ANALISIS PENGARUH ALIRAN MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN DOMESTIK INDONESIA OLEH MARDI EFRIZA H14102119 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN MARDI EFRIZA. Analisis Pengaruh Aliran Modal terhadap Perekonomian Domestik Indonesia. Dibawah bimbingan IMAN SUGEMA. Negara-negara miskin dan berkembang sangat membutuhkan dana untuk keperluan investasi. Peningkatan investasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pendapatan nasional (GDP). Kurangnya dana untuk memenuhi kebutuhan investasi membuat negara tersebut, termasuk Indonesia, hampir tidak mungkin untuk meningkatkan pendapatan nasional. Untuk memutus lingkaran setan (vicious circle) ini diperlukan aliran modal asing agar dapat memenuhi kekurangan dana untuk investasi. Penelitian ini mempunyai dua tujuan utama, yaitu: (1) menganalisis respon pertumbuhan ekonomi (Growth) terhadap perubahan aliran modal (KA) di Indonesia, dan (2) menganalisis respon tabungan domestik (DS) terhadap guncangan KA. Selain itu penulis juga melihat hubungan antara KA dengan DS. Metode yang digunakan adalah vector autoregression (VAR). VAR digunakan karena variabel yang digunakan bersifat stasioner pada level. Keterbatasan koefisien VAR dalam memberikan arti mengharuskan perhitungan dengan inovasi impuls respons function (IRF). Semua data yang digunakan adalah data time series dengan periode 1990:Q1 sampai 2005:Q3. Data-data tersebut digunakan untuk menganalisis efek sumber daya di Indonesia. Data diperoleh dari Bank Indonesia dan International Monetary Fund (IMF). Hasil estimasi menunjukkan bahwa aliran modal mempunyai pengaruh negatif terhadap Growth Indonesia. Respon DS terhadap guncangan KA bersifat negatif. selain DS sendiri. Respon Growth terhadap guncangan DS berpengaruh positif pada periode I, dan selanjutnya perubahan DS akan berpengaruh negatif. Akan tetapi semua pengaruh IRF hanya bersifat sementara, jadi pada jangka panjang semua respon variabel dalam sistem VAR tidak berpengaruh terhadap guncangan suatu variabel. Hasil penelitian menyarankan agar pemerintah berusaha membuat aturan yang membatasi aliran modal yang masuk ke pasar uang, dan mengalihkannya ke bentuk FDI agar pertumbuhan ekonomi tinggi. Perlunya memprioritaskan pembiayaan investasi yang bersumber dari DS, karena dampaknya terhadap Growth lebih baik daripada KA. Perlunya memprioritaskan pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan GDP agar DS juga meningkat. ANALISIS PENGARUH ALIRAN MODAL TERHADAP PEREKONOMIAN DOMESTIK INDONESIA Oleh MARDI EFRIZA H14102119 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Mardi Efriza Nomor Registrasi Pokok : H14102119 Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Pengaruh Aliran Modal terhadap Perekonomian Domestik Indonesia dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec. NIP. 131 846 870 Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Dr. Ir. Rina Oktaviani, M.S. NIP. 131 846 872 Tanggal Kelulusan: PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, 20 September 2006 Mardi Efriza H14102119 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Mardi Efriza, lahir pada tanggal 10 April 1982 di Jakarta. Penulis anak terakhir dari tiga bersaudara, dari pasangan Zalman dan Sumarni. Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan sedikit hambatan, yaitu pernah berhenti selama dua tahun pada saat SLTP kelas 2. Penulis pernah berpindah-pindah sekolah selama SD sampai SLTP. Penulis menamatkan pendidikan dasar pada SDN 04 Kp.Rambutan-Jakarta Timur, kemudian melanjutkan tingkat pendidikan pertama dan lulus pada SLTPN 1 Cibinong-Bogor tahun 1999. Pada Tahun yang sama penulis diterima di SMUN 1 Cibinong dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu yang berguna dan mengembangkan pola pikir, sehingga mampu menjadi bagian dari solusi pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Penulis masuk IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan diterima sebagai mahsiswa Program Studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif mengajar pada lembaga bimbingan belajar di Bogor lalu mengajar privat secara independen. KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Pengaruh Aliran Modal Terhadap Perekonomian Domestik Indonesia”. Aliran modal merupakan topik yang sangat menarik karena hal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan suatu negara dalam membangun perekonomiannya. Aliran modal diharapkan mampu memberikan pengaruh positif bagi kesejahteraan penduduk Indonesia. Skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec, yang telah memberikan bimbingan dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Nunung Nuryartono, M.S, Dr. Noer Azam Achsani, M.Si, Ir. Wiwiek Rindayanti, M.Si, dan M. Iqbal Irvany, SE. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Kholis, Azwar, Nova, Nilam, Firman, Fickry, Iqbal, Andros, Imam, dan semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini. Penulis juga sangat terbantu oleh kritik dan saran dari para peserta pada Seminar Hasil Penelitian Skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterima kasih kepada mereka. Bogor, 20 September 2006 Mardi Efriza H14102119 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL........................................................................................ x DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xii I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1 1.2. Perumusan Masalah ......................................................................... 4 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ................. 6 2.1. Aliran Modal (Capital Flow) ........................................................... 6 2.1.1. Modal Masuk (Capital Inflow). ............................................. 6 2.1.1.1. Penanaman Modal Asing Langsung ......................... 6 2.1.1.2. Penanaman Modal Asing Tidak Langsung ............... 8 2.1.2. Modal Keluar (Capital Outflow) ........................................... 10 2.2. Tabungan Domestik (Domestic Saving).......................................... 11 2.3. Pendapatan Nasional........................................................................ 12 2.4. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 13 2.5. Kerangka Pemikiran........................................................................ 14 III. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA................... 17 3.1. Perkembangan Output Nasional Riil Periode 1990-2005 .............. 17 3.2. Perkembangan Tabungan Domestik Riil Periode 1990-2005......... 18 3.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Riil Periode 1990-2005 .. 18 3.4. Pekembangan Konsumsi Masyarakat Riil Periode: 1990-2005...... 19 3.5. Perkembangan Foreign Direct Investment 1990-2005 ................... 20 3.6. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Riil Periode 1990-2005 ... 21 IV. METODE PENELITIAN....................................................................... 23 4.1. Jenis dan Sumber Data.................................................................... 23 4.2. Metodologi...................................................................................... 23 4.2.1. Model Umum Vector Autoregression .................................. 24 4.2.2. Uji Akar Unit ....................................................................... 25 4.2.3. Lag Optimal ......................................................................... 26 4.2.4. Impulse Respons Function ................................................... 26 V. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 28 5.1. Uji Akar Unit .................................................................................. 28 5.2. Vector Autoregression (VAR) ........................................................ 29 5.3. Tingkat Lag Optimal....................................................................... 29 5.4. Impulse Response Function (IRF) .................................................. 30 5.4.1. Respon KAY terhadap Guncangan KAY .............................. 30 5.4.2. Respon DSY terhadap Guncangan KAY............................... 32 5.4.3. Respon Growth terhadap Guncangan KAY .......................... 33 5.4.4. Respon Growth terhadap Guncangan DSY ........................... 34 VI. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 36 6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 36 6.2. Saran ............................................................................................... 37 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 38 LAMPIRAN ................................................................................................ 39 DAFTAR TABEL Nomor 4.2. Halaman Variabel yang digunakan…………………................………...…..... 24 5.1.1. Hasil Uji Akar Unit pada Level............................................................ 29 5.3. 30 Hasil Uji Lag Optimal.......................................................................... DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 2.1. Kerangka Pemikiran................................................................................. 16 3.1. Perkembangan Output Nasional Riil Periode 1990-2005 .................... 17 3.2. Perkembangan Tabungan Domestik Riil Periode 1990-2005............... 18 3.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Riil Periode 1990-2005 ........ 19 3.4. Pekembangan Konsumsi Masyarakat Riil Periode: 1990-2005............ 19 3.5. Perkembangan Foreign Direct Investment 1990-2005 ......................... 20 3.6. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Riil Periode 1990-2005 ......... 21 5.4.1. Respon KAY terhadap Guncangan KAY .......................................... 31 5.4.2. Respon DSY terhadap Guncangan KAY ........................................... 32 5.4.3. Respon Growth terhadap Guncangan KAY....................................... 33 5.4.4. Respon Growth terhadap Guncangan DSY ....................................... 34 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Pengujian Akar Unit pada Level...................................................... 40 2. Hasil Pengujian Lag Optimum. ................................................................ 43 3. Hasil Estimasi VAR dengan Lag 1 ........................................................... 44 4. Hasil Estimasi Impuls Respons Function KAY....................................... 45 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara-negara miskin dan berkembang sangat membutuhkan dana untuk keperluan investasi. Peningkatan investasi merupakan cara untuk meningkatkan pendapatan nasional sehingga pertumbuhan ekonomi juga meningkat. Namun, negara tersebut umumnya mengalami kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan investasi sehingga hampir tidak mungkin bagi negara tersebut, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan pendapatan nasional. Untuk memutus lingkaran setan (vicious circle) ini diperlukan aliran modal asing untuk memenuhi kekurangan dana investasi. Masuknya aliran modal asing merupakan proses inti pembangunan ekonomi terutama bagi negara miskin dan berkembang. Aliran modal asing dapat bersumber dari pemerintah atau swasta, yang berbentuk pinjaman atau investasi (lansung atau tidak langsung). Efek positif adanya aliran modal asing langsung (FDI) ialah masuknya metode produksi yang lebih maju, sehingga FDI akan meningkatkan efisiensi modal yang ditanamkan. Namun, masuknya aliran modal asing ini dapat menimbulkan masalah dalam pengaturan kebijakan domestik. Surplus dalam aliran modal dapat menimbulkan booming pada pasar ekuitas yang menciptakan wealth effect. Hal tersebut akan diantisipasi dengan kebijakan moneter ketat untuk menekan kenaikan permintaan domestik, tetapi juga dapat menurunkan penawaran domestik dengan menghambat investasi dan meningkatkan inflasi. Efek negatif lain dari aliran modal asing ialah jika aliran 2 modal tersebut digunakan untuk membiayai konsumsi. Hal ini akan menyebabkan hilangnya kesempatan berbagai keuntungan yang mungkin diperoleh jika modal tersebut digunakan untuk pembiayaan yang produktif, walaupun peningkatan konsumsi nantinya akan diikuti oleh tumbuhnya industri. Selain itu, selalu ada kemungkinan bahwa aliran masuk modal asing menyebabkan pemerintah mengendurkan usaha memungut pajak sehingga terjadi peningkatan konsumsi yang akhirnya akan meningkatkan impor. Selama periode 1990-2005, Indonesia mengalami keluar-masuknya aliran modal asing. Pada tahun 1990 sampai 1997-an, terjadi peningkatan aliran modal masuk yang sangat kecil. Harapan adanya korelasi positif antara aliran modal dan investasi domestik, yang diproksi oleh tabungan domestik (DS) dalam nilai riil, tidak terjadi. Berbeda dengan aliran modal yang cenderung tetap, tabungan domestik justru memperlihatkan kenaikkan rata-rata yang tetap sampai tahun 1997-an. Namun, trend naik ini terhenti pada kuartal III pada tahun 1997. Pada saat itu, nilai tabungan domestik yang puncaknya pada Rp 106.178 milyar turun menjadi Rp 51.204 milyar (Bank Indonesia, 2006). Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis moneter yang berawal dari Thailand dan menyebar ke negara-negara Asia lainnya, termasuk Indonesia. Hal tersebut berdampak pada keluarnya aliran modal dari Indonesia. Pada kuartal III terjadi arus modal keluar sebesar Rp 34.835 milyar, dan meningkat pada kuartal selanjutnya yaitu sebesar Rp 54.234 milyar. Lain halnya dengan tabungan domestik, pada saat krisis terjadi, tabungan domestik memang mengalami penurunan. Namun setelah penurunan itu, tabungan 3 domestik tetap memiliki trend meningkat yang lebih besar daripada aliran modal. Bahkan pada saat trend aliran modal menurun, tabungan domestik memiliki trend meningkat. Setelah periode krisis, hubungan aliran modal dengan tabungan domestik menjadi tidak menentu. Usaha pemerintah untuk meningkatkan investasi terus dilakukan. Pada sektor moneter, pemerintah melakukan serangkaian kebijakan untuk menarik investor agar mau menyimpan dananya di Indonesia. Kebijakan tersebut berupa peningkatan suku bunga domestik, dan penjaminan dana yang berada di pasar uang, sedangkan pada sektor riil, pemerintah berusaha memperbaiki iklim investasi dengan memangkas birokrasi dan mengurangi ekonomi biaya tinggi. Sasaran dilakukannya perbaikan di sektor moneter maupun sektor riil adalah mempertahankan surplus aliran modal untuk meningkatkan tabungan domestik melalui peningkatan GDP, jadi sebelum tabungan domestik meningkat, aliran modal asing akan meningkatkan GDP terlebih dahulu. Peningkatan GDP tersebut akan menaikkan pertumbuhan ekonomi. Sama seperti tabungan domestik, pergerakan GDP juga memiliki trend meningkat pada saat pergerakan KA (capital account) relatif tetap. Pada periode krisis, gerakan GDP menunjukkan penurunan. Setelah periode krisis, hubungan antara KA dengan GDP menjadi tidak menentu. Akan tetapi trend rata-rata GDP tetap meningkat, sedangkan KA relatif konstan. Ansari (2004) dalam penelitiannya di Amerika Serikat, menemukan adanya hubungan positif antara aliran modal dengan tabungan domestik. Selain itu ia menyatakan bahwa aliran modal asing langsung (FDI) mempengaruhi efisiensi 4 modal yang diinvestasikan melalui penggunaan teknologi yang lebih maju dan peningkatan kualitas manajemen. Berdasarkan hasil penelitian di atas, aliran modal dapat mempengaruhi perekonomian domestik melalui ketersediaan dana untuk investasi dan efisiensi modal yang ditanamkan terhadap investasi. Oleh karena itu, analisis mengenai aliran modal terhadap perekonomian domestik perlu dilakukan. 1.2. Perumusan Masalah Menurut Ansari (2004), aliran modal mempunyai dua efek terhadap perekonomian, yaitu efek langsung dan efek tidak langsung. Efek langsung berasal dari fakta bahwa aliran modal asing menunjukan ketersediaan dana yang dapat diinvestasikan, yang secara langsung dapat menambah (mengurangi) total volume investasi domestik. Sedangkan cara tidak langsungnya adalah bahwa modal asing menambah (mengurangi) pendapatan nasional yang nantinya akan meningkatkan (menurunkan) tabungan domestik. Meningkatnya (menurunnya) tabungan domestik akan menambah (mengurangi) dana untuk investasi. Dampak modal asing terhadap efisiensi dari investasi domestik dapat melalui berbagai bentuk dan mengalir melalui berbagai macam cara. Sebagai contoh, modal asing dapat meningkatkan incremental output-capital ratio (IOCR), total factor productivity (TFP), labor productivity (LP), dan pertumbuhan ekonomi. Dari penjelasan di atas, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu: 5 1. Bagaimana respon pertumbuhan ekonomi terhadap perubahan aliran modal di Indonesia? 2. Bagaimana respon tabungan domestik terhadap perubahan aliran modal di Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini antara lain: 1. Menganalisis respon pertumbuhan ekonomi terhadap perubahan aliran modal di Indonesia. 2. Menganalisis respon tabungan domestik terhadap perubahan aliran modal di Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai aliran modal dan perekonomian domestik Indonesia diharapkan dapat menambah wawasan kepada masyarakat tentang seberapa besar peran aliran modal dalam membangun perekonomian Indonesia, sehingga masyarakat dapat memilih sumber pembiayaan untuk investasi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah yang mengatur lalu lintas modal. Dengan demikian, pemerintah dapat menentukan langkahlangkah ke depan guna memprioritaskan jenis sumber-sumber dana yang dapat menambah jumlah tabungan domestik demi membiayai investasi, yang akhirnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Aliran Modal (Capital Flow) Aliran modal merupakan keluar-masuknya modal pada suatu negara. Keluar-masuknya modal ini dicatat dalam neraca modal (capital account), yang nantinya akan mempengaruhi neraca pembayaran (balance of payment). Neraca modal mencatat aliran modal jangka pendek dan jangka panjang, serta pinjaman asing dan hibah. Yang termasuk dalam aliran modal jangka pendek ialah simpanan dan pinjaman bank, disebut investasi portofolio, sedangkan aliran modal jangka panjang meliputi penanaman modal asing langsung dan saham (Hossain dan Chowdhury, 1998). 2.1.1. Modal Masuk (Capital Inflow) Modal masuk adalah dana asing yang mengendap ke suatu negara dalam waktu tertentu. Modal masuk juga dapat berasal dari pemilik modal domestik yang membawa kembali uangnya yang ditanamkan di luar negeri. Ada beberapa cara dana asing masuk ke suatu negara, yaitu: (1) penanaman modal asing langsung, dan (2) penanaman modal asing tidak langsung. 2.1.1.1. Penanaman Modal Asing Langsung (Foreign Direct Investment) Salvatore (1997) menyatakan bahwa penanaman modal asing langsung meliputi investasi ke dalam aset-aset secara nyata berupa pembangunan pabrikpabrik, pengadaan berbagai macam barang modal, pembelian tanah untuk 7 keperluan produksi, pembelanjaan berbagai peralatan inventaris, dan sebagainya. Pengadaan modal asing itu biasanya dibarengi dengan penyelenggaraan fungsifungsi manajemen, dan pihak investor sendiri tetap mempertahankan kontrol terhadap dana-dana yang telah ditanamkannya. Krugman (1991) dalam Siahaan (2005) mendefinisikan penanaman modal asing langsung sebagai arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara memperluas atau mendirikan perusahaan di negara lain. Penanaman modal asing langsung tidak hanya berupa pemindahan sumberdaya, tetapi juga pemberlakuan kontrol terhadap perusahaan di luar negeri. Penanaman modal langsung, menurut IMF (2003) dan OECD (Organization of Economic Corporation and Development) dalam Duce dan España (2003) merefleksikan pada tujuan untuk mempertahankan kepentingan jangka panjang yang dilakukan oleh kesatuan investor sebagai pelaku ekonomi kepada suatu perusahaan yang dimiliki penduduk asli dalam ekonomi lainnya. Kepentingan tersebut menjelaskan eksistensi sebuah hubungan jangka panjang antara investor asing dengan perusahaan domestik yang berinvestasi dan pengaruh signifikan terhadap manajemen perusahaan. Investasi langsung ini melibatkan transaksi awal dan biaya-biaya lain hingga terbentuknya perjanjian. Ada beberapa alasan mengapa investor asing menanam modal secara langsung di negara lain: (1) memperoleh keuntungan setinggi mungkin dan mendiversifikasikan atau memecahkan resiko; (2) menghindari pajak yang terlalu berat di suatu negara; (3) mendukung kegiatan bisnis disuatu negara yang sarana infrastrukturnya belum memadai; (4) melakukan integrasi horizontal atau 8 perluasan kegiatan produksi ke wilayah yang lebih luas. Hal ini biasa dilakukan oleh perusahaan monopolistik dan oligopolistik yang memiliki keunikan dalam pengetahuan produksi atau keterampilan manajerial; (5) melakukan integrasi vertikal. Integrasi jenis ini dilakukan oleh perusahaan asing yang menanam modalnya untuk memperoleh kontrol atas jalur pasokan bahan-bahan mentah atau komoditi primer yang mereka butuhkan. Hal ini dilakukan agar investor asing memperoleh suplai bahan mentah secara kontinyu dengan harga yang lebih murah. Wahyudi (1990) menyatakan tiga bentuk penanaman modal asing langsung dari negara maju ke negara berkembang, yaitu: (1) saham baru; (2) pendapatan yang diinvestasikan kembali; (3) pinjaman bersih dari perusahaan induk atau afiliasinya. Keuntungan jangka panjang penanaman modal asing langsung ialah peningkatan produktivitas, hal ini berkaitan langsung dengan investasi produktif, yang memungkinkan transfer teknologi, dan kemampuan pemasaran dan manajerial. Sedangkan keprihatinan bagi negara penerima tentang penanaman modal asing langsung ialah kesempatan untuk mengambil keuntungan monopoli akibat tingginya tingkat proteksi. 2.1.1.2. Penanaman Modal Asing Tidak Langsung Penanaman modal asing tidak langsung sering disebut penanaman modal jangka pendek. Investasi jenis ini berbentuk portofolio (portofolio investment). Mishkin (2001) mengemukakan teori pilihan portofolio (theory of portofolio choice) yang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk 9 membeli aset, yaitu: (1) kekayaan (wealth), jika kekayaan seseorang semakin meningkat maka ia akan memiliki sumber yang lebih banyak untuk membeli asetaset; (2) hasil yang diharapkan (expected return), yaitu hasil yang mungkin didapatkan dengan memegang aset tersebut; (3) risiko (risk), yaitu derajat ketidakpastian yang dihubungkan dengan suatu aset relatif terhadap aset-aset lainnya; (4) likuiditas (liquidity), yaitu seberapa cepat dan mudah suatu aset diubah dalam bentuk uang tunai (cash). Teori di atas mengisyaratkan bahwa setiap tindakan investor dalam memegang suatu aset akan didasarkan pada keempat faktor tersebut. Definisi aset di sini ialah sesuatu yang dimiliki sebagai simpanan kekayaan atau nilai. Aset ini dapat berupa uang, tanah, bangunan, mesin, valuta asing, obligasi, saham, dan lainnya. Investor asing menanam modal dengan menguasai saham yang dapat dipindahkan (yang diterbitkan atau dijamin oleh negara penerima modal). Penguasaan saham ini tidak secara otomatis memberikan hak investor asing untuk mengendalikan perusahaan. Para pemegang saham hanya memiliki hak atas dividen perusahaan. Motif utama investor asing dalam menanamkan modalnya didorong beberapa alasan, yaitu: (1) melakukan diversifikasi portofolio diantara berbagai pasar dan lokasi; (2) untuk memperoleh keuntungan yang lebih tinggi; (3) menghindari ketidakpastian politik (political risks); (4) berspekulasi di pasar valuta asing. Jadi, semua modal yang masuk ke suatu negara dipengaruhi oleh 10 faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk membeli aset dan motif pembelian aset pada negara tertentu. 2.1.2. Modal Keluar (Capital Outflow) Modal keluar merupakan aliran modal yang berasal dari suatu negara ke negara lain. Hal ini terjadi jika ada pembelian aset asing oleh penduduk domestik suatu negara, atau penjualan kembali aset domestik yang dipegang investor asing dan membawa uangnya keluar dari negara tersebut. Selain modal keluar, dikenal juga adanya istilah pelarian modal (capital flight). Definisi pelarian modal sampai saat ini masih belum dapat diterima secara umum. Akan tetapi, dalam beberapa tahun ini pelarian modal sering dikaitkan pada negara berkembang yang mengalami peningkatan utang luar negeri yang diiringi dengan sejumlah besar modal keluar. Moshin Khan–Ulhaque (1987) dalam Diniarni (2005) mendefinisikan pelarian modal sebagai semua arus modal keluar dari negara berkembang dengan tidak memperhatikan latar belakang terjadinya arus tersebut dari dari dalam negeri dan jenis modal tersebut. Ia mengartikan hal tersebut sebagai pelarian modal karena umumnya negara sedang berkembang mengalami kekurangan (kelangkaan) modal, sehingga arus keluar berarti menghilangkan potensi sumber daya yang tersedia, dan pada akhirnya menghilangkan potensi pertumbuhan ekonomi negara tersebut. 11 2.2. Tabungan Domestik (Domestic Saving) Mankiw (2000) mendefinisikan tabungan domestik sebagai output yang tersisa setelah permintaan konsumen dan pemerintah telah dipenuhi (Y − C − G ) . Tabungan domestik diturunkan dari pos pendapatan nasional, yaitu: Y =C + I +G ............ (2.2.1) dengan memindahkan variabel C dan G, maka diperoleh persamaan: Y −C −G = I ............ (2.2.2) dalam bentuk ini, identitas pendapatan nasional menunjukkan bahwa tabungan domestik sama dengan investasi. Pendekatan tabungan domestik dapat digunakan untuk mengukur investasi. Hal ini didukung oleh penelitian Feldstein and Horioka (1980) yang menyatakan bahwa tingkat kenaikan tabungan domestik yang stabil akan menambah jumlah investasi dengan tingkat yang kurang-lebih sama. Untuk memahami identitas di atas, tabungan domestik dapat dipecah menjadi dua, yaitu satu bagian menunjukkan tabungan dari sektor perseorangan (private saving) dan yang lain menunjukkan tabungan pemerintah (public saving): (Y − C − T ) + (T − G ) = I ............ (2.2.3) (Y − C − T ) adalah pendapatan disposibel dikurangi konsumsi, yang merupakan tabungan perseorangan. (T − G ) adalah penerimaan pemerintah dikurangi pengeluaran pemerintah, yaitu tabungan masyarakat. Persamaan di atas menunjukkan bahwa tabungan domestik bergantung pada pendapatan nasional Y , konsumsi, dan variabel kebijakan fiskal G dan T . Dalam penelitian ini, penulis juga akan melihat efek aliran modal terhadap 12 volume investasi (resource effect), yang menggunakan pendekatan tabungan domestik. 2.3. Pendapatan Nasional Lipsey, et al., (1997) mendefinisikan pendapatan nasional sebagai nilai dari total produksi barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara. Jadi total produk nasional sama dengan pendapatan nasional. Pendapatan nasional dapat diukur dari Pendapatan Nasional Bruto (PNB) atau Pendapatan Domestik Bruto (PDB). PNB mengukur nilai produk yang dihasilkan oleh suatu negara, termasuk kegiatan produksi yang dilakukan diwilayah negara lain tetapi tidak termasuk kegiatan produksi yang dilakukan oleh orang atau perusahaan asing di wilayah negara bersangkutan, sedangkan PDB mengukur nilai produk yang dihasilkan suatu negara, termasuk kegiatan orang atau perusahaan asing tetapi tidak termasuk kegiatan produksi warga negara bersangkutan di wilayah negara lain. Dalam penelitian ini, variabel pendapatan nasional yang digunakan ialah PDB. Ada tiga pendekatan perhitungan PDB, yaitu: a) Pendekatan produksi, yaitu mengukur jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu, misal tahunan atau kuartalan. Unit-unit produksi tersebut secara garis besar dibagi menjadi 11 sektor, antara lain: (1) pertanian; (2) pertambangan dan penggalian; (3) industri pengolahan; (4) listrik, gas dan air minum; (5) bangunan; (6) perdagangan; (7) pengangkutan dan komunikasi; (8) 13 bank dan lembaga keuangan lainnya; (9) sewa rumah; (10) pemerintahan; dan (11) jasa. b) Pendekatan pendapatan, yaitu mengukur jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang terlibat dalam proses produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa produksi tersebut antara lain: (1) upah dan gaji; (2) sewa tanah; (3) bunga modal; dan (4) keuntungan. c) Pendekatan pengeluaran, yaitu mengukur nilai seluruh komponen permintaan akhir dalam jangka waktu tertentu, yang meliputi: (1) pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga yang tidak berorientasi pada keuntungan; (2) sewa tanah; (3) pengeluaran pemerintah; dan (4) ekspor bersih (ekspor dikurangi impor). Dalam penelitian ini, nilai pendapatan nasional yang digunakan ialah pendapatan nasional yang diukur dengan pendekatan pengeluaran (gross domestic product by expenditure). 2.4. Penelitian Terdahulu Analisis mengenai aliran masuk modal asing terhadap ekononomi domestik dilakukan oleh Ansari (2004) di Amerika Serikat, dengan data yang digunakan merupakan data kuartalan periode 1973 sampai 1999. Ia mengestimasi dampak aliran modal masuk terhadap volume investasi dengan model vektor koreksi kesalahan (VECM). Selain itu, ia juga melakukan estimasi terhadap efisiensi investasi asing dengan metode ordinary least square (OLS). Ia menemukan bahwa aliran modal masuk memiliki dampak positif terhadap 14 ekonomi, baik secara langsung dengan menambah ketersediaan dana investasi dan secara tidak langsung dengan menambah pendapatan dan tabungan domestik. Sedangkan investasi asing memiliki dampak positif, yang dilihat dari tanda koefisien, namun tidak signifikan secara statistik. 2.5. Kerangka Pemikiran Dengan sejumlah permasalahan dan tujuan yang dirumuskan dalam penelitian ini, tahapan-tahapan penelitian secara garis besar dapat dilihat pada Gambar 2.1. Untuk menjawab permasalahan dan tujuan yang dirumuskan, penulis melakukan studi literatur dari berbagai sumber mengenai teori dan definisi, serta hasil penelitian sebelumnya yang terkait dengan aliran modal, tabungan domestik, dan pertumbuhan ekonomi. Setelah itu penulis menentukan alat analisis pengolahan data untuk mendapatkan jawaban yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah vector autoregression (VAR) karena semua variabel yang digunakan stasioner pada level. Analisis dilanjutkan dengan inovasi perhiutngan impulse response function (IRF). Hasil pengolahan didapat setelah data diolah dengan alat analisis yang telah ditentukan. Hasil tersebut kemudian dibahas dan dikaitkan dengan teori-teori yang ada. Jika ada hasil yang tidak sesuai dengan teori, maka penulis mencari penyebab terjadinya ketidaksesuaian tersebut. Aliran modal masuk ke suatu negara terbagi menjadi dua bentuk, yaitu dana tunai yang masuk ke pasar uang dan dana yang digunakan untuk investasi 15 sektor riil. Dana yang masuk ke pasar uang akan digunakan oleh perusahaan domestik untuk mengembangkan usahanya (investasi), sedangkan dana masuk yang langsung diinvestasikan ke sektor riil (FDI) biasanya digunakan untuk sektor industri baru atau pengembangan industri asing yang telah ada. Kedua cara dana yang masuk negara tersebut sama-sama digunakan untuk investasi. Perbedaannya terletak pada teknik manajemen dan teknologi yang diaplikasikan pada investasi tersebut. Aliran modal yang digunakan untuk investasi domestik akan meningkatkan GDP. Peningkatan GDP ini nantinya akan meningkatkan tabungan domestik, yang nantinya bisa digunakan untuk investasi kembali. Perbedaan investasi terletak pada dana yang digunakan. Jika investasi yang pertama dibiayai dari dana asing, maka investasi selanjutnya dibiayai dari tabungan domestik yang telah meningkat akibat peningkatan GDP sebelumnya. FDI yang meningkat pada suatu negara biasanya diikuti oleh teknologi dan teknik manajemen yang lebih efisien sehingga mampu menghasilkan output yang lebih banyak jika dibandingkan investasi domestik. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi modal yang diinvestasikan. Peningkatan efisiensi investasi akan menambah output dalam jumlah yang lebih banyak yang akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan selanjutnya menambah tabungan domestik. 16 Aliran Modal Teknik Manajemen dan Teknologi yang dibawa Dana Tunai FDI Pendapatan Nasional Konsumsi Masyarakat Pengeluaran Pemerintah Tabungan Domestik Investasi Domestik Efisiensi Investasi Peningkatan GDP/Pertumbuhan Ekonomi Keterangan: : mempengaruhi : dipengaruhi Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran 17 III. GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 3.1. Perkembangan Output Nasional Riil Periode 1990-2005 Output Nasional merupakan nilai dari total produksi barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara. Output riil Indonesia berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata dari trend yang meningkat. Peningkatan tersebut terus terjadi sampai tahun 1997. Saat krisis tahun 1997, terjadi penurunan output riil Indonesia dari Rp 330.240 milyar pada 1997:3 menjadi Rp 273.156 milyar pada 1998:4. Setelah periode tersebut output riil Indonesia kembali mempunyai trend yang meningkat, namun nilai tersebut masih belum stabil (fluktuatif). Selama tahun 2005 angka output riil Indonesia menunjukkan peningkatan dari mulai kuartal I sampai kuartal III. Pergerakan output riil dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Gambar 3.1. 500000 450000 400000 300000 250000 GDP 200000 150000 100000 50000 M ar -0 5 M ar -0 4 M ar -0 3 M ar -0 2 M ar -0 1 M ar -0 0 M ar -9 9 M ar -9 8 M ar -9 7 M ar -9 6 M ar -9 5 M ar -9 4 M ar -9 3 M ar -9 2 M ar -9 1 0 M ar -9 0 Milyar Rupiah 350000 Periode Gambar 3.1. Perkembangan Output Nasional Riil Periode 1990-2005 Sumber : Bank Indonesia (2006) 18 3.2. Perkembangan Tabungan Domestik Riil Periode 1990-2005 Peningkatan tabungan domestik terjadi melalui efek tidak langsung, yaitu melalui peningkatan GDP. Semakin tinggi GDP suatu negara, umumnya akan meningkatkan jumlah tabungan domestiknya 140000 120000 100000 80000 DS 60000 40000 20000 0 P e r i ode Gambar 3.2. Perkembangan Tabungan Domestik Riil Periode 1990-2005 Sumber : Bank Indonesia (2006) Perkembangan tabungan domestik riil di Indonesia menunjukkan fluktuasi yang cukup tajam, selama periode pasca krisis jumlah tabungan domestik menurun tajam pada kuartal IV 2002, kemudian secara perlahan meningkat dan mencapai nilai tertinggi pada kuartal III tahun 2005, jumlah meningkat dari sebesar Rp 47.144 milyar menjadi sebesar Rp 129.654 milyar. 3.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Riil Periode 1990-2005 Perkembangan pengeluaran pemerintah menunjukkan trend yang meningkat dari tahun ke tahun, walaupun di beberapa periode menujukkan penurunan. Meningkatnya peran pemerintah tercermin pada pertumbuhan pengeluaran pemerintah yang lebih tinggi dari periode sebelumnya. Fluktuasi 19 pengeluaran pemerintah pada periode pemulihan ekonomi terkait dengan adanya usaha pengurangan subsidi BBM, listrik pupuk maupun jumlah penerimaan pajak yang masuk. 40000 35000 30000 Milyar Rupiah 25000 20000 G 15000 10000 5000 M ar -9 0 Se p90 M ar -9 1 Se p91 M ar -9 2 Se p92 M ar -9 3 Se p93 M ar -9 4 Se p94 M ar -9 5 Se p95 M ar -9 6 Se p96 M ar -9 7 Se p97 M ar -9 8 Se p98 M ar -9 9 Se p99 M ar -0 0 Se p00 M ar -0 1 Se p01 M ar -0 2 Se p02 M ar -0 3 Se p03 M ar -0 4 Se p04 M ar -0 5 Se p05 0 Periode Gambar 3.3. Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Riil Periode 1990-2005 Sumber : Bank Indonesia (2006) 3.4. Perkembangan Konsumsi Masyarakat Riil Periode 1990-2005 Trend pengeluaran konsumsi yang meningkat dari tahun ke tahun turut dipengaruhi oleh semakin tingginya pendapatan masyarakat sebagai akibat dari perumbuhan ekonomi periode sebelumnya. 350000 300000 250000 200000 C 150000 100000 50000 0 P er i ode Gambar 3.4. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Periode 1990-2005 Sumber : Bank Indonesia (2006) 20 Pengembangan produk yang semakin maju dan teknik pemasaran barang dan jasa yang lebih menarik, seperti penjualan secara kredit juga turut meningkatkan tingginya masyarakat. Perkembangan tingkat konsumsi periode penelitian, secara riil ditunjukkan bahwa tingkat pengeluaran yang terbesar dicapai pada periode III pada tahun 2005, yaitu sebesar Rp 286.788 milyar. 3.5. Perkembangan Foreign Direct Investment (FDI): 1990-2005 Usaha pemerintah untuk meningkatkan investasi terus dilakukan. Pada sektor moneter, pemerintah melakukan serangkaian kebijakan untuk menarik investor agar mau menyimpan dananya di Indonesia. Kebijakan tersebut berupa peningkatan suku bunga domestik, dan penjaminan dana yang berada di pasar uang. Pada sektor riil, pemerintah berusaha memperbaiki iklim investasi dengan memangkas birokrasi dan mengurangi ekonomi biaya tinggi. Sasaran dilakukannya perbaikan di sektor moneter maupun sektor riil adalah untuk meningkatkan aliran modal asing masuk ke Indonesia. 20000 15000 10000 0 M ar -9 0 Se p90 M ar -9 1 Se p91 M ar -9 2 Se p92 M ar -9 3 Se p93 M ar -9 4 Se p94 M ar -9 5 Se p95 M ar -9 6 Se p96 M ar -9 7 Se p97 M ar -9 8 Se p98 M ar -9 9 Se p99 M ar -0 0 Se p00 M ar -0 1 Se p01 M ar -0 2 Se p02 M ar -0 3 Se p03 M ar -0 4 Se p04 M ar -0 5 Se p05 Milyar Rupiah 5000 -5000 -10000 -15000 -20000 -25000 Periode Gambar 3.5. Perkembangan Foreign Direct Investment Periode 1990-2005 Sumber : Bank Indonesia (2006) FDI 21 Selama periode 1990-an aliran modal asing yang masuk mempunyai trend yang meningkat. Pada saat krisis terjadi, investor tidak tertarik untuk menanamkan modalnya sehingga banyak FDI yang keluar dari Indonesia. Jumlah FDI yang keluar dari Indonesia pada saat krisis sebesar Rp 2.074 milyar dan FDI ini terus keluar sampai puncaknya pada kuartal I tahun 2001, yaitu sebesar Rp 21.680 milyar. Setelah periode tersebut, keluar-masuknya FDI terus berfluktuasi hingga pada kuartal II tahun 2005 tercatat FDI masuk sebesar Rp 14.505 milyar. 3.6. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Riil Periode 1990-2005 Setiap negara selalu berusaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi negaranya. Pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan output (nilai barang dan jasa) suatu periode terhadap output periode sebelumnya, biasanya dihitung dalam persen. Pertumbuhan ekonomi pada penelitian ini merupakan pertumbuhan ekonomi tahunan (year on year). 0.3 0.25 0.2 0.15 0.1 Gr 0.05 0 -0.05 -0.1 -0.15 -0.2 P e r i ode Gambar 3.6. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Riil Periode 1990-2005 Sumber : Bank Indonesia (2006) 22 Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh perubahan output riil Indonesia. Rata-rata pertumbuhan ekonomi dari periode pengamatan (1990:1 sampai 2005:3) sebesar 6.2 persen per tahunnya, dari Gambar 3.2 diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi riil Indonesia yang tertinggi dicapai pada kuartal IV tahun 2003. 23 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Bank Indonesia dan International Monetary Fund (IMF). Data-data yang dipergunakan antara lain aliran modal (capital account), investasi langsung (foreign direct investment), nilai tukar (Rp/US$), pendapatan nasional (GDP) nominal, konsumsi rumah tangga (C), pengeluaran pemerintah (G), dan indeks harga konsumen (IHK) Indonesia dengan tahun dasar 2000 (2000=100). Semua data yang digunakan merupakan data time series kuartalan dengan sampel waktu dari tahun 1990:1 sampai 2005:3. Variabel-variabel untuk penelitian ini diperoleh dengan cara mengolah data-data yang telah tersedia. Variabel-variabel yang dibentuk antara lain rasio tabungan domestik terhadap GDP (DSY), pertumbuhan ekonomi riil tahunan (Gr), dan rasio total aliran modal terhadap GDP (KAY). Selain itu digunakan pula variabel dummy untuk krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997 (D=0, untuk data kurang dari 1997:3 dan D=1, untuk lainnya). Metode ini digunakan dengan bantuan perangkat lunak Eviews 4.1. 4.2. Metodologi Untuk memenuhi tujuan penelitian, penulis menggunakan semua variabel yang telah dibentuk tadi, kemudian mengolahnya sehingga didapat jawaban sesuai 24 dengan tujuan penelitian. Untuk definisi dan simbol dari variabel yang digunakan ditampilkan pada Tabel dibawah ini. Tabel 4.2. Variabel yang digunakan Variabel Rasio Aliran Modal terhadap GDP Simbol KAY Pertumbuhan Ekonomi Growth Rasio Tabungan Domestik terhadap GDP DSY Definisi Variabel Aliran modal bersih pada Neraca Pembayaran Indonesia dibagi output nasional Persentase perubahan nilai barang dan jasa yang dihasilkan di wilayah suatu negara berdasarkan pengeluaran year on year Output tersisa setelah permintaan konsumen dan pemerintah terpenuhi 4.2.1. Model Umum Vector Autoregression Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode vector autoregression (VAR). Model VAR membuat seluruh variabel menjadi endogenous dan menurunkan distributed lagnya. Menjadikan varibel yang digunakan sebagai endogenous sangat penting mengingat sulitnya menentukan varibel endogen dan eksogen dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu model VAR sangat baik untuk mengatasi hal tersebut. Bentuk umum persamaan VAR adalah: i =n Zt = A + ∑ BiZt − i + CX + ε ............... (4.2) i =1 dimana Zt adalah vektor dari variabel-variabel endogen (Growth, DSY, dan KAY), Xt adalah vektor dari variabel-variabel eksogen sebanyak d termasuk di dalamnya konstanta (intercept) dan dummy. A1, ... , Ap, dan B merupakan matriksmatriks koefisien yang akan diestimasi. Pada metode ini, hubungan antar variabel dalam sistem persamaan dapat diketahui dengan menjadikan seluruh variabel sebagai endogenous. Metode VAR juga bekerja berdasarkan data sehingga terbebas dari batasan teori ekonomi yang 25 sering muncul, sehingga dapat terhindar dari penafsiran yang salah. Adapun kelemahan dengan menggunakan metode VAR diantaranya: (1) penentuan banyaknya lag yang menimbulkan masalah baru dalam proses estimasi; (2) model VAR bersifat apriori atau mengolah data tanpa memanfaatkan teori ekonomi yang ada; (3) semua variabel yang digunakan dalam VAR harus stasioner, jika belum harus ditransformasikan terlebih dahulu agar stasioner. 4.2.2. Uji Akar Unit Data time-series umumnya mengalami masalah ketidakstasioneran yang dapat menjatuhkan validitas dari parameter yang diestimasi, sehingga perlu dilakukan uji akar unit pada kumpulan data. Secara umum, uji akar unit dapat dilakukan dengan melihat secara visual (grafis) apakah terdapat trend dalam data atau tidak, dan melihat variance data pada periode penelitian. Jika data pada level tidak stasioner, maka data dimodifikasi menjadi selisih antar data sebelumnya (first difference) sehingga data menjadi stasioner, data ini kemudian disebut terintegrasi pada orde pertama atau I(1). Variabel-variabel yang tidak stasioner pada level tidak dapat digunakan untuk melihat hubungan jangka panjang dalam VAR. Meskipun penggunaan first difference dalam VAR dapat digunakan, namun identifikasi restriksi jangka panjang tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, kestasioneran data harus diketahui sebelum menggunakan VAR. Data dikatakan stasioner jika mean, variance, dan covariance-nya bebas dari pengaruh waktu. Dua unit root test yang paling sering digunakan adalah 26 Dickey-Fuller (DF) dan Augmented Dickey-Fuller (ADF). Hipotesis nol adalah bahwa data mengandung unit root (tidak stasioner), sedangkan hipotesis alternatif adalah bahwa data tidak mengandung unit root (stasioner). Penolakan H0 dilakukan jika nilai test critical value pada taraf nyata tertentu lebih kecil dari nilai Augmented Dickey-Fuller test statistic. 4.2.3. Lag Optimal Penentuan lag optimal sangat penting karena dalam model VAR suatu variabel juga dipengaruhi oleh dirinya sendiri, selain varibel lain. Akan tetapi, pengaruh variabel terhadap dirinya sendiri harus tepat lama pengaruhnya, tidak boleh terlalu cepat atau terlalu lama untuk menghasilkan estimasi yang dapat diandalkan. Sebelum menentukan lag optimal, perlu dilakukan pengujian lag maksimal. Lag maksimal didapat jika roots memiliki modulus lebih kecil dari satu dan semuanya terletak dalam unit circle, sehingga didapat persamaan VAR yang stabil. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan untuk menentukan lag optimal diantaranya Akaike Information Criteria (AIC) dan Schwarz Criteria (SC). Tingkat lag optimal yang ditunjukkan oleh kedua kriteria dapat berbeda, namun penulis memilih penentuan lag optimal berdasarkan SC. 4.2.4. Impulse Respons Function (IRF) IRF memungkinkan kita untuk menelusuri time path dari suatu guncangan (inovasi) terhadap suatu variabel dalam sistem VAR atau VECM. IRF melihat 27 dampak guncangan satu standar deviasi terhadap variabel lain dan dirinya sendiri pada periode I, II, dan seterusnya. IRF menunjukan tanda dari multiplier dinamis, tetapi tidak menunjukan ukuran dan besarnya. Analisis IRF merupakan cara yang paling baik untuk menunjukkan respon dari model terhadap kejutan (shocks). Hal ini karena koefisien hasil estimasi VAR atau VECM sulit untuk diartikan dan kurang bisa diandalkan. Akan tetapi analisis IRF mempunyai keterbatasan dalam menginterpretasikan ukuran dan besarnya pengaruh perubahan dalam sistem. 28 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Sesuai dengan penjabaran sebelumnya, penulis melakukan pengujian terhadap kestasioneran variabel-variabel dalam model kemudian melanjutkan dengan estimasi dari tiap tujuan yang ingin dicapai. Analisis VAR mengharuskan data yang digunakan stasioner pada level. Jika varibel yang digunakan tidak stasioner pada level maka analisis tetap dapat digunakan dalam VAR, namun setelah varibel ditransformasikan sehingga menjadi stasioner. 5.1. Uji Akar Unit Permasalahan yang sering dihadapi pada data time series ialah ketidakstasioneran data. Analisis dengan OLS untuk data yang tidak stasioner akan menghasilkan regresi palsu. Data dikatakan stasioner jika time series mempunyai mean, variance, dan covariance yang bebas dari pengaruh waktu (Harris dan Sollis, 2003). Adapun uji akar unit yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Augmented Dickey-Fuller (ADF). Hasil uji ADF untuk data time series setiap variabel dalam tingkat level dapat dilihat pada Tabel 5.1.1. Pada Tabel 5.1.1 dapat dilihat bahwa variabel Growth stasioner pada level dengan asumsi constant. Ini terlihat dari nilai ADF t-statistic variabel tersebut lebih besar dari nilai kritis MacKinnon 1 persen. Sedangkan variabel KAY dan DSY juga stasioner pada level dengan asumsi constant, linear trend. Ini dapat dilihat dari nilai ADF t-statistic variabel tersebut lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon 1 persen. Oleh karena semua variabel stasioner pada tingkat level, 29 maka data memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, sehingga pengolahan dapat dilanjutkan dengan model VAR. Tabel 5.1.1. Hasil Uji Akar Unit pada Level Variabel Nilai ADF t-Statistic Nilai Kritis MacKinnon 1% Keterangan Growth -3.574657 -3.548208 stasioner DSY KAY Sumber: Lampiran 2. -5.150356 -4.113017 stasioner -4.71354 -4.113017 stasioner 5.2. Vector Autoregression (VAR) Varibel-variabel yang stasioner memungkinkan dilakukannya pengolahan data dengan model VAR. Dalam mengolah dengan model VAR, perlu dilakukan pengujian untuk tingkat lag optimal agar hasil estimasi yang diberikan valid. Lag optimal yang didapat akan digunakan untuk mengestimasi koefisien-koefisien yang dihasilkan dalam persamaan VAR. Karena koefisien-koefisien yang dihasilkan tidak dapat diartikan dan kurang bisa diandalkan, hasil dari VAR hanya terdapat pada lampiran. Untuk melakukan peramalan dilakukan inovasi perhitungan impulse respons function (IRF). 5.3. Tingkat Lag Optimal Penentuan lag maksimal penting untuk dilakukan sebelum menentukan tingkat lag optimal. Sistem persamaan VAR pada tingkat level memenuhi kriteria di atas sampai lag sepuluh. Dengan kata lain, sistem persamaan VAR dengan lag sepuluh tersebut stabil. 30 Tahap selanjutnya dalam penentuan lag optimal adalah dengan mempertimbangkan nilai dari kriteria-kriteria yang ada. Penelitian ini menggunakan Schwarz Criteria (SC) untuk menentukan lag optimal. Tabel 5.2 memperlihatkan hasil tingkat lag optimal berdasarkan berbagai kriteria. Hasil menunjukkan bahwa lag optimal untuk variabel-variabel (Growth, DSY, dan KAY) yang ingin diestimasi adalah satu. Tabel 5.3. Hasil Uji Lag Optimal Lag LogL LR FPE 0 273,3378 NA 1,69E-08 1 296,3778 42,03801* 1,04E-08* 2 303,9849 13,07888 1,09E-08 Sumber: Lampiran 3. 5.4. AIC -9,380272 -9,872906* -9,824032 SC -9,165214 -9,335261* -8,963800 HQ -9,296693 -9,663959* -9,489717 Impulse Response Function IRF adalah respon sebuah variabel menurut waktu (time path) jika mendapat guncangan dari diri sendiri atau guncangan variabel dependen lain sebesar satu standar deviasi. Tujuan utama penelitian ini ialah melihat respon dari variabel Growth dan DSY terhadap guncangan varibel lain atau variabel itu sendiri, sehingga penulis dapat mengambil kesimpulan dari hasil estimasi. Respon variabel-variabel tersebut akibat guncangan variabel-variabel lain dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini: 5.4.1. Respon KAY terhadap Guncangan KAY Gambar 5.4.1 menunjukkan reaksi KAY dalam sepuluh periode waktu (kuartalan) terhadap guncangan KAY dalam satuan standar deviasi. Sumbu vertikal adalah respon KAY atas guncangan KAY sendiri, sedangkan sumbu 31 horizontal adalah periode waktu. Pada gambar tersebut terlihat bahwa respon KAY terhadap guncangan KAY memiliki pengaruh positif pada jangka pendek, dan pengaruh sebesar nol dalam jangka panjang. R e s p o n s e o f K A Y t o C h o le s k y O n e S . D . K A Y I n n o v a t io n .0 5 .0 4 .0 3 .0 2 .0 1 .0 0 -.0 1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 Gambar 5.4.1. Respon DSY terhadap Guncangan DSY Pada periode awal, guncangan pada KAY akan menambah KAY itu sendiri dengan nilai tertinggi sebesar 0,0369 satuan, sedangkan periode II dengan nilai 0,008 satuan. Periode selanjutnya sampai periode X, pertambahan tersebut terus menurun hingga nilai terendah dan mendekati nol. Pertambahan KAY pada periode awal berarti setiap ada peningkatan aliran modal masuk akan dikuti oleh masuknya kembali aliran modal pada beberapa periode ke depan. Hal ini cukup logis karena sifat investor yang cenderung melihat kondisi suatu negara. Jika ada aliran modal masuk suatu negara, berarti kondisi negara tersebut dianggap sedang baik sehingga investor lainnya akan mengikuti menanam modal di negara tersebut, namun efek positif ini akan semakin mengecil dan menghilang pada periode VIII. 32 5.4.2. Respon DSY terhadap Guncangan KAY Gambar 5.4.2 menunjukkan reaksi DSY dalam sepuluh periode waktu (kuartalan) terhadap guncangan KAY dalam satuan standar deviasi. Sumbu vertikal adalah respon DSY atas guncangan KAY, sedangkan sumbu horizontal adalah periode waktu. Pada gambar tersebut terlihat bahwa respon DSY terhadap guncangan KAY memiliki pengaruh negatif pada jangka pendek, dan pengaruh sebesar nol dalam jangka panjang. R e s p o n s e o f D S Y t o C h o le s k y O n e S . D . K A Y I n n o v a t io n .0 0 5 .0 0 0 -.0 0 5 -.0 1 0 -.0 1 5 -.0 2 0 -.0 2 5 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Gambar 5.4.2. Respon DSY terhadap Guncangan KAY Pada periode awal, guncangan pada KAY akan mengurangi DSY dengan nilai sebesar 0,006 satuan, sedangkan periode II pengurangan DSY bertambah besar dengan nilai 0,009 satuan. Periode selanjutnya sampai periode X, pengurangan tersebut terus menurun hingga nilai terendah dan mendekati nol. Pengurangan DSY akibat pertambahan KAY berarti bahwa adanya sifat subtitusi antara aliran modal masuk dengan tabungan domestik. Hal ini dapat terjadi karena aliran modal asing untuk pembiayaan investasi akan membuat investasi domestik kalah bersaing, seperti yang terjadi pada investasi ritel pasar 33 modern. Selain itu, aliran modal masuk cenderung menggantikan investasi yang telah ada, sehingga tidak menambah jumlah investasi domestik. 5.4.3. Respon Growth terhadap Guncangan KAY Gambar 5.4.3 menunjukkan reaksi Growth dalam sepuluh periode waktu (kuartalan) terhadap guncangan KAY dalam satuan standar deviasi. Sumbu vertikal adalah respon Growth atas guncangan KAY, sedangkan sumbu horizontal adalah periode waktu. Pada gambar tersebut terlihat bahwa respon Growth terhadap guncangan KAY memiliki pengaruh negatif pada jangka pendek, dan pengaruh sebesar nol dalam jangka panjang. R e s p o n s e o f G R W T H t o C h o le s k y O n e S . D . K A Y I n n o v a t io n .0 1 .0 0 -.0 1 -.0 2 -.0 3 -.0 4 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 Gambar 5.4.3. Respon Growth Terhadap Guncangan KAY Pada periode awal, guncangan pada KAY akan mengurangi Growth dengan nilai sebesar 1,15 persen, sedangkan periode II pengurangan Growth bertambah besar dengan nilai 1,47 persen. Periode selanjutnya sampai periode X, pengurangan tersebut terus menurun hingga nilai terendah dan mendekati nol pada jangka panjang. 34 Pengurangan Growth akibat pertambahan KAY berarti bahwa aliran modal masuk ke Indonesia tidak baik bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat disebabkan banyaknya aliran modal masuk hanya berputar pada pasar uang. Banyaknya modal yang mengendap di pasar uang akan memberatkan perekonomian domestik karena modal tersebut terus berkembang tetapi tidak terjadi peningkatan output. 5.4.4. Respon Growth terhadap Guncangan DSY Gambar 5.4.4 menunjukkan reaksi Growth dalam sepuluh periode waktu (kuartalan) terhadap guncangan KAY dalam satuan standar deviasi. Sumbu vertikal adalah respon Growth atas guncangan KAY, sedangkan sumbu horizontal adalah periode waktu. Pada gambar tersebut terlihat bahwa respon Growth terhadap guncangan KAY memiliki pengaruh positif pada periode awal dan pengaruh akan bersifat negatif pada periode selanjutnya, tetapi pada jangka panjang pengaruh sebesar nol. R e s p o n s e o f G R W T H t o C h o le s k y O n e S . D . D S Y I n n o v a t io n .0 4 .0 3 .0 2 .0 1 .0 0 -.0 1 -.0 2 -.0 3 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Gambar 5.4.4. Respon Growth Terhadap Guncangan DSY 1 0 35 Pada periode awal, guncangan pada DSY akan menambah Growth dengan nilai sebesar 1,45 persen, sedangkan periode II guncangan DSY akan berdampak pada pengurangan Growth sebesar 0,6 persen. Pengurangan tersebut bertambah besar pada periode III dengan nilai sebesar 0,8 persen. Setelah periode itu, pengurangan Growth terus menurun hingga mendekati nilai nol pada jangka panjang. Pertambahan Growth akibat pertambahan DSY berarti bahwa tabungan domestik yang masuk ke Indonesia dapat menambah GDP sehingga terjadi pertumbuhan ekonomi walaupun hanya pada periode awal. Akan tetapi, setelah periode tersebut peningkatan DSY akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat terjadi karena setelah peningkatan investasi domestik terasa hasilnya dalam bentuk peningkatan GDP, maka peningkatan GDP tersebut akan dikuti peningkatan konsumsi masyarakat. Konsumsi masyarakat meningkat lebih tinggi daripada peningkatan kapasitas otuput, sehingga untuk memenuhi permintaan masyarakat dilakukan impor, yang dapat menurunkan GDP dan pertumbuhan ekonomi. 36 VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Hasil estimasi respon variabel Growth terhadap guncangan KAY menunjukkan bahwa guncangan KAY berpengaruh negatif terhadap Growth. Hal ini berarti bahwa aliran modal masuk akan menurunkan pertumbuhan ekonomi, namun pada jangka panjang guncangan KAY tidak berpengaruh terhadap Growth. 2. Hasil estimasi dengan IRF menunjukkan bahwa respon variabel Growth terhadap guncangan DSY berpengaruh positif pada periode awal, sedangkan pada periode selanjutnya guncangan DSY berpengaruh negatif terhadap Growth. Hal ini berarti bahwa investasi domestik akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada periode I, dan negatif pada periode selanjutnya. Pada jangka panjang, guncangan DSY tidak berpengaruh terhadap Growth. 3. Hasil prediksi dari IRF antara DSY dan KAY berpengaruh negatif. Hal ini terjadi karena antara aliran modal dengan investasi domestik bersifat substitusi. Artinya peningkatan aliran modal masuk akan menurunkan investasi domestik, dan berlaku sebaliknya, peningkatan investasi domestik akan membuat aliran modal keluar. Hal ini dapat terjadi karena antara aliran modal dengan investasi domestik bersifat subtitusi. 4. Dari respon Growth terhadap guncangan KAY dan DSY dapat terlihat bahwa pada jangka pendek guncangan DSY berdampak positif terhadap 37 Growth, sedangkan guncangan KAY terhadap Growth bersifat negatif. Ini berarti bahwa pembiayaan investasi yang bersumber dari tabungan domestik lebih baik daripada pembiayaan investasi dari aliran modal. 6.2. Saran 1. Pemerintah sebaiknya berusaha untuk menciptakan aturan yang dapat membatasi masuknya aliran modal di pasar uang, dan menggalakkan aliran modal masuk dalam bentuk FDI yang dapat menambah output secara langsung sehingga aliran modal masuk tidak berdampak pada penurunan pertumbuhan ekonomi. 2. Perlunya bagi pemerintah untuk memprioritaskan pembangunan yang bersumber dari tabungan domestik daripada yang bersumber dari aliran modal masuk. 3. Pemerintah harus memprioritas pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan GDP sehingga tabungan domestik meningkat. Hal ini sangat penting karena pembiayaan investasi dari DS memberikan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan ekonomi dibandingkan pembiayaan investasi yang berasal dari aliran modal masuk. 38 DAFTAR PUSTAKA Ansari. M. I. 2004. “Sustainability of the US Current Account Deficit: An Econometric Analysis of the Impact of Capital Inflow on Domestic Economy”. Journal of Applied Economics, Vol. VII, No. 2: 249-269. Bank Indonesia. 1990-2006. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI). Bank Indonesia, Jakarta. Rivera-Batiz. 1994. International Finance and Open Economy Macroeconomics. Prentice Hall : USA. Diniarni, A. 2005. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pelarian Modal dari Indonesia Periode 1997-2004 [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Duce, M. dan Banco, E. 2003. “Definition of Foreign Direct Investment (FDI): A Methodological Note”. Executive Summary Feldstein, M dan C. Horioka. 1980. “Domestic Saving and International Capital Flows”. The Economic Journal, Vol. 90, No. 358: 314-329. Harris, R dan R. Solis. 2003. Applied Time Series: Modeling and Forecasting. Durham University, UK. Hossain, A dan Chowdhury, A. 2001. Open-Economy Macroeconomics for Developing Countries. Edward Elgar Publishing : United Kingdom. International Monetary Fund (IMF). International Financial Statistics (IFS). www.imf.org [15 Februari 2006] Mishkin, F.S. 2001. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets. 6th Edition. Columbia University : USA. Salvatore, D. 1997. Ekonomi Internasional. Haris Munandar [penerjemah]. Erlangga, Jakarta. Siahaan, N. 2005. Pengaruh Foreign Direct Invesment terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia [skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Lipsey, G.R, P.N Courant, D.D Purvis dan P.O Steiner. 1997. [terjemahan] Pengantar Makroekonomi. Binarupa Aksara, Jakarta. 39 LAMPIRAN 40 Lampiran 1. Hasil Pengujian Akar Unit pada Level Hasil Pengujian Akar Unit Growth pada Level Null Hypothesis: GRWTH has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -3.574657 -3.548208 -2.912631 -2.594027 0.0093 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(GRWTH) Method: Least Squares Date: 10/10/06 Time: 08:22 Sample(adjusted): 1991:2 2005:3 Included observations: 58 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. GRWTH(-1) C -0.368158 0.022418 0.102991 0.010476 -3.574657 2.140043 0.0007 0.0367 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.185788 0.171249 0.062988 0.222181 79.07802 1.821386 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) -0.000564 0.069191 -2.657863 -2.586813 12.77818 0.000731 41 Hasil Pengujian Akar Unit DSY pada Level (lanjutan) Null Hypothesis: DSY has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -5.150356 -4.113017 -3.483970 -3.170071 0.0004 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(DSY) Method: Least Squares Date: 10/10/06 Time: 08:24 Sample(adjusted): 1990:2 2005:3 Included observations: 62 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. DSY(-1) C @TREND(1990:1) -0.634646 0.123224 0.207352 0.042627 -0.001010 0.000368 -5.150356 4.864375 -2.741352 0.0000 0.0000 0.0081 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.311744 Mean dependent var 0.288413 S.D. dependent var 0.041465 Akaike info criterion 0.101439 Schwarz criterion 110.9042 F-statistic 1.807235 Prob(F-statistic) -0.001092 0.049154 -3.480781 -3.377855 13.36194 0.000016 42 Hasil Pengujian Akar Unit KAY pada Level (lanjutan) Null Hypothesis: KAY has a unit root Exogenous: Constant, Linear Trend Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=10) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level t-Statistic Prob.* -4.713540 -4.113017 -3.483970 -3.170071 0.0017 *MacKinnon (1996) one-sided p-values. Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(KAY) Method: Least Squares Date: 10/10/06 Time: 08:26 Sample(adjusted): 1990:2 2005:3 Included observations: 62 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. KAY(-1) C @TREND(1990:1) -0.543405 0.029900 -0.000862 0.115286 0.011672 0.000321 -4.713540 2.561668 -2.683897 0.0000 0.0130 0.0094 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood Durbin-Watson stat 0.274492 0.249898 0.038926 0.089398 114.8215 1.975283 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic) -0.001230 0.044945 -3.607144 -3.504219 11.16115 0.000077 43 Lampiran 2. Hasil Pengujian Lag Optimum, Lag Max 10 VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: KAY DSY GRWTH Exogenous variables: C DUMMY Date: 10/10/06 Time: 08:32 Sample: 1990:1 2005:3 Included observations: 49 Lag LogL LR FPE AIC SC HQ 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 233.7953 254.8429 260.5073 268.7705 288.7317 296.5960 304.1810 319.4516 325.6837 341.9312 351.4960 NA 37.79991 9.479085 12.81642 28.51598* 10.27182 8.978118 16.20551 5.850510 13.26330 6.636798 1.84E-08 1.13E-08 1.30E-08 1.36E-08 8.92E-09* 9.73E-09 1.10E-08 9.27E-09 1.17E-08 1.03E-08 1.28E-08 -9.297766 -9.789508 -9.653358 -9.623286 -10.07068 -10.02433 -9.966572 -10.22251 -10.10954 -10.40535 -10.42841* -9.066115 -9.210379* -8.726752 -8.349203 -8.449121 -8.055291 -7.650057 -7.558522 -7.098068 -7.046409 -6.721984 -9.209878 -9.569787* -9.301805 -9.139900 -9.455463 -9.277278 -9.087689 -9.211799 -8.966990 -9.130975 -9.022196 * indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion 44 Lampiran 3. Hasil Estimasi VAR dengan Lag 1 Vector Autoregression Estimates Date: 10/10/06 Time: 08:35 Sample(adjusted): 1991:2 2005:3 Included observations: 58 after adjusting endpoints Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ] KAY DSY GRWTH KAY(-1) 0.215094 (0.13226) [ 1.62623] -0.184690 (0.14647) [-1.26091] -0.255509 (0.22109) [-1.15567] DSY(-1) -0.086230 (0.11529) [-0.74792] 0.299970 (0.12768) [ 2.34942] -0.387747 (0.19272) [-2.01195] GRWTH(-1) -0.034461 (0.06476) [-0.53213] 0.064526 (0.07172) [ 0.89975] 0.663791 (0.10825) [ 6.13199] C 0.061760 (0.03662) [ 1.68631] 0.218234 (0.04056) [ 5.38073] 0.156306 (0.06122) [ 2.55318] DUMMY -0.060429 (0.01549) [-3.90127] -0.052543 (0.01715) [-3.06307] -0.049001 (0.02589) [-1.89249] R-squared Adj. R-squared Sum sq. resids S.E. equation F-statistic Log likelihood Akaike AIC Schwarz SC Mean dependent S.D. dependent 0.506617 0.469380 0.072331 0.036942 13.60538 111.6228 -3.676650 -3.499025 0.002555 0.050715 0.440694 0.398482 0.088706 0.040911 10.44005 105.7048 -3.472578 -3.294954 0.274025 0.052749 0.455983 0.414925 0.202107 0.061752 11.10586 81.82424 -2.649112 -2.471487 0.061861 0.080732 Determinant Residual Covariance Log Likelihood (d.f. adjusted) Akaike Information Criteria Schwarz Criteria 7.75E-09 294.6897 -9.644471 -9.111598 45 Lampiran 4. Hasil Estimasi Impuls Respons Function KAY Period 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 GRWTH DSY KAY -0.011549 (0.00804) -0.014763 (0.00962) -0.008428 (0.00820) -0.004323 (0.00626) -0.002170 (0.00449) -0.001086 (0.00309) -0.000544 (0.00207) -0.000274 (0.00135) -0.000138 (0.00086) -7.01E-05 (0.00054) -0.006039 (0.00534) -0.009380 (0.00565) -0.005403 (0.00358) -0.002760 (0.00222) -0.001375 (0.00137) -0.000681 (0.00085) -0.000338 (0.00053) -0.000168 (0.00034) -8.36E-05 (0.00021) -4.18E-05 (0.00014) 0.036942 (0.00343) 0.008865 (0.00488) 0.003224 (0.00259) 0.001450 (0.00150) 0.000699 (0.00089) 0.000344 (0.00054) 0.000170 (0.00032) 8.45E-05 (0.00020) 4.21E-05 (0.00012) 2.10E-05 (7.7E-05) Cholesky Ordering: KAY DSY GRWTH Standard Errors: Analytic