meningkatkan kemampuan organisasi dan manajemen dapat
ditempuh dengan menyempurnakan struktur organisasi koperasi, sehingga
terwujud organisasi yang kuat dan luwes untuk dapat memanfaatkan berbagai
peluang usaha yang ada secara efektif. Kondisi ini akan tercipta melalui
pelibatan anggota dalam proses perencanaan dan pengawasan. Keadaan ini
dapat dicapai melalui meningkatkan kepercayaan anggota dan masyarakat
untuk menyimpan dan menyertakan modal dalam koperasi, disamping
merupakan modal dari dalam koperasi melalui cadangan yang lebih besar
akibat meningkatnya skala usaha.
Jaringan usaha merupakan wujud keterkaitan integratif atau
interdependen antar koperasi maupun antara koperasi dengan Usaha Milik
Swasta dan Negara. Kegiatan tersebut merupakan titik masuk bagi koperasi
untuk meningkatkan kepercayaan anggota dan untuk jangka panjang tercipta
semangat kekeluargaan dalam koperasi.
IV.
Peran Koperasi dan Perencanaan Agribisnis
Menurut Herrick (1983) pergeseran struktur dan sistem perekonomian
dari pertanian ke industri (agribisnis) memerlukan perubahan sikap ke arah
yang lebih modern, “Pabrik dan Fatalisme”. Pernyataan ini menunjukkan
bahwa usaha Koperasi yang mengarah pada industrialisasi mengharuskan
pengurus koperasi maupun anggotanya memiliki sifat-sifat modern. Ciri-ciri
manusia modern menurut Soekanto (1983), yaitu : (a) terbukanya terhadap
pengalaman baru, (b) senantiasa siap menerima perubahan, (c) peka terhadap
masalah yang terjadi di sekitarnya, (d) mempunyai informasi yang lengkap,
(e) tidak pasrah pada nasib, (f) menyadari potensi, dan (g) berorientasi ke
masa datang. Melalui koperasi terbuka kemungkinan melakukan perubahan
sikap ke arah yang lebih modern.
Berkaitan dengan itu, pertanian yang mengarah ke industrialisasi
memerlukan percepatan perubahan teknologi. Teknologi lebih cepat maju
dalam aplikasi industri dari pada pertanian, sebab penelitian lebih banyak
diarahkan kepada industri. Sukirno (1985), menyatakan perubahan struktur
ekonomi dari pertanian ke industri disebabkan perubahan teknologi yang
162
USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI
LOKAL ( Riana Panggabean )
terus menerus berlangsung. Perubahan teknologi yang terjadi dalam proses
pembangunan akan menimbulkan perubahan struktur produksi yang bersifat
“compulsory” dan “inducive”. Artinya, teknologi dapat meningkatkan
produktifitas kegiatan-kegiatan ekonomi dan pada gilirannya akan memperluas
pasar serta kegiatan perdagangan. Walaupun dalam kegiatan usaha Koperasi
selama ini, masalah peningkatan teknologi telah diperhatikan, akan tetapi
dalam menangani agribisnis perlu penanganan yang berbeda, karena dalam
penanganannya perlu terintegrasi satu sama lain.
Usaha agribisnis menuntut ketersediaan bahan baku berupa produk
pertanian yang tidak boleh putus. Dengan demikian sektor pertanian harus
menjamin kualitas hasil sehingga menjamin terwujudnya keunggulan
komparatif. Banyak faktor yang mempengaruhi tersedianya bahan baku
pertanian dalam jumlah yang tepat. Dalam hal ini peranan koperasi perlu
ditingkatkan terutama dalam melayani petani sebagai pelaku dalam
meningkatkan produksi.
Dengan demikian peningkatan produktivitas kerja merupakan sesuatu
yang dituntut oleh sektor industri termasuk agribisnis. Menurut Herrick
(1993), peningkatan produktivitas kerja ini akan meningkatkan pendapatan
dan melalui peningkatan pendapatan dapat mempengaruhi pola konsumsi.
Artinya, tenaga kerja lebih banyak mengkonsumsi barang hasil industri
(pertanian).
Peranan koperasi dalam mempertinggi produktivitas kerja terkait dengan
kemungkinan perluasan lapangan kerja, tidak saja meliputi pertanian akan
tetapi juga dalam memproduksi beberapa jenis-jenis barang atau memproses
bahan makanan yang diperuntukkan bagi konsumsi penduduk di kota-kota.
Koperasi perlu diarahkan pada pembentukan keterampilan-keterampilan yang
diperlukan oleh industri pengolahan.
Berikutnya pengembangan agribisnis cenderung memerlukan modal
(padat modal), dimana sebagian besar dari modal ini dapat diperoleh dari
tabungan anggota baik ia sebagai petani, peternak dan pengrajin yang telah
dapat meningkatkan pendapatannya.
Untuk lebih menunjang perkembangan agribisnis dapat dilakukan
dengan skala ekonomi (economics of scale), yaitu upaya penurunan
ongkos unit dalam perusahaan yang menyertai kenaikan ongkos unit dalam
perusahaan yang menyertai kenaikan keluaran (output). Menurut Herrick
(1993), skala ekonomi (internal) harus dikaitkan dengan perubahan dalam
ukuran perusahaan dan keluaran per unit waktu. Selanjutnya, skala ekonomi
163
INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172
dapat diwujudkan oleh adanya pembagian kerja (jika ditangani oleh tenaga
kerja yang profesional), penggunaan mesin-mesin kapasitas yang besar,
kesempatan menggunakan prinsip pertanggungan dalam keseluruhan barangbarang.
Bungaran Saragih, (1994) berpendapat, agar produk agribisnis
tersebut memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif, maka produk yang
dikembangkan adalah tropical based comodities yang memiliki nilai komersial
yang tinggi. Untuk dapat merebut dan mempertahankan pangsa pasar, maka
produk agribisnis juga harus dapat bersaing dalam hal kualitas dan harga,
kepastian/jaminan kelangsungan pasok dan mengikuti corak commodities
product.
Lebih lanjut Saragih (1994) berpendapat bahwa karena kegiatan yang
memberikan nilai tambah terbesar adalah disisi off-farm agribisnis, maka
peranan agroindustri dan perdagangan menjadi sangat penting. Selama ini,
agroindustri masih dilaksanakan dalam proses yang bersifat sederhana.
Untuk itu, agar nilai tambah dapat lebih ditingkatkan, diperlukan pendalaman
terhadap struktur agroindustri dengan menggunakan teknologi yang lebih
maju.
Keterkaitan antara berbagai subsistem dalam agribisnis adalah melalui
transaksi, sehingga sistem agribisnis akan berkembang bila biaya transaksi
dapat ditekan karena kegiatan itu langsung ditangani oleh Koperasi, sehingga
volume transaksi dapat ditingkatkan. Untuk itu, pengembangan koperasi
yang terkait langsung dengan pelaku ekonomi lainnya merupakan alternatif
pengembangan agribisnis agar biaya transaksi dapat diminimumkan.
Sebagai bentuk kelembagaan usaha, ada beberapa kemungkinan
meningkatkan kedudukan Koperasi dengan anggotanya. Dalam beberapa
tempat yang menangani agribisnis hal ini sudah diterapkan di beberapa
koperasi (Panggabean, 2011), Koperasi dapat memiliki kedudukan sebagai
wahana pengumpulan daya anggota, sebagai fasilitator bagi kegiatan usaha
anggota serta sebagai suatu perusahaan yang mandiri atau bahkan menjalankan
beberapa kegiatan dalam kegiatan agribisnis.
Pengembangan entrepreneurship dan penerapan manajemen profesional
juga harus dapat dinilai secara rasional. Dalam kaitannya dengan sistem
agribisnis, koperasi harus mampu mengembangkan usaha-usaha yang bersifat
komplementer terhadap usaha pokok (diversifikasi vertikal) ke arah hulu atau
hilir baik melalui penggabungan usaha antar sesama koperasi maupun melalui
kemitraan dengan BUMN atau perusahaan swasta (Bungaran Saragih, 1994).
164
USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI
LOKAL ( Riana Panggabean )
Kerjasama vertikal antara Koperasi primer Puskoperasi Inkud perlu
dikembangkan lebih lanjut agar koperasi dapat memenuhi economics of scale,
sehingga dapat merebut kegiatan off-farm agribisnis termasuk perdagangan
internasional. Kemitraan tersebut dapat dilakukan untuk mengelola secara
utuh ataupun hanya mengelola suatu subsistem tertentu dalam keseluruhan
kegiatan agribisnis. (ibid, 1994).
Alternatif lain untuk mengembangkan Koperasi sebagai “pemeran
utama” dalam agribisnis suatu komoditi secara lebih utuh adalah dengan
menjadikan koperasi sebagai inti dan anggotanya sebagai plasma, seperti
konsep PIR atau TRI. (ibid, 1994).
V.
Kasus Agribisnis Hortikultura
Berikut ini dijelaskan hasil evaluasi keberadaan Koperasi dalam
agribisnis hortikultura dilaksanakan di Koperasi Mitra Tani Parahyangan
Kabupaten Cianjur, Dalam kegiatan evaluasi ini variabel yang diamati melihat
menguatnya kelembagaan Koperasi sesuai dengan judul makalah ini adalah
(1) sehat organisasi, (2) sehat usaha, (3) kohesifnes, (4) partisipasi anggota
dan (5) peran Koperasi dalam usaha bisnis hortikultura (Panggabean.2011).
1.
ProfilKoperasiMitraTaniParahyangan
Koperasi Mitra Tani Parahyangan dibentuk oleh petani dan Kelompok
Tani hortikultura pada tanggal 2 September 1998. Koperasi ini berbadan
hukum tanggal 18 Desember 2000 dengan No BH: 185/BH/KDK-10.7/
XII/20000. Koperasi ini terletak di Kampung Padakati Desa Tegallega
Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur. Koperasi bergerak di
bidang usaha (1) unit agrobisnis hortikultura (sayuran,buah-buahan dan
tanaman hias), (2) unit agribisnis saprotan, dan unit layanan serba ada
(Waserda). Jumlah karyawan 103 orang dan jumlah anggota sebanyak
329 orang tersebar di 8 Kecamatan yaitu (1) Warungkondang,
(2) Cigenang, (3) Pacet, (4) Cipanas, (5) Sukaresmi, (6) Takakok,
(7) Cianjur dan (8) Kecamatan Karang tengah. Unit agribisnis pada
Koperasi ini sejak tahun 2000 sampai tahun 2007 dibina oleh Dinas
Pertanian setempat dengan seorang penyuluh budidaya pertanian.
2.
Organisasi Koperasi Mitra Tani Parahyangan
Koperasi Mitra Tani Parahyangan dipimpin oleh satu orang pengurus,
satu sekertariat, satu orang manajer umum dan satu orang pengawasan
serta empat orang kepala unit meliputi : waserda, agribisnis hortikultura,
pangan, dan unit saprotan (kompos). Koperasi ini melakukan kegiatan
usaha agribisnis sejak awal sebagaimana disebut dibagian depan.
165
INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172
Organisasi dilihat dari pelaksanaan RAT dan Manajemen
Koperasi menunjukkan bahwa RAT dilakukan setiap tahun. Menurut
19 orang anggota Koperasi mengatakan bahwa selama 19 tahun,
pelaksanaan RAT dilakukan setiap tahun, terakhir dilakukan pada
tanggal 11 Maret 2011. Pelaksanaan RAT adalah bentuk pertanggung
jawaban pengurus kepada anggota . Proses RAT dimulai dengan rapatrapat, rapat gabungan antara Pengurus dan Pengawas sebanyak 7 kali
membahas masalah organisasi dan manajemen, rencana kerja dan
anggaran, bidang keuangan dan masalah penambahan modal. Rapat
pengurus sebanyak 8 kali membahas saran/usul anggota, membahas
kesepakatan tentang harga pasar dan pembahasan tentang manfaat One
Village One Product (OVOP) dan membahas realisasi rencana kerja dan
rencana pendapatan dan membahas pembinaan anggota dan pelatihan.
Proses rapat-rapat dan pelaksanaan RAT yang rutin setiap tahun
menggambarkan bahwa kelembagaan Koperasi Mitra Tani Parahyangan
diindikasikan semakin menguat.
3.
Kinerja Usaha
Kinerja usaha yang semakin sehat ditunjukkan dengan
membaiknya struktur permodalan, kondisi kemampuan penyediaan
dana, penambahan asset, peningkatan volume usaha, peningkatan
kapasitas produksi dan peningkatan keuntungan.
Hasil kajian ini menunjukkan bahwa usaha koperasi pada Tabel
2, menunjukkan bahwa struktur permodalan Koperasi antara modal
sendiri dengan modal luar 1: 1,05 digolongkan pada kategori baik.
Total modal meningkat rata-rata 55% per tahun (Tahun 2009-2011),
SHU meningkat 7%, volume usaha meningkat 44%, aset meningkat
7%.
Peningkatan ini menunjukkan adanya aktifitas yang semakin
positif setiap tahun. Peningkatan usaha mendorong penguatan
kelembagaan yang semakin solid pada koperasi ini.
4.
Kohesifnes
Kohesifnes adalah rasa keterikatan anggota terhadap organisasi.
Hal ini dapat dilihat berdasarkan (1) adanya kesesuaian usaha anggota
dengan koperasi, (2) presentase kehadiran dalam rapat, (3) loyalitas/
kesetiaan terhadap keputusan organisasi, dan (4) tanggung renteng
(risk sharing).
166
USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI
LOKAL ( Riana Panggabean )
Rasa keterkaitan anggota terhadap organisasi koperasi adalah
adanya keterkaitan usaha anggota dengan usaha koperasi. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa 100% anggota responden mengatakan
bahwa usaha koperasi sangat terkait dengan usaha anggota. Persentasi
kehadiran rapat setiap RAT rata-rata 82,5% selama tiga tahun terakhir.
Loyalitas atau kesetiaan terhadap keputusan organisasi ditunjukkan
oleh para anggota diminta untuk membersihkan dan mengemas produk
sebelum disetor ke supplier dimana hal ini semuanya dituruti oleh
anggota. Loyalitas dalam koperasi ini sudah berjalan karena sistem
agribisnis sudah jalan. Selain itu mereka telah menaati pasokan produk
agar kontinyu dipasarkan.
Dari kondisi di atas dapat dikatakan bahwa kohesifnes dalam
koperasi sangat baik. Dengan kata lain, jika sistem agribisnis dalam
koperasi sudah berjalan maka anggota dengan anggota dan dengan
koperasi semakin kohesif. Hal ini boleh menjadi acuan bagi koperasi
lain untuk meningkatkan keterikatan usaha dengan koperasi dapat
dicapai melalui agribisnis.
5.
Partisipasi Anggota
Partisipasi anggota diamati melalui jumlah anggota, simpanan
pokok dan simpanan wajib. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
partisipasi anggota dilihat dari ketiga indikator ini cukup baik. Anggota
dalam Koperasi ini adalah anggota yang jenis usahanya sayur-sayuran,
buah dan petani padi. Data terakhir pada tahun 2010 tentang jumlah
anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan, tercatat bahwa jumlah
anggota sebanyak 392 orang. Dalam kurun waktu 5 tahun mulai tahun
2006 sampai tahun 2010, jumlah anggota rata-rata per tahun sebanyak
288 orang. Tingkat pertumbuhan anggota per tahun rata-rata 3,32 %.
Simpanan anggota terdiri dari simpanan pokok, wajib dan
simpanan sukarela. Total simpanan tahun 2011 rata-rata meningkat
5%. Demikian juga simpanan wajib dan simpanan sukarela meningkat
5%. Menurut penjelasan Ketua simpanan wajib langsung dipotong
dari hasil penjualan sayur ke Supermarket disisihkan langsung di
Bank BCA. Karena simpanan ini langsung disisihkan dari penjualan
produk anggota. Semua anggota dibuatkan nomor rekening masingmasing sehingga pembayaran produk dari supermarket dan Super Indo
dan lain-lain langsung diberikan kepada petani dan penyisihan untuk
simpanan wajib anggota dibukukan di Bank bersangkutan.
167
INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172
6.
Pelayanan
Pelayanan koperasi dinilai dari sejauhmana koperasi memberikan
pelatihan kepada anggota dan pelayanan usaha koperasi sesuai usaha
anggota. Menurut responden, koperasi memberikan pendidikan ratalain-lain langsung diberikan kepada petani dan penyisihan untuk
rata
dua kali
dalam
setahun
secara
teratur.
Pelatihan pada koperasi ini
simpanan
wajib
anggota
dibukukan
di Bank
bersangkutan.
6. merupakan
Pelayanankegiatan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan usaha.
Misalnya
supermarket Giant meminta buncis sebelum dibungkus harus
Pelayanan koperasi dinilai dari sejauhmana koperasi memberikan
dibersihkan
dulu anggota
dan diatur
menurut usaha
panjang
buncis.
Demikian
juga
pelatihan kepada
dan pelayanan
koperasi
sesuai
usaha
anggota.
Menurut
responden,
koperasi
memberikan
pendidikan rata-rata
untuk
jenis
sayuran
lainnya.
Dengan
telah berjalannya
sistem usaha
dua kali dalam setahun secara teratur. Pelatihan pada koperasi ini
agribisnis
dalam koperasi ini, maka pelatihan dari Koperasi juga
merupakan kegiatan berkelanjutan sesuai dengan perkembangan usaha.
mengikuti
perkembangan
walaupun
pelatihan
itu tidak
Misalnya super market Giantusaha,
meminta
buncis sebelum
dibungkus
harusdilakuan
dibersihkan
dulu
dan
diatur
menurut
panjang
buncis.
Demikian
juga
di kelas tetapi ada pembelajaran yang selalu dilakukan.
untuk jenis sayuran lainnya. Dengan telah berjalannya sistem usaha
agribisnis
dalam lain
koperasi
maka pelatihan
dari Koperasi
juga
Pelayanan
yang ini,
diberikan
oleh Koperasi
selain memberikan
mengikuti
perkembangan
usaha,
walaupun
pelatihan
itu
tidak
dilakuan
pelatihan, sesuai dengan peran Koperasi dalam agribisnis yaitu peran
di kelas tetapi ada pembelajaran yang selalu dilakukan.
dalam budidaya, pasar, simpan pinjam dan pengangkutan.
Pelayanan lain yang diberikan oleh Koperasi selain memberikan
pelatihan,
sesuai
dengan
peran Koperasi
dalam agribisnis
yaitu unit
peransaprotan
Peranan
dalam
budidaya
dilaksanakan
melalui usaha
dalam budidaya, pasar, simpan pinjam dan pengangkutan.
atau pupuk kompos. Koperasi menjual pupuk kepada anggota. Pupuk
dilaksanakan
melalui pemasaran
usaha unit saprotan
dibayarPeranan
dengandalam
tunaibudidaya
atau kredit.
Peran dalam
sebagaimana
atau pupuk kompos. Koperasi menjual pupuk kepada anggota. Pupuk
disebut
semuapemasaran
produk anggota
selanjutnya
dibayardiatas
dengankoperasi
tunai ataumenampung
kredit. Peran dalam
sebagaimana
disebut
koperasi
menampung
produk
selanjutnya Arwin
dijual
ke diatas
supplier:
Putra
Cianjur,semua
Hatop
Tani,anggota
Putri Pasundan
dijual ke supplier : Putra Cianjur, Hatop Tani, Putri Pasundan Arwin
Frain.
Frain.
Kesimpulan
penjelasan
diatas
pada1.Tabel 1.
Kesimpulan dari
dari penjelasan
diatas
dapatdapat
dilihatdilihat
pada Tabel
Tabel 1. Kelembagaan Koperasi Mitra Tani Parahyangan
No
Variabel
Nilai
1
Sehat Organisasi
Baik
2
Sehat Usaha
Ada peningkatan
3
Kohesifnes
Sangat kohesif
4
Partisipasi Anggota
Baik
5
Pelayanan Koperasi
Baik
Rata-rata
Baik
Sumber : Anggota Koperasi (diolah), Tahun 2011
PerananKoperasi
Koperasi Mitra
Tani
Parahyangan
DalamDalam
Agribisnis
7. 7. Peranan
Mitra
Tani
Parahyangan
Agribisnis
Menurut responden anggota Koperasi telah berperan baik
Menurut
responden
telah berperan
baik
budidaya,
produksi,
pemasaran anggota
dan simpanKoperasi
pinjam. Dijelaskan
sebagai
budidaya,
berikut: produksi, pemasaran dan simpan pinjam. Dijelaskan sebagai
berikut:
(1) Bahan Baku
168
Koperasi menyediakan pupuk organik untuk petani sayur,
buah-buahan dan untuk tanaman hias kebutuhan pupuk organik
untuk petani sawah rata-rata 132 ton per musim tanam dan untuk
tanaman hias sebanyak 35 ton per musim tanam. Pupuk ini masih
9
USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI
LOKAL ( Riana Panggabean )
(1)
Bahan Baku
Koperasi menyediakan pupuk organik untuk petani sayur, buahbuahan dan untuk tanaman hias kebutuhan pupuk organik untuk
petani sawah rata-rata 132 ton per musim tanam dan untuk
tanaman hias sebanyak 35 ton per musim tanam. Pupuk ini masih
mempunyai peluang untuk ditingkatkan yaitu untuk tanaman
sawah masih diperlukan sebanyak 960 ton dan untuk tanaman
hias sebanyak 915 ton per musim tanam.
(2)
Produk dan Pemasaran
Produk petani adalah hortikultura yaitu sayur-sayuran dan
buah-buahan. Jumlah jenis produk petani sebanyak 117 macam
ditampung oleh Koperasi di Tempat Penampungan Agribisnis
(TPA).
Selain Koperasi Mitra Tani Parahyangan ada beberapa mitra
kerja yang ada di TPA berperan menampung produk petani
tersebut yaitu Putra Cianjur Mandiri, Hatop Tani Putra Pasundan
dan Anwin Fram. Produk petani dipasarkan kepada Midi DC
Bekasi,Giant, Super Indo, Alfa Midi dan Pasar Induk Cililitan.
(3)
Perkembangan Usaha Koperasi Mitra Tani Parahyangan.
Jumlah pengrajin di sentra hortikultura tahun 2009 meningkat
dari 126 UKM menjadi 329 UKM naik 161%. Selanjutnya
omset rata-rata perbulan naik 62,5%. Karena jenis komoditas
di sentra cukup banyak yaitu 171 jenis Petani sebagai
UKM bermitra dengan 5 perusahaan dibawah kordinasi
Koperasi Mitra Tani Parahiangan yaitu (1) Putra Cianjur
Mandiri (PCM), (2) Mitra Tani Parahyangan,(3) Hatop Tani,
(4) Putra Pasundan dan (5) Anwin Fram. Pendapatan Petani
sayur meningkat dua kali lipat dari rata-rata Rp 993.000
menjadi Rp 2.073.684.000 per tahun (2009 sampai 2011).
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa Koperasi Mitra
Tani Parahyangan dilihat dari kelembagaannya cukup baik demikian
juga dengan pengembangan usaha karena semua subsistem hortikultura
yang dilakukan sudah berjalan dengan baik dari budidaya hingga
pemasaran. Namun masih diperlukan beberapa hal agar kegiatan
usaha tersebut dapat bertahan sehingga semua nilai tambah dari
kegiatan tersebut dapat dinikmati oleh Petani, UKM dan Koperasi,
169
INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172
meliputi: (1) pembinaan petani sesuai dengan pengembangan usaha,
(2) pengembangan pemasaran beras belum lancar, dan (3) mensinergikan
sistem corporate farming dengan usaha agribisnis. Menurut pengamatan
corperate farming dapat di integrasikan melalui usaha simpan pinjam
yang ada pada unit usaha Koperasi.
Tabel 2. Profil UKM dan Peran Koperasi di Sentra Hortikultura
Tabel 2. Profil UKM dan Peran Koperasi di Sentra Hortikultura
No
Variabel
1
Jenis Usaha Sentra/klaster
2
3
4
5
6
7
8
Jumlah UKM di Sentra
Jumlah Pengrajin di Sentra
Jumlah tenaga kerja di sentra
Omset/bulan (Juta/bln)
Bahan baku (asal)
Kebutuhan sayuran/ bulan
Kebutuhan pupuk Organik
Tanaman Sawah
Tanaman hias
Pemasaran
(1) Lokal
(2) Luar Negeri
Teknologi yang digunakan dlm
1.Budidaya
2.Produksi
3.Pengolahan:
4. Pemasaran
5.Sarana Penunjang
Sarana dan Prasarana
(Listrik, Jalan, Telp, Bank dan
Pasar)
Kemitraan
Sayuran
9
10
11
12
Satuan
Unit
Orang
Orang
Juta/Rp.
*)
ton/bln
Per MT
ton
%
%
Tahun 2008
Tahun 2011
Agribisnis sayuran,
Buah-buahan dan
tanaman hias
1
126
126
400
Petani
Agribisnis sayuran
Buah-buahan
Tanaman hias
2
329
126
650
Petani
298
132
35
100
100
Sederhana
Sederhana
Jalan kurang
memadai
Green house
Jalan kurang
memadai
Putra Cianjur Mandiri
(PCM)
Mitra Tani Parayagan
Hatop Tani
Putra Pasundan
Anwin Farm
Putra
Cianjur
Mandiri (PCM)
Mitra
Tani
Parayagan
Hatop Tani
Putra Pasundan
Anwin Farm
Penyuluh Pertanian
Ada pendidikan
anggota
Penyuluh
Pertanian
Ada pendidikan
anggota
Pasar lokal
Pupuk Organik
Pasar lokal
Mobil cooling unit
Masalah Sentra
Pembina Petani
Gabah /beras
16
Peran Instansi terkait:
Dinas Pertanian
Dinas Koperasi
Pembinaan Petani
Sistem corperate
faming
Dinas Pertanian
Dinas Koperasi
17
Pendapatan
1.Pengrajin/petan
2. Pendapatan UKM
13
14
15
Sarana Penunjang
(1) Pendampingan
(2) Pendidikan
(3) Modal
Peran Koperasi di Sentra
1.Input Produksi/Budidaya
2.Pemasaran
3.Penunjang
Kondisi %
(naik/
turun)
100
161
62,5
Peluang 960
Peluang 915
Cukup baik
Meningkat 2 kali
Meningkat 2kali
11
170
USAHA AGRIBISNIS MEMPERKUAT KELEMBAGAAN KOPERASI DAN EKONOMI
LOKAL ( Riana Panggabean )
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan dan saran sebagai berikut
secara konseptual kegiatan agribisnis mampu memperkuat kelembagaan
Koperasi jika dikelola pengurus secara serius dan konsisten. Dalam praktek
usaha agribisnis hortikultura Koperasi Mitra Tani Parahyangan di Kabupaten
Cianjur memperkuat kelembagaan Koperasi. Perkuatan kelembagaan ini
ditopang oleh berjalannya usaha agribisnis dan keseriusan para pengurus.
Usaha agribisnis hortikultura secara otomatis meningkatkan intensitas
pertemuan anggota dengan Koperasi. Meningkatnya intensitas pertemuan ini
membentuk kohesifnes antar anggota dan Koperasi. Kohesifnes memperkuat
kelembagaan Koperasi.
Koperasi Parahyangan telah berperan dalam agribisnis hortikultura.
Peranan ini diikuti oleh partisipasi anggota yang semakin meningkat setiap
tahun.
Usaha agribisnis yang sudah tersistem didukung oleh kemauan dan
kemampuan Pengurus serta anggota Koperasi Mitra Tani Parahyangan
Koperasi Mitra Tani Parahyangan perlu membuat rencana
pengintegrasian semua usaha kepada usaha agribisnis hortikultura di Koperasi
dan membuat rencana aksi untuk tahun 2012.
Agar kegiatan usaha Koperasi Tani Parahyangan dapat bertahan dan
berkelanjutan sehingga semua nilai tambah dari kegiatan hortikultura dan
kegiatan lain dapat dinikmati oleh Petani, UKM dan Koperasi, perlu dilakukan
beberapa hal, meliputi : (a) pembinaan petani sesuai dengan pengembangan
usaha, (b) pengembangan pemasaran beras yang belum lancar, dan
(c) mensinergikan sistem corporate farming dengan usaha agribisnis.
DAFTAR PUSTAKA
Azis, Amin (1993). Strategi Operasional Pengembangan Koperasi Dalam Investasi
dan Perdagangan Agroindustri. Penerbit Bangkit;
Bungaran, Saragih (1995). Pengembangan Agribisnis Dalam Pembangunan
Ekonomi Nasional Menghadapi Abad 21, Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu
Ekonomi dan Sumberdaya, Fakultas Pertanian Bogor 21 Desember 1995;
Drilon Jr, J.D. (1971). Introduction to Agribisines Management.Asian Productivity
Organization. Tokyo;
171
INFOKOP VOLUME 20 - Juni 2012 : 158-172
Ericson, Downey David W Steven P (2002). Agribusiness Managemen Second
Edition Terjemahan Dalam Bahasa Indonesia Manajemen Agribisnis Edisi
ketiga Erlangga Jakarta;
Gunawan, Memed (1993). Makalah Kuliah Agribisnis. Managemen Agribisnis
Bogor;
Herrick, Bruce / Charles P P Kindleberger (1983). Economic Development Mc Graw
Hill, Inc.;
Irawadi (1996). Makalah Kuliah. Managemen Agribisnis Bogor;
Partadireja, Ace (1986). Manajemen Koperasi. Penerbit Bharata Jakarta;
Panggabean, Riana (2011). Evaluasi Keberadaan Koperasi Dalam Agribisnis
Hortikultura Kabupaten Cianjur. Laporan Hasil Penelitian 2011;
Soekartawati (2002). Strategi Ganda Dalam Pembangunan Agribisnis Di Indonesia.
Penerbit Gramedia;
Saragih, Bungaran (1994). Pengembangan Agribisnis dan Peran Agroindustri
sebagai “ a Leading Sector”. Pusat Studi Pembangunan Institut Pertanian
Bogor;
Soewardi, Herman (1983). Menuju Ke Arah Pola Partisipasi Yang Ideal Dalam
Koperasi Kerah Bangun Perusahaan Koperasi. Univesitas Indonesia;
Wardoyo (1993). Dalam Amin Azis, 1993. Strategi Operasional Pengembangan
Koperasi Dalam Investasi dan Perdagangan Agroindustri. Penerbit Bangkit.
172
Download