Laporan Studi Pustaka (KPM 403) EFEKTIVITAS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN NERISSA ARVIANA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang berjudul “Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pengentasan Kemiskinan” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Studi Pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Januari 2015 Nerissa Arviana NIM. I34110013 ABSTRAK NERISSA ARVIANA Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pengentasan Kemiskinan. Di bawah bimbingan MURDIANTO Corporate Social Responsibility merupakan wujud kepedulian dan tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan dan masyarakat. Penerapan program CSR merupakan salah satu upaya dari perusahaan untuk membantu mengatasi permasalahan kemiskinan yang terjadi khususnya di wilayah sekitar perusahaan beroperasi. Tulisan ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi yang berhubungan dengan topik yang diangkat untuk menganalisis efektivitas CSR dalam pengentasan kemiskinan. Metode yang digunakan dalam penyusunan studi pustaka ini yaitu dengan mengumpulkan data sekunder hasil-hasil penelitian sebelumnya. Hasil penelusuran pustaka menunjukkan bahwa dengan penerapan tahapan-tahapan implementasi CSR dapat mempengaruhi efektivitas program CSR. Semakin efektif program CSR, maka akan semakin efektif menurunkan tingkat kemiskinan di masyarakat. Kata kunci: efektivitas, CSR, tingkat kemiskinan ABSTRACT NERISSA ARVIANA The effectiveness of the corporate social responsibility (CSR) in the alleviation of poverty. Supervised by MURDIANTO Corporate social responsibility is a form of paying attention and social responsibility a company to its environment and community. The application of CSR is one effort of the company to help solving the poverty problems that occurred particularly in the area around operating company. This paper aims to collect information relating to the topic that is lifted to analyze the effectiveness of CSR for reducing poverty. Method used in the preparation of the literature study is collecting preivious secondary data research results. The results of literature studies showed that the application of the CSR implementation stages can affect the effectiveness of this program, So that It will be more effective to reduce the level of poverty in the community. Keywords: effectiveness, CSR, level of poverty EFEKTIVITAS PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN Oleh : NERISSA ARVIANA I34110013 Laporan Studi Pustaka Sebagai syarat kelulusan (KPM403) pada Mayor Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Nerissa Arviana Nomor Pokok : I34110013 Judul : Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pengentasan Kemiskinan dapat diterima sebagai syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Disetujui oleh Ir. Murdianto, MSi Dosen Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Ketua Departemen Tanggal Pengesahan : _____________________ PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Studi Pustaka yang bejudul “Efektivitas Program CSR dalam Pengentasan Kemiskinan” ini dengan baik. Laporan Studi Pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada MK Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa studi pustaka ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. Murdianto, MSi selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberi masukan serta kritik kepada penulis selama penulisan laporan studi pustaka ini, 2. Ayahanda Arsyam dan Ibunda Asnimar serta kakak-kakakku (Mega Putri Armanesa, Ricky Putra Armando, Wastu Ayu Diamahesa dan Mardian Putri) yang telah menjadi sumber inspirasi dan telah memberikan dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis, 3. Teman satu kelompok bimbingan Rielisa AP. Hutagaol dan Fitri Andriani Sidik yang selalu memberi semangat dan menjadi teman diskusi dalam penulisan studi pustaka ini, 4. Sahabat-sahabatku Dudu, Rina, Nanda, Yunita, Nisa, Kurnia, dan Oja serta seluruh keluarga SKPM 48 yang telah memberikan semangat kepada penulis. Akhirnya penulis berharap semoga Laporan Studi Pustaka ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Bogor, Januari 2015 Nerissa Arviana NIM. I34110013 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix PENDAHULUAN ...................................................................................................1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 Tujuan .................................................................................................................. 2 Metode Penulisan ................................................................................................ 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA ..........................................................3 Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan Kemiskinan, Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat .................................................................. 3 Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Menyelesaikan Masalah Sosial Lingkungan Perusahaan. Studi kasus PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran TBBM Depot Ende .................................. 5 Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat .......................... 6 Efektivitas CSR Job Pertamina-Petrochina East Java dan Mobile Cepu Limited di Kabupaten Bojonegoro .................................................................................... 8 : .......................................................................................................................... 10 Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (Persero) Lampung. Suatu Evaluasi atas Program CSR ............................................................................... 10 Analisis pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Pertamina Gas Area JBB Distrik Cilamaya bagi Masyarakat ........................... 12 Implementasi Kebijakan Program Peningkatan Kebijakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) di Kabupaten Malang. Studi pada Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang ............................... 13 Pengaruh Program Corporate Social Responsibility Terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat. Studi pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan................ 15 Dampak Kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) PT. Telkom Terhadap Kemampuan Masyarakat Dalam Mengakses Sumber Daya Di Kawasan Punclut Bandung............................................................................................................. 16 Partisipsi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Pedesaan ............................................................................................................ 18 viii Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional ........................................... 20 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN ...............................................................23 Corporate Social Responsibility ........................................................................ 23 Efektivitas .......................................................................................................... 24 Partisipasi .......................................................................................................... 25 Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ................................................... 27 Kemiskinan ........................................................................................................ 28 Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pengentasan Kemiskinan ........................................................................................................ 30 SIMPULAN ...........................................................................................................31 Hasil Rangkuman dan Pembahasan .................................................................. 31 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi .................................... 32 Usulan Kerangka Analisis Baru ........................................................................ 32 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................34 LAMPIRAN ...........................................................................................................36 DAFTAR TABEL Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Komunitas-Perusahaan .........................................27 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Pemikiran .............................................................................33 DAFTAR LAMPIRAN Tabel 1. Hasil Sintesis dari Berbagai Sumber Data Sekunder ..............................36 Riwayat Hidup .......................................................................................................41 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang berlimpah. Kekayaan sumberdaya alam ini membuat semakin banyak perusahaan atau perseroan terbatas yang dibangun untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di Indonesia. Banyaknya perusahaan yang dibangun tidak terlepas dari kondisi masyarakat sekitar perusahaan dan kondisi lingkungan. Hal ini mengakibatkan perusahaan memiliki tanggung jawab dan peranan dalam peningkatan perekonomian daerah maupun negara. Saat ini mulai banyak perusahaan yang mulai menjalankan tanggung jawab sosial terhadap sosial dan lingkungan. Program tanggung jawab sosial perusahaan atau biasa disebut Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilaksanakan antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya berbeda-beda, tergantung kebijakan perusahaan dan kebutuhan serta permasalahan yang dialami masyarakat sekitar perusahaan beroperasi. Beberapa program yang paling umum dan sering dilaksanakan perusahaan adalah program di bidang kesehatan, lingkungan dan peningkatan perekonomian masyarakat dalam rangka upaya pengentasan kemiskinan. Permasalahan kemiskinan di Indonesia merupakan salah satu masalah yang cukup serius hingga saat ini. Hal ini dapat dilihat dari data BPS1 pada Maret 2014 yang menyebutkan bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia baik di desa maupun kota berjumlah 28,29 juta atau 11,25% dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 238 juta jiwa. Sebanyak 14,37% penduduk miskin berada di daerah pedesaan sedangkan 8,34% penduduk miskin berada di perkotaan. Jumlah penduduk miskin yang masih banyak ini seharusnya dapat diatasi dengan semakin banyaknya perusahaan yang didirikan dan beroperasi di wilayah pedesaan sehingga dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja lokal. Hal ini sesuai dengan UU No. 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian yang menyebutkan bahwa pembangunan industri di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mendorong adanya teknologi tepat guna, meningkatkan kemampuan masyarakat golongan ekonomi lemah, memperluas dan memeratakan kesempatan kerja, serta meningkatkan pembangunan daerah. Namun sayangnya, banyaknya perusahaan yang didirikan ini tidak menyerap tenaga kerja dari masyarakat sekitar perusahaan ini didirikan. Sehingga tetap saja masih banyak penduduk miskin disekitar perusahaan berdiri. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan jika dilaksanakan secara tepat. Penerapan CSR yang tepat dapat menaikkan citra perusahaan dan menarik simpati masyarakat. Selain itu, pelaksanaan CSR secara tepat juga berdampak positif bagi masyarakat sekitar perusahaan itu berdiri atau bagi masyarakat luas. Namun sayangnya, saat ini tidak sedikit perusahaan yang melaksanakan kegiatan CSR hanya sebagai formalitas untuk menggugurkan tanggung jawab dan kewajiban perusahaan terhadap undang-undang yang sudah dibuat oleh pemerintah. Pemerintah sudah menetapkan UU No. 40 Tahun 2007 Bab V Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas yang menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun 1 bps.go.id 2 masyarakat pada umumnya. Agar pelaksanaan CSR tidak hanya sebagai formalitas perusahaan saja, maka sebuah perusahaan harus dapat melaksanakan CSR dengan maksimal. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan agar pelaksanaan CSR berjalan maksimal adalah dengan melibatkan partispasi aktif masyarakat secara langsung. Menurut Wibisono (2007) dalam Rosyida dan Nasdian (2011) perusahaanperusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR pada umumnya menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut: mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantapan dan evaluasi. Hal ini dibutuhkan agar program CSR yang diterapkan dapat berjalan efektif dan berhasil. Keberhasilan program CSR khususnya di bidang ekonomi tentunya akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekitar. Hal ini juga berdampak pada menurunnya tingkat kemiskinan di wilayah sekitar perusahaan beroperasi. Oleh karena itu, CSR merupakan salah satu solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di pedesaan khususnya di wilayah sekitar suatu perusahaan beroperasi. Tujuan Penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis sejumlah data sekunder terkait efektivitas program CSR yang dilaksanakan suatu perusahaan dalam upaya pengentasan kemiskinan 2. Mengumpulkan informasi mengenai bahan yang sesuai dengan topik yang diangkat oleh penulis sebagai upaya untuk menggambarkan fenomena faktual 3. Menemukan suatu kerangka pemikiran baru guna diajukan pada proposal penelitian. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini adalah studi literatur dengan menggunakan data sekunder. Bahan pustaka yang digunakan berasal dari hasil penelitian terdahulu berupa jurnal dan didukung dengan buku, skripsi dan juga tesis. Bahan pustaka yang terkumpul kemudian dipelajari dan diringkas sesuai dengan topik yang diangkat kemudian disusun menjadi tulisan ilmiah yang utuh dan sesuai dengan sistematika penulisan yang terdiri dari pendahuluan, ringkasan, rangkuman dan pembahasan serta simpulan. RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamat Url Tanggal Unduh : Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan Kemiskinan, Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat : 2012 : Jurnal : Elektronik : Dody Prayogo dan Yosef Hilarius : Depok, LabSosio Universitas Indonesia : Jurnal Sosiologi Masyarakat : 17(1): 1-22 : http://labsosio.org/data/documents/vol_17_n o_1_januari_2012.pdf : 11 September 2014, pukul 20:11 WIB Ringkasan Saat ini sektor bisnis turut berperan aktif dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Salah satu peran yang dijalankan perusahaan untuk membantu pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah dengan pelaksanaan Corporate Social Responsibility. Dahulu kajian mengenai CSR selalu berhubungan dengan konflik dan pelanggaran hak-hak masyarakat lokal. Padahal sejumlah hasil kajian menunjukan bahwa konflik dan permasalahan dalam hubungan antara korporasi dengan masyarakat lokal salah satunya merupakan wujud dari adanya kemiskinan masyarakat/komunitas di sekitar kegiatan tambang serta adanya ketimpangan kesejahteraan antara warga masyarakat dengan warga korporasi. Dalam “Handbook on Poverty and Inequality” (Haughton and Khandker 2009) yang dikutip oleh Prayogo dan Hilarius (2012) dijelaskan bahwa kemiskinan bisa dilihat dalam tiga cara pandang. Pertama, cara paling konvensional dalam mengukur kemiskinan dengan membandingkan tingkat pemasukan dan konsumsi setiap individu. Kedua, cara paling tradisional dalam mengukur kemiskinan adalah dengan membaginya ke dalam setiap ranah, misalnya kemiskinan dalam kesehatan berkaitan dengan berapa banyak orang yang telah menerima pelayanan kesehatan, atau kemiskinan dalam pendidikan dapat dilihat dari berapa angka buta huruf atau rata-rata lulusan pendidikan formal. Ketiga, menurut Amartya Sen (1981) dikutip oleh Prayogo dan Hilarius (2012), kemiskinan didefinisikan lebih luas sebagai ketidakmampuan individu ataupun kelompok untuk berfungsi dalam masyarakat karena kurangnya pemasukan atau pendidikan, kesehatan yang buruk, ketidakamanan, serta tidak adanya kebebasan untuk berpendapat. Lebih jauh Sen mendefinisikan individu yang dianggap miskin sebagai individu yang standar konsumsinya berada di bawah orang kebanyakan ataupun individu yang pendapatannya berada di bawah garis rata-rata. Dari sana, Sen kemudian memberikan dua pendekatan dalam memahami kemiskinan. Pertama, pendekatan biologis yaitu yang memahami bahwa keluarga berada pada ”primary poverty” jika total pendapatannya tidak memenuhi untuk mendapatkan kebutuhan minimum dari pemeliharaan kondisi fisik. Dalam pendekatan ini digunakan beberapa variasi yang mempunyai hubungan kuat dengan kondisi fisik, kebiasaan dalam bekerja, kebutuhan 4 nutrisi, kebutuhan makanan dan non-makanan. Pendekatan kedua adalah pendekatan ketidakseimbangan yang memahami kemiskinan sebagai ketidakseimbangan antara kelompok paling miskin dengan keseluruhan komunitas dalam setiap dimensi stratifikasi. Pemaknaan kemiskinan secara operasional lebih menitikberatkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dan kekurangan akses pelayanan masyarakat pada aspek ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, serta secara sosial kegiatan bermasyarakat. Peran korporasi adalah turut berpartisipasi dan membantu upaya pengentasan kemiskinan, namun bukan sebagai aktor utama pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Kemiskinan didefinisikan sebagai: “ kondisi yang ditandai dengan tidak atau kurang terpenuhinya kebutuhan ekonomi serta kurangnya akses terhadap pelayanan masyarakat dalam bidang pendidikan, dan kesehatan, khususnya pada masyarakat atau komunitas yang terletak di Ring 1, Ring 2, dan Ring 3 di wilayah perusahaan tambang, migas, dan geotermal itu beroperasi. Ring 1 adalah wilayah terdekat perusahaan beroperasi. Ring 2 adalah wilayah di luar Ring 1 dan Ring 3 adalah wilayah di luar Ring 1 dan Ring 2. Pengentasan kemiskinan dilihat dari indikator proses dan hasil program, terutama dari pengalaman obyektif dan persepsi subyektif kelompok penerima program CSR/CD seperti non-penerima atau evaluator program. Program CSR/CD korporasi harus dilihat sebagai sebuah proses dalam pengertian bagaimana korporasi berpartisipasi dalam pembangunan lokal. Variabel proses yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) efectivity (manfaat), (2) relevance (kesesuaian), (3) sustainability (keberlanjutan), (4) impact (dampak), dan (5) empowerment (pemberdayaan). Kelima variabel ini digunakan sebagai model peran korporasi dalam upaya pegentasan kemiskinan melalui program CSR/CD. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa aspek manfaat dan aspek kesesuaian mendapat apresiasi positif dari masyarakat karena aspek ini dirasakan dapat memberikan manfaat pada dimensi-dimensi kemiskinan masyarakat sekitar korporasi. Dari segi aspek dampak dari seluruh program bagi masyarakat juga tergolong cukup dan merata di berbagai bidang. Ini berarti dampak dari program CSR masih dirasakan positif. Sedangkan untuk aspek keberlanjutan dan aspek pemberdayaan dinilai masih cukup rendah karena program masih berpusat kepada korporasi sebagai pelaksana, sehingga efek positif yang dirasakan pemanfaat akan lenyap apabila korporasi menghentikan pendanaan. Selain itu kedua aspek ini juga dinilai masih cukup rendah dikarenakan masih minimnya pelibatan kelompok masyarakat dan institusi lokal dalam perencanaan dan implementasi program, karena semakin sedikitnya kelompok yang terlibat maka semakin kecil pula kelompok yang merasakan manfaat dari program program. Pelaksanaan program CSR dengan menggunakan pendekatan bottom up dan participatory menyebabkan tingginya tingkat kesesuaian program pada masyarakat. Dampak pengentasan kemiskinan dapat dilihat baik secara luasan (geografis) maupun substansial (isi program). Secara substansial, program pengentasan kemiskinan juga dibedakan berdasarkan volumenya. Wilayah operasional perusahaan, Ring 1 (R1) memperoleh volume terbesar karena merupakan daerah yang paling banyak mendapatkan dampak apapun atas aktivitas korporasi. Peningkatan partisipasi yang konstruktif adalah dengan melibatkan unit terkecil komunitas di tingkat desa. Analisis Aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian ini sudah dapat digunakan untuk menganalisis efektivitas program CSR. Aspek yang digunakan untuk menilai efektivitas program dalam perusahaan ini adalah aspek manfaat, kesesuaian, keberlanjutan, dampak 5 dan pemberdayaan. Tingkat keberhasilan program CSR dalam pengentasan kemiskinan dapat berbeda-beda bergantung pada jenis program yang dilaksanakan. Selain itu pengelolaan program yang lebih partisipatif akan lebih memengaruhi tingkat keberhasilan program CSR dalam pengentasan kemiskinan. Namun dalam implementasi dari perusahaan belum terlihat maksimal karena masyarakat belum terlalu dilibatkan langsung dalam perencanaan dan pengambilan keputusan program. Selain itu, program ini juga masih menimbulkan ketergantungan atau belum menciptakan kemandirian bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari masyarakat yang masih sangat tergantung dengan pendanaan yang diberikan oleh perusahaan.jika pendanaan dihentikan, bisa saja masyarakat juga berhenti melaksanakan kegiatan CSR yang sudah diberikan perusahaan. 2. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamat Url Tanggal Unduh : Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Menyelesaikan Masalah Sosial Lingkungan Perusahaan. Studi kasus PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran TBBM Depot Ende : 2013 : Jurnal : Elektronik : Wahyu Supriadinata : Surabaya : Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya : Vol 2 No 01 : http://download.portalgaruda.org/article.ph p?article=119337&val=5455 : 14 September 2014, pukul 22:52 WIB Ringkasan Tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya dalam bentuk kegiatan ekonomi tapi juga harus memperhatikan aspek lainnya, seperti yang dikemukakan oleh John Elkington seperti dikutip oleh Swasembada (2010) memperkenalkan konsep Triple Bottom Line (3P) People, Planet, Profit. Pertamina merupakan salah satu perusahaan energi nasional yang senantiasa menjunjung tinggi etika pengolahan bisnis yang bertanggung jawab baik secara fisik maupun sosial. Sepanjang tahun 2011 tidak kurang 473.000 penerima manfaat telah terlibat dalam program CSR Pertamina. Sebagian besar penerima manfaat tersebut adalah warga masyarakat yang berada di lokasi terdekat dengan setiap wilayah operasional Pertamina di seluruh Indonesia. Kegiatan CSR TBBM Depot Ende dibagi ke dalam beberapa pilar. Pilar Pertama adalah Peningkatan Kualitas Pendidikan dengan Program Beasiswa yang diberikan kepada siswa/siswi SD, SMP, SMA yang berprestasi dan kurang mampu. Pilar Kedua adalah Pemberdayaan Kesehatan dengan program diantaranya Sehati Pertamina dengan kegiatan pembangunan dan perbaikan posyandu, pemberian imunisasi dan pendampingan posyandu. Program lainnya adalah pemberdayaan posyandu berupa pemberian alat dan kesehatan posyandu dan pemberian sarana bermain anak. Pilar 6 inisiatif yang ketiga adalah Peningkatan Kualitas Hidup dengan program Penanaman 10.000 bibit Pohon Cacao. Pilar inisiatif keempat terdiri dari dua program yaitu Air bersih dan Pengembangan hubungan dan peningkatan kepercayaan. Bentuk kegiatan air bersih yaitu pembangunan tiga titik air bersih di daerah yang kesulitan air bersih dan program yang kedua adalah pengembangan hubungan dan peningkatan kepercayaan dengan kegiatan penerimaan tenaga Outsourcing, renovasi masjid dan gereja, kegiatan keagamaan, bantuan jaring ikan dan perbaikan jalan. Pertamina Peduli yang merupakan kepedulian perusahaan terhadap masyarakat korban bencana alam di tanah air. Tujuannya dibentuk empat pilar inisiatif ini agar setiap kegiatan yang dilakukan oleh setiap lokasi tidak melenceng dari tujuan utama. Berdasarkan analisis lapangan dan analisis berdasarkan kriteria yang juga dijadikan dasar oleh badan usaha bidang pertambangan, TBBM Depot Ende telah merencanakan serta mengimplementasikan program kegiatan CSR dengan memberikan banyak kontribusi kepada masyarakat. Program yang direncanakan dan diimplementasikan juga sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Namun TBBM Depot Ende tidak memiliki cara pengukuran yang dapat mengetahui apakah kegiatan tersebut memiliki manfaat sesuai dengan tujuan kegiatan dan telah tercapai dalam pelaksanaannya. Dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan program yang memenuhi efektivitas serta kesesuaian dalam penyelesaiaan masalah sosial lingkungan adalah pada program Sehati dan Pengembangan Hubungan dan Peningkatan Kepercayaan. Keefektivitasan program ini sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan diimbangi oleh peran masyarakat sekitar sehingga menghasilkan sebuah program yang memiliki dampak positif yang baik dalam menyelesaikan masalah sosial lingkungan. Analisis PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran TBBM Depot Ende sudah melakukan perencanaan dan impelementasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dapat menjadi alternatif penyelesaian masalah sosial yang ada di lingkungan. Sehingga efektivitas program akan lebih bermanfaat bagi masyarakat. Pembuatan empat pilar dalam pelaksanaan program CSR ini juga merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh Pertamina dalam memaksimalkan program yang dilakukan, sehingga Pertamina tidak hanya menyentuh satu pilar atau bidang saja tetapi mencakup beberapa bidang yang dibutuhkan masyarakat. Namun dalam tahap evaluasi belum memiliki tolak ukur atau indikator untuk mengukur keberhasilan program. Sebaiknya untuk tahapan evaluasi juga sudah dipikirkan indikatornya sehingga untuk pelaksanaan program selanjutnya dapat direncanakan serta berjalan lebih baik dan maksimal lagi. 3. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamat Url : Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat : 2009 : Jurnal : Elektronik : Andi Mapisangka : : JESP : Vol 01 No 01 : http://fe.um.ac.id/wpcontent/uploads/2010/03/ANDI_M-CSR.pdf 7 Tanggal Unduh : 14 September 2014, pukul 23:05 WIB Ringkasan Corporate Social Responsibility merupakan tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab V Pasal 74. Dalam pasal tersebut dijelaskan tanggung jawab sosial dan lingkungan dari perusahaan atas eksistensinya terhadap kegiatan bisnis. Selain terhadap sosial dan lingkungan, CSR juga berperan dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar perusahaan. Namun sayangnya, saat ini belum semua perusahaan benar-benar menjalankan CSR dengan baik. Masih banyak perusahaan yang menjadikan CSR menjadi bagian lain dari manajemen perusahaan sehingga keberadaannya dianggap tidak memberikan kontribusi positif terhadap kelangsungan perusahaan. Salah satu tujuan CSR yang saat ini dianggap paling penting khususnya di negara sedang berkembang adalah peningkatan kualitas pendidikan masyarakat dan penguatan ekonomi rakyat yang berbasis usaha kecil dan menengah serta peningkatan kualitas SDM masyarakat melalui perbaikan sarana dan prasarana pendidikan. PT Batamindo Investment Cakrawala (PT. BIC) merupakan salah satu perusahaan yang sudah menerapkan CSR dalam implementasi usahanya. PT. BIC membagi wilayah cakupan program CSR ke dalam tiga Ring yaitu, Ring I untuk cakupan daerah yang berada di sekitar perusahaan, Ring II yaitu daerah-daerah di luar Ring I dan Ring III yaitu daerah yang berada di luar Ring I dan Ring II. Kegiatan atau program yang diterapkan oleh CSR perusahaan ini disesuaikan dengan karakteristik dan masalah yang ada di masing-masing daerah. Implementasi program CSR PT. BIC diarahkan pada peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Program CSR PT. BIC mendapatkan apresiasi dan tanggapan positif dari masyarakat. Pengaruh CSR terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dijelaskan oleh beberapa variabel yaitu Corporate Social Responsibility Goal, Corporate Social Issue, dan Corporate Relation Program. Pengaruh Corporate Social Responsibility Goal berdasarkan hasil analisis data didapatkan bahwa variabel ini mempengaruhi tingkat kesejahteraan hidup masyarakat Batam. Hal ini terjadi karena secara konseptual program-program CSR perusahaan sudah diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan sosial seperti terungka pada rumusan visi dan misi perusahaan. Pengaruh Corporate Social Issue PT. BIC sudah mampu meningkatakan kesejahteraan hidup masyarakat . Hal ini terjadi karena dalam penyusunan program CSR-nya, PT. BIC senantiasa memperhatikan isu-isu sosial yang hangat berkembang di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari sikap atau persepsi masyarakat yang cenderung memberikan apresiasi positif atau setuju terhadap upaya perusahaan dalam penyusunan program CSR perusahaan. Ketiga variabel di atas memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Namun variabel Corporate Relation Program adalah variabel yang paling memberikan pengaruh terbesar dalam peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Hal ini terjadi karena dalam pelaksanaan program CSR disesuaikan dengan kebutuhan riil masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Analisis Penelitian ini sudah menjelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat. Perencanaan yang dilakukan perusahaan 8 disesuaikan dengan permasalahan dan kebutuhan masyarakat sehingga program yang dijalankan sesuai dan tepat sasaran. Program di setiap wilayah binaan CSR berbedabeda, sesuai dengan karakteristik wilayah. Setiap variabel (Corporate Social Responsibility Goal, Corporate Social Issue, dan Corporate Relation Program) yang digunakan dalam mengukur keberhasilan CSR PT. BIC dinilai sudah berhasil dan memberikan dampak positif bagi masyarakat, khususnya dalam peningkatan kesejahteraan hidup. Namun masing-masing variabel yang digunakan belum terlalu jelas tolak ukur keberhasilan program dari variabel yang dimaksud. Hal ini dikarenakan indikator masing-masing variabel masih dapat dikatakan mirip sehingga agak sulit dibedakan. 4. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamat Url Tanggal Unduh : Efektivitas CSR Job Pertamina-Petrochina East Java dan Mobile Cepu Limited di Kabupaten Bojonegoro : 2012 : Jurnal : Elektronik : Iva Kumalasari : : Jurnal Politik Indonesia : Vol 01 No 01 : http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/1725%20Iva%20kumalasari.pdf : 25 September 2014, pukul 22:30 WIB Ringkasan Tanggung jawab sosial perusahaan memandang perusahaan sebagai agen moral, dengan atau tanpa adanya aturan hukum maka sebuah perusahaan harus menjunjung tinggi moralitas. Parameter keberhasilan suatu perusahaan di dalam sudut pandang tanggung jawab sosial perusahaan adalah mengedepankan prinsip moral dan etis, yakni menggapai suatu hasil terbaik, tanpa merugikan kelompok masyarakat lainnya. Salah satu prinsip moral yang sering digunakan adalah goldenrules, yang mengajarkan agar seseorang atau suatu pihak memperlakukan orang lain sama seperti apa yang mereka inginkan. Dalam pelaksanaan CSR perusahaaan terdapat kriteria yang sebaiknya ada dalam pelaksanaan program diantaranya adalah: program tanggung jawab sosial perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat sehingga memberikan manfaat yang lebih luas. Inovasi dan spesifik, program ditujukan sesuai dengan isu sosial yang spesifik dan dilakukan pendekatan yang inovatif. Giarci (2008:89) seperti dikutip oleh Kumalasari (2012) memandang community development sebagai suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitas dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung dengan dukungan collective action dan networking yang dikembangkan masyarakat. Tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dimulai dari proses seleksi lokasi sampai 9 dengan pemandirian masyarakat. Secara rinci masing-masing tahap tersebut adalah sebagai berikut: tahap pertama adalah seleksi lokasi, tahap kedua adalah sosialisasi pemberdayaan masyarakat, tahap ketiga adalah proses pemberdayaan masyarakat yang meliputi kajian keadaan pedesaan partisipatif, pengembangan kelompok, penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi partisipatif. Tahap empat adalah pemandirian masyarakat. Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat, mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan masyarakat miskin dan kelompok yang terpinggirkan lainnya, dibangun dari sumber daya lokal, sensitif terhadap nilainilai budaya lokal, memperhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat (Instansi Pemerintah, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, Swasta dan pihak lainnya) serta dilaksanakan secara berkelanjutan. Aktivitas sosial perusahaan bertujuan untuk memperoleh ijin sosial dari masyarakat dengan jalan menjaga nilai kapital yang dipergunakan oleh generasi sekarang dan akan diwariskan ke generasi selanjutnya melalui minimalisasi dampak negatif dan maksimalisasi dampak positif dari operasi perusahaan. Saat ini CSR dan CD (Community Development) seringkali disamakan. Padahal antara CSR dan CD sangatlah berbeda. CD lebih berfokus dan menyasar kelompok masyarakat yang spesifik, yaitu mereka yang mengalami masalah. Sedangkan CSR mempunyai cakupan yang lebih luas, yaitu terhadap seluruh pemangku kepentingan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa CD merupakan bagian dari CSR. CSR sangat berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya secara sangat tegas menyatakan pentingnya keseimbangan dalam pembangunan. Jurnal ini juga memaparkan mengenai masalah kemiskinan yang masih dikatakan cukup serius. Kemiskinan merupakan permasalahan multidimensional yang tidak hanya dilihat dari satu aspek saja. Menurut Kumalasari (2012), kemiskinan bisa dilihat dari beberapa aspek yaitu: terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan lemahnya mutu layanan kesehatan, terbatasnya akses dan mutu layanan pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya layanan perumahan, sanitasi dan air bersih, lemahnya akses terhadap tanha dan sumber daya alam serta lemahnya partisipasi dan jaminan rasa aman. Dengan adanya program CSR bagi masyarakat sekitar perusahaan diharapkan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam pelaksanaan CSR diperlukan evaluasi untuk mengetahui seberapa berhasil pelaksanaan program CSR tersebut. Hal ini bisa dilakukan dengan melihat kekurangan dan kesalahan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam melaksanakan CSR-nya. Seperti kesalahan prinsip CSR yang dilakukan oleh perusahaan Minyak Mobile Cepu Limited diantaranya, tidak dilakukannya mitigasi dampak sosial ekonomi pada awal pembangunan proyek ini, khususnya terhadap pembelian dan kompensasi lahan serta peralihan profesi, program yang dilaksanakan cenderung mengeneralisasikan kondisi masyarakat pada umumnya dan peran pemangku kepentingan terlalu dominan. Analisis Jurnal ini lebih berfokus pada penjelasan mengenai pelaksanaan CSR secara umum dan membahas mengenai kemiskinan. Jurnal ini hanya mengambil satu contoh 10 kesalahan penerapan CSR yang dilaksanakan oleh salah satu perusahaan dalam penerapan prinsip CSR. Perusahaan cenderung mengeneralkan permasalahan dan kebutuhan masyarakat, padahal hal ini bertolak belakang dengan prinsip penerapan program CSR di masyarakat yang mengharuskan perumusan masalah bersama masyarakat dan pembuatan program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Selain itu, pentingnya melakukan evaluasi untuk mengukur keberhasilan suatu program CSR, namun tidak menjelaskan secara rinci indikator yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi tersebut. Pada jurnal ini dijelaskan bahwa CSR dan CD adalah dua hal yang sangat berbeda. CD lebih berfokus dan menyasar kelompok masyarakat yang spesifik, yaitu mereka yang mengalami masalah. Sedangkan CSR mempunyai cakupan yang lebih luas, yaitu terhadap seluruh pemangku kepentingan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa CD merupakan bagian dari CSR. CSR sangat berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan. 5. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamat Url Tanggal Unduh : Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (Persero) Lampung. Suatu Evaluasi atas Program CSR : 2013 : Jurnal : Elektronik : Devi Yulianti : : Jurnal Ilmiah Admisnitrasi Publik dan Pembangunan : Vol 02 No 01 : http://publikasi.fisip.unila.ac.id/index.php/ad ministratio/article/view/112 : 25 September 2014, pukul 17:20 WIB Ringkasan Wacana tentang kepedulian lingkungan kegiatan kedermawanan perusahaan terus berkembang dalam kemasan philanthropy serta community development (CD). Menurut Achwan (2006) seperti dikutip oleh Yulianti (2013), corporate social responsibility (CSR) yang kini semakin diimplementasikan berbagai macam perusahaan, mengalami evolusi dan metamorfosis dalam rentang waktu yang cukup lama. Aktivitas CSR yang timbul sejak era timbulnya kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang adalah lebih penting dari pada sekedar profitability. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diharuskan pemerintah untuk berpartisipasi dalam kegiatan tanggung jawab sosial. Aktivitas tanggung jawab sosial perusahaan PTPN VII Persero dapat berbentuk program kemitraan dengan usaha kecil dan program bina lingkungan. Program CSR dengan nama “PTPN 7 Peduli” yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat yang mempunyai fokus pada kegiatan pendidikan, kesehatan dan pelesatarian alam. Tujuh program utama yang terangkum dalam “PTPN 7 Peduli” adalah a). Peduli kemitraan; b) Peduli bencana alam; c) Peduli pendidikan; d) Peduli kesehatan; e) Peduli pembangunan; f) Peduli keagamaan; g) Peduli pelestarian lingkungan. Program yang telah berjalan tersebut tentunya perlu untuk dievaluasi untuk 11 dapat melihat kinerjanya dan mengetahui hambatan-hambatan dalam proses pelaksanaan program ini apabila ada tujuan dan sasaran program yang belum dapat dicapai. Untuk mengetahui keberhasilan program maka diperlukan kajian evaluasi program yang bertujuan untuk menilai seberapa besar berbagai program sosial dapat meningkatkan kesejahteraan, bagaimana program sosial berlangsung dan bagaimana program dapat menjadi lebih efektif sesuai yang dikemukakan oleh Sadish (1991:18) seperti dikutip oleh Yulianti (2013). Evaluasi program dapat diartikan sebagai kegiatan mengukur untuk mengetahui seberapa besar suatu program sosial meningkatkan kesejahteraan rakyat (efek program), bagaimana program sosial berlangsung (operasional program) dan bagaimana agar program dapat berjalan lebih efektif. Efektivitas menurut Hadayaningrat (1995:16) seperti dikutip oleh Yulianti (2013) merupakan sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Kriteria-kriteria dalam pengukuran efektivitas menurut Dunn (2003:610) seperti dikutip oleh Yulianti (2013) diantaranya : efektivitas untuk mengukur hasil yang diinginkan, efisiensi untuk mengetahui seberapa banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan, kecukupan untuk mengetahui seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah, perataan untuk mengetahui apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompokkelompok tertentu, responsivitas untuk mengetahui apakah hasil kebijakan memuaskan kebutuhan atau nilai kelompok-kelompok tertentu dan ketepatan untuk mengetahui apakah hasil yang diinginkan benar-benar berguna atau bernilai. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program. Evaluasi penting dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR. Dan pada akhirnya, pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk keperluan pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Pelaksanaan program CSR PTPN sudah memiliki tolak ukur atau penilaian tersendiri, hal ini dapat terlihat dari hasil evaluasi yang dilakukan dalam penelitian ini. Dari tujuh program CSR yang diterapkan, hanya tiga program yang dinilai sudah berjalan cukup efektif. Program tersebut adalah Peduli Kemitraan, Peduli Pendidikan dan Peduli Keagamaan. Indikator yang digunakan untuk menilai program sudah berjalan efektif atau belum dilihat dari pencapaian tujuan atau sasaran. Efektivitas pelaksanaan program CSR disebabkan faktor pendukung dan penghambat. Dalam penelitian di PTPN VII faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pencapaian efektivitas program bisa dilihat dari aspek contex, input, process dan product. Analisis Jurnal ini sudah memuat aspek evaluasi yang dapat digunakan untuk menganalisis efektivitas program CSR yaitu: aspek contex, input, process, dan product. Indikator yang digunakan untuk menilai efektivitas program CSR disesuaikan dengan masing-masing program. Program CSR akan dinilai berhasil jika memenuhi semua tujuan dan sasaran yang ditetapkan, jika terdapat salah satu tujuan dan sasaran yang tidak terlaksana, maka program CSR tersebut dinilai berjalan tidak efektif. 12 6. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamat Url Tanggal Unduh : Analisis pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Pertamina Gas Area JBB Distrik Cilamaya bagi Masyarakat : 2012 : Jurnal : Elektronik : Dr. Dedi Mulyadi, H.Sonny Hersona GW, DRS., MM., Linda Devis May, SE : : Jurnal Manajemen : Vol 09 No 04 : http://jurnal.feunsika.ac.id/wpcontent/uploads/2013/05/ANALISISPELAKSANAAN-CORPORATE-SOCIALRESPONSIBILITY-CSR.pdf : 28 September 2014, pukul 09:38 Ringkasan Corporate Social Responsibility merupakan suatu konsep bahwa organisasi khususnya perusahaan wajib memiliki tanggung jawab terhadap pemegang saham, karyawan, konsumen, masyarakat dan lingkungan yang berkaitan dengan operasional perusahaan. Dalam menjalankan bisnisnya, tidak jarang perusahaan mengalami bentrok kepentingan dengan masyarakat sekitar perusahaan tersebut beroperasi. Oleh karena itu, perusahaan diwajibkan melakukan kegiatan CSR untuk dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja. Dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas tidak disebutkan secara rinci besaran biaya yang harus dikeluarkan oleh Perusahaan untuk CSR dan sanksi bagi yang melanggar. Untuk itu perlu dikaji ulang agar besarnya biaya dan penetapan sanksi bagi yang melanggar lebih diperjelas. CSR merupakan suatu bentuk kepedulian perusahaan yang tidak hanya berupa sumbangan financial kepada masyarakat yang bersifat sesaat melainkan terhadap semua stakeholders termasuk lingkungan dan masyarakat disekitarnya, dengan cara perusahaan menyisihkan sebagian keuntungannya yang digunakan untuk kepentingan pembangunan manusia dan lingkungan secara berkelanjutan berdasarkan prosedur yang tepat dan profesional sehingga tercipta keseimbangan dan kesejahteraan bersama. Program aksi CSR menurut Edi Suharto meliputi beberapa bidang yaitu, bidang pendidikan, bidang kesehatan bidang lingkungan, bidang modal sosial dan bidang ekonomi dan kewirausahaan. PT Pertamina Gas akan melaksanakan program CSR dalam empat bidang yaitu Lingkungan, Kesehatan, Pendidikan, dan Infrastruktur. Pelaksanaan program yang diterapkan ada yang bersifat berkelanjutan, insidental yang disesuaikan dengan kebutuhan, per tiga bulan dan program yang diadakan rutin setiap tahunnya. Pengukuran keefektivitasan program dapat dilihat dari beberapa kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu, bermanfaat, berkelanjutan, dekat wilayah operasi, serta publikasi dan mendukung Proper. Program CSR diselaraskan dengan kebutuhan komunitas di sekitar operasi PT Pertamina, sebagai salah satu stakeholder penting, sekaligus untuk mendukung keberhasilan bisnis Pertamina secara berkelanjutan. Untuk 13 memaksimalkan program CSR dapat berlangsung PT Pertamina akan membentuk Tim Pelaksana harian Program CSR. Pembentukan tim ini dimaksudkan untuk melakukan pengawasan terhadap keberlangsungan program CSR dan melakukan evaluasi terhadap manfaat yang dirasakan oleh masyarakat di sekitar wilayah operasi perusahaan. Analisis Tanggung jawab sosial perusahaan yang dipaparkan dalam jurnal ini tidak hanya bagi masyarakat dan lingkungan tetapi juga tanggung jawab terhadap karyawan, tanggung jawab terhadap pelanggan, dan juga tanggung jawab terhadap investor. Kriteria yang ditetapkan untuk mengukur efektivitas program yaitu bermanfaat, berkelanjutan, dekat wilayah operasi, serta publikasi dan mendukung proper. Dekat wilayah operasi yang dimaksud di sini masih belum terlalu jelas karena pada beberapa jurnal yang lain menyebutkan bahwa wilayah operasi Perusahaan biasanya dibagi menjadi tiga Ring, yaitu Ring 1 yang paling dekat dengan wilayah operasi perusahaan, Ring 2 dan Ring 3. Selain itu, belum terdapat divisi khusus yang menangani CSR sehingga pelaksanaan CSR masih belum dapat optimal dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini dikarenakan pelaksanaan CSR masih dilakukan oleh pekerja di bagian fungsi operasi. 7. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamat Url Tanggal Unduh : Implementasi Kebijakan Program Peningkatan Kebijakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) di Kabupaten Malang. Studi pada Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang : 2014 : Jurnal : Elektronik : Evi Silvia Melina, Ratih Nur Pratiwi, Minto Hadi : : Jurnal Administrasi Publik (JAP) : Vol 01 No 05: 872-880 : http://administrasipublik.studentjournal.ub. ac.id/index.php/jap/article/view/155/138 : 28 September 2014, pukul 22:48 Ringkasan Kemiskinan di Indonesia saat ini telah menjadi masalah global yang harus ditanggulangi secara tuntas. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan kemiskinan di Indonesia adalah melalui program pemberdayaan. Berdasarkan visi misi Gubernur Jawa Timur terhadap Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi Jawa Timur 2009-2014 yang mengedepankan 4 (empat) strategi pokok pembangunan yang meliputi: Pertama, pembangunan berkelanjutan berpusat pada rakyat yang mengedepankan partisipasi rakyat dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi program pembangunan yang menyangkut hajat hidup 14 mereka sendiri. Kedua, keberpihakan kepada masyarakat miskin. Ketiga, pengarusutamaan gender. Keempat, keseimbangan pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan agro-industri atau agrobisnis. Langkah awal untuk melaksanakan program pemberdayaan yang berkaitan dengan pengentasan kemiskinan adalah dengan melakukan pengelompokkan atau klasifikasi rumah tangga miskin (RTM). Menurut BPS, penggolongan rumah tangga miskin di Kabupaten Malang berdasarkan keadaan miskinnya yaitu Sangat Miskin, Miskin, dan Mendekati Miskin. Tujuan pengelompokan kategori RTM didasarkan dengan tujuan agar dana Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) teralokasikan secara tepat sasaran, tepat tujuan, tepat perlakuan, dan juga tepat waktu sehingga memiliki dampak positif dan optimal sebagai upaya peningkatan kesejahteraan dan kemandirian RTM. Fokus dalam penelitian ini adalah : (1) Implementasi Kebijakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) Berbasis Rumah Tangga Miskin (RTM) Pemerintah Provinsi Jawa Timur di Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang (2) Faktor pendukung dan penghambat implementasi kebijakan mengenai Program Peningkatan Keber-dayaan Masyarakat (PPKM) tersebut. Implementasi kebijakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) berbasis Rumah Tangga Miskin (RTM) Pemerintah Provinsi Jawa Timur di Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Kemiskinan merupakan suatu fenomena hidup yang cukup sulit diatasi karena berhubungan dengan ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Pada umumnya kemiskinan di Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang diakibatkan kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai, sehingga mayoritas masyarakatnya hanya lulus Sekolah Dasar dan cukup banyak pula yang tidak lulus Sekolah Dasar yang mendo-minasi masyarakat di Desa Pandansari. Faktor pendukung internal dalam melaksanakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) di Desa Pandansari meliputi Pengurus UPKu memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria program dan RTM memiliki kepercayaan terhadap pengurus UPKu. Sedangkan faktor pendukung eksternal meliputi adanya dukungan Perangkat Desa Pandansari dan Tokoh Masyarakat dalam pelaksanaan program serta dukungan pengawasan program dari Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM) Kabupaten Malang berupa monitoring pelaksanaan program sedangkan tugas dari Tenaga Pendamping Masyarakat (TPM) selaku pendamping program memberikan pengarahan kepada pengurus Unit Pengelola Keuangan dan Usaha (UPKu) terutama ketika pengurus mengalami kesulitan dalam menjalankan program termasuk dalam hal melakukan pembukuan. Selain itu terdapat faktor penghambat internal meliputi tidak tersedianya sarana dan prasarana serta Kas UPKu jumlahnya terbatas. Sedangkan faktor penghambat eksternal meliputi tidak ada dukungan dana dari Desa Pandansari dan tidak ada sanksi terhadap RTM yang memiliki tanggungan pinjaman modal dari UPKu. Analisis Kemiskinan merupakan masalah yang masih belum dapat terselesaikan di Indonesia hingga saat ini. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi tingkat kemiskinan adalah dengan upaya pemberdayaan. Dalam penelitian ini, pelaksanaan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) berjalan dengan cukup efektif. Pengelompokkan rumah tangga miskin juga dilaksanakan sesuai agar program yang dijalankan tepat sasaran. Namun dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak untuk lebih memaksimalkan program yang ada. 15 8. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamat Url Tanggal Unduh : Pengaruh Program Corporate Social Responsibility Terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat. Studi pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan : 2011 : Jurnal : Elektronik : Yuniarti Mahyuningrum, Irwan Noor, Abdul Wachid : : Jurnal Administrasi Publik : Vol 05 No 01: 109-115 : http://administrasipublik.studentjournal.ub. ac.id/index.php/jap/article/view/340 : 28 September 2014, pukul 20:28 WIB Ringkasan Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan. Saat ini pembangunan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, melainkan juga menjadi tanggung jawab sektor swasta dan masyarakat. Perusahaan tidak hanya boleh memikirkan kepentingan ekonomis bagi perusahaan itu saja, tetapi juga harus memiliki tanggung jawab pada aspek sosial dan lingkungan, atau yang biasa disebut Triple Bottom Line. PT. Amerta Indah Otsuka merupakan perusahaan besar yang bergerak di bidang farmasi dan telah melaksanakan kegiatan CSR sejak tahun 2010. Fokus utama dari perusahaan ini adalah meningkatkan pemberdayaan masyarakat melalui bidang pendidikan, kesehatan dan lingkungan. Penelitian yang dilakukan pada PT Amerta Indah Otsuka merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan teknik pengumpulan data menggunakan simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dari anggota populasi, yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sedangkan skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Metode pengujian instrumen penelitian digunakan uji validitas untuk menguji tingkat kevalidan suatu instrumen, serta uji realibilitas yaitu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis regresi linear berganda yang merupakan analisis pengaruh setiap variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tersebut. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner penelitian dapat diketahui bahwa konsep Corporate Social Responsibility yang terdiri dari variabel sosial (x1), variabel ekonomi (x2) dan variabel lingkungan (x3) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan 16 masyarakat. Selain itu pembangunan berkelanjutan memperhatikan batas-batas lingkungan dalam konsumsi materi dan memperkuat pembangunan kualitatif pada tingkat masyarakat dan individu dengan distribusi yang adil, serta perlunya campur tangan pemerintah, dukungan dan kerjasama dunia usaha dalam upaya konservasi dan pemanfaatan yang berbasis sumber daya. Analisis Penelitian ini bertujuan untuk mengukur signifikansi pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap peningkatan pemberdayaan masyarakat. Dari jurnal ini juga terlihat terdapat pengaruh kegiatan CSR terhadap pemberdayaan masyarakat. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah dilihat dari adanya hubungan antara variabel sosial (x1), variabel ekonomi (x2) dan variabel lingkungan (x3) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan masyarakat. 9. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal Volume (Edisi) Halaman Alamat Url Tanggal Unduh : Dampak Kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) PT. Telkom Terhadap Kemampuan Masyarakat Dalam Mengakses Sumber Daya Di Kawasan Punclut Bandung : 2010 : Jurnal : Elektronik : Nurantono Setyo Saputro : : Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota : Vol 21 No 02: 129-146 : http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wpcontent/uploads/2014/01/06-jurnal-9nurantono.pdf : 28 September 2014, pukul 20:40 WIB Ringkasan Di era Desentralisasi, realisasi program CSR dimaknai sebagai wujud keterlibatan sektor privat dalam memberdayakan masyarakat miskin sehingga mereka terlepas dari permasalahan sosial yang mereka hadapi. Namun sayangnya hingga saat ini belum ada standar baku untuk implementasi, mekanisme pelaporan, dan proses verifikasi CSR yang dapat berguna sebagai panduan di Indonesia. Salah satu perusahaan yang menerapkan CSR adalah PT. Telkom. PT. Telkom melaksanakan CSR sebagai bagian dari strategi bisnis perusahaan yang dalam pelaksanaannya mencakup ke dalam tiga aspek keberlanjutan yaitu: ekonomi, sosial dan lingkungan. Dalam penelitian ini bertujuan untuk meninjau sustainability program CSR PT. Telkom dari sisi kapasitas masyarakat dalam mengakses sumber daya. Bentuk kegiatan Pengembangan Masyarakat dilakukan berdasarkan beberapa indikator yang menunjukkan terjadinya upaya pengembangan masyarakat menurut Chaskin (2001) seperti dikutip oleh Saputro (2010) yaitu rasa memiliki terhadap komunitas, tingkat komitmen, kemampuan untuk memecahkan masalah dan akses kepada sumber daya, pada pemelitian ini lebih ditekankan pada indikator yang terakhir 17 yaitu akses terhadap sumber daya. Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara dengan metode purposive sampling. Sumber data yang digunakan tidak sebagai sumber yang mewakili populasinya, akan tetapi lebih cenderung mewakili informasinya. Strategi pendekatan yang digunakan dalam metode ini adalah snowball atau chain sampling, yaitu strategi yang digunakan bila peneliti ingin mengumpulkan data yang berupa informasi dari informan dalam satu lokasi, tetapi peneliti tidak mengatahui siapa yang tepat untuk dipilih sebagai narasumber. Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian CDC Telkom Drive III, program di Bagian Community Development Center PT Telkom secara umum dibagi menjadi dua bidang besar, yaitu (1) Program Kemitraan dan (2) Bina Lingkungan, dana yang dikeluarkan berasal dari penyisihan laba bersih BUMN. PT Telkom mempunyai mekanisme-mekanisme tertentu dalam menilai layak atau tidaknya usulan kegiatan pada suatu daerah, baik pertama kali maupun kegiatan lanjutan, yaitu sebagai berikut: melihat jenis kegiatan yang akan dijalankan, apakah masih tergolong dalam lingkup bidang yang ditangani oleh Bagian CDC PT Telkom; melihat ketersediaan anggaran di bulan berjalan; adanya disposisi dari atasan atau rekomendasi dari bagian lain; dan melihat kelayakan program. Penggunaan Sumber daya Milik Masyarakat sebelum dan sesudah CSR PT. Telkom tidak begitu mengalami perubahan. Hal ini dapat dilihat dari pencatatan masih dilakukan di tiap kelompok tani yang ada, selain itu pencatatannya juga masih belum begitu baik, terstruktur, dan detail. Dalam aspek ekonomi, pengembangan ekonomi oleh masyarakat dilakukan dengan mengembangkan warung-warung makan yang dikembangkan secara sendiri-sendiri dan penjualan hasil panen yang dikembangkan secara sendiri-sendiri dan berkelompok dalam penjualannya. Sebelum adanya program CSR PT. Telkom masyarakat sudah memiliki proses untuk membicarakan suatu masalah atau isu, yang terkadang dibicarakan dalam masing-masing kelompok tani dan terkadang juga dibicarakan secara terpusat. Salah satu rapat yang pernah dilaksanakan adalah rapat dengan Dinas Pertanian. Pada rapat tersebut masyarakat terlibat langsung dalam pembuatan perencanaan, namun sayangnya dalam implementasi belum ada yang terlaksana. Sedangkan ketika PT. Telkom masuk untuk melaksanakan CSR, masyarakat kembali antusias walau dalam perencanaan program PT. Telkom tidak melibatkan masyarakat. Walaupun demikian, efektivitas yang dirasakan justru lebih baik dengan program yang berasal dari PT. Telkom. PT. Telkom melakukan pengecekan secara berkala kepada petani untuk melihat secara langsung dan mendengarkan baik perkembangan tanaman, usulan, hingga keluhan-keluhan yang dirasakan langsung oleh petani. Penggunaan Sumber daya dari luar masyarakat dilihat dalam tiga indikator yakni: identifikasi sumber daya/akses terhadap sumber daya, mobilisasi sumber daya dan kemitraan sumber daya. PT. Telkom dalam pelaksanaannya meyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat untuk membahas dan mengalokasikan dana yang dikucurkan oleh PT. Telkom. Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh PT. Telkom sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Community Empowering, yaitu mencapai kemandirian masyarakat, selain untuk membantu memperbaiki kondisi kritis yang ada di kawasan Punclut. Unsur berikutnya, ialah self-development and coordination, yaitu kemampuan untuk melakukan pengembangan diri dan melakukan koordinasi dengan pihak lain secara lebih luas. Begitu juga dengan unsur berikutnya, yaitu self-selection. Setelah masyarakat bekerjasama dengan berbagai pihak, mendapatkan pengalaman dan pembelajaran dari kegiatan-kegiatan tersebut, ketika PT Telkom masuk dan bermaksud melaksanakan program serupa di Punclut, masyarakat bisa menerima dengan baik. 18 Unsur self-decision juga masyarakat dan petani dapatkan dari rangkaian proses pembelajaran ini. Ketika ada kegiatan penghijauan, masyarakat menilai program tersebut, terkadang jika tidak disertai dengan program pemeliharaannya, seperti disertai pupuk atau obat-obatan, masyarakat tidak mau menerima pohon atau bibit yang ditawarkan. Dalam jangka pendek, kemandirian masyarakat sudah mulai terbentuk dari pengalaman dan pembelajaran yang dialami masyarakat, baik sebelum dan sesudah bekerjasama dengan PT Telkom. Nilai tambah dari yang didapatkan masyarakat dari PT Telkom ialah akses masyarakat, terutama petani untuk belajar dan menambah informasi mengenai sumber-sumber daya lain yang bermanfaat bagi pertaniannya semakin bertambah. Para petani kini mulai berinisiatif untuk membentuk paguyuban sendiri dengan anggota sekitar 5-7 orang petani. Hanya saja, dalam perkembangannya dirasakan ada satu sumber daya yang belum bisa dimiliki masyarakat, yaitu sumber daya dana (uang). Berdasarkan hasil pembahasan mengenai kapasitas masyarakat Kawasan Punclut terlihat ada perbedaan atau terjadi peningkatan kapasitas masyarakat dalam aspek sumber daya setelah adanya program CSR dari PT Telkom. Apabila membandingkan kondisi masyarakat sebelum dan sesudah program CSR dari PT Telkom, tidak terlalu banyak perubahan yang terjadi. Perubahan hanya terjadi dalam bidang mobilisasi sumber daya baik sumber daya internal maupun external, serta sedikit peningkatan pada identifikasi sumber daya masyarakat (Akses). Analisis PT. Telkom dengan program CSR nya membantu masyarakat untuk memperoleh kemudahan dalam mengakases sumberdaya. CSR yang berlangsung dinilai sudah cukup efektif, namun yang disayangkan adalah masyarakat tidak terlibat secara langsung dalam perencanaan pembuatan program. Hal ini dibutuhkan karena bisa saja program yang direncanakan oleh PT. Telkom kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Seperti perubahan yang terjadi di masyarakat Punclut sebelum dan sesudah adanya program CSR dari PT. Telkom tidak terlalu signifikan. Namun dalam jurnal ini dipaparkan bahwa untuk pembuatan program CSR tidak harus melibatkan masyarakat karena masyarakat pun belum terlalu paham dengan apa yang mereka butuhkan, sehingga PT. Telkom menetapkan program yang akan dilaksanakan dalam perencanaan namun dalam pelaksanaan lanjutannya melibatkan partisipasi aktif masyarakat. selain itu PT. Telkom juga melakukan pengecekan langsung secara berkala kepada petani dan mendengarkan keluhan-keluhan langsung dari petani mengenai permasalahan yang terjadi selama pelaksanaan program. 10. Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal : Partisipsi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Pedesaan : 2011 : Jurnal : Elektronik : Isma Rosyida dan Fredian Tonny Nasdian : : Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia 19 Volume (Edisi) Halaman Alamat Url Tanggal Unduh : Vol 05 No 01: 51-70 : http://202.124.205.111/index.php/sodality/a rticle/viewArticle/5832 : 28 September 2014, pukul 23:54 WIB Ringkasan Aktivitas perusahaan tidak terlepas dari lingkungan sekitarnya. Dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan, aktivitas yang dilakukan akan bersinggungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, perusahaan wajib memperhatikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan sekitar perusahaan tersebut beroperasi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan melaksanakan Corporate Social responsibility (CSR). Salah satu perusahaan yang sudah melaksanakan CSR adalah Perusahaan Geothermal di Gunung Salak yang merupakan perusahaan di bidang energi panas bumi dan merupakan yang terbesar di dunia. Perusahaan Geothermal menyelenggarakan program CSR yang mencakup tiga area kritis yaitu kebutuhan dasar, pendidikan dan pelatihan, serta pengembangan usaha kecil mikro. CSR ini merupakan bagian dari strategic plan perusahaan dengan fokus pada penciptaan pertumbuhan ekonomi melalui capacity building dan investasi masyarakat. Pada dasarnya keberhasilan suatu program CSR salah satunya berkaitan dengan bagaimana program CSR tersebut dapat berpengaruh secara signifikan dan pada akhirnya membawa dampak positif terhadap komunitas di sekitar wilayah perusahaan. Perusahaan Geothermal Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor merupakan bagian dari Perusahaan Geothermal Indonesia. Perusahaan ini mengelola panas bumi menjadi energi listrik. Perusahaan Geothermal memiliki komitmen untuk membangun dan membuka hubungan positif dengan masyarakat setempat. Kebijakan sosial yang ditetapkan oleh perusahaan ini adalah dengan menyediakan peluang di bidang pengembangan sosial, pendidikan , ekonomi, pelatihan, dan memperkerjakan warga setempat di sekitar perusahaan melalui penyelenggaraan Corporate Social responsibility. Departemen yang menangani CSR perusahaan ini adalah Departemen PGPA (Policy, Government, and Public Affair) dengan tujuan kerja adalah membangun image dan reputasi perusahaan, memiliki hubungan saling pengertian, suara yaang sama, dan penerimaan dari stakeholder. Salah satu fokus dari program CSR Perusahaan Geothermal adalah pembentukan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) Kartini yang bergerak dalam bidang Jasa Keuangan Syariah. LKMS Kartini dikelola oleh masyarakat yang memiliki inisiasi awal dengan dibantu oleh beberapa staff yang direkrut langsung dari masyarakat, mewakili masing-masing desa yang memiliki keanggotaan di LKMS Kartini. Pengukuran tingkat partisipasi dilakukan berdasarkan keterlibatan anggota kelompok simpan pinjam terhadap kegiatan dalam tahapan penyelenggaraan program yang dilaksanakan, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, maupun tahap pelaporan. Peningkatan partisipasi anggota kelompok simpan pinjam diiringi peningkatan kekuatan modal sosial dan taraf hidup anggota. Namun, dapat dilihat bahwasanya aspek tingkat pengeluaran tidak secara penuh berhubungan dengan sejauhmana tingkat partisipasi anggota kelompok simpan pinjam. Meskipun tingkat partisipasi anggota kelompok LKMS Kartini di Desa Cihamerang bergradasi, namun kecenderungannya partisipasi anggota LKMS belum dapat dikategorikan memiliki tingkatan yang tinggi karena jumlah tertinggi masih berada pada tingkat sedang dan rendah. Berdasarkan tingkatan partisipasi Arnstein (1969), dapat dilihat bahwa sebagian 20 besar anggota kelompok simpan pinjam tergolong berpartisipasi pada tipe pemberitahuan dan kosultasi. Itu artinya, dalam penyelenggaraan program CSR tersebut, anggota kelompok simpan pinjam masih berposisi sebagai objek dari program pemberdayaan. Anggota kelompok simpan pinjam belum sepenuhnya memiliki kebebasan untuk menyampaikan saran dan aspirasi, terlebih dalam pengambilan keputusan. Saran dan pendapat cenderung dapat disampaikan, namun belum tentu dipenuhi dan dilaksanakan. Dalam penyelenggaraan LKMS Kartini tersebut, melibatkan berbagai pihak (stakeholder), yakni pemerintah desa dan kecamatan, dinas koperasi, mitra perusahaan, dan masyarakat. Dalam pelaksanaan community development terdapat prinsip-prinsip kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas, keberlanjutan, dan mampu meningkatkan perasaan solidaritas. Pemberdayaan memiliki dua elemen pokok, yakni kemandirian dan partisipasi. Dampak sosial dan ekonomi dari penyelenggaraan program yang dilihat dari variabel tingkat pendapatan Adapun variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur dampak ekonomi yang digunakan, diantaranya adalah variabel tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, tingkat tabungan, dan tingkat taraf hidup yang mencakup jenis lantai bangunan terluas tempat tinggal, jenis dinding rumah terluas, fasilitas tempat buang air besar/wc, sumber penerangan, sumber air minum, bahan bakar untuk memasak, dan alat transportasi yang dimiliki. Penyelenggaraan kegiatan pemberdayaan ekonomi melalui pembiayaan kelompok simpan pinjam belum tentu menentukan peningkatan taraf hidup anggota kelompok simpan pinjam. Dampak yang dirasakan oleh masyarakat juga berbeda-beda, misalnya keterlibatan dalam program ini tidak memberikan dampak bagi pendapatan anggota kelompok dari kategori sosial farm/pengusaha dan non-farm/pengusaha, sedangkan anggota kelompok dari kategori sosial farm/buruh dan non-farm/buruh memperoleh dampak bagi pendapatannya. Analisis Pelaksanaan program CSR dari Perusahaan Geothermal ini belum dapat dikatakan maksimal. Masyarakat masih menjadi objek dari program dan belum menentukan sendiri permasalahan dan kebutuhan mereka. Sehingga hal ini mengakibatkan pelaksanaan program CSR belum terasa tepat sasaran dan efektif. Dalam jurnal ini dipaparkan bahwa komponen terpenting dalam pemberdayaan adalah kemandirian dan partisipasi. Namun sayangnya, anggota kelompok simpan pinjam belum sepenuhnya memiliki kebebasan untuk menyampaikan pendapatnya, terlebih dalam pengambilan keputusan. Hal ini membuat partisipasi belum sepenuhnya berjalan sebagai partisipasi atau bisa juga disebut “partisipasi semu” karena masyarakat hanya “seolah-olah” berpartisipasi. 11. Judul : Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Kota dan Nama Penerbit Nama Jurnal : : : : : : 2005 Jurnal Elektronik Chriswardani Suryawati JMPK 21 Volume (Edisi) Halaman Alamat Url Tanggal Unduh : Vol 08 No 03: 121-129 : http://jurnal.ugm.ac.id/index.php/jmpk/art icle/viewFile/2927/2646 : 14 Desember 2014 Ringkasan Saat ini, kemiskinan selalu diidentikkan dengan masalah perekonomian. Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa kemiskinan tidak hanya menyangkut aspek ekonomi saja. Kemiskinan merupakan suatu hal yang dapat dilihat secara multidimensional yang erat kaitannya dengan dimensi lain seperti dimensi sosial, budaya, sosial politik, lingkungan (alam dan geografis), kesehatan, pendidikan, agama, dan budi pekerti. Chambers (dalam Nasikun) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept yang memiliki lima dimensi, yaitu: 1) kemiskinan (proper), 2) ketidakberdayaan (powerless), 3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of emergency), 4) ketergantungan (dependence), dan 5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun sosiologis. Nasikun (2001) dalam Suryawati (2005) membagi kemiskinan ke dalam empat tipe yaitu: a. Kemiskinan Absolut, pengkategorian kemiskinan ini jika pendapatan seseorang di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. b. Kemiskinan Relatif, disebabkan oleh pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan. c. Kemiskinan Kultural, disebabkan oleh faktor budaya yang melekat dalam diri seseorang seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar. d. Kemiskinan Struktural, situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan. Tulisan dalam jurnal ini tidak hanya menyoroti kemiskinan dari dimensi ekonomi, melainkan dari dimensi lainnya yaitu dimensi sosial, budaya, sosial politik, lingkungan (alam dan geografis), kesehatan, pendidikan, agama, dan budi pekerti. Kemiskinan dalam dimensi ekonomi menekankan pada tidak terpenuhi kebutuhan pokok mininmu seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Selain itu juga dikarenakan oleh kekurangan sumberdaya yang dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan. Ciri-ciri kelompok (penduduk) miskin yaitu: 1) rata-rata tidak mempunyai faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, peralatan kerja, dan keterampilan, 2) mempunyai tingkat pendidikan yang rendah, 3) kebanyakan bekerja atau berusaha sendiri dan bersifat usaha kecil (sektor informal), setengah menganggur atau menganggur (tidak bekerja), 4) kebanyakan berada di pedesaan atau daerah tertentu perkotaan (slum area), dan 5) kurangnya kesempatan untuk memperoleh (dalam jumlah yang cukup): bahan kebutuhan pokok, pakaian, perumahan, fasilitas kesehatan, air minum, pendidikan, angkutan, fasilitas komunikasi, dan kesejahteraan sosial lainnya. Kemiskinan dalam dimensi ekonomi paling mudah untuk diamati, diukur, dan diperbandingkan. 22 Salim (1980) seperti dikutip oleh Suryawati (2005) menjelaskan terdapat beberapa metode pengukuran tingkat kemiskinan yang dikembangkan di Indonesia, yaitu: a. Biro Pusat Statistik (BPS): tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah rupiah konsumsi berupa makanan yaitu kurang dari 2100 kalori per orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada di lapisan bawah), dan konsumsi nonmakanan (dari 45 jenis komoditi makanan sesuai kesepakatan nasional dan tidak dibedakan antara wilayah pedesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan 2100 kalori ini berlaku untuk susunan umur, jenis kelamin, dan perkiraan tingkat kegiatan fisik, berat badan, serta perkiraan status fisiologis penduduk. b. Sayogyo: tingkat kemiskinan didasarkan jumlah rupiah pengeluaran rumah tangga yang disetarakan dengan jumlah kilogram konsumsi beras per orang per tahun dan dibagi wilayah pedesaan dan perkotaan. c. Bank Dunia: Bank Dunia mengukur garis kemiskinan berdasarkan pada pendapatan seseorang kurang dari US$1 per hari (setara Rp8.500,00 per hari) d. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Analisis Jurnal ini menjelaskan beragam konsep dan teori mengenai kemiskinan dari berbagai ahli. Selain itu jurnal ini juga memaparkan bahwa kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang bersifat multidimensional yang dapat dilihat dari beberapa dimensi yaitu: kemiskinan, ketidakberdayaan, kerentanan menghadapi situasi darurat, ketergantungan dan keterasingan. Namun sayangnya dalam jurnal ini tidak dilengkapi dengan berbagai contoh studi kasus untuk memperkuat konsep dan teori yang digunakan. Selain itu, jurnal ini juga memudahkan penulis untuk mengaitkan konsep kemiskinan yang akan digunakan untuk penelitian selanjutnya. Fokus dimensi kemiskinan yang akan penulis gunakan untuk studi pustaka ini adalah dimensi ekonomi. RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Corporate Social Responsibility Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan suatu konsep bahwa organisasi khususnya perusahaan memiliki tanggung jawab terhadap pemegang saham, karyawan, konsumen, masyarakat dan lingkungan yang berkaitan dengan operasional perusahaan (Mulyadi, et.al 2013). Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) memiliki beberapa definisi yang dikemukakan oleh banyak ahli. Definisi CSR berasal dari konsep dan pemikiran yang dicetuskan oleh John Elkington (1997) dalam bukunya yang berjudul “Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of Twentieth Century Business”, dimana dalam buku tersebut Elkington mengemukakan konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang menerangkan bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar profit/keuntungan ekonomis sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif bagi people (masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Wibisono, 2007). Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam penelitian yang dilakukan Rosyida dan Nasdian (2011). Menurut ISO 26000 dalam Suharto (2008), CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat, mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh. G.R Steiner-Miner (Djaslim Saladin, 2004:157) dikutip oleh Mulyadi et.al (2012) memandang tanggungjawab sosial dari dua sudut yaitu: (1) Sudut pandang konseptual : bahwa para usahawan seyogyanya mempertimbangkan kepentingan sosial masyarakat dalam pengambilan keputusan mereka. (2) Program sosial perusahaan spesifik : perusahaan perlu membuat program spesifik yang mungkin dapat ditempuh perusahaan. Menurut Wibisono (2007) seperti dikutip oleh Rosyida dan Nasdian (2011) mengemukakan perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut: a. Tahap Perencanaan: Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun, CSR manual, dilakukan melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif, dan efisien. b. Tahap Pelaksanaan: Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk 24 menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan, pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. c. Tahap Pemantauan dan Evaluasi: Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi. d. Tahap Pelaporan: Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan dapat memberikan banyak manfaat bagi pembentukan citra perusahaan, meningkatkan kepercayaan dan kesejahteraan masyarakat maupun bagi penanam saham dan lingkungan sekitar perusahaan beroperasi. Saat ini sudah dapat banyak ditemui para ahli yang mendefinisikan CSR. Namun sayangnya, tidak jarang juga ditemui penyamaan definisi antara CSR dengan CD, padahal antara CSR dan CD sangatlah berbeda. CD lebih berfokus dan menyasar kelompok masyarakat yang spesifik, yaitu mereka yang mengalami masalah. Sedangkan CSR mempunyai cakupan yang lebih luas, yaitu terhadap seluruh pemangku kepentingan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa CD merupakan bagian dari CSR dan CSR merupakan bagian yang sangat berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan. Efektivitas Indikator keberhasilan adalah suatu hal yang sangat penting untuk setiap pelaksanaan program CSR. Hal ini dibutuhkan untuk mengetahui kinerja program yang sudah terlaksana. Dengan adanya indikator keberhasilan, perusahaan dapat melakukan evaluasi untuk menyiapkan rencana strategis selanjutnya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kinerja dari program sebelumnya. Dalam upaya pengembangan masyarakat, terdapat ciri-ciri atau indikator yang menunjukkan terjadinya upaya pengembangan masyarakat seperti yang diungkapkan oleh Chaskin (2001) seperti dikutip oleh Saputro (2010), yaitu: a sense of community (rasa memiliki terhadap komunitas); a level of commitment (tingkat komitmen); the ability to solve problems (kemampuan untuk memecahkan masalah); dan access to resources (akses kepada sumber daya). Salah satu contoh penerapan indikator ini adalah pada penerapan CSR PT. Telkom yang menekankan pada penggunaan indikator ketiga, yaitu access to resources (akses kepada sumber daya) terutama setelah tidak adanya intervensi program dari PT Telkom. Sumber daya merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan kapasitas masyarakat (Saputro 2010). Chaskin (1999) seperti dikutip oleh Saputro (2010) berpendapat bahwa terdapat dua penekanan yang harus diperhatikan pada indikator ini yakni : (1) penggunaan sumber daya dapat diperoleh baik dari dalam komunitas (internal) maupun dari luar komunitas (eksternal); dan (2) akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan oleh komunitas itu sangat beragam. Karena karaktersitiknya yang berbeda tersebut, maka perolehan sumber daya komunitas dapat dipandang dalam perspektif yang luas maupun secara lebih sempit. Supriadinata (2013) dalam penelitiannya pada PT. Pertamina Unit TBB Depot Ende menggunakan beberapa indikator untuk menilai efektivitas suatu program CSR. Indikator penilaian tersebut antara lain adalah Efectivity (manfaat), relevance 25 (kesesuaian), sustainability (keberlanjutan), impact (dampak), dan empowerment (pemberdayaan). Pengukuran dan penerapan indikator keberhasilan menjadi penting sebagai salah satu alat untuk mengukur efektivitas keberhasilan program. Namun sayangnya tidak sedikit perusahaan yang belum menerapkan indikator untuk mengukur keberhasilan program CSR yang diterapkan. Seperti penelitian yang ditemukan oleh Supriadinata (2013) pada PT. Pertamina Unit Pemasaran TBBM Depot Ende yang masih belum memiliki cara pengukuran yang dapat mengetahui apakah kegiatan yang dilaksanaan memiliki manfaat sesuai dengan tujuan kegiatan dan telah tercapai dalam pelaksanaannya. TBBM Depot Ende hanya berpedoman pada pelaporan realisasi kegiatan kepada pusat atas terlaksananya program kegiatan. Dengan tidak adanya pengukuran yang dilakukan oleh TBBM, pelaporan keberhasilan juga tidak dimiliki oleh TBBM Depot Ende. Padahal pengukuran dan pelaporan yang jelas dapat dijadikan sebagai salah satu informasi yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi untuk pelaksanaan program berikutnya. Hal lain yang dapat digunakan untuk melihat efektivitas keberhasilan suatu program CSR adalah dengan menggunakan kriteria evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk melihat hal apa yang belum tercapai dari suatu tujuan dan sasaran program. Sehingga dapat dibuat suatu kebijakan baru atau strategi baru untuk meningkatkan kinerja program CSR sehingga program yang dijalankan berikutnya dapat lebih efektif. Partisipasi Arnstein (1969) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat (citzen participation is citizen power) yaitu mendefinisikan strategi partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat atau pemerintah. Arnstein juga menjelaskan ada delapan atau tingkatan partisipasi masyarakat, yaitu: 1. Manipulation (Manipulasi) Dengan mengatasnamakan partisipasi, masyarakat diikutkan sebagai “stempel karet” dalam bentuk penasihat. Tujuannya adalah untuk dipakau sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh penguasa. 2. Therapy (Terapi) Pada tingkat terapi atau pengobatan ini, pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan jiwa. Mereka menganggap ketidakberdayaan sebagai penyakit mental. Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaan, mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai sekelompok orang yang memerlukan pengobatan. Meskipun masyarakat dilibatkan dalam berbagai kegiatan namun pada dasarnya kegiatan tersebut bertujuan untuk menghilangkan lukanya dan bukan enemukan penyebab luka. 3. Informing (Menginformasikan) Dengan memberi informasi kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab, dan pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat. Namun seringkali pemberian informasi dari penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat satu arah. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik dan tidak 26 4. 5. 6. 7. 8. memiliki kekuatan untuk negoisasi. Apalagi ketika informasi disampaikan pada akhir perencanaan, masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mempengaruhi program. Komunikasi satu arah ini biasanya dengan menggunakan media pemberitahuan pamflet dan poster. Concultation (Konsultasi) Meminta pendapat merupakan salah satu langkah logis menuju partisipasi penuh. Namun konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang sering digunakan dalam tingkat ini adalah jajak pendapat, pertemuan warga dan dengar pendapat. Jika pemegang kekuasaan membatasi ususlan masyarakat, maka kegiatn tersebut hanyalah partisipasi palsu. Partisipasi masyarakat diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga seberapa banyak kuisioner dijawab. Placation (Menenangkan) Pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan atau mengusulkan rencana akan tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan. Partnership (Kemitraan) Pada tingkatan ini kekuasaan disalurkan melalui negoisasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Masyarakat sepakat untuk sama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak mengalami perubahan secara sepihak. Kemitraan berjalan efektif bila dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpin bertanggung jawab, masyarakat mampu membayar honor yang cukup tinggi bagi pemimpinnya serta adanya sumber dana untuk menyewa teknisi,pengacar dan organisator masyarakat. Delegated Power (Pendelegasian Kekuasaan) Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah bisa mengakibatkan terjadinya dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Pada tingkat ini masyarakat menduduki mayoritas kursi, sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Selain itu masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas program tersebut. Citizen Control (Kontrol Masyarakat) Pada tingkat ini masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga yang akan mengadakan perubahan. Dengan demikian, masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk memperoleh bantuanatau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga. Berdasarkan kedelapan tangga tersebut, Arnstein (1969) mengelompokkannya lagi menjadi tiga tingkat berdasarkan pembagian kekuasaan, yaitu: (1) Non-partisipasi, (2) Tokenisme, (3) Kekuatan warga negara (Citizen Power). Tangga pertama (Manipulation) dan kedua (Therapy) termasuk ke dalam tingkatan non-partispasi atau 27 tidak ada partisipasi. Tangga ketiga (Informing), keempat (Concultation), dan kelima (Placation) termasuk ke dlam tingkat tokenisme atau sekedar justifikasi masyarakat mengiyakan. Selanjutnya pada tangga keenam (Partnership), ketujuh (Delegated Power), keelapan (Citizen Control) termasuk kedalam tingkat citizen power dimana masyarakat telah memiliki kekuasaan. Rosyida dan Nasdian (2011) menyatakan bahwa pengukuran tingkat partisipasi dilakukan berdasarkan keterlibatan anggota kelompok simpan pinjam terhadap kegiatan dalam tahapan penyelenggaraan program yang dilaksanakan, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi maupun tahap pelaporan. Manfaat Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Wibisono (2007) seperti yang dikutip oleh Wijayanti (2011) Beberapa manfaat penerapan tanggung jawab sosial bagi perusahaan dapat diidentifikasi diantaranya: 1. Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan 2. Mendapatkan lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk terus dapat beroperasi 3. Mereduksi resiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang harmonis dengan para stakeholders perusahaan 4. Melebarkan akses terhadap sumberdaya 5. Membentangkan akses menuju market 6. Mereduksi biaya, misal dengan upaya mengurangi limbah melalui proses daur ulang ke dalam siklus produksi 7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders 8. Memperbaiki hubungan dengan regulator 9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan dan 10. Peluang mendapatkan penghargaan. Regovsky (2000) dalam wibisono (2007) seperti yang dikutip oleh Wijayanti (2011) menyusun sebuah tabel tentang keterlibatan komunitas-perusahaan sebagai berikut: Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Komunitas-Perusahaan Komunitas pada Perusahaan Perusahaan pada Komunitas - Reputasi dan citra yang lebih baik - Peluang penciptaan kesempatan - Lisensi untuk beroperasi secara kerja, pengalaman kerja dan sosial pelatihan pendanaan - Bisa memanfaatkan pengetahuan - Pendanaan investasi komunitas, dan tenaga kerja lokal pengembangan infrastruktur - Keamanan yang lebih besar - Keahlian komersial - Infrastruktur dan lingkungan - Kompetisi teknis dan personal sosial-ekonomi yang lebih baik individual pekerja yang terlibat - Menarik dan menjaga personel - Representatif bisnis sebagai jurus yang kompeten untuk memiliki promosi bagi prakarsa-prakarsa komitmen yang tinggi komunitas - Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa dan mungkin pelanggan lokal yang bermutu - Laboratorium pembelajaran untuk inovasi 28 Kemiskinan Peran sektor bisnis dalam turut mengentaskan kemiskinan di Indonesia sangat kuat alasannya, baik dilihat dari aspek moral, legal, sosial bahkan secara bisnis untuk kepentingan korporasi itu sendiri. Kemiskinan secara lebih operasional sangat menitikberatkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dan kekurangan akses pelayanan sosial pada aspek ekonomi, pendidikan, dan kesehatan, serta secara sosial kegiatan bermasyarakat (Prayogo dan Hilarius 2012). Menurut Kumalasari (2012) kemiskinan dapat dilihat dari terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan lemahnya mutu layanan kesehatan dan pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya layanan perumahan, sanitasi dan air bersih, terbatasnya akses terhadap tanah dan sumberdaya alam, serta lemahnya partisipasi dan jaminan rasa aman. Nasikun (2001) dalam Suryawati (2005) membagi kemiskinan ke dalam empat tipe yaitu: a. Kemiskinan Absolut, pengkategorian kemiskinan ini jika pendapatan seseorang di bawah garis kemiskinan atau tidak cukup untuk memenuhi pangan, sandang, kesehatan, perumahan, dan pendidikan yang diperlukan untuk bisa hidup dan bekerja. b. Kemiskinan Relatif, disebabkan oleh pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat, sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan. c. Kemiskinan Kultural, disebabkan oleh faktr budaya yang melekat dalam diri seseorang seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar. d. Kemiskinan Struktural, situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan. Dawam Raharjo dalam Jamasy (2004) membuat kesimpulan tentang faktor penyebab kemiskinan di Indonesia, menyebutkan ada tujuh faktor penyebab yang satu sama lain saling terkait, yakni: pertama kemiskinan disebabkan oleh kesempatan kerja (miskin karena menganggur atau tidak mempunyai pekerjaan); kedua, upah gaji dibawah standar minimum. Alternatif aksi pemberdayaan melalui peningkatan tingkat upah; ketiga, produktivitas kerja rendah. Cara mengatasinya antara lain dengan meningkatkan produktivitas kerja; keempat, ketiadaan aset (kemiskinan terjadi karena tidak memiliki aet, misalnya pada bidang pertanian petani tidak memiliki lahan atau tidak mempunyai kesempatan untuk mengolah lahan pertanian); kelima diskriminasi, misalnya diskriminasi karena jenis kelamin dan kelas sosial masyarakat; keenam, tekanan harga (bisanya berlangsung pada petani kecil atau pengrajin dalam industri rumah tangga; dan ketujuh, penjualan tanah (tanah yang potensi untuk masa depan kehidupan keluarga telah habis dijual). Nasikun (2001) seperti dikutip oleh Suryawati (2005) menjelaskan penyebab kemiskinan di masyarakat khususnya di pedesaan disebabkan oleh keterbatasan aset yang dimiliki, yaitu: a. Natural assets: seperti tanah dan air, karena sebagian besar masyarakat desa hanya menguasai lahan yang kurang memadai untuk mata pencahariannya. b. Human assets: menyangkut kualitas sumber daya manusia yang relatif masih rendah dibandingkan masyarakat perkotaan (tingkat pendidikan, pengetahuan, keterampilan maupun tingkat kesehatan dan penguasaan teknologi). 29 c. Physical assets: minimnya akses ke infrastruktur dan fasilitas umum seperti jaringan jalan, listrik, dan komunikasi di pedesaan. d. Financial assets: berupa tabungan (saving), serta akses untuk memperoleh modal usaha. e. Social assets: berupa jaringan, kontak dan pengaruh politik, dalam hal ini kekuatan bargaining position dalam pengambilan keputusan-keputusan politik. Konsep kemiskinan yang akan penulis gunakan dalam studi pustaka ini adalah konsep kemiskinan struktural. Hal ini dikarenakan minimnya akses yang dimiliki oleh warga di sekitar perusahaan. Selain itu, penggunaan konsep ini juga disesuaikan dengan penyebab kemiskinan yang terjadi yaitu Physical Assets dan Financial Assets dimana warga sekitar perusahaan menjadi miskin dikarenakan minimnya perolehan akses yang dimiliki oleh warga. Klasifikasi rumah tangga miskin (RTM) di pedesaan juga menjadi hal yang penting dilakukan oleh suatu perusahaan dalam menjalankan program CSR nya. Hal ini dibutuhkan karena dengan adanya klasifikasi RTM ini membuat rencana program pengentasan kemiskinan lebih tepat sasaran. Adapun klasifikasi RTM berdasarkan keadaan kemiskinan yang dikemukakan oleh Melina et,al (tidak ada tahun) adalah Sangat Miskin, Miskin, dan Mendekati Miskin. Penilaian yang dilakukan untuk mengklasifikasikan RTM ini adalah melalui 14 variabel sesuai dengan PPLS 08 (Program Perlindungan Sosial tahun 2008) dengan keterangan jika dari 14 variabel tersebut terdapat 14 variabel yang memenuhi, maka kategorinya sangat miskin dan jika 11-13 kategorinya miskin dan jika hanya 9-10 variabel maka kategorinya hampir miskin. Dalam hal penanggulangan kemiskinan, Huraerah (2008, h.175) seperti dikutip oleh Melina et,al (2014) mengungkapkan beberapa strategi yang harus dilakukan untuk menanggulangi kemiskinan, diantaranya sebagai berikut: 1. Karena kemiskinan bersifat multi-dimensional, program pengentasan kemiskinan seyogyanya juga tidak hanya memperioritaskan aspek ekonomi tetapi memperhatikan dimensi lain. Dengan kata lain, pemenuhan kebutuhan pokok memang perlu mendapat prioritas, namun juga harus mengejar target mengatasi kemiskinan non-ekonomik. Oleh karena itu, strategi pengentasan kemiskinan hendaknya juga diarahkan untuk mengikis nilai-nilai budaya negatif seperti apatis, apolitis, fatalistik, ketidakberdayaan, dan seba-gainya. Apabila budaya ini tidak dihilangkan, kemiskinan ekonomi akan sulit untuk ditanggulangi. Selain itu, langkah pengentasan kemiskinan yang efektif harus pula mengatasi hambatan-hambatan yang sifatnya struktural dan politis. 2. Untuk meningkatkan kemampuan dan mendorong produktivitas, strategi yang dipilih adalah peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin untuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan kesehatan dan pendidikan, peningkatan keterampilan usaha, teknologi, perluasan jaringan kerja (networking) serta informasi pasar. 3. Melibatkan masyarakat miskin dalam keseluruhan proses penanggulangan kemiskinan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi, bahkan pada proses pengambilan keputusan. 4. Strategi Pemberdayaan yakni memberdayakan masyarakat itu sendiri. 30 Efektivitas Program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Pengentasan Kemiskinan Pembuatan indikator untuk mengukur efektivitas program CSR menjadi sangat penting dilakukan oleh suatu perusahaan yang menjalankan program CSR. Prayogo dan Hilarius (2012) dalam penelitiannya mengemukakan terdapat enam aspek yang dapat digunakan untuk mengukur efektivitas program CSR. Enam aspek ini (kesesuaian, manfaat, keberlanjutan, dampak, pemberdayaan, dan partisipasi) merupakan indikator pengentasan kemiskinan dalam kerangka CSR/CD yang dilakukan oleh perusahaan. Artinya, seberapa besar manfaat dapat dirasakan oleh pemanfaat, maka tingkat kemiskinan akan semakin berkurang (arah hubungan negatif ). Hal ini tentunya juga berhubungan dengan aspek-aspek di dalam definisi kemiskinan (dalam hal ini aspek yang dimaksud adalah pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan infrastruktur) dan berbagai program yang dilakukan oleh CSR/CD korporasi. Pengukuran efektivitas CSR/CD terhadap pengurangan kemiskinan dapat dilihat melalui indeksasi terhadap program yang sudah dilaksanakan korporasi tersebut kepada pemanfaat dan juga penilaian oleh pihak ketiga (penulis). Implementasi program CSR/CD menggunakan beragam variabel untuk menggambarkan dan mengukur tingkat keberhasilan program. Pada konteks ini, program CSR/CD korporasi harus dilihat sebagai sebuah proses dalam pengertian bagaimana korporasi berpartisipasi dalam pembangunan lokal. Variabel-variabel proses dalam implementasi program lebih banyak digunakan selain variabel output. Variabel proses yang digunakan dalam penelitian Prayogo dan Hilarius (2012) adalah: (1) efectivity (manfaat), (2) relevance (kesesuaian), (3) sustainability (keberlanjutan), (4) impact (dampak), dan (5) empowerment (pemberdayaan). Kelima variabel ini digunakan sebagai model peran korporasi dalam upaya pengentasan kemiskinan melalui program CSR/CD. Selanjutnya, model variabel pengentasan kemiskinan ini akan diimplementasikan ke dalam cakupan substansi menurut definisi kemiskinan, yakni ekonomi, kesehatan, pendidikan, atau infrastruktur sebagaimana telah dikerjakan melalui program CSR/CD. SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Kemiskinan masih menjadi salah satu masalah yang belum terselesaikan di Indonesia. Kemiskinan merupakan suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Perusahaan memiliki peranan penting dalam upaya pembangunan berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu upaya yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan adalah dengan menerapkan program CSR. Terdapat beberapa teori yang dapat digunakan untuk menganalisis fenomena kemiskinan yang terjadi, namun dalam penulisan studi pustaka ini penulis memfokuskan pada penggunaan teori kemiskinan struktural. Hal ini dikarenakan kondisi kemiskinan yang terjadi di sekitar wilayah suatu perusahaan beroperasi disebabkan karena minimnya akses masyarakat untuk memperoleh sumber daya. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tanggung jawab sosial perusahaan yang mencakup tanggung jawab kepada karyawan, pemegang saham, masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah perusahaan tersebut beroperasi. Perusahaan sebaiknya tidak hanya mementingkan kepentingan ekonomi saja tetapi juga harus memiliki kepedulian kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Saat ini CSR sedang menjadi sorotan bagi perusahaan yang ada di Indonesia. Hal ini dikarenakan sudah ada peraturan perundang-undangan yang mewajibkan perusahaan memiliki program CSR dalam rangka mewujudkan kepedulian sosial perusahaan kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kepedulian terhadap lingkungan. Namun sayangnya, saat ini belum banyak perusahaan yang menjalankan program CSR dengan efektif. Tidak sedikit ditemui perusahaan yang menjalankan kegiatan CSR hanya untuk menggugurkan kewajiban perusahaan terhadap Undang-undang yang sudah ditetapkan. Perusahaan memang turut berperan aktif dalam upaya pengentasan kemiskinan namun bukan sebagai aktor utama yang harus mengentaskan kemiskinan dalam skala nasional. Oleh karena itu pelaksanaan program CSR dibagi menjadi beberapa wilayah atau Ring, yaitu Ring 1 adalah wilayah yang terdekat dengan perusahaan beroperasi. Ring 2 adalah wilayah yang berada di luar ring 1 dan Ring 3 adalah wilayah di luar Ring 1 dan Ring 2. Penetapan Ring ini juga menjadi batasan tanggung jawab perusahaan dalam menajalankan program CSR. Agar pelaksanaan CSR tidak hanya sebagai upaya untuk menggugurkan kewajiban, maka diperlukan tahapan-tahapan yang dapat dilakukan agar pelaksanaan program CSR dapat berjalan lebih efektif. Tahapantahapan implementasi CSR adalah Tahap Perencanaan, Tahap Pelaksanaan, Tahap Pemantauan dan evaluasi, serta Tahap Pelaporan. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, dengan penerapan tahapan ini dapat membantu perusahaan melaksanakan program CSR secara lebih efektif. Efektivitas program CSR dalam pengentasan kemiskinan setiap perusahaan berbeda-beda. Efektivitas program CSR dapat dinilai melalui beberapa aspek yaitu aspek manfaat, keberlanjutan, dampak, kesesuaian, pemberdayaan dan partisipasi. Artinya, seberapa besar manfaat dapat dirasakan oleh pemanfaat, maka tingkat kemiskinan akan semakin berkurang (arah hubungan negatif). Hal ini tentunya juga berhubungan dengan aspek-aspek di dalam definisi kemiskinan (dalam hal ini aspek yang dimaksud adalah pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan infrastruktur) dan berbagai program yang dilakukan oleh CSR. 32 Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Berdasarkan analisis, sintesis, serta kesimpulan yang telah dibuat, maka dapat dibuat pertanyaan penelitian yang akan dijadikan dasar pada penelitian selanjutnya, pertanyaan tersebut diantaranya adalah : 1. Bagaimanakah tingkat kemiskinan masyarakat Desa Y? 2. Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan program CSR PT X ? 3. Bagaimanakah hubungan tingkat partisipasi dan tingkat manfaat program dalam mempengaruhi tingkat efektivitas program CSR PT X? 4. Bagaimanakah hubungan antara efektivitas pelaksanaan program CSR terhadap kemampuannya untuk mengatasi kemiskinan di Desa Y? Usulan Kerangka Analisis Baru Menurut Supriadinata (2013) keberhasilan CSR dapat dinilai dari beberapa indikator yaitu partisipasi, kesesuaian, keberlanjutan, dampak, pemberdayaan, dan manfaat. Dalam penulisan studi pustaka ini tingkat partisipasi dan tingkat manfaat program yang dirasakan masyarakat menjadi variabel yang berdiri sendiri dan dapat mempengaruhi efektivitas program CSR. Hal ini dikarenakan, dengan tingginya tingkat partisipasi masyarakat dan tingginya tingkat manfaat yang akan diterima masyarakat akan membuat program CSR akan lebih berjalan efektif. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan CSR yang akan digunakan adalah aspek kesesuaian program dengan kebutuhan masyarakat, keberlanjutan program, dampak pelaksanaan CSR, dan upaya pemberdayaan masyarakat. Jika masing-masing indikator memiliki nilai yang tinggi dapat dikatakan bahwa pelaksanaan program CSR sudah berjalan efektif. Menurut Kumalasari (2012) kemiskinan dapat dilihat dari terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya akses dan lemahnya mutu layanan kesehatan dan pendidikan, terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha, terbatasnya layanan perumahan, sanitasi dan air bersih, terbatasnya akses terhadap tanah dan sumberdaya alam, serta lemahnya partisipasi dan jaminan rasa aman. Dalam pembuatan kerangka pemikiran baru dalam penulisan studi pustaka ini penulis memilih tiga aspek yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kemiskinan yaitu dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan tingkat kesempatan memperoleh kerja dan berusaha. Semakin tinggi efektivitas program CSR, maka semakin rendah juga tingkat kemiskinan yang terjadi di wilayah dekat perusahaan beroperasi. 33 - Tingkat Partisipasi Tingkat Manfaat Tingkat Efektivitas CSR: - Kesesuian Program dengan kebutuhan masyrakat - Keberlanjutan program - Dampak pelaksanaan CSR - Upaya pemberdayaan masyarakat Tingkat Kemiskinan: - Tingkat Pendapatan - Tingkat Pendidikan - Tingkat kesempatan memperoleh kerja dan berusaha Gambar 1.Kerangka Pemikiran : Mempengaruhi DAFTAR PUSTAKA Arnstein SR.1969. A ladder of citizenparticipation. JAPA. [Internet]. [Diunduh 2014 Desember 14]. Dapat diunduh di https://www.planning.org/pas/memo/2007/mar/pdf/JAPA35No4.pdf [BPS]. Badan Pusat Statistik. 2014. Jumlah Penduduk Indonesia. [Internet]. [diakses pada 2015 Januari 05]. Dapat diakses di http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&id_subyek=12 Jamasy O. 2004. Keadilan, Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta [ID]: Belantika Kumalasari I. 2012. Efektivitas CSR Job Pertamina-Petrochina East Java dan Mobile Cepu Limited di Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Politik Indonesia. [Internet]. [Diunduh 2014 September 25]; 1 (1). Dapat diunduh di http://www.journal.unair.ac.id/filerPDF/17-25%20Iva%20kumalasari.pdf Mahyuningrum Y, Noor I, dan Wachid A. 2011. Pengaruh Program Corporate Social Responsibility Terhadap Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat. Studi pada Implementasi CSR PT. Amerta Indah Otsuka Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan. Jurnal Administrasi Publik. [Internet]. [Diunduh 2014 September 28]; 5(1): 109-115. Dapat diunduh di http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/340 Mapisangka A.2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat. JESP. [Internet]. [Diunduh 2014 September 2014]; 1(1). Dapat diunduh di http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/ANDI_M-CSR.pdf Melina ES, Pratiwi RN, dan Hadi M. 2014. Implementasi Kebijakan Program Peningkatan Kebijakan Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) di Kabupaten Malang. Studi pada Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Jurnal Administrasi Publik. [Internet]. [Diunduh 2014 September 28]; 1(5): 872-880. Dapat diunduh di http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jap/article/view/155/ 138 Mulyadi D, Hersona S, dan May LD. 2012. Analisis Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Pertamina Gas Area JBB Distrik Cilamaya bagi Masyarakat. Jurnal Manajemen. [Internet]. [Diunduh 2014 September 28]; 9(4). Dapat diunduh di http://jurnal.feunsika.ac.id/wpcontent/uploads/2013/05/ANALISIS-PELAKSANAAN-CORPORATESOCIAL-RESPONSIBILITY-CSR.pdf Prayogo D, Hilarius Y. 2012. Efektivitas Program CSR/CD dalam Pengentasan Kemiskinan, Studi Peran Perusahaan Geotermal di Jawa Barat. Jurnal Sosiologi Masyarakat. [Internet]. [Diunduh 2014 September 11]; 17(1): 1-22. Dapat diunduh di http://labsosio.org/data/documents/vol_17_no_1_januari_2012.pdf Rosyida I, Nasdian FT. 2011. Partisipsi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya terhadap Komunitas Pedesaan. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia. [Internet]. [Diunduh 2014 35 September 28]; 05(01): 51-70. Dapat diunduh di http://202.124.205.111/index.php/sodality/article/viewArticle/5832 Saputro NS. 20110. Dampak Kegiatan Corporate Sosial Responsibility (CSR) PT. Telkom Terhadap Kemampuan Masyarakat Dalam Mengakses Sumber Daya Di Kawasan Punclut Bandung. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. [Internet]. [Diunduh 2014 September 28]; 21(02): 129-146. Dapat diunduh di http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wp-content/uploads/2014/01/06-jurnal-9nurantono.pdf Supriadinata W. 2013. Analisis Efektivitas Corporate Social Responsibility (CSR) dalam Menyelesaikan Masalah Sosial Lingkungan Perusahaan. Studi kasus PT Pertamina (Persero) Unit Pemasaran TBBM Depot Ende. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. [Internet]. [Diunduh 2014 September 14]; 2(1). Dapat diunduh di http://download.portalgaruda.org/article.php?article=119337&val=5455 Suryawati C. 2005. Memahami Kemiskinan Secara Multidimensional. JMPK. [Internet]. [Diunduh 2014 Desember 14]; 08(03): 121-129. Dapat diunduh di http://jurnal.ugm.ac.id/index.php/jmpk/article/viewFile/2927/2646 Undang-Undang no 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. [Internet]. [diakses pada Desember 2014]. Dapat diunduh di http://prokum.esdm.go.id/uu/2007/uu-402007.pdf Undang-Undang no 5 Tahun 1985. [Internet]. [diakses pada Desember 2014]. Dapat diakses di http://gaikindo.or.id/download/industry-policies/a-kebijakan-depperindustrian/01-UU-No5-tahun-1984.pdf Yulianti D. 2013. Efektivitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (Persero) Lampung. Suatu Evaluasi atas Program CSR. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan. [Internet]. [Diunduh 2014 September 25]; 2 (1). Dapat diunduh di http://publikasi.fisip.unila.ac.id/index.php/administratio/article/view/112 LAMPIRAN Tabel 1. Hasil Sintesis berbagai Sumber Data Sekunder No 1. Penulis (tahun) Dody Prayogo dan Yosef Hilarius (2012) Program CSR Tidak disebutkan Metode dan Responden Metode kuantitatif (positivistik dedukatif) Perusahaan : dan Perusahaan Geotermal Lokasi : Jawa Barat Konsep/ Teori Efektivitas CSR dan Pengembangan Masyarakat Efektivitas: Manfaat, Kesesuaian, Keberlanjutan, Dampak dan Pemberdayaan Responden : 400 orang penerima program CSR 2. Wahyu Supriadinata (2013) Peningkatan kualitas pendidikan, pemberdayaan kesehatan, peningkatan kualitas hidup, air bersih dan pengembangan hubungan dan peningkatan kepercayaan Metode : Deskriptif Pendekatan: Kualitatif Responden: tidak disebutkan PT. Pertamina Unit Pemasaran TBBM Depot Ende John Elkington dalam Swasembada (2010) dikutip oleh Supriadinata (2013): Tripple Bottom Line: People, Planet, Profit Konsep/Teori Kemiskinan Hasil Penelitian Kurangnya akses pelayanan masyarakat pada aspek ekonomi, pendidikan dan kesehatan serta secara sosial kegiatan bermasyarakat Pelaksanaan program CSR dengan menggunakan pendekatan bottom up dan participatory menyebabkan tingginya tingkat kesesuaian program pada masyarakat. aspek penilaian efektivitas juga membantu dalam mengukur keberhasilan program dalam pengentasan kemiskinan. Program yang direncanakan dan diimplementasikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. namun TBBM Depot Ende tidak memiliki cara pengukuran yang dappat mengetahui apakah kegiatan tersebut memiliki manfaat yang sesuai dengan tujuan kegiatan dan telah tercapai dalam pelaksanaannya. Tidak disebutkan 37 3. Andi Mapisangka (2009) Layanan publik di bidang kesehatan, keagamaan dan pendidikan, serta ekonomi Metode : deskriptif analitik Pendekatan: cross sectional Responden : 222 orang PT. Batamindo Investement Cakrawala (PT. BIC), Batam Kepulauan Riau 4. Iva Kumalasari (2012) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan Tidak disebutkan PertaminaPetrochina East Java dan Mobile Cepu Limited di Kabupaten Bojonegoro 5. Devi Yulianti (2013) Program Kemitraan dengan Usaha kecil dan program bina lingkungan (peduli Metode : kualitatif deskriptif interpretatif Pendekatan: kualitatif Responden: tidak PTPN VII (Persero) Lampung Variabel untuk menjelaskan peningkatan kesejahteraan masyarakat: Corporate Social Responsibility Goal, Corporate Social Responsibility Issue, dan Corporate Social Relation Program Tahapan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat: Tahap Seleksi lokasi, tahap sosialisasi pemberdayaan masyarakat, tahap pemberdayaan masyarakat (kajian pedesaan partisipatif, pengembangan kelompok, penyusunan rencana dan pelaksanaan kegiatan, monitoring dan evaluasi partisipatif), serta tahap pemandirian masyarakat Efektivitas menurut Dunn (2003:610) dikutip oleh Yulianti (2013): mengukur hasil yang diinginkan, efisiensi untuk mengetahui seberapa Tidak disebutkan Terbatasnya: - kecukupan dan mutu pangan - akses dan lemahnya mutu layanan kesehatan dan pendidikan - kesempatan kerja dan berusaha - perumahan, sanitasi dan air bersih - akses terhadap tanah dan SDA - partisipasi dan jaminan rasa aman Tidak disebutkan Variabel yang digunakan dalam penelitian ini berdampak positif dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat namun variabel Corporate relation Program merupakan variabel yang paling berpengaruh diantara variabel lainnya. Kesalahan yang dilakukan salah satu perusahaan dalam penerapan prinsip CSR. Perusahaan cenderung mengeneralkan permasalahan da kebutuhan masyarakat. Dari tujuh program CSR yang diterapkan hanya tiga program yang dinilai sudah berjalan efektif yaitu peduli peduli kemitraan, peduli pendidikan dan peduli keagamaan yang 38 6. Dedi Mulyadi, Sonny Hersona dan Linda Devis May (2012) kemitraan, peduli bencana alam, peduli pendidikan, peduli kesehatan, peduli pembangunan, peduli keagamaan, dan peduli pelestarian lingkungan) mempermasalahk an dan menyebutkan jumlah tepat untuk responden Bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang lingkungan, bidang modal sosial, dan bidang ekonomi dan kewirausahaan Responden: orang 158 PT. Pertamina Gas Area JBB Distrik Cimalaya banyak usaha diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan, kecukupan untuk mengetahui seberapa jauh pencapaian hasil yang diinginkan memecahkan masalah, perataan untuk mengetahui apakah biaya dan manfaat didistribusikan dengan merata kepada kelompok tertentu, dan responsivitas. Efektivitas: Bermanfaat, Berkelanjutan, Dekat wilayah Operasi, serta Publikasi dan mendukung Proper. dilihat dari indikator pencapaian tujuan dan sasaran. Tidak disebutkan Pelaksanaa program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina Gas Area JBB Distrik Cilamaya telah dilakukan secara terorganisir artinya telah terencana dan terstruktur dengan baik. Namun pelaksanaa n CSR masih kurang maksimal karena belum dilakukan oleh bagian khusus untuk menangani program CSR, karena sampai saat ini pelaksanaan program CSR masih dilakukan oleh pekerja dari fungsi operasi. 39 7. Evi Silvia Melina, Ratih Nur Pratiwi, Minto Hadi (2014) Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat (PPKM) Penelitian Deskriptif, pendekatan kualitatif Desa Pandansari, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang Tidak disebutkan Penggolongan Rumah Tangga Miskin dengan tujuan agar dana program peningkatan keberdayaan masyarakat teralokasikan secara tepat sasaran, tepat tujuan, tepat perlakuan dan tepat waktu sebagai upaya peningkatan kesejahteraan dan kemandirian RTM (rumah tangga miskin) 8. Yuniarti Mahyuningru m, Irwan Noor, Abdul Wachid (2011) Program pendidikan, lingkungan hidup dan kesehatan Penelitian deskriptif dengan Pendekatan kuantitatif PT. Amerta Indah Otsuka, Desa Pacarkeling Kecamatan Kejayan, Kabupaten Pasuruan Konsep CSR terdiri dari variabel sosial, variabel ekonomi dan variabel lingkungan Pemberdayaan masyarakat dan kesejahteraan dilihat dari tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan masyarakat Nurantono Setyo Saputro (2010) Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. Telkom di Kawasan Punclut Bandung Chaskin (2001) dikutip Saputro (2010)Indikator pengembangan masyarakat: a sense of community, a level of commitment, the ability to solve problems, access to resources Tidak disebutkan 9. Responden : 97 orang Metode purposive sampling pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan CSR dari PT Telkom, yang terdiri dari: wakil PT Telkom di Terdapat faktor pendukung internal dalam melaksanakan PPKM meliputi pengurus UPKu memiliki kompetensi sesuai dengan kriteria program dan RTM memiliki kepercayaan terhadap pengurus UPKu. Faktor penghambat internal meliputi tidak ada dukungan dana dari Desa Pandansari dan tidak ada sanksi terhadap RTM yang memiliki tanggungan pinjaman modal dari UPKu. Adanya hubungan antara variabel sosial (x1), variabel ekonomi (x2) dan variabel lingkungan (x3) yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pemberdayaan masyarakat dilihat dari tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan masyarakat. Perencanaan dalam program dilakukan oleh PT. Telkom, namun untuk pelaksanaan selanjutnya dilakukan oleh masyarakat. 40 10. Isma Rosyida dan Fredian Tonny Nasdian (2011) Pembentukan Lembaga Keuangan Mikro syariah (LKMS) Kartini. 11. Chriswardani Suryawati (2005) Tidak disebutkan bidang CDC; fasilitator kegiatan; tokoh-tokoh petani; petani penerima bibit pohon mangga paling banyak saat kegiatan CSR PT Telkom; warga yang dianggap sebagai tokoh dan dihormati di masyarakat Pendekatan Kuantitatif didukung oleh kualitatif Responden: seluruh rumah tangga masyarakat yang menjadi anggota kelompok sebanyak 75 orang Tidak disebutkan Sukabumi dan Bogor Pengukuran tingkat partisipasi berdasarkan keterlibatan anggota dalam tahapan penyelenggaraan program yang dilasanakan, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, maupun tahap pelaporan. Dampak sosial ekonomi dilihat dari variabel tingkat pendapatan, tingkat pengeluaran, tingkat tabungan,dan tingkat taraf hidup. Anggota kelompok simpan pinjam tergolong berpartisipasi pada tipe pemberitahuan dan konsultasi. Masyarakat masih menjadi objek dari program dan belum menentukan sendiri permasalahan dan kebutuhan mereka. Tidak disebutkan Tidak disebutkan Kemiskinan memiliki lima dimensi: kemiskinan, ketidakberdayaan, kerentanan menghadapi situasi darurat, ketergantungan dan keterasingan. Jurnal ini lebih membahas konsep dan teori mengenai kemiskinan 41 Riwayat Hidup Nerissa Arviana lahir di Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 07 November 1993. Penulis lahir dari pasangan Arsyam dan Asnimar. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis yaitu SDN Bahagia 06 Bekasi pada tahun 1999-2005. Kemudian pada tahun 2005-2008, penulis bersekolah di SMPN 19 Bekasi dan pada tahun 2008-2011 penulis bersekolah di SMAN 10 Bekasi. Selanjutnya pada tahun 2011 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor pada Fakultas Ekologi Manusia dengan Program Studi Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) Undangan. Selama duduk di bangku kuliah hingga saat ini, selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, penulis juga pernah aktif pada Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (BEM FEMA 2012-2013) pada Divisi Sosial dan Lingkungan, pernah menjabat sebagai ketua Desa Mitra Mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia (SAMISAENA) pada tahun 20122013. Selain itu penulis juga aktif mengikuti kegitan kepanitiaan dan pengabdian masyarakat baik di dalam IPB maupun luar IPB.