MODUL PERKULIAHAN SEMINAR MEDIA PRESENTASI Fakultas Program Studi FIKOM BROADCASTING Tatap Muka 04 Kode MK Disusun Oleh 42008 Feni Fasta Abstract Kompetensi Pokok bahasan ini membahas Setelah mengikuti mata kuliah tentang topik-topik dalam ini diharapkan Seminar Media yang meliputi memahami cara mahasiswa seminar 16 kali pertemuan, dimana proposal masing-masing menghasilkan pertemuan sidang output yang berbeda dan saling terkait satu sama lain. 2015 2 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id melalui simulasi Pembahasan PESAN VISUAL ADZAN SUBUH DI STASIUN TELEVISI SCTV SEBUAH ANALISIS SEMIOTIKA ROLAND BARTHES RISET MEDIA Disusun oleh : FEBRIALDI KURNIA ANDIKA 44110110022 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2015 2015 3 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Sekitar pukul 04:30 WIB, akan terdengar kumandang adzan subuh di wilayah Indonesia bagian barat yang sebelumnya telah berkumandang dari wilayah Indonesia bagian timur dan tengah. Adzan merupakan pemberitahuan kepada umat muslim untuk segera melaksanakan salah satu kewajiban mereka yaitu melaksanakan ibadah shalat. Kewajiban tersebut merupakan perintah allah yang telah tercantum dalam Al Quran sebagai pedoman umat Islam. Saat ini 85% penduduk di Indonesia adalah penganut agama Islam. Oleh karena itu, selain berkumandang melalui masjid di seluruh pelosok, adzan subuhjuga ditayangkan melalui stasiun televisi yang ada di Indonesia. Selain untuk menghargai mayoritas umat muslim, tayangan adzan magrhrib melalui televisi mampu menjangkau masyarakat secara lebih luas dan lebih dekat karena adzan dapat hadir di rumah, di kantor, di jalan, hingga di kamar tidur. Sehingga mereka yang lalai, malas, sibuk, atau lupa dapat diingatkan kembali akan kewajiban mereka untuk menunaikan shalat. Shalat merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim yang telah memasuki usia akil baligh, namun akan sangat baik jika kewajiban ini ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Rasulullah SAW berkata “Ajarilah anak-anakmu ashalat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan ketika mereka berusia sepuluh tahun, hukumlah jika mereka melalaikan shalat” (Wahf al-Qahthani, 2006, h 46). Oleh karena itu akan sangat baik jika tayangan adzan subuh di televisi dapat merangsang dan menarik perhatian anak-anak sehingga mereka termotifasi untuk melaksanakan shalat. Televisi 2015 4 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tampaknya mempunyai sifat istimewa, dibanding dengan medialain nya seperti radio, surat kabar, dan sebagainya. Sebagai media informasi, televisi memiliki kekuatan yang ampuh untuk menyampaikan pesan. Karena media ini dapat menghadirkan pengalaman yang seolah olah dialami sendiri dengan jangkauan yang luas dalam waktu yang bersamaan. Penyampaian isi pesan seolah-olah langsung antara komunikator dan komunikan. Selain itu seringkali televisi yang ditonton oleh anak-anak dapat memberikan pengaruh yang sangan hebat pada moral dan cara pandang sang anak. Tayangan adzan di televisi berdurasi 3-4 menit. Walaupun isi dari tayangan adzan tersebut telah mengungkapkan gambaran kultur Islam, namun tayangan – tayangan tersebut masih belum menjadi media yang efektif untuk mengajak pada ajakan shalat kepada anak-anak. Sebagai contoh, dari dulu sampai sekarang, semua stasiun televisi memiliki konsep visual yang sama dalam mengemas tayangan adzan. Hal tersebut menyebabkan kebosanan dan tidak mendapat perhatian dari anak-anak. Selain itu juga, mayoritas tayangan adzan saat ini tidak mengandung unsur pesan yang dapat memberikan motivasi kepada anak-anak untuk melaksanakan shalat karena tayangan tersebut kurang dipahami oleh mereka dan kurang melibatkan peran dari anak-anak. Oleh karena itu, dengan keampuhan yang dimiliki televisi, maka pemahaman mengenai makna dan fungsi adzan disampaikan secara menarik dan tidak membosankan. Televisi adalah salah satu media massa yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat. Dengan semakin berkembangnya teknologi juga diiringi bertambahnya jumlah televisi. Hanya saja masyarakat tidak bisa menangkap isi pesan dengan keseluruhan, mereka hanya menangkap permukaannya saja yang mengakibatkan peniruan terhadap perilaku atau gaya hidup dari tokoh-tokoh dalam iklan atau dalam sinetron. Dengan sifat dari media televisi yang dapat menyampaikan informasi secara audio dan 2015 5 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id visual, maka televisi memiliki daya tarik yang luar biasa. Televisi dapat mengintegrasikan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh radio, majalah, teater, novel, komik, dan sebagainya serta kemudian dikemas menjadi satu kesatuan hidup. Dalam penelitian ini, berjudul Pesan Visual Tayangan Adzan Subuh di Stasiun Televisi SCTV. Adzan sendiri dapat diartikan sebagai seruan atau panggilan. Isi dari seruan adzan tersebut berbunyi: -Allahu Akbar Allahu Akbar2x -Asyhadu alla ilaha illallah2x -Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah2x -Hayya ‘alash shalah2x -Hayya ‘alal fala2x -Ash-shalaatu khairum minan-nauum2x -Allahu Akbar Allahu Akbar -La ilaha illallah Maksud lafal ‘Allahu Akbar’ (Allah Mahabesar) adalah Mahabesar dari segala sesuatu, atau sebesar-besar apa pun dan tak ada yang menandingi keagugannya. Untuk lafal ‘Asyhadu’ (aku bersaksi) maksudnya aku mengetahui. Adapun lafal ‘Hayya ‘alash shalah’(mari shalat) maksudnya mengajak untuk melaksanakan shalat, atau segeralah laksanakan shalat. Sedangkan makna lafal ‘falah’(kemenangan) pada ‘Hayya alal falah’ adalah keberuntungandan keabadian, sebab seseorang yang melaksanakan shalat insya Allah akan masuk surga dan kekal di dalamnya.Perbedaan antara adzan lain dan adzan subuh ini berada di lafadz ash shala tukhairum minannauum yang berartikan (lebih baik shalat daripada tidur). Adzan kemudian ditutup dengan ‘La Ilaha illalllah’ untuk mengakhiri dengan kalimat tauhid dan dengan nama Allah SWT,sebagaimana saat mengawali adzan. 2015 6 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Adzan merupakan lafal yang istimewa. Terdapat banyak keutamaan bagi yang mengumandangkan adzan. Selain itu juga telah banyak hadits yang menyebutkan keutamaan bagi yang mendengarkan adzan, salah satunya yaitu barang siapa yang berdoa untuk dirinya sendiri memohon karunia kepada Allah, doanya dapat dikabulkan. I.2 PERUMUSAN MASALAH Melalui latar belakang penelitian, maka permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pesan visual adzan subuh di stasiun televisi SCTV?”. I.3 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna tayangan adzan subuh di stasiun televisi SCTV. I.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Manfaat Akademis Manfaat akademis dalam penelitian ini adalah untuk menambah kajian mengenai makna visual dalam tayangan adzan subuh di televisi, sehingga memperkaya bidang ilmu komunikasi khususnya broadcasting. 1.4.2 Manfaat Praktis Manfaat Praktis dalam penelitian ini adalah bagi Stasiun televisi yang menayangkan adzan subuh kususnya SCTV. Serta membuat Masyarakat mencermati makna dari waktu sholat. 2015 7 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Salah satu bentuk komunikasi yaitu komunikasi massa. Menurut Astrid S. Sutanto dalam bukunya”Komunikasi Sosial di Indonesia”, komunikasi massa adalah sesuatu kegiatan komunikasi yang ditujukan kepada orang banyak dan tidak dikenal (anonim) selain itu sifat dari massa yang heterogen dalam latar belakang ekonomi,budaya, dan pendidikan.1 Merujuk pada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri, 1991, komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpencar), sangat heterogen, dan menimbulkan efek tertentu.2 Menurut Bittner (1980:10), “Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people (Komunikasi massa adalah pesan yang 1 Astrid S. Susanto, Komunikasi Sosial di Indonesia. Bandung : Bina Cipta, 1984, hal 39 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar.Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2005, hal 3 2 2015 8 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang)”.3 Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan luas yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi – keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah – keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film. Film sebagai media komunikasi massa dalah film bioskop.4 Menurut Gerbner (1967), “Mass communication is the technologically and institutionally based production and distribution of the most broadly shared continousflow messages in industrial societies”. (komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat idustri (Rahmat, seperti yang dikutip Komala, dalam Karlinah, dkk. 1991)). Dari definisi Gerbner tergambar bahwa komunikasi massa itu menghasilkan suatu produk berupa pesan – pesan komunikasi. Peoduk tersebut disebarkan, didistribusikan kepada khalayak luas secara terus – menerus dalam jarak waktu yang tetap, misalnya harian, mingguan, dwimingguan, atau bulanan. Proses memproduksi pesan tidak dapat dilakukan oleh perorangan, melainkan harus oleh lembaga, dan membutuhkan suatu teknologi tertentu, sehingga komunikasi massa akan banyak dilakukan oleh masyarakat industri.5 Jalaluddin Rakhmat dalam bukunya “Psikologi Komunikasi”,merangkum definisi komunikasi massa yaitu sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak 3 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1998, hal 188. Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, loc.cit. 5 Ibid., 4 4 2015 9 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.6 Jadi singkatnya komunikasi massa adalah proses komunikasi dengan menggunakan atau melalui media massa. 2.1.2 Karakteristik Komunikasi Massa Terdapat lima ciri komunikasi massa,seperti yang disebutkan oleh Prof. Dr. Onong U.Effendy, M A dalam bukunya “Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek”, yaitu: a. Komunikasi massa berlangsung satu arah. Komunikator menyampaikan pesan secara satu arah, umpan balik atau tanggapan dari pihak penerima (khalayak) biasanya berlangsung secara tertunda. b. Komunikator pada komunikasi massa melembaga. Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisi. Komunikator dalam komunikasi massa disebut komunikator kolektif karena pesan yang dihasilkan merupakan hasil kerja sama sejumlah kerabat kerja. c. Pesan pada komunikasi massa bersifat umum. Pesan yang disebarluaskan pada komunikasi massa ditujukan untuk umum dan mengenai kepentingan umum pula, jadi tidak ditujuakn kepada perseorangan atau pada sekelompok orang tertentu. d. Media komunikasi massa menimbulkan keserempakan. Ciri lain dari media massa adalah kemampuannya untuk menimbulkan keserempakan pada pihak khalayak yang menonton televisi, khalayak secara serentak dan sesaat menerima pesan yang diberikan oleh media massa tersebut. e. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen. 6 Rakhmat,op.,189 2015 10 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Komunikasi atau khalayak yang merupakan kumpulan anggota masyarakat yang terlibat dalam proses komunikasi massa sebagai sasaran yang dituju komunikator bersifat heterogen. Khalayak ini dalam keberadaanya terpencar – pencar, tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, dan masing – masing erbeda dalam berbagai hal: jenis kelamin, usia, agama, pekerjaan, pendiidikan dan sebagainya.7 Dari ciri – ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi massa harus ada media massa yang menyampaikan pesan yang bersifat umum, secara satu arah dan serempak, kepada khalayak yang heterogen. 2.1.3 Fungsi Komunikasi Massa Menurut pendapat Joseph R. Dominick dalam bukunya ”The Dynamics of mass comunication”, fungsi komuikasi massa dapat dibagi menjadi lima yaitu: a. Pengawasan (surveillance) Fungsi ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: 1) Pengawasan peringatan (warning or neware surveillance). Pengawasan jenis ini terjadi jika media menyampaikan informasi kepada kita mengenai bencana alam, krisi ekonomi, ancaman terhadap negara, dan sebagainya. 2) Pengawasan Instrumental (instrumental surveillance). Jenis kedua ini berkaitan dengan penyebaran informasi yang berguna bagi kehidupan sehari – hari.Contohnya berita tentang film – film di bioskop, harga kebutuhan pokok, dan sebagainya. b. Interpretasi (interpretation) 7 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1984, hal. 20 -25. 2015 11 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Fungsi ini erat sekali kaitanya dengn fungsi pengawasan. Media massa tidak hanya menyajikan fakta dan data tetapi juga informasi beserta interpretasi mengenai suatu peristiwa tertentu. Contohnya, adalah: tajuk rencana surat kabar, komentar radio, atau siaran televisi. Juga berupa karikatur yang berupa sindiran. c. Hubungan (linkage) Media massa mampu menghubungkan unsur – unsur yang terdapat di dalam masyarakat yang tidak bisa dilakukan secara langsung oleh saluran perseorangan. d. Sosialisasi Sosialisasi merupakan transmisi nilai – nilai (transmission of values) yang mengacu kepada cara – cara dimana seseorang mengadopsi perilaku dan nilai – nilai suatu kelompok. Media massa menyampaikan penggambaran masyarakat, dan dengan membaca, mendengarkan, dan menonton maka seseorang mempelajari bagaimana khalayak berperilaku dan nilai – nilai apa yang penting. e. Hiburan (entertaiment) Tampak jelas pada televisi, film, dan rekaman suara. Media massa lainnya seperti surat kabar dan majalah punya rubrik hiburan seperti cerita pendek, cerita panjang, dan cerita bergambar.8 Fungsi komunikasi massa tersebut dapat disederhanakan menjadi empat fungsi saja, yakni: a. Menyampaikan informasi (to inform) b. Mendidik (to educate) c. Menghibur (to entertain) d. Mempengaruhi (to influence) 2.1.4 Media Komunikasi Massa 8 Ibid., 29 - 31 2015 12 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Media yang dimaksud dalam proses komunikasi massa yang memiliki ciri khas, mempunyai kemampuan untuk memikat perhatian khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous).9 Media komunikasi yang termasuk media massa adalah radio siaran dan televisi – keduanya dikenal sebagai media elektronik; surat kabar dan majalah keduanya disebut sebagai media cetak; serta media film.10 Film sebagai media komunikasi massa adalah film bioskop. Seiring dengan perkembangan tekhnologi komunikasi, hadir bentuk lainnya dari media massa yaitu internet.11 Dapat disimpulkan bahwa bentuk – bentuk dai media massa adalah radio, televisi, surat kabar, majalah, film dan internet. 2.2 Televisi Televisi paling berpengaruh pada kehidupan manusia dibandingkan dengan semua media komunikasi yang ada.Sebanyak 99 % orang Amerika memiliki televisi di rumahnya.Tayangan televisi mereka dijejali hiburan, berita, dan iklan. Mereka menghabiskan waktu menonton televisi sekitar tujuh jam dalam sehari.12 Menurut Sarkonis dalam bukunya “Television and Society: An Incuest and Agenda” (1965), dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, surat kabar, majalah, buku, dan sebagainya), televisi tampaknya mempunyai sifat istimewa. Televisi merupakan gabungan dari media gambar dan gambar bisa bersifat politis, bisa pula informatif, hiburan, dan pendidikan, atau bahkan gabungan dari ketiga unsur tersebut.TV menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikannya.Penyampaian isi pesan seolah – olah langsung antara komunikator dan 9 Ibid., 39 Ibid., 3 11 Ibid., 140 12 Elvinaro Ardianto dan Lukiati Komala Erdinaya, Komunikasi Massa Suatu Pengantar.Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2005, hal 125 10 2015 13 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komunikan. Informasi yang disampaikan oleh televisi akan mudah dimengerti karena jelas terdengar dan terlihat secara visual.13 Menurut Fred Wibowo dalam bukunya “Dasar – Dasar Produksi Program Televisi”, televisi sebagai bagian dari kebudayaan audio visual baru merupakan medium yang paling kuat pengaruhnya dalam membentuk sikap dan kepribadian baru masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan oleh satelit dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang menjangkau masyarakat hingga ke wilayah terpencil. Unsur esensial dari kebudayaan televisi berupa penggunaan bahasa verbal dan visual, sekaligus dalam rangka menyampaikan sesuatu, seperti pesan, informasi, pengajaran, ilmu, dan hiburan.14 2.2.1 Karakteristik Televisi Drs. JB. Wahyudi dalam bukunya “Dasar – dasar Jurnalistik Radio dan Televisi”, menjelaskan sifat – sifat media televisi adalah sebagai berikut : a. Proses pemancaran/transmisi b. Isi pesan audiovisual dapat dilihat dan didengar sekilas sewaktu ada siaran. c. Tidak dapat diulang. d. Dapat menyajikan peristiwa/pendapat yang sedang terjadi. e. Dapat menyajikan pendapat (audiovisual) narasumber secara langsung orisinil. f. Penulisan dibatasi oleh detik, menit, jam. g. Distribusi melalui pemancaran/transmisi. h. Bahasa yang digunakan formal dan non formal (bahasa tutur). i. Kalimat singkat, padat, sederhana, dan jelas.15 2.2.2 Fungsi Televisi Fungsi televisi yakni memberi informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk.16 13 Ibid.,8 Fred Wibowo, Dasar – Dasar Produksi Program Televisi. Jakarta : Grasindo, 1997, hal.1 15 J.B Wahyudi, Dasar – Dasar Jurnalistik Radio dan Televisi. Jakarta : Grafiti, 1996, hal. 8 - 9 16 Ibid., 128 14 2015 14 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Menurut Prof. Dr. Onong U. Effendy, M.A dalam bukunya “Televisi Siaran Teori dan Praktek”, televisi pada pokoknya mempunyai 3 fungsi yakni fungsi penerangan, pendidikan, dan hiburan. Menurut fungsi ini, segala sesuatu yang disiarkannya kepada masyarakat tergantung pada sistem negara dan pemerintahan negara yang bersangkutan. a. Fungsi penerangan (the information function) Ada 2 faktor yang terdapat pada media massa audio visual, yaitu: 1. Immediacy Mencakup pengertian langsung dan dekat.Peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa berlangsung, seolah – olah mereka berada di tempat peristiwa itu terjadi. 2. Realism Mengandung makna kenyataan ini berarti bahwa stasiun televisi menyiarkan informasi secara audiovisual sesuai dengan kenyataan. b. Fungsi Pendidikan (the educational function) Sebagai media komunikasi massa, televisi merupakan sarana ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simutan. Sesuai dengan makna pendidikan, yaki meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, televisi menyiarkan acara – acara tertentu secara implisit mengandung pendidikan seperti film, kuis, dan sebagainya yang disebut Educational Television (ETV), yaitu acara pendidikan yang disiapkan ke dalam siaran yang sifatnya umum. c. Fungsi Hiburan (to entertain function) Fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran sangat dominan.Sebagaian besar dari alokasi waktu masa siaran diisi oleh acara – acara hiburan.Hal ini dapat dimengerti karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup serta suara 2015 15 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id bagaikan kenyataan, dan dapat dinikmati sekalipun oleh khalayak yang tidak mengerti bahasa asing, bahkan tuna aksara.17 Dengan demikian televisi berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pemirsa akan informasi, pendidikan, dan hiburan. Selain itu televisi juga berfungsi untuk membujuk atau mempengaruhi pemirsanya, dalam hal ini contohnya adalah pemirsa dibujuk untuk menonton suatu program atau membeli produk yang diiklankan di televisi. 2.2.3 Kelebihan dan Kelemahan Televisi Kelebihan televisi antara lain selain dapat mengatasi jarak, ruang dan waktu, media televisi juga dapat menjangkau massa yang lebih besar daripada media massa lainnya namun selain kelebihan – kelebihannya, televisi juga mempunyai kekurangan – kekurangan, yaitu bersifat “transitory” (tidak kekal), isi pesan hanya didengar atau dilihat sekilas. Karena sifatnya yang “transitory”, maka isi yang akan disampaikan harus singkat dan jelas, cara penyampaian kata per kata harus benar, serta informasi suara dan artikulasi harus tepat dan baik.18 2.2.4 Program Televisi Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television programming) diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari (horizontal programing) dan dari jam ke jam (vertical programming) setiap harinya. Media televisi hanya mengistilahkan programming atau pemprograman 19 .Sedangkan menurut 20 Rukmananda, programming adalah penyusunan acara televisi yang ditayangkan secara berurutan. Kata “program” itu sendiri berasal dari bahasa inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata 17 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 1984, hal. 27-30. 18 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Isi Media Televisi. Jakarta : Rineka Cipta, Maret 1996, hal. 27 19 (Soenarto, 2007:1). Rukmananda (2004:2013) 20 2015 16 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Dengan demikian pengertian program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiencenya .Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audience tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu radio atau televisi. Karakteristik suatu program televisi selalu mempertimbangkan agar program acara tersebut itu digemari atau dapat diterrima oleh audience. Berikut ini empat hal yang terkait dalam kerkteristik suatu program televisi : a. Product, artinya materi program yang dipilih haruslah yang begus dan diharapkan akan disukai audience yang dituju. b. Price, artinya biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi atau membeli program sekaligus menentukan tarif bagi pemasang iklan yang berminat memasang iklan pada program bersangkutan. c. Place, artinya kapan waktu siaran yang tepat program itu. Pemilihan waktu siar yang tepat bagi suatu program akan sangat membantu keberhasilan program bersangkutan. d. Promotion, artinya bagaimana memperkenalkan dan kemudian menjual acara itu sehingga dapat mendatangkan iklan dan sponsor . Macam-macam program televisi, menurut 21Straubhaar dan LaRose antara lain : 1. Commercials dan Other Interuptions Merupakan program yang diletakan diantara regular programs dan regular interruptions yang memiliki beberapa bentuk, yaitu : a. Commercials : Iklan komersil dalam bentuk promosi barang dan jasa yang ditayangkan di televisi. 21 Straubhaar dan LaRose (2000:226) 2015 17 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id b. Public Service Announcement : Iklan tentang layanan masyarakat, tentang acara budaya, hingga penyuluhan kesehatan dan keadaan darurat. c. Program Promotion : merupakan bentuk in-house advestising yang dimana stasiun televisi mengiklankan program yang ditayangkan dalam jaringan televisinya. 2. Entertainment Programs Program hiburan yang sebagian besar muncul secara harian, mingguan ataupun sesering mungkin. Dalam kategori ini termasuk beberapa pogram lain, yaitu : a. Drama, yaitu acara fiksi yang ditayangkan oleh televisi dalam bentuk cerita drama hingga cerita detektif yang memiliki karakter dan plot cerita yang serupa dengan aslinya. b. Action Adventure Programs, yaitu acara yang memiliki elemen aksi kuat yang mengisahkan jalan cerita antara orang baik melawan orang jahat. c. Situation Comedians, yaitu acara yang bersifat humor yang dimana memiliki jejak kelemahan dan kegiatan dari karakter peran yang dimainkan. d. Variety Show, yaitu format acara dengan berbagai macam pertunjukan musik, komedi, dan hiburan lainnya. Biasanya terdapat pembawa acara yang memperkenalkan serta berinteraksi dengan bintang tamu selama acara berlangsung. e. Talk Show, yaitu acara yang menyerupai variety show namun terfokus pada sebuah pembicaraan antara bintang tamu yang berinteraksi dengan pembawa acara. f. Personality and Game Show, yaitu acara yang memiliki karakteristik yang dimana pembawa acaranya bersaing dengan peserta yang telah dipilih sebelumnya. 2015 18 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id g. Soap Opera’s, yaitu jenis dari acara drama yang bermulai dari bertahun-tahun yang lalu dari program radio yang ceritanya diadaptasi menjadi acara televisi. h. Childern’s Program, yaitu bentuk acara mulai dari program pendidikan hingga kartun animasi yang tidak terdapat kekerasan didalamnya. i. Movies, yaitu acara dimana televisi menayangkan film layar lebar. j. Special Program, yaitu acara singkat yang merupakan bukan bagian dari acara program tetap. k. Sport and Special Event, merupakan bentuk siaran untuk sebuah potongan besar acara dari durasi televisi. l. Docudramas, merupakan bentuk tahunan acara yang menceritakan kisah fiksi sejarah yang tak memihak. Biasanya merupakan hayalan nyata dari potongan cerita masa kini di masyarakat. m. Miniseries, yaitu bagian dari banyak acara yang dimana dipecah menjadi beberapa tayangan program sore dan menjadi acara penting yang memiliki daya saing rating. 3. Other Program Merupakan bentuk acara yang memiliki nilai informadsi dan berpengaruh, seperti : a. News and Public Affairs, termasuk acara berita jaringan dan berita lokal, acara publik yang penting dalam jangkauan khusus, acara dokumenter dan berita khusus, acara dialog tetap yang mewawancarai tokoh masyarakat dalam bentuk pertanyaan jurnalistik. b. Religious Program, mulai dari pelayanan agama scara elektronik hingga dialog agama dan pelayanan tempat ibadah lokal. 2015 19 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c. Cultural and Education Programs, termasuk acara budaya dan pendidikan bagi anak secara praktis yang ditayangkan di televisi. 2.2.4.1 Adzan Subuh Adzan merupakan salah satu Other program (Religius Program) yang ditayangkan pada stasiun televisi untuk mengihimbau atau mensiarkan seruan untuk sholat bagi umat muslim. Menurut pengertiannya sendiri adzan merupakan panggilan bagi umat islam untuk memberitahu masuknya salat fardu. Yang diumandangkan oleh seorang muadzin setiap salat 5waktu.Adzan mulai disyariatkan pada tahun kedua hijriah. Mulanya, pada suatu hari Nabi Muhammad SAW sedang mengumpilkan para sahanatnya untuk memusyawarahkan bagaimana cara memberitahu masuknya waktu salat dalam mengajak orang ramai agar berkumpul ke masjid untuk melakukan salat berjamaah. Lalu banyak nya masukan dengan menggunakan sepei lonceng, dll, namun Nabi bersuara lantang dengan mengucap lafaz ikamah dengan lantang. Ikamah tersebut berbunyi : Allahu Akbar, Allahu Akbar Asyhadu alla ilaha illallah Asyahadu anna Muhammadarrasullulah Hayya ‘alash sholah Hayya ‘alash falah Qod qomatsh sholat (2kali) Allahu Akbar, Allahu Akbar La ilaha illallah 2.3 Visualisasi Dari kamus lengkap Indonesia – inggris. Kata visualisasi berasal dari kata, yaitu: 1. Visual berarti berdasarkan penglihatan atau dapat di lihat. 2015 20 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Visualization berarti pemberian gambar. 3. Visualize berarti memberi gambar tentang sesuatu. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia visualisasi diartikan sebagai pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar,tulisan (kata dan angka),peta,atau grafik. Juga di artikan sebagai proses pengubahan konsep menjadi gambar untuk disajikan lewat media misalnya televise oleh produsen. Edward Tufte22 “ mengatakan bahwa” Visualization is successful if it reveals this structure. A different way to express this it to say that information design works with information, while information visual information works with data as it always the case with the actual cultural practice, it is easy to find example that do not fit such distincion but a majority do. Therefore, I think that this distinction can be useful in allowing us to understand the practices of information visualization design as partially overlapping but ultimately different in terms of theirfunctions. 2.3.2 Visualisasi Dalam Bentuk Komunikasi Non Verbal Komunikasi non verbal adalah proses komunikasi dimana pesan yang disampaikan tidak menggunakan kata-kata. Contoh komunikasi non verbal ialah menggunakan gerak isyarat, bahasa tubuh, ekspresi wajah dan kontak mata. Penggunaan object seperti pakaian, potongan rambut, dan intonasipenekanan, kualitas suara, gaya, emosi, gambar dan gaya bicara. Jenis-Jenis Komunikasi Non Verbal antara lain seperti komunikasi objek, sentuhan, kronemik, gerakan tubuh, Proxemik, Vokalik, dan lingkungan. Adapun variasi budaya dalam komunikasi non verbal, yaitu budaya asal seseorang amat menentukan bagaimana orang 22 Edward Tufte, Visual Explanation: Images and Quantities, Evidence and Narrative. Chesire, CT: Graphics Press. 1997 hal 23 2015 21 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id tersebut berkomunikasi secara nonverbal. Perbedaan ini dapat meliputi perbedaan budaya Barat-Timur, budaya konteks tinggi dan konteks rendah, bahasa, dsb. 2.3.3 Fungsi Komunikasi Non Verbal 1. Fungsi pertama : Repetisi Perilaku nonverbal dapat mengulangi perilaku verbal.Misalnya, Anda menganggukkan kepala ketika mengatakan "Ya," atau menggelengkan kepala ketika mengatakan "Tidak," atau menunjukkan arah (dengan telunjuk) ke mana seseorang harus pergi untuk menemukan WC. 2. Fungsi Kedua : Subtitusi Perilaku nonverbal dapat menggantikan perilaku verbal, jadi tanpa berbicara Anda bisa berinteraksi dengan orang lain. Misalnya, seorang pengamen mendatangi mobil Anda kemudian tanpa mengucapkan sepatah katapun Anda menggoyangkan tangan Anda dengan telapak tangan mengarah ke depan (sebagai kata pengganti "Tidak"). Isyarat nonverbal yang menggantikan kata atau frasa inilah yang disebut emblem. 3.Fungsi Ketiga : Kontradiksi Perilaku nonverbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal dan bisa memberikan makna lain terhadap pesan verbal .Misalnya, Anda memuji prestasi teman sambil mencibirkan bibir. 4.Fungsi Keempat : Aksentuasi Memperteguh, menekankan atau melengkapi perilaku verbal.Misalnya, menggunakan gerakan tangan, nada suara yang melambat ketika berpidato. Isyarat nonverball tersebut disebut affect display. 5.Fungsi Kelima : Komplemen Perilaku Nonverbal dapat meregulasi perilaku verbal.Misalnya, saat kuliah akan berakhir, Anda melihat jam tangan dua-tiga kali sehingga dosen segera menutup kuliahnya. 2015 22 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2.3.4 Visualisasi Dalam Program Televisi Visual berhubungan erat dengan mata atau penglihatan.Menurut beberapa ahli, visual juga merupakan salah satu bagian dari aktifitas belajar. Dimana aktifitas belajar itu sendiri terdiri dari : somatis (belajar dengan bergerak dan berbuat), auditori (belajar dengan berbicara dan mendengar), intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan merenung), dan visual (belajar dengan cara melihat, mengamati dan menggambarkan). Keempat aktivitas belajar tersebut harus dikuasai supaya proses belajar berlangsung secara optimal. Gambar merupakan salah satu wujud simbol atau bahasa visual yang didalamnya terkandung struktur rupa seperti garis, warna dan komposisi. Ia dikelompokan dalam kategori bahasa komunikasi nonverbal, dibedakan dengan bahasa verbal yang berwujud tulisan ataupun ucapan.Upaya mendayagunakan simbol-simbol visual berangkat dari kenyataan bahwa bahasa visual memiliki karakteristik yang bersifat khas, bahkan istimewa untuk menimbulkan efek tertentu pada pengamatannya.Hal demikian ada kalanya sulit dicapai bila diungkapkan dengan bahasa verbal. Beberapa definisi atau pengertian dari visual itu sendiri : 1. Visual adalah dapat dilihat dengan indra penglihatan (mata). 2. Visual adalah syarat mutlak untuk memperkenalkan sebuah brand pada konsumen. 3. Visual merupakan salah satu cara mengorganisasikan pemikiran dan meningkatkan kemampuan berfikir dan komunikasi. 4. Visual adalah komponen yang terlihat pada saat aplikasi dijalankan. 5. Visual merupakan bagian iklan yang sering digunakan sebagai eye catcher. 6. Visual merupakan indra yang kompleks dan multisegi. 7. Visual merupakan pembelajar yang suka membaca dan belajar dengan indra penglihatannya (mata). 8. Visual adalah belajar dengan mengamati dan mengambarkan. 2015 23 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2.4 Pesan 2.4.1 Definisi Pesan Pesan adalah sesuatu yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melalui proses komunikasi.23 Ada juga yang mengatkan bahwa pesan adalah serangkaian syarat/simbol yang di ciptakan oleh seseorang untuk maksud tertentu dengan harapan bahwa penyampaian isyarat/simbol itu akan berhasil dalam menimbulkan sesuatu. Selain itu pesan dapat diartikan pernyataan yang di kode dalam bentuk lambanglambang atau simbol-simbol yang mempunyai arti, hal tersebut dapat terbentuk melalui beberapa unsur di antaranya : a. Verbal simbol diucapkan/tertulis/tercetak b. Non verbal simbol ( disampaikan dengan tertulis dan diucapkan juga dalam bentuk gerak gerik/isyarat/gambar lukisan dan warna. Pesan juga merupakan suatu hal yang dijadikan sebagai syarat dalam kegiatan berkomunikasi, karena dengan suatu pesan hubungan komunikasi seseorang dengan lainnya akan berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 2.5 Semiotika 2.5.1 Definisi Semiotika Semiotika adalah sebuah ranah keilmuan yang jauh lebih “dinamis”,”lentur” dan terbuka bagi pelbagai bentuk pembacaan dan iterpretasi, bukan sebuah “benteng kebenaran”, yang diluar benteng itu semuanya adalah “musuh kebenaran”. Semiotika pada kenyataannya adalah ilmu yang terbuka bagi pelbagai interpretasi. Dan kita tahu bahwa logika “interpretasi” bukanlah logika matematika, yang hanya mengenal kategori benar atau salah. Logika semiotika adalah logika dimana interpretasi tidak di ukur berdasarkan salah atau 23 Cangara Hafied., Pengantar Ilmu Komunikasi. Rajawali Pers. 2004 hal 14. 2015 24 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id benarnya, melainkan derajat kelogisannya : interpretasi yang satu lebih masuk akal dari yang lainnya.24 Semiotika sendiri berasal dari kata Yunani : Semeion, yang berarti tanda. Dalam pandngan piliang , penjelajahan semiotika sebagai metode kajian kedalam pelbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecendrungan untuk memandang pelbagai wacana sosial sebagi fenomena bahasa. Dengan kata lain, bahasa dijadkan model dalam pelbagi wacana sosial. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini dimungkinkan karea luasnya pengertian tanda itu sendiri. Semiotika menurut beberapa ahli disebutkan : 1. Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh, yakni Ferdinand de Saussure (1857 – 1913) Charles Sander Pierce (1839 – 1914), kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di Eropa dan Pierce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan adalah linguistik sedangkan Pierce adalah filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya yaitu semiologi. Semiologi menurut Saussure didasarkan pada anggapan bahw selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau berfungsi setiap tanda harus ada dibelakang sistem pembedaan dari konvesi yang memungkinkan makna itu. Dimana ada tanda, disana ada sistem. 2. Menurut Pierce menyebut ilmu yang dibangunnya dengan sebutan semiotika (semiotics). Bagi Pierce yang ahli filsafat dan logika penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam 24 Sumbo Tinarbuko. Semiotika Komunikasi Visual. Jalan Sutra. 2009 hal ix. 2015 25 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pikirannya logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda.25 2.5.2 Tradisi Semiotika dalam Komunikasi Seorang profesor dari Colorado, Robert T. Craig mengemukakan bahw seluruh teori komunikasi yang ada benar – benar praktis karena setiap teori adalah respon terhadap beberapa aspek komunikasi yang ditemui dalam kehidupan sehari – hari yang mana setiap teori berusaha mempraktekkan bentuk – bentuk komunikasi yang ada. Ia juga mendeskripsikan terdapat tujuh tradisi dalam komunikasi yaitu Sosio – psychological, Cybernatic, Rhetorical, Semiotics, Sosio – Cultural, Critical, dan Phenomenological tradition.26 Semiotika merupakan salah satu dari tujuh tradisi komunikasi yang dikemukakan oleh Craig yang mempelajari tentang tanda. Tanda merupakan konsep dasar dari tradisi semiotika. Seseorang penganut tradisi semiotika I.A.Richards dari Universitas Cambridge mendeskripsikan secara sistematis, bagaimana car kerja dari sebuah kata. Menurutnya , kata – kata merupakan simbol yang bersifat arbitrer (manasuka), dimana maknanya tidak selalu melekat pada setiap kata tersebut.27 Akan tetapi, dia akan selalu bergerak dinamis dan tidak terpengaruh oleh batsan waktu yang disesuaikan dengan konteks dimana kata itu digunakan. Bersama temannyadari British College C.K. Odgen, Richard menciptakan semantic triangle untuk memperlihatkan hubungan tidak langsung antara simbol dengan referennya. Berikut ini gambar semantic triangle : THOUGHT 25 Ibid. 11 EM Griffin. A first Look at Communication Theory 4th Edition. USA : The Mc Graw Hill Companies. Hal 21-23. 27 Ibid. Hal 27. 26 2015 26 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id SYMBOL REFERENT Gambar semantic triangle di atas menunjukkan adanya relasi yang saling berhubungan antara obyek, simbol, thought. Bagi Richard, posisi thought yang berada di atas dapat memiliki beberapa makna yang berbeda meskipun obyek ataupun simbol itu sama. Garis yang menghubungkan antar obyek dengan thought dihubungkan dengan garis lurus yang tegas karena antara obyek dan thought terdapat hubungan sebab akibat secara langsung. Hubungan sebab akibat tersebut juga terdapat pada thought dan simbol sehingga garis yang menghubungkannya juga dihubungkan oleh garis lurus yang tegas. Namun, berbeda dengan hubungan antara imbol dengan obyek. Richards menghubungkannya dengan garis putus – putus, karena hubungan antara simbol dengan obyek bersifat tidak pasti dan dapat menimbulkan ambigu. Charles Morris seorang filsuf yang medalami tanda dan makna, banyak memberikan kontrobusi dalam mendefinisikan tiga varian dalam tradisi semotika. Tiga varian tersebut yaitu semanti, sintaksis, dan pragmatic.28 Semantik melihat tanda erat kaitannya dengan obyek dimana sebuah makna dapat tercipta melalui interpretasi dan konsep mental yang terbentuk dalam pemikiran seseorang. Semiotika membagi dunia menjadi dua, yaitu dunia dari sekumpulan obyek – obyek dan dunia dari sekumpulan tanda – tanda yang kemudian disatukan dalam satu relasi yaitu thought. Sedangkan sintaksis lebih memfokuskan pad hubungan diantara tanda, baik mengenai tanda itu sendiri secara individual maupn kombinasinya. Sintaksis memandang bahwa sesungguhnya tanda tidak pernah bisa eksis dengan sendirinya, karena tanda merupakan bagian dari sistem tanda atau kelompok tanda yang di atur melalui cara yang khusus. Dan pragmatik melihat bagaimna relasi antara tanda dengan penggunaannya dapat menciptakan perubahan dalam kehidupan masyarakat,khususnya yang 28 Littlejohn, Stephen W & Karen. Foss, 2006. Theories of Human Communication, Eight edition. Belmont : Thompson Wadsworth Publishing Company hal 57. 2015 27 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berkaitan dengan penggunaan tanda secara konkret dalam berbagai peristiwa serta efek yang ditimbulka dari penggunaan tanda. 2.5.3 TUJUAN ANALISIS SEMIOTIK Analisis semiotik berupaya menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah tanda (teks, iklan, berita).Karena sistem tanda sifatnya amat kontekstual dan bergantung pada pengguna tanda tersebut. Pemikiran pengguna tanda merupakan hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial di mana pengguna tanda tersebut berada.Misalkan, kita dapat menanyakan “mengapa iklan mobil menampilakn model cantik?”. Yang dimaksud “tanda” ini sangat kuas.Peirce (Fiske, 1990:50) membedakan tanda atas lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index). Dapat dijelaskan sebagai berikut : A. Lambang Suatu tanda dimana hubungan antara tanda dan acuannya merupakan hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional.Lambang ini adalah tanda yang dibentuk karena adanya consensus dari para pengguna tanda.Contoh : Warna merah bagi masyarakat Indonesia adalah lambang berani, mungkin di Amerika bukan. B. Ikon Suatu tanda dimana hubungan antara tanda dan acuannya berupa hubungan berupa kemiripan.Jadi, ikon adalah bentuk tanda yang dalam berbagai bentuk memyerupai object dari tanda tersebut.Contoh : Patung kuda adalah ikon dari seekor kuda. C. Indeks Suatu tanda dimana hubungan antara tanda dan acuannya timbul karena ada kedekatan eksistensi.Jadi Indeks adalah suatu tanda yang mempunyai hubungan langsung (kausalitas) dengan objectnya.Contoh : Asap merupakan indeks dari adanya api. 2015 28 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2.5.4 MACAM-MACAM SEMIOTIKA a. Semiotik Analitik :Semiotik analitik adalah semiotik yang menganalisis sistem tanda. b. Semiotik Deskriptif :Semiotik deskriptif adalah semiotk yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang. c. Semiotik Faunal (Zoo semiotic) :Semiotik Faunal adalah semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan.misalnya aungan srigala menandakan adanya serigala di tempat aungan terdengar. d. Semiotik Kultural :Semiotik kultural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. e. Semiotik Naratif :Semiotik Naratif adalah semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan (Folkkore) f. Semiotik Natural :Semiotik natural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. Misalnya cuaca yang mendung menandakan akan terjadinya hujan. g. Semiotik Normatif :Semiotik normatif adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang di buat oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas. h. Semiotik Sosial :Semiotik sosial adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berupa lambang. i. Semiotik Struktural :Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa. 2.5.5 SISTEM SEMIOTIKA Sistem semiotika dibedakan dalam tiga komponen sistem, yaitu : 2015 29 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a. Semiotik Pragmatik (semiotic pragmatic) Semiotik Pragmatik menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek. Dalam arsitektur, semiotik prakmatik merupakan tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda) terhadap manusia dalam menggunakan bangunan.Semiotik Prakmatik Arsitektur berpengaruh terhadap indera manusia dan perasaan pribadi (kesinambungan, posisi tubuh, otot dan persendian). Hasil karya arsitektur akan dimaknai sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya, hasil persepsi tersebut kemudian dapat mempengaruhi pengamat sebagai pemakai dalam menggunakan hasil karya arsitektur. Dengan karya arsitektur merupakan wujud yang dapat mempengaruhi kata lain, hasil pemakainya. Semiotik Sintaktik (semiotic syntactic) Semiotik Sintaktik menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan ‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek. Semiotik Sintaktik ini mengabaikan pengaruh akibat bagi subyek yang menginterpretasikan.Dalam semiotik sintaktik merupakan tinjauan tentang perwujudan arsitektur sebagai dan kombinasi dari berbagai sistem tanda. Hasil karya arsitektur dapat secara komposisional dan ke dalam bagian-bagiannya, akan arsitektur, paduan diuraikan hubungan antar bagian dalam keseluruhan akan dapat diuraikan secara jelas. Semiotik Semantik (semiotic semantic) Semiotik Sematik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang disampaikan.Dalam arsitektur semiotik semantik merupakan tinjauan tentang sistem tanda yang dapat sesuai dengan arti yang disampaikan.Hasil karya arsitektur merupakan perwujudan makna yang ingin disampaikan oleh perancangnya yang disampaikan melalui ekspresi wujudnya. Wujud tersebut 2015 30 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya. Perwujudan makna suatu rancangan dapat dikatakan berhasil jika makna atau ‘arti’ yang ingin disampaikan oleh perancang melalui rancangannya dapat dipahami dan diterima secara tepat oleh pengamatnya, jika ekspresi yang ingin perancangnya sama dengan persepsi pengamatnya. 2015 31 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id disampaikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh Penulis adalah penelitian deskriptif kualitatif bersifat subjektif. Dalam penelitian kualitatif ini, penelitian dilakukan oleh peneliti sendiri. Dalam arti lain, peneliti sendiri secara langsung mengumpulkan informasi yang didapat dari objek penelitian. Penelitian kualitatif tidak menggunakan angka-angka sebagai ukuran. Penelitian kualitatif bersifat subyektif, yaitu peneliti terlibat dan menjalin interaksi dengan subyek penelitian, melalui interaksi peneliti mencoba memahami subyek-subyek penelitian dari sisi pandang subyek penelitian sendiri. Penelitian deskriptif29 adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk menjelaskan situasi atau peristiwa. Peneliti mengamati (objek penelitian dan kemudian menjelaskan apa yang diamatinya. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menjelaskan suatu kondisi sosial tertentu. Penelitian deskriptif akan mampu menghilangkan spekulasi dan penilaian yang muncul hanya karena kesan semata- mata. Sekilas Penelitian deskriptif mirip dengan pekerjaan seorang wartawan, yaitu mengamati dan kemudian menceritakan dalam tulisan di media massa. Namun penelitian deskriptif bersifat ilmiah yang dilakukan secara hati-hati dan cermat dan karenanya lebih akurat dan tepat dibandingkan dengan pengamatan biasaa sebagaimana yang dilakukan wartawan. Banyak studi kualitatif dilakukan secara deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya, dengan tujuan menggambarkan secara sistematis, fakta dan karakteristik objek yang diteliti secara tepat. Penelitian kualitatif30 adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih 29 Morissan. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012. 30 Rachmat Kriyantono. Riset komunikasi. Hal 56. Jakarta : Kencana, 2010. 2015 32 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data. Pada penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling, bahkan populasi atau sampling nya sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling lainnya. Disini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data. Penelitian ini bersifat tidak ilmiah, dimana penelitian tidak ilmiah mempunyai ciri-ciri dilakukan tidak sistematik, data yang dikumpulkan dan cara-cara pengumpulan data bersifat subyektif yang sarat dengan muatan-muatan emosi dan perasaan dari si peneliti. Karena itu penelitian tidak ilmiah adalah penelitian yang coraknya subyektif. 3.2 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan dalam penlitian ini yaitu metode analisissemiotika yang di kembangk oleh Roland Barthes. Analisis semiotika Roland Barthes, mengarh pada tanda model dikotomis yaitu penanda – penanda yang dikembangkn Roland Barthes. Ia mengemukakan bahwa dalam kehidupan sosial budaya penanda adalah “ ekspresi” tanda, sedangkan petanda adalah “isi”.31 Karena dalam penelitian ini, peneliti akan membaca lagu atau musik dan gambar, melalui objek penelitian yang peneliti pilih yaitu pada tayangan Adzan Subuh di stasiun televisi SCTV. 3.3 Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subyek penelitian adalah tayangan atau gambar visual dari adzan subuh di stasiun Televisi SCTV. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui data primer dan data sekunder : 3.4.1 31 Data Primer Hoed, Benny H. Op.cit,. 13. 2015 33 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti atau data yang berasal dari sumber aslinya dan terkait secara langsung dengan topik penelitian. Data yang didapat adalah melalui observasi tayangan atau video adzan subuh dari stasiun Televisi SCTV Observasi , merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. 3.4.2 Data Sekunder Sumber data sekunder dalam menganalisis tayangan Adzan Subuh di stasiun Televisi SCTV, dalam ha ini dilakuan dengan mecari sumber – sumber kepustakaan yang releva seperti buku, website, dan lain – lain yang terkaitdengan tayangan Adzan tersebut. 3.5 Teknik Analisa Data Dengan teknis analisis pertama, data visual tayangan adzan dipotong peradegan berupa kumpulan foto-foto. Kedua, setiap gambar atau photo diberi keterangan. Ketiga, menginterprestasikan makna yang ada dalam rangkaian photo atau gambar adzan subuh untuk menjawab permasalahan penelitian ini. 2015 34 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA : Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: edisi revisi. Eko, Nugroho. Pengenalan teori warna. Yogyakarta: 2008. Fiske, John, Littlejohn 1998. Introduction to Communication Studies London: 1990. Heraty, Toeti. Persoalan dasar estetika, Jakarta: Salemba Humanika. Jurnal ISKI. Komunikasi dan Demokrasi, PT.Remaja Rosdakarya, 1998. Kriyantono, Rachmat. Buku Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: 2006. Mc Quail, Dennis. Model-Model Komunikasi, Jakarta: Uni Prima, 1998. Morrisan. Media Penyiaran, Jakarta: Ramdina Prakarsa, 2005. Morissan. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012 Nazir, Muhammad. Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia, 1988. Onong Uchjana Effendy. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, 1990 Ruslan, Rusady. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations, Jakarta: Rajawali Pers, 1997. Rukmananda, Naratama. Menjadi Sutradara Televisi, Jakarta: Grasindo, Dengan Single Kamera dan Multi Kamera, 2004.Soenarto. Program Televisi dari Penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2007. Sobur, Alex. Analisis Teks Media, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001. Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009. Straubhaar, Joseph and Robert LaRose. Media Now Communation Media In The Information Age Second Edition, USA Wadsworth: 2000. Suprapto, Tommy. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi, Jakarta: 2009. 2015 35 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual, Jakarta: 2008. 2015 36 Seminar Media Feni Fasta Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id