Analisis privasi, keamanan, dan kepercayaan Perubahan pola perilaku dan kebutuhan konsumenyang dikarenakan perkembangan teknologi dan arus informasi menjadikan lebih bertingkah laku praktis yang berarti konsumen membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam pemenuhan kebutuhannya. Hal ini menyebabkan terus berubahnya model e-commerce yang dikembangkan dengan pengemasan teknologi dan informasi yang lebih modern. Masyarakat secara umum menyebutkan bahwa e-commerce merupakan jawaban atas kecepatan dan ketepatan pemenuhan kebutuhan dimana e-commerce menawarkan salah satu keunggulan kompetitifnya yaitu menghapus konsep ruang dan waktu. Tujuannya adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh privasi, keamanan, dan kepercayaan terhadap niat bertransaksi secara online baik secara simulutan maupun parsial. 1. Privasi Privas merupakan tngkatan nteraksi atau keterbukaan yang dikehendaki seseorang pada satu kondis atau stuasi tertentu. Tingkatan privas yang d ngnkan itu menyangkut keterbukaan atau ketertutupan, adanya kengnan untuk berinteraksi dengan orang lain, atau justru ingin menghindar atau berusaha sukar di capai oleh orang lain (Dibyo Hartono, 1986) fungsi pertama privasi adalah pengatur dan pengontrol interaksi interpersonal yang berarti sejauh mana hubungan dengan orang lain diinginkan, kapan waktunya menyendiri dan kapan waktunya bersamasama dengan orang lain. privasi dibagi menjadi 2 macam, yaitu privasi rendah (terjadi bila hubungan dengan orang lain dikehendaki), dan privasi tinggi (terjadi bila ingin menyendiri dan hubungan dengan orang lain dikurangi). fungsi kedua privasi adalah merencanakan dan membuat strategi untuk berhubungan dengan orang lain, yang meliputi keintiman / jarak dalam berhubungan dengan orang lain. fungsi ketiga privasi adalah memperjelas identitas diri faktor-faktor Yang Mempengaruhi Privasi Terdapat faktor yang mempengaruhi privasi yaitu faktor personal, faktor situasional, faktor budaya. Faktor Personal. Marshall (dalam Gifford, 1987) mengatakan bahwa perbedaan dalam latar belakang pribadi akan berhubungan dengan kebutuhan akan privasi. Dalam penelitiannya, ditemukan bahwa anak-anak yang tumbuh dalam suasana rumah yang sesak akan lebih memilih keadaan yang anonim dan reserve saat ia dewasa. Sedangkan orang menghabiskan sebagian besar waktunya di kota akan lebih memilih keadaan anonim dan intimacy. Faktor Situasional. Beberapa hasil penelitian tentang privasi dalam dunia kerja, secara umum menyimpulkan bahwa kepuasaan terhadap kebutuhan akan privasi sangat berhubungan dengan seberapa besar lingkungan mengijinkan orang-orang di dalamnya untuk menyendiri (Gifford, 1987). Faktor Budaya. Penemuan dari beberapa peneliti tentang privasi dalam berbagai budaya (seperti Patterson dan Chiswick pada suku Iban di Kalimantan, Yoors pada orang Gypsy dan Geertz pada orang Jawa dan Bali) memandang bahwa tiap-tiap budaya tidak ditemukan adanya perbedaan dalam banyaknya privasi yang diinginkan, tetapi sangat berbeda dalam cara bagaimana mereka mendapatkan privasi (Gifford, 1987). 2. Keamanan Kata "keamanan" bahasa Inggris Security, berasal dari kata Latin "securus". "Se" berarti "tanpa" dan "curus" berarti"kegelisahan." (tanpa kegelisahan, mengandung makna "keamanan“), berarti pembebasan dari kegelisahan, atau situasidamai tanpa risiko atau ancaman Arti "keamanan" memiliki berbagai makna, termasuk "untuk merasa aman, " dan "dilindungi" ,digunakan untukmenggambarkan situasi tanpa risiko atau worries. dalam bertransaksi secara online konsumen dalam merasakan keamanan dan kenyamanan dalam hal apapun seperti dalam hal pembayaran dan keamanan terhadap produk yang di beli. Konsumen juga berhak mendapatkan hak dari transaksi online berupa kejelasan produk sehngga tidak ada penipuan di dalamnya. 3. Kepercayaaan Kepercayaan konsumen adalah semua pengetahuan yang dimiliki konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat konsumen tentang objek, atribut dan manfaatnya (Sunarto, 2006:153). Dalam konsep relationship marketing, kepercayaan merupakan salah satu dimensi dari relationship marketing untuk menentukan sejauh mana yang dirasakan suatu pihak mengenai integritas dan janji yang ditawarkan pihak lain. Kepercayaan terhadap merek terbentuk dari pengalaman masa lalu dan interaksi sebelumnya. Suatu pengalaman konsumsi dapat didefinisikan sebagai kesadaran dan perasaan yang dialami konsumen selama pemakaian produk atau jasa. Kepercayaan didefinisikan oleh Moorman, Deshpande dan Zaltman dalam Zulganef (2002:111) sebagai keinginan untuk menggantungkan diri pada mitra bertukar yang dipercayai. Garbarino (2002:70) mendefinisikan kepercayaan (trust) dalam pemasaran jasa lebih menekankan pada sikap individu yang mengacu keyakinan konsumen atas kualitas dan keterandalan jasa yang diterimanya. Kepercayaan konsumen menurut Mowen (2002:312) adalah semua pengetahuan yang dimiliki oleh konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat oleh konsumen tentang objek, atribut dan manfaatnya. Maksud dari objek disini adalah berupa produk, orang, perusahaan dan segala sesuatu dimana seseorang memiliki kepercayaan dan sikap. . Dari definisi diatas, kepercayaan dapat diartikan sebagai suatu perasaan untuk yakin terhadap pihak lain maupun terhadap suatu hubungan. Faktor – Faktor Pembentuk Kepercayaan Pendekatan yang juga perlu dilakukan untuk membentuk kepercayaan dan hubungan adalah dengan mendengarkan, yang merupakan kunci membangun kepercayaan karena tiga faktor penting (Griffin, 2003:85) : Pelanggan lebih cenderung mempercayai seseorang yang menunjukkan rasa hormat dan apa yang dikatakannya. Pelanggan cenderung lebih mempercayai perusahaan mendengarkan dan membantu masalah-masalahnya. Semakin banyak pelanggan memberitahu maksudnya, semakin besar rasa kepercayaannya. bila perusahaan Jenis – Jenis Kepercayaan Terdapat tiga jenis kepercayaan menurut Mowen (2002:312), yaitu : a. Kepercayaan Atribut Objek Pengetahuan tentang sebuah objek memiliki atribut khusus yang disebut kepercayaan atribut objek. Kepercayaan atribut objek menghubungkan sebuah atribut dengan objek, seperti seseorang, barang atau jasa, melalui kepercayaan atribut objek, konsumen menyatakan apa yang diketahui tentang sesuatu hal variasi atributnya. b. Kepercayaan Manfaat Atribut Seseorang mencari produk dan jasa yang akan menyelesaikan masalah dan memenuhi kebutuhannya dengan kata lain memiliki atribut yang akan memberikan manfaat yang dapat dikenal. Hubungan antara atribut dan manfaat ini menggambarkan jenis kepercayaan kedua. Kepercayaan atribut manfaat merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh atribut tertentu menghasilkan, atau memberikan manfaat tertentu. c. Kepercayaan Manfaat Objek Jenis kepercayaan ketiga dibentuk dengan menghubungkan objek dan manfaatnya. Kepercayaan manfaat objek merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh produk, orang atau jasa tertentu yang akan memberikan manfaat tertentu. Hubungan Antara Kepercayaan dan Loyalitas Pelanggan Sejalan dengan konteks relationship marketing, kepercayaan atas merek akan berpengaruh terhadap loyalitas hal ini dikarenakan kepercayaan menimbulkan suatu hubungan timbal balik yang bernilai sangat tinggi. Jadi dapat dikatakan bahwa loyalitas adalah suatu proses yang berkesinambungan sebagai akibat dari terbentuknya kepercayaan langsung maupun tidak langsung, seperti sistem perdagangan, cara bertransaksi dan sistem pemasaran. Dahulu membeli produk atau barang, pembeli dan penjual harus bertatap muka untuk memperoleh kesepakatan atau transaksi. Jangkauan penjual dan pembeli sangat terbatas. Kemajuan teknologi, khususnya internet membuat keterbatasan jarak, waktu, dan biaya dapat teratasi dengan mudah. Implementasi teknologi dalam hal meningkatkan bisnis, penjualan dan pembelian produk adalah dengan menggunakan ecommerce. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan seseorang untuk berbelanja online di situs Internet. Mulai dari biaya yang murah, kualitas jenis barang, kepercayaan,fasilitas kemudahan transaksi, sampai dengan beberapa faktor lainnya. Menurut Pavlou dan Geffen (2002) faktor yang sangat penting yang bisa mempengaruhi minat pembelian online adalah faktor kepercayaan. Faktor kepercayaan menjadi faktor kunci dalam setiap jual beli secara online. Hanya pelanggan yang memiliki kepercayaan dan beranilah yang akan melakukan transaksi melalui media internet. Karena itu jika tidak ada landasan kepercaayan antara penjual dan pembeli maka tidak akan terjadi transaksi dalam dunia ecommerce, apalagi mengetahui jika produk yang di jual dan di tawarkan oleh penjual merupkan produk yang semu, dalam artian produk yang dijual masih berupa bayangan penjual saja. Penipuan di bidang e-commerce yang marak terjad karena minimya keamanan dan kepercayaan terhadap penjual dan pembeli (contoh) Pada dunia bisnis, khususnya bisnis online yang kini sedang marak di berbagai jejaring sosial, misalnya facebook, twitter, BBM, instagram, dan masih banyak lagi, sering kita jumpai berbagai kasus penipuan. Di jaman yang serba cepat dan dengan tingkat teknologi yang semakin berkembang dengan pesat ini, banyak orang tidak ingin bersusah-susah berbelanja di toko atau mall, mungkin dengan kesibukan mereka yang tidak memiliki banyak waktu untuk berbelanja, akhirnya mereka melakukan pembelian melalui toko-toko online yang ada di dunia maya. Selain lebih efektif dan efisien, barang-barang di toko online terkadang membuat para konsumennya terbuai dengan gambar yang bagus yang dipamerkan dan harga miring yang ditawarkan. Hal ini menyebabkan banyaknya konsumen pada bisnis online. Dengan adanya peluang pasar yang baru dan menjanjikan itersebut, banyak orangorang yang tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan fenomena ini dengan melakukan berbagai penipuan. Misalnya, pelaku menjual handphone terbaru dengan harga yang jauh dibawah pasaran. Betapa para korban mereka tertarik untuk membelinya. Mekanisme pada pembelian barang online adalah dengan mentransfer sejumlah uang terlebih dahulu, baru barang tersebut dikirimkan. Banyak orang yang sudah mengirimkan uangnya, lalu barang yang mereka pesan tidak kunjung datang. Setelah dihubungi, nomor pelaku tidak aktif atau pelaku menghapus kontak di pemesan. Hal seperti ini sering sekali terjadi di dunia maya, bukan hanya soal barang elektronik tetapi semua barang-barang di jual di toko online. Bukan saja pembeli yang sering tertipu tetapi penjual pun ternyata ada yang tertipu oleh konsumen palsu. Misalnya, konsumen memesan barang dengan jumlah yang banyak dan ingin barangnya cepat sampai, lalu konsumen palsu tersebut mengirimkan bukti transferan, dan meminta penjual cepat mengirim barangnya. Setelah barang tersebut dikirim, ternyata uang yang dikirim si konsumen tersebut tidak masuk ke rekening si penjual dan bukti transfer yang dikirimkan ternyata bukti palsu. Oleh karena banyak dan gampangnya kasus penipuan di dunia maya yang sering terjadi, kita sebagai konsumen harus lebih berhati-hati dalam melakukan pembelanjaan melalui media online. Kita harus lebih rasional dalam membeli barang dan tidakmudah tergiur dengan barang dan harga yang ditawarkan. Sebagai penjual di media online juga harus berhati-hati dalam melayani konsumennya. Kita harus benarbenar mengecek apakah uang tersebut sudah benar masuk kedalam rekening kita. Jangan mudah percaya hanya karena dia melakukan pembelian dalam jumlah yang besar. Jadi, dibalk kemudahan bertransaksi online kita juga harus memperhatkan privasi, keamanan dan kepercayaan terhadap apa yang akan kita beli karena maraknya penipuan di media sosial sebaiknya kita membeli di situs-situs resmi yang namanya sudah terkenal.