Parasitologi

advertisement
PARASITOLOGI UMUM
dan PARASITOLOGI KHUSUS
PARASITOLOGI KESEHATAN
MASYARAKAT (I.a.)
Pengantar
Prof. H. SUGENG JUWONO MARDIHUSODO
dr, DAP&E, MSc(TropMed).
E-mail: [email protected]
2014
PARASITOLOGI KHUSUS yang terkait dengan
(1) Manusia:
Parasitologi Kedokteran Dasar
Parasitologi Klinik
Parasitologi Kesehatan Masyarakat
Parasitologi Keperawatan
(2) Hewan:
Parasitologi Veteriner
Parasitologi Kedokteran Dasar merupakan bidang studi
biomedis – menyangkut agen hayati (parasit) dan
interaksinya dengan manusia inangnya yang kemudian
menimbulkan masalah kedokteran (medis) dan
kesehatan umum.
Ruang Lingkup studi PKM
Komponen Epidemiologis:
• Agen -> Parasit – sebagai penyebab penyakit
• Inang – manusia yang mengandung parasit bersama
komunitasnya yang menderita penyakit karena parasit
dengan permasalahan kesehatan. Manusia bisa berlaku
sumber penularan atau carrier agen penyakit.
• Lingkungan – yang mempengaruhi baik agen (parasit),
kelompok manusia sehingga parasit bisa menular atau
tertularkan di wilayah pemukiman dan menjadi endemis
ataupun epidemis.
Parasitologi Umum:
• Termasuk ruang lingkup BIOLOGI (Zoologi dan
Botani).
• Studi tentang organisme parasit, inang, interaksi
parasit-inang (parasitisme), faktor-faktor yang
mempengaruhinya, dan dampak yang timbul terhadap
kedua pihak organisme itu.
• Ada hewan parasitik (zooparasit) - termasuk
ZOOLOGI
• Ada tumbuhan parasitik (fitoparasit) – termasuk
BOTANI
PARASITOLOGI
KESEHATAN MASYARAKAT
Parasitologi Kesehatan Masyarakat (PKM)
adalah ilmu yang mempelajari tentang
zooparasit, agen penyebab penyakit pada
manusia yang kemudian menjadi masalah
kesehatan masyarakat baik pada skala lokal,
nasional ataupun global.
Tujuan studi PKM adalah untuk aplikasinya pada
pencegahan maupun pengendalian-eliminasi
penyakit parasitik di tingkat masyarakat dalam
skala lokal, nasional atau global.
Ruang Lingkup studi PKM
MELIPUTI STUDI TENTANG (Pada komunitas manusia)
• ZOOPARASIT: Protozoa, Helminths dan Arthropoda, dengan
INANGnya manusia
• PARASITISME: hubungan interaktif antara zooparasit dan manusia
inangnya
• PARASITIASIS (INFEKSI dengan parasit pada manusia)
• PARASITOSIS (PENYAKIT karena infeksi dengan parasit pada
manusia)
MELIPUTI JUGA ZOONOSIS:
penyakit parasitik pada hewan yang dapat ditularkan kepada
komunitas manusia atau sebaliknya.
1
PARASITOLOGI KESEHATAN
MASYARAKAT
MACAM-MACAM PARASIT
PADA MANUSIA
DIBAGI DALAM 3 SUB-MATA KULIAH:
• MIKROPARASIT: virus, bakteria, riketsia,
leptospira, fungi, protozoa
• MAKROPARASIT: cacing, artropoda
• ENDOPARASIT – obligat, permanen, fakultatif
• EKTOPARASIT – obligat, permanen
•
PROTOZOOLOGI KESEHATAN MASYARAKAT
Materi:
PROTOZOA penyebab parasitosis pada komunitas manusia
-Protozoa di usus, darah, jaringan, dan atrial (mulut dan
urogenital)
•
HELMINTHOLOGI KESEHATAN MASYARAKAT
Materi:
HELMINTHES penyebab parasitiasis dan parasitosis pada
manusia
--Nematoda, Trematoda, Cestoda
PARASITOLOGI UMUM
Taksonomi dan Klasifikasi
• ENTOMOLOGI KESEHATAN MASYARAKAT
Materi:
(1)Arthropopda penyebab parasitiasis dan
parasitosis
(2) Artrhropoda vektor penyakit pada manusia
(3) Arthropoda berguna untuk kesehatan dan
kedokteran
KLASIFIKASI
Hirarki penulisan sistem klasifikasi Sistem Klasifikasi 5 Kingdom:
(The International Code of
• MONERA (prokaryota,
uniselular)
Zoological Numenclature):
• PROTISTA (eukaryota,
uniselular)
Kingdom
• FUNGI (eukaryota, uni- atau –
Filum
multiselular)
Klas
• PLANTAE (eukaryota,
Ordo
multiselular)
Famili
• ANIMALIA (eukaryota,
Genus
multiselular)
Spesies
• Taksonomi– pengetahuan tentang klasifikasi. Tujuan:
menetapkan hubungan antara satu grup organisme dan
yang lain
• Carolus Linnaeus (abad XVIII), dokter dan ahli Botani
dari Swedia sbg Bp. Taksonomi, menciptakan
Nomenklatur Binomial – benda hidup (termasuk parasit)
diberi dua nama: genus dan spesies
• Aturan diatas dikukuhkan dalam “The International Code
of Zoological Numenclature”
• Nama genus dimulai dengan huruf kapital, spesies dg
huruf kecil, keduanya dicetak miring (italik).
Contoh: Entamoeba histolytica
(boleh disingkat: E. histolytica)
Contoh Penulisan Hirarki Klasifikasi
dalam Protozoologi
Kingdom Protista
Filum Protozoa
Klas Rhizopoda
Famili Entamoebidae
Genus Entamoeba
Spesies Entamoeba histolytica
Schaudinn, 1903
2
ASOSIASI DUA SPESIES
ORGANISME HIDUP
• SIMBIOSIS: Kehidupan bersama dari dua
spesies organisme untuk keperluan survivalnya
• PARASITISME: Kehidupan bersama dari dua
spesies organisme, yang satu hidup sebagai
PARASIT, menumpang untuk kelangsungan
hidupnya pada permukaan atau di dalam tubuh
organisme satunya yang berlaku sebagai
INANG
• KOMENSALISME: Kehidupan bersama dari dua
spesies organisme, organisme yang satu
menumpang (KOMENSAL) dan tidak
menggangu kelangsungan hidup pada INANGnya
PENGGOLONGAN PARASIT
• EKTOPARASIT : parasit yang menumpang pd
bag luar tubuh inang (mis. Caplak dan tungau)
• ENDOPARASIT: parasit yang menumpang pd
bag dlm tubuh inangnya (Mis. Protozoa dan
helminths)
• PARASIT OBLIGAT: parasit yang mutlak
bergantung kpd inangnya
• PARASIT FAKULTATIF: parasit yg hidup bebas
tetapi juga dpt sbg parasit
• PARASIT AKSIDENTAL: parasit yang
menyerang inang yang bukan biasanya
PENGGOLONGAN INANG
• PARASIT ABERAN: parasit yg yang masuk dan
migrasi dlm tubuh inangnya pd suatu tempat,
tetapi kemudian tidak bisa lanjut atau
brkembang
• PARASIT PERMANEN: sejak awal masuknya
tetap hidup sbg parasit sampai akhir hidupnya
• PARASIT TEMPORERr: parasit yang sebentar
saja menghampiri inangnya untuk mendptkan
makanannya lalu pergi lagi
• HIPERPARASIT: parasit yang di dalam
tubuhnya juga ada parasit lain
• DEFINITIF: ditumpangi parasit yg reproduksinya
secara seksual
• ANTARA: ditumpangi parasit stadium muda,
atau dlm stadium perkembangan
• RESERVOIR: hewan terinfeksi yg juga menjadi
sumber infeksi untuk inang lainnya
• PARATENIK: inang untuk parasit yg migrasi
sesuai jalannya tetapi kemudian terhenti tidak
bisa berkembang dan migrasi menuju ke
habitatnya dalam inang tsb
PARASITIASIS
• ALAMI: inang yg secara alami
diinfeksi dg spesies parasit tertentu
• AKSIDENTAL: inang yang biasanya
(alami) tidak terinfeksi dg parasit tsb
• PENGGANTI (Surrogate Host): inang
yang bukan biasanya digunakan
dalam laboratorium yang terbukti juga
cocok untuk parasit tertentu.
• INFEKSI DENGAN PARASIT: mulai
menumpangnya – masuk ke dalam
(ENDOPARASIT) atau menempel
(EKTOPARASIT) tubuh inangnya dan tetap hidup
dan bereproduksi untuk seluruh atau sebagian waktu
daur hidupnya.
• MASA INKUBASI BIOLOGIS (MIB): lamanya
waktu dari saat awal infeksi s/d pertama kali dapat
ditemukan parasit hidup dengan pemeriksaan
diagnostik langsung. MIB ini sering sulit ditentukan.
3
PARASIT PADA MANUSIA
• PARASITIASIS ---- mungkin berkembang ke
arah:
(1) PARASITOSIS yang akut – kronis;
(2) INFEKSI LATEN – infeksi yang tetap
ada tanpa menimbulkan keluhan dan gejala
penyakit
(3) INFEKSI ABORTIF - infeksi yang
hilang sendiri tanpa pengobatan, karena
tearatasi oleh imunitas alami inangnya)
ENDOPARASIT
Protozoa - mikroparasit
1. ENDOPARASIT:
A. Mikroparasit -- Protozoa
B. Makroparasit -- Helminths
2. EKTOPARASIT
Kebanyakan Arthropoda
- Mikroparasit, misal Tungau Scabies.
- Makroparasit, misal Pediculus, Caplak.
EKTOPARASIT
Contoh: Pediculus humanus (kiri),
Caplak (kanan)
Helminth - makroparasit
PARASITOSIS
• Penyakit sebagai lanjutan dari parasitiasis
• Ada tanda-tanda klinis yang subyektif (keluhan) dan
obyektif (gejala klinis); mungkin ada sindrom, mungkin
gejala klinisnya khas sewaktu akut kemudian tidak
khas lagi setelah kronis.
• Masa inkubasi klinis: lamanya waktu dari awal infeksi
sampai awal gejala klinis yang diagnostik
• Mungkin dengan komplikasi-komplikasi berat
• Dengan akhir ------ sembuh spontan, laten, kronis,
sembuh dengan squelae / kecacatan, memberat lalu
meninggal
PATOGENISITAS PARASIT
PATOGENISITAS: hal kemampuan menimbulkan
kondisi patologis (sakit)
EFEK faktor-faktor langsung (fisik dan kimia):
• Trauma, misalnya oleh cacing kait, cacing
gelang, cacing pita besar;
• Nekrosis litik misalnya oleh E. histolytica;
• Inflamasi misalnya oleh cacing Trichinella, dan
Leishmania;
• Toksin misalnya oleh E. histolytica, dan
• Alergi misalnya karena visceral larva migrans
(VLM) yang disebabkan cacing Toxocara canis.
4
IMUNOLOGI
INFEKSI PARASITIK
• Parasit yg menyerang manusia sangat
kompleks dalam hal stadium, struktur dan
biokimia. Hal itu menyebabkan variasi
antigenik dengan akibat banyak variasi
reaksi imunologis pada inangnya.
• Antigen endogen parasit ada dalam tubuh
inangnya sewaktu endoparasit mati
(analog dengan endotoksin)
PENULARAN
PENYAKIT PARASITIK
• Penularan secara HORIZONTAL --1) alami, antar dua individu manusia
secara
a) langsung – hubungan seksual, kissing;
b) tidak langsung – lewat media hidup
(serangga vektor) atau benda mati (air,
tanah, udara, dll)
2) aksidental – lewat suntikan, transfusi
darah
• Antigen eksogen parasit ada dlm tubuh
inangnya sewaktu parasit hidup, yaitu
yang dieksresikan ke luar sewaktu parasit
dlm fase pertumbuhan dan
perkembangan.
• Dosis, cara kerja, jalan yg ditempuh, dan
keberadaan dan presentasi antigen
menentukan tipe respon imun.
• Penularan secara VERTIKAL – antar
individu (induk, ibu) kepada individu lain
(janin) sewaktu dalam kandungan --disebut TRANSPLASENTAL atau
KONGENITAL
PENYAKIT-PENYAKIT PARASITIK YANG
MENJADI PENYAKIT TROPIS UTAMA
MENURUT WHO
FAKTOR-FAKTOR YG TERKAIT
IMUNITAS INANG THD INFEKSI
Pertahanan tubuh bisa
1.
Non-spesifik: thd sembarang agen penyakit (first line defance
mechanism)
2.
Spesifik: thd agen penyakit tertentu (second line defence
mechanism)
3.
Inflamasi: radang – terkait dengan rekasi pertahanan tubuh nonspesifik dan spesifik dan berlaku sbg mediator antara keduanya
4.
Dlm lingkungan (kondisi lingkungan) normal, ada
keseimbangan antara inang dan parasit
5.
Kecenderungan parasit menekan imunitas inangnya
(imunosupresif), jika kalah inangnya akansakit.
6.
Interaksi inang-parasit bersifat dinamis.
•
•
•
•
•
•
MALARIA
SCHISTOSOMIASIS
FILARIASIS LIMFATIK
ONCHOCERCIASIS
TRIPANOSOMIASIS AFRIKA
TRIPANOSOMIASIS AMERIKA (Chagas’
disease)
• LEISHMANISASIS
5
TERIMA KASIH
SUKSES ANDA DALAM BELAJAR
DI PERGURUAN TINGGI
DITENTUKAN OLEH
KEPUTUSAN ANDA UNTUK
RAJIN DAN TEKUN BELAJAR
SETIAP HARI SECARA RUTIN
TANPA LELAH
--sjm--
6
30/09/2014
PROTOZOOLOGI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT
Kuliah Minggu-1
PARASITOLOGI 1b.
PROTOZOA: Protozoa Usus
Prof. H. Sugeng Juwono Mardihusodo
dr, DAP&E, MSc (Trop.Med.)
PROTOZOOLOGI: - ilmu tentang Protozoa dengan segala
aspeknya, sebagai cabang studi Zoologi (Biologi).
PROTOZOOLOGI MEDIS (Medical Parasitology) - studi
tentang protozoa parasitik penyebab penyakit pada
manusia yang jadi masalah kedokteran klinis.
PROTOZOOLOGI KESEHATAN MASYARAKAT – studi
tentang Protozoa yang agen parasitik pada manusia dan
menjadi masalah kesehatan pada masyarakat untuk
menjadi dasar pengetahuan rasional dalam pencegahan
dan pemberantasannya.
2014
PROTOZOA
PROTOZOA
(Protista: unicellular, eukaryote)
PROTOZOA (Protos = sederhana, zoon (binatang)
– adalah biota bersel tunggal (uniselular),
bernukleus nyata dan berdinding (eukaryota).
Protozoa termasuk Kingdom PROTISTA dan Filum
PROTOZOA.
Protozoa -- > 65.000 spesies, tersebar luas
diberbagai ekosistem. Sebagian besar hidup
bebas di alam; sekitar 10.000 spesies, hidup
sebagai komensal, atau parasitik pada
tumbuhan, binatang atau manusia.
Struktur Protozoa
Struktur Protozoa
Terdiri atas sitoplasma dan inti (nukleus).
Sitoplasma terdiri atas:
(a) Ektoplasma-- jernih, transparan
(b) Endoplasma – granular dengan berbagai
granula makanan (glikogen, lemak, protein,
bakteria, pigmen, dsb.); di dalamnya juga ada
mitokondria, vakuola makan dan vakuola
ekskretori.
Inti terapung di dalam endoplasma, terdiri dari
(a) nukleoplasma dan
(b) karyosoma (nukleolus).
1
30/09/2014
Protozoa: organella lokomosi
pada beberapa klas
Rhizopoda
Ciliophora
Zoomastigophorea
Klasifikasi Protozoa
Pada Manusia
Berdasarkan atas perbedaan bentuk, ukuran, cara
reproduksi, tipe organela lokomosi, Filum Protozoa
pada manusia dibagi menjadi 4 klas dengan
organela lokomosi dan cara reproduksi sbb:
1. Rhizopoda: pseudopodia, cara reproduksi belah biner.
2. Ciliophora: Silia, reproduksi belah biner dan
konyugasi.
3. Zoomastigophorea: flagella, reproduksi belah biner
4. Telosporea: tanpa alat gerak, reproduksi secara
aseksual (skizogoni dan sprogoni), dan seksual
(singami).
Protozoa Usus
Pada Manusia
Protozoa usus (PU) berhabitat di dalam usus kecil,
atau usus besar, baik di dalam lumennya,
melekat ke permukaan mukosa, atau di dalam
dinding mukosa sebagai komensal, parasit
oportunistik atau patogen.
PU berbeda-beda dalam stadium, morfologi,
ukuran, struktur morfologis, daur hidup, sifat
patogenisitas, dan cara penularannya dari
manusia ke manusia.
Protozoa
Komensal atau Parasit Pada Manusia
• Protozoa di dalam tubuh manusia:
(a) Sebagai komensal – di saluran makanan (mulut,
colon)
(b) Sebagai endoparasit yang obligat dan permanen,
ada yang
-intraselular, di alam sel-sel (misal Plasmodium),
atau
-ekstraselular, di luar sel-sel jaringan (misal
Trypanosoma)
• Mereka bisa hidup di dalam usus kecil, usus
besar, atrial (vagina/urethra), sel darah merah, plasma
darah, jaringan retikulo endotelial (RET) dalam berbagai
jenis organ.
Protozoa pada Manusia
Menurut habitat (lokasi) infeksi dasarnya,
Mereka ada yang di dalam organ-organ:
1. Usus kecil (intestinum tenue)
2. Usus besar (colon)
3. Urogenital
4. Serebral
-
Bentuk atau stadium PU
1. Trofozoit – bentuk vegetatif, gerak aktif, makan,
metabolisme aktif, rentan terhadap lingkungan
luar, mengalami reproduksi belah biner (klasklas Rhizopoda, Ciliophora, Zoomastigophorea),
atau cara lain: konyugasi (Klas Ciliophora),
singami, skizogoni dan sporogoni (Klas
Telosporea).
2. Sista – bentuk stasioner, tidak makan,
metabolisme melambat, resisten terhadap
lingkungan luar, tidak bereproduksi (pada
beberapa spesies pada bentuk sista masih
mengalami pembelahan inti, misal pada
Entamoeba.
2
30/09/2014
Macam-macam spesies PU
Berdasarkan klasifikasinya, PU yang
meliputi:
1. Klas Rhizopoda:
1) Entamoeba histolytica (parasit
patogenik, ada bentuk trofozoit dan
sista)
2) Entamoeba coli (non-patogenik,
komensal, ada bentuk trofozoit dan sista)
3) Endolimax nana (non-patogenik, komensal,
ada bentuk trofozoit dan sista).
4) Iodamoeba buetschlii (non-patogenik, komensal,
ada bentuk trofozoit dan sista)
5) Dientamoeba fragilis (semi-patogenik, hanya ada
bentuk trofozoit).
Sebaran PU dalam Usus
1.
PU patogenik:
a) Di dalam usus kecil:
G. lamblia
Cryptosporidium* (semipatogenik)
b) Di dalam usus besar:
Entamoeba histolytica
Balantidium coli
Dientamoeba fragilis* (semipatogenik)
2. PU komensal:
a) Di dalam usus kecil:
Trichomnas hominis, Embadomonas, dll.
b) Di dalam usus besar:
Entamoeba dispar, E. hartmanni, Entamoeba coli, Endolimax
nana, Iodamoeba buetshlii
2. Klas Ciliophora:
Ada satu spesies saja: Balantidium coli
(parasit patogenik, ada bentuk trofozoit dan sista)
3. Klas Zoomastigophorea:
1) Giardia lamblia (parasit patogenik, ada bentuk
trofozoit dan sista)
2) Trichomonas hominis (komensal, hanya ada bentuk
trofozoit), dan masih ada beberapa lagi komensal yang
tidak penting.
4. Klas Telosporea:
Cryptosporidium sp.
Arti Penting PU sebagai Penimbul
Masalah Kesehatan Pada Manusia
1. PU dengan sebaran luas di daerah tropis dan
subtropis, penimbul penyakit akut, bisa jadi
berat dengan komplikasi berat yang bisa fatal:
Entamoeba histolytica, penyebab amoebiasis
(disenteri, abses hati, abses otak).
2. PU dengan sebaran luas di daerah tropis dan
subtropis, penyebab penyakit akut yang lalu jadi
kronis, menimbulkan gangguan gizi dan tumbuh
kembang pada anak: Giardia lamblia penyebab
Giardiasis.
Amoeba: Entamoeba histolytica
3. PU dengan sebaran luas, penyebab diare
persisten: Cryptosporidium, penyebab
kriptosporidiasis.
4. PU penyebab penyakit kronis yang melemahkan
fisik jangka panjang – merugikan secara sosialekonomi: PU penyebab diare kronis
(E. histolytica, G. lamblia, Cryptosporidium).
5. PU penyebab penyakit diare saat daya tahan
tubuh manusia inang sangat rendah (misalnya
pada penderita HIV/AIDS): Cryptosporidium
penyebab kriptosporidiasis)
Ektoplasma dengan
pseudopodium
Endoplasma granular
dengan eritrosit
(bentuk histolitika)
Trofozoit bentuk minuta
Sista masak (infektif)
3
30/09/2014
Entamoeba histolytica:
penyebab Amoebiasis
PU ini mempunyai sebaran kosmopolitan di
daerah tropis dan subtropis.
E. histolytica memiliki dua stadium (bentuk):
a) Trofozoit patogenik (bentuk histolitika) –
ukuran rata-rata 15-30 mm; amoeba bergerak
cepat dengan pseudopodium, ektoplasma jernih,
endoplasma sedikit granular, mengandung
eritrosit, berinti satu: bulat, butir-butir kromatin
tersusun teratur di tepi dalam membran inti,
karyosoma sentris.
Daur hidup E. histolytica
Sista masak tertelan lewat
mulut  eksistasi di
lambung  usus kecil 
usus besar (habitatnya).
Di dinding usus membentuk
koloni dengan
perbanyakan belah biner.
Terbentuk sista (ensistasi)
dalam lumen usus 
leluar bersama tinja 
mencemari sayuran,
makanan, terbawa lalat
rumah (musca domestica).
Trofozoit bisa menyebar arah
ekstraintestinal -> abses
hati, abses otak, dsb.
b) Sista (kista) – terbentuk dari dari –
1. stadium presista berinti 1-2 buah yang
kemudian
2. sista masak (infektif) berinti 4; menjadi bulat,
lebih kecil daripada trofozoit, ukuran rata-rata
12-15 mm;
Dalam sitoplasma presista ada benda kromatoid
bentuk batang cerutu yang menghilang pada
sista masak; ada vakuola glikogen kecil.
Simptomatologi Amoebiasis
1. Asimptomatik (85-95%)
2. Simptomatik (5-15%)
a. Amoebiasis intestinal:
Subakut-kronik
Masa inkubasi 1-2 minggu
Disenteri amoebika
Appendisitis amoebika
Colitis amoebika
b. Amoebiasis
ekstraintestinal
b. Amoebiasis ekstraintestinal:
Hepatitis amoebika
Amoebic liver abscess (ALA)
Amoebiasis paru
Abses otak (Cerebral abscess)
Amoebiasis kulit
Amoebic liver abscess
yang jebol ke kulit
Amoebiasis cutis
4
30/09/2014
Patologi
Trofozoit bentuk histolitika bersifat hematofagous,
memiliki amoebapore  mengeluarkan enzim
protease dan bahan toksin yang melisiskan selsel epitel usus, dan enzim hialuronidase yang
merenggangkan jaringan.
Membentuk koloni dengan cepat pada individu
yang non-imun.
Terjadi inflamasi, ulserasi bentuk botol,
perdarahan, keluarnya mukosa ke lumen usus.
Kondisi kronis, berdampak terjadinya amoeboma
di mukosa colon.
Komplikasi terjadi ke arah:
1)  Organ-organ vital spt hepar, paru, otak -- karena
trofozoit bisa terbawa darah (hematogen),
2)  atau karena perforasi usus -> Usus jebol. Amoeba
masuk ke ruang tubuh  peritoneum  kulit perut ->
ulkus pada kulit (amoebiasis cutis).
Penderita asimptomatik, atau simptomatik: akut  sub akut
 kronis.
Keluhan: sakit kepala, dingin, nafsu makan kurang, mual.
E. histolytica membentuk koloni dan menyebabkan
ulkus di dinding mukosa usus besar 
disenteri amoebika
Faktor-faktor risiko yang
memberatkan amoebiasis
•
•
•
•
•
•
•
Stress
Malnutrisi
Lansia
Ibu hamil
Anak-anak
Malignansi
Pengobatan kortikosteroid jangka panjang
Diagnosis
Diagnosis klinis:
Riwayat ada demam kronis, disenteri dengan tinja
berdarah dan berlendir, sakit kepala, anoreksia
Diagnosis laboratoris:
Untuk penyakit akut:
-Pemeriksaan tinja yang masih segar (<4 jam) ) untuk
deteksi trofozoit E. histolytica secara mikroskopis.
Perlu 3 kali dalam waktu 3 hari berturut-turut.
.
Untuk penyakit kronis:
Mikroskopis, ditemukan sedikit trofozoit
dengan lebih banyak yang perlu
differential diagnosis dengan amoeba
usus yang komensal (non-patogenik)
seperti E. dispar, E. hartmanni,
Entamoeba coli, Endolimax nana, dan
Iodamoeba buetschlii.
5
30/09/2014
Diagnosis lanjutan
(untuk keperluan riset epidemiologis)
• Untuk amoebiasis ekstraintestinal
- Periksa darah atau cairan tubuh untuk
a) Deteksi antigen (Antigen rapid test)
b) Deteksi antibodi (cara ELISA)
- Periksa aspirat dari abses hati, abses
paru, dsb
Struktur inti amoeba usus untuk differential diagnosis
(DD), jika sediaan tinja dicat dengan lar. Lugol,
atau Trichrome
1. Entamoeba
histolytica
2. Entamoeba coli
3. Endolimax nana
4. Iodamoeba
buetschlii
5. Dientamoeba fragilis
Sebaran geografis
Sista bermacam-macam Amoeba usus
Sista muda E. histolytica
Sista masak E. histolytica
Sista muda E. coli
Sista masak E. coli
Sista masak Iodamoeba
buetschlii
Sista Endolimax nana
Pengobatan
• Amoebiasis intestinal:
R/ Metronidazol
R/ Tinidazol
R/ Tetracycline
• Amoebiasis ekstraintestinal:
Aspirasi abses
R/ Metronidazol
R/ Antibiotik
Amoebiasis dan penyakit tropis lainnya
tersebar luas di negara-negara ASEAN
termasuk Indonesia
• Amoebiasis tersebar luas di wilayah tropis dan
subtropis tetapi terabaikan (neglected disease)
sebagai masalah kesehatan yang semestinya
juga diatasi.
• Prevalensi dan insidensinya berkorelasi dengan
kondisi penduduk yang miskin, kurang gizi,
pemukiman padat, lingkungan kumuh, tidak ada
fasilitas MCK, sanitasi di bawah standar, banyak
tumpukan sampah organik dengan banyak lalat,
kecoa, dsb.
6
30/09/2014
Giardia lamblia
(Mastigophora: Protozoa)
G. lamblia tersebar luas di dunia tropis dan
subtropis, kebanyakan menginfeksi anakanak.
Punya dua bentuk: trofozoit, dan sista
Habitat dalam usus kecil: duodenum, ileum,
mungkin juga di ductus pancreaticus,
ductus choledochus.
Bentuk infektif: sista
Giardia lamblia:
Trofozoit, dan Sista (ukuran 8-14x6-10 mm)
Giardia lamblia
(Trofozoit, dari sisi ventral)
ukuran panjang 10-20 mikrometer, lebar 6-15 mikrometer
Flagella anterior
Nukleus
Aksostil
Parabasal body
Flagella ventral
Flagella posterior
Daur hidup G. lamblia:
Manusia sebagai inang satu-satunya
Infeksi per oral dengan
tertelannya sista.
Eksistasi di lambung,
trofozoit melekat
pada mukosa usus
kecil.
Terjadi pembelahan
biner.
Sista terbentuk 
keluar bersama tinja
Patologi
Penyebab Giardiasis:
Klinis:
a) Asimptomatik, atau
b) Simptomatik dengan gejala klinis akut: diare
dengan tinja berlendir. Jika kronis  diare
dengan tinja berlemak (steatorea), defisiensi
vit. A  berat badan turun.
Keluhan-keluhan: sakit kepala, dingin, nafsu
makan kurang, kramp perut, mual/muntah.
Diagnosis
Klinis: gejala diare dengan steatorea, terutama pada anakanak.
Laboratorium: pemeriksaan tinja secara langsung atau tak
langsung; pada fase akut ditemukan trofozoit, pada fase
kronis (asimptomatik) ditemukan sistanya.
7
30/09/2014
Balantidium coli
Ada bentuk trofozoit dan sista dengan
makronukleus dan mikronukleus. Makronukleus
besar bentuk ginjal, mikronukleus kecil aad
dilekukan makronukleus.
Trofozoit besar dengan silia di sekujur dindingnya,
ada sitostoma  sitofaring mengarah ke
sitoplasma (fungsi seperti mulut), dan sitopige
sebagai lubang eksretori (fungsi seperti anus).
Dalam sitoplasma ada vakuola makanan dan
vakuola kontraktil.
Daur hidup
Penularan per oral -- karena menelan sista B. coli
dalam tinja (asal manusia, atau babi) yang
mencemari jari tangan, minuman/makanan.
Eksistasi dalam lambung  trofozoit  usus kecil
 usus besar (coecum).
Trofozoit berkoloni di dinding coecum  ulserasi
tak begitu dalam, terjadi pembelahan biner.
Dalam lumen trozozoit menjadi sista  keluar
bersama tinja  ke inang manusia, atau babi
(sebagai inang reservoir).
Diagnosis
Balantidum coli:
Ciliata, dengan makronukleus dan mikronukleus.
Merupakan protozoa usus terbesar pada manusia
Trofozoit
Ukuran: 42-60, 80-120 mm
Sista
Ukuran 50-75 mm
Patologi
Penyebab Balantidiasis
Dengan gejala disenteri
akut dengan tinja ada
sedikit darah dan
lendir. Terjadi kramp
perut, mual/muntah.
Tidak menimbulkan
ulserasi dalam
sampai menjebolkan
usus seperti pada
amoebiasis berat.
Protozoa Usus lain yang oportunistik:
Cryptosporidium (Telosporea), penyebab
diare persisten, pada penderita imunodefisien
Gejala klinis: diare dengan lendir darah,
mungkin ada demam.
Laboratoris: pemeriksaan tinja penderita,
sediaan tinja secara langsung dicat
dengan lugol, positif trofozoit, atau
pemeriksaan rutin tinja ditemukan sista
(pada penderita kronis, atau
asimptomatik).
Anak panah: Cryptosporidium positif dalam sediaan tinja
yang dicat dengan metode Ziehl-Nielsen
8
30/09/2014
Penanggulangan
PU dan penyakitnya ditanggulangi dengan:
1) Pencegahan penularannya dengan
gerakan sanitasi lingkungan, promotif
mempraktekkan PHBS, penggunaan
MCK, kebiasaan cuci tangan sebelum
dan sesudah makan, atau pulang dari
kebun, sungai, dsb.
2) Pengelolaan sampah organik supaya
bebas dari lalat rumah.
3) Penderita diobati sampai sembuh (klinis
dan lab.)
4) Juru-juru masak di restoran juga selalu
menjaga kebersihan tempat masak,
bahan makanan yang dimasak juga
dicuci bersih, dimasak dengan
temperatur > 70 derajat.
5) Gizi harus baik, supaya daya tahan tubuh
cukup kuat.
6) Pengelolaan sampah organik dan
melakukan sanitasi lingkungan intensif.
PERTOLONGAN
1.
2.
Bergantung kepada macam penyakit (diagnosis), berat
ringannya penyakit, dengan komplikasi atau tidak.
Untuk pasien rawat inap:
a) Dengan dehidrasi berat – berikan infus sesuai
protokol / petunjuk dokter
b) Berikan obat sesuai resep dokter dan pastikan obat
dapat diminum / disuntikkan
c) Pantau keadaan umum, catat pada catatan rekam
medis – laporkan setiap hari atau secara periodik
kepada dokternya.
d) Ambil sampel darah, urine dan tinja untuk
pemeriksaan rutin lab. untuk tujuan diagnostik, atau
check up (sesuai petunjuk dokter).
9
30/09/2014
PROTOZOOLOGI II
Protozoa Darah
Protozoa Darah dan Jaringan
Protozoa Atrial
SUGENG JUWONO MARDIHUSODO
Prof. dr, DAP&E, MSc (Trop Med)
PROTOZOA DARAH;
PROTOZOA DARAH DAN JARINGAN
Protozoa darah meliputi
A. Sporozoa darah:
Plasmodium sp., penyebab Malaria
intrasel hati (hepatosit) dan, atau eritrosit
Protozoa darah dan jaringan meliputi
B. Flagellata darah:
1. Trypanosoma sp., penyebab tripanosomiasis,
dalam plasma darah
2. Leishmania sp. penyebab leishmaniasis,
intraseluler dalam banyak macam jaringan.
Plasmodium
Parasit ini termasuk Kelas Sporozoa, Ordo
Coccidea, Famili Plasmodiidae.
Plasmodium yang menginfeksi manusia dan
menimbulkan gejala klinis Malaria ada 4
spesies: P. falciparum,
P. vivax,
P. malariae dan
P. ovale.
Plasmodium sp. disebut juga parasit malaria.
P. falciparum penyebab malaria falsiparum atau m.
tertiana maligna.
P. vivax penyebab malaria vivaks atau m. tertiana
benigna
P. malariae penyebab malaria malariae atau
m.kuartana
P. ovale penyebab malaria ovale atau m. tertiana
ovale.
MORFOLOGI DAN HABITAT DALAM
TUBUH MANUSIA INANG (1)
Semua stadia eritrositik Plasmodium falciparum
1.
Stadium eritrositik:
a. Trofozoit muda – bentuk cincin, asal dari merozoit pecahan
skizon dalam eritrosit, atau kriptozoit asal skizon dalam hepatosit.
b. Trofozoit tua – asal dari trofozoit muda,
c. Skizon muda – asal dari trofozoit tua, telah ada pembelahan inti
tapi belum diikuti pembelahan sitoplasma.
d. Skizon tua – asal dari skizon muda, di dalamnya ada sejumlah
merozoit.
e. Gametosit jantan dan betina – bentuk seksual, tidak ada
pembelahan inti seperti pada skizon.
Eritrosit yang terinfeksi tidak membesar (P. falciparum, P.
malariae), atau membesar bulat (P. vivax), atau membesar oval
( P. ovale).
trofozoit muda
bentuk accole
skizon muda
skizon tua
makrogametosit
mikrogametosit
1
30/09/2014
Malaria disebabkan oleh Plasmosdium, ditularkan
oleh nyamuk Anopheles. Daur hidupnya diteliti
oleh Dr. Ronald Ross, pencetus ‘Hari Nyamuk’ tgl.
20 Agustus 1897
Plasmodium vivax
Eritrosit terinfeksi dua
trofozoit, tampak
mulai membesar.
Skizon tua dengan
merozoit. Terlihat titiktitik Schuffner.
Kiri: mikrogametosit
Kanan: makrogametosit
Perkembangan P vivax dalam eritrosit
Semua stadia eritrositik P. ovale
Semua stadia eritrositik P. malariae
MORFOLOGI DAN HABITAT
DALAM TUBUH MANUSIA INANG (2)
1. Stadium hepatositik (dalam sel hati), atau
ekstra-eritrositik:
a. Trofozoit – bentuk cincin, amuboid, asal
dari sporozoit yang diinokulasikan nyamuk
vektor.
b. Skizon (muda -> tua) – bentuk bulat, telah
ada pembelahan inti yang nantinya diikuti
pembelahan sitoplasmanya;
c. Kriptozoit – bentuk seperti bulan sabit, asal
dari skizon tua yang pecah.
2
30/09/2014
DAUR HIDUP
Daur hidup Plasmodium
Manusia (inang perantara) terinfeksi
sporozoit lewat gigitan nyamuk vektor
(Anopheles)  stadium hepatositik 
stadium eritrositik.
MORFOLOGI DAN HABITAT DALAM TUBUH
NYAMUK VEKTOR INANG DEFINITIF
Dalam rongga lambung nyamuk:
1.
Makrogametosit (betina) yang menjadi makrogamet.
2. Mikrogametosit (jantan) yang menjadi 8 buah mikrogamet.
3.
Zygot -- hasil pembuahan makrogamet oleh salah satu
mikrogamet.
4.
Ookinet – asal dari zygot, yang aktif lalu masuk menyelinap di
antara sel-sel epithel lambung.
Dalam dinding lambung nyamuk:
5.
Oosista – terbentuk dari ookinet, terletak di bawah lamina basalis
dan epithel.
6.
Sporosista – terbentuk dari oosista, dimana di dalamnya
terbentuk ribuan sporosista.
Malaria mempunyai sebaran luas di dunia.
Perhatikan peta berikut
MALARIA
Dari kata ‘mal’ artinya jelek, ‘-aria’ artinya udara,
dinamakan demikian oleh Sir Horace Walpole
(1740)
Disebabkan oleh Plasmodium dan ditularkan oleh
nyamuk Anopheles betina dari spesies-speises
tertentu.
Diketahui berkat jasa Dr. Ronald Ross sebagai
founder dari ‘Mosquito Day’, Hari Nyamuk, tgl.
20 Agustus. (Dr. Ronald Ross menemukan
oosista Plasmodium falciparum dalam lambung
nyamuk Anopheles pada infeksi percobaan di
India tgl. 20 Agustus 1897).
GEJALA KLINIS MALARIA
(serangan primer)
Gejala klasik:
1. Hot stage –> 2-3 jam
2. Cold stage –> 2-3 jam
3. Sweating stage  2-4 jam
 Keluhan-keluhan awal mirip dengan gejala sakit Flu:
1. sakit kepala
2. rasa lesu
3. mual
4. muntah
5. nafsu makan kurang
3
30/09/2014
Pola demam khas malaria: malaria tertiana maligna
(malaria falsiparum, malaria tertiana benigna (malaria
vivax), dan malaria kuartana (malaria malariae)
Masa inkubasi intrinsik
dan ekstrinsik
• Masa inkubasi intrinsik (dalam tubuh
manusia): Masa dari mulainya infeksi
sampai timbulnya gejala:
14-21 hari atau lebih dalam hitungan
bulan.
 Masa inkubasi ekstrinsik (dalam tubuh
nyamuk vektor): 8-12 hari atau lebih.
Gejala malaria kronik
dengan serangan sekunder, tersier dst.
CARA PENULARAN
1. Splenomegali – jelas sekali pada anak
umur 2-9 tahun.
2. Anemia
3. Gejala demam yang polanya agak beda
dari yang klasik (tidak begitu spesifik):
demam (badan panas, menggigil,
berkeringat) dengan sakit kepala, agak
mual, pinggang pegel, dsb.
1. Alami HORIZONTAL  lewat gigitan nyamuk
vektor, vektor memasukkan sporozoit
(penularan secara horizontal).
2. Alami vertikal  secra kongenital –dari ibu
hamil penderita malaria ke janin dalam
kandungan.
3. Aksidental  lewat transfusi darah lengkap,
atau lewat jarum suntik yang digunakan
bergantian (antar pengguna narkoba).
4. Cara sengaja untuk terapi paralisis atau
kelumpuhan saraf.
KOMPLIKASI MALARIA
Malaria yang mula2 akut menjadi kronis.
Parasit malaria yang terbawa darah bisa
sampai ke otak  malaria serebral (Pf) 
yang bisa fatal.
Parasit malaria juga menyerang ginjal 
dan tinggal di sana dalam waktu lama 
nefrosis (Pm).
Gangguan ginjal yang berat juga terjadi
karena infeksi berat dgn Pf.  gagal ginjal
 fatal.
Disenteri bisa terjadi karena infeksi Pf 
diare  dehidrasi  fatal.
Gangguan paru / pernafasan juga bisa
karena Pf  sesak nafas  fatal.
4
30/09/2014
DIAGNOSIS
Periksa darah tepi ujung jari, cuping telinga dan
darah vena.
Juga darah umbilikus (tali pusat) pada bayi, atau
dari placenta untuk kemungkinan penularan
secara kongenital.
Dibuat sediaan darah (SD) tebal dan tipis pada
gelas benda, lalu dipulas dengan cat Giemsa.
Juga secara imunologis dengan ELISA, IHA, atau
yang lain.
Perawatan
• Perawatan:
Rawat inap untuk kasus berat: shock, anemia
berat, gagal ginjal, dehidrasi berat, malaria
serebral dengan kejang-kejang, bayi dengan
malaria kongenital.
Rawat jalan untuk kasus ringan, kronis dan
tanpa komplikasi.
Cek kemungkinan parasit sudah resisten
terhadap obat antimalaria dengan bantuan ahli
parasitologi.
TERAPI
• Terapi dengan obat antimalaria:
a) Klorokuin ditujukan terhadap skizon
b) Primakuin ditujukan terhadap hipnozoit
dalam sel hati,
c) Sulfadoksin+ pirimetamin (Fansidar)
ditujukan terhadap skizon.
d) Dosisiklin ditujukan terhadap trofozoit.
• `
PENCEGAHAN/
PEMBERANTASAN
1.ELIMINASI PARASIT – dengan terapi obat
kimia (klorokina, pirimetamin+sulfadoksin,
ACT).
2. Reduksi populasi vektor dengan aplikasi
insektisida pembunuh nyamuk dewasa
(imagosida) spt: DDT, chlorpyrifos, dll
atau dengan ikan pemakan larva: kepala
timah (Panchax panchax), dll.
TRYPANOSOMA
2. MENCEGAH KONTAK DENGAN
VEKTOR – penggunaan kelambu
(bednet), obat nyamuk bakar, dll.
atau penggunaan bahan repelen –
dietiltoluamid, bahan yg dioleskan atau
disemprotkan pada kulit untuk
menghindari gigitan nyamuk
Penyebab Trypanosomiasis
Pada manusia ada:
1. Trypanosoma rhodesiense  penyebab
Trypanosomiasis rhodesiense (East African
Sleeping Sickness) vektornya lalat tse tse
(Glossina sp.)
2. Trypanosoma gambiense  penyebab
Trypanosomiasis gambiense (West African
sleeping sickness), vektornya lalat tse tse
(Glossina sp)
5
30/09/2014
Trypanosoma Afrika
3. Trypanosoma cruzi  penyebab
Trypanosomiasis cruzi (Chagas
disease), vektornya Triatoma sp dan
Rhodnius sp (Insecta: Hemiptera).
Ketiganya tidak terdapat di Indonesia
T. gambiense dan T. rhodesiense
Bentuk bervariasi.
Pada manusia dan reservoir ada
3 bentuk:
1. Tripomastigote yang langsing
panjang 28 mm . Inti lonjong
agak ke posterior, pinggir
sitoplasma ada memberana
undulans yang ke anterior
berakhir memanjang sebagai
sehelai flagellum.
2. Bentuk tripanosoma
metasiklik, lebih pendek,
tanpa membrana undulans;
3. Bentuk amastigote, agak
membulat, 15 mm
T. gambiense: diagram (kiri),
pada sediaan darah (kanan)
Trypanosoma gambiense dan
T. rhodesiense
Kedua spesies berada
dalam plasma darah,
bisa sampai ke otak
mempengaruhi
sentrum tidur dan
saraf pusat 
penderita terganggu
ingatannya dan
merasa mengantuk
yang sulit bangun.
Macam-macam Stadia perkembangan
Trypanosoma Afrika
a. Promastigote
b. Mastigote
c. Tripanosoma
metasiklik
d. Trypomastigote
e-h Amastigote
(leishmanian)
6
30/09/2014
African trypanosomiasis
Distribusi geografis Trypanosomiasis Afrika
Daur hidup Trypanosoma di Afrika
Trypanosoma cruzi
penyebab penyakit Chagas
Tersebar di Amerika Latin dan Amerika Tengah
Daur hidup T. cruzi
LEISHMANIA
Leishmania adalah protozoa, termasuk Klas
Flagellata, yang berhabitat dalam darah dan
juga jaringan. Bentuk leishmanian (amastigote)
berada intraselular. Bentuk promastigote berada
dalam plasma darah.
7
30/09/2014
Macam-macam Leishmania
L. Tropica (promastigote) dalam
plasma darah
Leishmania yang menginfeksi manusia:
1. L. tropica dan L. mexicana – penyebab
Cutaneous leishmaniasis
2. L. braziliensis complex – penyebab
Mucocutaneous leishmaniasis
3. L. donovani -- penyebab Leishmaniasis
donovani atau Kala Azar.
Daur hidup Leishmania
Phlebotomus (lalat pasir)
vektor Leishmania
Biologi Leishmania
Cutaneous leishmaniasis
Disebabkan oleh L. tropica dan L. mexicana.
Leishmania ini berukuran 1-3 mm, ditularkan oleh
lalat Phlebotomus (lalat pasir). Parasit
menyerang dan menyebabkan lisis.sel-sel kulit.
8
30/09/2014
Leishmania donovani
di Eropa, Afrika dan Amerika
Melibat organ-organ visceral menyebabkan penyakit
Kala Azar
PROTOZOA JARINGAN:
Toxoplasma gondii, penyebab Toksoplasmosis
Kasus Kala Azar dan Penularannya
T. gondii: takhizoit (kiri) dengan pembelahan
cepat, dan bradyzoit dalam pseudosista
(kanan) dengan pembelahan lambat.
T. gondii terdapat intraselular di
dalam sel-sel retikuloendotelial
termasuk makrofag.
Menginfeksi 200 spesies burung,
reptilia dan mammalia.
Sepertiga penduduk dunia terinfeksi
dengan prevalensi 1-80%.
Penting karena menyebabkan
kelainan pada foetus, dan
masalah kesehatan tambahan
pada penderita AIDS.
T. gondii menjadi penyebab
infeksi oportunistik.
TACHIZOIT
Perbanyakan diri dengan
endodyogeni (internal budding)
Bentuk-bentuk T. gondii
1.
Bentuk trofozoit:
a. Tachizoit – trofozoit yang bergerak
cepat, cepat memperbanyak diri, dan
cepat menyerang dan masuk
sel-sel jaringan; ini terjadi pada fase
akut.
b. Bradyzoit – trofozoit bergerak lamban dan
lamban memperbanyak diri di dalam sel
inangnya;
2. Bentuk pseudosista – ini terbentuk oleh bradyzoit
yang membentuk koloni di dalam sel jaringan
(makrofag, sel otot skelet, otot jantung, dsb).
Daur hidup T. gondii
Inang definitif adalah kucing: habitatnya di epitel
usus. T. gondii mengalami daur aseksual
(gametogoni, skizogoni, trofozoit)) dan daur
seksual (sporogoni). Oosista keluar bersama
tinja, infektif bagi manusia dan inang antara lain.
Kucing terinfeksi karena makan daging
mammalia (tikus, daging kambing, dll), dan
unggas.
Inang antara T. gondii adalah manusia, mammalia
dan unggas.
9
30/09/2014
Oosista Toxoplasma gondii
pada tinja kucing yan terinfeksi
Manusia terinfeksi karena menelan oosista asal
kucing, atau daging kambing atau lainnya
setengah matang (sate) yang mengandung
pseudosista.
Dalam tubuh manusia T. gondii ada dalam bentuk
aseksual: takhizoit, bradyzoit dan pseudosista
dalam jaringan otot skelet, jantung dan otak.
Dalam tubuh kucing yang memakan daging
terinfeksi juga terjadi bentuk takizoit, bradyzoit
dan psudosista.
Daur hidup T. gondii
T. gondii penyebab
Toxoplamosis
Sumber infeksi adalah
kucing.
Orang terinfeksi dengan
cara:
1. Menelan oosista yang ada
dalam tinja kucing.
2. Makan daging unggas,
mammalia, reptilia yang
mengandung pseudosista.
3. Lewat plasenta (pada janin).
4. Transfusi darah (jarang).
5. Transplantasi organ
Infeksi terjadi secara didapat
(acquired), atau kongenital
(in utero, transplasental).
Keluhan dan Gejala Klinis
Umumnya penderita infeksi tanpa keluhan dan
gejala.
Gejala akut bagi penderita yang sangat rendah
imunitasnya: demam dengan sedikit skin rash
(disseminated toxoplasmosis).
Gejala lain meliputi: toksoplasmosis kongenital
dengan hidrosefalus, dan mikrosefali; infeksi
maternal waktu hamil, dan toksoplasmosis
okular (chorioretinitis) pada remaja yang bisa
menyebabkan kebutaan.
Adanya toksoplasmosis kongenital dengan
gejala:
hidrosefalus,
mikrosefali, dan adanya
chorioretinitis pada remaja yang bisa
menyebabkan kebutaan.
10
30/09/2014
Chorioretinitis karena T. gondii
DIAGNOSIS
Dari gejala klinis yang ada, dengan riwayat
sering bermain dengan kucing dan tanah.
Hasil pemeriksaan ELISA (Enzyme-linked
immunosorbent assay) serum darah
positif antigen dan titer antibodi yang
tinggi, misalnya dengan metode ToxoISAGA, atau metode imunodiagnostik
lainnya.
TERAPI DAN PERAWATAN
Terapi obat antara lain dengan antibiotik
asetilspiramisin (resep dokter).
Penderita infeksi kongenital (bayi dengan
hidrosefalus) sebaiknya mondok di RS untuk
mendapatkan terapi bedah neurologis.
Rawat inap juga perlu untuk penderita
disseminated toxoplasmosis.
Untuk Chorioretinitis yang berat mungkin perlu
rawat inap.
PROTOZOA ATRIAL:
Trichomonas vaginalis
Ruang Atrial adalah bagian tubuh yang membuka
ke arah luar seperti mulut, hidung, vagina atau
uretra
Protozoa atrial yang penting (patogenik) adalah
Trichomonas vaginalis.
Manusia merupakan satu-satunya inang parasit
ini.
Parasit ini pada wanita menyebabkan
trikomoniasis vagina, sedangkan pada pria
menyebabkan prostatitis.
Pencegahan Toksoplasmosis
Hati hati dengan kucing – jaga sanitasi lingkungan
dan jangan makan daging unggas, daging
kambing, dll setengah matang atau mentah
T. vaginalis
T. vaginalis termasuk Flagellata.
Tv hanya mempunyai bentuk
trofozoit.
Ukuran 7-25 mm.
Mempunyai 4 flagel anterior, dan
1 flagel posterior yang melekat
pada tepi membran undulans.
Membran ini pendek, sempit,
tidak melewati lebar badannya.
Membran ini diperkuat oleh
kosta yang halus.
Intinya lonjong.
Benda-benda volutin tersebar
sepanjang kosta dan aksostil.
11
30/09/2014
Trofozoit T. vaginalis
berhabitat di vagina
T. vaginalis juga menginfeksi pria,
umumnya di prostat
Penularan
Gejala Klinis
Penularan umumnya terjadi secara
langsung yaitu lewat hubungan seksual.
Penularan secara tidak langsung juga
dilaporkan antar individu dalam rumah
yang banyak penghuninya, yaitu lewat
tempat dudukan toilet, dan lap mandi
(handuk).
T v dalam jumlah cukup banyak yang masuk
dan berada dalam vagina akan cepat
bertambah banyak jika pH, flora bakteri
(Doderlein) cukup banyak, dan kondisi
fisiologis vagina sesuai.
T v menyebabkan radang (itis) pada mukosa
vagina, sehingga timbul discharge yang
banyak mengandung lekosit, parasit dan
sel-sel epitel vaginae yang lepas.
Pada stadium akut, sekret vagina mengalir
keluar cukup frekuen sehingga timbul
gejala keputihan (leukorea) atau fluor
albus.
Pada stadium kronis, gejala keputihan
berkurang, kadang mereda sendiri.
Pada pemeriksaan in speculo, tampak
kelainan berupa vaginitis; dinding vagina
dan porsio uteri tampak meradang, merah,
cairan vagina encer atau sedikit kental
pada infeksi campur bakteri, berwarna
putih kekuningan atau putih kelabu dan
berbusa, agak berbau. Banyaknya fluor
albus tergantung berat ringannya infeksi
dan stadium penyakit.
12
30/09/2014
Keluhan tambahan berupa gatal-gatal
sekitar vagina dan vulva (pruritus
vaginae et vulvae), kadang dengan
disuria (rasa pedih waktu kencing).
Infeksi kadang menjalar ke uretra dan
menyebabkan uretritis.
Kadang infeksi terjadi tanpa gejala
(asimtomatik).
Pada pria, infeksi umumnya tanpa
gejala, atau dapat bergejala seperti
uretritis, prostatitis dan prostatovesikulitis.
Diagnosis
Diagnosis klinis berdasarkan keluhan
dan gejala keputihan dengan vaginal
discharge yang khas,
dibedakan dari candidiasis vaginae
(cairan vagina putih susu dan
lengket).
Terapi dan Perawatan
Dilakukan pembersihan vagina dengan
bahan antiseptik dan cairan steril.
Pengobatan dilakukan per oral atau in
vaginam dengan metronidazol atau yang
lain.
Pasangan prianya juga diobati dan
mendapatkan perhatian perawatannya
untuk mencegah penularan satu sama
lain.
Pemeriksaan lab. secara langsung
ditemukan Tv pada sekret vagina, sekret
uretra, sekret prostat dan mungkin dalam
urin.
Kalau perlu dilakukan kultur dari sampel
sekret vagina yang mungkin mengandung
Tv.
PENCEGAHAN
1. Jaga kesucian alat kelamin
2. Kalau sakit – obati sampai sembuh total
3. Tidak hubungan kelamin dulu sewaktu
sakit dan selama dalam pengobatan dan
belum sembuh.
13
30/09/2014
14
01/10/2014
Helmintologi
Nemathelminthes (cacing gilik)
(nema=benang/bulat)
-Nematoda
2. Platyhelminthes (cacing pipih)
- Trematoda (cacing daun)
- Cestoda (cacing pita)
1.
Fardhiasih Dwi Astuti,SKM.,MSc.
Nematoda
Nematoda usus
 Cacing yang bentuknya bulat
1.
 Bilateral simetris
2. Trichuris trichiura
 Mempunyai saluran cerna
3. Enterobius vermicularis
 Jantan dan betina terpisah
4. Ancylostoma duodenale
 Ukuran jantan lebih kecil dari betina
5. Necator americans
 Panjang bervariasi
6. Strongyloides stercoralis
Ascaris lumbricoides
Ascaris lumbricoides
Siklus Hidup Ascaris lumbricoides
cacing usus,cacing perut, cacing gelang
Morfologi:
Cacing Dewasa :
 Bentuknya silindris, anterior meruncing
 Ukuran betina 20 -35 cm : jantan 15 -31 cm
 Mempunyai tiga buah bibir terdapat kelenjar yang
menghasilkan askaron
Telur
Bentuk ovale, mempunyai lapisan dinding tebal
albuminoid,hialin , viteline.
Ukuran 75x50µm
1
01/10/2014
Patologi
Diagnosis
 Infeksi Ascaris lumbricoides  Ascariasis
 Pemeriksaan tinja  telur /dewasa
 Patogenesis
 Pemeriksaan sputum  Larva
terjadi respon imun
efek migrasi larvapneumonitis Ascaris / Sindrome
loefler
efek mekanik cacing dewasa obstruksi usus
defisiensi gizi
 Pengobatan
Perorangan dan massal
 Epidemiologi
-Tertinggi pada anak-anak 60-90%
-Kurang pemakain jamban
-Tanah liat, kelembaban tinggi, suhu 2535C faktor penting untuk berkembang
biak telur
Trichuris trichura (cacing cambuk)
 Hospes; manusia trikuriasis
 Distribusi geografik: kospmopolit
 Morfologi
Betina kira-kira 5 cm, jantan 4 cm
Bagian anterior spt cambuk 3/5 dr panjang
seluruhnya; posterior lebih gemuk
Cacing dewasa hidup di kolon
Betina3000-10000 butir/hari
Cacing dewasa dan Telur
Stadium telur
 Bentuk seperti tong
 Mempunyai tutup pada kedua ujungnya.
Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)
anterior
Posterior
 Mengandung ovum yang tidak bersegmen
 Mengapung dalam larutan garam jenuh
Betina
Jantan
2
01/10/2014
Life Cycle Trichuris trichura
 Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam usus
timbul iritasi, perdarahan kronis sehingga
menyebabkan anemia
 Pada infeksi berat dapat menimbulkan prolapsus rekti.
 Epidemiologi/Penyebaran
Penyebaran penyakit karena tanah terkontaminasi
dengan tinja.
 Frekuensi di pedesaan antara 30-90%
Pengobatan dan pencegahan
 Pengobatan  Mebebdasol
 Pencegahan:
Memperbaiki sanitasi lingkungan
Mengurangi populasi vektor mekanik
Tidak BAB di tanah
Cucitangan sebelum makan
Menjaga makanan/ minuman agar tidak
terkontaminasi
Anak anak dilarang main tanah
Enterobius vermicularis
(Cacing Kremi)
 Hospes : Manusia
 Nama penyakit: enterobiosis, oksiuriasis
 Distribusi geografik
Kospololit tetapi lebih banyak ditemukan di daerah
dingin dengan daerah panas
Daerah dingin jarang mandi/mengganti
baju dalam
 Morfologi dan Daur Hidup
 Cacing betina 8-13 mm; jantan 2-5 mm
 Habitat  daerah sekum
 Makanannya isi usus
 Telur 11.000-15.000 butir matang setelah 6 jam
dikeluarkan
 Telur resisten terhadap desinfektan dan udara
dingin hidup 13 hari
 Telur diletakkan di perianal dan di kulit
perineum
 Waktu untuk siklus hidup 2 minggu s/d 2 bulan
 Dapat sembuh sendiri bila tidak reinfeksi
3
01/10/2014
Life Cycle Enterobius vermicularis
Cara penulararan
 Penularan dari tangan ke mulut sesudah
menggaruk daerah perianal (autoinfeksi)
 Debu Yang mengandung telur cacing (inhalasi)
 Retroinfeksi melalui anus: larva dari anus yg
menetas kembali ke masuk ke usus
Teknik Pengambilan Sampel dan Pemeriksaan
Gejala Klinis
 Rasa gatal pada anus
 Iritasi pada daerah anus, perinium dan vagina 
bermigrasi cacing betina  menggarus anus pada
malam hari
 Gelisah , imsomnia , mimpi buruk dan kadang kadang
kejang kejang
Cacing tambang
Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
Sejarah Cacing tambang di Eropa dulu
ditemukan pada pekerja tambang
Hospes: manusia
Penyebab nekatoriasis/ankilostomiosis
Distribusi Geografik
Di daerah khatulistiwa: pertambangan dan
perkebunan
Prevalensi di Indonesia (pedesaan) sekitar 40%
Morfologi
 Cacing dewasa jantan panjang 7 – 11 mm
 Ancylostoma dewasa > Necator  melekat pada
mukosa usus dengan mulutnya
 Ancylostoma duodeale bentuk gigi kerucut
 Necator americanus bentuk lempengan
 Pada bagian mulut terdapat kelenjar yang
menghasilkan Zat anticoagulant
 N.americanus darah 0,005-0,1cc/hari/ekor
 A. duodenale darah 0,08-0,34 cc/hari/ekor
4
01/10/2014
Telur
Telur Necator americanus atau
Ancylostoma duodenale
 Ovale
 Ada ruang jernih diantara embrio dengan kulit telur
yang tipis
 Telur di tempat yang lembab, teduh dan tanah yang
hangat menetas menjadi larva 1-2 hari
 Larva Rabditiform 5-8 hari menjadi larva filariform
 Larva filariform dapat tetap hidup ditanah beberapa
minggu
Life Cycle Necator americanus and Ancylostoma duodenale
Larva
Gejala klinis
Pengobatan dan pencegahan
 Larva menembus kulit  rasa gatal berkembang
 Pengobatan  pirantel pamoat (Combantrin)
vesikel dari ruam papula eritromatosa” Graund itch”
 Pneumonitis karena migrasi larva
 Lemah , nausea, muntah , sakit perut diare dengan
tinja hitam atau merah, lesu dan pucat
 Infeksi kronis  anemia defisiensi besi
 Pencegahan :
Mengobati sumber infeksi
Memperbaiki lingkungan
Memakai alas kaki
Pengobatan massal / selektif
Tidak BAB sembarang tempat
5
01/10/2014
Strongyloides stercoralis
Strongyloides stercoralis
 Cacing dewasa betina hidup sebagai parasit di vilus
duodenum dan yeyunum penyebab strongiloidiasis.
 Cacing betina berbentuk filiform, halus, tidak
berwarna dan panjangnya kira-kira 2mm.
 Cara berkembang biaknya adalah secara
parthenogenesis.
 Telur bentuk parasitic diletakkan di mukosa usus,
kemudian menetas menjadi larva rabditiform yang
masuk ke rongga usus serta dikeluarkan bersama tinja.
Siklus hidup
 Merupakan nematoda intestinal paling pendek
 Telur berbentuk oval 55x 30 mikron, telah
mengandung larva.
 Telur menetas di usus: larva rabditiform, keluar
bersama feses dan berkembang menjadi larva
filariform
 Larva filariform merupakan bentuk infektif dapat
hidup diluar hospes
Perjalanan dalamtubuh manusia
Gejala klinis
 Larva filariform menembus kulit, ikut aliran
 Dermatitis dan pneumonia
darahmenuju ke jantungparu-paru saluran
nafas saluran pencernaan sampai usus halus
berkembang menjadi dewasa
 Diparu paru menimbulkan loefler syndrome (stadium
larva)
 Stadium dewasa: diare disertai darah dan mucus
 Diagnosis: pemeriksaan feses penderita menemukan
larva rabditiform.
 Pengobatan: Tiobendasole
6
01/10/2014
 Pencegahan :



mengobati sumber infeksi
memperbaiki lingkungan
memakai alas kaki
7
01/10/2014
Nematoda Filaria
 Wucereria
bancrofti
malayi
 Onchocerca volvulus
 Manzonella ozzardi
 Mansonella perstans
 Mansonella streptocerca
 Brugia
Nematoda
filaria
Fardhiasih Dwi Astuti, SKM,
MSc.
Habitat
Periodisitas
 Sistem
 Nokturna sebagian
besar mikrofilaria
dapat ditemukan pada malam hari
 Non periodik atau diurna mikrofilaria
dapat ditemukan secara tetap pada
malam atau siang
 Subperiodik nokturna  mikrofilaria dapat
ditemukan di siang hari namun pada
malam hari diperedaran darah lebih
banyak
limfatik
 Subkutan
 Jaringan
ikat dalam
 Bentuk
filaria dewasa betina
menghasilkan mikrofilaria
Karakteristik mikrofilaria pada
manusia
spesies
Area geografik
vektor
Lokasi
mikrofilaria
Periodisitas
Wucereria
bancrofti
Tropik subtropik
Nyamuk
Darah,
hidrocel
Nocturna
subperiodisita
s
Brugia malayi
Asia Tenggara
Nyamuk
Darah
Nocturna
Onchocerca
volvulus
Afrika, Amerika
tengah dan
selatan
Lalat hitam Darah
-
Manzonella
ozzardi
Amerika tengah
dan selatan
Lalat kecil
Darah
-
Mansonella
perstans
Afrika , amerika
selatan
Lalat kecil
Darah
-
Mansonella
streptocerca
Afrika
Lalat kecil
Darah
-
Wucereria bancrofti
 Penyebab
penyakit filariasis/ elepantiasis
1
01/10/2014
Stadium larva
Morfologi W.bancrofti
 Dewasa
seperti benang
 Ovovivipar

 Mampu
Mikrofilaria
hidup 5 – 10 th. pada
pembuluh limfe di kaki.
 Mikrofilaria mempunyai
selubung, ruang kepala
panjang = lebar.
 Ujung posterior tidak di temukan
di inti.
 Perodik nokturnal



Larva dapat
ditemukan di nyamuk
culex atau anopheles
stadium larva 1, 2 dan
3
Larva stadium 3
Merupakan bentuk
infektif
Mikrofilaria masuk
tubuh nyamuk
berubah menjadi larva
berlangsung selama 12 pekan
Lingkaran hidup
 Hospes
devinitive manusia
antara: Culex quengue fasciatus dan
Anopheles (periodisitas nocturna) Aedes
(periodisitas subperiodik)
 Habitat : saluran limfe/kelenjar limfe
 masuknya larva dari nyamuk ke tubuh manusia
hingga menjadi cacing dewasa berlangusng
selama 11 bulan.
 Cara infeksi: gigitan nyamuk yang mengandung
larva stadium 3
 Hospes
Gejala klinis
 Asimtomatis
: sebagian besar penduduk
daerah endemis
 Simtomatis :

akut: panas hilang timbul,
peradangan kelenjar /saluran limfe/
alat genital

kronis : odema pada kaki, alat genital
membengkak
2
01/10/2014
Brugia malayi
paling banyak
 Daerah berawa rawa, persawahan
 Banyak nyamuk Mansonia/ Anopheles
Lingkaran hidup
 Penyebaran
Mikrofilaria
memiliki selubung
Ruang kepala panjang 2 x lebar
 Inti mengelompok
 Ujung posterior ditemukan inti
 Sifat periodisitas: nocturnal, subperiodik nocturna,
non periodic.


 Hospes
devinitive manusia
reservoar: kucing dan kera (presbytis)
 Hospes antara: Mansonia dan Anopheles
 Habitat : saluran limfe/kelenjar limfe
 masuknya larva dari nyamuk ke tubuh manusia
hingga menjadi cacing dewasa berlangusng
selama 3,5 bulan.
 Cara infeksi: gigitan nyamuk yang mengandung
larva stadium 3
 Hospes
Gejala klinis
Brugia timori
 Asimtomatis
 Daerah
: sebagian besar penduduk
daerah endemis
 Simtomatis :

akut: panas hilang timbul,
peradangan pada inguinal (alat
kelamin normal), abses pecah
menjadi ulkus

kronis : odema pada kaki/ tangan,
alat genital normal
penyebaran Indonesia bagian
timur (kepulauan Timor).
 Gejala klinis: hampir sama dengan
B.malayi
 Hospes antara : Anopheles.
 Bentuk infektif larva stadium 3.
Diagnosis
 Pemeriksaan
darah sesuai periodisitasnya
pencegahan :
Mengobati sumber infeksi
Menghindarkan diri dari gigitan nyamuk
Memperbaiki lingkungan : menghilangkan
sarang nyamuk
3
01/10/2014
Oncocerca volvulus
Morfologi
 Penyakit
 Jantan
 Vektor
 Betina
: Onchocerciasis, or River Blindness
: blackflies genus Simulium.
 Gejala : nodule di bawah kulit, trakhoma
yang dapat mengakibatkan kebutaan.
19 – 42mm
33 – 50 cm
 Berada di subcutaneus nodules
 Menghasilkan mikrofilaria ± 9 tahun
Blackflies genusSimulium
Microfilaria
4
01/10/2014
Mikrofilaria pada mata
Gejala
Nodul subcutan
Nodul subcutan
Leopard skin
Pencegahan
 Penggunaan
repellen
tertutup agar tidak
Manzonella ozzardi
Mansonella perstans
Mansonella streptocerca
 Mansonellosis
 Menggunakan baju
digigit lalat
Pengobatan : DEC / dietil carbamasin,
suramin, mebendasole , flubendasol
 Penularan
: Culicoides spp.
black fly (Simulium
amazonicum for M. ozzardi
 atau
Manzonella ozzardi
Morfologi Mansonella ozzardi
 Jantan:
38 x0,2 mm bagian posterior
membengkak dan melengkung keventral
 Betina : 65 -81 mmx 0,21-0,25 diliputi oleh
kutikula halus, pada bagian kaudal
nampak sepasang lipatan yang
mengkilat.
 Mikrofilaria : 88 mm, tidak bersarung, non
periodisitas, memiliki karakteristik ekor
melengkung (Button hook)
5
01/10/2014
Mansoella ozzardi
M. ozzardi
Mansonella perstans
Patogenesis dan manifestasi
 Manifestasi klinis
tidak berarti
ada reaksi jaringan dari infeksi
cacing dewasa
 Hidrokel yang disertai pembesaran
kelenjar limfe, pruritus, eosinofilia atau lesi
pada kulit
 Tidak
Morfologi Mansnella perstans
Patogenesis dan manifestasi
 Dewasa
 Asimtomatik
 cavum cerosa (Pleura,
peritoneum pericardium) bentuk filamen
kekuningan degan kuticula halus
 Jantan 45 mmx 60µm
 Betina 70 -80mmx 120µm
 Mikrofilaria tidak bersarung, non periodik
 Pembengkakan
seperti calabar swelling
inflamasi karena cacing dewasa di
daerah kavum serosa
 Reaksi
6
01/10/2014
Mansonella streptocerca
Morfologi
 Cacing
dewasa habitat di bawah
permukaan kulit.
 Filamen berwarna putih kekuningan
 Mikrofilaria tidak bersarung dan non
periodik dapat ditemukan di kulit dan
darah.
 Mikrofilaria  nukleus sampai ujung
terminal, gambaran kait penggembala
(Shepherd’s crook)
Patogenesis dan manifestasi
M. perstans
 Dermatitis
pruritis disertai makula
hipopigmentasi
 Limfadenopati inguinal
Pencegahan dan
pengobatan
Terimakasih
 DEC
 Mebendasol
 Pencegahan
 pengendalian vektor
dengan insektisida
 Pemakaian kelambu, pakaian tebal
penggunaan repellant
7
Download