MODUL PERKULIAHAN AKUTANSI PERPAJAKAN Pembukuan dan Pencatatan Fakultas Program Studi Ekonomi Magister Akuntansi Tatap Muka 01 Kode MK Disusun Oleh Kode MK Dr. Suhirman Madjid, SE,MSi,Ak, CA Abstract Kompetensi Pembukuan dan Pencatatan Syarat dan kewajiban pembukuan dan pencatatan. Hubungan Akuntansi Pajak dan Akuntansi Komersil Pencatatan sebagai dasar penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Pengecualian dan sanksi dari kewajiban pembukuan. Prinsip dasar akuntansi. - Laporan keuangan. Mampu memahami dan menjelaskan Pembukuan dan Pencatatan Pembahasan I. Pembukan Dan Pencatatan Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut. Pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final. A. Yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan 1. Wajib Pajak (WP) Badan; 2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (Empat milyar delapan ratus juta rupiah). B. Yang Wajib Menyelenggarakan Pencatatan 1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat milyar delapan ratus juta rupiah), dapat menghitung penghasilan neto dengan menggunakan norma penghitungan penghasilan neto, dengan syarat memberitahukan ke Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan; 2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas. C. Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan 1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya. 2. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan. 3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas. 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menteri Keuangan. 5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang. D. Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pencatatan 1. Pencatatan harus menggambarkan antara lain : a. Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang diterima dan/atau diperoleh; b. Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final. 2. Bagi WP yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha, pencatatan harus menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis usaha dan/atau tempat usaha yang bersangkutan. 3. Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan, WP orang pribadi harus menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban. E.Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan Tujuannya adalah untuk mempermudah: 1. Pengisian SPT; 2. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak; 3. Penghitungan PPN dan PPnBM; 4. Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil kegiatan usaha/pekerjaan bebas II. Hubungan Akuntansi Pajak dengan Akuntansi Komersial Akuntansi merupakansuatu ilmu yang luas maknanya, khususnya akuntansi komersial yang menjadi panutan akuntansilainnya termasuk akuntansi pajak. Perpajakan dan akuntansi komersial mempunyai hubunganyang bersifat simbiosis mutualisme, yang artinya satu sama lainnya memiliki hubungan yangsaling mendukung dan sangat erat kaitannya sesuai dengan peraturan yang berlaku akuntansikomersial merupakan alat pembuktian jika administrasi perpajakan melakukan pemeriksaan pajak (tax audit) untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Penghasilan yangdihitung menurut pembukuan wajib pajak yang didasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dapat berbeda dengan Penghasilan Kena Pajak (PKP) 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang dihitung berdasarkanketentuan pajak. Perbedaan tersebut dapat dikelompokkan menjadiperbedaan tetap permanent differences) dan perbedaan waktu (timing differences) .Dengan demikian, apabila terjadi perbedaan antara ketentuan akuntansi dengan ketentuan pajak, untuk keperluan pelaporan dan pembayaran pajak maka Undang-Undang Perpajakanmemiliki prioritas untuk dipatuhi sehingga tidak menimbulkan kerugian material bagi wajib pajak yang bersangkutan. Mekanisme penyesuaian akuntansi komersial ke akuntansi pajak biasadisebut rekonsiliasi fiskal. Beda Tetap ( Permanent Different ) Beda Tetap merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antaraakuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya permanen artinyakoreksi fiskal yang dilakukan tidak akan diperhitungkan dengan laba kena pajak tahun pajak berikutnya. Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena beda tetap terjadi karena : Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut Undang-undang PPh bukan merupakan penghasilan, contohnya dividen atau bagian laba yangditerima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi,Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan serta kepemilikan saham pada badan yangmemberikan dividen paling rendah 25% (Pasal 4 ayat 3 UU PPh) Menurut akuntansi komersial merupakan penghasilan, sedangkan menurut Undang-undang PPh telah dikenakan PPh Final, contohnya Pasal 4 ayat 2 UU PPh.Dalam hal pengakuan biaya/beban koreksi karena beda tetap terjadi karena menurutakuntansi komersial merupakan biaya, sedangkan menurut Undang-undang PPh bukanmerupakan biaya yang dapat mengurangi penghasilan bruto, misalnya : biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan ; yang bukan objek pajak; yang pengenaan pajaknya bersifat final; yang dikenakan pajak berdasarkan norma penghitungan penghasilan penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan Pajak Penghasilan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa dendayang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan. 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id biaya-biaya lainnya yang menurut Undang-undang PPh tidak dapat dibebankan (Pasal 9 ayat1 UU PPh) Koreksi atas beda tetap penghasilan akan menyebabkan koreksi negatif artinya Penghasilan yang diakuai oleh akuntansi komersial namun secara fiskal harus dikoreksi baik itukarena bukan merupakan objek pajak maupun karena telah dikenakan PPh final, akanmenyebabkan laba kena pajak akan berkurang yang akhirnya akan menyebabkan PPh terutangakan lebih kecil. Koreksi atas beda tetap biaya akan menyebabkan koreksi positif artinya biaya yangdiakuai oleh akuntansi komersial namun secara fiskal harus dikoreksi, akan menyebabkan labakena pajak akan bertambah yang akhirnya akan menyebabkan PPh terutang akan lebih besar. Beda Waktu (Time Different) Beda Waktu merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antaraakuntansi komersial dengan ketentuan Undang-undang PPh yang sifatnya sementara artinyakoreksi fiskal yang dilakukan akan diperhitungkan dengan laba kena pajak tahuntahun pajak berikutnya.Dalam hal pengakuan penghasilan koreksi karena beda waktu terjadi karena : Penerimaan penghasilan cash basis untuk lebih dari satu tahun. Secara akuntansi komersial penghasilan tersebut harus dialokasi sesuai dengan masa perolehannya sesuai dengan prinsipmatching cost with revenue. Sedangkan menurut Undang-undang PPh, penghasilan tersebutharus diakui sekaligus pada saat diterima.Dalam hal pengakuan biaya koreksi karena beda waktu terjadi karena : Perbedaan metode penyusutan, dimana menurut Undang-undang PPh metode penyusutanyang diperbolehkan hanya metode garis lurus dan saldo menurun Perbedaan metode penilaian persediaan, dimana menurut Undang-undang PPh metode penilaian persediaan yang diperbolehkan hanya metode rata-rata dan FIFO Penyisihan piutang tak tertagih, dimana menurut Undang-undang Penyisihan piutang tak tertagih tidak diperkenankan kecuali untuk usaha-usaha tertentuKoreksi atas beda waktu penghasilan akan menyebabkan koreksi positif pada saat penghasilan diterima dan akan menyebabkan koreksi negatif pada tahun-tahun berikutnya.Koreksi positif ini akan menyebabkan laba kena pajak akan bertambah, sedangkan koreksinegatif tahun-tahun berikutnya akan menyebabkan laba kena pajak akan berkurang.Koreksi atas beda waktu biaya dapat menyebabkan koreksi positif maupun koreksi negatif tergantung dari metode yang digunakan. 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Prinsip Dasar Akuntansi Prinsip Dasar Akuntansi. Prinsip Dasar Akuntansi merupakan sebuah prinsip dalam melakukan pencatatan atau pembukuan transaksi keuangan dalam sebuah perusahaan. Atau dengan kata lain Prinsip dasar akuntansi adalah sifat yang mendasari akuntansi dan seluruh laporan keuangan Sebagaimana di ketahui bahwa Prinsip dasar akuntansi (principles of accounting) ada 4 yaitu : 1. Prinsip Biaya Historis (Historical Cost Principle) Perusahaan di wajibkan untuk memperlakukan sebagian besar aktiva dan kewajiban dilaporkan dan di catat sesuai harga akuisi. Hal tersebut di maksudkan karena Biaya dapat di andalkan dengan keunggulan lebih baik di bandingkan dengan penilaian lainnya. 2. Prinsip Pengakuan Pendapatan (revenue recognition principle) Pendapatan biasanya di akui sebagai pendapatan ketika telah di realisasikan dan hal tersebut yang biasa di kenal sebagai prinsip pengakuan pendapatan. Lalu kapan pendapatan itu di katakan di realisasikan ?. Pendapatan baru di katakan terealisasi saat produk barang atau jasa telah di tukar dengan kas atau klaim atas kas. Namun ada pengecualian untuk beberapa kasus tertentu. Namun jika pendapatan tidak di ketahui nilai nominalnya maka penerimaan kas akan di jadikan sebagai dasar pengakuan pendapatan itu sendiri. 3. Prinsip Penandingan (Matching Principle) Prinsip penandingan adalah ketika perbandingan dapat di lakukan antara pendapatan dan biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut. Perlu untuk di ingat, beban yang di maksud adalah beban yang secara langsung memberikan kontribusi dalam memperoleh pendapatan tersebut. Atau dengan kata lain bahwa proses pencapaian (Beban) dapat di bandngkan dengan hasil pencapaian (Pendapatan) dengan sebuah catatan bahwa hal tersebut masuk akal (rasional) dan bisa di terapkan. 4. Prisip Pengungkapan Penuh (Full Disclosure Principle) Perinsip pengungkapan penuh adalah proses yang biasa di lakukan dalam menyajikan sebuah informasi yang di pandang cukup dan dapat dijadikan penilaian dan pengambilan sebuah keputusan. Maksudnya adalah bahwa informasi keuangan yang ada dalam laporan keuangan menggambarkan serangkaian penilaian. Pada dasarnya ke 4 prinsip dasar akuntansi ini perlu untuk di ketahui dan di pahami secara baik. Karena prinsip inilah yang menjadi pegangan dalam penilaian suatu laporan keuangan. Saya kira sudah bisa untuk pahami tetang Prinsip Dasar Akuntansi. 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Laporan Keuangan Menurut PSAK Dalam kaitannya dengan komponen laporan keuangan, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah mensahkan PSAK 1 (Revisi 2009) tentang penyajian laporan keuangan pada tanggal 15 Desember 2009 yang merupakan revisi dari PSAK 1 tahun 1998. Pada kesempatan ini, akan dipaparkan tentang beberapa perubahan-perubahan yang terkait dengan PSAK 1 tantang penyajian laporan keuangan yang akan dimulai dari istilah-istilah apa saja yang berubah, disusul dengan komponen laporan keuangan yang lengkap, dan bagaimana bentuk penyajian laporan keuangan. Pernyataan ini menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements) yang selanjutnya disebut ‘laporan keuangan’ agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan keuangan bertujuan umum (selanjutnya disebut sebagai ’laporan keuangan’) adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan keuangan tersebut. LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi: Asset Laibilitas Ekuitas Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik Arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. Catatan atas laporan keuangan itu sendiri berisi informasi tambahan atas apa yang disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan pendaptan komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id memberikan penjelasan atau rincian dari pos-pos yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dan informasi mengenai pospos yang tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan. Komponen Laporan Keuangan Lengkap Berdasarkan PSAK 1 (Revisi 2009), komponen laporan keuangan lengkap mengalami perubahan dari yang tadinya hanya mencakup lima item, sekarang mencakup enam item. Pada PSAK 1 (Revisi 1998), komponen laporan keuangan lengkap meliputi:Neraca Laporan laba rugi Laporan perubahan ekuitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan Sedangkan menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan pada tanggal 15 Desember 2009 dan mulai efektif berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponenkomponen berikut ini : Laporan posisi keuangan pada akhir periode Laporan laba rugi komprehensif selama periode Laporan perubahan ekuitas selama periode Laporan arus kas selama periode Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Jika kita bandingkan antara PSAK 1 (Revisi 1998) dengan PSAK No. 1 (Revisi 2009), terkait komponen laporan keuangan, maka terdapat dua perbedaan utama yaitu: perubahan pada laporan laba rugi, dimana sebelumnya hanya mensyaratkan laporan laba rugi, sekarang harus menyajikan laporan laba rugi komprehensif PSAK 1 (Revisi 1998) tidak mensyaratkan adanya laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Perlu ditekankan bahwa antara laporan laba rugi dengan laporan laba rugi komprehensif memiliki perbedaan. Laporan laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponen-komponen pendapatan komprehensif lain. Sedangkan laporan laba rugi komprehensif termasuk didalamnya laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif. Pendapatan komprehensif mencakup : Perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK 16 (Revisi 2007): Aset Tetap dan PSAK 19 (Revisi 2009): Aset Tidak Berwujud) Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui sesuai dengan PSAK 24: Imbalan Kerja Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing (lihat PSAK 10 (Revisi 2009): Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing) Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang dikategorikan sebagai ‘tersedia untuk dijual’ (lihat PSAK 55 (Revisi 2006) : Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran) Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas (lihat PSAK 55 (Revisi 2006) : Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran) Karakteristik Umum Penyajian Secara Wajar dan Kepatuhan terhadap SAK Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, laibilitas, pendapatan dan beban yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan SAK, dengan pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap SAK membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak boleh menyebutkan bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap SAK kecuali laporan keuangan tersebut telah patuh terhadap semua yang dipersyaratkan dalam SAK. 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Entitas tidak dapat memperbaiki kebijakan akuntansi yang tidak tepat baik dengan pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan atau pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan atau materi penjelasan. Kelangsungan Usaha Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat penilaian tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen bertujuan untuk melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan, atau tidak mempunyai alternatif lainnya yang realistis selain melakukannya. Jika manajemen menyadari (dalam membuat penilaiannya) mengenai adanya ketidakpastian yang material sehubungan dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan ketidakpastian tersebut. Jika entitas menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak dipertimbangkan sebagai entitas yang dapat menggunakan asumsi kelangsungan usaha. Dalam mempertimbangkan apakah dasar asumsi kelangsungan usaha adalah tepat, manajemen memerhatikan semua informasi masa depan, paling sedikit (namun tidak dibatasi untuk) dua belas bulan dari akhir periode pelaporan. Tingkat pertimbangan tergantung pada fakta dari setiap kasus. Jika selama ini entitas menghasilkan laba dan mempunyai akses ke sumber pembiayaan, maka dapat disimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai tanpa melalui analisis rinci. Dasar Akrual Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali laporan arus kas. Ketika akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset, laibilitas, ekuitas, pendapatan dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsure-unsur tersebut dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. Materialitas dan Agregasi Entitas menyajikan secara terpisah kelompok pos sejenis yang material. Entitas menyajikan secara terpisah pos yang mempunyai sifat atau fungsi berbeda kecuali pos tersebut tidak material. Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah transaksi atau peristiwa lain yang diklasifikasikan sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses penggabungan dan pengklasifikasian adalah penyajian dalam laporan keuangan. Jika suatu 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id klasifikasi pos tidak material, maka dapat digabungkan dengan pos lain yang sejenis dalam laporan keuangan atau dalam catatan atas laporan keuangan. Suatu pos mungkin tidak cukup material untuk disajikan terpisah dalam laporan keuangan tetapi cukup material untuk disajikan terpisah dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak diperlukan untuk memberikan suatu pengungkapan khusus yang diminta oleh suatu PSAK jika informasi tersebut tidak material. Saling Hapus Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan laibilitas atau pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh suatu PSAK. Entitas melaporkan secara terpisah untuk aset dan laibilitas serta pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan laba rugi komprehensif atau laporan posisi keuangan atau dalam laporan laba rugi terpisah (jika disajikan) mengurangi kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami transaksi, peristiwa dan kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa. Pengukuran aset secara neto setelah dikurangi penyisihan penilaian (misalnya, penyisihan keusangan atas persediaaan dan penyisihan piutang tak tertagih) tidak termasuk kategori saling hapus. Frekuensi Pelaporan Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi komparatif) setidaknya secara tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode satu tahun, sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, maka entitas mengungkapkan: Alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek Fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan secara keseluruhan. Informasi Komparatif Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh SAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan. Entitas yang mengungkapkan informasi komparatif menyajikan minimal dua laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas laporan keuangan. Jika entitas menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali secara retrospektif atas pos-pos dalam 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id laporan keuangan atau mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan, maka entitas menyajikan minimal tiga laporan posisi keuangan, dua laporan untuk tiap jenis laporan lainnya, dan catatan atas laporan keuangan. Entitas menyajikan laporan posisi keuangan pada: Akhir periode berjalan Akhir periode sebelumnya (yang sama dengan awal periode berjalan) Permulaan dari periode komparasi terawal Konsistensi Penyajian Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus konsisten kecuali : Setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau review atas laporan keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam PSAK 25 Perubahan tersebut diperkenankan oleh suatu PSAK Laporan Posisi Keuangan Informasi yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos berikut: Aset tetap Properti investasi Aset tidak berwujud Aset keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan pada (5), (8) dan (9) Investasi dengan menggunakan metode ekuitas Aset biolojik Persediaan Piutang dagang dan piutang lainnya Kas dan setara kas Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58. Utang dagang dan terutang lainnya Kewajiban diestimasi Laibilitas keuangan (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam (11) dan (12) 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Laibilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46 Laibilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam PSAK 46 Laibilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58 Kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas Modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Entitas mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan disajikan secara terpisah didasarkan atas penilaian dari: Sifat dan likuiditas asset Fungsi aset tersebut dalam entitas Jumlah, sifat dan jangka waktu laibilitas Aset Lancar Entitas mengklasifikasikan aset sebagai asset lancar, jika: Entitas mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal Entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan Entitas mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan atau Kas atau setara kas (seperti yang dinyatakan dalam PSAK 2: Laporan Arus Kas) kecuali aset tersebut dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk menyelesaikan laibilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan. Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai aset tidak lancar. Laibilitas Jangka Pendek Suatu laibilitas diklasifikasikan sebagai laibilitas jangka pendek jika: Entitas mengharapkan akan menyelesaikan laibilitas tersebut dalam siklus operasi normalnya Entitas memiliki laibilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan Laibilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan setelah periode pelaporan Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas selama sekurangkurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan. Entitas mengklasifikasi laibilitas yang tidak termasuk kategori tersebut sebagai laibilitas jangka panjang. Laporan Laba Rugi Komprehensif Entitas menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode: Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam bentuk dua laporan: Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi(laporan laba rugi terpisah) Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain (laporan pendapatan komprehensif). Informasi yang Disajikan dalam Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan laba rugi komprehensif, sekurangkurangnya mencakup penyajian jumlah posposberikut selama suatu periode: Pendapatan Biaya keuangan Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas Beban pajak Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari: Laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan Keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan Laba rugi Setiap komponen dari pendapatan komprehensif lain yang diklasifikasikan sesuai dengan sifat (selain jumlah dalam huruf (8) Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas Total laba rugi komprehensif. Laporan Perubahan Ekuitas Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan: Total laba rugi komprehensif selama suatu periode, yang menunjukkan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan nonpengendali Untuk tiap komponen ekuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif yang diakui sesuai dengan PSAK 25 Untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari: Laba rugi 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Masing-masing pos pendapatan komprehensif lain Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukkan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian. Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan nilai dividen per saham. Laporan Arus Kas Informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas dan kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut. PSAK 2 mengatur persyaratan penyajian dan pengungkapan informasi arus kas. Catatan atas Laporan Keuangan Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi tertentu yang digunakan sesuai dengan paragraf 115 – 122 Mengungkapkan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan Memberikan informasi yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan. 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka 1. Waluyo. 2014, Perpajakan Indonesia Buku Satu, Salemba Empat. 2. Waluyo. 2015, Akuntansi Pajak, Salemba Empat. 3. Undang-undang Perpajakan dan aturan pelaksanaannya 4. Ikatan Akuntan Indonesia. 2013. Standar Akuntansi Keuangan Per ! Juli 2013. Salemba Empat. 2016 1 Akuntansi Perpajakan Dr. Suhirman Madjdi, SE.,MS.i.,Ak.,CA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id