analisis pengaruh aliran modal terhadap perekonomian domestik

advertisement
ANALISIS PENGARUH ALIRAN MODAL TERHADAP
PEREKONOMIAN DOMESTIK INDONESIA
OLEH
MARDI EFRIZA
H14102119
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
RINGKASAN
MARDI EFRIZA. Analisis Pengaruh Aliran Modal terhadap Perekonomian
Domestik Indonesia. Dibawah bimbingan IMAN SUGEMA.
Negara-negara miskin dan berkembang sangat membutuhkan dana untuk
keperluan investasi. Peningkatan investasi merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan pendapatan nasional (GDP). Kurangnya dana untuk memenuhi
kebutuhan investasi membuat negara tersebut, termasuk Indonesia, hampir tidak
mungkin untuk meningkatkan pendapatan nasional. Untuk memutus lingkaran
setan (vicious circle) ini diperlukan aliran modal asing agar dapat memenuhi
kekurangan dana untuk investasi.
Penelitian ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu: (1) menganalisis respon
pertumbuhan ekonomi (Growth) terhadap perubahan aliran modal (KA) di
Indonesia, dan (2) menganalisis respon tabungan domestik (DS) terhadap
guncangan KA. Selain itu penulis juga melihat hubungan antara KA dengan DS.
Metode yang digunakan adalah vector autoregression (VAR). VAR
digunakan karena variabel yang digunakan bersifat stasioner pada level.
Keterbatasan koefisien VAR dalam memberikan arti mengharuskan perhitungan
dengan inovasi impuls respons function (IRF).
Semua data yang digunakan adalah data time series dengan periode
1990:Q1 sampai 2005:Q3. Data-data tersebut digunakan untuk menganalisis efek
sumber daya di Indonesia. Data diperoleh dari Bank Indonesia dan International
Monetary Fund (IMF).
Hasil estimasi menunjukkan bahwa aliran modal mempunyai pengaruh
negatif terhadap Growth Indonesia. Respon DS terhadap guncangan KA bersifat
negatif. selain DS sendiri. Respon Growth terhadap guncangan DS berpengaruh
positif pada periode I, dan selanjutnya perubahan DS akan berpengaruh negatif.
Akan tetapi semua pengaruh IRF hanya bersifat sementara, jadi pada jangka
panjang semua respon variabel dalam sistem VAR tidak berpengaruh terhadap
guncangan suatu variabel.
Hasil penelitian menyarankan agar pemerintah berusaha membuat aturan
yang membatasi aliran modal yang masuk ke pasar uang, dan mengalihkannya ke
bentuk FDI agar pertumbuhan ekonomi tinggi. Perlunya memprioritaskan
pembiayaan investasi yang bersumber dari DS, karena dampaknya terhadap
Growth lebih baik daripada KA. Perlunya memprioritaskan pembangunan yang
bertujuan untuk meningkatkan GDP agar DS juga meningkat.
ANALISIS PENGARUH ALIRAN MODAL TERHADAP
PEREKONOMIAN DOMESTIK INDONESIA
Oleh
MARDI EFRIZA
H14102119
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Departemen Ilmu Ekonomi
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,
Nama Mahasiswa
: Mardi Efriza
Nomor Registrasi Pokok
: H14102119
Program Studi
: Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi
: Analisis Pengaruh Aliran Modal terhadap
Perekonomian Domestik Indonesia
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec.
NIP. 131 846 870
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S.
NIP. 131 846 872
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH
BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN
SEBAGAI
SKRIPSI
ATAU
KARYA
ILMIAH
PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, 20 September 2006
Mardi Efriza
H14102119
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Mardi Efriza, lahir pada tanggal 10 April 1982 di Jakarta.
Penulis anak terakhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Zalman dan Sumarni.
Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan sedikit hambatan, yaitu pernah berhenti
selama dua tahun pada saat SLTP kelas 2. Penulis pernah berpindah-pindah
sekolah selama SD sampai SLTP. Penulis menamatkan pendidikan dasar pada
SDN 04 Kp.Rambutan-Jakarta Timur, kemudian melanjutkan tingkat pendidikan
pertama dan lulus pada SLTPN 1 Cibinong-Bogor tahun 1999. Pada Tahun yang
sama penulis diterima di SMUN 1 Cibinong dan lulus pada tahun 2002.
Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan
besar agar dapat memperoleh ilmu yang berguna dan mengembangkan pola pikir,
sehingga mampu menjadi bagian dari solusi pembangunan ekonomi bangsa
Indonesia. Penulis masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB) dan diterima sebagai mahsiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif
mengajar pada lembaga bimbingan belajar di Bogor lalu mengajar privat secara
independen.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul
skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Aliran Modal Terhadap Perekonomian
Domestik Indonesia”. Aliran modal merupakan topik yang sangat menarik
karena hal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan suatu negara dalam
membangun perekonomiannya. Aliran modal diharapkan mampu memberikan
pengaruh positif bagi kesejahteraan penduduk Indonesia. Skripsi ini juga
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir.
Iman Sugema, M.Ec, yang telah memberikan bimbingan dalam proses pembuatan
skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.S, Dr. Noer
Azam Achsani, M.Si, Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Si, dan M. Iqbal Irvany, SE.
Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Kholis, Azwar, Nova, Nilam,
Firman, Fickry, Iqbal, Andros, Imam, dan semua pihak yang telah membantu
penulisan skripsi ini.
Penulis juga sangat terbantu oleh kritik dan saran dari para peserta pada
Seminar Hasil Penelitian Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterima
kasih kepada mereka.
Bogor, 20 September 2006
Mardi Efriza
H14102119
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
xii
I. PENDAHULUAN ....................................................................................
1
1.1. Latar Belakang .................................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah .........................................................................
4
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian ...........................................................................
5
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .................
6
2.1. Aliran Modal (Capital Flow) ...........................................................
6
2.1.1. Modal Masuk (Capital Inflow). .............................................
6
2.1.1.1. Penanaman Modal Asing Langsung .........................
6
2.1.1.2. Penanaman Modal Asing Tidak Langsung ...............
8
2.1.2. Modal Keluar (Capital Outflow) ...........................................
10
2.2. Tabungan Domestik (Domestic Saving)..........................................
11
2.3. Pendapatan Nasional........................................................................
12
2.4. Penelitian Terdahulu .......................................................................
13
2.5. Kerangka Pemikiran........................................................................
14
III. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA...................
17
3.1. Perkembangan Output Nasional Riil Periode 1990-2005 ..............
17
3.2. Perkembangan Tabungan Domestik Riil Periode 1990-2005.........
18
3.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Riil Periode 1990-2005 ..
18
3.4. Pekembangan Konsumsi Masyarakat Riil Periode: 1990-2005......
19
3.5. Perkembangan Foreign Direct Investment 1990-2005 ...................
20
3.6. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Riil Periode 1990-2005 ...
21
IV. METODE PENELITIAN.......................................................................
23
4.1. Jenis dan Sumber Data....................................................................
23
4.2. Metodologi......................................................................................
23
4.2.1. Model Umum Vector Autoregression ..................................
24
4.2.2. Uji Akar Unit .......................................................................
25
4.2.3. Lag Optimal .........................................................................
26
4.2.4. Impulse Respons Function ...................................................
26
V. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................
28
5.1. Uji Akar Unit ..................................................................................
28
5.2. Vector Autoregression (VAR) ........................................................
29
5.3. Tingkat Lag Optimal.......................................................................
29
5.4. Impulse Response Function (IRF) ..................................................
30
5.4.1. Respon KAY terhadap Guncangan KAY ..............................
30
5.4.2. Respon DSY terhadap Guncangan KAY...............................
32
5.4.3. Respon Growth terhadap Guncangan KAY ..........................
33
5.4.4. Respon Growth terhadap Guncangan DSY ...........................
34
VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................
36
6.1. Kesimpulan .....................................................................................
36
6.2. Saran ...............................................................................................
37
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
38
LAMPIRAN ................................................................................................
39
DAFTAR TABEL
Nomor
4.2.
Halaman
Variabel yang digunakan…………………................………...….....
24
5.1.1. Hasil Uji Akar Unit pada Level............................................................
29
5.3.
30
Hasil Uji Lag Optimal..........................................................................
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
2.1. Kerangka Pemikiran.................................................................................
16
3.1. Perkembangan Output Nasional Riil Periode 1990-2005 ....................
17
3.2. Perkembangan Tabungan Domestik Riil Periode 1990-2005...............
18
3.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Riil Periode 1990-2005 ........
19
3.4. Pekembangan Konsumsi Masyarakat Riil Periode: 1990-2005............
19
3.5. Perkembangan Foreign Direct Investment 1990-2005 .........................
20
3.6. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Riil Periode 1990-2005 .........
21
5.4.1. Respon KAY terhadap Guncangan KAY ..........................................
31
5.4.2. Respon DSY terhadap Guncangan KAY ...........................................
32
5.4.3. Respon Growth terhadap Guncangan KAY.......................................
33
5.4.4. Respon Growth terhadap Guncangan DSY .......................................
34
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Hasil Pengujian Akar Unit pada Level...................................................... 40
2. Hasil Pengujian Lag Optimum. ................................................................ 43
3. Hasil Estimasi VAR dengan Lag 1 ........................................................... 44
4. Hasil Estimasi Impuls Respons Function KAY....................................... 45
I. PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Negara-negara miskin dan berkembang sangat membutuhkan dana untuk
keperluan investasi. Peningkatan investasi merupakan cara untuk meningkatkan
pendapatan nasional sehingga pertumbuhan ekonomi juga meningkat. Namun,
negara tersebut umumnya mengalami kekurangan dana untuk memenuhi
kebutuhan investasi sehingga hampir tidak mungkin bagi negara tersebut,
termasuk Indonesia, untuk meningkatkan pendapatan nasional. Untuk memutus
lingkaran setan (vicious circle) ini diperlukan aliran modal asing untuk memenuhi
kekurangan dana investasi.
Masuknya aliran modal asing merupakan proses inti pembangunan
ekonomi terutama bagi negara miskin dan berkembang. Aliran modal asing dapat
bersumber dari pemerintah atau swasta, yang berbentuk pinjaman atau investasi
(lansung atau tidak langsung). Efek positif adanya aliran modal asing langsung
(FDI) ialah masuknya metode produksi yang lebih maju, sehingga FDI akan
meningkatkan efisiensi modal yang ditanamkan. Namun, masuknya aliran modal
asing ini dapat menimbulkan masalah dalam pengaturan kebijakan domestik.
Surplus dalam aliran modal dapat menimbulkan booming pada pasar
ekuitas yang menciptakan wealth effect. Hal tersebut akan diantisipasi dengan
kebijakan moneter ketat untuk menekan kenaikan permintaan domestik, tetapi
juga dapat menurunkan penawaran domestik dengan menghambat investasi dan
meningkatkan inflasi. Efek negatif lain dari aliran modal asing ialah jika aliran
2
modal tersebut digunakan untuk membiayai konsumsi. Hal ini akan menyebabkan
hilangnya kesempatan berbagai keuntungan yang mungkin diperoleh jika modal
tersebut digunakan untuk pembiayaan yang produktif, walaupun peningkatan
konsumsi nantinya akan diikuti oleh tumbuhnya industri. Selain itu, selalu ada
kemungkinan bahwa aliran masuk modal asing menyebabkan pemerintah
mengendurkan usaha memungut pajak sehingga terjadi peningkatan konsumsi
yang akhirnya akan meningkatkan impor.
Selama periode 1990-2005, Indonesia mengalami keluar-masuknya aliran
modal asing. Pada tahun 1990 sampai 1997-an, terjadi peningkatan aliran modal
masuk yang sangat kecil. Harapan adanya korelasi positif antara aliran modal dan
investasi domestik, yang diproksi oleh tabungan domestik (DS) dalam nilai riil,
tidak terjadi. Berbeda dengan aliran modal yang cenderung tetap, tabungan
domestik justru memperlihatkan kenaikkan rata-rata yang tetap sampai tahun
1997-an. Namun, trend naik ini terhenti pada kuartal III pada tahun 1997. Pada
saat itu, nilai tabungan domestik yang puncaknya pada Rp 106.178 milyar turun
menjadi Rp 51.204 milyar (Bank Indonesia, 2006).
Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter yang berawal dari
Thailand dan menyebar ke negara-negara Asia lainnya, termasuk Indonesia. Hal
tersebut berdampak pada keluarnya aliran modal dari Indonesia. Pada kuartal III
terjadi arus modal keluar sebesar Rp 34.835 milyar, dan meningkat pada kuartal
selanjutnya yaitu sebesar Rp 54.234 milyar.
Lain halnya dengan tabungan domestik, pada saat krisis terjadi, tabungan
domestik memang mengalami penurunan. Namun setelah penurunan itu, tabungan
3
domestik tetap memiliki trend meningkat yang lebih besar daripada aliran modal.
Bahkan pada saat trend aliran modal menurun, tabungan domestik memiliki trend
meningkat.
Setelah periode krisis, hubungan aliran modal dengan tabungan domestik
menjadi tidak menentu. Usaha pemerintah untuk meningkatkan investasi terus
dilakukan. Pada sektor moneter, pemerintah melakukan serangkaian kebijakan
untuk menarik investor agar mau menyimpan dananya di Indonesia. Kebijakan
tersebut berupa peningkatan suku bunga domestik, dan penjaminan dana yang
berada di pasar uang, sedangkan pada sektor riil, pemerintah berusaha
memperbaiki iklim investasi dengan memangkas birokrasi dan mengurangi
ekonomi biaya tinggi. Sasaran dilakukannya perbaikan di sektor moneter maupun
sektor riil adalah mempertahankan surplus aliran modal untuk meningkatkan
tabungan domestik melalui peningkatan GDP, jadi sebelum tabungan domestik
meningkat, aliran modal asing akan meningkatkan GDP terlebih dahulu.
Peningkatan GDP tersebut akan menaikkan pertumbuhan ekonomi.
Sama seperti tabungan domestik, pergerakan GDP juga memiliki trend
meningkat pada saat pergerakan KA (capital account) relatif tetap. Pada periode
krisis, gerakan GDP menunjukkan penurunan. Setelah periode krisis, hubungan
antara KA dengan GDP menjadi tidak menentu. Akan tetapi trend rata-rata GDP
tetap meningkat, sedangkan KA relatif konstan.
Ansari (2004) dalam penelitiannya di Amerika Serikat, menemukan
adanya hubungan positif antara aliran modal dengan tabungan domestik. Selain itu
ia menyatakan bahwa aliran modal asing langsung (FDI) mempengaruhi efisiensi
4
modal yang diinvestasikan melalui penggunaan teknologi yang lebih maju dan
peningkatan kualitas manajemen. Berdasarkan hasil penelitian di atas, aliran
modal dapat mempengaruhi perekonomian domestik melalui ketersediaan dana
untuk investasi dan efisiensi modal yang ditanamkan terhadap investasi. Oleh
karena itu, analisis mengenai aliran modal terhadap perekonomian domestik perlu
dilakukan.
1.2.
Perumusan Masalah
Menurut Ansari (2004), aliran modal mempunyai dua efek terhadap
perekonomian, yaitu efek langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung
berasal dari fakta bahwa aliran modal asing menunjukan ketersediaan dana yang
dapat diinvestasikan, yang secara langsung dapat menambah (mengurangi) total
volume investasi domestik. Sedangkan cara tidak langsungnya adalah bahwa
modal asing menambah (mengurangi) pendapatan nasional yang nantinya akan
meningkatkan (menurunkan) tabungan domestik. Meningkatnya (menurunnya)
tabungan domestik akan menambah (mengurangi) dana untuk investasi.
Dampak modal asing terhadap efisiensi dari investasi domestik dapat
melalui berbagai bentuk dan mengalir melalui berbagai macam cara. Sebagai
contoh, modal asing dapat meningkatkan incremental output-capital ratio (IOCR),
total factor productivity (TFP), labor productivity (LP), dan pertumbuhan
ekonomi.
Dari penjelasan di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini,
yaitu:
5
1. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap perubahan aliran modal di
Indonesia?
2. Bagaimana respon tabungan domestik terhadap perubahan aliran modal di
Indonesia?
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini
antara lain:
1. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap perubahan aliran modal
di Indonesia.
2. Menganalisis respon tabungan domestik terhadap perubahan aliran modal di
Indonesia.
1.4.
Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai aliran modal dan perekonomian domestik Indonesia
diharapkan dapat menambah wawasan kepada masyarakat tentang seberapa besar
peran aliran modal dalam membangun perekonomian Indonesia, sehingga
masyarakat dapat memilih sumber pembiayaan untuk investasi. Hasil penelitian
ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah yang mengatur
lalu lintas modal. Dengan demikian, pemerintah dapat menentukan langkahlangkah ke depan guna memprioritaskan jenis sumber-sumber dana yang dapat
menambah jumlah tabungan domestik demi membiayai investasi, yang akhirnya
meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1.
Aliran Modal (Capital Flow)
Aliran modal merupakan keluar-masuknya modal pada suatu negara.
Keluar-masuknya modal ini dicatat dalam neraca modal (capital account), yang
nantinya akan mempengaruhi neraca pembayaran (balance of payment). Neraca
modal mencatat aliran modal jangka pendek dan jangka panjang, serta pinjaman
asing dan hibah. Yang termasuk dalam aliran modal jangka pendek ialah
simpanan dan pinjaman bank, disebut investasi portofolio, sedangkan aliran
modal jangka panjang meliputi penanaman modal asing langsung dan saham
(Hossain dan Chowdhury, 1998).
2.1.1. Modal Masuk (Capital Inflow)
Modal masuk adalah dana asing yang mengendap ke suatu negara dalam
waktu tertentu. Modal masuk juga dapat berasal dari pemilik modal domestik
yang membawa kembali uangnya yang ditanamkan di luar negeri. Ada beberapa
cara dana asing masuk ke suatu negara, yaitu: (1) penanaman modal asing
langsung, dan (2) penanaman modal asing tidak langsung.
2.1.1.1. Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment)
Salvatore (1997) menyatakan bahwa penanaman modal asing langsung
meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa pembangunan pabrikpabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk
7
keperluan produksi, pembelanjaan berbagai peralatan inventaris, dan sebagainya.
Pengadaan modal asing itu biasanya dibarengi dengan penyelenggaraan fungsifungsi manajemen, dan pihak investor sendiri tetap mempertahankan kontrol
terhadap dana-dana yang telah ditanamkannya.
Krugman (1991) dalam Siahaan (2005) mendefinisikan penanaman modal
asing langsung sebagai arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu
negara memperluas atau mendirikan perusahaan di negara lain. Penanaman modal
asing langsung tidak hanya berupa pemindahan sumberdaya, tetapi juga
pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri.
Penanaman
modal
langsung,
menurut
IMF
(2003)
dan
OECD
(Organization of Economic Corporation and Development) dalam Duce dan
España (2003) merefleksikan pada tujuan untuk mempertahankan kepentingan
jangka panjang yang dilakukan oleh kesatuan investor sebagai pelaku ekonomi
kepada suatu perusahaan yang dimiliki penduduk asli dalam ekonomi lainnya.
Kepentingan tersebut menjelaskan eksistensi sebuah hubungan jangka panjang
antara investor asing dengan perusahaan domestik yang berinvestasi dan pengaruh
signifikan terhadap manajemen perusahaan. Investasi langsung ini melibatkan
transaksi awal dan biaya-biaya lain hingga terbentuknya perjanjian.
Ada beberapa alasan mengapa investor asing menanam modal secara
langsung di negara lain: (1) memperoleh keuntungan setinggi mungkin dan
mendiversifikasikan atau memecahkan resiko; (2) menghindari pajak yang terlalu
berat di suatu negara; (3) mendukung kegiatan bisnis disuatu negara yang sarana
infrastrukturnya belum memadai; (4) melakukan integrasi horizontal atau
8
perluasan kegiatan produksi ke wilayah yang lebih luas. Hal ini biasa dilakukan
oleh perusahaan monopolistik dan oligopolistik yang memiliki keunikan dalam
pengetahuan produksi atau keterampilan manajerial; (5) melakukan integrasi
vertikal. Integrasi jenis ini dilakukan oleh perusahaan asing yang menanam
modalnya untuk memperoleh kontrol atas jalur pasokan bahan-bahan mentah atau
komoditi primer yang mereka butuhkan. Hal ini dilakukan agar investor asing
memperoleh suplai bahan mentah secara kontinyu dengan harga yang lebih
murah.
Wahyudi (1990) menyatakan tiga bentuk penanaman modal asing
langsung dari negara maju ke negara berkembang, yaitu: (1) saham baru; (2)
pendapatan yang diinvestasikan kembali; (3) pinjaman bersih dari perusahaan
induk atau afiliasinya. Keuntungan jangka panjang penanaman modal asing
langsung ialah peningkatan produktivitas, hal ini berkaitan langsung dengan
investasi produktif, yang memungkinkan transfer teknologi, dan kemampuan
pemasaran dan manajerial. Sedangkan keprihatinan bagi negara penerima tentang
penanaman modal asing langsung ialah kesempatan untuk mengambil keuntungan
monopoli akibat tingginya tingkat proteksi.
2.1.1.2. Penanaman Modal Asing Tidak Langsung
Penanaman modal asing tidak langsung sering disebut penanaman modal
jangka pendek. Investasi jenis ini berbentuk portofolio (portofolio investment).
Mishkin (2001) mengemukakan teori pilihan portofolio (theory of portofolio
choice) yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
9
membeli aset, yaitu: (1) kekayaan (wealth), jika kekayaan seseorang semakin
meningkat maka ia akan memiliki sumber yang lebih banyak untuk membeli asetaset; (2) hasil yang diharapkan (expected return), yaitu hasil yang mungkin
didapatkan dengan memegang aset tersebut; (3) risiko (risk), yaitu derajat
ketidakpastian yang dihubungkan dengan suatu aset relatif terhadap aset-aset
lainnya; (4) likuiditas (liquidity), yaitu seberapa cepat dan mudah suatu aset
diubah dalam bentuk uang tunai (cash).
Teori di atas mengisyaratkan bahwa setiap tindakan investor dalam
memegang suatu aset akan didasarkan pada keempat faktor tersebut. Definisi aset
di sini ialah sesuatu yang dimiliki sebagai simpanan kekayaan atau nilai. Aset ini
dapat berupa uang, tanah, bangunan, mesin, valuta asing, obligasi, saham, dan
lainnya.
Investor asing menanam modal dengan menguasai saham yang dapat
dipindahkan (yang diterbitkan atau dijamin oleh negara penerima modal).
Penguasaan saham ini tidak secara otomatis memberikan hak investor asing untuk
mengendalikan perusahaan. Para pemegang saham hanya memiliki hak atas
dividen perusahaan.
Motif utama investor asing dalam menanamkan modalnya didorong
beberapa alasan, yaitu: (1) melakukan diversifikasi portofolio diantara berbagai
pasar dan lokasi; (2) untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi; (3)
menghindari ketidakpastian politik (political risks); (4) berspekulasi di pasar
valuta asing. Jadi, semua modal yang masuk ke suatu negara dipengaruhi oleh
10
faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk membeli aset dan motif
pembelian aset pada negara tertentu.
2.1.2. Modal Keluar (Capital Outflow)
Modal keluar merupakan aliran modal yang berasal dari suatu negara ke
negara lain. Hal ini terjadi jika ada pembelian aset asing oleh penduduk domestik
suatu negara, atau penjualan kembali aset domestik yang dipegang investor asing
dan membawa uangnya keluar dari negara tersebut.
Selain modal keluar, dikenal juga adanya istilah pelarian modal (capital
flight). Definisi pelarian modal sampai saat ini masih belum dapat diterima secara
umum. Akan tetapi, dalam beberapa tahun ini pelarian modal sering dikaitkan
pada negara berkembang yang mengalami peningkatan utang luar negeri yang
diiringi dengan sejumlah besar modal keluar.
Moshin Khan–Ulhaque (1987) dalam Diniarni (2005) mendefinisikan
pelarian modal sebagai semua arus modal keluar dari negara berkembang dengan
tidak memperhatikan latar belakang terjadinya arus tersebut dari dari dalam negeri
dan jenis modal tersebut. Ia mengartikan hal tersebut sebagai pelarian modal
karena
umumnya
negara
sedang
berkembang
mengalami
kekurangan
(kelangkaan) modal, sehingga arus keluar berarti menghilangkan potensi sumber
daya yang tersedia, dan pada akhirnya menghilangkan potensi pertumbuhan
ekonomi negara tersebut.
11
2.2.
Tabungan Domestik (Domestic Saving)
Mankiw (2000) mendefinisikan tabungan domestik sebagai output yang
tersisa setelah permintaan konsumen dan pemerintah telah dipenuhi (Y − C − G ) .
Tabungan domestik diturunkan dari pos pendapatan nasional, yaitu:
Y =C + I +G
............ (2.2.1)
dengan memindahkan variabel C dan G, maka diperoleh persamaan:
Y −C −G = I
............ (2.2.2)
dalam bentuk ini, identitas pendapatan nasional menunjukkan bahwa tabungan
domestik sama dengan investasi. Pendekatan tabungan domestik dapat digunakan
untuk mengukur investasi. Hal ini didukung oleh penelitian Feldstein and Horioka
(1980) yang menyatakan bahwa tingkat kenaikan tabungan domestik yang stabil
akan menambah jumlah investasi dengan tingkat yang kurang-lebih sama.
Untuk memahami identitas di atas, tabungan domestik dapat dipecah
menjadi dua, yaitu satu bagian menunjukkan tabungan dari sektor perseorangan
(private saving) dan yang lain menunjukkan tabungan pemerintah (public saving):
(Y − C − T ) + (T − G ) = I
............ (2.2.3)
(Y − C − T ) adalah pendapatan disposibel dikurangi konsumsi, yang merupakan
tabungan perseorangan. (T − G )
adalah penerimaan pemerintah dikurangi
pengeluaran pemerintah, yaitu tabungan masyarakat.
Persamaan di atas menunjukkan bahwa tabungan domestik bergantung
pada pendapatan nasional Y , konsumsi, dan variabel kebijakan fiskal G dan T .
Dalam penelitian ini, penulis juga akan melihat efek aliran modal terhadap
12
volume investasi (resource effect), yang menggunakan pendekatan tabungan
domestik.
2.3.
Pendapatan Nasional
Lipsey, et al., (1997) mendefinisikan pendapatan nasional sebagai nilai
dari total produksi barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara. Jadi total produk
nasional sama dengan pendapatan nasional. Pendapatan nasional dapat diukur dari
Pendapatan Nasional Bruto (PNB) atau Pendapatan Domestik Bruto (PDB).
PNB mengukur nilai produk yang dihasilkan oleh suatu negara, termasuk
kegiatan produksi yang dilakukan diwilayah negara lain tetapi tidak termasuk
kegiatan produksi yang dilakukan oleh orang atau perusahaan asing di wilayah
negara bersangkutan, sedangkan PDB mengukur nilai produk yang dihasilkan
suatu negara, termasuk kegiatan orang atau perusahaan asing tetapi tidak termasuk
kegiatan produksi warga negara bersangkutan di wilayah negara lain. Dalam
penelitian ini, variabel pendapatan nasional yang digunakan ialah PDB. Ada tiga
pendekatan perhitungan PDB, yaitu:
a) Pendekatan produksi, yaitu mengukur jumlah nilai barang dan jasa akhir yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka
waktu tertentu, misal tahunan atau kuartalan. Unit-unit produksi tersebut
secara garis besar dibagi menjadi 11 sektor, antara lain: (1) pertanian; (2)
pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik, gas dan air
minum; (5) bangunan; (6) perdagangan; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8)
13
bank dan lembaga keuangan lainnya; (9) sewa rumah; (10) pemerintahan; dan
(11) jasa.
b) Pendekatan pendapatan, yaitu mengukur jumlah balas jasa yang diterima oleh
faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi di wilayah suatu
negara dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa produksi tersebut antara lain:
(1) upah dan gaji; (2) sewa tanah; (3) bunga modal; dan (4) keuntungan.
c) Pendekatan pengeluaran, yaitu mengukur nilai seluruh komponen permintaan
akhir dalam jangka waktu tertentu, yang meliputi: (1) pengeluaran konsumsi
rumah tangga dan lembaga yang tidak berorientasi pada keuntungan; (2) sewa
tanah; (3) pengeluaran pemerintah; dan (4) ekspor bersih (ekspor dikurangi
impor).
Dalam penelitian ini, nilai pendapatan nasional yang digunakan ialah
pendapatan nasional yang diukur dengan pendekatan pengeluaran (gross domestic
product by expenditure).
2.4.
Penelitian Terdahulu
Analisis mengenai aliran masuk modal asing terhadap ekononomi
domestik dilakukan oleh Ansari (2004) di Amerika Serikat, dengan data yang
digunakan merupakan data kuartalan periode 1973 sampai 1999. Ia mengestimasi
dampak aliran modal masuk terhadap volume investasi dengan model vektor
koreksi kesalahan (VECM). Selain itu, ia juga melakukan estimasi terhadap
efisiensi investasi asing dengan metode ordinary least square (OLS). Ia
menemukan bahwa aliran modal masuk memiliki dampak positif terhadap
14
ekonomi, baik secara langsung dengan menambah ketersediaan dana investasi dan
secara tidak langsung dengan menambah pendapatan dan tabungan domestik.
Sedangkan investasi asing memiliki dampak positif, yang dilihat dari tanda
koefisien, namun tidak signifikan secara statistik.
2.5.
Kerangka Pemikiran
Dengan sejumlah permasalahan dan tujuan yang dirumuskan dalam
penelitian ini, tahapan-tahapan penelitian secara garis besar dapat dilihat pada
Gambar 2.1. Untuk menjawab permasalahan dan tujuan yang dirumuskan, penulis
melakukan studi literatur dari berbagai sumber mengenai teori dan definisi, serta
hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan aliran modal, tabungan domestik,
dan pertumbuhan ekonomi. Setelah itu penulis menentukan alat analisis
pengolahan data untuk mendapatkan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah vector
autoregression (VAR) karena semua variabel yang digunakan stasioner pada
level. Analisis dilanjutkan dengan inovasi perhiutngan impulse response function
(IRF).
Hasil pengolahan didapat setelah data diolah dengan alat analisis yang
telah ditentukan. Hasil tersebut kemudian dibahas dan dikaitkan dengan teori-teori
yang ada. Jika ada hasil yang tidak sesuai dengan teori, maka penulis mencari
penyebab terjadinya ketidaksesuaian tersebut.
Aliran modal masuk ke suatu negara terbagi menjadi dua bentuk, yaitu
dana tunai yang masuk ke pasar uang dan dana yang digunakan untuk investasi
15
sektor riil. Dana yang masuk ke pasar uang akan digunakan oleh perusahaan
domestik untuk mengembangkan usahanya (investasi), sedangkan dana masuk
yang langsung diinvestasikan ke sektor riil (FDI) biasanya digunakan untuk sektor
industri baru atau pengembangan industri asing yang telah ada. Kedua cara dana
yang masuk negara tersebut sama-sama digunakan untuk investasi. Perbedaannya
terletak pada teknik manajemen dan teknologi yang diaplikasikan pada investasi
tersebut.
Aliran
modal
yang
digunakan
untuk
investasi
domestik
akan
meningkatkan GDP. Peningkatan GDP ini nantinya akan meningkatkan tabungan
domestik, yang nantinya bisa digunakan untuk investasi kembali. Perbedaan
investasi terletak pada dana yang digunakan. Jika investasi yang pertama dibiayai
dari dana asing, maka investasi selanjutnya dibiayai dari tabungan domestik yang
telah meningkat akibat peningkatan GDP sebelumnya.
FDI yang meningkat pada suatu negara biasanya diikuti oleh teknologi dan
teknik manajemen yang lebih efisien sehingga mampu menghasilkan output yang
lebih banyak jika dibandingkan investasi domestik. Hal ini dapat meningkatkan
efisiensi modal yang diinvestasikan. Peningkatan efisiensi investasi akan
menambah output dalam jumlah yang lebih banyak yang akhirnya dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan selanjutnya menambah tabungan
domestik.
16
Aliran Modal
Teknik Manajemen dan
Teknologi yang dibawa
Dana Tunai
FDI
Pendapatan Nasional
Konsumsi Masyarakat
Pengeluaran Pemerintah
Tabungan
Domestik
Investasi
Domestik
Efisiensi
Investasi
Peningkatan
GDP/Pertumbuhan
Ekonomi
Keterangan:
: mempengaruhi
: dipengaruhi
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran
17
III. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA
3.1.
Perkembangan Output Nasional Riil Periode 1990-2005
Output Nasional merupakan nilai dari total produksi barang dan jasa yang
dihasilkan suatu negara. Output riil Indonesia berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata
dari trend yang meningkat. Peningkatan tersebut terus terjadi sampai tahun 1997.
Saat krisis tahun 1997, terjadi penurunan output riil Indonesia dari Rp 330.240
milyar pada 1997:3 menjadi Rp 273.156 milyar pada 1998:4. Setelah periode
tersebut output riil Indonesia kembali mempunyai trend yang meningkat, namun
nilai tersebut masih belum stabil (fluktuatif). Selama tahun 2005 angka output riil
Indonesia menunjukkan peningkatan dari mulai kuartal I sampai kuartal III.
Pergerakan output riil dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Gambar 3.1.
500000
450000
400000
300000
250000
GDP
200000
150000
100000
50000
M
ar
-0
5
M
ar
-0
4
M
ar
-0
3
M
ar
-0
2
M
ar
-0
1
M
ar
-0
0
M
ar
-9
9
M
ar
-9
8
M
ar
-9
7
M
ar
-9
6
M
ar
-9
5
M
ar
-9
4
M
ar
-9
3
M
ar
-9
2
M
ar
-9
1
0
M
ar
-9
0
Milyar Rupiah
350000
Periode
Gambar 3.1. Perkembangan Output Nasional Riil Periode 1990-2005
Sumber : Bank Indonesia (2006)
18
3.2.
Perkembangan Tabungan Domestik Riil Periode 1990-2005
Peningkatan tabungan domestik terjadi melalui efek tidak langsung, yaitu
melalui peningkatan GDP. Semakin tinggi GDP suatu negara, umumnya akan
meningkatkan jumlah tabungan domestiknya
140000
120000
100000
80000
DS
60000
40000
20000
0
P e r i ode
Gambar 3.2. Perkembangan Tabungan Domestik Riil Periode 1990-2005
Sumber : Bank Indonesia (2006)
Perkembangan tabungan domestik riil di Indonesia menunjukkan fluktuasi
yang cukup tajam, selama periode pasca krisis jumlah tabungan domestik
menurun tajam pada kuartal IV 2002, kemudian secara perlahan meningkat dan
mencapai nilai tertinggi pada kuartal III tahun 2005, jumlah meningkat dari
sebesar Rp 47.144 milyar menjadi sebesar Rp 129.654 milyar.
3.3.
Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Riil Periode 1990-2005
Perkembangan
pengeluaran
pemerintah
menunjukkan
trend
yang
meningkat dari tahun ke tahun, walaupun di beberapa periode menujukkan
penurunan. Meningkatnya peran pemerintah tercermin pada pertumbuhan
pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi dari periode sebelumnya. Fluktuasi
19
pengeluaran pemerintah pada periode pemulihan ekonomi terkait dengan adanya
usaha pengurangan subsidi BBM, listrik pupuk maupun jumlah penerimaan pajak
yang masuk.
40000
35000
30000
Milyar Rupiah
25000
20000
G
15000
10000
5000
M
ar
-9
0
Se
p90
M
ar
-9
1
Se
p91
M
ar
-9
2
Se
p92
M
ar
-9
3
Se
p93
M
ar
-9
4
Se
p94
M
ar
-9
5
Se
p95
M
ar
-9
6
Se
p96
M
ar
-9
7
Se
p97
M
ar
-9
8
Se
p98
M
ar
-9
9
Se
p99
M
ar
-0
0
Se
p00
M
ar
-0
1
Se
p01
M
ar
-0
2
Se
p02
M
ar
-0
3
Se
p03
M
ar
-0
4
Se
p04
M
ar
-0
5
Se
p05
0
Periode
Gambar 3.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Riil Periode 1990-2005
Sumber : Bank Indonesia (2006)
3.4.
Perkembangan Konsumsi Masyarakat Riil Periode 1990-2005
Trend pengeluaran konsumsi yang meningkat dari tahun ke tahun turut
dipengaruhi oleh semakin tingginya pendapatan masyarakat sebagai akibat dari
perumbuhan ekonomi periode sebelumnya.
350000
300000
250000
200000
C
150000
100000
50000
0
P er i ode
Gambar 3.4. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Periode 1990-2005
Sumber : Bank Indonesia (2006)
20
Pengembangan produk yang semakin maju dan teknik pemasaran barang
dan jasa yang lebih menarik, seperti penjualan secara kredit juga turut
meningkatkan tingginya masyarakat. Perkembangan tingkat konsumsi periode
penelitian, secara riil ditunjukkan bahwa tingkat pengeluaran yang terbesar
dicapai pada periode III pada tahun 2005, yaitu sebesar Rp 286.788 milyar.
3.5.
Perkembangan Foreign Direct Investment (FDI): 1990-2005
Usaha pemerintah untuk meningkatkan investasi terus dilakukan. Pada
sektor moneter, pemerintah melakukan serangkaian kebijakan untuk menarik
investor agar mau menyimpan dananya di Indonesia. Kebijakan tersebut berupa
peningkatan suku bunga domestik, dan penjaminan dana yang berada di pasar
uang. Pada sektor riil, pemerintah berusaha memperbaiki iklim investasi dengan
memangkas
birokrasi
dan
mengurangi
ekonomi
biaya
tinggi.
Sasaran
dilakukannya perbaikan di sektor moneter maupun sektor riil adalah untuk
meningkatkan aliran modal asing masuk ke Indonesia.
20000
15000
10000
0
M
ar
-9
0
Se
p90
M
ar
-9
1
Se
p91
M
ar
-9
2
Se
p92
M
ar
-9
3
Se
p93
M
ar
-9
4
Se
p94
M
ar
-9
5
Se
p95
M
ar
-9
6
Se
p96
M
ar
-9
7
Se
p97
M
ar
-9
8
Se
p98
M
ar
-9
9
Se
p99
M
ar
-0
0
Se
p00
M
ar
-0
1
Se
p01
M
ar
-0
2
Se
p02
M
ar
-0
3
Se
p03
M
ar
-0
4
Se
p04
M
ar
-0
5
Se
p05
Milyar Rupiah
5000
-5000
-10000
-15000
-20000
-25000
Periode
Gambar 3.5. Perkembangan Foreign Direct Investment Periode 1990-2005
Sumber : Bank Indonesia (2006)
FDI
21
Selama periode 1990-an aliran modal asing yang masuk mempunyai trend
yang meningkat. Pada saat krisis terjadi, investor tidak tertarik untuk
menanamkan modalnya sehingga banyak FDI yang keluar dari Indonesia. Jumlah
FDI yang keluar dari Indonesia pada saat krisis sebesar Rp 2.074 milyar dan FDI
ini terus keluar sampai puncaknya pada kuartal I tahun 2001, yaitu sebesar Rp
21.680 milyar. Setelah periode tersebut, keluar-masuknya FDI terus berfluktuasi
hingga pada kuartal II tahun 2005 tercatat FDI masuk sebesar Rp 14.505 milyar.
3.6.
Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Riil Periode 1990-2005
Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi
negaranya. Pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan output (nilai barang dan
jasa) suatu periode terhadap output periode sebelumnya, biasanya dihitung dalam
persen. Pertumbuhan ekonomi pada penelitian ini merupakan pertumbuhan
ekonomi tahunan (year on year).
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
Gr
0.05
0
-0.05
-0.1
-0.15
-0.2
P e r i ode
Gambar 3.6. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Riil Periode 1990-2005
Sumber : Bank Indonesia (2006)
22
Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh perubahan output riil Indonesia.
Rata-rata pertumbuhan ekonomi dari periode pengamatan (1990:1 sampai 2005:3)
sebesar 6.2 persen per tahunnya, dari Gambar 3.2 diketahui bahwa pertumbuhan
ekonomi riil Indonesia yang tertinggi dicapai pada kuartal IV tahun 2003.
23
IV. METODOLOGI PENELITIAN
4.1.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder
yang diperoleh dari Bank Indonesia dan International Monetary Fund (IMF).
Data-data yang dipergunakan antara lain aliran modal (capital account), investasi
langsung (foreign direct investment), nilai tukar (Rp/US$), pendapatan nasional
(GDP) nominal, konsumsi rumah tangga (C), pengeluaran pemerintah (G), dan
indeks harga konsumen (IHK) Indonesia dengan tahun dasar 2000 (2000=100).
Semua data yang digunakan merupakan data time series kuartalan dengan sampel
waktu dari tahun 1990:1 sampai 2005:3.
Variabel-variabel untuk penelitian ini diperoleh dengan cara mengolah
data-data yang telah tersedia. Variabel-variabel yang dibentuk antara lain rasio
tabungan domestik terhadap GDP (DSY), pertumbuhan ekonomi riil tahunan (Gr),
dan rasio total aliran modal terhadap GDP (KAY). Selain itu digunakan pula
variabel dummy untuk krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997 (D=0,
untuk data kurang dari 1997:3 dan D=1, untuk lainnya). Metode ini digunakan
dengan bantuan perangkat lunak Eviews 4.1.
4.2.
Metodologi
Untuk memenuhi tujuan penelitian, penulis menggunakan semua variabel
yang telah dibentuk tadi, kemudian mengolahnya sehingga didapat jawaban sesuai
24
dengan tujuan penelitian. Untuk definisi dan simbol dari variabel yang digunakan
ditampilkan pada Tabel dibawah ini.
Tabel 4.2. Variabel yang digunakan
Variabel
Rasio Aliran Modal
terhadap GDP
Simbol
KAY
Pertumbuhan Ekonomi
Growth
Rasio Tabungan
Domestik terhadap GDP
DSY
Definisi Variabel
Aliran modal bersih pada Neraca Pembayaran
Indonesia dibagi output nasional
Persentase perubahan nilai barang dan jasa yang
dihasilkan di wilayah suatu negara berdasarkan
pengeluaran year on year
Output tersisa setelah permintaan konsumen dan
pemerintah terpenuhi
4.2.1. Model Umum Vector Autoregression
Pengujian
ini
dilakukan
dengan
menggunakan
metode
vector
autoregression (VAR). Model VAR membuat seluruh variabel menjadi
endogenous dan menurunkan distributed lagnya. Menjadikan varibel yang
digunakan sebagai endogenous sangat penting mengingat sulitnya menentukan
varibel endogen dan eksogen dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu model VAR
sangat baik untuk mengatasi hal tersebut. Bentuk umum persamaan VAR adalah:
i =n
Zt = A + ∑ BiZt − i + CX + ε
............... (4.2)
i =1
dimana Zt adalah vektor dari variabel-variabel endogen (Growth, DSY, dan
KAY), Xt adalah vektor dari variabel-variabel eksogen sebanyak d termasuk di
dalamnya konstanta (intercept) dan dummy. A1, ... , Ap, dan B merupakan matriksmatriks koefisien yang akan diestimasi.
Pada metode ini, hubungan antar variabel dalam sistem persamaan dapat
diketahui dengan menjadikan seluruh variabel sebagai endogenous. Metode VAR
juga bekerja berdasarkan data sehingga terbebas dari batasan teori ekonomi yang
25
sering muncul, sehingga dapat terhindar dari penafsiran yang salah. Adapun
kelemahan dengan menggunakan metode VAR diantaranya: (1) penentuan
banyaknya lag yang menimbulkan masalah baru dalam proses estimasi; (2) model
VAR bersifat apriori atau mengolah data tanpa memanfaatkan teori ekonomi yang
ada; (3) semua variabel yang digunakan dalam VAR harus stasioner, jika belum
harus ditransformasikan terlebih dahulu agar stasioner.
4.2.2. Uji Akar Unit
Data time-series umumnya mengalami masalah ketidakstasioneran yang
dapat menjatuhkan validitas dari parameter yang diestimasi, sehingga perlu
dilakukan uji akar unit pada kumpulan data. Secara umum, uji akar unit dapat
dilakukan dengan melihat secara visual (grafis) apakah terdapat trend dalam data
atau tidak, dan melihat variance data pada periode penelitian. Jika data pada level
tidak stasioner, maka data dimodifikasi menjadi selisih antar data sebelumnya
(first difference) sehingga data menjadi stasioner, data ini kemudian disebut
terintegrasi pada orde pertama atau I(1).
Variabel-variabel yang tidak stasioner pada level tidak dapat digunakan
untuk melihat hubungan jangka panjang dalam VAR. Meskipun penggunaan first
difference dalam VAR dapat digunakan, namun identifikasi restriksi jangka
panjang tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, kestasioneran data harus diketahui
sebelum menggunakan VAR.
Data dikatakan stasioner jika mean, variance, dan covariance-nya bebas
dari pengaruh waktu. Dua unit root test yang paling sering digunakan adalah
26
Dickey-Fuller (DF) dan Augmented Dickey-Fuller (ADF). Hipotesis nol adalah
bahwa data mengandung unit root (tidak stasioner), sedangkan hipotesis alternatif
adalah bahwa data tidak mengandung unit root (stasioner). Penolakan H0
dilakukan jika nilai test critical value pada taraf nyata tertentu lebih kecil dari nilai
Augmented Dickey-Fuller test statistic.
4.2.3. Lag Optimal
Penentuan lag optimal sangat penting karena dalam model VAR suatu
variabel juga dipengaruhi oleh dirinya sendiri, selain varibel lain. Akan tetapi,
pengaruh variabel terhadap dirinya sendiri harus tepat lama pengaruhnya, tidak
boleh terlalu cepat atau terlalu lama untuk menghasilkan estimasi yang dapat
diandalkan. Sebelum menentukan lag optimal, perlu dilakukan pengujian lag
maksimal. Lag maksimal didapat jika roots memiliki modulus lebih kecil dari satu
dan semuanya terletak dalam unit circle, sehingga didapat persamaan VAR yang
stabil.
Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan untuk menentukan lag
optimal diantaranya Akaike Information Criteria (AIC) dan Schwarz Criteria
(SC). Tingkat lag optimal yang ditunjukkan oleh kedua kriteria dapat berbeda,
namun penulis memilih penentuan lag optimal berdasarkan SC.
4.2.4. Impulse Respons Function (IRF)
IRF memungkinkan kita untuk menelusuri time path dari suatu guncangan
(inovasi) terhadap suatu variabel dalam sistem VAR atau VECM. IRF melihat
27
dampak guncangan satu standar deviasi terhadap variabel lain dan dirinya sendiri
pada periode I, II, dan seterusnya. IRF menunjukan tanda dari multiplier dinamis,
tetapi tidak menunjukan ukuran dan besarnya.
Analisis IRF merupakan cara yang paling baik untuk menunjukkan respon
dari model terhadap kejutan (shocks). Hal ini karena koefisien hasil estimasi VAR
atau VECM sulit untuk diartikan dan kurang bisa diandalkan. Akan tetapi analisis
IRF mempunyai keterbatasan dalam menginterpretasikan ukuran dan besarnya
pengaruh perubahan dalam sistem.
28
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sesuai dengan penjabaran sebelumnya, penulis melakukan pengujian
terhadap kestasioneran variabel-variabel dalam model kemudian melanjutkan
dengan estimasi dari tiap tujuan yang ingin dicapai. Analisis VAR mengharuskan
data yang digunakan stasioner pada level. Jika varibel yang digunakan tidak
stasioner pada level maka analisis tetap dapat digunakan dalam VAR, namun
setelah varibel ditransformasikan sehingga menjadi stasioner.
5.1.
Uji Akar Unit
Permasalahan yang sering dihadapi pada data time series ialah
ketidakstasioneran data. Analisis dengan OLS untuk data yang tidak stasioner
akan menghasilkan regresi palsu. Data dikatakan stasioner jika time series
mempunyai mean, variance, dan covariance yang bebas dari pengaruh waktu
(Harris dan Sollis, 2003). Adapun uji akar unit yang digunakan dalam penelitian
ini adalah uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Hasil uji ADF untuk data time
series setiap variabel dalam tingkat level dapat dilihat pada Tabel 5.1.1.
Pada Tabel 5.1.1 dapat dilihat bahwa variabel Growth stasioner pada level
dengan asumsi constant. Ini terlihat dari nilai ADF t-statistic variabel tersebut
lebih besar dari nilai kritis MacKinnon 1 persen. Sedangkan variabel KAY dan
DSY juga stasioner pada level dengan asumsi constant, linear trend. Ini dapat
dilihat dari nilai ADF t-statistic variabel tersebut lebih kecil dari nilai kritis
MacKinnon 1 persen. Oleh karena semua variabel stasioner pada tingkat level,
29
maka data memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, sehingga pengolahan dapat
dilanjutkan dengan model VAR.
Tabel 5.1.1. Hasil Uji Akar Unit pada Level
Variabel
Nilai ADF t-Statistic
Nilai Kritis
MacKinnon 1%
Keterangan
Growth
-3.574657
-3.548208
stasioner
DSY
KAY
Sumber: Lampiran 2.
-5.150356
-4.113017
stasioner
-4.71354
-4.113017
stasioner
5.2.
Vector Autoregression (VAR)
Varibel-variabel yang stasioner memungkinkan dilakukannya pengolahan
data dengan model VAR. Dalam mengolah dengan model VAR, perlu dilakukan
pengujian untuk tingkat lag optimal agar hasil estimasi yang diberikan valid. Lag
optimal yang didapat akan digunakan untuk mengestimasi koefisien-koefisien
yang dihasilkan dalam persamaan VAR. Karena koefisien-koefisien yang
dihasilkan tidak dapat diartikan dan kurang bisa diandalkan, hasil dari VAR hanya
terdapat pada lampiran. Untuk melakukan peramalan dilakukan inovasi
perhitungan impulse respons function (IRF).
5.3.
Tingkat Lag Optimal
Penentuan lag maksimal penting untuk dilakukan sebelum menentukan
tingkat lag optimal. Sistem persamaan VAR pada tingkat level memenuhi kriteria
di atas sampai lag sepuluh. Dengan kata lain, sistem persamaan VAR dengan lag
sepuluh tersebut stabil.
30
Tahap selanjutnya dalam penentuan lag optimal adalah dengan
mempertimbangkan nilai dari kriteria-kriteria yang
ada.
Penelitian
ini
menggunakan Schwarz Criteria (SC) untuk menentukan lag optimal. Tabel 5.2
memperlihatkan hasil tingkat lag optimal berdasarkan berbagai kriteria. Hasil
menunjukkan bahwa lag optimal untuk variabel-variabel (Growth, DSY, dan
KAY) yang ingin diestimasi adalah satu.
Tabel 5.3. Hasil Uji Lag Optimal
Lag
LogL
LR
FPE
0
273,3378
NA
1,69E-08
1
296,3778 42,03801*
1,04E-08*
2
303,9849
13,07888
1,09E-08
Sumber: Lampiran 3.
5.4.
AIC
-9,380272
-9,872906*
-9,824032
SC
-9,165214
-9,335261*
-8,963800
HQ
-9,296693
-9,663959*
-9,489717
Impulse Response Function
IRF adalah respon sebuah variabel menurut waktu (time path) jika
mendapat guncangan dari diri sendiri atau guncangan variabel dependen lain
sebesar satu standar deviasi. Tujuan utama penelitian ini ialah melihat respon dari
variabel Growth dan DSY terhadap guncangan varibel lain atau variabel itu
sendiri, sehingga penulis dapat mengambil kesimpulan dari hasil estimasi. Respon
variabel-variabel tersebut akibat guncangan variabel-variabel lain dapat dilihat
pada penjelasan di bawah ini:
5.4.1. Respon KAY terhadap Guncangan KAY
Gambar 5.4.1 menunjukkan reaksi KAY dalam sepuluh periode waktu
(kuartalan) terhadap guncangan KAY dalam satuan standar deviasi. Sumbu
vertikal adalah respon KAY atas guncangan KAY sendiri, sedangkan sumbu
31
horizontal adalah periode waktu. Pada gambar tersebut terlihat bahwa respon
KAY terhadap guncangan KAY memiliki pengaruh positif pada jangka pendek,
dan pengaruh sebesar nol dalam jangka panjang.
R e s p o n s e o f K A Y t o C h o le s k y
O n e S . D . K A Y I n n o v a t io n
.0 5
.0 4
.0 3
.0 2
.0 1
.0 0
-.0 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
Gambar 5.4.1. Respon DSY terhadap Guncangan DSY
Pada periode awal, guncangan pada KAY akan menambah KAY itu
sendiri dengan nilai tertinggi sebesar 0,0369 satuan, sedangkan periode II dengan
nilai 0,008 satuan. Periode selanjutnya sampai periode X, pertambahan tersebut
terus menurun hingga nilai terendah dan mendekati nol.
Pertambahan KAY pada periode awal berarti setiap ada peningkatan aliran
modal masuk akan dikuti oleh masuknya kembali aliran modal pada beberapa
periode ke depan. Hal ini cukup logis karena sifat investor yang cenderung
melihat kondisi suatu negara. Jika ada aliran modal masuk suatu negara, berarti
kondisi negara tersebut dianggap sedang baik sehingga investor lainnya akan
mengikuti menanam modal di negara tersebut, namun efek positif ini akan
semakin mengecil dan menghilang pada periode VIII.
32
5.4.2. Respon DSY terhadap Guncangan KAY
Gambar 5.4.2 menunjukkan reaksi DSY dalam sepuluh periode waktu
(kuartalan) terhadap guncangan KAY dalam satuan standar deviasi. Sumbu
vertikal adalah respon DSY atas guncangan KAY, sedangkan sumbu horizontal
adalah periode waktu. Pada gambar tersebut terlihat bahwa respon DSY terhadap
guncangan KAY memiliki pengaruh negatif pada jangka pendek, dan pengaruh
sebesar nol dalam jangka panjang.
R e s p o n s e o f D S Y t o C h o le s k y
O n e S . D . K A Y I n n o v a t io n
.0 0 5
.0 0 0
-.0 0 5
-.0 1 0
-.0 1 5
-.0 2 0
-.0 2 5
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gambar 5.4.2. Respon DSY terhadap Guncangan KAY
Pada periode awal, guncangan pada KAY akan mengurangi DSY dengan
nilai sebesar 0,006 satuan, sedangkan periode II pengurangan DSY bertambah
besar dengan nilai 0,009 satuan. Periode selanjutnya sampai periode X,
pengurangan tersebut terus menurun hingga nilai terendah dan mendekati nol.
Pengurangan DSY akibat pertambahan KAY berarti bahwa adanya sifat
subtitusi antara aliran modal masuk dengan tabungan domestik. Hal ini dapat
terjadi karena aliran modal asing untuk pembiayaan investasi akan membuat
investasi domestik kalah bersaing, seperti yang terjadi pada investasi ritel pasar
33
modern. Selain itu, aliran modal masuk cenderung menggantikan investasi yang
telah ada, sehingga tidak menambah jumlah investasi domestik.
5.4.3. Respon Growth terhadap Guncangan KAY
Gambar 5.4.3 menunjukkan reaksi Growth dalam sepuluh periode waktu
(kuartalan) terhadap guncangan KAY dalam satuan standar deviasi. Sumbu
vertikal adalah respon Growth atas guncangan KAY, sedangkan sumbu horizontal
adalah periode waktu. Pada gambar tersebut terlihat bahwa respon Growth
terhadap guncangan KAY memiliki pengaruh negatif pada jangka pendek, dan
pengaruh sebesar nol dalam jangka panjang.
R e s p o n s e o f G R W T H t o C h o le s k y
O n e S . D . K A Y I n n o v a t io n
.0 1
.0 0
-.0 1
-.0 2
-.0 3
-.0 4
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1 0
Gambar 5.4.3. Respon Growth Terhadap Guncangan KAY
Pada periode awal, guncangan pada KAY akan mengurangi Growth
dengan nilai sebesar 1,15 persen, sedangkan periode II pengurangan Growth
bertambah besar dengan nilai 1,47 persen. Periode selanjutnya sampai periode X,
pengurangan tersebut terus menurun hingga nilai terendah dan mendekati nol pada
jangka panjang.
34
Pengurangan Growth akibat pertambahan KAY berarti bahwa aliran modal
masuk ke Indonesia tidak baik bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat
disebabkan banyaknya aliran modal masuk hanya berputar pada pasar uang.
Banyaknya modal yang mengendap di pasar uang akan memberatkan
perekonomian domestik karena modal tersebut terus berkembang tetapi tidak
terjadi peningkatan output.
5.4.4. Respon Growth terhadap Guncangan DSY
Gambar 5.4.4 menunjukkan reaksi Growth dalam sepuluh periode waktu
(kuartalan) terhadap guncangan KAY dalam satuan standar deviasi. Sumbu
vertikal adalah respon Growth atas guncangan KAY, sedangkan sumbu horizontal
adalah periode waktu. Pada gambar tersebut terlihat bahwa respon Growth
terhadap guncangan KAY memiliki pengaruh positif pada periode awal dan
pengaruh akan bersifat negatif pada periode selanjutnya, tetapi pada jangka
panjang pengaruh sebesar nol.
R e s p o n s e o f G R W T H t o C h o le s k y
O n e S . D . D S Y I n n o v a t io n
.0 4
.0 3
.0 2
.0 1
.0 0
-.0 1
-.0 2
-.0 3
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Gambar 5.4.4. Respon Growth Terhadap Guncangan DSY
1 0
35
Pada periode awal, guncangan pada DSY akan menambah Growth dengan
nilai sebesar 1,45 persen, sedangkan periode II guncangan DSY akan berdampak
pada pengurangan Growth sebesar 0,6 persen. Pengurangan tersebut bertambah
besar pada periode III dengan nilai sebesar 0,8 persen. Setelah periode itu,
pengurangan Growth terus menurun hingga mendekati nilai nol pada jangka
panjang.
Pertambahan Growth akibat pertambahan DSY berarti bahwa tabungan
domestik yang masuk ke Indonesia dapat menambah GDP sehingga terjadi
pertumbuhan ekonomi walaupun hanya pada periode awal. Akan tetapi, setelah
periode tersebut peningkatan DSY akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan
ekonomi. Hal ini dapat terjadi karena setelah peningkatan investasi domestik
terasa hasilnya dalam bentuk peningkatan GDP, maka peningkatan GDP tersebut
akan dikuti peningkatan konsumsi masyarakat. Konsumsi masyarakat meningkat
lebih tinggi daripada peningkatan kapasitas otuput, sehingga untuk memenuhi
permintaan masyarakat dilakukan impor, yang dapat menurunkan GDP dan
pertumbuhan ekonomi.
36
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
1. Hasil estimasi respon variabel Growth terhadap guncangan KAY
menunjukkan bahwa guncangan KAY berpengaruh negatif terhadap
Growth. Hal ini berarti bahwa aliran modal masuk akan menurunkan
pertumbuhan ekonomi, namun pada jangka panjang guncangan KAY tidak
berpengaruh terhadap Growth.
2. Hasil estimasi dengan IRF menunjukkan bahwa respon variabel Growth
terhadap guncangan DSY berpengaruh positif pada periode awal,
sedangkan pada periode selanjutnya guncangan DSY berpengaruh negatif
terhadap Growth. Hal ini berarti bahwa investasi domestik akan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada periode I, dan negatif pada
periode selanjutnya. Pada jangka panjang, guncangan DSY tidak
berpengaruh terhadap Growth.
3. Hasil prediksi dari IRF antara DSY dan KAY berpengaruh negatif. Hal ini
terjadi karena antara aliran modal dengan investasi domestik bersifat
substitusi. Artinya peningkatan aliran modal masuk akan menurunkan
investasi domestik, dan berlaku sebaliknya, peningkatan investasi
domestik akan membuat aliran modal keluar. Hal ini dapat terjadi karena
antara aliran modal dengan investasi domestik bersifat subtitusi.
4. Dari respon Growth terhadap guncangan KAY dan DSY dapat terlihat
bahwa pada jangka pendek guncangan DSY berdampak positif terhadap
37
Growth, sedangkan guncangan KAY terhadap Growth bersifat negatif. Ini
berarti bahwa pembiayaan investasi yang bersumber dari tabungan
domestik lebih baik daripada pembiayaan investasi dari aliran modal.
6.2.
Saran
1.
Pemerintah sebaiknya berusaha untuk menciptakan aturan yang dapat
membatasi masuknya aliran modal di pasar uang, dan menggalakkan aliran
modal masuk dalam bentuk FDI yang dapat menambah output secara
langsung sehingga aliran modal masuk tidak berdampak pada penurunan
pertumbuhan ekonomi.
2.
Perlunya bagi pemerintah untuk memprioritaskan pembangunan yang
bersumber dari tabungan domestik daripada yang bersumber dari aliran
modal masuk.
3.
Pemerintah harus memprioritas pembangunan yang bertujuan untuk
meningkatkan GDP sehingga tabungan domestik meningkat. Hal ini
sangat penting karena pembiayaan investasi dari DS memberikan hasil
yang lebih baik terhadap pertumbuhan ekonomi dibandingkan pembiayaan
investasi yang berasal dari aliran modal masuk.
38
DAFTAR PUSTAKA
Ansari. M. I. 2004. “Sustainability of the US Current Account Deficit: An
Econometric Analysis of the Impact of Capital Inflow on Domestic
Economy”. Journal of Applied Economics, Vol. VII, No. 2: 249-269.
Bank Indonesia. 1990-2006. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI).
Bank Indonesia, Jakarta.
Rivera-Batiz. 1994. International Finance and Open Economy Macroeconomics.
Prentice Hall : USA.
Diniarni, A. 2005. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelarian Modal dari
Indonesia Periode 1997-2004 [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Duce, M. dan Banco, E. 2003. “Definition of Foreign Direct Investment (FDI): A
Methodological Note”. Executive Summary
Feldstein, M dan C. Horioka. 1980. “Domestic Saving and International Capital
Flows”. The Economic Journal, Vol. 90, No. 358: 314-329.
Harris, R dan R. Solis. 2003. Applied Time Series: Modeling and Forecasting.
Durham University, UK.
Hossain, A dan Chowdhury, A. 2001. Open-Economy Macroeconomics for
Developing Countries. Edward Elgar Publishing : United Kingdom.
International Monetary Fund (IMF). International Financial Statistics (IFS).
www.imf.org [15 Februari 2006]
Mishkin, F.S. 2001. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets.
6th Edition. Columbia University : USA.
Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Haris Munandar [penerjemah].
Erlangga, Jakarta.
Siahaan, N. 2005. Pengaruh Foreign Direct Invesment terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Lipsey, G.R, P.N Courant, D.D Purvis dan P.O Steiner. 1997. [terjemahan]
Pengantar Makroekonomi. Binarupa Aksara, Jakarta.
39
LAMPIRAN
40
Lampiran 1. Hasil Pengujian Akar Unit pada Level
Hasil Pengujian Akar Unit Growth pada Level
Null Hypothesis: GRWTH has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-3.574657
-3.548208
-2.912631
-2.594027
0.0093
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(GRWTH)
Method: Least Squares
Date: 10/10/06 Time: 08:22
Sample(adjusted): 1991:2 2005:3
Included observations: 58 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
GRWTH(-1)
C
-0.368158
0.022418
0.102991
0.010476
-3.574657
2.140043
0.0007
0.0367
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.185788
0.171249
0.062988
0.222181
79.07802
1.821386
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
-0.000564
0.069191
-2.657863
-2.586813
12.77818
0.000731
41
Hasil Pengujian Akar Unit DSY pada Level (lanjutan)
Null Hypothesis: DSY has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-5.150356
-4.113017
-3.483970
-3.170071
0.0004
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(DSY)
Method: Least Squares
Date: 10/10/06 Time: 08:24
Sample(adjusted): 1990:2 2005:3
Included observations: 62 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient Std. Error
t-Statistic
Prob.
DSY(-1)
C
@TREND(1990:1)
-0.634646 0.123224
0.207352 0.042627
-0.001010 0.000368
-5.150356
4.864375
-2.741352
0.0000
0.0000
0.0081
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.311744
Mean dependent
var
0.288413 S.D. dependent var
0.041465 Akaike info criterion
0.101439 Schwarz criterion
110.9042 F-statistic
1.807235 Prob(F-statistic)
-0.001092
0.049154
-3.480781
-3.377855
13.36194
0.000016
42
Hasil Pengujian Akar Unit KAY pada Level (lanjutan)
Null Hypothesis: KAY has a unit root
Exogenous: Constant, Linear Trend
Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10)
Augmented Dickey-Fuller test statistic
Test critical values:
1% level
5% level
10% level
t-Statistic
Prob.*
-4.713540
-4.113017
-3.483970
-3.170071
0.0017
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Augmented Dickey-Fuller Test Equation
Dependent Variable: D(KAY)
Method: Least Squares
Date: 10/10/06 Time: 08:26
Sample(adjusted): 1990:2 2005:3
Included observations: 62 after adjusting endpoints
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
KAY(-1)
C
@TREND(1990:1)
-0.543405
0.029900
-0.000862
0.115286
0.011672
0.000321
-4.713540
2.561668
-2.683897
0.0000
0.0130
0.0094
R-squared
Adjusted R-squared
S.E. of regression
Sum squared resid
Log likelihood
Durbin-Watson stat
0.274492
0.249898
0.038926
0.089398
114.8215
1.975283
Mean dependent var
S.D. dependent var
Akaike info criterion
Schwarz criterion
F-statistic
Prob(F-statistic)
-0.001230
0.044945
-3.607144
-3.504219
11.16115
0.000077
43
Lampiran 2. Hasil Pengujian Lag Optimum, Lag Max 10
VAR Lag Order Selection Criteria
Endogenous variables: KAY DSY GRWTH
Exogenous variables: C DUMMY
Date: 10/10/06 Time: 08:32
Sample: 1990:1 2005:3
Included observations: 49
Lag
LogL
LR
FPE
AIC
SC
HQ
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
233.7953
254.8429
260.5073
268.7705
288.7317
296.5960
304.1810
319.4516
325.6837
341.9312
351.4960
NA
37.79991
9.479085
12.81642
28.51598*
10.27182
8.978118
16.20551
5.850510
13.26330
6.636798
1.84E-08
1.13E-08
1.30E-08
1.36E-08
8.92E-09*
9.73E-09
1.10E-08
9.27E-09
1.17E-08
1.03E-08
1.28E-08
-9.297766
-9.789508
-9.653358
-9.623286
-10.07068
-10.02433
-9.966572
-10.22251
-10.10954
-10.40535
-10.42841*
-9.066115
-9.210379*
-8.726752
-8.349203
-8.449121
-8.055291
-7.650057
-7.558522
-7.098068
-7.046409
-6.721984
-9.209878
-9.569787*
-9.301805
-9.139900
-9.455463
-9.277278
-9.087689
-9.211799
-8.966990
-9.130975
-9.022196
* indicates lag order selected by the criterion
LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level)
FPE: Final prediction error
AIC: Akaike information criterion
SC: Schwarz information criterion
HQ: Hannan-Quinn information criterion
44
Lampiran 3. Hasil Estimasi VAR dengan Lag 1
Vector Autoregression Estimates
Date: 10/10/06 Time: 08:35
Sample(adjusted): 1991:2 2005:3
Included observations: 58 after adjusting endpoints
Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]
KAY
DSY
GRWTH
KAY(-1)
0.215094
(0.13226)
[ 1.62623]
-0.184690
(0.14647)
[-1.26091]
-0.255509
(0.22109)
[-1.15567]
DSY(-1)
-0.086230
(0.11529)
[-0.74792]
0.299970
(0.12768)
[ 2.34942]
-0.387747
(0.19272)
[-2.01195]
GRWTH(-1)
-0.034461
(0.06476)
[-0.53213]
0.064526
(0.07172)
[ 0.89975]
0.663791
(0.10825)
[ 6.13199]
C
0.061760
(0.03662)
[ 1.68631]
0.218234
(0.04056)
[ 5.38073]
0.156306
(0.06122)
[ 2.55318]
DUMMY
-0.060429
(0.01549)
[-3.90127]
-0.052543
(0.01715)
[-3.06307]
-0.049001
(0.02589)
[-1.89249]
R-squared
Adj. R-squared
Sum sq. resids
S.E. equation
F-statistic
Log likelihood
Akaike AIC
Schwarz SC
Mean dependent
S.D. dependent
0.506617
0.469380
0.072331
0.036942
13.60538
111.6228
-3.676650
-3.499025
0.002555
0.050715
0.440694
0.398482
0.088706
0.040911
10.44005
105.7048
-3.472578
-3.294954
0.274025
0.052749
0.455983
0.414925
0.202107
0.061752
11.10586
81.82424
-2.649112
-2.471487
0.061861
0.080732
Determinant Residual Covariance
Log Likelihood (d.f. adjusted)
Akaike Information Criteria
Schwarz Criteria
7.75E-09
294.6897
-9.644471
-9.111598
45
Lampiran 4. Hasil Estimasi Impuls Respons Function KAY
Period
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
GRWTH
DSY
KAY
-0.011549
(0.00804)
-0.014763
(0.00962)
-0.008428
(0.00820)
-0.004323
(0.00626)
-0.002170
(0.00449)
-0.001086
(0.00309)
-0.000544
(0.00207)
-0.000274
(0.00135)
-0.000138
(0.00086)
-7.01E-05
(0.00054)
-0.006039
(0.00534)
-0.009380
(0.00565)
-0.005403
(0.00358)
-0.002760
(0.00222)
-0.001375
(0.00137)
-0.000681
(0.00085)
-0.000338
(0.00053)
-0.000168
(0.00034)
-8.36E-05
(0.00021)
-4.18E-05
(0.00014)
0.036942
(0.00343)
0.008865
(0.00488)
0.003224
(0.00259)
0.001450
(0.00150)
0.000699
(0.00089)
0.000344
(0.00054)
0.000170
(0.00032)
8.45E-05
(0.00020)
4.21E-05
(0.00012)
2.10E-05
(7.7E-05)
Cholesky Ordering: KAY DSY GRWTH
Standard Errors: Analytic
Download