hubungan asi ekslusif dengan kejadian diare pada bayi usia 0

advertisement
HUBUNGAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN
DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN
DI RUMAH SAKIT SYARIF HIDAYATULLAH
TAHUN 2013
Laporan ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Ummi Habibah
NIM : 1110103000027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil ‘alamin segenap puji dan syukur saya haturkan kehadirat
Ilahi Rabbi Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan kepada saya
serta atas izin dan ridho-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian ini
tepat pada waktunya yang berjudul “HUBUNGAN ASI EKSLUSIF DENGAN
KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI RUMAH SAKIT
SYARIF HIDAYATULLAH TAHUN 2013’’. Saya sadar bahwa tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, mungkin akan terasa berat dan sulit
dalam menyelesaikan penelitian ini. Oleh karena itu saya mengucapkan banyak
terimakasih kepada:
1. Prof. DR. (HC). dr. M.K. Tadjudin Sp. And selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islma Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. dr.Witri Ardini, M. Gizi, SpGK selaku Kepala Program Studi Program
Studi Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Semua dosen saya yang telah membimbing dan memberikan kesempatan
kepada saya untuk menimba ilmu selama saya menjalani masa pendidikan
di PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. dr. Riva Auda, SpA, MKes selaku dosen pembimbing I dan Silvia Fitrina
Nasution M. Biomed selaku pembimbing II yang telah senantiasa
meluangkan waktu, mengorbankan tenaga dan pikiran untuk memberikan
arahan serta bimbingan dalam menyusun dan menyelesaikan penelitian ini.
5. dr. Yanti Susianti, SpA dan dr. Marita Fadhilah, Ph.D selaku dewan
penguji.
6. Kepada orang tua saya, H. Murdani, sebagai sosok ayah yang selalu
menanamkan jiwa dan budi pekerti yang luhur kepada anak-anaknya serta
v
menjadi inspirasi bagi anak-anaknya dan Dra. Hj. Evariana, MPdI sebagai
sosok ibu yang selalu bersabar dan bergelimang do’a dalam mendidik
anak-anaknya
7. Kepada semua keluarga saya yang selalu mendo’akan dan mendukung
saya dalam memberikan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman sekelompok penelitian saya, Mutiara Qori Akbar, M.
Fernando Pratama, Maulina Sulpi, Cika Irlia Azzahra yang senantiasa
saling membantu memberi masukan dan mengajari satu sama lain
sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini.
9. Keluarga besar PSPD 2010 teman-teman sejawat dan seperjuangan yang
telah berjalan beriringan meniti hari dan merajut mimpi bersama diruang
401.
10. Ibu-ibu yang telah berkunjung ke poli anak yang bersedia mengisi
kuesioner untuk memenuhi hasil penelitian sehingga penelitian kita
berjalan dengan baik.
11. Direktur beserta staf, khususnya yang berada di poli anak RS Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memebantu bekerja sama sampai
selesainnya penyusunan riset ini.
Akhir kata saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dari
semua pihak yang telah membantu saya menyelesaikan penelitian ini. Semoga
penelitian ini dapat membawa manfaat bagi perkembangan ilmu khususnya dalam
bidang kedokteran
Ciputat, 09 September 2013
Ummi Habibah
vi
ABSTRAK
Ummi Habibah. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan ASI Ekslusif
dengan Kejadian Diare pada Bayi Usia 0-12 Bulan di Rumah Sakit Syarif
Hidayatullah Tahun 2013.
Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah utama kesehatan.
Hal ini disebabkan masih tingginya angka kematian yang disebabkan oleh diare
tersebut terutama pada bayi dan balita, dan termasuk angka kematian tertinggi di
daerah Tangerang.
Data yang diperoleh
tahun 2011 di wilayah tersebut,
menunjukkan kematian bayi sebesar 23,1% disebabkan oleh diare. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan ASI ekslusif terhadap kejadian diare pada
bayi usia 0-12 bulan di RS UIN Syarif Hidayatullah, di wilayah Ciputat
Tangerang Selatan.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode cross sectional
(potong lintang). Sampel diperoleh secara consecutive sampling dengan metode
kuesioner dan wawancara dari responden yang memenuhi kriteria sampel. Dari
sejumlah 124 responden, 11,8% yang diberi ASI ekslusif tidak mengalami diare,
sedangkan responden yang tidak diberi ASI ekslusif 39,3% mengalami diare.
Hasil uji Chi-Square dengan nilai p<0.005 menunjukkan adanya hubungan yang
bermakna antara pemberian ASI ekslusif terhadap kejadian diare.
Kata kunci : bayi 0-12 bulan, ASI ekslusif, kejadian diare
vii
ABSTRACT
Ummi Habibah, Medical studying program. The correlation between
ASI exclusive and incidence of diarrhea in babies of age 0-12 month at Syarif
Hidayatullah hospital in 2013.
Diarrhea was reported as one of the most health problem in Indonesia. It is
related to the high mortality cases of diarrhea in infant, particularly reported the
incidence in Tangerang district. The data from this area in 2011 showed that
23.1% of infant mortality was caused by diarrhea. The study aimed to see the
correlation between ASI exclusive and incidence of diarrhea in babies of age 0-12
month at Syarif Hidayatullah hospital Ciputat in South Tangerang district.
The study designed for descriptive analytic with cross-sectional method.
Collecting samples was conducted by consecutive sampling and performed by
qustionaries and interview to the mothers whose the babies matched with the
criteria. The finding result was 11.8% of 124 samples showed that babies with
ASI exclusive has performed no diarrhea, and oppositely 39.3% occurred diarrhea
in non exclusive babies. The statistic result of Chi Square with p<0.005 showed
that significant correlation between ASI exclusive and the incidence of diarrhea in
babies of age 0-12 month at RS Syarif Hidayatullah..
Keywords : ASI exclusive, Babies of age 0-12 month, and incidence of diarrhea
viii
DAFTAR ISI
JUDUL………………………………………………………………………….... i
LEMBAR PERNYATAAN……………………………………………………...ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………iii
LEMBAR
PENGESAHAN……………………………………………………..Error!
Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………...v
ABSTRAK………………………………………………………………………vii
DAFTAR TABEL………………………………………………………………xi
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………...xii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………...……xiv
BAB 1…………………………………………………………………………….1
PENDAHULUAN…………………………………………………………….....1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………….2
1.3 Hipotesis……………………………………………………………….. …3
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………………......3
1.4.1 Tujuan Umum……………………………………………………………3
1.4.2 Tujuan Khusus…………………………………………………...……3
1.5 Manfaat Penelitian…………………………………………………...……3
BAB 2……………………………………………………………………………4
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………..4
2.1 ASI dan Manfaat Kandungan Nutrisinya……...…..………………………4
2.2 ASI dan Kesehatan Saluran Cerna……..…………………………………6
2.3 ASI Eksklusif ,Cara Pemberiannya dan Manfaatnya…….………………..7
2.4 Komposisi ASI dan Kesehatan Saluran…………………………………...8
2.5 ASI dalam Pandangan Islam………………………….…………………..10
2.6 Diare, gejala dan kriteria penyebabnya………………………………......10
2.7 Epidemiologi Diare dan Penyebabnya di Indonesia……………………...11
2.8 Patofisiologi dan Gejala Klinis Diare berdasarkan penyebab Diarenya….13
2.9 Tatalaksana Diare Farmakologi dan Non Farmakologi…………….…….16
ix
2.10 Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Diare.………………..…11
2.11 Kerangka Teori……………………………….………………………....24
2.12 Kerangka Konsep…………………………………………………………25
2.13 Definisi Operasional……………………………………………………...26
BAB III ................................................................................................................. 27
METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................ 27
3.1 Desain .......................................................................................................... 27
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 27
3.3 Populasi dan Sampel ................................................................................... 29
3.4 Kriteria Penelitian ........................................................................................ 30
3.4.1Kriteria Inklusi ....................................................................................... 30
3.4.2 Kriteria Eksklusi………………………………………………………30
3.5 Cara Kerja Penelitian………………………………………………………30
3.5.1 Izin Pengambilan Data Sekunder Penelitian…………………………..30
3.5.2 Alur Penelitian………………………………………………………...31
3.6 Managemen Data ......................................................................................... 31
3.6.1 Pengumpulan Data ................................................................................ 31
3.6.2 Pengolahan Data ................................................................................... 31
3.6.3 Analisis Data…………………………………………………………..31
BAB 4 ................................................................................................................... 32
HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 32
4.1 Karakteristik Subyek Penelitian .................................................................. 33
4.2 Distribusi Pemberian ASI eksklusif Terhadap Diare .................................. 33
4.3 Pembahasan ................................................................................................. 33
BAB 5 ................................................................................................................... 35
SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................. 35
5.1 SIMPULAN ................................................................................................. 35
5.2 Saran ............................................................................................................ 35
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36
LAMPIRAN……………………………………………………………………..38
x
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penilaian keparahan dehidrasi…………………………………….12
Tabel 2.2 Penentuan derajat dehidrasi……………………………………….16
Tabel 2.3 Pemberian cairan pada anak……………………………………....20
Tabel 2.4 Terapi Antimikroba pada Diare Akibat Bakteri…………………..23
Tabel 2.5 Definisi Operasional………………………………………………27
Tabel 3.1 Matriks Kegiatan……………………………………………...…..31
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik subyek penelitian………………………...35
Tabel 4.2 Hubungan pemberian ASI ekslusif dengan kejadian diare…........36
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Penanganan Diare Pada Dehidrasi Berat……………………21
Gambar 1.2 Kerangka Teori……………………………………………...25
Gambar 1.3 Kerangka Konsep…………………………………………...26
Gambar 1.4 Alur Penelitian……………………………………………...34
xii
DAFTAR SINGKATAN
ASI
: Air Susu Ibu
RS
: Rumah Sakit
WHO
: World Health Organization
UNICEF
: United Nations International Children's Emergency Fund
IDAI
: Ikatan Dokter Anak Indonesia
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
FSH
: Follicle stimulating hormone
GUT
: Gut associated lymphoid tissue
IgA
: Immunoglobulin A
CRT
: Capilarry Refill Time
KEP
: Kurang energi protein
cAMP
: cyclic Adenosine monophosphate
ETEC
: Enterotoksik Escherichia Coli
EHEC
: Enterohemoragik Escherichia Coli
SHU
: syndrome hemolitik uremic
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Jenis Kelamin Bayi………………………………………………42
Lampiran 1.2 Jumlah Bayi Berdasarkan Usia………………………………….43
Lampiran 1.3 Jumlah Bayi yang menggunakan ASI ekslusif/tidak…………...44
Lampiran 1.4 Jumlah Bayi yang Diare/tidak…………………………………...46
Lampiran 1.5 Hubungan ASI Ekslusif dan Diare……………………………….47
Lampiran 2.1 Informed Consent……………………………………........48
Lampiran 2.2 Kuesioner……………………………………………..……49
Lampiran 3.1 Daftar Riwayat Hidup……………………………………..51
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Diare dapat didefinisikan sebagai meningkatnya frekuensi buang air besar
dan berubahnya konsistensi menjadi lebih lunak atau bahkan cair. Diare masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk di
Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian dan kesakitan tertinggi
pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Menurut data, sebanyak 6 juta atau
17% anak di dunia meninggal setiap tahunnya karena diare.1,2,3
Diare masih merupakan masalah serius di berbagai tempat diseluruh dunia,
dan salah satu penyebabnya adalah akibat malnutrisi pada anak.1 kurangnya
kesadaran ibu dalam memberikan ASI eksklusif pada bayinya yaitu berkisar 60%
di wilayah Tangerang, merupakan salah satu penyebab kejadian tersebut. Air Susu
Ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi yang baik bagi bayi, dan mengandung
berbagai macam protein, karbohidrat, vitamin dan sudah dibagi dalam jumlah
yang seimbang.1 Manfaat paling penting dari pemberian ASI ekslusif pada bayi
adalah perlindungan terhadap infeksi seperti diare. Berdasarkan hasil pengamatan
pada bayi usia 0-6 bulan yang diberikan ASI eksklusif frekuensi terjadinya diare
lebih sedikit, karena ASI melindungi gastrointestinal pada bayi.4,5
Diare merupakan penyakit penyebab kematian tertinggi di kota Tangerang
pada tahun 2011, yaitu sebesar 23,1 % dari seluruh kematian balita di Tangerang.
Berdasarkan Profil data Dinas Kesehatan di Indonesia dinyatakan bahwa kasus
diare adalah kasus kematian tertinggi pada tahun 2010, yaitu sebanyak 1.289, di
daerah banten sendiri pada tahun 2011 ditemukan 449.959 yang mengalami rawat
inap.4,5,6
Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi yang baik bagi bayi , dan
mengandung berbagai macam protein, karbohidrat, vitamin dan sudah dibagi
dalam jumlah yang seimbang.1 ASI mengandung semua nutrient yang dibutuhkan
1
2
untuk bayi dalam jumlah yang benar dan tidak pernah basi. Manfaat paling
penting dari pemberian ASI eksklusif pada bayi adalah perlindungan terhadap
infeksi seperti diare, berdasarkan hasil pengamatan, pada bayi usia 0-6 bulan yang
diberikan ASI eksklusif frekuensi terjadinya diare lebih sedikit, karena ASI
melindungi gastrointestinal pada bayi.4,5
World Health Oganization (WHO) dan United Nations International
Children's Emergency Fund (UNICEF) memperkirakan bahwa hampir sekitar 2,5
miliar peristiwa diare terjadi setiap tahun pada anak di usia balita di negara-negara
berkembang dengan lebih dari 80% kejadian diare terjadi di Afrika dan Asia
Selatan (masing-masing 46% dan 38%).4
Karena tingginya angka kesakitan dan kematian diare di banten secara
umum dan khususnya daerah Tangerang, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian, yaitu untuk mengetahui seberapa besar kejadian diare pada bayi usia 012 bulan dan presentasi pemberian ASI eksklusif oleh ibu pada pasien anak di RS
Syarif Hidayatullah, maka peneliti melakukan survey data dan observasi ke RS
Syarif Hidayatullah serta melakukan pengumpulan data kuesioner pada ibu-ibu
yang datang ke bagian anak tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Diare masih merupakan masalah kesehatan pada anak terutama bayi usia
0-12 bulan di wilayah Tangerang Selatan. Dengan data kejadian diare pada tahun
2011 berkisar 23,1% dari seluruh kematian bayi di Tangerang Selatan. Hal ini
sejalan dengan rendahnya kesadaran ibu memberikan ASI eksklusif pada bayinya
yaitu berkisar 60% di wilayah tangerang.
Apakah pemberian ASI ekslusif
berhubungan terhadap kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan pada pasien anak
di RS Syarif Hidayatullah?
1.3 Hipotesis
Pemberian ASI eksklusif mempengaruhi penurunan kejadian diare pada
bayi usia 0-12 bulan pada pasien anak di RS Syarif Hidayatullah.
3
1.4 Tujuan penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan ASI eksklusif dengan kejadian diare pada bayi
umur 0-12 bulan pada pasien anak di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah.
Tujuan Khusus
1. Mengetahui persentase bayi usia 0-12 bulan yang diberi ASI ekslusif dan
non eksklusif pada pasien anak di RS Syarif Hidayatullah.
2. Mengetahui persentase bayi usia 0-12 bulan yang diberi ASI ekslusif dan
non eksklusif pada pasien anak di RS Syarif Hidayatullah
3. Mengetahui angka kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan yang diberi
ASI eksklusif dan non eksklusif di RS Syarif Hidayatullah.
1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan masyarakat Ciputat khususnya daerah Tangerang Selatan pada
umumnya tentang manfaat ASI serta pengaruhnya terhadap kejadian diare
pada bayi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ASI dan Manfaat Kandungan Nutrisinya
ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi yang mengandung zat-zat
gizi yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi,
memberi perlindungan terhadap infeksi dan alergi juga merangsang
pertumbuhan sistem kekebalan. ASI mengandung berbagai macam zat-zat
penting untuk kekebalan tubuh, seperti vitamin, karbohidrat, lemak, mineral,
dan lain-lain.1
ASI adalah makanan ideal bagi bayi, yang mengandung nutrien spesifik
spesies dan spesifik usia, faktor imunologis dan sifat antibakteri, serta faktorfaktor
yang berfungsi
sebagai sinyal biologis untuk
meningkatkan
pertumbuhan dan diferensiasi sel.1,8
ASI merupakan sumber nutrisi yang dapat memberikan perlindungan
kepada bayi melalui berbagai komponen zat kekebalan yang terkandung
didalamnya (vitamin, mineral, karbohidrat, protein, lemak).8
Menurut Soetjiningsih tahun 2001, manfaat ASI adalah:9
a. Manfaat ASI secara umum adalah
1) ASI merupakan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang terbaik
ASI merupakan sumber gizi yang sangat deal, berkomposisi seimbang
dan cara alami disesuaikan dengan kebutuhan
masa pertumbuhan bayi ASI
adalah makanan yang sangat sempurna baik kualitas maupun kuantitas. ASI
sebagai makanan tunggal akan mencukupi kebutuhan tubuh bayi sehingga usia 6
bulan. Setelah usia 6 bulan bayi harus mendapat makanan padat, tetapi pemberian
ASI dapat diteruskan sampai bayi berumur 2 tahun.
4
5
2) ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi baru lahir secara alamiah mendapat imunologi (zat kekebalan tubuh
atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui ASI terutama yang terkandung dalam
kolostrum yang mengandung antibodi. Badan bayi baru lahir akan memproduksi
sendiri immunoglobulin secara cukup saat mencapai usia empat bulan.
3) Manfaat ASI bagi bayi
Pemberian ASI dapat membantu bayi memulai kehidupannya dengan baik,
kolostrum, atau susu pertama mengandung anti bodi yang kuat untuk mencegah
infeksi dan membuat bayi menjadi kuat. Penting sekali bagi bayi untuk segera
minum ASI dalam jam pertama sesudah lahir, kemudian setidaknya setiap 2-3 jam.
ASI mengandung campuran berbagai bahan makanan yang tepat bagi bayi. ASI
mudah dicerna oleh bayi. ASI saja tanpa tambahan makanan lain merupakan cara
terbaik untuk memberi makan bayi dalam waktu 4-6 bulan pertama, sesudah 6
bulan, beberapa bahan makanan lain harus ditambahkan pada bayi. Pemberian ASI
pada umumnya harus disarankan selama setidaknya 1 tahun pertama kehidupan
anak.
4) Bagi Ibu
Pemberian ASI membantu ibu untuk memulihkan diri dari proses
persalinannya. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim
berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan (hisapan pada putting
susu merangsang dikeluarkannya hormon oksitosin alami yang akan membantu
kontraksi rahim).
a) Wanita yang menyusui bayinya akan lebih cepat pulih/turun berat
badannya dari berat badan yang bertambah selama kehamilan.
b) Ibu yang menyusui, yang menstruasinya belum muncul kembali
akan kecil kemungkinannya untuk menjadi hamil (kadar prolaktin
yang tinggi akan menekan hormon Follicle stimulating hormone
(FSH) dan ovulasi)
c) Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi Ibu untuk mencurahkan
kasih sayangnya kepada buah hatinya.
6
2.2 ASI dan Kesehatan Saluran Cerna
Saluran cerna merupakan salah satu organ terpenting dalam pertumbuhan,
perkembangan dan kesehatan anak. Saluran cerna memiliki kemampuan sebagai
pintu pertahanan antara bagian dalam dan luar tubuh manusia, dan pada saat
sistem pertahanan tubuh tubuh rendah, kekebalan tubuh harus tetap ditingkatkan.
ASI memiliki kelebihan yang dapat meningkatkan peran pertahanan tersebut.7,10
a) Saluran Cerna yang Sehat
Saluran cerna yang sehat dapat menjalankan fungsinya secara optimal.
Fungsi saluran cerna diawali dengan mengunyah makanan, mendorong makanan
ke bagian saluran cerna yang lain (lambung, usus halus dan usus besar) dan
dikeluarkan melalui anus. Saat melewati saluran cerna tersebut, makanan akan
dicerna dan diserap oleh usus halus sehingga dapat digunakan sebagai sumber
nutrisi yang bermanfaat untuk pertumbuhan, perkembangan dan penunjang
kesehatan anak.7,10
Proses maturasi saluran cerna distimulasi oleh ASI yang dibantu oleh
kolostrum. Karena merupakan proses fisiologis, maka menyusui adalah cara yang
optimal untuk memberikan nutrisi kepada bayi.7,10
b) Saluran Cerna Sebagai Organ Terpenting
Lebih kurang 80% sel pada saluran cerna menghasilkan antibodi dan 40%
jaringan saluran cerna disusun oleh jaringan saluran cerna disusun oleh jaringan
limfoid atau dikenal dengan ‘gut associated lymphoid tissue’ (GALT) yang
merupakan jaringan limfoid terbesar di dalam tubuh manusia. Sebagaimana fungsi
kedua komponen tersebut sangat berpengaruh pada sistem imun tubuh manusia.
Fungsi lain, saluran cerna merupakan organ yang paling terpapar di lingkungan
luar yang merupakan tempat masuknya zat asing ke dalam tubuh, baik berupa
makanan maupun mikroorganisme. Keberadaan mikroorganisme di dalam saluran
cerna ternyata berpengaruh terhadap perkembangan sistem imun saluran cerna
manusia.7,10
c) ASI dan Gangguan Saluran Cerna
7
Penelitian telah membuktikan bahwa oligosakarida yang terkandung
dalam ASI merupakan komponen anti-infeksi dan anti-alergi. ASI dihubungkan
dengan kejadian yang rendah dari penyakit infeksi. Kadar IgA sekretori yang
meningkat akibat masukan ASI yang berpengaruh terhadap sistem pertahanan
mukosa saluran cerna t terhadap infeksi dengan cara menghambat absorpsi
antigen. Bayi yang mendapatkan ASI, jarang mengalami diare yang berat dan
gangguan motilitas saluran cerna
(kembung, regurgitasi, muntah). Bayi juga
memperlihatkan pertumbuhan yang adekuat.7,10
d) ASI dan Pola Defekasi
Kelebihan dari kandungan ASI (oligosakarida, laktosa) membuat
konsistensi dari tinja yang mendapatkan ASI ekslusif lunak. Hal ini dapat
menyebabkan bayi yang mendapatkan ASI ekslusif jarang mengalami konstipasi,
kecuali ada gangguan
dari luar contohnya (makanan yang dikonsumsi oleh
7,10
ibu).
2.3
ASI Eksklusif, Cara Pemberiannya dan Manfaatnya
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman
pendamping (termasuk madu, air gula,dan lain-lain) yang dimulai sejak bayi
baru lahir sampai dengan usia 6 bulan. Pemberian ASI ekslusif sampai umur 6
bulan komposisinya sudah untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi meskipun
tanpa makanan/minuman pendamping ASI. Hal ini berdasarkan pada beberapa
hasil penelitian yang menemukan bahwa pemberian makanan pendamping
ASI justru akan menyebabkan pengurangan kapasitas lambung bayi dalam
menampung asupan cairan ASI sehingga pemenuhan ASI yang seharusnya
dapat maksimal telah tergantikan oleh makanan pendamping.1,9,11
ASI sebaiknya diberikan sedini mungkin tanpa terjadwal, hal ini akan
menjamin bahwa bayi akan memperoleh segala keuntungan yang berasal dari
kolostrum. Kolostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai
hari kelima atau ketujuh, kolostrum berwarna jernih dan kekuning-kuningan
cairan ini mengandung zat putih telur atau protein yang kadarnya tinggi dan
zat anti infeksi/kekebalan, kolostrum sangat sesuai kondisi bayi di hari-hari
8
petama kelahiran karena ia belum pantas menerima beban yang akan
memberatkan kerja ginjal.11,12
Cara menyusui bayi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi,
karena secara alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri. Semakin sering
bayi menyusui, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak. Demikian halnya
bayi yang lapar atau bayi kembar, dengan adanya hisapan maka payudara akan
memproduksi ASI lebih banyak, karena semakin kuat daya isapnya, semakin
banyak ASI yang diproduksi.11
Produksi ASI selalu berkesinambungan, setelah payudara memproduksi
ASI yang banyak, maka akan terasa kosong dan payudara melunak. Pada keadaan
ini ibu tetap tidak akan kekurangan ASI karena ASI akan terus diproduksi asal
bayi tetap menghisap. Dengan demikian ibu dapat menyusui bayi secara ekslusif
sampai 6 bulan, dan tetap memberikan ASI sampai anak berusia 2 tahun bersama
makanan lain.11
2.4
Komposisi ASI
a)
Protein
Dibandingkan dengan komposisi protein susu mamalia lain, protein ASI
paling rendah. ASI mengandung whey protein dan casei adalah protein yang
membantu menyebabkan isi pencernaan bayi menjadi lebih lembut atau mudah
dicerna oleh usus bayi.10
b)
Lemak.
Lemak ASI lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Salah
satu keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial, yang
berperan penting dalam pertumbuhan otak sejak trimester I kehamilan sampai 1
tahun usia anak.10
c)
Vitamin
1) Vitamin yang larut dalam lemak
Vitamin A adalah salah satu vitamin penting yang tinggi kadarnya
dalam kolostrum. Konsentrasi vitamin D dan K sedikit dalam ASI. Untuk
9
negara tropis yang terdapat cukup sinar matahari, vitamin D tidak jadi
masalah. Vitamin K akan terbentuk oleh bakteri di dalam usus bayi beberapa
waktu kemudian.10
2) Vitamin yang larut dalam air.
Vitamin C, asam nikotinik, B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6 (piridoksin)
sangat dipengaruhi oleh makanan ibu, namun untuk ibu dengan status gizi normal,
tidak perlu diberi suplemen.10
d)
Zat besi
Mes kipun ASI mengandung sedikit zat besi (0.5 – 1.0 mg/liter) namun bayi
yang menyusui jarang terkena anemia. Bayi lahir dengan cadangan zat besi dan zat
besi dari ASI diserap dengan baik (>70%) dibandingkan dengan penyerapan 30 %
dari susu sapi dan 10 % dari susu formula.10
e) Laktoferin
Laktoferin banyak dalam ASI (1-6 mg/ml), tapi tidak terdapat dalam susu
sapi. Laktoferin bekerja sama dengan IgA untuk menyerap zat besi dari
perencanaan sehingga menyebabkan terhindarnya suplai zat besi yang dibutuhkan
organisme patogenik. Oleh karena itu, pemberian suplemen zat besi kepada bayi
menyusui harus lebih dipertimbangkan.10
f) Faktor bifidus
Faktor bifidus dalam ASI meningkatkan pertumbuhan bakteri baik dalam
usus bayi (Lactobacillus Bifidus) yang melawan pertumbuhan bakteri patogen.10
g) Lisozim.
Lisozim termasuk whey protein yang bersifat bakteriosidal, antiinflamasi,
dan mempunyai kekuatan beberapa ribu kali lebih tinggi dari susu sapi.10
h) Taurin
Taurin adalah asam amino dalam ASI yang terbanyak kedua dan tidak
terdapat dalam susu sapi. Berfungsi sebagai neurotransmitter dan berperan
penting dalam naturasi otak bayi.10
10
2.5
ASI dalam Pandangan Islam
Didalam islam ASI mempunyai peranan penting dan aturan dalam
menyusui juga telah dijelaskan, sebagiamana yang tertera di dalam surat Albaqarah ayat 233.13
Allah swt berfirman:
Artinya : “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara
ma’ruf. Seorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Jangan lah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah maha mwlihat apa yang kamu kerjakan”
2.6
Diare, gejala, dan kriteria penyebabnya
Menurut WHO diare adalah buang air besar cair lebih dari tiga kali dalam
24 jam, lebih menekankan konsistensi feses daripada frekuensi buang air besar.1,2
Berdasarkan waktunya diare dibagi menjadi 2, yaitu :
11
a. Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, berlangsung
kurang dari 14 hari, dengan pengeluaran tinja lunak atau cair yang
dapat atau tanpa disertai lendir dan darah tanpa diselingi berhenti.
Diare ini berlangsung lebih dari 2 hari.1,2
b. Diare kronis adalah diare yang gejala dan tanda sudah
berlangsung lebih dari 2 minggu sebelum datang berobat dan
sifatnya berulang.1,2
Berdasarkan derajat dehidrasi diare dibagi menjadi 3, yaitu :
Tabel. 2.1 Penilaian keparahan dehidrasi
Tidak Dehidrasi
Dehidrasi ringan-sedang
Dehidrasi berat (penurunan
(penurunan berat badan
(penurunan berat badan 3-
berat badan ≥ 9%)
<3%)
8%) (digolongkan dengan
peningkatan keparahan)
Tidak ada gejala
Membran mukosa kering
Peningkatan
(waspada
dengan
di
mulut
dan
nafas)
ditandai
tanda-tanda
dari
dehidrasi ringan – sedang
ditambah :
Mata cekung (minimal atau
tidak ada air mata)
Penurunan
perifer
Turgor kulit menurun (1-2
detik)
Perubahan status neurologic
perfusi
ke
(dingin, pucat di
perifer dan Capillary Refill
Time (CRT) > 2 detik.
Sirkulasi kolaps.
(mengantuk dan irritabilitas)
Pernapasan dalam.
Sumber : Herbert L. DuPont, M.D, (2009)
2.7
Epidemiologi Diare dan penyebabnya di Indonesia
Diare adalah salah satu penyakit yang merupakan penyebab kematian
dan kecacatan pada anak di seluruh dunia, yaitu dengan angka 1 milyar
kejadian setiap tahunnya dan menyebabkan 3-5 juta kematian tiap tahunnya.
Penularan utama untuk patogen diare adalah melalui makanan dan air.
12
Banyak faktor yang menambah kerentanan terhadap infeksi adalah usia,
defisiensi imun, malnutrisi, campak, perjalanan ke daerah endemik,
kekurangan ASI, makan makanan atau minuman yang terkontaminasi, dan
tingkat pendidikan ibu.7
Prevalensi kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan
anak perempuan. Di negara yang sedang berkembang, insidens dari penyakit
diare akut merupakan kombinasi dari sumber air yang tercemar, Kurang
Energi Protein (KEP) yang menyebabkan penurunan daya tahan tubuh.7
Kasus diare lebih banyak disebabkan oleh agen infeksius yaitu sekitar
lebih dari 90%. Agen-agen ini biasanya bisa disebabkan oleh bakteri, virus,
parasit.
Dari
bakteri
contohnya
Aeromonas
sp,
Bacillus
cereus,
Campylobacter jejuni, Clostridium perferingens, Escherichia coli (E.coli).
Dari virus contohnya Astrovirus, Kalsivirus, Korona virus, Adenovirus. Dari
parasit Cryptosporidium, Cyclospora spp, E.histolytica dan lain-lain.7
Penyakit diare disebabkan oleh beberapa mekanisme dasar adalah :2
a. Gangguan osmotik.
Diare terjadi jika bahan yang secara osmotik aktif dan sulit diserap
yaitu larutan isotonik dan hipertonik. Larutan isotonik, air dan bahan yang
larut di dalamnya akan lewat tanpa diabsorbsi sehingga terjadi diare. Bila
substansi yang diabsorbsi berupa larutan hipertonik, air, dan elektrolit
akan pindah dari cairan ekstraseluler ke dalam lumen usus agar
osmolaritas isi lumen usus sama dengan cairan ekstraseluler sehingga
terjadi diare.
b. Gangguan sekresi.
Akibat rangsangan enterotoksin yang dikeluarkan oleh bakteri dan
virus pada dinding usus, menyebabkan vili gagal mengabsorbsi natrium,
sedangkan sekresi klorida di sel epitel meningkat. Hal ini menyebabkan
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus, yang akan
dikeluarkan sehingga terjadilah diare.
13
c. Gangguan motilitas usus.
Hiperperistaltik dapat menyebabkan kesempatan usus menyerap
makanan menurun lalu bahan makanan yang telah kita makan tidak
banyak yang terserap begitu pula air, maka akan menyebabkan diare. Bila
peristaltik usus menurun maka akan mengakibatkan bakteri di dalam usus
maupun dari makanan yang kita makan akan tumbuh berlebihan sehingga
dapat menyebabkan diare.
2.8
Patofisiologi dan Gejala Klinis Diare berdasarkan penyebabnya diare
a. Virus.
Virus merupakan mikroorganisme yang secara langsung dapat
menyebabkan vili usus halus rusak sehingga luas permukaan usus halus
rusak dan juga dapat mengakibatkan reaksi enzimatik di usus menjadi
terganggu yang mengakibatkan perkembangan vili enterosit normal
terhambat dan juga mengakibatkan perubahan fungsi dari epitel usus
halus. Perubahan ini dapat menyebabkan malabsorbsi dan motilitas usus
abnormal selama terjadi infeksi.7 Terdapat empat golongan virus yang
dapat menyebabkan diare pada balita tersering yaitu: Rotavirus,
Adenovirus enterik, Astovirus, dan Kalsivirus.14,15
b. Bakteri.
Terdapat dua golongan bakteri yang dapat menyebabkan diare dengan
melalui mekanisme yang berbeda yaitu bakteri non invasif seperti
Escherichia Coli patogen, dan bakteri invasif contohnya Salmonella sp,
Shigella sp, E. Coli invasif, dan Campylobacter.2,15
Bakteri non invasif masuk dan melekat pada dinding usus dan
berkembang di dalam usus lalu bakteri mengeluarkan enzim mucinase, dan
masuk ke dalam membran dan mengeluarkan unit A dan B dari bakteri
lalu mengeluarkan cyclic Adenosine monophosphate (cAMP) yang
menyebabkan rangsangan sekresi cairan usus dan menghambat absorbsi
14
tetapi tidak merusak membran epitel dari usus halus. Tekanan di dalam
usus akan meningkat, kemudian timbulah diare.15
Bakteri invasif mengakibatkan kerusakan (ulserasi) yang diikuti
oleh respon inflamasi dan abses pada mukosa usus halus. Toksin yang
dikeluarkan oleh bakteri invasif dapat mempengaruhi proses seluler pada
usus halus. Contoh pada Enterotoksin E. Coli (ETEC) yang merupakan
toksin yang akan mengaktifkan adenilat siklase, sementara itu ada juga
bakteri
invasif
yang
mengaktifkan
guanilat
siklase.
Pada
Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC) dan Shigella dapat menghasilkan
verotoksin yang dapat mengakibatkan kelainan sistemik seperti kejang dan
syndrome hemolitik uremic (SHU).15
Terjadinya diare diperlihatkan dengan gejala seperti anak terlihat
gelisah, suhu badan bisa meningkat dan disertai nafsu makan yang turun.
Tinja yang cair dan lendir ataupun darah. Warna tinja makin lama main
lama berubah kehijauan karena tercampur oleh empedu. Akibat dari
laktosa yang tidak diabrobsi baik oleh usus, maka akan menghasilkan
Asam laktat yang diabsorbsi dengan baik oleh usus.2
Dehidrasi ditandai dengan penurunan berat badan, pada bayi ubunubun terlihat lebih besar dan cekung, tonus dan turgor kulit berkurang,
selaput lendir mulut, dan bibir terlihat kering. Anak-anak yang tidak
mendapatkan perawatan yang baik selama diare akan jatuh pada keadaankeadaan
seperti
dehidrasi,
gangguan
keseimbangan
asam-basa,
hipoglikemia, gangguan gizi, dan gangguan sirkulasi.2
1. Dehidrasi.
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air lebih banyak daripada
pemasukan air. Derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan gejala klinis
dan kehilangan berat badan.2
Derajat dehidrasi berdasarkan gejala klinisnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
15
Tabel 2.2 Penentuan derajat dehidrasi
Penilaian
A
B
C
Keadaan umum
Baik, sadar
Gelisah, rewel
Lesu, tidak sadar
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Mulut, lidah
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Minum seperti biasa Haus, ingin minum banyak Malas minum, tidak bisa
minum
Periksa:Turgor kulit
Kembali cepat
Kembali lambat
Kembali sangat lambat
Hasil pemeriksaan
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan/sedang
Dehidrasi berat
Bila ada 1 tanda ditambah Bila ada 1 tanda ditambah
1/lebih tanda lain
1/lebih tanda lain
Sumber : Juffire M, Mulyani, (2009)
2. Gangguan keseimbangan asam-basa.
Pada diare biasanya terjadi asidosis metabolik. Ini dikarenakan
terjadinya kehilangan natrium bikarbonat berasam tinja, dan terjadi
penimbunan asam laktat . Asidosis dapat diperlihatkan dengan penapasan
yang cepat dan teratur.2
3. Hipoglikemia.
Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun sampai 40 mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak. Gejala
hipoglikemia tersebut dapat berupa : lemas, apatis, tremor, berkeringat,
pucat, syok, kejang, sampai koma.2
16
4.
Gangguan gizi.
Gangguan gizi disebabkan karena makanan sering dibatasi oleh orang
tua. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya gangguan peristaltik.2
5.
Gangguan sirkulasi.
Gangguan sirkulasi terjadi akibat perfusi jaringan berkurang
sehingga terjadi hipoksia jaringan, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan dalam otak, kesadaran menurun, dan bila tidak
segera ditolong penderita dapat meninggal.2
2.9 Tatalaksana Diare Farmakologi dan Non farmakologi Diare
1) Rencana Terapi A ( Diare Tanpa Dehidrasi )
Terapi A ini untuk balita yang tidak mengalami dehidrasi dan
terapi ini dilakukan di rumah. Terdapat 4 terapi diare yang dilakukan di
rumah.2
a. Berikan Anak Lebih Banyak Cairan Daripada Biasanya Untuk
Mencegah Dehidrasi
1.
Anjurkan menggunakan cairan rumah tangga, seperti oralit,
makanan yang cair (seperti sup, atau air tajin) dan gunakan
oralit bila tidak ada air matang. (Catatan : jika anak berusia <
6 bulan dan belum makan makanan padat lebih baik diberi
oralit dan air matang daripada makanan cair.
2.
Berikan larutan ini sebanyak anak mau, berikan jumlah
larutan oralit formula baru.
3.
Teruskan pemberian larutan ini sehingga diare berhenti.2
b. Beri Tablet Zink
1. Dosis zink untuk anak-anak:
17
2. Zink diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun
anak telah sembuh dari diare.
3. Untuk bayi, tablet zink dapat dilarutkan dengan air matang,
ASI atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zink dapat
dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.
a. < 6 bulan : 10mg (1/2 tablet) per hari.
b. > 6bulan : 20mg (1 tablet) per hari.2
c. Beri Makanan Untuk Mencegah Kurang gizi
1. Teruskan ASI.
2. Jika anak berusia > 6 bulan atau telah mendapatkan makanan
padat selain ASI:
a.
Beri bubur, namun bisa dicampur dengan kacangkacangan, sayur, daging atau ikan.
b.
Untuk menambakan kalium berikan sari buah atau pisang
halus.
c.
Berikan makanan yang segar pada anak yaitu masak dan
haluskan atau tumbuk dengan baik.
d.
Beri makan anak sedikitnya 6x sehari.
e.
Setelah diare berhenti maka berikan makanan yang sama
dan berikan makanan tambahan selam 2 minggu setiap
hari.2
d. Bawa Anak Kepada Petugas Kesehatan Bila Anak Tidak
Membaik Dalam 3 Hari Atau Menderita Sebagai Berikut:
1. BAB cair yang lebih sering.
2. Muntah terus menerus.
3. Makan dan minum yang sedikit.
4. Demam.
5. Tinja berdarah.
e. Anak Harus Diberi Oralit Di Rumah Apabila:
1. Sudah melakukan rencana terapi B atau C.
2. Diare memburuk, bila tidak dapat kembali ke petugas
kesehatan.2
18
Formula Oralit baru berdasarkan WHO :
Natrium
: 75 mmol/ L
Klorida
: 65 mmol/ L
Glukosa
: 75 mmol/ L
Kalium
: 20 mmol/ L
Sitrat
: 10 mmol/ L
Total Osmolaritas : 245 mmol/ L.2
Ketentuan pemberin oralit formula baru :
1. Berikan 2 bungkus oralit formula baru pada ibu.
2. Oralit formula baru dilarutkan dalam air matang 1 liter, untuk
persediaan 24 jam.
3. Oralit diberikan pada anak setiap kali BAB, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Usia < 2 tahun: 50-100 ml setiap BAB
b. Usia > 2 tahun : 100-200 ml setiap BAB
4. Jika persediaan oralit untuk 24 jam masih tersisa, maka sisanya harus
dibuang.2
Informasikan cara pemberian oralit kepada ibu :
a. Untuk anak berusia < 2 tahun berikan 1 sendok tiap 1-2 menit.
b. Untuk anak yang lebih tua berikan beberapa teguk dari gelas.
c. Tunggu 10 menit bila anak muntah lalu kembali berikan cairan.
d. Berikan cairan lain apabila biare berlanjut dan oralit habis.2
19
2)
Rencana Terapi B ( Diare dengan dehidrasi tidak berat)
Dilakukan pemantauan setiap 4-6 jam. Kadar rehidrasi oral yang harus
diberikan selam 4 jam pertama dan harus diulang.2
Tabel 2.3 Pemberian cairan pada anak.
Umur
Berat Badan
Dalam ml
> 4 bulan
4-12 bulan
12-24 bulan
24-60 bulan
< 6 kg
6 - ≤ 10 kg
10 - ≤ 12 kg
12-19 kg
200-400
400-700
700-900
900-1400
Sumber : Juffire M, Mulyani NS, (2009).
Catatan : berikan minum bila anak meminta.
a. Tunjukkan cara memberikan rehidrasi oral:
1. Berikan minum sedikit demi sedikit.
2. Berikan rehidrasi oral secara perlahan-lahan bila anak muntah
namun tunggu dahulu 10 menit setelah muntah.
3. Lanjutkan ASI ketika anak meminta.
b. Setelah 4 jam :
1. Nilai ulang derajat dehidrasi.
2. Tentukan tatalaksana yang tepat untuk melanjutkan terapi.
3. Beri makan anak.
c. Bila harus pulang sebelum rencana terapi B selesai:
1. Tunjukkan jumlah oralit yang harus dihabiskan dalam 3 jam di
rumah.
2. Berikan oralit untuk rehidrasi oral selama 2 hari.
3. Kembali ke rencana terapi A.2
Perhitungan kebutuhan cairan rehidrasi oral pada anak dehidrasi dengan
gastroenteritis akut
Dehidrasi rngan-sedang (3-8)% : 30-80 ml/kgBB/4 jam
Dehidrasi berat ≥ 9%
: 100 ml/kgBB/24 jam
20
Yang perlu dilihat :
Anak dengan mengalami dehidrasi yang harus dan tidak dapat diberi oralit
berikan cairan sedikit dan sering. Jika, muntah, kurangi volumenya dan tingkatkan
frekuensi pemberian (setiap 5-10 menit). Ketika pengasuh tidak mampu
melakukan pengawasan (anak sedang tidur) maka rehidrasi dengan tabung
nasogatrik).17
Perhitungan Kebutuhan Cairan Oralit Untuk Perawatan :
100 ml/kg/BB/24 jam untuk 10 kg berat badan pertama, ditambahkan dengan 50
ml/kgBB/24 jam untuk 10 kg berat badan berikutnya, tambahkan 20 ml/kgBB/
hari untuk berat badan sisanya. Contohnya, seorang anak 22 kg memiliki
persyaratan pemeliharaan : (10 x 100) + (10 x 50) + (2 x 20) = 1.540 ml/24 jam.17
3) Rencana Terapi C ( Dehidrasi Berat )
Gambar 1.1 Penanganan Diare Pada Dehidrasi Berat
Sumber : Juffire M, Mulyani NS, (2009).
21
4)
Suplementasi Zink
Diberikan pada anak yang terkena diare. Zink mempunyai efek
pada fungsi kekebalan dan fungsi saluran cerna serta untuk proses
penyembuhan epitel selama diare.1,2
5) Pemberian Antibiotik
Pemberian antibiotik ini sesuai dengan etiologi dari diare tersebut,
seperti tabel dibawah ini
Antibiotik Selektif
Tabel. 2.4 Terapi Antimikroba pada Diare Akibat Bakteri
Penyakit Diare
[Clostridium difficile
Terapi
Metronidazole,
7.5
mg/kgBB
(maksimum 500 mg) 3x sehari;
atau
vancomisin,
10mg/kgBB
(maksimum 125mg) 4x sehari
selama 10-14 hari
Shigellosis
Azitromisin, 10 mg / kg / hari
dalam dosis sekali sehari selama
3 hari, atau ceftriaxone 50 mg /
kg / hari diberikan sekali sehari
selama 3 hari
Nontyphoid salmonellosis
Tidak ada atau ceftriaxone, 100
mg / kg / hari dalam dua dosis
harian terbagi selama 7-10 hari,
atau azitromisin, 20 mg / kg / hari
sekali sehari selama 7 hari
Demam termasuk demam tiphoid
Ceftriaxone, 100 mg / kg / hari
dalam dua dosis harian terbagi,
atau azitromisin, 20 mg / kg / hari
sekali sehari selama 7 hari
22
Sumber : Herbert L. DuPont, M.D,(2009).
Tabel. 2.4 Terapi Antimikroba pada Diare Akibat Bakteri
(lanjutan).
Campylobacter jejuni
Azitromisin, 10 mg / kg / hari 1 x
sehari selama 3-5 hari, atau
eritromisin, 30 mg / kg / hari
dalam 2-4 dosis terbagi selama 35 hari
Spesies Aeromonas diare
Plesiomonas shigelloides
Kolera
Terapi seperti shigellosis
Terapi seperti shigellosis
Eritromisin, 30 mg / kg / hari
diberikan tiga kali sehari selama
3 hari, atau azitromisin, 10 mg /
kg / hari dalam dosis sekali sehari
selama 3 hari
ETEC
Azitromisin, 10 mg / kg / hari
dalam dosis sekali sehari selama
3 hari, atau ceftriaxone, 50 mg /
kg / hari diberikan sekali sehari
selama 3 hari
EIEC
Terapi sebagai shigellosis
Sumber : Herbert L. DuPont, M.D,(2009).
a)
Dukungan Nutrisi
Pemberian makanan yang bergizi harus diteruskan agar anak yang
menderita diare tidak jatuh kepada keadaan gizi kurang atau buruk.
Pemberian makanan sebagai pengganti nutrisi yang hilang selama diare.
23
ASI tetap diberikan pada diare akut dengan frekuensi yang lebih sering
dari biasanya.2
b)
Edukasi
Beri edukasi kepada orang tua balita atau pengasuh apabila dalam
jangka waktu 3 hari tidak ada perubahan ke proses penyembuhan untuk
kembali. Apabila ada gejala-gejala seperti ; demam, tinja berdarah, muntah
berulang, makan dan minum sedikit, atau diare berulang. Beritahu apabila
terdapat gejala seperti yang disebutkan sarankan untuk rawat inap.2
c)
Pencegahan
Tindakan dalam pencegahan diare ini antara lain dengan perbaikan
keadaan lingkungan dan sanitasi individu yang baik. Perbaikan perilaku
ibu terhadap balita seperti pemberian ASI sampai anak berumur 2 tahun,
perbaikan cara menyapih, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah
beraktivitas, membuang tinja anak pada tempat yang tepat, dan
memberikan imunisasi morbili.18
2.10
Hubungan Pemberian ASI Eksklusif terhadap Diare
Pada waktu bayi baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan
tubuh dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut akan cepat
turun setelah kelahiran bayi, setelah segera ahir sampai beberapa bulan,
bayi belum dapat membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. Sehingga
kemampuan bayi membantu daya tahan tubuhnya sendiri menjadi lambat
selanjutnya akan terjadi kesenjangan daya tahan tubuh. Kesenjangan daya
tahan tersebut dapat diatasi apabila bayi diberi ASI.7,12
Pemberian ASI sampai bayi mencapai usia 4-6 bulan, akan
memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit
karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang
dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur
dan parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka
bayi ASI eksklusif akan terlindungi dari berbagai macam infeksi baik yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Ada perbedaan yang
24
signifikan antara bayi yang mendapat ASI eksklusif minimal 4 bulan
dengan bayi yang hanya diberi susu formula. Bayi yang diberikan susu
formula biasanya mudah sakit dan sering mengalami problema kesehatan
seperti sakit diare dan lain-lain yang memerlukan pengobatan sedangkan
bayi yang diberikan ASI biasanya jarang mendapat sakit dan kalaupun sakit
biasanya ringan dan jarang memerlukan perawatan.12,16
Hal tersebut didukung oleh hasil penelitian di Filipina yang
menegaskan tentang manfaat pemberian ASI ekskusif serta dampak negatif
pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit
diare. Seorang bayi yang diberi air putih atau minuman herbal, lainnya
beresiko terkena diare 2-3 kali lebih banyak dibandingkan bayi yang diberi
ASI Eksklusif.15,16
2.11
Kerangka Teori
Berdasarkan hasil tinjauan teori tentang pemberian ASI ekslusif yang telah
dibahas sebelumnya, peneliti merangkum dalam kerangka teori berikut
ASI Ekslusif
Infeksi bakteri,
virus, jamur
Sosial Ekonomi
Rendah, tingkat
pendidikan rendah
Resiko Diare
Status Gizi
Gambar 1.2 Kerangka Teori
sIgA,Limfosit
T,Limfosit B,
Laktoferin
Meningkatkan Imunitas Bayi
Mal Absorbsi
25
2.12
Kerangka Konsep
Bayi usia 0-12 bulan
ASI Ekslusif
Status gizi
Diare
ASI non-Eksklusif
Penyakit lain
Gambar 1.3 Kerangka Konsep
Keterangan :
: variabel yang diteliti
: variabel yang tidak diteliti
: hubungan yang diteliti
: hubungan yang tidak diteliti
Sikap ibu
Alergi
26
2.13
Definisi Operasional
Tabel 2.5 Definisi Operasional
No.
Variabel
ASI Ekslusif
Definisi
Adalah cairan yang keluar dari
Cara Peng-
Skala Peng-
Ukuran
Ukuran
Alat Ukur
Kuisioner
Wawancara
payudara ibu yang sedang
1
Kategorik
ordinal
menyusui dan diberikan selama 6
bulan tanpa dicampur
2
ASI Non
Pemberian ASI oleh ibu tidak
Ekslusif
secara penuh selama 6 bulan awal
Kuisioner
Wawancara
Kategorik
ordinal
tetapi diberikan susu formula juga.
Diare
Suatu gejala tanda-tanda adanya
Pengisian
perubahan bentuk dan konsistensi
kuisioner
Wawancara
Kategorik
ordinal
tinja yang cair dan frekuensi buang
air besar lebih dari 3 kali dalam
sehar (konsistensi cair).
3
kriteria diare :
1. Diare
2. Normal
Usia Responden
Bayi yang berusia 0-12 bulan.
Kuisioner
Melihat usia pada
kuisioner yang telah
diisi oleh orangtua.
5
Numeric
27
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain
Desain Penelitian ini bersifat deskriptif analitik yang dilakukan dengan
metode cross sectional (potong lintang)
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di bagian anak di RS Syarif Hidayatullah,
Tabel 3.1 Matriks Kegiatan
27
28
MATRIKS KEGIATAN
Kegiatan
Mei
M3
1.Pembuatan
proposal
2.Kunjungan &
Observasi ke
lapangan
3.Perizinan dan
ACC lokasi
pengambilan
data
4.Identifikasi
masalah dan
pendataan
awal
5.Penelusuran
literatur
6.Pengambilan
data
7.Laporan
Pembimbing
8.Entry dan
analisis data
9.Penyusunan
dan revisi
skripsi
M4
Juni
M1
M2
M3
Juli
M4
M1
M2
M3
Agustus
M4
M1
M2
M3
M4
29
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak
usia 0-12 bulan yang datang ke bagian anak di RS Syarif Hidayatullah pada
periode Mei-Juni. Sampel yang dijangkaukan adalah responden yang
memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi di RS Syarif Hidayatullah.
Sampel Jumlah sampel diambil secara consecutive sampling.
Dihitung dengan menggunakan rumus :19,20
(
√
√
)
Berdasarkan perhitungan rumus di atas maka besar sampel yangdiambil
dalam penelitian ini dapat dihitung sebagai berikut:
Diketahui :
P2 : 0,25 (Kepustakaan)
Kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%, hipotesis satu arah, sehingga Zα = 2,326
Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, maka Zβ = 2,576
Dengan memasukkan nilai-nilai diatas pada rumus, diperoleh ;
√
(
√ (
(
=(
=(
(
)
)(
(
) =(
√
)
)
)
√(
)
) = 73 orang
)(
)
(
)(
)
)
30
3.4 Kriteria Penelitian
3.4.1
Kriteria Inklusi
1. Pasien anak berusia 0-12 bulan yang datang berkonsultasi ke bagian
anak di RS UIN Syarif Hidayatullah
2. Pasien diberi ASI eksklusif atau non eksklusif
3. Orang tua pasien menyetujui bayinya untuk menjadi responden
penelitian sampai akhir penelitian
3.4.2
Kriteria Ekslusi
1. Responden yang membuat data menjadi tidak lengkap
2. Responden yang terkena penyakit kronis.
3.5 Cara Kerja Penelitian
3.5.1
Izin Pengambilan Data Melalui Kuisioner
Data penelitian berupa kusioner sebelum diberikan wawancara kepada
orang tua pasien, harus mendapatkan izin dari RS Syarif Hidayatullah Ciputat,
Tangerang Selatan.
31
3.5.2
Alur penelitian
Observasi/ survey
Pengumpulan
Data
Pengolahan dan
Analisis data
Laporan Hasil Penelitian
Gambar 3.1 Alur Penelitian
3.6 Managemen data
3.6.1 Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pemberian kusioner ke orang tua yang berkonsultasi di
bagian anak RS Syarif Hidayatullah.
3.6.2
Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows
versi 16, dan menggunakan uji chi-square.
3.6.3
Analisis Data
Pada penelitian ini dilakukan analitik data uji chi-square.
BAB 4
HASIL & PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah semua bayi yang berobat atau berkunjung ke
bagian anak di RS Syarif Hidayatullah Ciputat, Tangerang Selatan pada periode
Mei sampai dengan Juli 2013. Jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak
124 bayi.
Tabel 4.1 Distribusi karakteristik subyek penelitian
1
2
3
4
Karakteristik
Keterangan
n
%
Jenis kelamin
perempuan
64
(51,6)
Laki-laki
60
(48,4)
0-6 bulan
72
(57,6)
7-12 bulan
52
(41,8)
ASI ekslusif
68
(54,8)
ASI non-ekslusif
56
(44,8)
Diare
30
(24,2)
Tidak diare
94
(75,8)
Usia
Pemberian ASI
Kejadian diare
Dari tabel 4.1 di atas didapatkan subyek penelitian sebagian besar (51,6%)
adalah perempuan, dengan rentan usia yang mendominasi adalah usia 0-6 bulan
yaitu 57,6%, dan dengan pemberian ASI ekslusif paling banyak sebesar 54,8%.
Sebanyak 75,8% responden tidak mengalami diare. Dari penelitian di atas
diketahui bahwa mayoritas responden ASI eksklusif menunjukkan diare dengan
persentase yang kecil (24,2%).
4.2 Distribusi Pemberian ASI eksklusif terhadap Kejadian Diare pada Bayi
Tabel 4.2. Hubungan Pemberian ASI eksklusif terhadap kejadian diare
33
34
Diare(n)
%
Non-Diare(n)
%
Total
%
ASI Ekslusif
8
(11,8)
60
(88,2)
68
(100)
ASI Non-ekslusif
22
(39,3)
34
(60,7)
56
(100)
Total
30
(24,2)
94
(75,8)
124
(100)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa bayi yang diberikan
ASI eksklusif risiko kejadian diare persentasenya lebih kecil (11,8%)
dibandingkan dengan kelompok bayi yang tidak diberikan ASI eksklusif (39,8%).
Hasil penelitian yang sama sebelumnya, menunjukkan bahwa bayi yang diberi
ASI eksklusif kejadian diarenya lebih sedikit daripada bayi yang tidak diberikan
ASI eksklusif.
Dari perhitungan dengan menggunakan uji statistik “chi square”yang
didapatkan nilai p < 0,05 (lihat tabel lampiran 1.5) yang berarti terdapat
hubungan bermakna antara pemberian ASI Eksklusif dengan tingkat kejadian
diare yang pada bayi usia 0-12 bulan di RS Syarif Hidayatullah Ciputat Tangerang
Selatan tahun 2013.
4.3 Pembahasan
Angka kejadian diare pada bayi umur 0-12 bulan yang mendapatkan ASI
Eksklusif lebih sedikit bila dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan
ASI Eksklusif. Hal itu dikarenakan ASI adalah asupan yang aman dan bersih bagi
bayi dan mengandung antibodi penting yang ada dalam kolustrum, sehingga
sangat kecil kemungkinan bagi kuman penyakit untuk dapat masuk ke dalam
tubuh bayi. Diare merupakan mekanisme perlindungan tubuh untuk mengeluarkan
sesuatu yang merugikan atau racun dari dalam tubuh, namun banyaknya cairan
tubuh yang dikeluarkan bersama tinja akan mengakibatkan dehidrasi yang dapat
berakibat kematian.9,21
Pada waktu lahir sampai beberapa bulan setelahnya, bayi belum dapat
membentuk kekebalan sendiri secara sempurna. ASI merupakan salah satu
komponen yang memiliki daya tahan tubuh yang baik, secara aktif. ASI tidak
hanya memiliki perlindungan yang baik terhadap infeksi ataupun alergi, tetapi
juga bisa membuat perkembangan dan pertumbuhan yan baik bagi bayi. ASI juga
35
mengandung beberapa komponen antiinflamasi, yang membuat bayi jarang sakit
pada awal kelahirannya.9,21
Peran ASI belum mampu digantikan oleh susu formula seperti peran
bakteriostatik, anti alergi, atau peran psikososial. Pemberian ASI pada bayi
tersebut dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh bayi. ASI mengandung
sIgA, Limfosit T, Limfosit B, dan Laktoferin yang dapat merangsang peningkatan
status imun pada bayi.12
Hasil penelitian ini mendukung hipotesis yang telah dicantumkan, yaitu ada
hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare
pada bayi usia 0-12 bulan di RS Syarif Hidayatullah.
Dari hasil penelitian diatas yang menjadi keterbatasan penelitian ini adalah
pada saat mengambil data, ibu-ibu yang menjadi responden di rumah sakit
tersebut menigisi data tidak lengkap, sehingga membuat data yang didapatkan
kurang maksimal.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan:
1. Persentase responden terbanyak adalah usia 0-6 bulan sebanyak 57,6%
dengan jenis kelamis perempuan sebesar 51,6%.
2. Persentase responden yang diberi ASI eksklusif di RS Syarif Hidayatulah
adalah 54,8%, mengalami diare sebesar 11,8% .
3. Persentase responden yang mengalami diare adalah usia 0-6 bulan (57,6%)
4. Terdapat hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan dengan nilai p adalah 0.000
5.2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas dapat disarankan bagi semua pihak
yang bersangkutan, yaitu :
1. Bagi ibu-ibu yang berada di wilayah RS Syarif Hidayatullah harus bisa
memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan.
2. Agar penelitian ini dapat diteruskan untuk melihat lagi prevalensi terhadap
angka kejadian diare.
35
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Bhutta ZA. Acute gastroenteritis in children in nelson textbook of
pediatrics. 19th ed. Elsevier Saunders. Philadelphia;2011.p.1323-39
2. Juffire M, Mulyani NS. modul pelatihan diare ukk gastro-hepatologi IDAI.
Jakarta:2009.h.29-45
3. DEPARTEMEN KESEHATAN RI 2006.
4. BKKBN. 2004. ASI Eksklusif Turunkan Kematian Bayi.
http://www.pikas.bkkbn.go.id/print.php?tid+2&rid=136-6k-sp
5. Yusuf S. Profil diare di ruang rawat inap anak dalam sari
pediatri.Jakarta;2011.vol 13.
6. Masri, S.H. 2004. Diare Penyebab Kematian 4 Juta Balita Per Tahun.
http://www.waspada.co.id/serba-serbi/kesehatan/artikel.,php?artikelid
7. Latief, Abdul et al. Buku kuliah ilmu kesehatan anak. Jilid I.Jakarta: FKUI;
2002.h.283-94
8. Chantry C.J., Howard C.R., Auinger P. 2006. Full breastfeeding duration
and assiciated decrease in respiratory tract infection in US children.
Pediatrics
9. Soetjiningsih,2001. ASI: Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. EGC, Jakarta.
10. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang DKI Jakarta, Bedah ASI
Kajian dari Berbagai Sudut Pandang Ilmiah. Jakarta; Balai Penerbit FKUI,
2008.
11. Roseli, U, Inisiasi Menyusui Dini Plus ASI Eksklusif : Jakarta, Pustaka
Bunda, 2008.h.20-45
12. Matondang C.S., Munatsir Z., Sumadiono. 2008. Aspek Imunologi Air Susu
Ibu. In : Akib A.A.P., Munasir Z., Kurniati N (eds). Buku Ajar AlergiImunologi Anak, Edisi II. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.
13. Al-qur’an surat Al-baqarah ayat 233
14. Herbert L. DuPont, M.D. Bacterial diarrhea in the new England journal of
medicine.2009. Massachusetts Medical Society.
15. Pickering LK, Snyder JD. Gastroenteritis dalam Nelson Ilmu Kesehatan
Anak. ed 15.Jakarta: EGC;1999.h.889-90
37
38
16. Surendran S. Rotavirus infection molecular changes and pathophysiology
.EXCLI Journal:2008.
17. Armon K, Stephenson T, MacFaul R, Eccleston P, Werneke U, (2001).
18. Departemen Kesehatan RI.Buku ajar diare pegangan bagi mahasiswa.
Jakarta;1999.h1-22
19. Dahlan, M. Sopiyudin, Besar sampel dan Cara Pengambilan Sampel Ed. 2,
Jakarta, Penerbit Salemba Medika, 2009
20. Dahlan, M. Sopiyudin, Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Ed. 4,
Jakarta, Penerbit Salemba Medika, 2009
21. Anonymus. Panduan pelayanan medis departemen ilmu kesehatan anak.
RSUP Nasional DR. Cipto Mangunkusumo.Jakarta.h.20-27
38
Lampiran 1
Data hasil uji statistik
Lampiran 1.1 Jenis kelamin bayi
Kelamin Responden
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Perempuan
64
51.6
51.6
51.6
laki-laki
60
48.4
48.4
100.0
124
100.0
100.0
Total
jenis kelamin
laki-laki
perempuan
38
39
Lampiran 1.2 Jumlah bayi berdasarkan Usia
Umur Responden
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
0
9
7.3
7.3
7.3
1
8
6.5
6.5
13.7
2
9
7.3
7.3
21.0
3
11
8.9
8.9
29.8
4
8
6.5
6.5
36.3
5
12
9.7
9.7
46.0
6
15
12.1
12.1
58.1
7
13
10.5
10.5
68.5
8
9
7.3
7.3
75.8
9
8
6.5
6.5
82.3
10
9
7.3
7.3
89.5
11
3
2.4
2.4
91.9
12
10
8.1
8.1
100.0
124
100.0
100.0
Total
40
Usia
0-6 bulan
7-12 bulan
Lampiran 1.3 Jumlah bayi yang menggunakan ASI ekslusif/tidak
ASI Ekslusif/tidak
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
asi ekslusif
68
54.8
54.8
54.8
Non ekslusif
56
45.2
45.2
100.0
124
100.0
100.0
Total
41
Pemberian ASI Ekslusif
ASI ekslusif
ASI non-ekslusif
42
Lampiran 1.4 Jumlah bayi yang diare/tidak
Diare/tidak diare
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
diare
30
24.2
24.2
24.2
non diare
94
75.8
75.8
100.0
124
100.0
100.0
Total
43
Kejadian Diare
Diare
Tidak Diare
Lampiran 1.5 hubungan ASI ekslusif dan diare
ASI Ekslusif/tidak * Diare/tidak diare Crosstabulation
Diare/tidak diare
diare
ASI Ekslusif/tidak
asi ekslusif
Count
% within ASI Ekslusif/tidak
Non ekslusif
Count
% within ASI Ekslusif/tidak
Total
Count
% within ASI Ekslusif/tidak
non diare
Total
8
60
68
11.8%
88.2%
100.0%
22
34
56
39.3%
60.7%
100.0%
30
94
124
24.2%
75.8%
100.0%
(lanjutan)
Chi-Square Tests
Value
Pearson Chi-Square
Continuity Correction
Exact Sig. (2-
Exact Sig. (1-
sided)
sided)
sided)
a
1
.000
11.226
1
.001
12.682
b
df
Asymp. Sig. (2-
44
Likelihood Ratio
12.917
1
.000
Fisher's Exact Test
.001
Linear-by-Linear Association
b
N of Valid Cases
12.580
1
.000
124
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 13.55.
b. Computed only for a 2x2 table
Lampiran 2
Lampiran 2.1
INFORMED CONSENT
Assalamualaikum Wr. Wb.
Sehubungan
pemberian ASI
salah salah satu
Kedokteran dan
Jakarta
akan dilaksanakannya penelitian dengan tema Hubungan
Ekslusif terhadap Diare pada bayi usia 0-12 bulan sebagai
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada/tidaknya Hubungan pemberian
ASI Ekslusif terhadap Diare pada bayi usia 0-12 bulan
Untuk terlaksananya penelitian ini Kami mengharapkan kepada Ibu menjadi
responden dalam penelitian ini dengan menjawab pertanyaan yang ada dalam
kuesioner dengan jujur dan sesuai perilaku pemberian ASI pada anak ibu.
Informasi yang diberikan akan dijaga kerahasiaannya. Data-data ini hanya
akan dipergunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Atas bantuan dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.
.000
45
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ciputat,
2013
Responden
Peneliti
(
)
Lampiran 2.2
KUESIONER
“Hubungan Pemberian ASI Ekslusif terhadap kejadian Diare di RS Syarif
Hidayatullah Tahun 2013”
Identitas responden :
1. Nama anak
:
2. Jenis kelamin
:
3. Usia
: _____ Bulan
4. Anak ke_____ dari ____ saudara
5. Nama Ayah
:
6. Nama Ibu
:
7. Pekerjaan Ayah
:
8. Pekerjaan Ibu
:
9. Usia Ibu
:
10. Alamat
:
11. No Telp/Ibu
:
12. Penghasilan / bulan
: a. <1.000.000
b. 1.000.000-3.000.000
c. > 3.000.000
ASI EKSLUSIF
IMD(Inisiasi Menyusi Dini) : Ibu yang mulai menyusui dalam 30 menit setelah bayi
lahir dengan memfokuskan pada kemampuan alami (sendiri) bayi dengan cara bayi
melangkah didada Ibunya.
1. Apakah anak ibu hanya menggunakan ASI eksklusif 0-6 bulan ?
a. Ya
b. Tidak
46
2. Sejak kapan anak ibu diberi ASI?
a. Beberapa menit setelah lahir  IMD
b. Setelah Ibu siap menyusui (tanpa IMD)
c. dan lain-lain, sebutkan (…………)
3. Saat ini apakah anak bungsu Ibu telah diberi makanan lain selain ASI ?
a. Ya
b. Tidak
4. Sejak kapan ASI dicampur dengan PASI?
a. Tidak dicampur sampai usia 6 bulan
b. Sejak usia 0-6 bulan
c. Sejak usia 3-6 bulan
d. Sejak usia 0- >6 bulan
e. Sampai saaat ini belum diberikan PASI
5. Apakah dalam 6 bulan ibu pernah memberikan Susu formula ?
a. Pernah
b. Tidak pernah
6. Apabila pernah diberikan sejak kapan ?
a. sejak usia 0-6 bulan
b. Sejak usia 3-6 bulan
c. Sejak usia 0->6 bulan
7. Apakah anak ibu lahir langsung menangis atau tidak ?
a. Ya
b. Tidak
8. Apakah anak ibu pernah dirawat karena penyakit berat ?
a. Pernah (sebutkan:....)
b. Tidak
Isilah lembar pernyataan di bawah ini dengan memberikan tanda
Diare adalah Buang Air Besar (BAB) dengan konsistensi cair, lebih dari 3 hari
dengan volume 1 gelas aqua/200 ml.
1. Apakah anak ibu pernah mengalami diare ?
a. ya
47
2.
3.
4.
5.
6.
b. tidak
Jika ya, kapan pertama kali diare ? sebutkan usianya ?
Apakah ada faktor pencetus yang menyebabkan diare ?
a. Makanan ibu berubah
b. Berganti susu
c. Memulai susu formula
Apakah setiap bulan mengalami diare ?
a. Ya
b. Tidak
Apakah saat diberikan makanan tambahan terjadi diare ?
a. Ya
b. Tidak
Apakah tindakan ibu bila anak mengalami Diare ?
a. Didiamkan
b. Beli obat sendiri/beli di toko
c. Berobat ke dukun
d. Berobat ke bidan/ dokter
e. Lainnya, sebutkan ______________
7. Apakah anak ibu diberikan oralit saat terjadi diare?
a. Ya
b. Tidak
8. Setelah berapa lama diare ibu membawa ke dokter ?
a. 1 hari
b. 2 hari
c. 3 hari
d. Lainnya, sebutkan _________
9. Apakah ibu tetap memberikan ASI ekslusif kepada anak saat anak
mengalami diare ?
a. Ya
b. Tidak
10. Apakah ibu memberikan minum (air mineral) saat anak mengalami diare ?
a. Ya
b. Tidak
48
Lampiran 4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama
:
Ummi Habibah
Jenis Kelamin
:
Perempuan
Tempat Tanggal Lahir:
Jambi, 18 Maret 1993
Status
:
Belum Menikah
Agama
:
Islam
Alamat
:
Jl. Kapten Patimurra, No. 33 Rt 34/02 kel. Kenali
besar kota Jambi
Nomor Telepon/HP
:
(0741)61771/085210109221/087808212740
Email
:
[email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN
1997 – 1998
:
Taman Kanak-kanak Al-mutmainnah Jambi
1998 – 2004
:
Sekolah Dasar Islam Al-falah Jambi
2004 – 2007
:
Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Jambi
2007 – 2010
:
Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Jambi
49
2010 – Sekarang
: Program Studi Pendidikan Dokter. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Download