What Happy Companies Know

advertisement
What Happy Companies Know
Dan Baker | Cathy Greenberg | Collins Hemingway
1. Pengantar dan Latar Belakang
Dasar dari suatu kesuksesan adalah kecintaan pada pekerjaan. Suatu
organisasi dapat menjadi sukses jika di dalamnya terdapat banyak motivasi.
Organisasi yang memiliki pemimpin yang tidak dapat memberikan semangat
kepada karyawannya tidak akan menjadi organisasi yang sukses. Tetapi justru
sebaliknya akan membawa kerugian yang tidak hanya dalam ekonomi, tetapi juga
kepercayaan masyarakat terhadap organisasi tersebut. Untuk itu, diperlukan suatu
cara untuk mengubah perilaku organisasi yang tidak menyenangkan tersebut.
Pemimpin yang baik bukan pemimpin yang hanya ingin meningkatkan
keuntungan, tetapi juga bermain dengan bersih dan bertindak positif sehingga
para karyawan bangga menjadi bagian darinya.
Dan Baker, Cathy Greenberg, dan Collins Hemingway menunjukkan
besarnya potensi bisnis yang muncul jika organisasi menggunakan pikiran
“kebahagiaan”. Menurut mereka, kebahagiaan adalah kedewasaan, pertimbangan,
dan pandangan positif yang dapat memberikan kepuasan diri. Kebahagiaan dapat
membuat organisasi memperbaiki aktivitas mereka menjadi lebih baik. Baker,
Greenber dan Hemingway mengemukakan bahwa kebahagiaan adalah bumbu
rahasia untuk kesuksesan organisasi.
What Happy Companies Know menggambarkan bagaimana perilaku
manusia dalam berbisnis, bagaimana perilaku tersebut dapat dirubah menjadi
lebih baik, dan bagaimana perilaku memimpin yang lebih baik dapat
meningkatkan keuntungan. Karya dari ketiga penulis ini menjelaskan bagaimana
menciptakan budaya korporasi yang penuh dengan motivasi dan kreativitas
dengan cara yang praktis. Happy companies bekerja dengan level kesadaran yang
tinggi sehingga menunjukkan adanya inovasi, kreativitas, dan struktur keuangan
yang kuat.
Baker, Greenber dan Hemingway menunjukkan bagaimana nilai, visi, etos
kerja, dan kebudayaan dalam berbisnis dapat menciptakan perilaku yang terbaik,
moral, dan kreativitas dan bakat yang besar terhadap karyawan. Mereka
menunjukkan bagaimana membuat fungsi “whole-brain” dapat meningkatkan
kinerja orang dalam organisasi. Dalam buku ini, mereka mengembangkan prinsip,
praktek dan peralatan yang dapat membuat perusahaan menjadi menyenangkan.
2. Ide Utama
Dalam suatu kejadian, emosi dan pikiran manusia lebih mudah terjalin
dibandingakan dengan realitas manusia. Hal ini berarti rasa takut dalam diri
manusia dapat membawa kehancuran dan optimisme dapat memberikan
kesuksesan. Perasaan takut yang melekat pada setiap manusia merupakan akar
dari kegagalan korporasi yang disebabkan oleh ketamakan, penyalahgunaan
jabatan, atau persaingan kotor. Penangkal rasa takut organisasi adalah dengan
mengajak setiap individu untuk melakukan yang terbaik dari perbedaan kekuatan,
kerja sama, arti kebersamaan, dan kepuasan dalam pekerjaan, serta memberikan
jasa dan produk yang berkualitas pada masyarakat dan memberikan keuntungan
kepada perusahaan dan pemegang saham.
Terdapat tiga tujuan utama dari buku ini. Pertama, untuk membantu
mempelajari dan mencegah dalam skala luas, pengendalian rasa takut, pengaruh
pribadi manusia dan krisis organisasional. Kedua, untuk mengatur dan
menghasilkan kreativitas, perubahan dalam skala yang luas dan peningkatan
kebudayaan kerja. Ketiga, untuk memperbaiki lingkungan moral dan etos kerja
sehingga setiap anggota organisasi memiliki keinginan dan hasrat untuk bekerja
dan meningkatkan produktivitasnya.
Untuk menjadi happy company, dibutuhkan lebih dari sekedar mengatur
tekanan diri (self managing stress) atau pembebasan tekanan bagi pegawai yang
bekerja keras. Perubahan yang dibutuhkan adalah tanggung jawab personal dan
kebudayaan korporasi sehingga dapat menciptakan langkah-langkah positif yang
diperlukan individu dan perusahaan untuk menjadi bahagia. Happy companies
juga mengalami berbagai tekanan seperti perusahaan lainnya. Kebahagiaan tidak
datang begitu saja, tetapi datang dengan memanfaatkan tantangan sebagai suatu
jalan untuk mencapai tujuan.
Happy company, dapat dirumuskan dalam HAPIE company, yaitu
perusahaan yang memiliki: Kepemimpinan yang kerendahan hati (Humble),
inklusif, memiliki visi, inspirasi dan sepenuh hati, yang berusaha untuk
membudayakan inovasi pada perusahaan; Karyawan yang dapat menyesuaikan
diri (Adaptive), bersemangat, dan memiliki intelegensi emosional, yang merasa
bahwa visi perusahaan juga merupakan visi mereka. Keuntungan (Profit) bagi
seluruh anggota perusahaan dengan berfokus pada return on people dan return on
investment; Pemegang saham, vendor, dan klien yang dapat memperkuat
(Invigorate) pembiayaan perusahaan; Perikatan (Engaged), warga negara yang
membangun, yang dapat merangsang dan memperkuat sikap positif organisasi.
3. Argumen Penulis
Banyak korporasi di seluruh dunia yang terus menerus melakukan perilaku
buruk berupa “white collar crime” sehingga menyebabkan banyak orang yang
mengalami penderitaan dan kerugian. Hal ini tidak hanya terjadi pada individu
perusahaan, tetapi juga pada jaringan bisnis di mana korporasi beroperasi. Ribuan
kerja keras manusia menjadi sia-sia dan harapan masa depan mereka pun
menghilang. Perilaku yang merugikan ini juga berdampak pada pelakunya.
Sebagian besar pemimpin korporasi menghabiskan waktu bertahun-tahun di
penjara atau dikenai denda jutaan dolar.
Faktor utama yang menyebabkan seseorang yang telah kaya dan berkuasa
melakukan tindakan pengerusakan adalah rasa takut. Rasa takut dapat
diekspresikan dalam berbagai cara misalnya, ketamakan, kesombongan,
kemarahan, berpikir pendek, dan ketidak nyamanan. Rasa takut dapat
menyebabkan manusia bertingkah laku dengan cara yang tidak sehat. Maka, agar
perusahaan tidak melakukan tindakan buruk yang merusak, rasa takut tidak boleh
ikut mengendalikan keputusan bisnis. Jika hal itu terjadi, setiap aktivitas
perusahaan dapat menjadi tidak sehat.
Rasa takut menunjukkan tiga reaksi, yaitu perlawanan, pembekuan dan
pelenyapan. Reaksi pelenyapan dan pembekuan, yaitu mencoba untuk
menghindar dari tantangan pekerjaan atau tidak dapat menyesuaikan diri untuk
mengatasi perubahan lingkungan bisnis sehingga dapat merugikan perusahaan,
yang ditunjukkan dengan ketamakkan dan keengganan menciptakan gagasan baru
Sedangkan reaksi perlawanan dari rasa takut dapat menyebabkan banyak
kerusakan baik pada perusahaan, maupun lingkungannya karena perlawanan yang
terjadi selalu bersifat agresif. Perlawanan selalu menciptakan peperangan dan
perebutan kekuasaan.
Kebahagiaan adalah sikap, bukan hanya perasaan, berlaku pada jalan
kehidupan, keteguhan hati, cinta dan kepuasan. Pada tingkat individual,
kebahagiaan adalah membangun potensi diri dan membuat hidup lebih baik.
Kebahagiaan tidak hanya dapat diterapkan pada individu tetapi tetapi juga pada
kebudayaan perusahaan. Pada buku ini, happy companies didefiniskan sebagai
suatu organisasi di mana individu-individu di dalamnya pada berbagai tingkat
kekuasaan yang memperlihatkan perbedaan kekuatan, membangun kerja sama
untuk mencapai satu tujuan, menemukan arti yang signifikan dan kepuasan dalam
berproduksi dan menciptakan produk dan jasa yang berkualitas tinggi untuk
memperoleh keuntungan dan melalui produk dan jasa tersebut untuk membuat
perubahan positif dalam kehidupan.
Happy companies bukan perusahaan yang tidak memiliki tantangan atau
konflik, tetapi perusahaan yang dapat membedakan kenyataan melalui
pengelihatan dan pemikiran yang positif. Perusahaan menerapkan aktivitas positif
untuk dapat keluar dari masa krisis. Perusahaan menjadikan kehormatan,
penghargaan dan kepercayaan sebagai kebudayaan perusahaan yang akan
membawanya ke dalam kesuksesan. Perusahaan dihormati dan dihargai oleh
seluruh komunitasnya, membangun kekuatan yang mempertinggi kualitas
kehidupan.
Agar dapat berhasil di abad 21 ini, setiap perusahaan harus berkembang
agar organisasi korporasi menjadi lebih maju. Tanpa menghiraukan struktur
organisasi, produk portofolio, struktur biaya, proses perubahan atau teknologi,
suatu perusahaan harus dapat mengubah pikiran dan kebudayaan secara
psikologis agar menjadi lebih baik. Untuk mencapai keberhasilan bisnis,
perusahaan harus dapat berubah dengan cepat, dan kemampuan perubahan tidak
datang dari rasa takut melainkan dari pemikiran.
Untuk dapat menghasilkan kemampuan terbesar dalam diri manusia
diperlukan kombinasi antara kesungguhan dengan kemampuan kecerdasan,
intuisi, dan pengetahuan emotional brain. Tanpa adanya executive brain, rasa
takut dapat membuat manusia tidak bertangung jawab atau berjalan menuju ke
arah yang salah. Tanpa adanya perasaan manusiawi dari emotional brain, maka
seseorang akan sulit untuk bekerja sama. Seseorang yang dapat mencapai
keseimbangan executive center dan emotional center, akan dapat menggunakan
fungsi otak secara keseluruhan sehingga dapat mencapai keberhasilan dalam
berbisnis.
Dominasi manusia di bumi bukan dikarenakan jumlahnya yang besar,
namun dikarenakan kemampuan besosialisasi. Dengan memiliki pikiran dan
kebutuhan, manusia semakin menjadi makhluk yang memiliki sosialitas yang
tinggi. Interaksi yang terjadi antara pikiran, bahasa, pengembangan dan
kebudayaan dapat membuat kemampuan komunikasi dan koordinasi seseorang
menjadi lebih baik. Beriringan dengan semakin berkembangnya kompetensi yang
dimiliki, manusia mulai menyerap berbagai perilaku seperti, baik dan buruk,
benar dan salah, sopan dan tidak sopan, cinta, kesetiaan, penghargaan dan sikap
‘modern’ lainnya, sehingga manusia dapat meneruskan evolusi kebudayaannya.
Perilaku sosial yang tinggi adalah pokok dari suatu kebudayaan. Perilaku
sosial yang tinggi pada individu diukur dengan kemampuan untuk membawa
orang lain untuk ikut ke dalam suatu kelompok dan berinteraksi dalam suatu
struktur sosial untuk memenuhi kebutuhan fisik, perasaan dan keuangan mereka.
Pada pemimpin, perilaku sosial yang tinggi ditunjukkan dengan kemampuan
untuk memperoleh hasil yang maksimal pada suatu kelompok. Kemampuan ini
berperan untuk saling mempengaruhi antara emotional brain yang memahami
orang lain dan executive brain yang menciptakan strategi untuk mencapai tujuan.
Manusia selalu mencari pemecahan dari setiap permasalahan yang terjadi.
Pemecahan masalah dapat menghilangkan tekanan dari rasa khawatir dan rasa
takut. Salah satu cara dalam berbisnis untuk memperoleh hasil yang besar adalah
dengan mengubah suatu masalah menjadi suatu kesempatan. Namun hanya sedikit
orang yang dapat melakukannya. Pikiran, perasaan, perilaku dan perkataan yang
positif dapat meningkatkan pusat kreatifitas dalam setiap pemikiran sehingga
manusia akan berfikir dan bertindak dengan kreatif. Kreatifitas dan inovasi tidak
akan muncul pada pikiran yang dipenuhi rasa takut. Melalui pemikiran positif,
maka setiap masalah dapat dirubah menjadi kesempatan. Dengan tetap fokus pada
setiap kesempatan, maka perusahaan akan menjadi lebih baik di masa depan.
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya untuk menciptakan lingkungan
psikologi yang sehat, individu dan perusahaan dapat melakukan empat langkah
berikut. Pertama, individu mengendalikan dan bertangung jawab atas kinerja dan
kesehatan psikologinya dengan mengurangi atau mengendalikan reaksi dari
tekanan pada dirinya. Kedua, kebijakan dan program organisasi untuk mendukung
kesehatan dan perilaku positif individu dengan mengurangi tekanan pada
pegawainya. Langkah ketiga, peralatan dan teknik untuk meningkatkan psikologi
personal dan kegembiraan psikologi melalui jasmani, pikiran dan perasaan.
Langkah terakhir adalah mengurangi tekanan melalui perubahan kebudayaan
korporasi.
Perilaku manusia lebih mudah berubah dalam sikap dan kebudayaan
dibandingkan dalam struktur organisasi dan praktek bisnis. Perubahan pada
organisasi harus bersumber dari perubahan pemimpin, perubahan sosial dan
perubahan biologis dari dalam organisasi sehingga dapat mempengaruhi perilaku
pegawai dari perilaku yang ‘tertekan’ menjadi perilaku yang positif. Melalui
perilaku positif, maka pikiran kreatif dan inofatif dapat dibangun untuk
mengembangkan perusahaan.
Bagi para eksekutif, kerendahan hati berarti mereka tidak dapat menikmati
keuntungan atas keberhasilan mereka. Kenyataannya, kerendahan hati bukanlah
hal yang memalukan melainkan sebuah karunia dan keberanian. Kerendahan hati
merupakan suatu cara untuk mempengaruhi orang lain. Pemimpin yang rendah
hati adalah pemimpin yang dapat memberikan kekuatan pada karyawan dan
perusahaan. Penelitian Marshal Goldsmith menunjukkan pemimpin bisnis
memberikan penghargaan yang tidak tepat pada kemampuan mereka. Ketika
perusahaan mereka berkembang, para pimpinan selalu menghubungkan seluruh
karakter mereka dengan keberhasilan mereka, walaupun sebenarnya mereka
berhasil karena beberapa dari karakter mereka. Kerendahan hati adalah langkah
utama untuk menghancurkan khayalan para pemimpin tersebut. Pemimpin yang
rendah hati tidak akan memuji dan membanggakan kemampuannya ataupun
dirinya sendiri. Mereka dapat menciptakan lingkungan di mana orang menjadi
senang bekerja sehingga menghidupkan kreatifitas dan inovasi yang akhirnya
membawa perusahaan menuju keberhasilan.
Dari kerendahan hati, muncul empati. Empati menghasilkan penghargaan
yang dapat diwujudkan dengan gerakan sederhana, atau hadiah dalam bentuk
materi dan pujian dari perusahaan. Pemimpin yang empati akan mendengarkan
dan mengumpulkan ide terbaik dari setiap orang kemudian mewujudkannya pada
perusahaan sehingga perusahaan dapat terus berkembang ke arah yang lebih baik
bagi pimpinannya, karyawannya, maupun supplier dan pelanggannya.
Visi dapat dikembangkan, tetapi tidak semua pemimpin memilikinya.
Visioner adalah orang yang sering mengalami berbagai tekanan dan hal yang
menyakitkan. Mereka mengolah pengetahuan yang dimiliki, mereka merasakan
lingkungan di sekitarnya, mereka bereaksi terhadap munculnya berbagai
kemungkinan. Dengan menyatukan pengetahuan, pengalaman dan informasi,
maka dapat tercipta suatu intuisi yang berarti melihat dan memikirkan sesuatu
tanpa adanya kesadaran pikiran. Untuk menciptakan visi yang besar diperlukan
suatu inspirasi. Tanpa adanya inspirasi, orang bekerja keras hanya untuk
memperoleh uang sehingga perusahaan tidak akan berkembang karena
karyawannya tidak memiliki motivasi untuk mencapai keberhasilan perusahaan.
Suatu visi harus cukup besar untuk membentuk kembali segmen pasar dan
memberikan inspirasi dan dapat memotivasi pemimpin dan karyawannya. Visi
dan inspirasi dapat memotivasi, dan motivasi dapat dinyatakan dengan dukungan
terhadap perusahaan. Visi berlaku pada setiap orang dalam organisasi. Pemimpin
yang memiliki visi, dapat menjadi inspirasi orang lain. Ia dapat menyemangati
karyawannya untuk bekerja lebih baik. Banyak pemimpin yang terinspirasi dari
pekerjaannya, produk dan jasanya, dan kemampuan mereka untuk memperbaiki
kehidupan masyarakat. Perusahaan yang sudah memiliki visi harus berusaha
untuk mencapai visi tersebut, untuk itu para pemimpin perusahaan diharapkan
dapat menciptakan intentional culture pada perusahaan guna mencapai visi yang
telah terbentuk.
Intentional culture adalah tulang punggung dalam mendirikan suatu
organisasi yang positif. Organisasi yang baik, yang dibangun dengan dasar visi
yang kuat untuk menentukan langkah dalam menciptakan suasana yang penuh
dengan inspirasi, dapat mencapai suatu keberhasilan. Inovasi bukanlah hal yang
sangat berarti untuk dimasukkan ke dalam suatu organisasi. Namun, Inovasi
dalam organisasi adalah kesadaran dalam kehidupan. Perusahaan yang inovatif
mengembangkan perilaku yang dapat menghilangkan perselisihan korporasi yang
menghalangi terciptanya inovasi. Praktek inovatif melekat pada perusahaan pada
saat karyawan yakin bahwa pemimpin menghargai suatu kreatififtas. Pemimpin
perusahaan yang inovatif selalu mendorong karyawannya untuk menciptakan
kreativitas. Perusahaan inovatif juga menggunakan teknologi yang inovatif untuk
memajukan organisasi.
Untuk menciptakan berbagai ide dan kreatifitas yang inovatif diperlukan
penyegaran pikiran yang dapat dilakukan dengan melakukan kegiatan yang
berbeda dari kegiatan rutinitas. Banyak pemimpin perusahaan yang menciptakan
program khusus dengan tujuan untuk merangsang inovasi. Inovasi banyak
ditemukan dalam suatu kerja sama, bukan persaingan, karena dalam kerja sama
selalu terdapat pemberian dan pembahasan berbagai gagasan sedangkan pada
persaingan terjadi timbunan informasi.
Intelegensi emosional adalah kemampuan individu mengenai kesadaran
diri, pengendalian diri dan empati. Intelegensi emosional merupakan manajemen
yang aktif pada pikiran dan perasaan untuk mengeluarkan kemampuan terbaik
yang dimiliki individu dan untuk menciptakan interaksi positif dengan orang lain.
Intelegensi
emosional
dapat
memberikan
seseorang
kemampuan
untuk
memperoleh keberhasilan dalam kehidupan dan pekerjaan. Karyawan yang
memiliki intelegensi emosional dapat membentuk kembali organisasi dan
menggunakan fungsi “whole-brain” terhadap seluruh organisasi sehingga
perusahaan dapan berjalan ke arah yang lebih baik.
Mendapatkan keuntungan adalah keharusan tetapi perusahaan tidak hanya
harus mendapatkan keuntungan. Individu dan perusahaan yang hanya berusaha
untuk memperoleh keuntungan dengan cepat hanya akan terdorong oleh obsesi
untuk mencapai target. Obsesi memperoleh keuntungan tidak hanya dapat
membahayakan para pegawai, tetapi juga pelanggan yang membeli produk
perusahaan tersebut karena perusahaan akan melakukan berbagai cara untuk
memperoleh keuntungan sehingga tidak mengutamakan keselamatan individu.
Walalupun penting, keuntungan bukanlah satu-satunya yang menjadi
ukuran keberhasilan perusahaan. Perusahaan juga harus mempertimbangkan
return on people di samping return on investment. Return on people dapat
diwujudkan dengan pengembangan internal karyawan dan tingkat kepuasan
karyawan dalam pekerjaan sehingga karyawan dapat menyukai pekerjaannya atau
meningkatkan hubungan dengan pelanggan dan akhirnya menciptakan perasaan
senang di sekitarnya pada tempat dia bekerja sehingga dapat mengurangi biaya
yang dikeluarkan dan meningkatkan pendapatan.
Memberikan return on people yang baik dapat dimulai dengan cara yang
sangat sederhana yaitu, mendengarkan karyawan. Dengan mendengarkan
pemikiran dan pendapat karyawan, maka karyawan akan merasa dihargai. Suatu
organisasi akan mengalami kegagalan dikarenakan perlawanan dari karyawannya
yang terjadi karena pemimpin tidak mendengarkan pendapat dan perhatian
karyawan sehingga karyawan tidak mempercayai kebijakan yang diambil oleh
manajemen.
Pelatihan adalah salah satu cara untuk meningkatkan potensi karyawan,
tetapi harus dengan sungguh-sungguh dan berhubungan langsung dengan
pengembangan pekerjaan atau profesionalitas. Pelatihan dan pengembangan diri
secara langsung dapat mengembangkan bisnis. Jika karyawan mendapatkan lebih
banyak pelatihan yang bernilai maka perusahaan akan segera memperoleh nilai
perusahaan yang tinggi.
Langkah selanjutnya untuk mengembangkan potensi karyawan adalah
dengan memberikan penghargaan. Perusahaan dapat memberikan bonus kepada
karyawan yang memiliki kinerja terbaik sehingga akan memberikan semangat
kepada karyawan untuk terus meningkatkan kinerjanya. Dengan kinerja karyawan
yang terus meningkat, perusahaan akan memperoleh keuntungan yang semakin
besar sehingga perusahaan dapat terus berkembang.
Singkatnya, Return on people dapat dilakukan dalam berbagai bentuk.
Pertama, karyawan dapat memberikan inisiatif pada aktivitas perusahaan dan
memperoleh penghargaan atas inisiatif tersebut. Kedua, dengan memberikan kartu
penilaian kepada karyawan agar perusahaan mengetahui pengembangan potensi
dan prestasi para karyawannya. Ketiga, pengakuan dari perusahaan atas kinerja
karyawan yang terus meningkat. Dan keempat, mengikutsertakan karyawan dalam
setiap aktivitas bisnis sehingga karyawan dapat merasa bangga menjadi bagian
dari perusahaan.
Happy companies tidak hanya mengikutsertakan setiap orang yang berada
di dalam perusahaan dalam menciptakan kreatifitas, tetapi juga mengikut sertakan
orang di luar perusahaan, seperti pemegang saham, vendor, pelanggan dan klien,
untuk membuat organisasi menjadi lebih baik. Dengan demikian perusahaan dapat
memperoleh berbagai pengetahuan dan pengalaman yang dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan menentukan
kebijakan perusahaan.
Agar perusahaan meraih keberhasilan, diperlukan kepedulian terhadap
masyarakat dengan melibatkan masyarakat dalam mencapai misi korporasi.
Pengalaman dan pemikiran yang positif dari pelayanan masyarakat membantu
mengurangi tekanan bisnis yang dapat membawa organisasi kepada rasa takut dan
reaksinya. Pengalaman yang positif memperkuat fungsi “whole brain” sehingga
dapat meningkatkan kreatifitas dan pemikiran bisnis. Melakukan kebaikan kepada
masyarakat, maka akan berdampak baik juga terhadap perusaaan. Misalnya
dengan meningkatkan rasa hormat dan kepercayaan masyarakat, perusahaan dapat
berkembang pada saat baik dan dapat bertahan pada masa sulit. Perbuatan baik
dapat menciptakan suatu ‘iklim psikologi’ yang dapat meningkatkan kreativitas
dan inovasi.
Kesadaran sosial dapat memberikan inspirasi dan motivasi kepada
karyawan dan membuat mereka bangga menjadi bagian dari organisasi. Dengan
terlibat dalam aktivitas masyarakat, karyawan dapat mempelajari suatu
kesuksesan, mengembangkan ketrampilan, wawasan dan perpektif baru yang
dapat digunakan untuk memperluas visi perusahaan dan mengembangkan gagasan
baru dalam bekerja sama. Inovasi terkadang datang dalam menghadapi suatu
situasi dengan cara baru yang sering dilakukan oleh masyarakat. Karyawan yang
masuk dalam masyarakat mungkin mendapatkan hal positif kemudian mereka
membawa hal positif tersebut ke dalam perusahaan sehingga dapat memberikan
semangat baru kepada seluruh karyawan.
Happy companies menggunakan ‘peralatan perilaku’ untuk menciptakan
visi, misi, strategi, dan perilaku bisnis. Tujuan dari ‘peralatan perilaku’ tersebut
adalah agar perusahaan dapat mencapai keberhasilan dalam berbisnis.
Penggunakan ‘peralatan’ tersebut biasanya dilakuakan pada saat terjadi perubahan
seperti, ketika manajemen mencari strategi baru, pendapatan menurun, pergantian
CEO, ketika perusahaan dijual atau dimerger, dan perubahan dalam organisasi
lainnya. Sasaran dari ‘peralatan perilaku’ adalah individu, kelompok dan sistem.
Langkah pertama untuk mencapai pengembangan perilaku adalah dengan
kepribadian manajemen senior yang dapat memotivasi generasi berikutnya.
Selanjutnya membangun kepribadian individu dalam berhubungan dengan orang
lain dan dalam bekerja sama. Kemudian meningkatkan wawasan individu
mengenai kepemimpinan sehingga setiap individu dapat saling bekerja sama
dengan baik untuk mencapai tujuan perusahaan.
Setiap individu bertanggung jawab untuk meningkatkan kinerja mereka
dengan mengubah perilaku mereka agar dapat mengubah kelompok menjadi lebih
baik. Di sisi lain, kerja sama dapat mengembangkan masa depan, meluruskan nilai
dan prinsip untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Suatu usaha untuk
meningkatkan kepemimpinan dan kinerja organisasi dapat mengalami kegagalan.
Jika seorang pemimpin, departemen, atau tim kepemimpinan tidak mengalami
perubahan maka usaha tersebut akan gagal karena adanya konflik atau ketiadaan
tindakan lanjutan. Kegagalan tersebut juga dapat disebabkan karena tekanan
bisnis selalu diperlihatkan sehingga dapat melumpuhkan seluruh perubahan.
Kegagalan juga terjadi ketika manajemen mencela suatu proyek tanpa
mendengarkan bawahan dan melihat arsip-arsip keterangan. Dan penyebab utama
dari kegagalan dalam meningkatkan kinerja organisasi yaitu karena manajemen
terlalu banyak ukuran, mengukur hal yang salah, atau menggunakan hasil dari
ukuran tersebut untuk memberikan hukuman, bukan sebagai pelajaran.
Keberhasilan dalam mencapai perbaikan kepemimpinan dan kinerja
organisasi dapat diperoleh dengan adanya suatu standarisasi untuk mencapai
kinerja yang terbaik pada hari ini, yang dapat memberikan dasar yang kokoh
untuk meningkatkan kinerja pada keesokan harinya. Tanpa adanya standarisasi,
maka tidak akan ada dasar yang tepat sebagai ukuran untuk melakukan
peningkatan lebih lanjut.
Dengan menciptakan iklim positif, memulai dengan kepemimpinan yang
lebih tinggi dan mengembangkan keseluruhan organisasi, pada akhirnya
perusahaan akan dapat menciptakan kebudayaan positif pada seluruh bagian
organisasi. Iklim positif, terutama ditunjukkan dengan menganjurkan manajer
untuk menggunakan keputusan yang terbaik dalam melaksanakan misi perusahaan
sehingga
dapat
meningkatkan
kemampuan
perusahaan
untuk
merespon
perubahan.
Happy companies tidak muncul begitu saja, melainkan harus dibentuk,
artinya struktur organisasi, kebijakan manajemen, dan sistem penghargaan dibuat
untuk
memperbaiki
kebudayaan
perusahaan.
Perusahaan
mencari
dan
memperkuat intelegensi emosional karyawan sebagai suatu kebijakan dan strategi
sehingga dapat menciptakan kemampuan yang terbaik dari setiap karyawan.
Pembelajaran merupakan bagian dari perusahaan, dan berbagai program seperti
pengembangan motivasi, penghargaan, dan keseimbangan kartu penilaian
digunakan untuk memperbaiki kebudayaan yang dapat meningkatkan nilai dan
misi perusahaan.
Hal paling utama dalam membentuk happy companies adalah tanggung
jawab diri baik dalam individu maupun organisasi.. Sesulit apapun suatu situasi,
penguasaan diri merupakan jalan menuju keberhasilan. Jika setiap orang
bertanggung jawab atas setiap perbuatan mereka, maka perusahaan dapat lebih
produktif dan lebih sehat. Jika tidak, cepat atau lambat perusahaan akan
mengalami kehancuran.
Download