BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap organisasi akan selalu berhubungan dengan lingkungan, baik itu lingkungan internal maupun eksternal. Kedua lingkungan tersebut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian tujuan organisasi. Suatu orgsanisasi penghasil jasa memiliki komponen yang sangat penting dari lingkungan eksternalnya yaitu kostumer atau pelanggan. Pelanggan merupakan salah satu stakeholders yang harus terpenuhi kebutuhannya. Salah satu indikasi bahwa suatu organisasi itu telah berhasil dalam mencapai tujuannya adalah apabila kebutuhan dan keinginan pelanggan telah terpenuhi. Organisasi pemerintah merupakan salah satu organisasi publik. Tujuan dari organisasi pemerintah yang berkaitan dengan masalah pelayanan adalah untuk memberikan service yang sebaik-baiknya kepada masyarakat di segala bidang pelayanan yang diberikan tanpa memperhatikan orang perseorangan, namun keperluan masyarakat diberbagai bidang pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat meliputi pelayanan umum. Pelayanan umum yang seringkali menimbulkan masalah adalah pelayanan langsung. Hal ini dapat dipahami karena secara individual, masing-masing orang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga sikap yang diberikan bisa berbeda satu dengan yang lain. Demikian pula karakteristik yang dimiliki oleh aparat pemberi jasa akan berpengaruh terhadap sikapnya dalam memberikan 1 2 pelayanan karena pelayanan umum merupakan suatu bentuk interaksi, maka keberhasilannya akan sangat bergantung pada kesesuaian antara pemberi pelayanan dengan penerima pelayanan. Suatu organisasi kedudukan manusia sangatlah penting, karena manusia merupakan faktor yang menentukan dalam setiap usaha untuk pencapaian tujuan suatu organisasi, dan hanya manusia satu-satunya yang merupakan sumber utama organisasi yang tidak bisa digantikan oleh teknologi apapun. Bagaimana pun baiknya organisasi, lengkapnya sarana dan fasilitas kerja, semuanya tidak akan mempunyai arti tanpa ada manusia yang mengatur, menggunakan dan memeliharanya. menyumbangkan Dalam konsep tenaganya administrasi, seoptimal manusia mungkin diharapkan untuk dapat meningkatkan produktivitas organisasi. Pembangunan sebagai upaya perubahan yang direncanakan, proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik dari apa yang dicapai sebelumnya. Perubahan tersebut termasuk didalamnya perubahan dalam cara berpikir, sistem nilai dan perubahan kinerja yang lebih berdaya guna dan berhasil guna. Pelaksanaan pembangunan tidaklah cukup dengan hanya memiliki modal yang besar, kekayaan alam yang melimpah atau teknologi yang maju dan modern saja, tetapi juga harus didukung oleh unsur sumber daya manusia yang handal sebagai subjek sekaligus sebagai objek pembangunan itu sendiri. Akibat globalisasi, tercipta masyarakat Indonesia Baru yang ditandai oleh tingginya kesadaran politik, heterogenitas budaya pendidikan dan profesi, penguasaan modal serta tingkat keragaman kawasan aktivitas. Keadaan ini 3 merupakan tantangan bagi pegawai di daerah untuk meresponnya dengan membangun visi baru dan reorientasi kinerja agar mampu menghadapi tantangan (the challenges) di daerah masing-masing, sehingga memperlancar proses modernisasi serta mempercepat proses perluasan wawasan warga masyarakat di segala bidang. Pengelolaan sumber daya manusia lebih ditujukan kepada pencapaian tujuan organisasi melalui upaya peningkatan efisiensi, efektivitas dan kinerja pegawai baik individu bersangkutan maupun organisasi secara keseluruhan. Secara lebih spesifik dapat dikatakan, bahwa kinerja pegawai yang merupakan suatu wahana pencapaian tujuan organisasi perlu mendapat perhatian organisasi secara keseluruhan. Kualitas dan kuantitas sumber daya manusia dalam suatu organisasi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi yang bersangkutan supaya tercapai efisiensi dan efektivitas tujuan organisasi. Tanggung jawab pengaturan, pengurusan, pendayagunaan dan pengembangan pegawai merupakan kegiatan yang dilakukan Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup. Salah satu kewenangan pemerintah kabupaten/kota sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, adalah melaksanakan kewenangan Otonomi Pemerintah di bidang Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup yang menjadi Urusan Rumah Tangga Daerah. Oleh karena itu, berdasarkan Peraturan Walikota Banjar Nomor 32 Tahun 2010 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan 4 Hidup Kota Banjar mempunyai tugas mengkoordinasikan dan melaksanakan kewenangan daerah kota di bidang Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup serta melaksanakan tugas lain sesuai dengan kebijakan Walikota. Penempatan pegawai dalam suatu organisasi sangat mempengaruhi terhadap kinerja pegawai sehingga kinerja pegawai yang diharapkan institusi atau organisasi seperti bidang pengembangan pegawai di Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup Kota Banjar dalam melaksanakan program organisasinya dapat menjadi optimal. Meningkatnya kinerja pegawai pada dasarnya lebih ditentukan oleh bagaimana seorang pimpinan mampu mengembangkan karier dari para pegawai dalam sebuah organisasi, sehingga sangatlah wajar apabila hasil kerja yang dicapai para pegawai optimal. Pembentukan Dinas tersebut menyiratkan secara eksplisit akan pentingnya penempatan sumber daya manusia dalam pelaksanaan pembangunan, kongkritnya bahwa pembangunan yang dilaksanakan seyogyanya memprioritaskan manusianya/aparatnya/pegawainya. Dengan uraian termaksud, maka untuk mencapainya diperlukan efektivitas organisasi. Efektivitas organisasi itu sendiri ditentukan oleh faktor waktu, tenaga manusia, dana, sarana dan prasarana. Proses penempatan pegawai biasanya memiliki cara yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan pengertian penempatan pegawai menurut Siswanto (2003:88) mengemukakan bahwa : Penempatan tenaga kerja adalah suatu proses pemberian tugas dan pekerjaan tenaga kerja yang lulus dalam seleksi untuk dilaksanakan secara kontinuitas dengan wewenang dan tanggung jawab sebesar porsi dan komposisi yang ditetapkan serta mampu 5 mempertanggung-jawabkan segala resiko dan kemungkinan yang terjadi atas fungsi dan pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab tersebut. Berbagai mekanisme yang terdapat di dalam Organisasi penempatan pegawai atas aktivitas organisasi, karena ada keyakinan bahwa dengan pendekatan melalui penempatan pegawai dapat mengoptimalkan kinerja pegawai secara keseluruhan. Kinerja pegawai yang dimaksud berkaitan dengan kemajuan hasil kerja, agar pegawai mampu menunjukkan pelaksanaan kerjanya sesuai dengan target pekerjaan dan sasaran organisasi yang ditentukan. Kinerja pegawai juga dimaksudkan agar pegawai bertindak lebih efektif dan efisien dalam melakukan pekerjaan. Lebih lanjut Mangkunegara (2000:67) mengemukakan : ”Bahwa yang disebut kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerjanya secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Pemahaman kinerja dapat dilakukan oleh pegawai dalam pelaksanaan tugasnya. Artinya, seorang pegawai dapat melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan tuntutan rencana program organisasi yang telah ditetapkan, dengan tujuan agar semua sasaran kerja dapat dicapai. Bila pelaksanaan kerja dapat dicapai dengan optimal, berarti pegawai tersebut telah memenuhi tugas dan kewajiban kerjanya sesuai dengan standar kerja yang ditetapkan. Setelah penulis melakukan pengamatan di Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup Kota Banjar, ditemukan masalah kinerja pegawai kurang optimal. Hal tersebut terlihat dari indikator-indikator masalah sebagai berikut : 6 1. Kualitas kerja pegawai rendah. Contoh : Pegawai pada Sekretariat nampak kurang teliti dalam penyusunan rencana formasi, mutasi dan pengembangan karir pegawai, seringkali ditemukan kesalahan terutama dalam hal penulisan nama. Hal tersebut sudah barang tentu menjadi kendala terhadap pegawai yang bersangkutan, yang pada gilirannya akan berpengaruh terhadap kinerja pegawai di Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup Kota Banjar secara keseluruhan. 2. Kuantitas kerja pegawai rendah. Contoh : Pegawai pada Bidang Kebersihan (Seksi Sarana dan Prasarana) melaksanakan pekerjaan kurang berorientasi kepada tujuan yang sesuai dengan petunjuk teknis dan pelaksanaan. Misalnya dalam melaksanakan pendataan sarana dan prasarana kebersihan, pertamanan, pemakaman dan lingkungan hidup tidak akurat, hal ini akan berakibat pada kurang tepatnya jumlah yang dihasilkan dalam penyusunan petunjuk teknis pengadaan sarana-prasarana. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.1 Laporan Kinerja Pegawai No Jenis Kegiatan Target Realisasi 1 Penyusunan Rencana Formasi, Mutasi dan Pengembangan Karir Pekerjaan berkualitas sesuai rencana Banyak kesalahan 2 Pelaksanaan Pekerjaan Sarana dan Prasarana Pelaksanaan sesuai dengan juklak dan juknis Pelaksanaan tidak sesuai dengan juklak dan juknis kebersihan, pertamanan, pemakaman dan lingkungan hidup Keterangan Kendala bagi pegawai yang mengalami mutasi, promosi dan pengembangan karir Kurang tepat jumlah yang dihasilkan Sumber : Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup Kota Banjar, 2012. 7 Beberapa masalah di atas, diduga disebabkan oleh belum tepatnya penempatan pegawai oleh Kepala Dinas. Permasalahan diuraikan di atas jelas memerlukan jalan pemecahan yang sesuai dengan ketentuan, dan diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis di bidang pengembangan sehingga kinerja pegawai menjadi meningkat. Dengan demikian penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh “Pengaruh Penempatan Pegawai Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup di Kota Banjar”. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : Kinerja Pegawai Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup di Kota Banjar masih rendah diduga akibat dari Pengaruh Penempatan Pegawai kurang optimal”. Bertolak dari rumusan masalah dapat diidentifikasi masalah dengan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Berapa besar pengaruh penempatan pegawai terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup di Kota Banjar? 2. Berapa besar pengaruh penempatan pegawai diukur melalui prestasi akademis, pengalaman kerja, kesehatan fisik dan mental dan persyaratan 8 jabatan terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup di Kota Banjar? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk : 1. Menganalisis besarnya pengaruh penempatan pegawai dan kinerja pegawai Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup di Kota Banjar. 2. Mengembangkan konsep tentang penempatan pegawai dan kinerja pegawai Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup di Kota Banjar. 3. Menerapkan konsep secara teoritis tentang penempatan pegawai dalam memecahkan masalah Kinerja Pegawai Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup di Kota Banjar. 1.3.2 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Guna teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori-teori mengenai ilmu administrasi negara dan kebijakan publik khususnya kajian mengenai penempatan pegawai dan kinerja pegawai. 2. Guna praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup 9 Kota Banjar pada umumnya, tentang bagaimana pelaksanaan penempatan pegawai yang dapat meningkatkan kinerja pegawai. Disamping itu secara khusus dapat digunakan untuk pertimbangan dalam proses pembuatan serangkaian kebijakan dalam penempatan tenaga atau pegawai di lingkungan Dinas Kebersihan, Pertamanan, Pemakaman dan Lingkungan Hidup Kota Banjar.