TERAPI KOMPRES PANAS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT

advertisement
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
Terapi Kompres Panas
TERAPI KOMPRES PANAS TERHADAP PENURUNAN TINGKAT
NYERI KLIEN LANSIA DENGAN NYERI REMATIK
Noorhidayah1, Alfi Yasmina2, Eka Santi3
1
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Bagian Farmakologi Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Lambung Mangkurat
3
Bagian Keperawatan Medikal Bedah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
2
ABSTRAK
Penyakit rematik merupakan istilah umum untuk inflamasi di daerah persendian, dan mengenai laki-laki
maupun wanita dari segala usia. Gejala klinis yang sering adalah rasa nyeri, ngilu, kaku, atau bengkak di
sekitar sendi. Pemberian kompres panas dapat mengurangi nyeri rematik. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh terapi kompres panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia (lanjut
usia) dengan nyeri rematik. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 26 orang sampel
penderita rematik berjenis kelamin wanita, yang diambil secara total sampling. Penelitian ini
menggunakan metode pra-eksperimental dengan rancangan one group pretest-posttest design.
Pengambilan data dilakukan dengan mengukur tingkat nyeri sebelum dan sesudah dilakukan pemberian
kompres panas. Analisis dengan Wilcoxon Sign Rank test menunjukkan bahwa p = 0,000 (p < 0,05).
Dapat disimpulkan bahwa secara bermakna terdapat pengaruh pemberian kompres panas terhadap
penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi
Kalimantan Selatan.
Kata-kata kunci: kompres panas, nyeri, lanjut usia, rematik
ABSTRACT
Rheumatic disease is a general term for inflammation in the joints, and affects men and women of all
ages. The common clinical symptoms are pain, aching, stiffness, or swelling around the joint. Hot
compress is able to reduce rheumatic pain. This study was aimed to determine the effect of hot compress
treatment on the decrease of pain level in elderly patients with rheumatic pain. The number of samples
used in this study were 26 female patients with rheumatic disease, taken with total sampling. This
research used a pre-experimental design with one group pretest-posttest design. Data were collected by
measuring the level of pain before and after hot compress was given. Analysis with Wilcoxon Sign Rank
test showed that p = 0.000 (p < 0.05). It was concluded that there was a significant effect of hot compress
administration on the decrease of pain level in elderly patients with rheumatic pain in PSTW Budi
Sejahtera, South Kalimantan.
Keywords: elderly, hot compress, pain, rheumatic
73
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
PENDAHULUAN
Indonesia berada pada peringkat
keempat untuk jumlah penduduk lanjut usia
(lansia) terbanyak setelah Cina, India, dan
Amerika Serikat. Meningkatnya jumlah
penduduk lansia menimbulkan masalah,
terutama dari segi
kesehatan dan
kesejahteraan lansia (1). Salah satu penyakit
yang sering diderita lansia adalah rematik
atau gangguan sendi. Penyakit rematik
merupakan
suatu
istilah
terhadap
sekelompok penyakit (gabungan untuk lebih
dari seratus penyakit) dengan manifestasi
klinis berupa nyeri menahun pada sistem
muskuloskeletal, kekakuan sendi, serta
pembengkakan jaringan sekitar sendi dan
tendon (2). Penyakit rematik terutama
mengenai
otot-otot
skelet,
tulang,
ligamentum, tendon, dan persendian pada
laki-laki maupun wanita dengan segala usia
(3). Yang paling banyak adalah osteoartritis
(OA), artritis gout (pirai), artritis rematoid
(AR), dan fibromyalgia. Gejala klinis yang
sering adalah rasa nyeri, ngilu, kaku, atau
bengkak di sekitar sendi (4). Rematik dapat
mempengaruhi bagian lain dari tubuh,
seperti mudah lelah, gangguan tidur, dan
kehilangan kemampuan bergerak (5).
Berdasarkan hasil penelitian terakhir
dari Zeng tahun 2008 dalam Purnomo,
prevalensi nyeri rematik di Indonesia
mencapai 23,6% hingga 31,3% (6), dan
berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan di Dinas Kesehatan Kota
Banjarbaru pada bulan Desember tahun
2011, didapatkan 128 orang menderita
rematik (7). Selain itu, berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan di Panti Sosial
Tresna Werdha Provinsi Kalimantan Selatan
pada bulan Maret 2012 didapatkan 65 orang
menderita rematik (8).
Terapi farmakologis yang dapat
digunakan untuk penatalaksanaan nyeri
adalah analgesik, ada tiga jenis analgesik
yaitu: 1) analgesik non opioid dan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS), 2)
analgesik opioid, dan 3) obat tambahan
(ajuvan) atau koanalgesik (9). Terapi non
farmakologisnya bisa berupa mengatur
posisi dengan tepat, relaksasi, distraksi,
masase, dan stimulasi kulit berupa kompres
(10).
Terapi kompres merupakan salah satu
terapi nonfarmakologis untuk menurunkan
nyeri. Kompres dapat dibedakan menjadi
dua jenis tindakan, yaitu kompres panas dan
Terapi Kompres Panas
kompres dingin (11). Tindakan kompres
panas dilakukan untuk melancarkan sirkulasi
darah, juga untuk menghilangkan rasa nyeri,
merangsang
peristaltik
usus,
serta
memberikan ketenangan dan kesenangan
pada klien. Pemberian kompres panas
dilakukan
pada
radang
persendian,
kekejangan otot, perut kembung, dan
kedinginan. Sementara itu, kompres dingin
dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri
akibat edema atau trauma, namun dapat
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah
dan mengurangi arus darah lokal (12).
Dengan demikian, pada kondisi nyeri sendi
rematik, terapi kompres yang tepat untuk
diberikan adalah terapi kompres panas.
Penelitian tentang kompres panas untuk
mengurangi nyeri sudah pernah dilakukan.
Handoyo (2008) membuktikan bahwa
terdapat perbedaan intensitas nyeri antara
sebelum dan sesudah terapi kompres panas
pada pasien pasca bedah sesar dengan spinal
anestesi (13). Sementara itu, Wahyuni dan
Nurhidayat (2008) juga membuktikan bahwa
terdapat penurunan tingkat nyeri flebitis
akibat pemasangan infus intravena setelah
diberikan terapi kompres panas (14).
Penelitian penggunaan kompres panas
untuk penatalaksanaan nyeri sendi masih
sangat kurang. Berdasarkan teori dan
fenomena di atas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti pengaruh terapi kompres
panas terhadap penurunan tingkat nyeri pada
pasien lansia dengan nyeri rematik di Panti
Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh terapi kompres panas terhadap
penurunan tingkat nyeri pada pasien lansia
dengan nyeri rematik di PSTW Budi
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian pra-eksperimental. Rancangan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
one group pretest-posttest design. Populasi
penelitian ini adalah seluruh lansia dengan
penyakit rematik di PSTW Budi Sejahtera
Provinsi Kalimantan Selatan. Sampel
diambil secara total sampling.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah informed consent,
observasi, buli-buli panas, termos berisi air
panas, lap kerja, termometer raksa
laboratorium 150°C, dan sarung tangan.
74
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
Variabel bebas penelitian ini adalah
kompres panas, variabel terikat adalah
tingkat nyeri pada pasien dengan rematik,
variabel pengganggu adalah budaya,
pemahaman tentang nyeri, kecemasan, dan
pengalaman masa lalu. Prosedur dalam
penelitian ini peneliti memilih subyek
penelitian sesuai dengan kriteria inklusi
yaitu berjenis kelamin wanita, lansia adalah
penghuni tetap, mengalami nyeri akibat
rematik, tidak mengkonsumsi analgetik 5
jam sebelum dilakukan penelitian untuk
subyek yang menggunakan analgesik
ibuprofen, tidak mengkonsumsi analgesik 2
hari sebelum dilakukan penelitian untuk
subjek yang menggunakan analgesik
piroksikam dan meloksikam, tidak ada
gangguan jiwa, tidak ada komplikasi
penyakit lain, dan bersedia untuk diteliti dan
kriteria
eksklusi
yaitu
adanya
pembengkakan pada sendi saat penelitian
dan nyeri yang bertambah pada saat
diberikan
terapi
kompres
panas.
Memberikan penjelasan kepada subyek
penelitian tentang prosedur penelitian,
kemudian mereka diberi lembar persetujuan
penelitian untuk ditandatangani atau dengan
menggunakan cap jempol apabila subyek
tidak bisa menulis. Data dikumpulkan
dengan cara menilai skala nyeri pasien
menggunakan
skala
intensitas
nyeri
deskriptif pada kelompok perlakuan, yaitu
sebelum dilakukan tindakan pasien ditanya
mengenai intensitas nyeri menggunakan
skala intensitas nyeri VDS, kemudian dicatat
dalam lembar observasi. Pengukuran derajat
nyeri menggunakan skala intensitas nyeri
VDS, yaitu seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 1.
Terapi Kompres Panas
ulang skala intensitas nyeri dengan
pengukuran skala VDS segera sesudah
dilakukan pemberian terapi kompres panas.
Hasil pengukuran kemudian dicatat pada
lembar observasi.
Analisis data dilakukan dengan
menggunakan Wilcoxon Sign Rank Test,
dengan tingkat signifikansi 5% untuk
menguji perbedaan tingkat nyeri sebelum
dan sesudah diberikan kompres panas pada
pasien rematik di PSTW Budi Sejahtera
Provinsi Kalimantan Selatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai pengaruh terapi
kompres panas terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien lansia dengan nyeri
rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi
Kalimantan Selatan telah dilakukan, dan
didapatkan sampel penelitian sebanyak 26
sampel. Sampel tersebut merupakan seluruh
populasi lansia dengan penyakit rematik di
PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan
Selatan, dipilih berdasarkan kriteria inklusi
yang telah ditetapkan peneliti.
Karakteristik Sampel
Karakteristik
sampel
dalam
penelitian ini adalah lansia wanita dengan
nyeri
rematik
yang
dideskripsikan
berdasarkan rentang usia, suku, jenis
pekerjaan, dan pendidikan terakhir.
Karakteristik
sampel
berdasarkan
rentang usia
Data demografi sampel lansia wanita
dengan nyeri rematik di PSTW Budi
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan
berdasarkan rentang usia ditunjukkan pada
Gambar 2.
34,62%
65,38%
Gambar 1. Skala Intensitas Nyeri VDS yang
Digunakan Saat Penelitian (9).
Kemudian peneliti melakukan teknik
manajemen nyeri dengan terapi kompres
panas pada kelompok perlakuan. Terapi
kompres panas dilakukan selama 20 menit
dengan menggunakan buli-buli panas,
kemudian peneliti melakukan pengukuran
60-74
tahun
75-90
tahun
Gambar 2. Karakteristik Sampel Lansia Wanita
dengan Nyeri Rematik Berdasarkan Rentang Usia
Hasil penelitian pengaruh terapi
kompres panas terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien lansia dengan nyeri
rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi
75
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
Terapi Kompres Panas
Kalimantan Selatan seperti terlihat pada
Gambar 2 menunjukkan bahwa rentang usia
terbanyak berumur 60-74 tahun (65,38%).
Usia termuda adalah 62 tahun dan usia
tertua adalah 89 tahun.
Karakteristik sampel berdasarkan suku
Data demografi sampel lansia wanita
dengan nyeri rematik di PSTW Budi
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan
berdasarkan suku ditunjukkan pada Gambar
3.
30,77%
69,23%
Hasil penelitian pengaruh terapi
kompres panas terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien lansia dengan nyeri
rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi
Kalimantan Selatan seperti terlihat pada
Gambar 4 menunjukkan bahwa yang
terbanyak mempunyai latar belakang jenis
pekerjaan petani (50,0%), dan yang paling
sedikit sebagai PNS (3,85%).
Karakteristik
sampel
berdasarkan
pendidikan terakhir
Data demografi sampel lansia wanita
dengan nyeri rematik di PSTW Budi
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan
berdasarkan pendidikan terakhir ditunjukkan
pada Gambar 5.
Banjar
Jawa
Gambar 3. Karakteristik Sampel Lansia Wanita
dengan Nyeri Rematik Berdasarkan Jenis Suku
Hasil penelitian pengaruh terapi
kompres panas terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien lansia dengan nyeri
rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi
Kalimantan Selatan seperti terlihat pada
Gambar 3 menunjukkan bahwa yang
terbanyak adalah suku Banjar yang
berjumlah 18 orang (69,23%).
Karakteristik sampel berdasarkan jenis
pekerjaan
Data demografi sampel lansia wanita
dengan nyeri rematik di PSTW Budi
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan
berdasarkan jenis pekerjaan ditunjukkan
pada Gambar 4.
23,07%
50,00%
23,07%
IRT
Wiraswasta
PNS
3,85%
Petani
Gambar 4. Karakteristik Sampel Lansia Wanita
dengan Nyeri Rematik Berdasarkan Jenis
Pekerjaan
3,85%
Tidak
Sekolah
Madrasah
3,85%
42,31%
46,15%
SD
SMP
3,85%
SGA Negeri
Gambar 5. Karakteristik Sampel Lansia Wanita
dengan Nyeri Rematik Berdasarkan Pendidikan
Terakhir
Hasil penelitian pengaruh terapi
kompres panas terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien lansia dengan nyeri
rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi
Kalimantan Selatan seperti terlihat pada
Gambar 5 menunjukkan bahwa yang
terbanyak mempunyai latar belakang
pendidikan terakhir Sekolah Dasar (46,15%)
dan paling sedikit mempunyai riwayat
sekolah menengah pertama, madrasah dan
SGA Negeri (masing-masing 3,85%).
Perubahan Tingkat Nyeri Sebelum dan
Sesudah Diberikan Terapi Kompres
Panas Pada Pasien Lansia dengan Nyeri
Rematik
Hasil penelitian tentang perubahan
tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan
terapi kompres panas pada pasien lansia
dengan nyeri rematik ditunjukkan pada
Tabel 1.
76
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
Terapi Kompres Panas
Tabel 1. Tingkat Nyeri Sebelum dan Sesudah
Diberikan Terapi Kompres Panas Pada Pasien
Lansia dengan Nyeri Rematik
Tingkat Nyeri
1.
2.
3.
4.
Tidak Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Berat
Terkontrol
5. Nyeri Berat
Tidak
Terkontrol
Jumlah
Sebelum
Perlakuan
Jumlah
%
2
7,70
15 57,69
9 34,61
-
26
Sesudah
Perlakuan
Jumlah
%
15 57,69
11 42,31
-
-
100%
-
26
-
100%
Secara umum Tabel 1 menunjukkan
adanya perubahan tingkat nyeri sebelum dan
sesudah diberikan terapi kompres panas
pada lansia dengan nyeri rematik. Dapat
dilihat bahwa sebagian besar (57,69%)
lansia dengan penyakit rematik sebelum
perlakuan
mengalami
nyeri
sedang,
sedangkan sesudah perlakuan sebagian besar
(57,69%) lansia mengalami nyeri ringan.
Selain itu, sebelum perlakuan terdapat
(34,61%) lansia dengan nyeri berat
terkontrol, namun sesudah diberikan
perlakuan, tidak ada lagi lansia dengan nyeri
berat.
Pengaruh Pemberian Terapi Kompres
Panas terhadap Penurunan Tingkat Nyeri
pada Pasien Lansia dengan Nyeri
Rematik
Untuk mengetahui pengaruh pemberian
terapi kompres panas terhadap penurunan
tingkat nyeri pada pasien lansia dengan
nyeri rematik di PSTW Budi Sejahtera
Provinsi Kalimantan Selatan, dilakukan
perbandingan tingkat nyeri sebelum dan
sesudah pemberian terapi kompres panas,
dengan menggunakan Wilcoxon Sign Rank
test dengan tingkat signifikansi 5%.
Berdasarkan analisis statistik dengan
Wilcoxon Sign Rank test, didapatkan nilai p
= 0,000 (p < 0,05). Dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh pemberian terapi
kompres panas terhadap penurunan tingkat
nyeri pada pasien lansia dengan nyeri
rematik di PSTW Budi Sejahtera Provinsi
Kalimantan Selatan. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Handoyo
(2008) yang menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan intensitas nyeri antara sebelum
dan sesudah pemberian kompres panas pada
pasien pasca bedah Caesar dengan anestesi
spinal di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Surakarta (p = 0,0001) (13). Wahyuni dan
Nurhidayat (2008) juga menyatakan dalam
hasil penelitiannya pemberian kompres
panas efektif terhadap penurunan nyeri
flebitis akibat pemasangan infus intravena di
Rumah Sakit Umum Aisyiyah Ponorogo (p
= 0,000) (11). Hasil penelitian Istichomah
(2007) juga membuktikan bahwa kompres
panas efektif dalam menurunkan derajat
nyeri pasien dengan kontusio di Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Sleman (11).
Menurut Kusyanti (2004), kompres
panas
merupakan
tindakan
untuk
memberikan rasa hangat pada klien dengan
menggunakan cairan atau alat yang
menimbulkan hangat pada bagian tubuh
yang
memerlukannya
untuk
tujuan
terapeutik (12). Menurut Brunner dan
Suddarth (2001), kompres panas digunakan
untuk mengurangi nyeri, serta pemberian
kompres panas juga berperan untuk
pelunakan jaringan fibrosa, membuat otot
tubuh lebih rileks, memberikan ketenangan
pada klien, dan memperlancar pasokan
aliran
darah
dengan
meningkatkan
vasodilatasi (15).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti kepada lansia dengan
penyakit rematik. Adanya cedera jaringan
pada pasien lansia dengan penyakit rematik
akan membebaskan berbagai jenis mediator
inflamasi, seperti prostaglandin, bradikinin,
histamin, dan lain-lain (16). Pemberian
kompres panas pada lansia dengan penyakit
rematik dapat memperbaiki peredaran darah
dengan proses vasodilatasi pembuluh darah,
sehingga menambah asupan oksigen dan
nutrisi yang menuju ke jaringan tubuh.
Akibat positif yang ditimbulkan adalah
mengurangi
inflamasi,
menurunkan
kekakuan dan nyeri otot, serta mempercepat
penyembuhan jaringan lunak (14), sehingga
pemberian kompres panas pada pasien lansia
dengan nyeri rematik akan terjadi penurunan
tingkat nyeri.
Penurunan tingkat nyeri yang terjadi
setelah diberikan terapi kompres panas
sesuai dengan mekanisme Gate Control
Theory oleh Melzack dan Wall (1965), yang
menyatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan
saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls
dihambat saat pertahanan ditutup. Upaya
menutup pertahanan tersebut terjadi saat
dilakukan kompres panas yang dapat
menghambat impuls nyeri yang akan
77
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
disampaikan ke otak untuk dipersepsikan
(10).
Dari pembahasan di atas dapat
dinyatakan bahwa pemberian kompres panas
pada pasien lansia dengan nyeri rematik
memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan tingkat nyeri pasien
lansia dengan nyeri rematik.
Penelitian ini mempunyai keterbatasan,
yaitu adanya variabel-variabel pengganggu
yang tidak dikendalikan dan tidak diteliti,
yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi
nyeri seperti pengalaman masa lalu,
pemahaman tentang nyeri, kecemasan, dan
budaya, serta tidak adanya kontrol dalam
penelitian ini. Pada penelitian selanjutnya,
diharapkan untuk melakukan penelitian
tentang pengaruh terapi kompres panas
terhadap penurunan tingkat nyeri rematik
dengan melibatkan variabel-variabel yang
mempengaruhi nyeri seperti pengalaman
masa lalu, pemahaman tentang nyeri,
kecemasan, dan budaya, serta diharapkan
untuk
menggunakan
kontrol
dalam
penelitiannya.
Terapi Kompres Panas
disarankan untuk menggunakan kontrol
dalam penelitiannya.
KEPUSTAKAAN
1.
2.
3.
PENUTUP
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah
sebelum diberikan terapi kompres panas,
pasien lansia dengan nyeri rematik di PSTW
Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan
yang mengalami nyeri ringan sebanyak
7,70%, nyeri sedang sebanyak 57,69%, dan
nyeri berat terkontrol sebanyak 34,61%.
Sesudah diberikan terapi kompres
panas, pasien lansia dengan nyeri rematik di
PSTW Budi Sejahtera Provinsi Kalimantan
Selatan yang mengalami nyeri ringan
sebanyak
57,69%, dan nyeri sedang
sebanyak 42,31%.
Pemberian terapi kompres panas pada
lansia dengan nyeri rematik di PSTW Budi
Sejahtera Provinsi Kalimantan Selatan
berpengaruh secara bermakna terhadap
penurunan tingkat nyeri (p = 0,000).
Saran untuk penelitian selanjutnya
direkomendasikan
untuk
melakukan
penelitian tentang pengaruh terapi kompres
panas terhadap penurunan tingkat nyeri
rematik dengan melibatkan variabel-variabel
yang
mempengaruhi
nyeri
seperti
pengalaman masa lalu, pemahaman tentang
nyeri, kecemasan, dan budaya, serta
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Anita R. Hubungan senam lansia
dengan rasa nyeri penderita artritis
rheumatoid (rematik) di Wilayah Kerja
Puskesmas
Sukamerindu
Kota
Bengkulu. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Bengkulu
2011; (online) (http/www.linkpdf.com,
diakses 10 Maret 2012).
Muttaqin A. Asuhan keperawatan klien
dengan
gangguan
sistem
muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Medika, 2006.
Purnomo J. Hubungan antara tingkat
pengetahua tentang penyakit reumatik
dengan sikap lansia dalam mengatasi
kekambuhan penyakit reumatik di
Posyandu
Lansia
Kalurahan
Karangasem Kecamatan Laweyan Kota
Surakarta. Skripsi. Solo: Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Surakarta
2010;
(online)
(http/www.linkpdf.com, diakses 10
Maret 2012).
Asif SM, A Asad, V Poonam, et al.
Arthritis database: A composite web
interface for anti-arthritic plants.
Journal of Medicinal Plants Research
2011; 5(12): 2457-2461.
Muchid A, F Umar, Chusun, dkk.
Pharmaceutical care untuk pasien
penyakit artritis rematik. Jakarta:
Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan
Klinik Depkes RI, 2006.
Theis KA, CG Helmick, JM Hootman.
Arthritis burden and impact are greater
among U.S. women than men:
intervention opportunities 2007; 16(4):
441-451.
Dinas Kesehatan Banjarbaru. Data 10
pasien terbanyak pada tahun 2011.
Banjarbaru: Dinas Kesehatan, 2011.
Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Sejahtera Kalimantan Selatan. Data
pasien rematik pada bulan Maret tahun
2012.
Banjarbaru:
PSTW
Budi
Sejahtera, 2012.
Bakhriansyah M, A Biworo, A
Yasmina. Farmakologi keperawatan
PSIK program regular. Banjarbaru:
Bagian Farmakologi FK Unlam, 2010.
78
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
10. Potter PA, AG Perry. Buku ajar
fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik edisi 4 volume 2.
Jakarta: EGC, 2005.
11. Istichomah. Pengaruh teknik pemberian
kompres terhadap perubahan skala nyeri
pada klien kontusio di RSUD Sleman.
Yogyakarta
2007;
(online)
(http/www.linkpdf.com, diakses 10
Maret 2012).
12. Kusyanti E. Keterampilan dan prosedur
laboratorium
keperawatan
dasar.
Jakarta: EGC, 2004.
13. Handoyo D. Pengaruh pemberian
kompres panas terhadap intensitas nyeri
pasien pasca bedah sesar dengan spinal
anesthesi di rumah sakit PKU
muhammadiyah surakarta. Profesi 2008;
03.
Terapi Kompres Panas
14. Wahyuni NS, S Nurhidayat. Efektifitas
pemberian kompres panas terhadap
penurunan
nyeri
plebitis
akibat
pemasangan intravena line. Fenomena
2008; 5: 114-124.
15. Smeltzer SC, BG Bare. Buku ajar ilmu
keperawatan medikal bedah edisi 8
volume 3. Jakarta: EGC, 2001
16. Lelo A, DS Hidayat, J Sake.
Penggunaan anti-inflamasi non-steroid
yang rasional pada penanggulangan
nyeri rematik. E-USU Repositor 2004;
(online),
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/12
3456789/3478/1/
farmakologiaznan4.pdf), diakses 10 Maret 2012
79
DK Vol.01/No.01/Maret/2013
Panas
Terapi Kompres
80
Download