DEPRESI PADA REMAJA PUTRI YANG HAMIL DI LUAR NIKAH

advertisement
DEPRESI PADA REMAJA PUTRI YANG HAMIL DI LUAR NIKAH
LATIFAH HUSAENI
Program Sarjana, Universitas Gunadarma
Abstrak
Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja. Banyak
remaja telah melakukan hubungan seks pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak
diinginkan. Perilaku seksual yang dilakukan sebelum waktunya dapat memiliki dampak
psikologis yang sangat serius seperti depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja
gejala-gejala depresi yang dialami oleh remaja putri yang hamil di luar nikah, dan sampai sejauh
apa depresi pada remaja putri yang hamil di luar nikah kemudian bagaimana remaja putri yang
hamil di luar nikah tersebut mengatasi depresinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode pendekatan studi kasus dengan jenis studi kasus intrinsik. Peneliti juga
menggunakan metode wawancara dengan pedoman umum dan melakukan observasi nn
partisipan. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seorang remaja putri yang
berumur 17 tahun yang mengalami kehamilan di luar nikah, sehingga mengalami depresi karena
ia merasa tertekan dengan kondisinya saat ini. Depresi yang dialami subjek adalah depresi berat.
Subjek sering mengalami perasaan emosional seperti perasaan terpuruk, sedih, dan menangis.
Motivasi seperti motivasi menurun, aktivitas sosial menurun dan hilangnya minat dalam
aktivitas menyenangkan. Perilaku motorik sperti bergerak lebih lamban, pola tidur terganggu dan
selera makan menurun. Perubahan kognitif seperti kesulitan berkonsentrasi, berpikir negatif
mengenai diri sendiri dan perasaan bersalah. Sosial seperti interaksi dengan rekan di sekolah dan
aktivitas sosial menurun. Tapi walaupun subjek mengalami depresi berat subjek selalu berusaha
untuk melawan depresinya dengan melakukan hal-hal yang ia anggap dapat mengurangi
depresinya.
A. LATAR BELAKANG
Masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dan tidak
lagi merasa di bawah tingkat orang tua (Hurlock, 1998). Remaja dianggap memiliki otonomi
yang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak. Mereka mampu mengambil keputusankeputusan sendiri menyangkut dirinya dibandingkan anak-anak. Demikian pula dalam
menentukan perilakunya, remaja seringkali juga mengambil keputusan sendiri.
Perilaku remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor internal remaja seperti pengetahuan, sikap,
kepribadian, dan faktor eksternal remaja seperti lingkungan tempat dirinya berada (Hidayana,
2004). Sementara itu, ada banyak lingkungan yang diminati remaja yang dianggap
mempunyai ‘daya tarik’. Salah satu lingkungan tersebut adalah lingkungan yang beresiko
bagi masa depan remaja, yaitu relasi-relasi seksual tanpa ikatan.
Hubungan seks di kalangan para remaja merupakan masalah yang semakin hari semakin
mencemaskan. Ada dugaan bahwa terdapat kecenderungan hubungan seks para remaja
semakin meningkat tidak hanya di kota-kota besar, melainkan juga di kota-kota kecil.
Menurut Subakti (2008), banyak remaja telah melakukan hubungan seks pranikah sehingga
mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan. Situasi ini tentu saja sangat menyulitkan
orang tua dan remaja yang bersangkutan.
Mengalami kehamilan pada masa remaja, bagaimana pun, pasti menimbulkan konsekuensi
yang sulit tidak saja bagi remaja yang bersangkutan, tetapi juga bagi seluruh anggota
keluarga yang lain. Beberapa remaja yang hamil di luar nikah terpaksa diungsikan jauh dari
keluarga untuk menutupi rasa malu keluarga. Meskipun tindakan tersebut tidak
menyelesaikan masalah, namun cara ini dipandang lebih bijaksana dan memadai
dibandingkan membiarkannya menjadi cemoohan tetangga dan lingkungan.
Kehamilan di luar nikah membuktikan bahwa seorang remaja tidak dapat mengambil
keputusan yang baik dalam pergaulannya. Salah satu dampak negatif dari remaja yang hamil
di luar nikah adalah putus sekolah. Umumnya, remaja tersebut tidak memperoleh penerimaan
sosial dari lembaga pendidikannya, sehingga harus dikeluarkan dari sekolah. Selain itu,
masyarakat akan mencemooh, mengisolasi atau mengusir terhadap remaja yang hamil di luar
nikah. Resiko psikologis dan sosial antara lain meliputi pengucilan, stigma, diskriminasi
sosial, trauma, kehilangan berbagai hak, depresi, dan sebagainya (Hidayana, 2004).
Banyak sekali remaja yang hamil di luar nikah mengalami depresi. Depresi pada remaja putri
yang hamil di luar nikah dapat terjadi karena rasa malu, tidak diterima dalam lingkungan
masyarakat sekitar, dikucilkan dan akhirnya merasa putus asa serta menganggap bahwa
dirinya tidak pantas untuk hidup. Menurut Lumongga (2009), depresi adalah gangguan
perasaan (afek) yang ditandai dengan afek disforik (kehilangan kegembiraan atau gairah)
disertai dengan gejala-gejala lain, seperti gangguan tidur dan menurunnya selera makan.
Depresi merupakan suatu bentuk gangguan afektif yang gejala pokoknya adalah timbulnya
perasaan sedih yang berlebihan. Gangguan ini tidak hanya dapat termanifestasikan pada
aspek sosial, tetapi juga pada fisik, kognisi dan motivasional. Depresi juga dapat terjadi pada
siapa saja. Depresi yang banyak terjadi pada usia remaja, di mana pada usia ini merupakan
periode “badai dan stres” yang ditandai dengan kemurungan, kekacauan di dalam diri dan
pemberontakan. Percobaan bunuh diri pada usia remaja saat ini, merupakan salah satu bukti
bahwa mereka tidak dapat menahan depresi atau kecemasan yang berlarut-larut (Wade &
Tavris, 2009).
Di lain pihak, sebagian remaja yang mengalami depresi menjadi tertekan karena suatu
keadaan
yang berbeda dari kesedihan dan sering kali menyertai masalah-masalah
keperilakuan. Para remaja ini benar-benar tidak bahagia dengan kehidupan mereka dan
cenderung terlibat dalam masalah. Untuk itu remaja hanya mengurung diri di kamar,
kehilangan rasa percaya diri, semangat hidup, kreativitas, dan antusiasme serta optimisme.
Remaja tidak mau berbicara dengan orang-orang, tidak berani berjumpa dengan orangorang, berpikir yang negatif tentang diri sendiri dan tentang orang lain, sehingga hidup terasa
sangat berat dan melihat masalah lebih besar dari dirinya. Remaja menjadi pesimis
memandang hidupnya, seakan hilang harapan, tidak ada yang bisa memahami dirinya.
B. PERTANYAAN PENELITIAN
Dari beberapa pembahasan di atas maka timbul beberapa pertanyaan, antara lain:
1. Apa saja gejala depresi yang terjadi pada remaja putri yang hamil di luar nikah?
2. Sampai sejauh apa depresi yang terjadi pada remaja putri yang hamil di luar nikah?
3. Bagaimana remaja putri yang hamil di luar nikah tersebut mengatasi depresi?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja gejala-gejala depresi yang dialami oleh
remaja putri yang hamil di luar nikah, dan sampai sejauh apa depresi pada remaja putri yang
hamil di luar nikah kemudian bagaimana remaja putri yang hamil di luar nikah tersebut
mengatasi depresinya
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian teoritis dari penelitian ini, diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan
khususnya pada bidang Psikologi Perkembangan dan Psikologi Klinis serta dapat
digunakan sebagai pedoman di dalam melakukan penelitian secara lebih lanjut, terutama
dalam mengkaji faktor-faktor yang menimbulkan terjadinya depresi pada remaja putri
yang hamil di luar nikah.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis dari penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagi para remaja
mengenai faktor-faktor pendorong yang menimbulkan terjadinya depresi akibat
kehamilan di luar nikah. Selain itu juga di harapkan dapat memberi manfaat bagi para
orang tua agar dapat lebih mewaspadai dan mengawasi pergaulan anak remajanya, serta
diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat agar lebih memperhatikan
para remaja saat ini, terutama mengenai bahaya seks pranikah yang dapat menyebabkan
kehamilan dan depresi pada remaja putri tersebut
E. LANDASAN TEORI
Menurut Atkinson (dalam Lumongga, 2009) depresi adalah suatu gangguan mood yang
dicirikan tak ada harapan dan patah hati, ketidakberdayaan yang berlebihan, tak mampu
mengambil keputusan melalui suatu kegiatan, tak mampu konsentrasi, tak punya semangat
hidup, selalu tegang dan mencoba bunuh diri.
Menurut Nevid, Rathus dan Greene (2003), ciri-ciri umum dari depresi adalah:
a. Perubahan pada Kondisi Emosional
Ciri-ciri perubahan pada kondisi emosional dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Perubahan pada mood (periode terus-menerus dari perasaan terpuruk, depresi, sedih
atau muram)
2) Penuh air mata atau menangis
3) Meningkatnya iritabilitas (mudah tersinggung), kegelisahan, atau kehilangan
kesabaran
b. Perubahan dalam Motivasi
Ciri-ciri pada perubahan dalam motivasi dibagi menjadi lima, yaitu:
1) Perasaan tidak termotivasi, atau memiliki kesulitan untuk memulai (kegiatan) di pagi
hari atau bahkan sulit bangun dari tempat tidur
2) Menurunnya tingkat partisipasi sosial atau minat pada aktivitas sosial
3) Kehilangan kenikmatan atau minat dalam aktivitas menyenangkan
4) Menurunnya minat pada seks
5) Gagal untuk berespons pada pujian atau reward
c. Perubahan dalam Fungsi dan Perilaku Motorik
Ciri-ciri perubahan fungsi dan perilaku motorik dibagi menjadi lima, yaitu:
1) Bergerak atau berbicara dengan lebih perlahan daripada biasanya
2) Perubahan dalam kebiasaan tidur (tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, bangun
lebih awal dari biasanya dan merasa kesulitan untuk kembali tidur di bagi buta
3) Perubahan dalam selera makan (makan terlalu banyak atau terlalu sedikit)
4) Perubahan dalam berat badan (bertambah atau kehilangan berat badan)
5) Berfungsi secara kurang efektif daripada biasanya di tempat kerja atau di sekolah
d. Perubahan Kognitif
Ciri-ciri pada perubahan kognitif dibagi menjadi lima, yaitu:
1) Kesulitan berkonsentransi atau berpikir jernih
2) Berpikir negatif mengenai diri sendiri dan masa depan
3) Perasaan bersalah atau menyesal mengenai kesalahan di masa lalu
4) Kurangnya self esteem atau merasa tidak adekuat
5) Berpikir akan kematian atau bunuh diri
Lumongga (2009) menyebutkan bahwa gejala-gejala depresi dapat dilihat dari segi,
yaitu gejala dilihat dari segi fisik, psikis dan sosial.
a. Gejala Fisik
Menurut beberapa ahli, gejala depresi yang kelihatan ini mempunyai rentangan dan
variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara fisik
besar ada beberapa gejala fisik umum yang relatif mudah dideteksi. Gejala itu seperti:
1) Gangguan pola tidur. Misalnya, sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit todur
2) Menurunnya tingkat aktivitas. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi
menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang
lain seperti menonton TV, makan, dan tidur.
3) Menurunnya efisiensi kerja. Orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan
perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan
sulit memfokuskan energipada hal-hal prioritas. Kebanyakan yang dilakukan justru
hal-hal yang tidak efisien dan tidak berguna, seperti misalnya ngemil, melamun, dan
merokok terus-menerus
4) Menurunnya produktivitas kerja. Orang yang terkena depresi akan kehilangan
sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bias menikmati dan
merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat dan
motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti semula.
5) Mudah merasa letih dan sakit. Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif.
Jika seseorang menyimpan perasaan negatif, maka jelas akan membuat letih karena
membebani pikiran dan perasaan, dan ia harus memikulnya di mana saja dan kapan
saja, suka tidak suka.
b. Gejala Psikis
Gejala-gejala psikis memiliki tanda-tanda sebagai berikut:
1) Kehilangan rasa percaya diri. Orang yang mengalami depresi cenderung memandang
segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri.
2) Sensitif. Orang yang mengalami depresi senang sekali mengaitkan segala sesuatu
dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi
dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalahartikan.
Akibatnya mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud
orang lain, mudah sedih, murung dan suka menyendiri.
3) Merasa diri tidak berguna. Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa
menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya
mereka sukai.
4) Perasaan bersalah. Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang
mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya
sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung
jawab yang seharusnya dikerjakan.
5) Perasaan terbebani. Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang
dialaminya. Mereka merasa tebeban berat karena merasa terlalu dibebani tanggung
jawab yang berat.
c. Gejala Sosial
Depresi yang berawal adalah masalah diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi
lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Lingkungan tentu akan bereaksi
terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah
marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang
terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan.
Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan
minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk
berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan
secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.
Menurut Chaplin (2005), secara umum orang mengalami depresi karena salah satu
kejadian atau situasi sebagai berikut:
b. Kehilangan orang yang dicintai
c. Peristiwa traumatis atau stressfull, misalnya mengalami kekerasa, deprifasi sosial yang
kronik atau penolakan sosial
d. Penyakit fisik yang kronis
e. Obat-obatan atau narkoba
f. Adanya penyakit mental lain
g. Seseorang yang mempunyai orang tua atau saudara kandung yang mengalami depresi
akan mengalami peningkatan resiko mengalami depresi juga.
Terdapat tiga sindroma depresif utama pada remaja (Joseph, 1985), yaitu:
a. Sindroma pasrah dengan kesedihan, over-adaptasi, malu, menyendiri, gigit kuku dan
agresivitas massif.
b.
Sindroma yang ditandai dengan hambatan dan penurunan gairah dengan retardasi
psikomotor, apati, bimbang, pendiam dan pasif.
c. Sindroma cemas dengan auto dan hetero agresivitas, rasa tidak aman, ketagihan obat,
sedih, kecenderungan bunuh diri.
BDI merupakan suatu alat ukur diagnostik yang dibuat oleh Aaron Beck, Ward,
Mendelson, Mock dan Erbaugh pada tahun 1961, kemusian direvisi pada tahun 1971 dan
mulai dipublikasikan pada tahun 1978 (Groth-Marnat, 1999).
Selain itu BDI juga telah banyak digunakan untuk mengukur tingkat depresi baik
pada psien depresi maupun pada populasi normal (Groth-Marnat, 1999). BDI juga banyak
digunakan untuk mendeteksi gejala depresi, termasuk pada populasi remaja (Suwantara,
Lubis, & Rusli dalam Triastinindita, 2006).
BDI merupakan behavioral assessment dalam bentuk self report reting inventory
yang mengukur kriteria sikap dan simtom-simtom depresi. Alat tes ini terdiri dari 21
pertanyaan pilihan ganda yang fokus pada perasaan sedih, rasa bersalah, harga diri, dan rasa
pesimis. Isi dari alat ukur ini merupakan gambaran 6 karakteristik depresi dari 9 karakteristik
yang dibutuhkan dalam DSM IV (Groth-Marnat, 1997).
Menurut Sabri (1993) masa remaja merupakan masa yang penting dalam rentang
kehidupan. Masa ini dikenal sebagai: suatu periode peralihan, suatu masa perubahan, usia
bermasalah, saat dimana individu mencari identitas, usia yang menakutkan, masa tidak
realistik dan masa ambang dewasa.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa remaja yang dikemukakan oleh
Havighurts (dalam Monks,2001), yaitu :
a. Perkembangan aspek-aspek biologis
b. Menerima peranan dewasa berdasarkan pengaruh kebiasaan masyarakat sendiri
c. Mendapatkan kebebasan emosional dari orang tua atau orang dewasa lain
d. Mendapatkan pandangan hidup sendiri
e. Merealisasi suatu identitas sendiri dan dapat mengadakan partisipasi dalam kebudayaan
pemuda sendiri
Dalam proses penyesuaian menuju kedewasan, ada tiga tahap perkembangan remaja
menurut Blos (dalam Sarwono, 2001), yaitu:
a. Remaja Awal (early adolescene) usia 12-15 tahun.
Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran perubahan-perubahan yang terjadi
pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.
b. Remaja Madya (middle adolescene) usia 15-18 tahun.
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak
teman-teman yang menyukainya. Ia biasanya memilih teman yang mempunyai sifat-sifat
yang sama dengan dirinya.
c. Remaja Akhir (late adolescence) usia 18-20 tahun.
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa.
Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang
cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Menurut Conger (dalam Papalia & Olds, 2001),
ciri-ciri masa remaja yaitu:
a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal
dengan masa strom. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik
terutama hormon yang terjadi pada masa remaja, misalnya mereka diharapkan untuk
tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, harus lebih mandiri dan bertanggung jawab.
b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Perubahan fisik
yang terjadi secara cepat membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan
mereka.
c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain, pada
masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya, karena adanya tanggung jawab
yang lebih besar pada masa remaja.
Menurut Sulistyana (2007) hamil di luar nikah adalah sesuatu yang bagi masyarakat
sulit untuk diterima, dan tentunya hal itu selain juga menimbulkan dan memunculkan rasa
malu bagi keluarga juga akan mencoreng nama besar keluarga, dan dari sisi agama dan
keyakinan apapun tentunya juga tidak dibenarkan.
Menurut Luthfiyati (2009), faktor-faktor yang menyebabkan banyak remaja putri
hamil di luar nikah adalah sebagai berikut:
a. Faktor agama dan iman
Kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada pergaulan bebas dan berakibat
remaja dengan gampang melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga terjadi
kehamilan, pada kondisi ketidaksiapan berumah tangga dan untuk bertanggung jawab.
b. Faktor lingkungan
1) Orang tua
Kurangnya perhatian khusus dari orang tua untuk dapat memberikan pendidikan seks
yang baik dan benar. Dimana dalam hal ini orang tua bersikap tidak terbuka terhadap
anak bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah seksual.
2) Teman, tetangga dan media
Pergaulan yang salah serta penyampaian dan penyalahgunaan dari media elektronik
yang salah dapat membuat para remaja berpikiran bahwa seks bukanlah hal yang tabu
lagi tapi merupakan sesuatu yang lazim.
c. Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu yang berlebihan
Pengetahuan seksual yang setengah-setengah mendorong gairah seksual sehingga tidak
bisa dikendalikan. Hal ini akan meningkatkan resiko dampak negatif seksual. Dalam
keadaan orang tua yang tidak terbuka mengenai masalah seksual, remaja akan mencari
informasi tersebut dari sumber yang lain, teman-teman sebaya, buku, majalah, internet,
video atau blue film. Mereka sendiri belum dapat memilih mana yang baik dan perlu
dilihat atau mana yang harus dihindari.
d. Perubahan zaman
Pada zaman modern sekarang ini, remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem
nilai tersebut terkikis oleh sistem yang lain yang bertentangan dengan nilai moral dan
agama, seperti fashion dan film yang begitu intensif sehingga remaja dihadapkan ke
dalam gaya pergaulan hidup bebas, termasuk masalah hubngan seks di luar nikah.
e. Perubahan kadar hormon pada remaja meningkatkan libido atau dorongan seksual yang
membutuhkan penyaluran melalui aktivitas seksual.
f. Semakin cepatnya usia pubertas
Semakin cepatnya usia pubertas (berkaitan dengan tumbuh kembang remaja), sedangkan
pernikahan semakin tertunda akibat tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan “masamasa tunda hubungan seksual” menjadi semakin panjang. Jika tidak diberikan
pengarahan yang tepat maka penyaluran seksual yang dipilih beresiko tinggi.
a. Adanya trend baru dalam berpacaran di kalangan remaja
Dimana kalau dulu melakukan hubungan seksual di luar nikah meskipun dengan rela
sendiri sudah dianggap bebas. Namun sekarang sudah bergeser nilainya, yang dianggap
seks bebas adalah jika melakukan hubungan seksual dengan banyak orang.
Dampak yang ditimbulkan dari perbuatan seksual pranikah, lebih banyak ditanggung
oleh pihak wanita, yaitu kehamilan. Kehamilan ini berdampak pada kehidupan selanjutnya
antara lain (Lestari, 2004):
a. Putus sekolah
b. Kemungkinan pengangguran yang mempunyai resiko tinggi bagi jiwanya
c. Kemungkinan mempunyai masalah dengan dengan calon pasangan hidup yang masih
mengagungkan “keperawanan”.
Adapun menurut Nainggolan (2009), dampak dari kehamilan remaja adalah sebagai
berikut:
a. Pengguguran kandungan
Faktor yang mendukung terjadinya pengguguran kandungan adalah:
1) Status ekonomi sebuah keluarga
2) Keadaan emosional
3) Pasangan yang tidak bertanggung jawab
b. Resiko persalinan yang akan terjadi
c. Perceraian pasangan muda
d. Hubungan seks usia muda menyebabkan kanker
Upaya dalam mencegah kehamilan pada remaja sebagai kehamilan yang tidak
dikehendaki dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu (Lestari, 2004):
a. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang reproduksi dan seksual yang benar
b. Meningkatkan aktifitas remaja ke dalam program yang produktif sehingga tidak banyak
waktu terbuang di luar rumah
c. Untuk menghindari kehamilan yang tidak dikehendaki dapat mempergunakan salah satu
metode KB yang aman dan sehat.
F. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini akan digunakan penelitian studi kasus yang digunakan sebagai
sarana untuk memahami individu dengan melihat pada kerangka referensi atau kerangka
acuan yang dimiliki oleh individu tersebut, sehingga dapat diketahui pengalaman seperti apa
yang dialaminya. Dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dengan pedoman
umum, menggunakan observasi non partisipan dan Beck Depression Inventory sebagai alat
ukur depresi.
G. SUBJEK PENELITIAN
Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah remaja putri yang depresi karena hamil di
luar nikah
H. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti gejala depresi yang terjadi
pada remaja putri yang hamil di luar nikah adalah seperti emosional yang meliputi; perasaan
terpuruk, sedih, menangis, dan cemas, motivasi meliputi; motivasi menurun dan aktivitas
sosial menurun, perilaku motorik meliputi; pola tidur terganggu, selera makan menurun,
berat badan menurun, perubahan kognitif meliputi; kesulitan berkonsentrasi, berpikir negatif
mengenai diri sendiri, dan sosial meliputi; interaksi dengan rekan di sekolah dan aktivitas
sosial menurun.
Tingkat depresi yang yang terjadi pada subjek berdasarkan Beck Depression
Inventory adalah depresi berat dengan skor 34.
Cara mengatasi depresi yang dilakukan remaja putri yang hamil di luar nikah
adalah dengan melakukan hal-hal yang ia anggap dapat mengurangi depresinya, seperti jalanjalan, bermain games, melakukan hal-hal positif seperti shalat dan berdoa, bermain dengan
keponakannya, menelepon teman-temannya sekedar untuk ngobrol, membaca buku, selain itu
saat subjek mengatasi berat badan dan selera makan yang menurun subjek mencoba untuk
minum vitamin dan minum susu agar berat badan bisa kembali naik.
I. KESIMPULAN
Berdasarakan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa gejala
depresi yang terjadi pada remaja putri yang hamil di luar nikah adalah terpuruk, menangis,
selera makan terganggu, berat badan menurun dll. Tingkat depresi yang yang terjadi pada
subjek berdasarkan Beck Depression Inventory adalah depresi berat dengan skor 34 dan cara
mengatasi depresi yang dilakukan remaja putri yang hamil di luar nikah adalah dengan cara
bermain game, membaca buku, bermain dengan keponakan, dan tidak lupa berdoa kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
J. SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Untuk subjek, agar lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa, mencoba lebih
terbuka pada orang-orang terdekat untuk menceritakan masalah yang hadapinya, agar
lebih tenang. Disarankan agar mengatasi depresinya dengan cara seperti rileksasi,
melakukan aktifitas yang menyenangkan, membuang pikiran-pikiran negatif yang
dirasakannya, dan mengeksplorasikan pikiran dan perasaan sendiri secara terbuka kepada
orang lain.
2. Untuk penelitian selanjutnya, diharapkan dapat lebih mengungkap masalah-masalah yang
berhubungan dengan depresi pada remaja, seperti masalah depresi lainnya yang setiap
individu memiliki sebab yang berbeda-beda. Diharapkan agar masalah tersebut tidak
menjadi suatu masalah yang semakin melebar dan semakin banyak terjadi dikalangan
remaja lainnya.
Download