I. 1.1. PENDAHULUAN Latar Belakang Sejalan dengan terjadinya perubahan politik (reformasi) di tingkat nasional, terjadi pula perubahan politik di tingkat lokal serta penataan hubungan pusat dan daerah dalam bentuk otonomi daerah. Penataan itu diwujudkan dengan dikeluarkannya UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999. Tujuan kedua UU ini adalah untuk menumbuhkan demokratisasi, pemberdayaan, dan pelayanan publik. Kriteria-kriteria penataan wilayah ini secara teknis diatur dalam UU No. 129/2002. Khusus untuk pemerintahan Jawa Barat Hal ini sejalan dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Dati I Jawa Barat No. 30 Tahun 1990 tentang Pola Induk Pengembangan Wilayah Provinsi Dati I Jawa Barat dalam jangka panjang (25-30 tahun), yang memuat arahan kebijakan dan memungkinkan penataan kembali daerah tingkat II di Jawa Barat dari 24 menjadi 42 daerah tingkat II. Surat Keputusan Gubernur tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh Instruksi Gubernur Kepala Dati I Jawa Barat Nomor 1 Tahun 1994 tentang Pemantapan Kebijakan Dalam Penataan Kembali Wilayah Administrasi Pemerintahan dan Otonomi Daerah Tingkat II di Lingkungan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. Pemerintah Kabupaten Ciamis bersama-sama Pemerintah Provinsi Jawa Barat memperhatikan perkembangan dan kemajuan wilayah Provinsi Jawa Barat pada umumnya dan Kabupaten Ciamis khususnya wilayah Kecamatan Banjar, memerlukan pengaturan penyelenggaraan pemerintahan secara khusus guna menjamin terpenuhinya tuntutan perkembangan dan kemajuan sesuai dengan aspirasi masyarakat di wilayah Kecamatan Banjar dengan harapan pelayanan menjadi maksimum. Banjar, hingga saat ini telah mengalami beberapa kali perubahan status. Sebelum menjadi pemerintahan daerah otonom dari 21 Februari 2003 sampai sekarang, pada tahun 1937-1940 Banjar merupakan kota kecamatan, sementara dari tahun 1941 hingga 1992 Banjar merupakan kota kewadanan dan menjadi kota administratif dari tanggal 2 Maret 1992 sampai dengan 20 Februari 2003. Pembentukan Banjar sebagai kota administratif disahkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 1991 tentang Pembentukan Kota Administratif Banjar yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negari pada tanggal 2 Maret 1992. Sementara itu pembentukan Pemerintahan Daerah Otonom Banjar berdasarkan Undang-undang Nomor 27 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Banjar di Provinsi Jawa Barat yang disahkan pada tanggal 11 Desember 2002 dan diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 21 Februari 2003. Pada tahun 1970 hingga 1990 Kota Banjar yang berada di jalur lintas Jabar-Jateng dan jalur lintas daerah wisata Pangandaran berkembang menjadi kota transit. Namun karena jalur transportasi ke Jateng dan Ciamis bagian selatan yang tidak baik maka rute transportasi terhenti di Kota Banjar. Selain sebagai kota transit Banjar juga dikenal sebagai kota perdagangan karena masyarakat yang berbatasan dengan kota Banjar seperti Cisaga, Banjarsari, Lakbok, Majenang dan Cilacap selalu berbelanja di kota Banjar. Secara politik, ekonomi, sosial dan budaya Kota Administratif Banjar memiliki kedudukan yang strategis karena dalam perkembangannya sebagai jalur lalu lintas penghubung antara Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Jawa Tengah, tumbuh sebagai kota industri, perdagangan, jasa, dan pariwisata bagi wilayah Jawa Barat bagian timur. Kesemuanya ini menjadikan fungsi Kota Administratif Banjar semakin berkembang sebagai kota industri, perdagangan, jasa, dan pariwisata. Kota Banjar memiliki potensi yang bisa dikembangkan seperti pertanian, kehutanan dan industri kecil. Luas lahan pertanian mencapai lebih dari 70 persen (Tabel 1.1) dari keseluruhan luas Kota Banjar dengan penduduk yang bermata pencarian sebagai petani sekitar 60 persen. Petani yang menggarap lahan tanaman pangan merupakan bagian terbesar namun pada tahun 2002 pertanian hanya berkontribusi sekitar Rp 128 miliar atau 21 persen dari total kegiatan ekonomi. Tabel 1.1. Komposisi Penggunaan Lahan Wilayah Pemerintahan Kota Banjar Tahun 2001 KECAMATAN (Ha) No JENIS LAHAN Pataruman Banjar Purwaharja Langensari Jumlah A. SAWAH 1. Teknis 181,00 0 413,43 1.279,00 1.873,43 2. Semi Teknis 216,00 0 70,16 0 286,16 3. Tadah Hujan 373,00 559,00 67,64 169,00 1.167,64 Jumlah Sawah 770,00 559,00 551,23 1.448,00 3.327,23 B. DARAT 1. Pemukiman & Pekarangan 957,14 831,78 236,23 563,07 2.205,22 2. Jasa 16,82 34,68 6,99 10,65 69,14 3. Tegalan 84,08 31,99 6,08 11,21 133,36 4. Kebun Campuran 1.208,13 668,34 371,81 948,80 3.197,08 5. Perkebunan 1.079,71 0 0 0 1.079,71 6. Industri 7,21 3,76 0,36 6,72 18,05 7. Hutan 709,88 0 486,28 0 1.196,16 8. Kolam/Tambak/Rawa 95,84 79,35 42,89 59,39 256,47 9. Lain-Lain 476,85 414,94 124,87 293,15 1.309,81 4.635,61 2.064,84 1.275,51 1.892,99 9.848 5.405,66 2.623,84 1.826,74 3.340,99 13.197,23 Jumlah Darat TOTAL Sumber : www.banjar-jabar.go.id, 2005 Salah satu komoditas pilihan pertanian khususnya tanaman pangan, adalah rambutan sibatulawang, jagung dan beras organik. Rambutan sibatulawang dikembangkan di areal 450 hektar. Lahan yang berproduksi sekitar 16 persen dengan rata-rata produksi lima ton per hektar. Beras organik merupakan salah satu produk Kota Banjar untuk mengupayakan intensifikasi tanaman padi yang ramah lingkungan. Pada tahun 2002 diuji coba pada lahan 250 hektar dan rata-rata produksi per bulannya 500 kilogram. Luas areal hutan Banjar mencapai 867,62 hektar dengan potensi hutan di Kota Banjar berada di Kawasan Hutan Negara dan Hutan Rakyat. Luas hutan terdiri dari Hutan Negara 1.008 ha, Perkebunan Negara seluas 1.079,71 ha, dan Hutan Rakyat 1.160 ha. Sumber pembiayaan pembangunan Kota Banjar hingga saat ini berasal dari PAD dan DAU (Dana Alokasi Umum). Pada tahun 2003 PAD Kota Banjar dari seluruh sektor sebesar Rp 6 miliar dan ditambah dengan DAU dari pemerintah pusat sebesar 42,5 miliar rupiah. Pada tahun 1996 penduduk Kota Administratif Banjar berjumlah 149.811 jiwa dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 154.851 jiwa. Berdasarkan data yang diperoleh dari situs resmi Pemerintahan Kota Banjar, pada tahun 2002 penduduk bermata pencaharian petani berjumlah 40.768 jiwa yang terdiri dari buruh tani berjumlah 18.162 jiwa dan pemilik lahan berjumlah 22.606 jiwa. Penduduk yang berprofesi PNS sebanyak 5.666 jiwa, swasta 4.326 jiwa, pedagang 10.574 jiwa, industri 799 jiwa dan pertukangan 3.990 jiwa. Total populasi pada tahun tersebut adalah 155.727 dengan jumlah penduduk berjenis kelamin laki-laki 77.184 jiwa dan perempuan 78.543 jiwa. Dari beberapa potensi dan sumber daya yang dimiliki diperlukan strategi pengembangan yang sesuai dengan karakteristik wilayah Kota Banjar. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah menetapkan sektor prioritas atau sektor basis yang merupakan sektor dengan keunggulan kompetitif yang lebih tinggi daripada daerah lain. Pengembangan sektor basis akan menjadi lokomotif bagi sektor lainnya. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Sektor dan sub sektor mana yang merupakan basis pembangunan Banjar sebagai kota otonom. 2. Strategi pengembangan sub sektor basis seperti apa yang sesuai dalam membangun Banjar sebagai kota otonom. 3. Strategi prioritas mana yang harus dilakukan untuk membangun kota Banjar berdasarkan sub sektor basis. 1.4. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas maka ditetapkan tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Menentukan sektor basis dan sub sektor basis pembangunan Banjar sebagai kota otonom. 2. Merumuskan strategi pengembangan bagi sub sektor basis dalam membangun Kota Banjar sebagai kota otonom. 3. Menentukan prioritas strategi pengembangan bagi sub sektor basis Kota Banjar.