DIABETES MELLITUS DAN KESEHATAN MULUT Oleh: Enny Marwati Bagian Penyakit Mulut FKG Usakti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti Dibawakan dalam “Forum Ilmiah X-2011” Balai Kartini, Tanggal 6-8 Oktober 2011 DIABETES MELLITUS DAN KESEHATAN MULUT Oleh: Enny Marwati Bagian Penyakit Mulut FKG Usakti Abstract Diabetes mellitus is a common disorder of carbohydrate metabolism that has several causes and the basic problem is either decreased production of insulin or tissue resistance to the effects of insulin. The result of the abnormal state is an increase in the blood glucose level/hyperglycemia. Chronic hyperglycemia damages the eyes, kidneys, nerves, heart, blood vessels and oral structures. This literature review discusses diabetes mellitus, its oral complications and oral white lesions that may be found along with the disease. Oral lesions that are mostly found comprises of periodontal disease, fungal infections, burning/pains in oral tissues, xerostomia, dental caries, prolonged healing and oral lichenoid reaction caused by hypoglycaemic medication. Oral candidiasis and oral lichenoid reaction are two white lesions that may be found in a diabetic patient. Diabetes mellitus is an important risk factor for oral complications. Oral findings may be indicative of uncontrolled or undiagnosed diabetes mellitus and should be referred to a physician for evaluation and early detection testing. Diabetes mellitus is managed by glycemic control, insulin therapy and oral drug therapy. The dental team has an important role in identifying early indication of uncontrolled or undiagnosed diabetic patients. The team should act swiftly and appropriately. Keywords: diabetes mellitus, oral complications, micro angiopathy Pendahuluan Diabetes mellitus adalah penyakit endokrin yang ditandai oleh naiknya kadar glukosa dalam darah. Peningkatan kadar glukosa ini terjadi karena: defisiensi insulin yang bersifat relatif ataupun absolut, atau akibat adanya peningkatan resistensi sel terhadap kerja insulin (Cawson dan Odell, 2008; Wilkins, 2009). Defisiensi insulin yang terjadi menimbulkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Pada penderita diabetes mellitus ditemukan mikroangiopati akibat adanya penebalan yang terjadi pada membran basalis. Selain itu juga terjadi atherosklerosis karena peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida di dalam serum. Gangguan metabolism dan mikroangiopati tersebut menimbulkan berbagai kelainan yang dapat ditemukan dalam mulut. Tinjauan Pustaka Menurut Cawson dan Odell (2008), sekitar 2% dari populasi terkena diabetes mellitus, tetapi sekitar 50% di antaranya tidak terdeteksi. Sedangkan menurut Scully (2010), 3 – 4% dari populasi menderita diabetes mellitus, tetapi 75% di antaranya tidak terdeteksi. Berdasarkan sebuah penelitian di Universitas Sumatera Utara (USU), disebutkan bahwa jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2000 ada 8,4 juta orang. Diperkirakan pada tahun 2030 penderita diabetes mellitus dapat mencapai jumlah 21,3 juta orang. Dalam sebuah iklan di televisi tahun 2011 disebutkan bahwa 5 dari 100 orang di Indonesia menderita diabetes mellitus. Ada dua tipe klinis diabetes mellitus menurut Cawson dan Odell (2008), yaitu: 1. Juvenile onset (insulin dependent) diabetes. Gejala biasanya muncul sebelum usia 25 tahun dan umumnya cukup parah, disertai polidipsi, polifagi, poliuri, rasa lapar, berat badan turun dan rentan terhadap infeksi, 2. Maturity onset diabetes. Pada tipe ini penderita biasanya dalam usia pertengahan dan mengalami obesitas. Perkembangan penyakit berjalan perlahan tapi pasti, seringkali disertai penurunan penglihatan, pruritus, kadang terjadi polidipsi, poliuri dan rasa lelah. Namun banyak juga kasus yang tidak disertai gejala. Penyakit masih dapat dikontrol melalui diet makanan yang ketat dan bila perlu diberikan obat-obatan hipoglikemik. Obesitas yang terjadi pada anak-anak memudahkan terjadinya bentuk kelainan diabetes mellitus tipe ini dalam waktu yang lebih awal. Tipe lain yang juga dapat ditemukan adalah gestational diabetes, bentuk diabetes yang terjadi pada wanita yang sedang mengandung. Kelainan pada wanita ini berkaitan dengan faktor genetik, obesitas dan hormon yang menyebabkan timbulnya resistensi insulin dan biasanya terjadi pada trimester ketiga. Gestational diabetes dapat terjadi pada sekitar 4% kehamilan. Diagnosis tersebut perlu ditentukan kembali 6 minggu atau lebih setelah melahirkan (Cawson dan Odell, 2008). Untuk perawatan gigi dan mulut, masalah utama ditemukan pada penderita diabetes yang tidak terkontrol. Namun demikian, penderita diabetes mellitus yang tidak terkontrol juga bermacammacam. Ada bentuk ringan, yang tidak terdeteksi sehingga tidak dirawat. Bentuk lain adalah diabetes mellitus yang dirawat, tapi bentuk penyakitnya sulit dikontrol (brittle diabetes) atau ada kesalahan dalam perawatan. Kelompok yang terakhir inilah yang paling mungkin menimbulkan komplikasi dan menimbulkan kesulitan dalam perawatan gigi dan mulut. Beberapa komplikasi diabetes mellitus yang dapat berpengaruh pada perawatan gigi dan mulut: - Rentan terhadap infeksi, terutama kandidiasis - Koma hipoglikemik - Koma diabetikum - Ischemic heart disease - Bila pemeliharaan kesehatan mulut kurang baik, maka penyakit periodontal akan meningkat - Mulut terasa kering akibat poliuri dan dehidrasi - Reaksi lichenoid oral akibat penggunaan obat hipoglikemik oral. - Sialadenitis Diabetes mellitus menimbulkan kelainan dalam mulut, mempengaruhi perawatan gigi dan mulut, pengobatannya juga menimbulkan kelainan dalam mulut, serta mempengaruhi perawatan gigi dan mulut. Pengaruh diabetes mellitus pada perawatan gigi dan mulut (Wilkins, 2009): - Manifestasi utama dalam mulut pada penderita diabetes mellitus umumnya terjadi akibat rendahnya resistensi terhadap infeksi. Proses penyembuhan luka membutuhkan waktu yang lebih panjang akibat gangguan metabolism tersebut. Kadang berbagai gejala yang ditemukan dalam mulut menunjukkan adanya diabetes mellitus yang belum terdeteksi. - Kerusakan jaringan periodontal yang berjalan dengan cepat dapat terjadi akibat diabetes mellitus berat yang tidak dirawat, tapi kini kondisi seperti ini sudah semakin jarang ditemukan. Namun demikian, bahkan pada anak-anak penderita diabetes mellitus yang dirawat sekalipun kesehatan jaringan periodontalnya lebih buruk bila dibandingkan dengan anak-anak yang normal. Menyempitnya saluran kelenjar liur pada penderita diabetes mellitus menyebabkan xerostomia, sehingga pasien ini memiliki tingkat DMFT yang lebih tinggi walaupun sudah menggunakan diet bebas gula, serta lebih banyak kehilangan gigi yang terjadi bila dibandingkan kondisi normal. - Bentuk komplikasi lainnya adalah kerentanan terhadap kandidiasis. Gb 1. Kandidiasis lidah yang terjadi pada penderita diabetes mellitus. (Cawson dan Odell, 2008) Gb 2. Angular cheilitis disertai kandidiasis pada penderita diabetes mellitus. (Lamey dan Lewis, 1991) Gb 3. Penyakit periodontal berat pada penderita diabetes mellitus. (Cawson dan Odell, 2008) - Koma hipoglikemik dapat dipicu oleh perawatan gigi yang menyebabkan tertundanya waktu makan rutin, sehingga menimbulkan kondisi gawat darurat bila dilakukan tindakan operasi. Oleh karena itu perawatan perlu memperhatikan waktu untuk menghindari berbagai risiko yang mungkin timbul. Waktu yang paling ideal untuk perawatan adalah segera sesudah makan pagi. - Vasokonstriktor yang terdapat di dalam anestetikum dapat meningkatkan kadar gula darah. Oleh karena itu perlu berhati-hati dalam penggunaannya. - Hal lain yang perlu dipertimbangkan selain adanya keluhan mulut terasa seperti terbakar, adalah kemungkinan terjadi interaksi antara obat hipoglikemik dengan obat yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi, seperti golongan salisilat, anti inflamasi non steroid (AINS), barbiturat, juga antikoagulan. - Sedangkan koma diabetikum merupakan komplikasi yang terjadi pada penderita diabetes mellitus tidak terkontrol, namun sekarang sudah jarang ditemukan kondisi seperti ini. Dalam hal penderita diabetes mellitus, seorang dokter gigi dapat berperan dengan cara: - Membantu mendeteksi penderita diabetes mellitus yang belum terdeteksi - Memberikan penyuluhan kepada pasien tentang manifestasi yang dapat terjadi dalam mulut dan tindakan preventif yang dapat dilakukan - Melakukan perawatan gigi dan mulut penderita diabetes mellitus Seorang penderita dapat diduga mengidap diabetes mellitus apabila ditemukan dua dari tiga gejala di bawah ini (Little dkk, 2008): - Polidipsi, polifagi, poliuri Badan terasa lemah Berat badan turun drastis, walaupun banyak makan dan minum - Kadar gula darah > 120 mg/dL - Kadar gula 2 jam sesudah makan > 200 mg/dL Bila hasil pemeriksaan berulang berada di atas nilai normal, maka berarti pasien menderita diabetes mellitus. Seseorang dianggap memiliki risiko tinggi untuk menderita diabetes mellitus apabila: - Ada riwayat menderita diabetes mellitus dalam keluarga (kedua orangtua/salah satu orang tua/saudara kandung) - Bertusia > 40 tahun - Terlalu gemuk - Hipertensi - Dalam riwayat kehamilan ditemukan berat badan bayi lahir > 4kg - Menggunakan obat-obatan dalam jangka waktu lama (kortikosteroid untuk penyakit asma, kulit, rematik) - Memiliki pekerjaan tertentu (tukang masak, stres) - Kebiasaan hidup (merokok, minum minuman beralkohol) Komplikasi akut penderita diabetes mellitus Komplikasi akut yang dialami oleh seorang penderita diabetes mellitus terbagi atas kelainan yang disebabkan oleh kondisi hipoglikemia dan hiperglikemia: 1. Hipoglikemia: kadar gula darah < 60 mg/dL * Fase 1: Keringat berlebihan, tremor, timbul rasa lapar, mual * Fase 2: Timbul rasa pusing, pandangan kabur, kesadaran menurun, timbul kejang dan koma 2. Hiperglikemia: kadar gula darah > 600 mg/dL - Wajah terlihat sangat merah, kulit terasa panas dan kering - Timbul rasa haus sehingga ingin minum banyak - Ada rasa mual dan ingin muntah - Nafas terasa dalam dan cepat - Mulut berbau aseton - Tensi lebih rendah dibandingkan normal Komplikasi klinis kronik pada penderita diabetes mellitus Beberapa komplikasi klinis kronik yang dapat ditemukan pada penderita diabetes mellitus terdiri dari: - Retinopati - Nefropati - Neuropati - Penyakit makrovaskular - Kelambatan proses penyembuhan Prinsip perawatan gigi dan mulut pada penderita diabetes mellitus (Cawson dan Odell, 2008): - Waktu perawatan perlu dipertimbangkan dengan matang untuk mencegah terjadinya gangguan pada pemberian insulin yang dilakukan secara rutin. Perawatan yang dilakukan juga tidak boleh mengganggu waktu makan rutin yang sudah ditentukan pada penderita diabetes mellitus. - Tindakan operasi yang memerlukan anestesi umum sebaiknya hanya dilakukan di rumah sakit di bawah pengawasan ahlinya. - Lakukan penanganan untuk setiap komplikasi diabetik. Tatalaksana penderita koma hipoglikemik (Cawson dan Odell, 2008): - Hipoglikemia terjadi pada penderita diabetes setelah pemberian insulin berlebihan atau jika tidak makan pada waktunya akibat perawatan gigi dan mulut yang dilakukan. - Gejala hipoglikemia akut yang ditemukan: pingsan, tetapi respon pasien sedikit sekali saat dibaringkan datar; ketidaksadaran tersebut akan bertambah dalam. - Penanganan hipoglikemia penting untuk dilakukan. Bila ada keraguan tentang penyebab ketidaksadaran tersebut, insulin tidak boleh diberikan karena dapat berakibat fatal untuk penderita hipoglikemia. - Penanganan hipoglikemia: Pasien biasanya menyadari kondisinya dan dapat memperingatkan dokter gigi yang merawatnya Sebelum kesadaran menghilang, berikan tablet atau bubuk glukosa ataupun gula (paling tidak 4 potong/cube) untuk membuat minuman manis. Ulangi lagi bila gejala belum reda. Bila sudah tidak sadar, berikan glukosa steril intravena (hingga 50 mL dari cairan 50%). Bila sulit untuk dilakukan dalam praktek dokter gigi, langkah berikutnya adalah tindakan gawat darurat untuk mendapatkan akses ke vena. Bila glukosa steril tidak tersedia, berikan glukagon subkutan (1 mg), kemudian berikan gula melalui mulut selama masa penyembuhan. Hypostop adalah gel mengandung glukosa yang dapat digunakan supaya glukosa mudah diserap pada seluruh mukosa mulut untuk mencegah turunnya kesadaran. Ringkasan: - Diabetes mellitus yang tidak terkontrol menimbulkan komplikasi berupa xerostomia, infeksi bakteri, virus, jamur (kandidiasis) dan perlambatan proses penyembuhan luka. Selain itu juga ada peningkatan insidens karies, gingivitis, penyakit periodontal dan sindroma mulut terbakar. - Perawatan gigi dan mulut penderita diabetes mellitus memerlukan perhatian/pertimbangan khusus yang tidak mengganggu waktu pemberian insulin maupun waktu makan rutin yang sudah ditentukan. Daftar Pustaka: Cawson, R.A. dan Odell, E.W. 2008. Cawson’s Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. Ed. ke7. Curchill-Livingstone, Edinburgh. Hal. 358, 386. Lamey, P.J. dan Lewis, M.A.O. 1991. Oral Medicine in Practice. BDJ Publisher, London. Hal. 53. Little, J.W., Falace, D.A., Miller, C.S., Rhodus, N.L. 2008. Dental Management of the Medically Compromised Patient. Ed. Ke-7. Mosby-Elsevier, St Louis. Hal. 212-214, 229-233. Wilkins, E.M. 2009. Clinical Practice of the Dental Hygienist. Ed. Ke-10. Wolters Kluwer, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia. Hal. 1068-1075, 1079.