BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak lama manusia telah menggunakan dan memproduksi pestisida untuk membasmi rumput-rumput liar, hewan pengerat, jamur dan serangga. Pestisida dapat bermacam-macam jenisnya seperti insektisida, herbisida, rodensida, fungisida dan masih banyak lagi yang lainnya. Ada beberapa macam yang kelompok senyawa insektisida beberapa diantaranya adalah pyrethroid dan karbamat. Salah satu senyawa kimia yang termasuk dalam kelompok pyrethroid adalah allethrin, sedangkan karbamat adalah propoxur. Kedua senyawa kimia ini banyak digunakan dalam produk obat nyamuk, seperti obat nyamuk yang digunakan dalam penelitian ini. Karbamat atau N-metil karbamat telah banyak digunakan untuk keperluan perkebunan, pertanian dan untuk keperluan-keperluan di rumah lainnya. Sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1973 pyrethroid lebih banyak digunakan dibandingkan pyrethrum alami karena lebih tahan terhadap cahaya dan memiliki proses yang sangat baik dalam membasmi serangga (NPTN, 1998). Senyawa karbamat mempunyai aktivitas biologik yang sangat kuat dengan adanya akumulasi yang sangat rendah dalam lingkungan. Berbagai faktor lingkungan mudah mengubah dan menguraikannya menjadi komponen yang kurang berbahaya, walaupun senyawa ini tetap saja merupakan racun akut. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam pemakaiannya faktor-faktor keamanan sangat penting untuk diperhatikan (Wardojo et al, 1977). 1 Bahan kimia (pestisida) berbahaya dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara, yaitu : 1. Termakan atau terminum bersama makanan atau minuman yang tercemar, 2. Dihirup dalam bentuk gas dan uap, termasuk yang langsung menuju paruparu lalu masuk ke dalam aliran darah dan 3. Terserap melalui kulit dengan atau tanpa terlebih dahulu menyebabkan luka pada kulit (Tarumingkeng, 1992). Melalui saluran pernapasan racun dapat terserap ke dalam sistem tubuh dan dapat langsung mempengaruhi sistem pernapasan (pengambilan oksigen dan pembuangan CO2). Pengaruh racun dapat timbul segera setelah masuknya racun (acute toxicity), dalam hal ini racun tersebut racun akut. Gejala keracunan dapat pula terjadi lambat, setelah beberapa bulan atau beberapa tahun dan di bahan racun penyebabnya disebut racun kronis (chronic toxicity) (Tarumingkeng, 1992). Selain membunuh serangga, insektisida biasanya dapat meracuni pula hewan lain, akan tetapi daya racun senyawa tersebut terhadap serangga lebih tinggi dari pada hewan lain (Wardojo et al, 1977). Mengingat bahaya kontak langsung dengan insektisida di lingkungan maka timbul pemikiran untuk mengadakan penelitian tentang “ Pengaruh Obat Nyamuk Listrik Pada Berat Badan dan Struktur Histologi Sistem Organ Respirasi Mencit (Mus musculus). ” 2 1.2 Perumusan Masalah 1. Apakah lama pemaparan obat nyamuk listrik mempengaruhi berat badan mencit ? 2. Apakah senyawa aktif yang terkandung dalam obat nyamuk listrik menyebabkan derajat kerusakan dan perubahan struktur histologi sistem respirasi (trakea, bronkus dan paru-paru) mencit pada setiap kelompok perlakuan (15, 30, 60, 120 dan 240 menit) dengan lama pemaparan 14 hari dan 28 hari ? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh lama pemaparan obat nyamuk listrik terhadap berat badan mencit. 2. Untuk mengetahui derajat kerusakan dan perubahan struktur histologi sistem respirasi (trakea, bronkus dan paru-paru) mencit akibat senyawa aktif obat nyamuk listrik dengan lama pemaparan 14 hari dan 28 hari pada masingmasing kelompok perlakuan (15, 30, 60, 120 dan 240 menit). 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan informasi ilmiah dalam toksikologi mamalia (sistem respirasi) dan juga sebagai bahan informasi kepada masyarakat untuk meningkatkan pemahaman dalam penggunaan obat nyamuk listrik. 3